Gambaran Tingkat Demensia Dan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Dimana pada tahap ini
lansia mengalami kemunduran fungsi fisiologi organ tubuhnya (Suhartini, 2010).
Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada usia 65 tahun proses penuaan
berlangsung secara nyata. WHO memprediksi terjadi peningkatan harapan hidup
lansia pada tahun 2020 mencapai 28,8 juta.
Jumlah lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa
(satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 diprediksi
lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Secara biografis, pada tahun 2006 jumlah
lansia kurang lebih dari 19 juta atau sebesar 8,90 jumlah penduduk, pada tahun
2007, jumlah penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi
20.547.541 dan tahun 2010 jumlah lanjut usia sebanyak 14,439.967 jiwa (7,18%)
dan mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada
tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%) Pada tahun 2020
diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) ( Depkes, 2012).
Indonesia akan menduduki peringkat tertinggi di dunia dengan struktur dan
jumlah penduduk lanjut usia terbanyak setelah RRC, India, dan Amerika Serikat

dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008).

1

2

Menurut Biro Pusat Statistik terjadi peningkatan pada jumlah lansia tahun
2000 terdapat presentasi populasi lansia yaitu 7,18% dan angka ini meningkat
pada tahun 2010 dengan presentasi populasi lansia 7,56% dan pada tahun 2011
populasi lansia sebanyak 7,58% dan pada tahun 2012 populasi lansia sebanyak
7,56%. Berkembangnya jumlah lansia ini menyebabkan berbagai macam
tantangan yang dihadapi lansia di dalam hidupnya. Sehingga dapat mendatangkan
konsekuensi antara lain, masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan
kesehatan dan keperawatan terutama kelainan degeneratif. Kenyataan ini
mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua identik dengan
semakin banyaknya masalah kesehatan yang di alami lanjut usia. Lansia
cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakitsakitan dan keberadaan lanjut usia sering dipersepsikan negatif, dianggap sebagai
beban keluarga dan lingkungan (Wahyunita & Fitrah, 2010).
Persepsi ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus lansia
yang sangat ketergantungan dan sakit-sakitan. Kemunduran fisik yang sering

sekali dijumpai pada lansia yaitu penglihatan dan pendengaran lansia yang
menurun, kulit tampak mengendur, aktivitas tubuh yang menurun, penumpukan
lemak di bagian perut dan panggul. Secara psikologis lansia juga mengalami
penurunan yaitu lansia merasa kurang percaya diri, sering merasa kesepian,
merasa tidak dibutuhkan (Wahyunita & Fitrah, 2010).
Proses kemunduran fisik pada lansia juga menyebabkan demensia.
Demensia merupakan suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan

3

disfungsi hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen,1987 dalam Darmojo dan
Martono 2006 ). Demensia ditandai dengan perubahan memori terkait usia yaitu
semakin mudah lupa, lebih sulit mempelajari informasi baru, menurunnya
kecepatan untuk membuat kode dan menempatkan kembali informasi-informasi
yang ada. Sebagian individu yang merasa khawatir terhadap demensia yang
dialaminya merasa membutuhkan perawat dan profesi kesehatan lainnya (Watson,
2003).
Demensia menyebabkan perubahan perilaku diantaranya, keluyuran tanpa
tujuan, gangguan orientasi terhadap siang dan malam, kehilangan selera makan,

atau memakan makanan yang tidak tepat, ingin memakan makanan yang aneh dan
menjijikkan dari pada makanan biasanya (seperti makan makanan binatang, pot
tanaman dari tanah, dan kotoran). Tingkatan demensia yaitu, tingkat ringan
hilangnya memori terbaru yang menyebabkan sulitnya mendapatkan informasi
baru, tingkat sedang dimana ingatan saat ini dan ingatan masa lampau memburuk
dan tingkat berat lansia biasanya menjadi semakin terikat dengan kursi atau
tempat tidur, otot-otot semakin kaku, dapat terjadi kontraktur, dan refleks primitif
sering terjadi (Darmajo & Martono,2006).
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada
seseorang yang telah berumur 60 tahun. Saat ini diperkirakan ± 30 juta penduduk
dunia mengalami demensia dengan berbagai alasan (Santoso, 2002). Dijelaskan
pada negara-negara maju terjadinya perubahan dramatik demografi penduduknya,
yaitu meningkatnya populasi usia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan (1998)
terdapat 7,2 % populasi usia lanjut yang mengalami demensia (populasi usia

4

lanjut kurang lebih 15 juta). Kira-kira 5% usia lanjut menderita demensia dan
meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia 85 tahun.
Demensia juga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari pada lansia.

Aktivitas sehari hari lansia merupakan semua kegiatan yang dilakukan lanjut usia
setiap hari. Aktivitas sehari-hari digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan
prognosis pada lanjut usia dan berguna untuk menggambarkan tingkat fungsional
klien (mandiri atau tergantung) dan secara objektif mengukur efek tindakan yang
diharapkan untuk memperbaiki fungsi (Luekenotte, 2000). Melakukan aktivitas
fisik merupakan hal yang sangat penting bagi lansia karena bertujuan untuk
menjaga kesehatan dan mempertahankan kemampuan untuk melakukan aktivitas
serta meningkatkan kulitas hidup (Luekenotte, 2000). Aktivitas sehari hari terdiri
dari aktivitas dasar (ADL) dan aktivitas instrumental (IADL)
Pengkajian aktivitas dasar biasanya mengikuti indeks pengukuran yang
dikembangkan oleh Barthel, Kats, dan Lawton. Indeks ini didasarkan pada hasil
evaluasi terhadap tingkat kemandirian dan tingkat ketergantungan secara
fungsional. Indeks ini terdiri dari 7 tingkat, sebagai hasil penilaian terhadap
perihal melakukan kegiatan mandi, berpakainan, ke toilet, beranjak kontinensia
dan makan. Menurut Lawton adapun pengkajian yang dilakukan untuk mengukur
kemandirian lansia yaitu, menggunakan telepon, berbelanja, persiapan makan,
memelihara rumah,mencuci pakaian, model transportasi, tanggung jawab untuk
pengobatan sendiri, kemampuan untuk menangani keuangan (Noorkasiani &
Tamher, 2009).


5

Aktivitas instrumental merupakan hal-hal yang dapat memfasilitasi atau
meningkatkan pelaksanaan aktivitas sehari-hari. Aktivitas instrumental juga
sangat penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan lansia dengan kata lain
besarnya bantuan yang diperlukan dalam aktivitas sehari-hari serta untuk
menyusun rencana perawatan jangka panjang. Aktivitas instrumental juga penting
dalam

rangka

menentukan

level

bantuan

bagi

lansia


dengan

tingkat

ketergantungan penuh atau sedang (Noorkasiani & Tamher, 2009).
Seiring dengan kondisi fisik lansia yang berubah membuat lansia dianggap
tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Banyak orang yang menganggap
lansia tidak perlu melakukan sesuatu karena keterbatasan fisiknya, sehingga
aktivitas lansia menjadi berkurang. Hal ini disebabkan oleh faktor internal atau
dalam tubuh individu itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari
lingkungan. Akibatnya aktivitas tubuh lansia juga tidak berjalan secara maksimal
sehingga mempercepat proses kemunduran pada lansia (Stanley & Beare, 2006).
Berdasarkan data Kantor Kepala Desa Batukarang di dapatkan data populasi
penduduk sebesar ±6500 jiwa, yang terdiri dari jumlah Kepala keluarga ± 1706
KK, anak-anak ±1250,remaja ±1500, dewasa ± 3000, lansia ±750. Oleh karena itu
peneliti tertarik melakukan penelitian Gambaran aktivitas sehari-hari dan tingkat
Dimensia pada lansia di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kab Karo

6


2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, adapun pertanyaan dari
penelitianzaE ini adalah “bagaimanakah gambaran demensia dan aktivitas seharihari pada lansia di desa Batukarang kab karo kecamatan payung ?”.
3. Pertanyaan Penelitian
3.1. Bagaimana gambaran tingkatan dimensia di Desa Batukarang Kecamatan
Payung ?
3.2. Bagaimana gambaran aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Batukarang
Kecamatan Payung?
4. Tujuan penelitian
4.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia di
Desa Batukarang Kecamatan Payung.
4.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran tingkat demensia pada lansia di Desa
Batukarang Kecamatan Payung.
2. Mengidentifikasi gambaran aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa
Batukarang Kecamatan Payung.

7


5. Manfaat Penelitian
5.1. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
gambaran tingkatan Demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia sehingga hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lansia maupun keluarga
untuk lebih memperhatikan tingkat dimensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia
guna meningkatkan kualitas hidup lansia.
5.2. Bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan
Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan
tentang gambaran tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia di desa
Batukarang Kecamatan Payung Kab Karo
5.3. Bagi peneliti
Merupakan penerapan ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran
sehingga menambahkan pengetahuan penelitian dalam melakukan penelitian.
5. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan
perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul
yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.