Tafsir Ayat ayat tentang Hakikat Pendidi

KATA PENGANTAR
Segala Puji hanya bagi Allah SWT. Atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Tafsir Ayat-ayat tentang Hakikat Pendidikan Perspektif Islam”
tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Namun tidak lepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada makalah ini baik
dari segi bahasa, penyusunan, atau aspek lainnya. Oleh karena itu diharapkan kepada
pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki makalah ini.

Penyusun

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
Tafsir Ayat-ayat Tentang Hakikat Pendidikan Pespektif Islam................................................4

A. Surah Al-Jumu’ah ayat 2.......................................................................................................4
B. Surah Asy-Syams ayat 8-10...................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Dan
untuk menjadi khalifah, tentunya manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan didapat melalui pendidikan. Dalam kehidupan manusia, pendidikan
sangatlah penting guna membawa manusia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Islam memandang pendidikan sangatlah penting bagi manusia, karena sesungguhnya
dengan pendidikan manusia akan mampu menyadari fitrahnya sebagai makhluk ciptaan
Allah.

Ada begitu banyak ayat dalam Al-Quran yang membahas tentang pentignya
pendidikan bagi manusia. Dan kali ini kami akan membahas tafsir ayat tentang hakikat
pendidikan perspektif Islam yang di bahas dalam QS. Al-Jumu’ah ayat 2 dan QS. Asy
Syams ayat 8-10.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penjelasan QS. Al-Jumu’ah ayat 2?
2. Bagaimana penjelasan QS. Asy Syams ayat 8-10?

3

BAB II
PEMBAHASAN
Tafsir Ayat-ayat Tentang Hakikat Pendidikan Pespektif Islam
A. Surah Al-Jumu’ah ayat 2
Ayat dan terjemahan:
‫ت قواملن قكان نلوا مملن ققبللل‬
‫نهقوال ل قمذلي بققع ق‬
‫ث مفى ال نملم مي لقن قرنسوللا ملمن لنهلم ي قتلل نلوا ق‬
‫ب موال لمحك لقم ق‬

‫عل قي لمهلم ا‍ي‍مته قوي نقز مك لي لمهلم موي نقعلم لنمنهلم ال لمكت ق‬
‫۝‬۲ ‫ل قمفلي قضلنل لنممبي لنن‬
Artinya:
“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa)
mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun
sebelumnya, mereka benar-benar datang dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Jumu’ah
ayat 2).

Arti Mufradat:
Kata ‫ث‬
‫ بققع ق‬yang berarti dia mengangkat berasal dari kata dasar dengan suku kata ‫ب ع ث‬
yang berkaitan dengan makna mengirim, mengutus, meyuruh, dan menyampaikan.
Kata ‫ ال نملم مي لقن‬yang berarti berasal dari kata dasar dengan suku kata ‫ا م م‬yang berkaitan
dengan makna masyarakat, suku, rakyat, ummat, buta huruf, orang yang buta huruf, tuna
aksara.
Kata ‫ ي قتلنلو‬yang berarti membacakan berasal dari kata dasar dengan suku kata ‫ت ل و‬yang
berkaitan dengan makna mengucapkan, membaca, mengisahkan, dan menghafalkan.
Kata ‫ قوي نقز مك لي لمهلم‬yang berarti dan dia bersihkan mereka berasal dari kata dasar dengan suku
kata ‫ ذ ك ي‬yang berkaitan dengan makna memperhatikan, menjaga, memelihara.

Kata ‫ ي نقعلم لنمنهلم‬yang berarti dia ajarkan mereka berasal dari kata dasar dengan suku kata ‫ع ل‬
‫ م‬yang berkaitan dengan makna mengetahui, mengajarkan, meimpin.
Kata ‫ت‬
‫ ال لمحك لقم ق‬yang berarti hikah berasal dari kata dasar dengan suku kata ‫ح ك م‬yang
berkaitan dengan makna peraturan, pemerintahan, hadiah, otoritas.
Kata ‫ قضلنل‬yang berarti tambahan kesesatan berasal dari kata dasar dengan suku kata ‫ض ل‬
‫ ل‬yang berkaitan dengan makna tersesat, menyesatkan, menyimpang.
Kata ‫ لنممبي لنن‬yang berarti nyata berasal dari kata dasar dengan suku kata ‫ ب ي ن‬yang
berkaitan dengan makna menunjukkan, menandakan, menyatakan.

4

Tafsir Surah Al-Jumu’ah ayat 2:
Allah berfirman : Dialah sendiri tanpa campur tangan siapa pun yang telarh mengutus pada
masyarakat al-Ummiyin yakni orang-orang Arab seorang rasul yakni nabi Muhammad SAW
yang dari kalangan mereka yang Ummiyyin yakni yang tidak pandai membaca dan menulis.
Rasul itu membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya padahal dia adalah seorang yang
ummiy. Bukan hanya itu, dan rasul yang ummiy itu juga menyucikan mereka dari keburukan
pikiran, hati dan tingkah laku serta mengajarkan yakni menjelaskan dengan ucapan dan
perbuatannya kepada mereka kitab al-Qur’an dan hikmah yakni pemahaman agama, atau

ilmu amaliah dan amal ilmiah padahal sesungghnya mereka yang dibacakan diajar dan
disucikan itu sebelumnya yakni sebelum kedatangan rasul itu dan setelah mereka
menyimpang dari ajaran nabi Ibrahim benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Sungguh
besar bukti kerasulan nabi Muhammad SAW yang dipaparkan ayat di atas dan sungguh besar
nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada masyarakat itu.
Kata fii pada ayat di atas berfungsi menjelaskan keadaan rasul SAW ditengah mereka, yakni
bahwa beliau senantiasa berada bersama mereka, tidak pernah meninggalkan mereka, bukan
juga pendatang di antara mereka.
Kata al-Umiyyin adalah bentuk jamak dari kata ummiy dan terambil dari kata umm dalam arti
seorang yang tidak pandai membaca dan menulis. Seakan-akan keadaannya dari segi
pengetahuan membaca dan menulis sama dengan keadaanya ketika baru dilahirkan oleh
ibunya atau sama dengan keadaan ibunya yang tak pandai membaca. Ini karena masyarakat
Arab pada masa jahiliyah umumnya tidak pandai membaca dan menulis, lebih-lebih kaum
wanitanya. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ummiy terambil dari kata ummah/ umat
yang menunjuk kepada masyarakat ketika turunnya al-Qur’an yang oleh rasul SAW
dilukiskan dengan sabda beliau: “ Sesungguhnya kita adalah umat yang ummiy, tidak pandai
membaca dan berhitung.” Betapapun, yang dimaksud dengan al-Umiyyin adalah masyarakat
Arab.

Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menulis tentang ayat di atas lebih kurang sebagai

berikut: “Kesempurnaan manusia diperoleh dengan mengetahui kebenaran serta kebajikan
dan mengamalkan kebenaran dan kebajikan itu. Dengan kata lain, manusia memiliki potensi
untuk mengetahui secara teoritis dan mengamalkan secara praktis. Allah SWT menurunkan
kitab suci dan mengutus nabi Muhammad SAW untuk nmengantar manusia meraih kedua hal
tersebut. Dari sini kalimat membacakan ayat-ayat Allah berarti nabi Muhammad SAW
“menyampaikan apa yang beliau terima dari Allah untuk umat manusia”, sedang menyucikan
mereka mengandung makna “penyempurnaan potensi teoritis dengan memperoleh
pengetahuan ilahiah’, dan mengajarkan al-Kitab merupakan isyarat tentang pengajaran
“pengetahuan tentang lahiriah dan syariat. Adapun al-Hikmah adalah pengetahuan tentang
keindahan, rahasia, motif serta manfaat-manfaat syariat.”
Adapun al-Hikmah menurut Muhammad Abduh adalah ”rahasia persoalan-persoalan
(agama), pengetahuan hukum, penjelasan tentang kemaslahatan serta cara pengamalan.
5

Imam Syafi’i memahami arti al-Hikmah dengan as-sunnah, karena tidak ada selain al-qur’an
yang diajarkan nabi Muhammad SAW kecuali as-sunnah.
Kata minhum/ dari mereka, mengisyaratkan bahwa rasul SAW memiliki hubungan darah
dengan seluruh suku-suku Arab. Menurut sejarawan, Ibn Ishaq, hanya suku Taghlib yang
tidak memiliki hubungan darah dengan rasul SAW dan dari ajaran agama Kristen yang
menjadi anutan suku tersebut.

Kata in dalam firmannya: wa in kanu berfungsi sama dengan kata inna / sesungguhnnya.
Indikatornya adalah huruf lam pada kalimat la fi dhalal mubin. Penggalan ayat di atas
bermaksud menggambarkan bahwa apa yang dilakukan rasul SAW Itu sungguh merupakan
nikmat yang besar untuk masyarakat Arab yang beliau jumpai. Beliau bukannya mengajar
orang-orang yang memiliki pengetahuan atau menambah kesucian orang yang telah hampir
suci, tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat sesat. Kita dapat membayangkan
kesesatan dan kebodohan mereka antara lain jika memperhatikan berhala-berhala yang
mereka sembah. Berhala-berhala itu sama sekali tidak memiliki nilai seni dan keindahan,
tetapi adalah batu-batu biasa. Sering kali dalam perjalanan, mereka memilih empat buah batu
yang terbaik mereka sembah, dan sisanya mereka jadikan tumpu buat priuk masak mereka.
Bahkan ada yang membuat berhala dari buah kurma, lalu menyembahnya, dan ketika lapar
kurma-kurma itu mereka makan.

B. Surah Asy-Syams ayat 8-10
Ayat dan terjemahan:
‫۝‬۰۱ ‫ب قملن قد لقسىقها‬
‫قفا قل لقهقمقها نف ن‬
‫۝ قوققلدقخا ق‬۹ ‫۝ ققلد ا قلفل ققح قملن قز لقكىقها‬۸ ‫جلوقرقهاقوتقلققوىقها‬
“maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh
beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang

mengotorinya”

Arti Mufradat:
Kata ‫ قفا قل لقهقمقها‬yang berarti mengilhamkanlah padanya tersusun dari kata dasar dengan suku
kata ‫ ل م ه‬yang berkaitan dengan makna mengilhami, mengilhamkan, membangkitkan,
mengobarkan.
Kata ‫جلوقرقها‬
‫ نف ن‬yang berarti kedurhakaannya tersusun dari kata dasar dengan suku kata ‫ر ف‬
‫ ج‬yang berkaitan dengan makna menyingsing, mulai jelas, mulai terang, meledakkan,
menyebabkan.
Kata ‫ قوتقلققوىقها‬yang berarti pemeliharaan dia tersusun dari kata dasar dari suku kata ‫و ق‬
‫ي‬yang berkaitan dengan makna berlindung, melindungi, menjaga, menjamin, dan
memelihara.

6

Kata ‫ ا قلفل ققح‬yang berarti sangat menguntungkan tersusun dari kata dasar dengan suku kata
‫ ح ف ل‬yang berkaitan dengan makna berhasil, menggantikan, mewarisi,
mengembangkan, mengendalikan.
Kata ‫ قز لقكىقها‬yang berarti mensucikannya tersusun dari kata dasar dengan suku kata ‫ز ك‬

‫ي‬yang berkaitan dengan makna memperhatikan, menjaga, memelihara, mengingat-ingat.
Kata ‫ب‬
‫ قخا ق‬yang berarti merugi tersusun dari kata dasar dengan suku kata ‫خ ي ب‬yang
berkaitan dengan makna kerusakan, kesalahan, kebangkurutan, runtuhnya, pelalaian,
penggagalan.
Kata ‫ قد لقسىقها‬yang berarti mengotorinya tersusun dari kata dasar dengan suku kata
‫س‬yang berkaitan dengan makna menyelipkan, measukkan, menyelimuti.

‫دس‬

Munasabah:
Pada akhir surah yang lalu Allah menjelaskan keadaan orang-orang kafir di akhirat. Pada
surah ini Allah mengakhirinya dengan menjelaskan keadaan mereka di dunia.

Asbabun Nuzul Surah Asy-Syams:
Isi pokoknya menegaskan tentang kedurhakaan kaum Tsamud kepada Rasul utusan Allah,
yakni Nabi Saleh, Nabi Saleh sudah berpesan kepada mereka agar jangan mmemnganngu
unta yang mebawa air minum ke tempat mereka. Sebab itu adalah unta Allah yang memberi
kecukupan air minum. Oleh karena sifat kedurhakaan mereka, maka tidak mengindahkan lagi
larangan Nabi Saleh. Mereka bermusyawarah untuk membunuh dan menyembelih unta

tersebut. Dan hal itu mereka sepakati, hingga terjadilah kekurangan air yang sangat
memilukan di kota tersebut. Karena keingkaran mereka, maka Allah SWT., menurunkan
azab, baik di dunia maupun di akhirat. Bagi Allah SWT., menurunkan azab merupakan
sesuatu yang snagat mudah.

Tafsir:
“Maka menunjukkanlah Dia” (pangkal ayat 8). Dia, yaitu Tuhan yang mendirikan
langit menghamparkan bumi dan menyempurnakan kejadian Insan. DiberiNya Ilham
diberiNya petunjuk “kepadanya”. Artinya kepada diri insan tadi “Akan kejahatan dan
kebaikannya”. (ujung ayat 8).
Diberilah setiap diri itu Ilham oleh Tuhan, mana jalan yang buruk, yang berbahaya,
yang akan membawa celaka supaya janganlah ditempuh, dan bersamaan dengan itu
diberinya pula penunjuk mana jalan yang baik, yang akan membawa selamat dan
bahagia dunia dan akhirat. Artinya, bahwa setiap orang diberi akal buat menimbang,
diberikan kesanggupan menerima Ilham dan petunjuk. Semua orang diberitahu mana
yang membawa celaka dan mana yang akan selamat. Itulah tanda cinta Allah kepada
hambaNya.

7


“Maka berbahagialah barangsiapa yang membersihkannya.” (ayat 9). Setelah Tuhan
memberikan Ilham dan petunjuk, mana jalan yang salah dan mana jalan kepada takwa,
terselahlah kepada manusia itu sendiri, mana yang akan ditempuhnya, sebab dia diberi
Allah akal budi. Maka berbahgialah orang-orang yang membersihkan jiwanya atau
dirinya, gabungan diantara jasmani dan rohaninya. Jasmani dibersihkan dari hadas, najis,
hadas besar, atau kecil, baik najis ringan atau berat. Dan jiwanya dibersihkan pula dari
pada penyakit-penyakit yang mengancam kemurniannya. Penyakit paling berbahaya
bagi jiwa ialah mempersekutukan Tuhan dengan yang lain, mendustakan kebenaran
yang yang dibawa oleh Rasul, atau bersifat hasad dengki kepada sesama manusia, benci,
dendam, sombong, angkuh, dan lain-lan.
“Dan celakalah barangsiapa yang mengotorinya.” (ayat 10). Lawan dari mensucikan
atau membersihkan ialah mengotorinya. Membawa diri ke tempat yang kotor; kotor
jasmani, tersebab najis, tidak istinja’ (bersuci daripada najis dan hadas), tidak berwudhu’
lalu tidak sembahyang, tidak tahu kebersihan. Dan kotor jiwa, sebab syirik, atau
dendam, atau benci, atau kufur, atau munafik. Seorang yang beriman hendaklah selalu
mengusahakan pembersihan diri luar dan dalam, dan jangan mengotorinya. Sebab
kekotoran akan membuka segala pintu kepada berbagai kejahatan yang besar. Sebagai
salah satu bukti dari kekotoran jiwa itu ialah perbuatan kaum Tsamud, kaum yang
didatangi oleh Rasul Allah yang bernama Shalih.

8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 2 membahas tentang Allah yang mengutus
seorang Rasul, dari kalangan yang ummi atau buta huruf untuk membacakan
ayat-ayatNya untuk membersihkan mereka dari kesesatan dan memberi hikmah
kepada mereka. Sedangkan dalam surah Asy-Syams ayat 8-10 membahas tentang
keadaan orang-orang kafir di dunia.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun. Semoga setelah mebaca makalah ini,
pembaca dapat memahami makna ayat tentang hakikat pendidikan dengan baik
dan menerapkannya dalam kehidupan.

9

DAFTAR PUSTAKA
https://alquranmulia.wordpress.com/tag/tafsir-ibnu-katsir-surah-asy-syams/
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-asy-syams-ayat-1-10.html
http://anasafrida.blogspot.co.id/2013/02/tafsir-surat-al-jumuah-ayat-2.html
https://blogsayasaja.wordpress.com/2011/03/14/kandungan-q-s-al-jumuah-ayat2-tentang-pendidik/

Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1985

10