Pengaruh Populasi dan Pukan Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family:
Liliales, Genus Allium,SpeciesAllium ascalonicum L. (van Steenis, 2005).
Bawang merah merupakan ternaye rendah yang tumbuh tegak dan tinggi
dapat mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.
Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam
tertanam dalam tanah. Seperti juga bawang putih, tanaman ini termasuk tidak
tahan kekeringan (Sugie, 2012).
Daunnya panjang serta berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat
berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh karena itu, bawang merah disebut
umbi lapis. Tanaman bawang merah mempunyai aroma yang spesifik yang
marangsang keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin(Sunarjono,
2004).
Tangkai tandan bunga keluar dari tunas apikal yang merupakan tunas
utama (tunas inti). Tunas ini paling pertama muncul dari dasar umbi melalui
ujung-ujung umbi, seperti halnya daun biasa. Tangkai tandan bunga pada bagian
bawah berbentuk kecil, bagian tengah membesar, dan semakin ke atas bentuknya

semakin mengecil. Selanjutnya pada bagian ujung membentuk kepala yang
meruncing seperti mata tombak. Bagian ini di bungkus oleh lapisan daun atau
seludang. Proses selanjutnya seludang akan membuka sehingga memnyerupai
payung. Dengan membukanya seludang maka akantampak kuncup-kuncup bunga

Universitas Sumatera Utara

5

dengan tangkai kecil yang pendek. Tangkai tandan bunga mengandung 50 – 200
kuntum bunga. Pemanjangan tangkai tandan bunga akan berhenti setelah tepung
sari matang semuanya (Sugie, 2012).
Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk
bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya
meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak
(Rukmana, 2005).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50-200 kutum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai
mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang
berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari

daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Sedangkan kuntumnya juga bertangkai
tetapi pendek, antara 0,2 - 0,6 cm (Wibowo, 2007).
Bakal buah bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan
yang masing-masing memiliki dua bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan
persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga yang lain akan kering
dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat di dalamnya terdapat biji yang
berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji berwarna
putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003).
Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki fase vegetatif setelah
berumur 11- 35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat
tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang

Universitas Sumatera Utara

6

disebut fase pembentukan umbi (36 – 50 HST ) dan fase pematangan umbi (5165 HST) (Gunawan, 2010).
Kelemahan biji bawang merah adalah membutuhkan waktu budidaya yang
lebih lama, karena membutuhkan pembibitan. Biji bawang merah membutuhkan

perlakuan penyemaian dengan waktu 30 hari dan akan dipanen 60-70 hari setelah
pindah tanam. Umur tanaman bawang merah di dataran tinggi memiliki umur
yang lebih panjang yaitu 118 hari setelah tanam. Pertumbuhan optimal terjadi
pada umur 84 MST. Di Brebes dilaporkan bawang merah dengan biji memiliki
umur 70-80 hari setelah pindah tanam (Sumarni dan Rosliani, 2010).
Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu
udaranya rata-rata 220C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu
udara lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana
ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara
220C tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman
bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah
(Anita, 2013).
Pembentukan umbi bawang merah berasal dari lapisan daun yang
membesar dan menyatu. Pembentukan lapisan daun yang membesar initerbentuk
dari mekanisme kerja unsur hara N. Unsur hara N menyebabkan proses kimia
yang menghasilkan asam nukleat, yang berperan dalam inti sel pada proses
pembelahan sel, sehingga lapisan-lapisan daun dapat terbentuk dengan baik yang
selanjutnya berkembang menjadi umbi bawang merah. Pembelahan dan
pembesaran sel menjadi terhambat bila kekurangan hara N, sehingga hasil umbi
berkurang.Pemberian hara N yang cukup dapat meningkatkan jumlah anakan dan


Universitas Sumatera Utara

7

hasil umbi bawang merah.Kekurangan hara P dapat mengurangi pertumbuhan dan
perkembangan akar dan daun, mengurangi ukuran umbi dan hasil umbi, serta
memperlambat kematangan. Kandungan K yang tinggi menyebabkan banyaknya
ion K+yang mengikat air dalam tanaman mempercepat dan mengoptimalkan
proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang optimal menyebabkan tanaman tetap
segar dan terhindar dari kelayuan. Hasil fotosintesis dapat merangsang
pembentukan umbi bawang merah menjadi lebih besar (Sumarni dkk., 2012).
Letak bakal biji dalam ruang bakal buah (ovarium) terbalik atau dikenal
dengan istilah anatropus. Oleh karenanya, bakal biji bawang merah dekat dengan
plasentanya. Biji bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah tua,
biji akan berwarna hitam (Rahayu dan Berlian, 1999).
Syarat Tumbuh
Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi hingga 1.100 meter diatas permukaan laut (dpl),

dengan ketinggian tempat yang paling ideal adalah 0 – 800 m dpl. Produksi
terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim agak kering,
udara panas dengan sinar matahari 70%, karena bawang merah termasuk tanaman
yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). Tiupan angin
sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil umbinya
akan tinggi(Rukmana, 2004; Sunarjono, 2004 dalam Sumarni dan Hidayat, 2005).
Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketingian tempat yang optimal untuk

Universitas Sumatera Utara

8

pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas
permukaan laut (Wibowo, 2007).
Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering
Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang
tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya
matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32°C, dan
kelembaban nisbi 50-70% (Nazarudin, 1999).

Tanah
Tanah

yang

digunakan

untuk

penanaman

bawang

merah

mempunyaistruktur tanah yang bagus, drainase yang lancar dan tidak mudah
padat.Sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan biji bawang
merahmenjadi

optimal.


Oleh

karena

itu

sebaiknya

tanah

persemaian

digunakantanah lempung berpasir yang dicampur dengan pupuk kandang (Abdi
Tani,1999).
Tanaman ini memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai
liat, drinase/aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak
masam (pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang
merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus (Rahayu dan
Berlian, 1999).

Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dan
menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 % penanaman dilakukan
pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak
air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk. Tanah yang cukup

Universitas Sumatera Utara

9

lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah
(Rismunandar, 1989).
Populasi Tanaman
Adanya interaksi diantara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi dari
jarak tanam dan besarnya tanaman yanhg bersangkutan. Disamping populasi
tanaman, pengaturan jarak tanam menjadi penting dalam mengoptimalkan
penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam
dilapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain
bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak tanam
dalam baris teratur atau tidak dan arah barisan yaitu Utara – Selatan atau Barat –
Timur (Jumin, 2002).

Pengaturan jarak tanam menjadi penting dalam mengoptimalkan
penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam
dilapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain
bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak tanam
dalam baris teratur atau tidak dan arah barisan yaitu Utara – Selatan atau Barat –
Timur (Jumin, 2002).
Secara umum hasil tanaman per-satuan luas tertinggi diperoleh pada
kerapatan tanaman tinggi, akan tetapi bobot masing-masing umbi secara individu
menurun karena terjadinya persaingan antar tanaman. Pada tingkat populasi
rendah, hasil menurun disebabkan karena kurangnya jumlah tanaman, namun
pada populasi tinggi hasil menurun karena kompetisi yang eksrim antar tanaman.
Pengaruh peningkatan populasi menyebabkan tanaman memanjang, menghasilkan
batang lebih lunak, dan tanaman mudah roboh (Supriono, 2000).

Universitas Sumatera Utara

10

Tujuan pengaturan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan
kemungkinan tanaman untuk tumbuh baik tanpa mengalami persaingan dalam hal

pengambilan air, unsur hara dan cahaya matahari, serta memudahkan
pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat
merangsang pertumbuhan gulma sehingga dapat menurunkan hasil. Secara umum
hasil tanaman persatuan luas tertinggi diperoleh pada kerapatan tanaman tinggi,
akan tetapi bobot masing-masing umbi secara individu menurun karena terjadi
persaingan antara tanaman (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.
Hewan ternak yang banyak dimanfaatkan kotorannya antara lain ayam, kambing,
sapi, kuda, dan babi. Kotoran yang dimanfaatkan biasanya berupa kotoran padat
atau cair yang digunakan secara terpisah maupun bersamaan (Musnamar,
2003).Dosis pupuk kandang ayam yang terbaik untuk tanaman bawang merah
adalah 20 ton/ha (Samadi dan Cahyono, 2005).
Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki
kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para
petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap
tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai
sumber zat makanan bagi tanaman. Pada umumnya para petani menggunakan
pupuk kandang dalam budidaya tanaman cabai keriting sebanyak 20 ton per
hektarnya (Wiryanta, 2003).

Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara berbeda-beda karena
masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri yang ditentukan oleh jenis

Universitas Sumatera Utara

11

makanan dan usia ternak tersebut. Seperti unsur hara yang terdapat pada pupuk
kandang ayam yakni N 3,21 %, P2O5 3,21 %, K2O 1,57 %, Ca 1,57 %, Mg 1,44
%, Mn 250 ppm dan Zn 315 ppm (Wiryanta dan Bernardinus, 2002).
Hasil penelitian Rahmah (2013) dapat disimpulkan pemberian pukan ayam
berpengaruh nyata dalam meningkatkantinggi tanaman, jumlah anakan per
rumpun, jumlah daun, bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per
sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per plot, dan jumlah siung
per sampel. Hal ini diduga karena pukan ayam selain mempunyai unsur hara yang
cukup dan lengkap seperti unsur hara makro dan mikro, pukan ayam juga
memperbaiki struktur tanah, menambah kandungan hara, bahan organik tanah,
meningkatkan kapasitas menahan air dan meningkatkan kapasitas tukar kation
yang menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lebih baik yang akhirnya dapat
membantu tanaman bawang merah dalam pertumbuhannya.

Universitas Sumatera Utara