Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan
perusahaan. Menurut Hanafi (2004), dividen merupakan kompensasi yang
diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk
dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.
Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan
jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan.

2.1.2 Jenis - Jenis Dividen
Dalam Wasis (1983), dividen dilihat dari alat pembayarannya, yaitu:
1. Dividen tunai (Cash Dividen)
Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk uang
tunai. Tujuan dari pemberian dividen dalam bentuk tunai adalah untuk memacu
kinerja saham dibursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang
saham. Dividen tunai merupakan bentuk pembayaran yang paling banyak
diharapkan oleh investor. Untuk membayarkan dividen dalam bentuk tunai di
perlukan likuiditas.


9
Universitas Sumatera Utara

2. Dividen saham (Stock Dividen)
Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk
saham, dengan dibagikannya dividen dalam bentuk saham maka akan
meningkatkan likuiditas perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan
ingin menurunkan nilai sahamnya dan dengan cara memperluas pemilikan dan
posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan membagikan dividen
dalam bentuk tunai.
Dividen dalam penelitian ini adalah dividen tunai merupakan dividen
yang dibagikan dalam bentuk uang tunai.

2.1.3 Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang
ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit
jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba
sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam

kebijakan dividen (Wachowicz 1997). Kebijakan dividen merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi,
kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada
akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan
ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang.

10
Universitas Sumatera Utara

Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi
hak para pemegang saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba
yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan 1996). Dengan demikian
dimungkinkan membagi laba sebagai dividen dan pada saat yang sama
menerbitkan saham baru. Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan
pembagian pendapatan (earning) antara pengunaan pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam
perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto
2001).
Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana

yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan
dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau
equity investors. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan
bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen
kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu
bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti
semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat
tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya.
Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia
untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang
akan di bayarkan kepada pemegang saham adalah cash dividen yang disebut
sebagai dividen payout ratio.

11
Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya dividend
payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang
tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan
menghambat pertumbuhan perusahaan.

2.1.4 Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa macam teori tentang kebijakan dividen. Berikut ini
adalah teori tentang kebijakan dividen dalam Bringham (2001):
a. Dividend irrelevance theory
Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan
maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar
kecilnya dividend payout ratio, tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak
(EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan dividen tidak relevan untuk
dipersoalkan.
b. Bird in the hand-Theory
Bird in the hand-Theory dinyatakan oleh Gordon dan Lintner yang
menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika dividend payout ratio
rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen dari pada
capital gain.
c. Information content or signaling hipotesis
Information content or signaling hipotesis adalah teori yang
menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai pertanda

12

Universitas Sumatera Utara

bagi perkiraan manajemen atas laba. Ada kecenderungan harga saham akan naik
jika ada pengumuman kenaikan dividen. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan
kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukan
oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan yang menyebabkan
perubahan harga saham (Hanafi 2004).
d. Clientele effect
Clientele effect adalah kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis
investor yang menyukai kebijakan dividennya. Menurut argumen ini dividen
seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu.
Sebagai contoh, kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan
menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak yang tinggi
dibanding dengan capital gain. Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang
rendah akan menyukai dividen.

2.1.5 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen
Berbagai macam kebijakan dividen menurut Riyanto (2001) adalah
sebagai berikut :
a. Kebijakan dividen yang stabil

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan deviden yang stabil,
artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap
selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per
tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa
tahun, dan apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan

13
Universitas Sumatera Utara

pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya
dividen per lembar dinaikkan. Dividen yang dinaikan akan dipertahankan
dalam waktu yang relatif panjang. Alasan yang mendorong perusahaan
menjalankan kebijakan dividen yang stabil adalah kebijakan dividen yang
stabil dijalankan oleh suatu perusahaan akan dapat memberikan kesan kepada
investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masamasa mendatang. Apabila pendapatan perusahaan berkurang tetapi perusahaan
tersebut tidak mengurangi dividen yang dibayarkan, maka kepercayaan pasar
terhadap perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan dividen dikurangi
pembayarannya.
Dengan demikian manajemen dapat mempengaruhi harapan para
investor melalui politik dividen yang stabil. Banyak pemegang saham yang hidup

dari pendapatan yang diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak
akan menyukai adanya pembagian dividen yang tidak stabil. Mereka lebih senang
membayar harga ekstra bagi saham yang akan memberikan dividen yang sudah
dapat dipastikan jumlahnya. Pada banyak negara terdapat ketentuan dalam pasar
modalnya, bahwa organisasi atau yayasan-yayasan sosial, perusahaan-perusahaan
asuransi, bank-bank tabungan, dana-dana pensiun, pemerintah kota Madya, dan
lain-lain hanya diijinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan deviden yang stabil.
Biasanya dalam pasar modal ada daftar resmi yang memuat nama-nama
perusahaan yang menjalankan kebijakan deviden yang stabil, artinya perusahaan

14
Universitas Sumatera Utara

yang bersangkutan akan membayar dividennya secara tetap dan tidak terganggu
pembayarannya.
b. Kebijakan pembayaran dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah
ekstra tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham
setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik maka perusahaan

akan membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi
pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap
tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi
dilain pihak kalau keadaan keuangan baik maka pemodal akan menerima
dividen minimal tersebut ditambah dengan deviden ekstra. Kalau keadaan
keuangan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal
saja.
c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan.
Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio
yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar
saham tiap tahunnya yang di bayarkan akan berfluktuatif sesuai dengan
perkembangan keuntungan neto yang diperoleh tiap tahunnya.
d. Kebijakan dividen yang fleksibel
Perusahaan menetapkan dividen payout ratio tiap tahunnya disesuaikan dengan
posisi keuangan dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
Apabila keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibagikan relatif
tinggi, dan sebaliknya jika tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen

15
Universitas Sumatera Utara


yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu
proporsional dengan tingkat keuntungan.
2.1.6 Formula Kebijakan Dividen
Menurut (Mardiyanti, dkk : 2012) menjelaskan bahwa kebijakan
dividen dapat diproksikan dengan Dividen Payout Ratio (DPR). Dividen payout
ratio adalah perbandingan antara dividen per lembar saham dengan laba per
lembar saham perusahaan. Satuan pengukuran dividend payout ratio adalah dalam
persentase. Dapat di rumuskan sebagai berikut :

DPR =

2.1.7 Leverage
Menurut Syamsudin (2009 :112) financial leverage terjadi disebabkan
adanya kewajiban, kewajiban financial yang sifatnya tetap (fixed financial
charges) yang harus di keluarkan perusahaan. Dalam penelitian Agus Sartono
(2010:120)

menjelaskan


financial

leverage

menunjukkan

proporsi

atas

penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
dengan utang (Fahmi 2013:127). Rasio leverage biasa diukur dengan rasio
berikut:

16
Universitas Sumatera Utara

1. Debt Ratio (DR)
Rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh

kreditur. Semakin tinggi debt ratio (DR) semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
DR =
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini digunakan untuk melihat bagaimana perbandingan sumber modal
yang berasal dari pendanaan eksternal yaitu liabilitas (hutang jangka panjang
dan hutang jangka pendek) dengan modal sendiri. Rasio ini biasanya
digunakan perusahaan untuk mengukur financial leverage dari suatu
perusahaan. Menurut (Sartono 201:121) secara matematis perhitungan Debt to
Equity Ratio (DER) adalah:

DER =

3. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kewajiban jangka
panjang dibandingkan dengan total modal.
LDER =
4. Short Term Debt to Equity Ratio (CDER)
Merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan current liabilities
terhadap equity (modal sendiri).
CDER =

17
Universitas Sumatera Utara

Peneliti memilih rasio Debt to Equity Ratio (DER) untuk mengukur
leverage perusahaan. Hal ini dikarenakan variabel Debt to Equity Ratio (DER)
menggambarkan bagaimana perbandingan pendanaan eksternal perusahaan
dengan harga saham yang merupakan ekuitas dari pemegang saham. Dengan rasio
ini investor akan mengetahui bagaimana kondisi financial leverage perusahaan.
Semakin tinggi nilai DER maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang
semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya.
Dalam penelitian Bambang (2001:238) utang jangka panjang dapat
digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi
dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi
jumlah yang besar. Sehingga peneliti berkesimpulan bahwa Debt to Equity Ratio
(DER) adalah rasio yang paling tepat untuk mengetahui financial leverage
perusahaan terutama perusahaan manufaktur yang membutuhkan sumber
pendanaan eksternal untuk ekspansi bisnis dan pembangunan pabrik yang
membutuhkan modal yang besar.

2.1.8 Likuiditas
Likuiditas menurut (Gitman 2009) adalah menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat
waktunya atau kemampuan perusahaan untuk menyediakan kas atau setara kas,
yang ditunjukkan besar kecilnya aset lancar, yakni aset yang mudah diubah
menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Likuiditas
perusahaan sering kali diukur menggunakan rasio lancar menunjukkan

18
Universitas Sumatera Utara

kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka
memungkinkan pembayaran dividen dengan lebih baik pula (Gitman 2009).
Dalam penelitian Neveu (1985) dan Sutrisno (2003) berpendapat bahwa
rasio likuiditas merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo.
Rasio ini mengasumsikan bahwa aset lancar merupakan sumber uang utama untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Rasio-rasio yang termasuk rasio likuiditas adalah :
1. Current ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aset lancar dengan hutang lancar
(Munawir, 1979). Pemberi pinjaman umumnya mengharuskan memperoleh
atau melanjutkan pinjaman (Neveu, 1985). Current ratio yang rendah biasanya
dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas, sebaliknya current
ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya
dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan
perusahaan (Sawir 2009:10). Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan
menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas
atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto,
2001:28) :
- Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar
- Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang
lancar

19
Universitas Sumatera Utara

- Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi
aktiva lancar
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Current ratio =
2. Quick ratio
Quick ratio atau sering disebut acid-test ratio merupakan perbandingan aset
lancar (tanpa persediaan) terhadap hutang lancar (Munawir, 1997). Quick ratio
mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan mengubah aset yang paling likuid menjadi uang kas. Standar quick
ratio harus sama dengan atau lebih dari 1,0 (Neveu, 1985). Dalam penelititan
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik
adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio =
3. Cash ratio
Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aset lancar yang
bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aset lancar yang bisa
segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga (Sutrisno,2003).
Cash ratio =
4. Warking capital to total assets, likuiditas dari total aktiva dan posisi modal
kerja (netto).
Warking capital to total assets =

20
Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan current rasio. Current rasio
merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(current liability) melalui aset lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi (membayar)
kewajiban jangka pendeknya semakin baik.

2.1.9 Harga Saham
Harga saham adalah harga jual beli yang sedang berlaku di pasar efek
yang ditentukan oleh kekuatan pasar dalam arti tergantung pada kekuatan
permintaan (penawaran) dan penawaran (permintaan) jual. Apabila suatu saham
mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham akan cenderung naik.
Apabila kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun.
Harga pasar saham juga menunjukkan nilai dari perusahaan itu sendiri.
Semakin tinggi nilai dari harga pasar saham suatu perusahaan, maka investor akan
tertarik untuk menjual sahamnya. Bursa saham merupakan salah satu indikator
perekonomian suatu negara maka diperlukan suatu perhitungan tentang transaksi
yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan ini akan
digunakan sebagai tolak ukur kondisi perekonomian suatu negara. Untuk di
negara Indonesia perhitungan tersebut adalah perhitungan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).

21
Universitas Sumatera Utara

2.1.10

Beta Saham

2.1.10.1 Penjelasan Singkat Beta Saham
Beta merupakan indeks dari risiko sitematis karena kondisi pasar. Beta
adalah sebuah ukuran volatilitas, atau risiko sitematis, dari keamanan atau
portofolio dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan. Dalam kaitannya
dengan investasi dan perdagangan saham di bursa, beta merupakan sebuah
indikator yang mencerminkan tingkat risiko yang terkandung dalam saham
terhadap tingkat risiko pasar. Dengan mengetahui beta saham, investor bisa
mengukur tingkat sentivitas saham terhadap risiko pasar yang ada.
Dengan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa beta saham
sebenarnya mencerminkan risiko yang melekat pada saham tersebut. Semakin
tinggi nilai suatu beta saham, maka semakin besar pula tingkat risikonya. Falsafah
investasi menyatakan high risk high return, low risk low return, maka nilai beta
saham yang tinggi juga menjanjikan imbal hasil yang tinggi pula. Dan apabila
nilai beta saham rendah, maka potensi imbal hasilnya juga rendah. Investor yang
berharap mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar tentu akan lebih suka
mencari saham dengan beta tinggi. Tapi jika investor lebih mementingkan faktor
keamanan investasi, maka ia akan cenderung untuk mencari saham dengan beta
rendah.
Dalam penelitian Jones (2006:178) “beta a measure of valatility, or
relative systematic risk”. Yang mana pengertian votalitis yang dimaksudkan
adalah sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu.
Jika fluktuasi return sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi return pasar,

22
Universitas Sumatera Utara

maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik
sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan kenaikan return sekuritasnya
sebesar 5% pula.
Scott et al. (2008:201) yang menyatakan bahwa” a measure stock’s
volatility relative to an average stock”. Sedangkan menurut Brealey,et.al
(2006:290) yang mendefinisikan “beta is a sensitivity of a stock’s return to the
return on the market portofolio” . Pendapat Ross et al.(2008:431) beta adalah “the
amount of systematic risk present a particular risk asset relative to thet in an
average risk asset” . Sehingga dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur
volatilitas.
Mengetahui beta suatu sekuritas atau beta suatu portofolio merupakan
hal yang penting untuk menganalisa sekuritas atau portofolio tersebut. Beta suatu
sekuritas menunjukkan risiko sistematis dari sekuritas tersebut yang tidak dapat
dihilangkan dengan diversifikasi. Salah satu model yang sering digunakan untuk
mengestimasi beta suatu sekuritas atau portofolio adalah Contant Risk Market
Model. Model ini sering digunakan karena kesederhanaan perhitungan, disebut
sederhana karena model ini digunakan untuk memprediksi beta satu sekuritas
tanpa memperhatikan kondisi pasar yang ada. Adapun Constant Risk Market
model ini memiliki beberapa model yang sering digunakan yaitu : Model Indeks
Tunggal, CPAM, dan APT. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model
CPAM.

23
Universitas Sumatera Utara

2.1.10.2 Penggunaan Analisa Beta untuk Investasi Saham
Para ahli berpendapat, bahwa dalam melakukan analisa terhadap suatu
saham, biasanya akan didapati dua hal utama yang mempengaruhi perubahan
harga saham tersebut. Pertama adalah hal-hal yang berhubungan langsung dengan
kondisi perusahaan itu sendiri seperti pertumbuhan laba yang kecil, proyek yang
tidak sesuai harapan, dan perubahan manajemen. Hal ini biasanya disebut dengan
risiko yang tidak sitematis (un systematic risk). Para ahli mengatakan dengan
melakukan diversifikasi terhadap jenis saham yang dibeli, maka “unsystematic
risk” akan bisa dikurangi atau dihilangkan.
Risiko lain adalah risiko sitematis (systematic risk) atau dikenal juga
sebagai risiko pasar (market risk). Pada kondisi ini pergerakan harga saham secara
keseluruhan di dalam suatu pasar biasanya tergantung beberapa faktor eksternal
seperti kebijakan pemerintahan, suku bunga, resesi, dan sejenisnya. Hal ini
biasanya juga dikenal sebagi sentimen pasar.
Namun, tingkat perubahan harga saham secara induvidual kadangkadang tidak sama dengan pergerakan pasar secara keseluruhan. Beberapa harga
saham bergerak sejalan dengan pergerakan pasar, namun beberapa saham lainnya
harganya bergerak lebih tinggi daripada pergerakan pasar, dan ada juga yang tidak
terlalu terpengaruh atau bergerak lebih rendah daripada pergerakan pasar.
Analisa beta digunakan untuk mengukur harga suatu saham
dibandingkan dengan pergerakan pasar. Perhitungan nilai beta ini bisa dilakukan
dengan mempergunakan analisa regresi.

24
Universitas Sumatera Utara

2.1.11 Teori yang Digunakan
2.1.11.1 Kebijakan Dividen
Brigham (2001) menjelaskan ada empat teori kebijakan dividen,
peneliti memilih bird in the hand-theory. Bird in the hand-Theory dinyatakan oleh
Gordon dan Lintner yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika
dividend payout ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima
dividen daripada capital gain. Menurut (Mardiyanti, dkk : 2012) menjelaskan
bahwa kebijakan dividen dapat diproksikan dengan Dividen Payout Ratio (DPR).
Dapat di rumuskan sebagai berikut :

DPR =

2.1.11.2 Leverage
Peneliti memilih Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan
untuk melihat bagaimana perbandingan sumber modal yang berasal dari
pendanaan eksternal yaitu liabilitas (hutang jangka panjang dan hutang jangka
pendek) dengan modal sendiri. Rasio ini biasanya digunakan untuk mengukur
financial leverage dari suatu perusahaan. Menurut (Sartono 201:121) secara
matematis perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) adalah:
DER =

25
Universitas Sumatera Utara

2.1.11.3 Likuiditas
Peneliti memilih mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan
current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio
suatu perusahaan dapat dirumuskan dengan cara (Riyanto, 2001:28)
Current ratio =

2.1.11.4 Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham (1993), harga saham didefinisikan
sebagai: ”The price at which stock sells in the market.” Sedangkan, harga pasar
saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor
menjual atau membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga penutupan atau
closing price di bursa pada hari yang bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau
closing price merupakan harga saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di
akhir perdagangan.

2.1.11.5 Beta Saham
Peneliti memilih Model CPAM. Pihak yang memerlukan data beta
saham

emiten di Bursa Efek Indonesia, dapat memperoleh PEFINDO Beta

Saham secara gratis di situs PEFINDO (www.pefindo.com). Penentuan PEFINDO
Beta Saham menggunakan kriteria dan metodologi sebagai berikut:

26
Universitas Sumatera Utara

1. Saham telah tercatat dan diperdagangkan di bursa efek indonesia selama 36
bulan
2. Tidak mengalami suspensi perdagangan selama 10 hari terakhir
3. Raw beta tidak bernilai negatif
4. Adjusted beta tidak lebih besar dari 3
5. Interval pengamatan adalah data time series selama 3 tahun terakhir dengan
rolling return selama 4 minggu terakhir per hari rabu
6. Tahap untuk perhitungan PEFINDO Beta Saham:
a. Tahap pertama adalah menghitung tingkat pengembalian atau return dari setiap
saham dan indeks pasar di hari rabu dengan interval pengukuran selama 4
mingguan. Rumus perhitungan:

Rit =
Dimana :
Rit = return saham i atau indeks pasar pada periode t
Pit = harga saham i atau indeks pasar pada periode t
Pit – 1 = harga saham i atau indeks pasar pada periode t-1
b. Melakukan regresi antara return harga saham dan return indeks pasar untuk
periode 3 tahun terakhir, sehingga mendapatkan nilai Raw Beta dengan
formula perhitungan:
Ri = αi + βiRmt + eit
βi adalah Raw Beta saham i
αi adalah konstanta

27
Universitas Sumatera Utara

Rmt adalah return indeks pasar pada periode t
eit adalah residual regresi yang diharapkan bersifat white noise (rata-rata error
adalah nol)
c. Melakukan perhitungan adjusted beta yang digunakan untuk menormalisasi
raw beta agar sesuai dengan karakteristik beta saham yang baik, yaitu
mendekati 1 . rumus perhitungan:
Adjusted beta =

+

2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti

Judul

Mohammad
hashemijoo, aref
mahdavi
ardekani, dan
ejat younesi
(2012)
Prince
acheampong,
evans agalega,
dan kwabena
shibu (2014)

The impact of
dividen policy on
share price volatility
in the malaysian
stock market

Tita deitiana
(2011)

Variabel
Hasil penelitian
penelitian
Dividen policy, Terdapat
hubungan
share price
signifikan
negatif
antara dividen policy
dan
share
price
volatility

The efect of financial
leverage and market
size on stock returns
on the ghana stock
exchange : evidence
from selected stocks
in the manufacturing
sector
Pengaruh rasio
keuangan,
pertumbuhan
penjualan dan
dividen terhadap
harga saham

Financial
leverage,
market size,
and stock
return

Terdapat hubungan
negatif signifikan
antara financial
leverage dan stock
return

Profitabilitas,
likuiditas,
dividen dan
pertumbuhan
penjualan

Profitabilitas
berpengaruh terhadap
harga saham.
Likuiditas , dividen
dan pertumbuhan
penjualan tidak
berpengaruh terhadap
harga saham

28
Universitas Sumatera Utara

Zia arnanto

Pengaruh rasio
profitabilitas dan
rasio leverage
terhadap harga
saham perusahaan
manufaktur di bursa
efek indonesia

Profitability,
leverage,
return on
asset, earnings
per share, debt
to equity ratio,
stock price

Agung sugiarto
(2010)

Analisa pengaruh
beta, size
perusahaan, DER
dan PBV ratio
terhadap return
saham

Beta stock,
size, DER,
PBV

Return on asset
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap harga saham.
Earnings per share
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap harga saham.
Debt to equity ratio
berpengaruh negatif
namun pengaruh
tersebut tidak
signifikan terhadap
harga saham
Beta mempunyai
dampak yang positif
stock return tapi tidak
signifikan. DER
mempunyai dampak
negatif dan signifikan
terhadap stock return

2.3 Keterkaitan antar Variabel dengan Hipotesis
2.3.1 Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham
Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut
Weston dan Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat
diperoleh laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan
terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian dividen. Kebijakan dividen
menggambarkan bagaimana kebijakan perusahaan dalam menetapkan dividen
pemegang saham.
Investor biasanya akan sangat cepat dalam merespon kebijakan dividen
perusahaan. Semakin tepat kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan maka
akan semakin mendapat respon yang baik dari investor yang pada akhirnya akan

29
Universitas Sumatera Utara

berdampak pada kenaikan harga saham perusahaan. Begitupun sebaliknya jika
kebijakan dividen yang diambil perusahaan tidak tepat, maka akan berdampak
pada penurunan harga saham perusahaan.
H1 : Kebijakan dividen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
harga saham

2.3.2 Leverage Terhadap Harga Saham
Rasio leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap modal yang dimiliki perusahaan dan seberapa besar kebutuhan dana
perusahaan yang dibiayai dengan utang. Leverage berhubungan erat dengan
kebijakan pendanaan perusahaan. Investor biasanya sangat memperhatikan
kebijakan yang berhubungan erat dengan pendanaan perusahaan.
Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to
Equity Ratio. Rasio ini menggambarkan bagaimana kondisi financial leverage
perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio Debt to Equity Ratio (DER), maka investor
akan melihat bahwa semakin tinggi resiko financial perusahaan hal ini
dikarenakan tingginya jumlah pendanaan perusahaan yang berasal dari pihak
eksternal. Maka respon dari investor itu pada akhirnya akan mempengaruhi harga
saham perusahaan.
H2 : Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham

30
Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Likuiditas Terhadap Harga Saham
Current ratio merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam
menjamin hutang lancarnya. Semakin meningkatnya current ratio menunjukkan
bahwa perusahaan mampu menggunakan aktiva lancarnya dengan baik guna
memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka respon
investor akan semakin baik terhadap perusahaan. Jika investor merespon baik,
maka hal itu juga akan berdampak baik terhadap harga saham perusahaan.
H3 : current ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga
saham

2.3.4 Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham dengan Beta Saham
sebagai Variabel Moderating
Dalam prakteknya investor lebih suka jika perusahaan lebih memilih
membagikan dividen kepada investor daripada perusahaan menahan laba
perusahaan. Konsep ini membuat kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga
saham. Pada penelitian ini beta saham adalah sebagai variabel moderating yang
memoderasi kebijakan dividen dan harga saham. Beta saham adalah risiko saham
suatu perusahaan. Semakin tinggi risiko suatu saham biasanya perusahaan lebih
memilih untuk menahan laba agar laba tersebut dapat dikelola perusahaan.
H4 : Kebijakan Dividen bepengaruh terhadap harga saham dengan beta
saham sebagai variabel moderating.

31
Universitas Sumatera Utara

2.3.5 Leverage terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai
Variabel Moderating
Leverage menunjukkan sejauh mana ekuitas perusahaan dibiayai oleh
liabilitas. Investor akan lebih menyukai jika rasio leverage perusahaan rendah
dikarenakan rasio leverage suatu perusahaan yang tinggi menunjukkan tingginya
risiko perusahaan tersebut. Risiko saham suatu perusahaan ditunjukkan dengan
beta saham. Semakin tinggi risiko saham suatu perusahaan maka risiko keuangan
perusahaan hal ini tentu akan berimbas pada harga saham perusahaan.
H5 : Leverage berpengaruh terhadap harga saham dengan beta saham
sebagai variabel moderating

2.3.6 Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai
Variabel Moderating
Likuiditas menunjukkan sejauhmana kemampuan perusahaan melunasi
liabilitas jangka pendek. Semakin tinggi rasio likuiditas perusahaan menunjukkan
perusahaan semakin mampu melunasi liabilitas jangka pendek. Investor akan
lebih menyukai perusahaan yang rasio likuiditasnya tinggi. Risiko saham suatu
perusahaan ditunjukkan dengan beta saham. Semakin tinggi risiko saham suatu
perusahaan akan mempengaruhi kemampuan pembayaran liabilitas jangka pendek
perusahaan dikarenakan investor akan cenderung menghindari saham suatu
perusahaan yang berisiko.
H6 : Likuiditas berpengaruh terhadap harga saham dengan beta saham
sebagai variabel moderating.

32
Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Kebijakan dividen
(X1)

H1

Leverage (X2)

Harga saham (Y)

H2
H3
Likuiditas (X3)

H6

H5

H4

Beta saham (Z)

Berdasarkan penjelasan keterkaitan antar variabel dengan hipotesis
yang telah di uraikan sebelumnya, hipotesis sementara dapat disimpulkan sebagai
berikut:
H1 : Semakin tepat kebijakan dividen menetapkan laba yang akan dibagikan
kepada pemegang saham dapat berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham
H2 : Semakin tinggi debt to equity suatu perusahaan dapat berpengaruh negatif
signifikan terhadap harga saham
H3 : Semakin baik current ratio suatu perusahaan dapat berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham

33
Universitas Sumatera Utara

H4 : Semakin tepat kebijakan dividen menetapkan pembagian laba terhadap
pemegang saham , tingkat resiko saham suatu perusahaan mampu memoderasi
hubungan kebijakan dividen terhadap harga saham
H5 : Semakin tinggi ataupun seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang,
maka tingkat risiko suatu perusahaan mampu memoderasi hubungan leverage
terhadap harga saham
H6 : Semakin baik kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
tepat waktu, maka tingkat risiko saham mampu memoderasi hubungan likuiditas
terhadap harga saham

34
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 44 89

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 11 111

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 15

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 96

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 1 115

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage, dan Likuiditas terhadap Harga Saham dengan Beta Saham sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17