Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.
2.1.1.

Tuberkulosis
Definisi :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. (Kemenkes RI 2011)

2.1.2.

Epidemiologi
Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang tersebar

luas diseluruh dunia, terutama didaerah dengan penduduk yang padat dan tingkat
sosio ekonomi yang rendah. Resiko penularan di Asia, Afrika dan Amerika Latin
selama 25 tahun terakhir menunjukkan angka penularan tinggi sebesar 2-5 %

pertahun. Peningkatan kasus baru Tuberkulosis paru di prediksi meningkat dari
7,5 juta pada tahun 1995 menjadi 8,8 juta pada tahun 1998, 10,2 juta pada tahun
2002 dan 11,9 juta pada tahun 2005, dan jumlah peningkatan ini sekitar 58,6 %
dalam periode 15 tahun.
Di India, prevalensi dari Tuberkulosis diperkirakan 5,05/1000 penduduk,
dan merupakan masalah kesehatan yang penting di negara tersebut. Di India, TB
paru membunuh 14 kali lebih banyak dari penyakit tropis, 21 kali lebih banyak
dari penyakit malaria, dan 400 kali lebih banyak dari penyakit Lepra. Setiap hari
di India lebih dari 20.000 orang terinfeksi basil Tuberkulosis, lebih dari 5.000
orang yang berkembang menjadi TB paru dan lebih dari 1.000 orang meninggal
akibat Tuberkulosis. Di Cina, insiden BTA positif sebanyak 630.000 orang,
insiden seluruh kasus sebanyak 1.402.000 orang, prevalensi BTA positif sebanyak
1.132.000 orang, prevalensi seluruh kasus 2.721.000 orang.
Menurut laporan WHO, negara Afrika merupakan negara dengan insiden
TB paru adalah 356/100.000 penduduk, dan secara global 13 % dari seluruh
penderita TB paru baru tersebut adalah penderita HIV. Di negara Eropa, penyakit
TB paru juga meningkat, dimana negara Rusia yang paling tinggi insidennya,
6
Universitas Sumatera Utara


7

terutama di penjara Rusia (1,1 juta penghuni penjara, 10-20 % keseluruhan dari
penghuni penjara terinfeksi Tuberkulosis). Insidensi TB di Amerika Serikat
adalah 9,4 per 100.000 penduduk pada tahun 1994 ( lebih dari 24.000 kasus
dilaporkan ). Anak yang pernah terinfeksi TB mempunyai risiko menderita
penyakit ini sepanjang hidupnya sebesar 10 %. Epidemi pernah dilaporkan pada
tempat orang-orang berkumpul seperti rumah

perawatan, penampungan tuna

wisma, rumah sakit, sekolah, dan penjara. (Widoyono, 2005)
Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta
mulai merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah saja. Profil
kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan persentase penderita TB terbesar
adalah usia 25-34 tahun (23,67 %), diikuti 35-44 tahun (20,46 %), 15-24 tahun
(18,08 %), 45-54 tahun (17,48 %), 55-64 tahun (12,32 %), lebih dari 65 tahun
(6,68 %), dan yang terendah adalah 0-14 tahun (1,31 %). Gambaran di seluruh
dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai
bertambahnya umur, dan pada pasien berusia lanjut ditemukan bahwa penderita

laki-laki lebih banyak daripada wanita. (Widoyono, 2005)

2.1.3.

Morfologi dan Identifikasi kuman
a. Bentuk
Dalam jaringan basil tuberkel merupakan batang ramping lurus

berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada pembenihan buatan, terlihat bentuk kokus
dan filamen. Mikobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram- positif atau
gram-negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa warna tersebut tidak dapat
dihilangkan oleh akcohol, meskipun telah diberikan Yodium. Basil tuberkel yang
sebenarnya, ditandai oleh sifat “tahan asam”, misalnya, 95% etil alcohol yang
mengandung 3% asam hidrokhlorida (asam-alkohol) dengan cepat menghilangkan
warna semua kuman kecuali mikobakteria. Tehnik pewrnaan Ziehl-Nellsen
dipergunakan untuk identifikasi kuman tahan asam. (E.Jawetz, mikrobiologi)
b. Sifat-sifat
Kuman TB paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman


Universitas Sumatera Utara

8

berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali
dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali.
Didalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam
sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula mengfagositasi malah kemudian
disenangi karena banyak mengandung lipid.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
(Soeparman, Sarwono Waspadji, 1990)

2.1.4. Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada

suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, saluran limfe, saluran nafas atau
penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Depkes RI 2002). Daya penularan
seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. ( Kemenkes RI 2011 )

2.1.5.

Gejala-gejala Tuberkulosis
Gejala utama penyakit TB adalah batuk terus menerus dan berdahak

selama 2-3 minggu atau lebih, diikuti dengan gejala tambahan yang sering
dijumpai yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri
dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari
sebulan. (Kemenkes RI 2011, Widoyono 2005)


Universitas Sumatera Utara

9

Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Oleh
karena itu setiap orang yang datang ke sarana pelayanan kesehatan dengan gejala
tersebut, harus dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung.(Kemenkes RI 2011)

2.1.6.

Diagnosis Tuberkulosis
Semua terduga TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu

sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosa TB paru pada orang dewasa ditegakkan
dengan ditemukaannya kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui

pemeriksaan


dahak

mikroskopis

merupakan

diagnosis

utama.

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunaakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai indikasinya. Tidak dibenarkan
mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks
tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena
(Kemenkes RI, 2011)

Universitas Sumatera Utara


10

ALUR DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA
Suspek TB Paru

Periksa dahak mikroskopis sewaktu, pagi, sewaktu (SPS)

Hasil BTA
+++
++-

Hasil BTA
---

Hasil BTA
+--

Antibiotik Non-OAT


Tidak ada
perbaikan

Foto toraks dan
pertimbangan dokter

Ada
perbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopik

Hasil BTA

Hasil BTA

+++
+++--

---


Foto toraks dan
pertimbangan dokter

Bukan TB

TB

Pada keadaan tertentu dengan pertimbangan medis spesialistik, alur diagnostik ini dapat digunakan
secara lebih fleksibel : pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan bersamaan dengan foto toraks dan
pemeriksaan lain yang diperlukan
Sumber: Pedoman Pengendalian Tuberkulosis Kemenkes RI 2011

Universitas Sumatera Utara

11

Pembacaan Sediaan Slide BTA
Hasil pemeriksaan mikroskopis dibacakan dengan skala IUATLD
(International Union Against Tuberculosis and Lung Disease), yaitu:
Tabel 2.1. Skala IUATLD (Depkes RI, 2007)

Hasil

Keterangan

Negatif

Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang
pandang

+1, +2, ..., +9 (sesuai jumlah
basil)

Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang
pandang

1+

Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang
pandang

2+

Ditemukan 1-10 BTA per lapang pandang
dalam setidaknya 50 lapang pandang

3+

Ditemukan >10 BTA per lapang pandang
dalam setidaknya 20 lapang pandang

2.1.7.

Klasifikasi Tuberkulosis
Ada beberapa klasifikasi, salah satunya berdasarkan hasil pemeriksaan

dahak mikroskopis, yaitu :
a. TB paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
hasilnya BTA positif.
2) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran TB.
3) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

Universitas Sumatera Utara

12

b. TB paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
1) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa
positif atau negatif
2) Kasus yang sebelumnya diobati


Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosa kembali dengan BTA positif



(apusan atau kultur)
Kasus setelah putus berobat (default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau



lebih dengan BTA positif
Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan (Kemenkes RI 2011)

2.1.8. Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Universitas Sumatera Utara

13

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT) oleh PMO (Pengawas Makan Obat).
3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
lanjutan.

2.1.8.1 Tahap awal (intensif)
1) Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan
2.1.8.2 Tahap lanjutan
1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan ( Kemenkes RI 2011 ).

2.1.8.3 Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HRE)3

Universitas Sumatera Utara

14

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)
Paduan obat kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), tablet OAT-KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan
berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB :
1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan risiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingg pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Tabel 2.2 Jenis dan Sifat serta Dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan
Jenis OAT

(mg/kg)

Sifat
Harian

3x seminggu

Isoniazid (H)

Bakterisid

5
(4-6)

10
(8-12)

Rifampisin (R)

Bakterisid

Pyrazinamide (Z)

Bakterisid

Streptomycin (S)

Bakterisid

10
(8-12)
25
(20-30)
15
(12-18)
15
(15-20)

10
(8-12)
35
(30-40)
15
(12-18)
30
(20-35)

Ethambutol (E)

Bakteriostatik

Sumber: Pedoman Pengendalian Tuberkulosis Kemenkes RI 2011

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel 2.3 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan

30 – 37 kg
38 – 54 kg
55 – 70 kg
≥ 71 kg

Tahap Intensif tiap hari
selama 56 hari RHZE
(150/75/400/275)
2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT

Tahap Lanjutan 3 kali
seminggu selama 16
minggu RH (150/150)
2 tablet 2KDT
3 tablet 2KDT
4 tablet 2KDT
5 tablet 2KDT

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Kemenkes RI 2011

2.2

Conversion Rate (angka konversi)
Angka konversi adalah persentase pasien TB paru BTA positif yang

mengalami konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan
intensif. Angka konversi dihitung tersendiri untuk tiap klasifikasi dan tipe pasien,
BTA postif baru dengan pengobatan kategori-1, atau BTA positif pengobatan
ulang dengan kategori-2. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat
kecenderungan

keberhasilan

pengobatan

dan

untuk

mengetahui

apakah

pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar.
Perhitungan angka konversi untuk pasien TB baru BTA positif, adalah :

Jumlah pasien TB baru BTA Positif yang konversi
X 100 %
Jumlah pasien TB baru BTA Positif yang diobati

Di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), indikator ini dapat dihitung dari
kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA
Positif yang mulai berobat dalam 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung
berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negatif, setelah pengobatan
intensif (2 bulan). Angka minimal yang harus dicapai adalah 80 %. Angka
konversi yang tinggi akan diikuti dengan angka kesembuhan yang tinggi pula.

Universitas Sumatera Utara

16

2.3

Zink

.

Zink merupakan suatu logam yang disebut juga sebagai “ essential trace

element “ karena walaupun hanya dalam jumlah yang sangat sedikit tapi penting
untuk kesehatan manusia. Zink dibutuhkan untuk pembentukan struktur protein
dan membran sel tubuh manusia, sehingga zink diperlukan untuk pertumbuhan
dan pertahanan tubuh (Natural Medicine Comprehensive Zinc).Mengaktifkan
ratusan enzim tubuh, menguatkan sel T Limfosit pembunuh, meningkatkan nafsu
makan dan menguatkan imunitas tubuh
Zink dalam darah akan menurun jika terjadi infeksi, anemia, hipertiroid.
Zink juga essensial untuk fungsi optimum pada system imun dimana zink
berperan utama dalam cell mediated imun (CMI) function, terutama T-cells.
Suplementasi dan intake optimal pada zink memperbaiki ketidakseimbangan
respon imun dan menurunkan kejadian infeksi. Suplementasi zink meningkatkan
T sel (CD4 Tcell dan Cytotoxic T Lymphocytes) dan NK (Natural Killer) sel serta
meningkatkan produksi IL-2 (Interleukin 2) sehingga dapat memperbaiki respon
imun (Prasad,2003)
Tubuh mengandung 2-2,5 gram zink yang tersebar dihampir semua sel.
Sebagian besar Zink berada didalam hati, pankreas, ginjal, otot dan tulang.
Jaringan yang banyak mengandung zink adalah bagian-bagian mata, kelenjar
prostat, spermatozoa, kulit, rambut dan kuku (Plum 2010, Almatsier 2004).
Didalam cairan tubuh, zink terutama merupakan ion intraselular. Zink dalam
plasma hanya merupakan 0,1 % dari seluruh zink didalam tubuh yang mempunyai
masa pergantian yang cepat. (Almatsier, 2004) Zink berperan didalam bekerjanya
lebih dari 10 macam enzim. Zink juga Berperan didalam sintesis Dinukleosida
Adenosisn (DNA), Ribonukleosida Adenosin (RNA) dan protein. Maka bila
terjadi defisiensi Zink dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan
perbaikan jaringan (Departemen gizi dan Kesmas FKM UI, 2010 ,Shanker &
Prasad, 1998)

Universitas Sumatera Utara

17

2.3.1

Absorpsi zink
Absorpsi membutuhkan alat angkut dan terjadi di bagian atas usus halus

( duodenum ). Zink diangkut oleh albumin dan transferin masuk ke aliran darah
dan dibawa ke hati. Kelebihan Zink disimpan di dalam hati dalam bentuk
metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Di dalam
pankreas zink digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu
makan dikeluarkan kedalam saluran cerna. Dengan demikian saluran cerna
menerima Zink dari dua sumber, yaitu dari makanan dan dari cairan pencernaan
yang berasal dari pankreas.(Almatsier,2004)
Pengambilan zink dimulai dari oral (mulut) kemudian di absorbsi melalui
usus dan di distribusi, selanjutnya terjadi melalui serum dimana predominan
mengikat protein missal, albumin, alfa mikroglobulin dan transferin. Didalam
plasma konsentrasi zink 12-16 mol/L. (Plum, 2010)
Absorpsi zink diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel
dinding saluran cerna. Bila konsumsi zink tinggi, di dalam sel dinding saluran
cerna sebagian diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga
absorpsi berkurang. Seperti halnya dengan besi, bentuk simpanan ini akan
dibuang bersama sel-sel dinding usus usus halus yang umurnya adalah 2-5 hari.
Metalotionein di dalam hati mengikat zink hingga dibutuhkan oleh tubuh.
Metalotionein diduga mempunyai peranan dalam mengatur kandungan zink di
dalam cairan intraselular. Distribusi zink antara cairan ekstraselular, jaringan dan
organ dipengaruhi oleh keseimbangan hormon dan situasi stres. (Almatsier, 2004)

Universitas Sumatera Utara

18

Zink makanan
Menyimpan sebagian
sebagai metalotionein

Sebagian hilang melalui
feses dan sel saluran
cerna yang dibuang

Sel saluran cerna

Mengikatkan zink ke
albumin dan transferin
siklus
enteropankreatik

Darah mengangkut
zink dalam albumin
dan transferin

Pankreas membentuk
enzim pencernaan
dari zink dan
mengeluarkannya
kedalam saluran cerna

Sebagian hilang
melalui urin, kulit,
darah, dan mani

Hati

Darah membawa zink
dalam albumin ke
jaringan tubuh lain

Menyimpan
kelebihan sebagai

metalotionein

Gambar 3.1 Penyaluran zink didalam tubuh ( Almatsier, 2004 )

2.3.2

Fungsi Zink
Salah satu fungsi zink yaitu berperan sebagai kofaktor yang penting

untuk lebih dari 300 enzim. Dalam fungsi ini, zink mengikat residu histidin dan
sistein dan dalam waktu yang sama menstabilkan serta membuka tempat / sisi
aktif dari enzim-enzim ini sedemikian rupa sehingga katalis dan reaksi dapat
berjalan. (Pryjambodo, 2008)
Zink penting untuk menjaga struktur protein dan untuk sintesis serta
degradasi ribonucleic acid ( RNA ) dan deoxiribonucleic acid ( DNA ) (Krusser,
2008). Sebagai bagian dari enzim kolagenase, zink berperan pula dalam sintesis
dan degradasi kolagen. Dengan demikian zink berperan dalam pembentukan kulit,

Universitas Sumatera Utara

19

metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka. Zink berperan dalam fungsi
kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B.
Taraf darah zink yang rendah dihubungkan dengan hipogeusia, atau kehilangan
indra rasa. Hipogeusia biasanya disertai penurunan nafsu makan dan hiposmia
atau kehilangan indra bau. Zink tampaknya juga berperaan dalam metabolisme
tulang, transport oksigen, dan pemunahan radikal bebas, pembentukan struktur
dan fungsi membran serta proses penggumpalan darah. Karena zink berperan
dalam reaksi-reaksi yang luas, kekurangan zink akan berpengaruh banyak
terhadap jaringan tubuh terutama pada saat pertumbuhan. (Almatsier, 2004)
Zink juga terlibat pada keadaan-keadaan sebagai berikut :

proses

pembelahan sel, metabolisme asam nukleat, sintesa protein, kofaktor atau
metaloenzim, transportasi dan regulasi beberapa hormon kelenjar hipofise, tiroid,
timus, adrenal, ovarium dan testis, antioksidan kuat sehingga zink melindungi
membran sel dari kerusakan oksidatif dan berfungsi menstabilkan struktur dinding
sel, stimulator proliferasi dan migrasi keratinosit di daerah luka. (Pryjambodo,
2008)
2.3.3 Angka Kecukupan Zink yang dianjurkan
Kadar zink normal dalam serum 80-110 mikrogram/dl, dalam darah
mengandung 20 kali lipat karena adanya enzim Karbonik anhidrase dalam
eritrosit, rambut mengandung 125-250 mikrogram/dl, muskulus 50 mikrogram/dl.
(Pryjambodo, 2008) Kebutuhan tubuh akan zink bervariasi tergantung usia, jenis
kelamin, bioavailabilitas zink dari makanan dan keadaan fisiologi tertentu seperti
kehamilan dan menyusui.
Tabel 2.4 Angka kecukupan gizi untuk Indonesia
Bayi

3-5 Mg

1-9 tahun

8-10 Mg

10 - > 60 tahun

15 mg ( baik pria maupun wanita )

Ibu hamil

+ 5 mg

Ibu menyusui

+ 10 mg

Sumber : Widya Karya Pangan dan gizi 1998

Universitas Sumatera Utara

20

2.3.3

Sumber makanan yang mengandung zink
Sumber yang paling baik adalah sumber protein hewani

Tabel 2.5 Kandungan zink pada beberapa makanan ( Gropper, 2009 )
Zink

Zink

Makanan

Makanan
(mg/100gr )

Makanan Laut

(mg/100gr)
Telur dan Daily Products

Tiram

17-91

Telur

1,1

Kepiting

3,8-4,3

Susu

0,4

1,1

Keju

2,8-3,2

Udang
Tuna

0,5-0,8

Kacang polong(dimasak)

0,6-1,0

Hati

3,1-3,9

Beras & pasta(dimasak)

0,3-0,6

Ayam

1,0-3,0

Gandum

Kambing

3,9-4,1

Roti

0,6-0,8

Anak domba

3,1-3,2

Sayuran

0,1-0,7

Babi

1,6-2,1

Buah

1,0

< 0,1

Beberapa bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zink
adalah asam askorbat dan sitrat (missal, papaya, jeruk, apel), asam malak dan
tartrat (missal, wortel, kentang, tomat, kol), asam amino sistein (missal, daging
kambing, hati, ayam, ikan) dan produk fermentasi (missal, kecap, kacang kedele,
acar/asinan kubis)
Beberapa bahan makanan yang dapat menghambat penyerapan zink
adalah makanan berserat, fitat (missal, beras, terigu, gandum, coklat, kacang,
tumbuhan polong), politenol (missal, the, kopi, bayam). (Nasution, 2004)
2.3.4

Defisiensi Zink
Kekurangan zink pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, yaitu pada

anak dan remaja laki-laki di Mesir, Iran, dan Turki dengan karakteristik tubuh
pendek, dan keterlambatan pematangan seksual. Diduga penyebabanya makanan
penduduk sedikit mengandung daging, ayam, ikan yang merupakan sumber utama

Universitas Sumatera Utara

21

zink. Makanan terutama terdiri atas serelia tumbuk dan kacang-kacangan yang
tinggi akan serat dan fitat yang menghambat absorpsi zink. Serelia terutama
dimakan sebagai roti yang pembuatannya tidak diragikan. Pada proses fermentasi
oleh ragi, fitat dipecah sehingga tidak menghambat absorpsi zink. (Almatsier,
2004)
Tanda-tanda kekurangan zink adalah gangguan pertumbuhan dan
kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu karena gangguan fungsi
pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran
cerna, gangguan fungsi pertahanan tubuh baik pertahanan spesifik maupun non
spesifik, seperti kerusakan sel-sel epidermal, gangguan aktifitas sel natural killer,
fagositosis dari makrofag dan netrofil. (Pryjambodo, 2008). Pengaruh zink
terhadap sistem imun non spesifik meliputi barrier tubuh seperti epitel kulit,
mukosa gastrointestinal dan saluran nafas. Defisiensi zink akan mempengaruhi
mediator imunitas non spesifik seperti fungsi lekosit polimorfonuklear (PMN),
makrofag, sel Natural Killer dan aktifasi komplemen. Zink juga merupakan salah
satu faktor penting dalam sisitem imun spesifik yaitu pertumbuhan dan fungsi
limfosit, aktivasi limfosit, produksi sitokin terutama sitokin Th 1 (Boraz Z 2002,
Shankar AH, Prasad AS 1998).
Kekurangan zink kronis mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.
Karena kekurangan zink mengganggu metabolisme vitamin A, sering terlihat
gejala yang terdapat pada kekurangan vitamin A. Kekurangan zink juga
mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan,
penurunan ketajaman indra rasa serta memperlambat penyembuhan luka.
Suplemen dilaporkan dapat menstimulasi pertumbuhan, mengurangi kematian
(diare dan infeksi respiratori) pada anak-anak. (Almatsier, 2004)
2.4.

Hubungan Zink dengan Konversi BTA
Dari hasil penelitian Ghulam Hassan dkk (2009) di India, mengatakan

kadar zink dalam serum menurun signifikan selama tuberkulosis, dari hasil
penelitian mereka menyebutkan penurunan kadar zink dalam serum penderita TB
disebabkan karena redistribusi zink dari plasma ke jaringan lainnya yang terjadi

Universitas Sumatera Utara

22

pada penderita TB kronis, berkurangnya produksi atau sintesis zink dengan
berkurangnya carrier protein X-2 makroglobulin yang bertugas membawa
transport zink ke hati, dan juga zink ini digunakan oleh kuman TB untuk
pertumbuhan dan membelah diri (Ghulam Hassan 2009)
Respon sistem imun selular merupakan faktor penting dalam perjalanan
penyakit TB, karena menentukan apakah seseorang yang terpajan kuman TB
mampu mengatasi infeksi atau berkembang menjadi penyakit. Respon imun juga
berperan pada kelainan patologik penyakit TB dan hasil akhir perjalanan penyakit
( Schluger NW, Rom WN, 1998 ). Mekanisme defisiensi nutrien zink merupakan
salah satu penyebab gangguan sistem imunitas terutama imunitas seluler.
(Shankar AH, Prasad AS, 1998)
Elvina Karyadi dan Clive E West, melaukan penelitian terhadap pasien
TB di Jakarta dari tahun 1997-1998 dengan menambah pemberian vitamin A dan
zink pada pasien TB, dimana disampaikan bahwa nilai zink pada plasma
digunakan sebagai marker untuk monitor beratnya suatu penyakit dan respon
terhadap terapi. Selain itu dikatakan juga penambahan suplemen zink pada pasien
TB menunjukkan meningkatnya fungsi imun. Pemberian vitamin A 5000 IU dan
zink (zink sulfate) 15 mg setiap hari dan membandingkan dengan kontrol placebo,
pemeriksaan klinis terhadap status mikronutrien sebelum dan sesudah 2 bulan dan
menghasilkan konversi sputum lebih cepat.(Karyadi Elvina 2002) Hasil yang
mereka dapat suplemen vitamin A dan zink memperbaiki efek terapi TB setelah 2
bulan. Dijelaskan bahwa zink mempunyai perlindungan sel dari kerusakan radikal
bebas. Nitric oxide yang ditunjukkan akan menyebabakan zinc release dari
metalothionein membrane maka suplai zink yang adekuat membatasi radikal
bebas membrane damage selama inflamasi, selain itu zink juga mencegah
kerusakan paru oleh karena hiperoxia-induced lung damage. (Croix, 2005)
Penelitian Boloursaz MR dkk, (2007) di Iran yang dilakukan pada anak
yang menderita TB dengan mengukur kadar zink serum sebelum terapi TB
diberikan didapatkan kadar zink serum lebih rendah dari nilai normal. Penurunan
ini terjadi karena proses penyakit sisitemik dan akut pada penderita TB serta
pemakaian zink oleh M. Tuberkulosis untuk pertumbuhan dan reproduksi kuman
tersebut. (Boloursaz MR dkk, 2009)

Universitas Sumatera Utara

23

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dokter maupun praktisi
diketahui bahwa gizi berperan penting dalam perjalanan TB. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ada efek sinergistik antara defisiensi vit A, C, D dalam
mengeksaserbasi TB, berdasarkan penelitian di Afrika, Inggris dan Jepang
menunjukkan bahwa status gizi pada pasien TB dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, berat badan, lingkar lengan, serta konsentrasi albumin serum. Penelitian
pada hewan coba dan manusia menunjukkan bahwa defisiensi Zink berpengaruh
terhadap kerentaan tubuh manusia terhadap penyakit infeksi, seperti halnya pada
kasus TB sebab Zink berperan dalam pembentukan system imun. Defisiensi Zink
akan mengganggu fungsi Limfosit T dan B serta produksi sitokin. Bentuk ekstrim
dari defisiensi Zink adalah atrofi timik dan infeksi bakeri, virus dan
jamur.(Ghulam Hassan, 2009)
Penurunan kadar Zink ditemukan pada penderita penyakit infeksi atau
radang kronik, hal ini dapat dilihat dari redistribusi Zink serum ke dalam hepar
yang terikat pada metallothionein karena peningkatan produksi sitokin
proinflamasi, khususnya factor nekrosis tumor-α (TNF-α) dan interleukin-6 (IL6), sehingga seng pada plasma berkurang karena di ambil oleh hepar. Berdasarkan
studi yang ada dalam jurnal “ Status of zinc in pulmonary tuberculosis “
menunjukkan kadar Zink serum pada usia lanjut berkurang dan berkembang TB
paru. (Ghulam Hassan. 2009)
Berbagai literature lain juga mendukung sepert di India, Ray dan rekan
kerjanya mempelajari status plasma zink dari 50 anak dengan TB dan
dibandingkan pengamatan dengan 10 anak kurang gizi sehat dan 10 tanpa TBC
pada 0, 1, 2, 3 dan 6 bulan terapi antitubercular. Anak-anak dengan tuberkulosis
memiliki kadar seng plasma jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang tanpa
penyakit, terlepas dari status gizi. Hasil ini sesuai dengan studi lain dari India
yang dilakukan oleh Taneja , dia menemukan kadar Zink secara signifikan rendah
dalam kasus-kasus TB paru. Studi di Turki mempelajari 22 pasien TB paru dan 18
subyek sehat dan menemukan peningkatan kadar zink, namun mekanisme
penambahan ini tidak dijelaskan. Mekanisme yang mungkin untuk tingkat seng
diturunkan pada kasus TB paru termasuk redistribusi seng dari plasma ke jaringan

Universitas Sumatera Utara

24

lain, pengurangan produksi hati dari macroglobulin protein seng pembawa dan
kenaikan

produksi

metallothionein,

protein yang

mengangkut

zink

ke

hati.(Ghulam Hassan, 2009).
Penelitian Cuevas dan rekan kerja di Inggris mempelajari pengaruh zink
pada respon tuberkulin dari 98 anak-anak dan TB dewasa dengan BTA positif.
Mereka menemukan proporsi yang lebih tinggi dari anak-anak sebagai PPD
positif pada kelompok zink ditambah (57,1%) dibandingkan pada kelompok
plasebo (53,1%). Hal ini mendalilkan bahwa suplementasi zink bisa bekerja
dengan memperbaiki kekurangan zink tanpa gejala atau marjinal atau sebagai
booster non-spesifik kekebalan terlepas dari kekurangan zink. Secara keseluruhan,
studi menyimpulkan bahwa suplementasi zink meningkatkan efek obat TB setelah
dua bulan terapi antitubercular, menghasilkan konversi sputum BTA sebelumnya,
berfungsi sebagai pendorong proses imunologi. Estimasi tingkat zink dapat
digunakan sebagai alat laboratorium berharga untuk menilai efektivitas terapi
antitubercular yang sedang dijalani. (Ghulam Hassan, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45