Gambaran Tingkat Demensia Dan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo

(1)

i

SKRIPSI

Oleh

Putry Mey Sary Ginting

111101100

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

iii

Title of the Thesis : Description of the level of Dementia and Daily Activities in Old People at Batukarang Village, Payung Subdistrict,

Karo District

Name : Putry Mey Sary Ginting

Std. ID Number : 111101100 Faculty : Nursing Academic Year : 2014-2015

Abstract

Old age is an inevitable process for all mankind. It occurs gradually, along with a person’s age-growing process. Therefore, an old man will undergo physical retardation which can cause dementia and the lowering daily activities. Dementia is a clinical syndrome which includes the loss of intellectual function and memory so severely that causes daily life dysfunction. Daily activity is done by old people and is useful to describe the functional level of independent clients or is dependent objectively to measure the effect of the expected action in order to improve function. The objective of the research was to describe the level of dementia and daily activity of old people at Batukarang Village, PayungSubdistrict, Karo District, using descriptive design. The samples were 75 old people at Batukarang Village, taken by using simple random sampling technique. The result of the questionnaires on reliability, using crobanch alpha for daily activity was 0.964 and questionnaires on dementia, using Guttmen test was 0.803. The result of the research for the highest level of dementia showed that 42 respondents (56%) were not in the category of dementia, 10 respondents (13.3%) had mild dementia, and 17 respondents (22.7%) had moderate dementia, and 6 respondents (8%) had serious dementia. For daily activity, 56 respondents (74.7%) were in independent category, and 19 respondents (25.3%) were in dependent category. It was also found that many old people did not undergo dementia and were independent in doing their daily activities since most of them were farmers so that the cognitive decrease could be curbed and they could increase their life quality. The coverage of dementia rate in the village was low so that the old people were independent in doing their daily activities. It is recommended that the next researches should be concerned with dementia and daily activities.


(4)

iv Nama : Putry Mey Sary Ginting

Nim : 111101100

Fakultas : Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Lanjut usia merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh semua manusia, lansia akan terjadi secara berangsur-angsur sesuia dengan penambahan usia seseorang. Oleh karena itu seorang lansia akan mengalami kemunduran fisik, yang dapat menyebabkan terjadinya demensia dan penurunan aktivitas sehari-hari pada lansia. Demensi merupakan suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan lanjut usia dan berguna untuk menggambarkan tingkat fungsional klien mandiri atau tergantung secara objektif mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Penyelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo menggunakan desain deskriptif. Sampel di ambil dari Desa Batukarang sebanyak 75 orang dengan teknik simple random sampling. Hasil uji Reabilitas kuesioner menggunakan uji crobanch alpha untuk aktivitas sehari-hari dengan hasil 0,964 dan kuesioner demensia menggunakan uji Guttmen dengan hasil 0,803. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat demensia yang tertinggi yaitu kategori tidak demensia 42 orang (56,0%), ringan 10 orang (13,3%), sedang 17 orang (22,7%), berat 6 orang (8,0%). Untuk aktivitas sehari-hari kategori mandiri 56 orang (74,7%) dan tergantung 19 orang (25,3). Dari penelitian ini didapatkan bahwa lansia banyak yang tidak mengalami demensia dan mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari hal ini disebabkan karena banyak lansia yang di desa tersebut masih aktif dan banyak sebagai petani, sehingga hal ini dapat menghambat terjadinya proses penurunan kognitif dan dapat menigkatkan kualitas hidup pada lansia tersebut. Sehingga menyebabkan rendah angka terajadinya demensia pada desa tersebut, dan hai ini juga menyebabkan lansia tetap mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini diharapkan menghubungakan tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari.


(5)

v

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kasih karunian dan berkatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Gambaran Tingkat Demensia Dan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untutk mengikuti sidang skripsi dan memperoleh gelar sarjana keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Selama Penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

2. Ibu Erniyati, S.,Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

3. Bapak Iwan Rusdi, S,Kp. MNS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan, dan masukan terhadap penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Wardiah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen pembibing akademik (PA) yang telah memberikan nasehat dan semangat selama menjalani kuliah di Fakultas Keperawatan Usu.

5. Ibu Fatwa Imelda S.Kep, Ns, M.Biomed sebagai penguji I, yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.


(6)

vi

6. Ibu Evi Karota Bukit, S. Kp, MNS sebagai dosen penguji II yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai validator yang telah memvalidasi instrumen Demensia dan Aktivitas Sehari-hari dalam penelitian ini.

8. Kepala Desa Payung dan kepala Desa Batukarang yang telah memberikan ijin dan membatu dalam penelitian kepada lansia di desa tersebut.

9. Teristimewa kepada orang tua peneliti, kakak-kakak dan ponakan yang telah mendukung dan memberikan semangat sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan Tina, Kristiani, Wanda, Ruth, Desy, kak Siska, AB3 Tari, Rahmayani yang telah semangat dan dukungan, serta dapat berdiskusi bersama-sama.

Peneliti menyadari keterbatasan dalam penelitian skripsi ini, untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan sarannya demi memperbaiki dimasa mendatang. Semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat,terima kasih.

Medan, Juli 2015


(7)

vii

Halaman

Halaman judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Abstrak ... v

Prakata ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Skema ... x

Halaman Pernyataan Orsinalitas………..xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan masalah ... 6

3. Pertanyaan penelitian ... 6

4. Tujuan Penelitian ... 6

5. Manfaat penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

1. Lanjut Usia 1.1 Defenisi Lansia ... 8

1.2 Teori- teori penuaan ... 8

1.3 Batas- batas lanjut usia ... 13

1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses menua ... 14

1.5 Masalah-masalah pada lanjut usia ... 13

2. Demensia ... 16

2.1 Pengertian Demensia ... 16

2.2 Gejala-gejala Demensia ... 18

2.3 Tingkat Demensia pada Lansia ... 19

2.4 Pengkajian Status mental /kognitif ... 20

3. Aktivitas Sehari-hari ... 21

3.1 Aktivitas Sehari-hari ... 21

3.2 Macam-macam Aktivitas sehari-hari Pada lansia ... 22

3.3 Instrumen Pengkajian Aktivitas Sehari-hari ... 24

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 26

1. Kerangka penelitian ... 26

2. Defenisi Operasional ... 27

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

1. Desain Penelitian ... 28

2. Populasi dan sampel ... 28

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 29

4. Pertimbangan etik ... 29

5. Instrumen penelitian ... 30

5.1 Data demografi responden ... 31

5.2 Kuesioner aktivitas sehari-hari ... 31

5.3 Kuesioner tingkat demensia ... 31

6. Uji validitas dan reabilitas 6.1 Uji validitas ... 33


(8)

viii

8. Analisa data ... 34

BAB 5. HASIL PENELITIAN ... 36

1. HasilPenelitian ... 36

2. Pembahasan ... 39

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

1. Kesimpulan ... 50

2. Saran ... 51

Daftar Pustaka ... ... 53

Lampiran Lampiran 1 : Jadwal penelitian tentatif ... 56

Lampiran 2 : Inform Concent ... 57

Lampiran 3 : InstrumenPenelitian ... 58

Lampiran 4 : Ethical Clearance………...61

Lampiran 5 : Hasilujireabilitas...62

Lampiran 6 : Tabel frekuensi demografi...………...64

Lampiran 7 : Hasil komputerisasi SPSS ... 65

Lampiran 8 : Surat telah melakukan validitas ... 72

Lampiran 9 : Surat izin penelitian ... 73

Lampiran 10 : Surat telah melakukan penelitian ... 75

Lampiran 11 : Surat Pernyataan Keabsahan Terjemahan ... 77

Lampiran 12 : Taksasi Dana ... 78


(9)

ix

Pada lansia... 27 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karakteristik demografi pada lansia Di Desa Batukarang Payung Kec Payung...36 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Berdasarkan Kategori tingkat demensia di Desa Batukarang Kec Payung...37 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan presentasi Tingkat Demensia

di Desa Batukarang Kec Payung...37 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Berdasarkan Kategori Aktivitas

Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung...38 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Aktivitas Sehari-Hari


(10)

x

Skema 1.1. Kerangka penelitian gambaran tingkat demensia

Dan aktivitas sehari-hari pada lansia...26


(11)

(12)

iii

Title of the Thesis : Description of the level of Dementia and Daily Activities in Old People at Batukarang Village, Payung Subdistrict,

Karo District

Name : Putry Mey Sary Ginting

Std. ID Number : 111101100 Faculty : Nursing Academic Year : 2014-2015

Abstract

Old age is an inevitable process for all mankind. It occurs gradually, along with a person’s age-growing process. Therefore, an old man will undergo physical retardation which can cause dementia and the lowering daily activities. Dementia is a clinical syndrome which includes the loss of intellectual function and memory so severely that causes daily life dysfunction. Daily activity is done by old people and is useful to describe the functional level of independent clients or is dependent objectively to measure the effect of the expected action in order to improve function. The objective of the research was to describe the level of dementia and daily activity of old people at Batukarang Village, PayungSubdistrict, Karo District, using descriptive design. The samples were 75 old people at Batukarang Village, taken by using simple random sampling technique. The result of the questionnaires on reliability, using crobanch alpha for daily activity was 0.964 and questionnaires on dementia, using Guttmen test was 0.803. The result of the research for the highest level of dementia showed that 42 respondents (56%) were not in the category of dementia, 10 respondents (13.3%) had mild dementia, and 17 respondents (22.7%) had moderate dementia, and 6 respondents (8%) had serious dementia. For daily activity, 56 respondents (74.7%) were in independent category, and 19 respondents (25.3%) were in dependent category. It was also found that many old people did not undergo dementia and were independent in doing their daily activities since most of them were farmers so that the cognitive decrease could be curbed and they could increase their life quality. The coverage of dementia rate in the village was low so that the old people were independent in doing their daily activities. It is recommended that the next researches should be concerned with dementia and daily activities.


(13)

iv Nama : Putry Mey Sary Ginting

Nim : 111101100

Fakultas : Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Lanjut usia merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh semua manusia, lansia akan terjadi secara berangsur-angsur sesuia dengan penambahan usia seseorang. Oleh karena itu seorang lansia akan mengalami kemunduran fisik, yang dapat menyebabkan terjadinya demensia dan penurunan aktivitas sehari-hari pada lansia. Demensi merupakan suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan lanjut usia dan berguna untuk menggambarkan tingkat fungsional klien mandiri atau tergantung secara objektif mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Penyelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo menggunakan desain deskriptif. Sampel di ambil dari Desa Batukarang sebanyak 75 orang dengan teknik simple random sampling. Hasil uji Reabilitas kuesioner menggunakan uji crobanch alpha untuk aktivitas sehari-hari dengan hasil 0,964 dan kuesioner demensia menggunakan uji Guttmen dengan hasil 0,803. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat demensia yang tertinggi yaitu kategori tidak demensia 42 orang (56,0%), ringan 10 orang (13,3%), sedang 17 orang (22,7%), berat 6 orang (8,0%). Untuk aktivitas sehari-hari kategori mandiri 56 orang (74,7%) dan tergantung 19 orang (25,3). Dari penelitian ini didapatkan bahwa lansia banyak yang tidak mengalami demensia dan mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari hal ini disebabkan karena banyak lansia yang di desa tersebut masih aktif dan banyak sebagai petani, sehingga hal ini dapat menghambat terjadinya proses penurunan kognitif dan dapat menigkatkan kualitas hidup pada lansia tersebut. Sehingga menyebabkan rendah angka terajadinya demensia pada desa tersebut, dan hai ini juga menyebabkan lansia tetap mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini diharapkan menghubungakan tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari.


(14)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Dimana pada tahap ini lansia mengalami kemunduran fungsi fisiologi organ tubuhnya (Suhartini, 2010). Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada usia 65 tahun proses penuaan berlangsung secara nyata. WHO memprediksi terjadi peningkatan harapan hidup lansia pada tahun 2020 mencapai 28,8 juta.

Jumlah lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 diprediksi lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Secara biografis, pada tahun 2006 jumlah lansia kurang lebih dari 19 juta atau sebesar 8,90 jumlah penduduk, pada tahun 2007, jumlah penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 dan tahun 2010 jumlah lanjut usia sebanyak 14,439.967 jiwa (7,18%) dan mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%) Pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) ( Depkes, 2012).

Indonesia akan menduduki peringkat tertinggi di dunia dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak setelah RRC, India, dan Amerika Serikat dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008).


(15)

Menurut Biro Pusat Statistik terjadi peningkatan pada jumlah lansia tahun 2000 terdapat presentasi populasi lansia yaitu 7,18% dan angka ini meningkat pada tahun 2010 dengan presentasi populasi lansia 7,56% dan pada tahun 2011 populasi lansia sebanyak 7,58% dan pada tahun 2012 populasi lansia sebanyak 7,56%. Berkembangnya jumlah lansia ini menyebabkan berbagai macam tantangan yang dihadapi lansia di dalam hidupnya. Sehingga dapat mendatangkan konsekuensi antara lain, masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan terutama kelainan degeneratif. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang di alami lanjut usia. Lansia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan dan keberadaan lanjut usia sering dipersepsikan negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan lingkungan (Wahyunita & Fitrah, 2010).

Persepsi ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus lansia yang sangat ketergantungan dan sakit-sakitan. Kemunduran fisik yang sering sekali dijumpai pada lansia yaitu penglihatan dan pendengaran lansia yang menurun, kulit tampak mengendur, aktivitas tubuh yang menurun, penumpukan lemak di bagian perut dan panggul. Secara psikologis lansia juga mengalami penurunan yaitu lansia merasa kurang percaya diri, sering merasa kesepian, merasa tidak dibutuhkan (Wahyunita & Fitrah, 2010).

Proses kemunduran fisik pada lansia juga menyebabkan demensia. Demensia merupakan suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan


(16)

disfungsi hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen,1987 dalam Darmojo dan Martono 2006 ). Demensia ditandai dengan perubahan memori terkait usia yaitu semakin mudah lupa, lebih sulit mempelajari informasi baru, menurunnya kecepatan untuk membuat kode dan menempatkan kembali informasi-informasi yang ada. Sebagian individu yang merasa khawatir terhadap demensia yang dialaminya merasa membutuhkan perawat dan profesi kesehatan lainnya (Watson, 2003).

Demensia menyebabkan perubahan perilaku diantaranya, keluyuran tanpa tujuan, gangguan orientasi terhadap siang dan malam, kehilangan selera makan, atau memakan makanan yang tidak tepat, ingin memakan makanan yang aneh dan menjijikkan dari pada makanan biasanya (seperti makan makanan binatang, pot tanaman dari tanah, dan kotoran). Tingkatan demensia yaitu, tingkat ringan hilangnya memori terbaru yang menyebabkan sulitnya mendapatkan informasi baru, tingkat sedang dimana ingatan saat ini dan ingatan masa lampau memburuk dan tingkat berat lansia biasanya menjadi semakin terikat dengan kursi atau tempat tidur, otot-otot semakin kaku, dapat terjadi kontraktur, dan refleks primitif sering terjadi (Darmajo & Martono,2006).

Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada seseorang yang telah berumur 60 tahun. Saat ini diperkirakan ± 30 juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai alasan (Santoso, 2002). Dijelaskan pada negara-negara maju terjadinya perubahan dramatik demografi penduduknya, yaitu meningkatnya populasi usia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan (1998) terdapat 7,2 % populasi usia lanjut yang mengalami demensia (populasi usia


(17)

lanjut kurang lebih 15 juta). Kira-kira 5% usia lanjut menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia 85 tahun.

Demensia juga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari pada lansia. Aktivitas sehari hari lansia merupakan semua kegiatan yang dilakukan lanjut usia setiap hari. Aktivitas sehari-hari digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lanjut usia dan berguna untuk menggambarkan tingkat fungsional klien (mandiri atau tergantung) dan secara objektif mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi (Luekenotte, 2000). Melakukan aktivitas fisik merupakan hal yang sangat penting bagi lansia karena bertujuan untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan kemampuan untuk melakukan aktivitas serta meningkatkan kulitas hidup (Luekenotte, 2000). Aktivitas sehari hari terdiri dari aktivitas dasar (ADL) dan aktivitas instrumental (IADL)

Pengkajian aktivitas dasar biasanya mengikuti indeks pengukuran yang dikembangkan oleh Barthel, Kats, dan Lawton. Indeks ini didasarkan pada hasil evaluasi terhadap tingkat kemandirian dan tingkat ketergantungan secara fungsional. Indeks ini terdiri dari 7 tingkat, sebagai hasil penilaian terhadap perihal melakukan kegiatan mandi, berpakainan, ke toilet, beranjak kontinensia dan makan. Menurut Lawton adapun pengkajian yang dilakukan untuk mengukur kemandirian lansia yaitu, menggunakan telepon, berbelanja, persiapan makan, memelihara rumah,mencuci pakaian, model transportasi, tanggung jawab untuk pengobatan sendiri, kemampuan untuk menangani keuangan (Noorkasiani & Tamher, 2009).


(18)

Aktivitas instrumental merupakan hal-hal yang dapat memfasilitasi atau meningkatkan pelaksanaan aktivitas sehari-hari. Aktivitas instrumental juga sangat penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan lansia dengan kata lain besarnya bantuan yang diperlukan dalam aktivitas sehari-hari serta untuk menyusun rencana perawatan jangka panjang. Aktivitas instrumental juga penting dalam rangka menentukan level bantuan bagi lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau sedang (Noorkasiani & Tamher, 2009).

Seiring dengan kondisi fisik lansia yang berubah membuat lansia dianggap tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Banyak orang yang menganggap lansia tidak perlu melakukan sesuatu karena keterbatasan fisiknya, sehingga aktivitas lansia menjadi berkurang. Hal ini disebabkan oleh faktor internal atau dalam tubuh individu itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan. Akibatnya aktivitas tubuh lansia juga tidak berjalan secara maksimal sehingga mempercepat proses kemunduran pada lansia (Stanley & Beare, 2006).

Berdasarkan data Kantor Kepala Desa Batukarang di dapatkan data populasi penduduk sebesar ±6500 jiwa, yang terdiri dari jumlah Kepala keluarga ± 1706 KK, anak-anak ±1250,remaja ±1500, dewasa ± 3000, lansia ±750. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian Gambaran aktivitas sehari-hari dan tingkat Dimensia pada lansia di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kab Karo


(19)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, adapun pertanyaan dari penelitianzaE ini adalah “bagaimanakah gambaran demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia di desa Batukarang kab karo kecamatan payung ?”.

3. Pertanyaan Penelitian

3.1. Bagaimana gambaran tingkatan dimensia di Desa Batukarang Kecamatan Payung ?

3.2. Bagaimana gambaran aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Batukarang Kecamatan Payung?

4. Tujuan penelitian

4.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Batukarang Kecamatan Payung.

4.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran tingkat demensia pada lansia di Desa Batukarang Kecamatan Payung.

2. Mengidentifikasi gambaran aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Batukarang Kecamatan Payung.


(20)

5. Manfaat Penelitian

5.1. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang gambaran tingkatan Demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi lansia maupun keluarga untuk lebih memperhatikan tingkat dimensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia guna meningkatkan kualitas hidup lansia.

5.2. Bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan

Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan tentang gambaran tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia di desa Batukarang Kecamatan Payung Kab Karo

5.3. Bagi peneliti

Merupakan penerapan ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran sehingga menambahkan pengetahuan penelitian dalam melakukan penelitian. 5. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lanjut usia

1.1. Defenisi lansia

Suhartini (2010) lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan, pada tahap ini individu tersebut mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuh. (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang tersebut dikatakan lanjut usia.

Menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. Semua mahluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya meninggal. Laslett (Caselli dan Lopez,1996)

1.2. Teori-Teori penuaan (Nugroho, 2008)

Setiap orang akan mengalami penuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan berbeda bergantung faktor heriditer, steresor lingkungan dan sejumlah besar faktor yang lainnya. Efek penuaan pada manusia, meliput aspek biologis, fisiologis, psikologis dan aspek rohani. Penuaan merupakan sesuatu yang normal, dimana terjadinya suatu perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dapat terjadi pada semua orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis menentu. Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaian bisa terjadi dapat diuraikan sebagai berikut.


(22)

1.2.1. Teori Biologis

Teori genetic clock, merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, iya akan mati.

Teori mutasi somatik, menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadinya kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel ada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994; Constantinides, 1994)

1.2.2. Teori Nongenetik

Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Teori ini menjelaskan bahwa mutasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal ini lah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Dalam proses


(23)

metabolisme tubuh, diproduksinya suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elekton yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lainnya sehingga menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksegen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti: asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.

Teori menua akibat metabolisme. Pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjan umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999)

Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang


(24)

menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

Teori fisiologis merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi stres dan teori yang dipakai (wear and tear theory). Terjadinya kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).

1.2.3. Teori Sosiologis

Teori aktivitas atau kegiatan, teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yamg sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial. Lansia akan merasakan kepuasaan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lansia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu, agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

Teori kepribadian berlanjut (continuity theory). Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan alam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun iya telah lanjut usia. (Nugroho, 2008)

Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory), teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Dimana pada pria, kehilangan


(25)

peran hidup utama terjadi pada masa pensiun, sedangkan pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

Bertambahnya umur seorang lansia menyebabkan secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehinggan sering lanjut usia megalami kehilangan ganda (triple loss), kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship), berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values), menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu, dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

Selain itu, peranan faktor risiko yang datang dari luar (eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang mempengaruhi proses menua antara lain herediter/genetik, nutrisi/makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan sters. Jadi, proses menua bukanlah suatu penyakit, karena orang meniggal bukan karena tua, orang muda pun bisa meninggal dan bayi pun bisa meninggal.


(26)

1.3. Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik seorang lanjut usia disebabkan karena terjadi proses deklenasi seksual walaupun tidak nampak dari luar tubuhnya, selain itu juga terjadi perubahan penurunan pada produksi secret dan spermatogenesis. Pada laki-laki biasanya timbul kecemasan dan ragu mengenai kemampuan seksual, sedangkan pada perempuan biasanya hal yang ditakuti seperti menopause atau berhentinya haid sehingga menimbulkan gangguan psikologis. (Wahyunita & Fitrah 2010)

b. Psikologis dan Hubungan sosial

Dari segi kejiwaan, individu yang menginjak lanjut usia biasanya bersifat labil apabila mendapatkan penolakan, penghinaan atau rasa kasihan yang tidak sesuai dengan keadaanya, oleh karena itu bisanya lansia memilih tidak tergantung dengan orang lain dan berusaha sendiri, walaupun tidak menjadi jaminan bagi lansia untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dilakukan kerana ingin dihargai, dicintai, diinginkan kehadirannya, ingin hidup lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dimasa tuanya. Pada lansia akan muncul sikap yang tidak disadari oleh dirinya sendiri, seperti cerewet, pelupa, sering mengeluh, bersikap egois, berkurangnya kelenturan dalam menghadapi perubahan.


(27)

1.4. Masalah-Masalah Pada Lanjut Usia a. Aktivitas yang berkurang

Masalah yang muncul pada lansia biasanya disebabkan oleh faktor internal maupun dalam tubuh individu itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan, Mengakibatkan aktivitas tubuh menjadi tidak maksimal, biasanya dipengaruhi oleh gangguan tulang karena osteoporosis, sendi, dan otot tubuh, penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah. (Wahyunita dan Fitrah 2010)

b. Ketidakseimbangan Tubuh

Pada lansia keluhan-keluhan sering muncul dikarenakan menurunya fungsi organ tubuh didalam dirinya maupun faktor luar tubuh seperti lingkungan, dan pengaruh konsumsi obat-obatan. Keluhan yang sering muncul pada lansia merupakan gangguan dari dalam tubuh lansia tersebut. Namun hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor dari luar tubuh seperti, faktor lingkungan, sebagai contoh iyalah seorang lansia yang terjatuh. Walaupun tidak beresiko berat bagi lansia tersebut tetapi dapat menyebabkan hilangnya rasa kurang percaya diri pada lansiat dan menimbulkan trauma yang lama sehingga lansia merasa takut melakukan hal-hal untuk melakukan aktivitasnya.(Wahyunita & Fitrah 2010)

c. Incontinence Urin Dan Incontinence Alvi

Incontinence uri merupakan masalah umum yang sering muncul pada lanjut usia. Incontinence uri Merupakan ketidakmampuaan menahan air kencing atau sering disebut dengan beser. Walaupun hal ini bukan termasuk hal yang berat dan dianggap normal tetapi berdampak dalam kesehatan seperti batu ginjal


(28)

Selain masalah dari (BAK) masalah lain yang juga sering muncul adalah buang air besar (BAB) yang sering disebut dengan incintinence alvi yang merupakan keluarnya feses yang tidak disadari oleh lansia, hal ini dikarenakan ketidakmampuan mengendalikan fungsi ekskretoriknya.(Wahyunita&Fitrah 2010)

d. Infeksi

Faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi biasanya berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor dari dalam tubuh biasanya disebabkan karena mulai berkurangnya daya tahan tubuh individu tersebut dikarenakan menurunya fungsi organ tubuh, sehingga menyebabkan kekurangan zat-zat giji karena faktor infeksi itu sendiri

e. Gangguan Saraf dan otot

Gangguan saraf dan otot menyebabkan gangguan berkomunikasi secara verbal, dan juga menyebabkan gangguan pada kulit berupa berkurangnya elastisitas kulit atau pun berkurangnya hormon kolagen sehingga kulit kelihatan kering, rapuh dan rusak.

f. Sulit Buang Air Besar

Sulitnya buang air besar pada lansia biasanya disebabkan oleh kurangnya hormon motilitas dari usus itu sendiri. Dapat juga disebabkan oleh makanan, kurangnya aktivitas tubuh, dehidrasi atau pengaruh obat

g. Penurunan Imunitas Tubuh

Penurunan imunitas tubuh muncul karena pengaruh penurunan fungsi organ tubuh, kekurangan asupan giji seimbang, penyakit yang menahun ataupun pengunaan dari obat.


(29)

h. Penuaan Kulit

Penuaan kulit dapat menyebabkan perubahan kulit pada seorang lansia, seperti kulit keriput, kering yang tampak didagu, diwajah dan dileher. Hal ini terjadi karena menipisnya kulit yang desertai dengan semakin meningkatnya jumlah umur serta semakin longgarnya lapisan lemak dibawah kulit. (Wahyunit&Fitrah 2010)

2. Demensia

2.1. Pengertian Demensia

Demensia adalah sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga dapat menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Secara garis besar manifestasi kliniknya iyalah akibat penyakit yang bertahan (biasanya beberapa bulan atau tahun, dan biasanya tidak terdapat gangguan kesadaran (penderita tetap sadar). (Darmajo & Martono,2006)

Ketika seseorang memasuki usia lanjut akan terjadi perubahan dalam hidupnya. Terjadi penurunan fungsi ingatan seorang lansia, kesulitan dalam mengekspresikan sesuatu secara verbal dan penurunan fungsi kognitif. Terjadinya penurunan dalam memproses ini, diakui banyak mempengaruhi aspek kognitif di usia lanjut. seperti penurunan efisiensi dalam berfikir, perhatian, penurunan dalam memproses informasi, starategi memori, dan pengungkapan kembali memori jangka panjang. (Darmajo & Martono, 2006).


(30)

Menurut charness (Qualls dan Abeles, 2000:109) menyatakan bahwa fungsi kognitif seperti ingatan perhatian dan kecacatan memproses semua mengalami penurunan. Departemen kesehatan RI (1998) menyatakan bahwa seseorang yang tua akan ditandai oleh kemunduran-kemunduran kognitif antara lain ditandai sebagai berikut:

1. Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik

2. Ingatan kepada hal pada masa muda lebih baik dari pada kepada hal-hal yang baru terjadi baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama.

3. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruangan/tempat mundur, karena daya ingat sudah dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur.

4. Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes integlensi menjadi lebih rendah.

5. Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru. Namun proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan demensia.

Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimia di susunan saraf pusat. Pada lansia biasanya terjadi penurunan daya ingat, gangguan psikomotor, lebih sulit mempelajari informasi baru, menurunnya kemampuan mengingat kembali, menurunya ketepatan untuk membuat kode dan mendapatkan kembali informasi-informasi yang ada, disebut sebagai sifat pelupa benign akibat penuaan (benign senescent forgetfullness). Keadaan ini lah menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari pada lansia.(Stanley & Beare 2006)


(31)

Pada penderita demensia juga sering mengalami depresi dan konfusio. Apabila demensia semakin parah dapat menyebabkan hal yang makin memburuk dan akan terlihat jelas pada prilakunya seperti, keluyuran tanpa tujuan, gangguan orientasi terhadap siang dan malam, sangat kehilangan selera makan, atau memakan makanan yang tidak tepat, ingin memakan makanan yang aneh dan menjijikkan dari pada makanan biasanya (seperti memakan makanan binatang, pot tanaman dari tanah dan kotoran). (Watson, 2003)

Menurut Depkes tahun 2025, jumalah penderita demensia di Asia Pasifik akan meningkat dua kali lipat lebih cepat dari pada di negara barat. Pada umumnya penyakit demensia sangat berkaitan dengan usia. Semakin tua populasinya semakin tinggi akan kejadiannya. Angka prevelensi ini bertambah dua kali lipat pada setiap pertambahan lima tahun setelah usia 65 tahun. Lima persen dari seluruh populasi usia 65 tahun di negara barat adalah penderita demensia, 16% terdapat pada kelompok usia 85 tahun dan 32 % terdapat pada kelompok usia 90 tahun.

2.2. Gejala-Gejala Demensia

Berbagai gejala-gejala Demensia (Watson, 2003)

a. Meningkatnya kesulitan dalam melaksankan kegiatan sehari-hari. b. Mengabaikan kebersihan diri.

c. Sering lupa akan kejadian-kejadian yang di alami, teman maupun keluarga


(32)

e. Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun pada malam hari f. Tidak dapat mengenal dimensia ruang dan tempat.

g. Sifat dan prilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah. h. Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas.

2.3. Tingkat Demensia Pada Lansia

a. Tingkat Ringan: Gejala awal sering diabaikan dan disalah artikan sebagaian lanjut usia atau sebagai bagian normal dari proses otak menua, oleh para profesional, anggota keluarga, dan orang terdekat penyandang demensia. Karena prose ini berjalan sangat lambat, Sulit sekali menetukan kapan proses ini dimulai. Biasanya klien menunjukkan gejala sebagi berikut, seperti Kehilangan memori (sulit mendapatkan informasi), menunujukkan penilaian yang buruk, terdapat kesulitan dalam hal angka (membayar tagihan, mengatur uang), spontanitas yang berkurang, perubahan kepribadian halus, diorentasi waktu dan tanggal. (Watson, 2003)

b. Tingkat Sedang: Proses penyakit berlanjut dan masalah semakin nyata. Pada stadium ini klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari menunjukkan gejala sebagai berikut: lansia tersebut menjadi sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa baru dan nama orang, lansia juga tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah, tidak dapat memasak, membersihkan rumah, ataupun belanja, sangat tergantung pada orang lain, membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ketoilet, mandi dan berpakaian), semakin sulit berbicara, senang mengembar/nyeluyur tanpa tujuan,terjadi perubahan prilaku, adanya gangguan kepribadian, sering tersesat


(33)

walaupun jalan tersebut telah dikenal, dapat juga menunjukkan adanya halusinasi. (Watson, 2003)

c. Tingkat tiga: Kurus, lupa makan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, inkontinensia urine dan fekal, perilaku menyerang, ketidakmampuan mengenali keluarga dan teman teman, penurunan nafsu makan, gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot. (Watson, 2003)

2.4 Pengkajian Status Kognitif/Afektif ( Status Mental)

Pemeriksaan status mental memberika sampel prilaku dan kemampuan mental dalam fungsi intelektual. Pemeriksaan singkat terstandardisasi digunakan untuk mendeteksi gangguan kognitif sehingga fungsi intelektual dapat diuji melalui satu/ dua pertanyaan untuk masing-masing area. Mengkaji status Kognitif / Afektif dengan menggunakan Short Portable Mental Status Quetionnaire (SPMSQ), Mini-Mental State Exam (MMSE), Inventaris Depresi Beck (IDB) (Kushariady, 2006)

Short Portable Mental Status Ouestionnaire (SPMSQ) adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Dimana pengujian terdiri dari 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dengan hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh, dan kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer,1975). Selanjutnya pada masing-masing pertanyaan akan diberi nilai benar dan salah. Dan setiap responden dinilai benar tanpa referensi kalender, surat kabar, sertifikat kelahiran atau bantuan untuk mengingat.


(34)

3. Aktivitas Sehari-hari 3.1 Aktivitas Sehari-hari

Aktivitas sehari-hari merupakan aktivitas pokok bagi keperawatan diri. ADL merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Fungsi dari pengkajian status fungsional pada lansia sangat penting, terutama ketika terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam melaksanakan fungsionalnya, hal ini harus dipertahankan secara mandiri mungkin, juga mengetahui keterbatasan fisik pada lansia. Penentuan kemandirian fungsional dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien serta menciptakan pemilihan intervensi yang tepat. Adapun kegiatan dari ADL meliputi antara lain: ketoilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi dan berpindah tempat. Dimana ADL berfungsi untuk mengetahui tingkat ketergantungan seseorang, dengan kata lain besarnya bantuan yang diperluakan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, serta menyusun rencana keperawatan jangka panjang. (Tamher & Noorkasiani, 2009)

Literatur menjelaskan terdapat juga ADL instrumental, merupakan aktivitas yang lebih kompleks dan mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi. Yang termasuk dari ADL insrumental iyalah termasuk dari kegiatan belanja, masak, kegiatan rumah tangga, mencuci, telepon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat secara benar, serta menejemen keuangan, skala yang digunakan terdiri dari 2 mandiri dan tergantung . Dimana penilaian terhadap instrumen ini sangat penting untuk menetapkan level bantuan bagi lansia dalam tingkat ketergantungan penuh atau sedang, Pengukuran dari ADL biasanya


(35)

menggunakan yang dikembangkan oleh Barthel dan Kats. Dimana indeks ini didasari oleh evaluasi terhadap tingkat kemandirian,yaitu tingkat ketergantungan secara fungsional. Indeks ini terdiri dari 7 tingkat sebagai penilaian terhadap perihal melakukan kegiatan mandi, berpakaian, ke toilet, beranjak, kontinensia, dan makan. (Tamher & Noorkasiami, 2009)

Dan menurut penelitian yang dilakukan Desyi Napitupu didapatkan bahwa lansia yang tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terdapat 82,8% lansia mampu melakukan transfer secara mandiri, 17,2% mampu berjalan secara mandiri, 28,1% mampu toileting secara mandiri, 64,1% mampu membersihkan diri secara mandiri, 39,1% kontinen teratur untuk BAB, 23,4% mampu mandi secara mandiri, 21,9% mandiri dalam berpakaian, 20,3% mampu makan secara mandiri, 9,4% mampu naik turun tangga.

3.2 Macam-Macam Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia a. Mandi

Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian (seperti punggung/estremitas yang tidak mampu/ mandi secara sepenuhnya.

Tergantung : Bantuan lebih dari satu bagian tubuh, bantuan diberikan saat masuk dan keluar dari bak mandi, tidak mandi sendiri.


(36)

b. Berpakaian

Mandiri : Mengambil baju dari kloset dan laci (berpakaian, melepaskan pakaian), mengikat (mengatur pengikat, melepas ikatan sepatu)

Tergantung : Tidak memakai baju sendiri/sebagian masih tidak menggunakan pakaian.

c. Ke kamar kecil

Mandiri : Ke kamar kecill (masuk dan keluar dari kamar kecil), merapikan baju, membersihkan organ ekskresi, (dapat mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya malam hari dan dapat/tidak dapat menggunakan dukungan mekanisme) Tergantung : Menggunakan bedpan atau menerima bantuan saat masuk

dan menggunakan toilet. d. Berpindah

Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri serta berpindah duduk dan bangkit dari kursi secara mandiri (dapat/tidak dapat menggunakan dukungan mekanis).

Tergantung : Bantuan dalam berpindah naik/turun dari tempat tidur dan/atau kursi (tidak melakukan satu atau lebih perpindahan)


(37)

e. Kontinen

Mandiri : Berkemih dan defekasi dikontrol sendiri.

Tergantung : Inkontinensia parsial atau total pada perkemihan/ defekasi (kontrol total atau parsial dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal/bedpan teratur.

f. Makan

Mandiri : Mengambil makanan dari piring/ketepatan memasukkan ke mulut, (memotong daging dan menyiapkan makanan). Tergantung : Bantuan dalam hal makan, tidak makan sama

sekali/makan per parental. (Kushariyadi, 2011)

3.3 Instrumen Pengkajian Aktivitas Sehari-Hari

NO Item Yang Dinilai SKOR

1 Kemampuan menggunakan telepon.

a. Mengoperasikan telepon atas inisiatif sendiri : mencari dan menghubungkan nomor telepon, dan seterusnya.

b.Menghubungi beberapa nomor telepon yang telah dikenal dengan baik.

c.Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi. d.Tidak menggunakan telepon sama sekali.

1 1 1 0 2 Berbelanja.

a.Mengurus semua keperluan belanja secara mandiri. b.Berbelanja secara mandiri untuk pembelian yang kecil. c.Perlu ditemani pada setiap kegiatan belanja.

d.Tidak mampu berbelanja sama sekali.

1 0 0 0 3 Persiapan makanan

a.Merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan makanan yang cukup secara mandiri.

b.Menyiapkan makanan yang adekuat jika bahan-bahan untuk membuatnya telah disediakan .

c.Memanaskan dan menyajikan makanan yang disiapkan, atau menyiapkan makanan tetapi tidak mempertahankan diet yang adekuat.

d.Memerlukan makanan yang telah disiapkan dan disajikan.

1 0 0 0


(38)

4 Memelihara Rumah

a.Memelihara rumah sendiri atau kadang-kadang dengan bantuan (misalnya bantuan untuk pekerjaan rumah yang berat) b.Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, seperti mencuci piring dan merapikan tempat tidur

c.Melaksanakan tugas ringan sehari-hari, tetapi tidak memelihara tingkat kebersihan yang dapat diterima

d.Perlu bantuan untuk semua tugas pemeliharaan rumah. e.Tidak berpartisipasi dalam setiap tugas pemeliharaan rumah

1 1 1 1 0 5 Mencuci Pakaian

a.Apakah mencuci pakaian pribadi sepenuhnya

b.Mencuci barang-barang yang kecil , kaos kaki , stocking, dan lain-lain

c.Memerlukan semua cucian dikerjakan orang lain.

1 1 0 6 Model Transportasi

a.Berpergian secara mandiri dengan transportasi umum atau mengemudi mobil pribadi.

b.Melakukan perjalanan sendiri dengan menggunakan taksi tetapi tidak jika menggunakan transportasi umum

c.Berpergian dengan transportasi umum walaupun dibantu atau ditemani oleh orang lain

d.Berpergian terbatas hanya menggunakan mobil atau taksi dengan bantuan orang lain

e.Tidak berpergian sama sekali

1 1 1 0 0 7 Tanggung Jawab Untuk Pengobatan Sendiri

a.Apakah bertanggung jawab untuk minum obat dalam dosis b benar atau waktu yang benar

b.Mengambil tanggung jawab jika pengobatan telah disiapkan lebih dahulu dalam dosis terpisah.

c.Apakah tidak mampu untuk menggunakan pengobatan miliknya sendiri

1 0 0 8 Kemampuan untuk menangani keuangan

a.Mengatur berbagai masalah keuangan secara mandiri (anggaran, menulis cek, membayar uang sewa dan tagihan lainnya, pergi ke bank), mengumpulkan dan mempertahankan sumber-sumber pendapatan.

b.Mengatur pembelian sehari-hari tetapi perlu bantuan berkenaan dengan perbankan, pembelian yang besar, dan sebagainya.

c.Tidak mampu untuk menangani keuangan.

1

1 0 Sumber: Disadur dari Lawton,M,and Brody ,EM: Assessment of older people:Self – maintaining and instrumental activities of daily living.Gerontologis 9;179,1969.


(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka penelitian

Kerangka penelitian merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. kerangka penelitian ini berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan.

Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat demensia dari seorang lanjut usia. Dimana tingkat demensia seorang lansia terdiri dari baik, ringan, sedang dan berat.

Selain itu dilihat juga aktivitas sehari-hari pada lansia, yang terdiri dari aktivitas pokok dan aktivitas yang lebih kompleks dan mendasar pada lansia. Dimana yang termasuk di antaranya iyalah bersosialisasi, mandi, buang air kecil, buang air besar, berpergian, melakukan pekerjaan rumah tangga, menggunakan uang, menggunakan tranportasi umum, mempersiapkan makan dan membetulkan barang-barang yang rusak.

Skema 1.1 Kerangka Penelitian Gambaran Tingkat Demensia dan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia

Ket: = Variabel yang diteliti

Variabel Dependent

Lansia

Variabel Independent

Tingkat Dimensia: -Tidak Demensia -Tingkat Ringan -Tingkat Sedang -Tingkat Berat

Variabel Independent

Aktivitas sehari-hari : - Mandiri - Tergantung


(40)

2.Definisi Operasional

Tabel 2.1 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Tingkat Demensia

Demensia merupakan sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/ memori sedemikian berat sehingga dapat menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.

SPMSQ 0-2 Tidak Demensia 3-4 ringan 5-7 sedang 8-10 berat Ordinal Aktivitas sehari-hari Aktivits sehari-hari merupakan aktivitas pokok dan kompleks bagi lansia.Dimana aktivitas merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia didalam hidupnya. IADL Lawton 14-21 Tergantung 22-28Mandiri Ordinal


(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1.Desain penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan aktivitas sehari-hari dan tingkat demesia pada lansia di desa Batukarang Kecamatan Payung dan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang hanya dilakukan satu kali pada suatu saat untuk mengukur atau mengobservasi data variabel.

2. Populasi dan sampel 2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti (Arikunto, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah para lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang tinggal di Desa Batukarang kecamatan Payung kab Karo yang berjumlah 750.

2.2. Sampel

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Samplimg dengan tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2010).

Adapun kriteria inklusi pada pengambilan sampel ini iyalah:


(42)

Pengambilan sampel menggunakan rumus, jika populasi besar maka pengambilan sampel dapat digunakan 10-15% atau 20-25% populasi (Arikunto, 2010).

n= 10% X N = 10% X 750 = 75

Ket:

n = besar sampel N= total populasi`

3. Lokasi dan waktu penelitian 3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kab karo Sumatra Utara.

3.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret- juni 2015

4. Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dari penelitian ini didapatkan dari kantor kepala desa batukarang. Dimana responden yang akan diteliti bersifat sukarela dan tidak ada paksaan dari peneliti. Ada pun pertimbangan yang harus diperhatikan peneliti yaitu.


(43)

Self determination, dalam penelitian ini peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia menjadi responden atau tidak. Tapi sebelumnya peneliti akan memberikan penjelasan terhadap hal yang diteliti.

Privacy. Peneliti akan menjaga kerahasia jawaban yang diberikan oleh responden.

Informed consent, adalah lembar yang akan diberikan peneliti kepada responden. Yang tujuannya iyalah agar responden mendapatkan informasi yang lebih jelas dari penelitian yang sedang dilakukan peneliti, selanjutnya lembar tersebut akan ditanda tangani oleh responden sebagai bukti kesediaan menjadi responden.

Anonimity, nama baik juga akan dilindungi dengan menjaga kerahasiian respondendan tidak menjantumkan nama responden didalam penelitian.

Protection from discomfort and harm, peneliti memperhatikan kemungkinan ketidaknyamanan yang dirasakan responden selama pengisian kuesioner. Untuk meminimalkan ketidaknyamanan maka peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner.

5. Instrumen penelitian

Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah kuesioner. Dimana pada kuesioner tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner aktivitas sehari-hari dan kuesioner tingkat dimensia.


(44)

5.1. Kuesioner data demografi responden

Kuesioner ini terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjakaan. Data demografi ini hanya digunakan untuk menggambarkan karateristik responden.

5.2. Kuesioner tingkat demensia pada lansia

Kuesioner ini berisi tentang tingkat demensia yang dialami oleh lansia mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Pada pengisian kuesioner tidak diperkenankan untuk melihat kalender, surat kabar, sertifikat kelahiran, atau bantuan lain utuk mengingat. Pengujian terdiri dari 10 pertanyaan yang dimodifikasi terkait dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh, kemampuan matematis atau perhitungan, jadi tingkat demensia dikategorikan sebagai ordinal dengan skala guttman. Apabila terdapat kesalahan 0-2 dinyatakan tidak demensia, 3-4 kesalahan dinyatakan terdapat gangguan intelektual yang ringan, 5-7 kesalahan dinyatakan mengalami gangguan intelektual sedang dan 8-10 kesalahan dinyatakan gangguan intelektual berat.

5.3. Kuesioner aktivitas sehari-hari

Kuesioner ini membahas tentang aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dalam hidupnya seperti Dimana yang termasuk di antaranya iyalah bersosialisasi, mandi, buang air kecil, buang air besar, berpergian, melakukan pekerjaan rumah tangga, menggunakan uang, menggunakan tranportasi umum, mempersiapkan makan dan membetulkan barang-barang yang rusak.


(45)

Kuesioner gambaran aktivitas sehari-hari pada lansia terdiri dari 14 pertanyaan yang dimodifikasi dari instrumen lawton dan menggunakan skala Cronbach Alpha.

Menggunakan rumus Sudjana (1992): P= Rentang

Banyak kelas

Dimana rentang (nilai tertinggi – nilai terendah) nilai tertinggi sebesar 28 dan nilai terendah 14 , banyak kelas ada 2 kelas (mandiri, tergantung) maka didapatkan panjang kelas 14

Maka dikategorikan sebagai berikut: 14-21 : di kategorikan tergantung. 22-28 : di kategorikan mandiri.

6. Uji validitas dan reliabilitas 6.1. Uji validitas

Matondang (2009) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan suatu instrumen pengukuran (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.


(46)

Uji validitas untuk instrumen aktivitas sehari-hari dan demensia di validitasi oleh dosen Keperawatan Sumatra Utara yang yang sesuai dengan bidangnya. Kuesioner penelitian ini hanya dilakukan uji validitas isi dan telah divalidasi oleh 1 orang pakar dan praktisi pendidikan tentang kesesuian isi kuesioner dengan konsep. Kuesioner tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari dinyatakan valid dengan sedikit perbaikan dalam penyusunan kata dan nilai CVI dari dari kedua kuesioner ini terdiri dari 1,00

6.2 Uji reabilitas

Uji reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoadmojo,2010). Uji reabilitas perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana hasil pengkuran itu tetap konsisten bila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama. Penghitungan reabilitas hanya dilakukan pada instrumen yang pertanyaan-pertanyaanya sudah memiliki validitas (Notoadmojo, 2010). Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan. Uji reabilitas ini dilakukan Di Desa Payung Kec Payung Kab Karo kepada 20 subjek di luar sampel yang memiliki karakteristik yang sama, kemudian peneliti menilai respondennya. Menurut Arikunto (2006 dalam panjaitan 2014) uji rebilitas dapat dilakukan dengan rumus alpha cronbach (α) sehingga alat ukur yang digunakan dapat dipercaya untuk Untuk mengetahui reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan nilai r-hasil (alpha cronbach) dan dikatakan reliabel apabila nilai


(47)

alpha cronbach >0,07 pada kuesioner ini didapatkan nilai relib yang menggunakan skala guttmen 0,803 untuk kuesioner tingkat demensia dan 0,964 untuk kuesoner aktivitas sehari-hari.

7. Pengumpulan data

Pada tahap awal permohonan izin pelaksanaan penelitian diajukan kepada institusi penelitian peogram Studi Ilmu keperawatan Universitas Sumatra Utara. Selanjutnya peneliti mendatangi kantor kepala Desa Batukarang untuk mendapatkan data atau jumlah populasi lansia yang ada di Desa tersebut. Selanjutnya peneliti akan mendatangi responden untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, apabila respoden tidak bersedia untuk diteliti tidak akan dipaksakan. Tetapi bagi reponden yang bersedia akan diberikan lembar informed consent untuk dibaca dan ditandatangani. Responden yang bersedia untuk diteliti dan sudah mendandatangani informed consent akan diberikan lembar pertanyaan untuk diisi.

8. Analisa Data

Menurut Setiadi (2007) setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, penelitian data atau analisa data yang terdiri beberapa tahap yaitu Editing dilakukan untuk memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data, Dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori,


(48)

Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Entry data Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data, Memasukkan data, boleh dengan cara manual atau melalui pengelolaan komputer. Cleaning pembersihan data, untuk melihat variabel apakah data sudah benar atau belum. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah aktivitas sehari-hari dan tingkat demensia pada lansia, populasi yang digunankan dalam penelitian ini lansia yang berumur 60 tahun keatas dengan jumlah 750 orang.


(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan menguraikan tentang karateristik data demografi responden, Gambaran tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia, jumlah responden pada penelitian ini adalah 75 orang, yakni lansia Desa Batukarang dan bersedia menjadi responden.

1.1 Karakteristik Data Demografi

Karateristik responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden terbanyak berusia elderly (58,75), old (38,7%), very old (2,7%), berjenis kelamin perempuan (65,3%), dan laki-laki (34,7%), dan pekerjaan terbanyak pertani (78,7%), pensiunan PNS (14,7), wirausaha (6,7%).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Demografi Lansia di Desa Batukarang (n-75 )

Karateristik Demografi Frekuensi % 1. Usia

60-74 (Ederly) 44 58,7 75-90 (Old) 29 38,7 90 (Very old) 2 2,7 2. Jenis kelamin

Laki-laki 26 34,7 Perempuan 49 65,3 3. Pekerjaan

Petani 59 78,7 Pns 11 14,7 Wirausaha 5 6,7


(50)

1.2 Tingkat Demensia

Hasil analisa data tingkat Demensia pada lansia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Berdasarkan Kategori Tingkat Demensia di Desa Batukarang Kec Payung (n=75).

Variabel Kategori Frekuensi % Tingkat Demensia Tidak Demensia (0-2) 42 56,3 Ringan (3-5) 10 13,3 Sedang (5-7) 17 22,7 Berat (8-10) 6 8,0

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data ada 42 lansia (56%) termasuk dalam kategori tidak demensia dan hanya 8 orang lansia (8%) yang termasuk dalam kategori demensia berat.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan presentase Tingkat Demensia di Desa Batukarang Kec Payung Kab (n-75)

No Pertanyaan Salah Benar N (%) N (%) 1. Tanggal Berapakah Hari Ini 46 61,3 29 38,7 2. Bulan Berapakah Sekarang 22 29,9 53 70,7 3. Tahun Berapakah sekarang 19 25,3 56 74,7 4. Hari Apa Sekarang 14 18,7 61 81,3 5. Apa Nama Tempat Ini 10 13,3 65 86,7 6. Dimana Alamat Rumah Bapak/Ibu 8 10,7 67 89,3 7. Berapa Umur Bapak/Ibu 12 16,0 63 84,0 8. Siapakah Nama Presiden Kita 29 38,7 46 61,39 9. Siapa Nama Kecil Anda 24 32,0 51 68,0 10. Kurangi 3 dari 20 Terus Kurangi 3 38 50,7 37 49,3

Dari Masing-masing Angkanya

Sampe Habis


(51)

1.3 Aktivitas Sehari-hari

Hasil analisa data dari aktivitas sehari-hari pada lansia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Berdasarkan Kategori Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung.

Tabel 5.4 menujukkan gambaran aktivitas sehari-hari lansia di Desa Batukarang ketergantungan 13 orang (17,3%) dan mandiri 62 orang (82,7%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Desa Batukarang Kec Payung (n-75)

No Pertanyaan Tergantung N ( % )

Mandiri N (%) 1. Mempersiapkan makan dan alat makan 11 14,7 64 85,3 2. Bersosialisasi atau bergaul dengan 13 17,3 62 82,7

tetangga dan masyarakat sekitar rumah

3. Melakukan Pekerjaan rumah tangga 18 24,0 57 76,0 (Menyapu rumah,mencuci piring)

4. Memperbaiki barang keperluan 41 54,7 34 45,3 Sehari-hari yang rusak

5. Menggunakan sarana transportasi umum 37 49,3 38 50,7 Untuk berpergian ke suatu tempat

6. Menggunakan Uang dan menyimpan 30 40,0 45 60,0 Dengan baik

7. Berpergian dengan sendiri tanpa ditemani 36 48,0 39 52,0 Oleh keluarga atau orang lain

8. Mandi sendiri 14 18,7 61 81,3 (Mempesipkan alat mandi dan baju ganti

9. Buang air besar 11 14,7 64 85,3 (masuk dan keluar kamar mandi)

10. Buang air kecil 11 14,7 64 85,3

Variabel Katagori Frekuensi % Aktivitas Sehari-hari Tergantung (14-21)

Mandiri (22-28)

19 56

25,3 74,7


(52)

Table 5.5 ( Lanjutan)

No Pertanyaan Tergantung Mandiri N % N % 11. Duduk dan berdiri 16 21,3 59 78,7

12. Mengkonsumsi obat secara benar 26 34,7 49 65,3 Sesuai dengan aturan dan

dosis yang diberikan

13. Mengikuti kegiatan rohani 18 24,0 57 76,0 14. Menghadiri acara di luar rumah 23 30,7 52 69,3

2. Pembahasan

2.1 Tingkat Demensia

Dari penelitian yang sudah dilakukan di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo bahwa dari 75 responden penelitian lebih dari setengah lansia yang ada di desa tersebut tidak demensia yaitu 42 orang (56,3%), dikatakan demikian karena dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada lansia tersebut lebih banyak lansia yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti. Hal ini dapat disebabkan karena rata-rata responden yang berada pada kategori tidak demensia dan menjawab dengan benar ini berumur 60-74 tahun yaitu 44 orang (58,7%) sehingga angka terjadinya demensia juga masih sangat kecil, hal ini disebabkan juga karena mayoritas lansia yang bekerja di desa Batukarang tersebut adalah petani terdapat 59 orang (78,7%), Dan lansia yang bekerja sebagai petani sangat aktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari dimana mereka sangat semangat bekerja keladang pada pagi hari dan pulang dari ladang pada sore hari, mereka juga jarang sekali mengeluh tentang pekerjaan mereka


(53)

dan berpikir bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah sebagai olahraga bagi kesehatan fisik mereka dan jika mereka tidak pergi ke ladang mereka merasa suntuk dirumah dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, lansia juga merasa lebih sehat apalabila berpegian ke ladang setiap hari. Oleh karena itu lansia banyak melakukan aktivitas setiap harinya, dimana aktivitas yang dilakukan lansia tersebut dapat menghambat terjadinya proses penuaan otak.

Menurut Turana (2013) program kegiatan lansia dilapangan dapat menjadi kegitan stimulus otak dan menjadikan lansia lebih berperan aktif dan produktif, bukan hanya sekedar menghambat proses kemunduran otak namun juga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan orang sekitarnya, adapun kegiatan yang dapat melatih stimulus otak pada lansia yaitu aktivitas fisik, stimulasi mental, dan aktivitas sosial. Menurut Noorkasiani (2009) menyatakan bahwa lansia pada umur 65- 74 tahun hanya 3% mengalami demensia 75-80 tahun mengalami demensia sedang dan 80 tahun ke atas meningkat sampai 47% mengalami demensia. Sedangkan menurut Akter,et,al (2012) lansia yang berumur 65-69 usia 75-79 tahun, 5,8% pada usia 80-82 tahun, 11% pada usia 82-84 tahun, dan 22,3% pada usia 85 tahun.

Menurut Nugroho, 2008 semakin tua populasinya semakin tinggi angka terjadinya demensia. Proses menua tidak sendirinya dapat menyebabkan demensia. Demensia diperkirakan akan terus meningkat dua kali lipat, dan angka kejadian penyakit demensia sangat berkaitan dengan usia. Semakin tua populasinya, semakin tinggi angka kejadinnya. Angka prevalensi akan bertambah dua kali lipat pada setiap pertumbuhan lima tahun setelah usia 65


(54)

tahun. lima persen dari seluruh populasi usia 65 tahun adalah penderita demensia, 16% terdapat pada usia 85 tahun, dan 32% terdapat pada usia 90 tahun.

Pada lansia tingkat demensia ringan yang ada pada desa tersebut terdapat 10 orang (13,3%) yang mengalami demensia ringan, tetapi masih banyak lansia yang melakukan aktivitas dan sebagian dari mereka sadar bahwa adanya penurunan daya ingat dan kadang-kadang mereka membutuhkan keluarga untuk mengingatkan kembali hal-hal yang mereka lupa untuk dikerjakan atau ada pertemuan acara-acara diluar rumah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryantoro (2012), 36,7% lansia tingkat ringan aktif melakukan aktifitas sehari-hari dengan bantuan tingkat ringan hal ini dikarenakan responden masih aktif dalam bekerja dan masih aktif melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. Lansia yang mengalami demensia tingkat ringan akan terjadi perubahan-perubahan kognisi yang tiba-tiba. Hilangnya memori terbaru menyebabkan sulitnya mendapatkan informasi baru, juga dapat menunujukkan pola penilaian yang buruk, terdapat kesulitan dalah hal angka, membayar tagihan, menyeimbangkan buku cek, mengatur uang dan dan menelepon dapat menjadi hal yang menyulitkan, terjadinya perubahan-perubahan kepribadian, kurang inisiatif dan menjadi lebih menarik diri, kebingungan terhadap orientasi waktu dan jarak, kesulitan menyebutkan nama benda. (Stanley & Beare,2006)

Pada lansia demensia tingkat sedang terdapat 17 orang (22,7%) yang mengalami demensia ringan, kebanyakan lansia sudah tidak dapat melakukan


(55)

aktivitas secara mandiri atau dengan kata lain lansia tersebut membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan lansia tersebut lebih banyak tinggal bersama keluarga atau tidak tinggal sendirian. Hal ini didukung dengan data bahwa sebagian responden yang demensia ringan masih bekerja seperti biasa dan responden yang mengalami demensia sedang sebagian besar bekerja di dalam rumah atau sudah tidak bekerja seperti waktu muda. Pada tahap ini terjadinya ingatan pada saat ini dan ingatan masa lampau memburuk, apraksia atau ketidakmampuan melakukan gerakan yang bertujuan, meskipun sistem sensori dan motoriknya utuh juga terjadi, membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari, agnosia atau ketidakmampuan untuk mengenali objek yang umum, agresivitas, ansietas, mengeluyur dan gangguan aktivitas lain, perilaku yang tidak tepat secara total, gangguan irama diurnal, delusi, paranoid, halusinasi, kesulitan dalam bahasa, peningkatan tonus otot, perubahan gaya berjalan dan keseimbangan, dan gangguan persepsi terhadap kedalaman yang dapat menyebabkan resiko terjadinya jatuh, nafsu makan yang baik.( Stanley & Beare, 2006)

Lansia yang mengalami demensia tingkat berat dari 75 responden hanya terdapat 6 orang (8,0%) terjadi pada umur 85 tahun, dan pada saat dilakukan penelitian responden yang ditanyakan lebih banyak tidak tau dalam menjawab pertanyaan yang ditanyakan dan mereka seperti tidak mendengarkan peneliti dalam bertanya, asal-asalan dalam menjawab dan seperti orang yang kebingungan saat melihat orang yang belum mereka kenal, bahkan keluarga atau menantunya yang tidak tinggal serumah dengan dia sendiri pun lansia tersebut


(56)

tidak ingat apabila tidak dijelaskan kepadanya. Kebanyakan pada mereka juga mengalami penurunan penglihatan, dan lansia tersebut juga lebih banyak di tempat tidur dari pada di luar rumah ini disebabkan karena terjadinya penurunan ekstremitas dan mereka ditemani/dirawat oleh keluarga atau perawat untuk membantu mereka dalam melakukan aktivitas dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan lansia tersebut.

Menurut Setiono Hidayati (2005) demensia adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progesif. Lansia ini menderita penyakit seperti, pembicara tergangu ( mungkin sama sekali hilang), tidak mengenali diri sendiri atau orang lain yang dikenalnya, tampak terus-menerus apatik, berbaring di tempat tidur, penurunan nafsu makan, terjadinya penurunan berat badan, siklus tidur-bangun juga sanangat berubah, tidak peduli terhadap lingkunagn sosial, inkontinen baik urin maupun alvi, gejala berat dari gerak langkah, tonus otot dan gambaran yang mengarah pada sindrom Kluver-Bucy (apati, ganggguan pengenalan, gerak mulut tak terkontrol, hiperseksualitas, amnesia, dan bulimia) Martono,(2006). pada umumnya lansia yang semakin tinggi tingkat demensia akan mempengaruhi fungsi kognitif sehingga mempengaruhi kemampuan aktivitas. Dari Penelitian yang dilakukan oleh Suryantoro (2012) menjelaskan bahwa adanya hubungan tingakat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia dijelaskan bahwa responden yang mengalami gejala demensia masih banyak yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari, namun responden yang mengalami demensia sedang atau berat akan


(57)

semakin membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Menurut Hartati dan Wardani (2010) menjelaskan bahwa lansia yang berusia 85 tahun ke atas resiko mengalami demensia semakin besar 25%-47%. Selain itu bertambah majunya penderita demensia dibutuhkan berbagai macam skrining terhadap penderitanya. Skrining tersebut diperlukan agar dapat diberikan pengobatan yang lebih dini untuk memperlambat demensia. Menurut penelitian yang sudah dilakukan Dani Setiawan (2014) bahwa lansia yang mengalami demensia yaitu 11 orang (40,7%) lebih sedikit dari pada lansia yang tidak mengalami demensia yang berjumlah 16 orang (59,3%).

Hampir semua orang lansia yang mengalami kemunduran fungsi mentalnya secara mudah disebut sebagai telah mengalami demensia. Dan dalam kenyataannya belum tentu lansia sudah mengalami demensia dan mungkin hanya baru dalam taraf predemensia namun istilah ini belum begitu dikenal dalam masyarakat,

namun keadaan demensia pada lansia tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi secara berangsur-angsur melalui sebuah rangkaian kesatuan dimulai dari Senescence berkembang menjadi senelity yang disebut sebagai pre-demensia dan selanjutnya menjadi demensia (Kuntjoro, 2002). Seseorang yang mengalami demensia akan mengalami kelemahan kognisi secara bertahap, juga akan mengalami kemunduran aktivitas hidup sehari-hari (Adl ) dan ini pun terjadi secara bertahap dan dapat di amati. (Kusumoputro, 2006).


(58)

2.2 Aktivitas sehari-hari

Aktivitas kehidupan sehari-hari fungsional lansia adalah aktivitas fungsional yang penting bagi perawatan diri sendiri meliputi (mandi, makan, toileting, berpakaian dan berpindah) dan aktivitas instrumental kehidupan sehari-hari termasuk hal-hal yang dapat memfasilitasi atau meningkatkan pelaksanaan IADL yaitu (bersosilisasi, berbelanja, masak, pekerjaan rumah tangga, mencuci, telepon, menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat secara benar, serta menejemen keuangan ). Oleh kerana itu bagi lansia yang tinggal dikomunitas pengkajian IADL perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tersedia pelayanan yang memadai untuk memberikan kemampuan kepada mereka agar dapat berfungsi secara mandiri dan tergantung (Noorkasiani, 2009)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia yang tergantung 19 orang (25,3%) dimana dikatakan tergantung apabila seorang lansia tersebut membutuhkan bantuan sepenuhnya atau sedikit bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dari hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa lansia tersebut memang sangat membutuhkan keluarga dalam melakukan pemenuhan keperluannya, baik secara fisik maupun kebutuhan sehari-harinya, sedangkan apabila tidak ada keluarga yang menemani mereka maka mereka sangat kesusahan dan tidak bisa mendapatkan sesuatu yang mereka perlukan dan butuhkan.

Faktor- faktor yang menyebabkan lansia tidak dapat melakukan imobilisasi yaitu fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan seperti artritis, paralis dari penyakit serebro vaskuler, penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan


(59)

kelelahan estremitas selama latihan, sehingga kaki tidak terpelihara secara adekuat. Selain itu penyebab imobilisasi termasuk persarafan, seperti gejala tumor dan ketidakmampuan untuk berjalan (Watson, 2003).

Tingkat Ketergantungan adalah derajat ketidakmampuan perawatan diri akibat kelemahan pada ekstremitas dan penurunan fungsi mobilitas yang dapat menghambat pemunuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari yang merupakan aktivitas sehari. Fadluloh, (2014)

Mayoritas responden mandiri 56 orang (74,7%) dalam melakukan aktivitas sehari-sehari seperti dalam mempersiapkan makan dan alat makan, bersosilisasi atau bergaul dengan masyarakat sekitar rumah, melakukan pekerjaan rumah tangga, memperbaiki barang keperluan sehari-hari yang rusak, menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian ke suatu tempat, menggunakan uang dan menyimpan dengan baik, berpergian dengan sendiri tanpa ditemani oleh keluarga dan orang lain, mandi sendiri, buang air besar, buang air kecil, duduk dan berdiri mengkonsumsi obat dengan benar sesuai dengan dosis dan aturan yang diberikan, mengikuti kegiatan rohani, mengikuti acara di luar rumah.

Dikatakan juga mandiri apabila lansia tersebut tidak membutuhkan bantuan orang lain sedikit pun dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan kebanyakan pada lansia ini aktif dan masih banyak melakukan pekerjaan seperti bertani dan mereka juga sangat senang melakukan aktivitas apabila mereka tidak bekerja mereka merasa bosan dirumah dan tetap berusaha untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa dibantu orang lain.


(60)

Hal ini dapat didukung juga oleh (Kuntjoro, 2002, dalam suryani, 2008) bahwa lansia dengan mandiri sering menolak pertolongan atau bantuan dari orang lain namun memiliki banyak teman. Lansia yang memiliki tipe kemandirian selalu mengandalkan dirinya sendiri karena dapat mengatasi kesulitan yang mereka alami dalam beraktivitas. Demikian juga dari hasil penelitian (Theresia, 2005 dalam suryani, 2008) bahwa lansia termotivasi melakukan sendiri aktivitas untuk mengurangi beban oran lain. Menurut Nugroho (1995) dan Oswari (1958) bahwa lanjut usia dapat beraktivitas secara maksimal tanpa pertolongan orang lain, dan banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar dihari tuanya sehingga mereka cenderung melakukan aktivitasnya dan tidak tergantung orang lain/ keluarga.

Kobayasi (2009) menyatakan bahwa 64% lansia memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dalam melakukan ADL. Berdasarkan hasil penelitian Rinajumita (2011) yang dilakukan pada 90 responden menunjukkan sebagian besar lansia mandiri dalam melakukan aktivitasnya sendiri dimana mandiri yaitu (87,78%). Kemandirian pada lansia tergantung pada status fungsional dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia iyalah usia imobilisasi dan mudah jatuh (Lueckenotte, 1996).

Menurut Marlina Napitupu semakin tinggi aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh lansia maka successful aging pada lansia akan semakin tinggi, sebaliknya apabila aktivitas sehari-hari yang dilakukan pada lansia rendah maka successful aging menurun atau rendah. Perubahan status sosial dan perubahan fungsional individu juga memperlihatkan bahwa lansia akan merasakan


(61)

kepuasannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi jauh lebih penting dari pada kuantitas dari aktivitas yang dilakukannya, misalnya mengujungi saudara atau teman, melakukan aktivitas keagamaan, mengikuti aktivitas kelompok lansia, melakukan kegiatan membaca atau menulis, musik, seni, menjalankan hobi, berkebun, menanam tanaman, mengikuti kegitan warga atau sosial, membersihkan halaman rumah, kerja bakti warga dan lain-lainya. Contoh kegiatan diatas mampu memberikan kesempatan pada lansia terus terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, terus bekerja memberikan kontribusi bagi kepuasan dan kebahagiaan hidup secara berarti bagi usia lanjut. (Suardiman, 2011)

Dari penelitian yang dilakukan bahwa lebih dari separuh lansia yang berusia 85 tahun atau lebih akan memerlukan bantuan aktivitas hidup sehari-hari dikarenakan mereka kehilangan kemandirian baik secara fisik, diantaranya keterbatasan gerak, maupun secara psikologis, yaitu depresi atau kerusakan kognitif dan kebanyakan pada lansia ini juga hanya di rumah atau di tempat tidur. Perubahan-perubahan akan terjadi pada manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia.Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Masa lansia sering dimaknai dengan masa kemunduran, terutama pada fungsi-fungsi fisik dan psikologis, seorang lansia akan mengalami kendala atau ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu, berarti tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain-lain, baik sebagian dibantu (ketergantungan ringan atau sedang) maupun ketergantungan seluruhnya ( ketergantungan total atau berat).


(62)

Dengan menurunya fungsi gerak pada lansia akan memberikan dampak apabila kebiasaan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Permana,2009)

Dan dari hasil penelitian juga diketahui bahwa lansia juga tetap memaksakan dirinya dalam melakukan aktivitas-sehari tanpa harus meminta bantuan keluarga, Eka ediawati (2012) menyatakan bahwa lansia tetap memaksa untuk melakukan aktivitas ADL nya secara mandiri seperti lansia tetap berusaha pergi ke toilet meskipun sudah tidak mampu berjalan dengan normal. Pada beberapa lansia, mereka juga tetap berusaha untuk makan secara mandiri walaupun mereka sudah tidak mampu memasukkan lebih banyak lagi nasi ke mulut oleh karena penyakit dan kelemahan yang mereka miliki.


(63)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo menunjukkan bahwa.

Tingkat Demensia merupakan suatu penurunan daya ingat atau kognitif pada manusia khususnya terjadi pada seorang lansia yang berumur 60 tahun ke atas. Dan tingkat demensia seorang lansia dapat dikategorikan menjadi demensia ringan, sedang dan berat. Pada lansia yang ada di Desa Batukarang Kec payung Kab Karo lansia yang tidak Demensia dikategori dalam tingkat tinggi yaitu 42 orang (65.0%) yang mengalami tingkat demensia ringan 10 orang (13,3%), tingkat demensia sedang 17 orang (22,7%) dan yang mengalami tingkat demensia berat 6 orang (8,0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum atau garis besar lansia yang ada di Desa Batukarang Kec Payung Kab karo lebih banyak lansia yang tidak demensia, dan hanya sedikit lansia yang mengalami demensia ringan, sedang dan berat, hal ini disebabkan karena pada desa tersebut banyak lansia yang masih aktif dan bekerja sebagai petani yang dapat menghabat terjadinya penurunan kognitif dan pada lansia dan juga lansia tersebut masih pada kategori usia ederly 60-74 tahun dimana pada usia ini angka terjadinya demensia masih sedikit.

Gambaran aktivitas sehari-hari adalah suatu kegiatan fungsional yang dilakukan lansia yang berguna untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri di dalam hidup sehari-harinya yang biasanya terdiri dari bersosilisasi, berbelanja, masak, pekerjaan rumah tangga,mencuci, telepon dan menggunakan


(64)

sarana transportasi mampu menggunakan obat secara benar serta menejemen keuangan.

Aktivitas sehari-hari pada lansia yang ada di Desa Batukarang Kec Payung Kab Karo tersebut mandiri dikategorikan dalam tingkat tinggi 56 orang (74,7%) dan hanya sedikit lansia yang tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari yaitu 19 orang (25,3%). Hal ini menunjukkan bahwa lansia yang ada di desa tersebut mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari dikarenakan lansia tersebut masih banyak yang belum mengalami demensia, karena apabila seorang lansia mengalami demensia akan sangat berpengaruh kepada aktivitas sehari-harinya dan mereka juga selalu berusa untuk melakukan aktivitasnya dengan sendiri dan tidak mau menyusahkan orang lain meskipun mereka sudah mengalami kesulitan.

2. SARAN

2.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan pengetahuan di bidang keperawatan gerontik khusunya tentang demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia.


(65)

2.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga perawat profesional sebagai salah satu wacana dalam memberikan konseling tentang perawatan gerontik , khusnya tentang tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia.

2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya mengambarkan gambaran tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari saja oleh karena, saran untuk peneliti berikutnya dapat diteliti hubungan tingkat demensia dan aktivitas sehari-hari pada lansia dan juga perlu menambahkan data demografi responden karena data penelitian sebelumnya masih kurang.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

78

Rencana Anggaran Penelitian

1.Persiapan Proposal

- Biaya print proposal Rp. 150.000,-

- Biaya sumber-sumber fotokopi tinjauan pustaka Rp. 100.000,-

- Biaya Internet Rp. 100.000,-

- Perbanyak proposal dan penjilitan Rp. 100.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp. 150.000.- 2. Perbaiki Proposal

- Biaya Print Kertas Rp. 50.000,-

3. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin Penelitian Rp. 100.000,-

- Sovernir untuk responden Rp. 400.000,-

- Penggandaan Kuesioner Rp. 100,000,-

- Biaya Print Kertas Rp. 50,000,-

4. Persiapan Skripsi

- Biaya Print Rp. 100.000,-

-Penggandaan Skripsi dan penjilidan Rp. 100.000,-

-Konsumsi sidang skripsi Rp.150.000,-


(6)

Riwayat Hidup

Nama :Putry Mey Sary Ginting

Tempat, tanggal lahir : Kabanjahe 13 Mei 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Jln jamin ginting kompleks buena vista 3A

Riwayat Pendidikan

1. TK PANCUR SIWAH (1998-1999) 2. SD Negri 046415 (1999-2005) 3. SMP Putri Cahaya (2005-2008) 4. SMA Santho Thomas 2 (2008-2011)