ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
xii
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh : ELOK RACHMANIA
0513015002 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
xiii
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh : ELOK RACHMANIA
0513015002 / FE / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(3)
xiv
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi
Oleh :
ELOK RACHMANIA 0513015002 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(4)
xvii SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan Elok Rachmania 0513015002 / FE / EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Siti Sundari, M. Si Tanggal : ...
Mengetahui, Wakil Dekan I
Drs. Ec. Saiful Anwar, M. Si NIP. 030 194 437
(5)
xviii
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun Oleh :
Elok Rachmania 0513015002 / FE / EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 23 Desember 2009
Pembimbing : Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Hj. Siti Sundari, M. Si Dr. Indrawati Yuhertiana, MM. Ak
Sekretaris
Dra. Ec. Hj. Siti Sundari, M. Si
Anggota
Dra. Ec. Erna Sulistyowati, MM Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 030 202 389
(6)
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan lindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel-variabel Akuntansi Terhadap Beta Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penulisan skripsi ini telah banyak memperoleh bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak yang sangat besar artinya. Maka, pada kesempatan ini dengan perasaan yang bahagia penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Syaiful Anwar, Msi, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(7)
ii
5. Ibu Dra. Ec. Siti Sundari, Msi, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, dan memberikan motivasi serta dukungan moral selama penyusunan skripsi ini.
6. Segenap staff pengajar dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Kedua Orang tuaku dan beserta seluruh keluargaku yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materiil sehingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Semua pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat membantu menunjang perkembangan ilmu pengetahuan serta memberikan manfaat sebagai sumbangan pikiran yang berharga bagi yang berkepentingan.
Surabaya, Desember 2009
(8)
iii DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 01
1.2. Perumusan Masalah ... 04
1.3. Tujuan Penelitian ... 05
1.4. Manfaat Penelitian ... 05
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 06
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pemakai dan kebutuhan Informasi Lap.Keuangan ... 11
2.2.2. Investasi ... 11
2.2.2.1. Pengertian Investasi ... 11
2.2.2.2. Jenis Investasi ... 12
2.2.3. Risiko ... 16
(9)
iv
2.2.3.2. Pengertian Beta Saham ... 21
2.2.3.3. Mengestimasi Beta Saham ... 22
2.2.4. Variabel Akuntansi ... 32
2.2.4.1. Dividend Payout ... 32
2.2.4.2. Pengaruh Dividen Payout terhadap Beta Saham ... 33
2.2.4.3. Asset Size ... 34
2.2.4.4. Pengaruh Asset Size terhadap Beta Saham . 34 2.2.4.5. Earnings Variability ... 35
2.2.4.6. Pengaruh Earnings Variability terhadap Beta Saham ... 36
2.2.4.7. Total Asset Turn Over ... 36
2.2.4.8. Pengaruh Total Asset Turn Over terhadap Beta Saham ... 36
2.2.4.9. Asset Growth ... 36
2.2.4.10. Pengaruh Asset Growth Terhadap beta Saham 37 2.3. Kerangka Pikir ... 37
2.4. Hipotesis ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 45
3.2.1. Obyek Penelitian ... 45
(10)
v
3.2.3. Sampel ... 45
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.3.1. Jenis Data ... 47
3.3.2. Sumber Data ... 48
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 49
3.5.1. Uji Normalitas ... 49
3.5.2. Asumsi Klasik ... 49
3.5.3. Analisis Linear Berganda ... 51
3.5.4. Uji Hipotesis ... 54
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 57
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 63
4.3. Analisis dan Uji Hipotesis ... 71
4.3.1. Uji Normalitas ... 71
4.3.2. Asumsi Klasik ... 72
4.3.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 75
4.3.4. Uji Hipotesis ... 79
4.3.5. Pembahasan ... 83
4.3.5.1. Didend Payout ... 83
4.3.5.2. Asset Size ... 85
4.3.5.3. Earning Variability ... 86
(11)
vi
4.3.5.5. Asset Growth ... 88
4.3.7. Keterbatasan Penelitian ... 89 4.3.6. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 95 5.2. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA
(12)
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. Laporan Penelitian Terdahulu ... 09
3.1. Jumlah Perusahaan Sampel ... 46
3.2. Perusahaan – Perusahaan Sampel ... 47
3.3. Batas Uji Durbin Watson ... 50
4.1. Jenis Kelompok Perusahaan Manufaktur dalam BEI ... 58
4.2. Jenis Usaha Dalam Sampel Perusahaan Manufaktur ... 58
4.3. Total Asset ... 59
4.4. Total Liabilities ………... 61
4.5. Total Equity ………. 62
4.6. Data Beta Saham Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 64
4.7. Data Dividend Payout Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 67
4.8. Data Asset Size Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 66
4.9. Data Earnings Variability Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 68
4.10. Data Total Asset Turn Over Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 69
4.11. Data Asset Growth Perusahaan Sampel Th. 2004 – 2008 ... 70
4.12. Batas Uji Durbin Watson ... 73
4.13. Hasil Uji Multikolineritas ... 73
4.14. Hasil Uji Heteroskestisitas ... 74
4.15. Hasil Estimasi Koefisien Regresi ... 76
4.16. Nilai Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 78
4.17. Hasil Uji T ... 80
(13)
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Risiko Total dan Komponennya ... 20
2.2. Garis Pasar Sekuritas ... 27
2.3. Kerangka Pikir Variabel Akuntansi terhadap Beta Saham ……… 39
(14)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Harga Saham dan IHSG
Lampiran 2 : Data Return Saham dan Return Indeks Pasar Lampiran 3 : Perhitungan Dividend Payout
Lampiran 4 : Perhitungan Asset Size.
Lampiran 5 : Perhitungan Earnings Variability. Lampiran 6 : Perhitungan Total Asset Turn Over Lampiran 7 : Perhitungan Asset Growth
Lampiran 8 : Perhitungan Beta Saham.
Lampiran 9 : Data Dependent dan Data Independent Variabel. Lampiran 10 : Deskriptif Statistik.
Lampiran 11 : Uji Normalitas.
Lampiran 12 : Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Asumsi Klasik Lampiran 13 : Tabel Durbin Watson
(15)
x
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL AKUNTANSI TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh :
Elok Rachmania
ABSTRAK
Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi kepada investor agar laporan keuangan dapat berguna dalam pengambilan keputusan investasi. Keputusan investor untuk menanamkan modalnya pada satu sekuritas atau portofolio tidak dapat dipisahkan dari harapan investor untuk memperoleh keuntungan atas investasi yang dilakukannya. Keputusan investasi yang menyangkut masa depan bersifat tidak pasti sehingga didalamnya mengandung unsur risiko bagi investor. Risiko yang relevan dalam suatu investasi yang didiversifikasi dengan baik adalah risiko pasar atau risiko sistematis dan dinyatakan dalam bentuk beta saham. Jika informasi laporan keuangan diharapkan berguna bagi pengambilan keputusan investasi, maka informasi laporan keuangan dalam bentuk variabel-variabel akutansi dapat digunakan untuk menilai beta saham. Adapun variabel-variabel akuntansi yang digunakan adalah dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth,dengan tujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan terhadap beta saham sebagai cerminan risiko pada perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan sampel 19 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2008 dan telah memenuhi kriteria tertentu. Analisis data dengan menggunakan model regresi linear berganda menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.046. Pengujian statistik dengan menggunakan uji F pada taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa keseluruhan variabel akuntansi dalam penelitian ini secara simultan memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan beta saham. Sedangkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t, menunjukkan bahwa hanya variabel asset growth yang mempunyai hubungan signifikan dengan beta saham pada taraf 10% sedangkan variabel lainnya seperti dividend payout, asset size, earnings variablity dan total asset turn over tidak signifikan menjelaskan hubungannya dengan beta saham.
Hasil penelitian ini membawa implikasi bahwa laporan keuangan belum bisa digunakan sepenuhnya sebagai sumber informasi yang reliable bagi investor. Adanya kecenderungan investor menggunakan analisis teknikal atau analisis fundamental makro ekonomi sebagai acuan dalam menilai beta saham sebagai cerminan dari risiko investasi.
Keywords : Beta Saham, Dividend Payout, Asset Size, Earning Variability, Total Asset Turn Over dan Asset Growth.
(16)
xi
INFLUENCEANALISYS OF ACCOUNTING VARIABLE TO SHARE OF BETA IN THE MANUFACTURES COMPANY
THAT BE LIST IN THE BURSA EFEK INDONESIA By :
Elok Rachmania
ABSTRAC
One of the direction from financial reports is for give an information to the investor to take a decision in the investment. Investor decision is for capital investment to the one of share is can not to be separated from investor with hope for get an opportunity from investment that they do it. Investor decision is connection with the futures is not certainly, so there is a risk to investor. The relevant risk in the investment that diversification with very well is a market risk or systematic risk that called with beta. The financial reports information is hope can be use for decision in the investment, so the information of financial reports in the shape of accounting variable can be use to value the share of beta. There is an accounting variabel that can be use are dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, and asset growth, with direction for test the influence of accounting variable that dish in the financial repots to the share of beta as a risk mirror to the manufactures company that in the Indonesia.
This accurationis use 19 example of manufatures company that be list in the Bursa Efek Indonesia at years 2004-2008 and be to fill of certainly criteria. Date analisys with use a model of regresi linear berganda is show the value of determination coefisient (R2) is 0.046. Statistic test is use F test on the level at 5% showing that all of the accounting variable in this accuration have not signivicant relation with share of beta. And statistic test with t-test, show that just asset growth variable that have a signivicant relation with share of beta saham at 10% and the others like dividend payout, asset size, earnings variablity and total asset turn over are not signivicant for explain the relation with the share of beta.
This accuration result that financial reports is can not be usefully as a well information that reliable to the investor. There is an investor inclined to use tehnical analisys or fundamental makro economic analisys as to threaten in the value of share beta as a miror from the investment risk.
Keywords : Sahre of Beta, Dividend Payout, Asset Size, Earning Variability, Total Asset Turn Over dan Asset Growth.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan bantuan kepada investor, kreditor dan investor potensial untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang ada di laporan keuangan diharapkan dapat berguna untuk investor dalam mempertimbangkan suatu keputusan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Keputusan investasi yang menyangkut masa depan bersifat tidak pasti, sehingga didalamnya mengandung unsur risiko bagi investor. Agar investasi memberikan hasil yang efektif maka investor dan calon investor harus mampu menilai pendapatan dan risiko yang terkandung dalam alternatif investasi yang direncanakan. Umumnya risiko ada pada setiap alternatif investasi sedangkan besar kecilnya risiko tergantung pada jenis investasinya.
Risiko dalam suatu investasi sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari pendapatan yang diharapkan. Risiko bisa dikurangi atau dihilangkan dengan cara melakukan diversifikasi investasi, antara lain dengan cara menambah jenis saham dan portofolio. Risiko demikian disebut dengan risiko tidak sistematis (unsystematic risk) atau diversifiable risk. Akan tetapi ada juga risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi investasi yang disebut dengan risiko sistematis (systematic risk) atau undiversifiable risk atau
(18)
risiko pasar. Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian di luar kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi, kebijaksanaan pajak, dan sebagainya. Tingkat risiko sistematis dinyatakan dalam parameter beta yang merupakan koefisien regresi antara return suatu sekuritas dengan return pasar.
Jika informasi laporan keuangan diharapkan berguna bagi pengambilan keputusan investasi, maka informasi laporan keuangan juga diharapkan berguna untuk menilai risiko sistematis dalam investasi. Dengan kata lain informasi laporan keungan dalam bentuk variabel-variabel akuntansi (variabel fundamental) dapat digunakan untuk menilai beta saham. Dengan menggabungkan antara beta yang diukur berdasarkan data return pasar dengan data karakteristik perusahaan berupa variabel-variabel akuntansi diharapkan daya prediksinya untuk menghitung beta di masa mendatang lebih akurat.
Usaha untuk menguji hubungan variabel-variabel akuntansi dengan beta saham telah dilakukan oleh Beaver et. al (1970). Mereka menguji pengaruh antara beta dengan 7 macam variabel-variabel akuntansi yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena beta merupakan pengukur dari risiko, yaitu dividend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size, earnings variability dan accounting beta (Jogiyanto, 2000:255-256). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dividend payout, leverage, earnings variability dan accounting beta berpengaruh signifikan 1% terhadap beta, sedangkan liquidity,
asset size, asset growth tidak signifikan. Elly dan Nur Indriantoro (1999)
(19)
beta saham. Sampel penelitian adalah 37 perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEJ dari tahun 1991 sampai 1996. Variabel-variabel yang digunakan sama dengan Beaver et. al (1970). Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing maupun secara keseluruhan dari dividend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size, earning variability dan accounting beta terhadap beta saham. Suherman (2003) menguji pengaruh variabel-variabel keuangan terhadap risiko sistematis di Bursa Efek Indonesia. Variabel-variabel tersebut antara lain dividend payout, financial leverage, liquidity, accounting beta, asset size, asset growth, dan earning variability. Pengujian dilakukan berdasarkan data historis tahun 1996 sampai 2000 terhadap 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
asset growth, TATO dan ROI periode sebelum krisis moneter, sedangkan
likuiditas, leverage tidak serta terdapat pengaruh yang signifikan dari leverage periode selama krisis moneter, sedangkan asset growth, likuiditas, TATO dan ROI tidak. Kemudian Doddy Setiawan (2004) melakukan penelitian yang menguji pengaruh variabel fundamental terhadap beta saham pada periode sebelum krisis moneter (1992-1996) dan periode selama krisis moneter (1998-2001). Variabel yang digunakan adalah asset growth, leverage, likuiditas, total
asset turn over dan return on investment. Hasilnya menunjukkan bahwa
Variabel-variabel yang diuji tidak berpengaruh signifikan terhadap beta. Secara parsial hanya earning variability yang berpengaruh signifikan 5 % terhadap
(20)
beta. Penelitian dengan menggunakan berbagai variabel akuntansi lainnya untuk meneliti beta fundamental ini juga dilakukan oleh Bildersee (1975), Rosenberg dan Marathe (1975), Eskew (1979), Bren dan Lerner (1973), Gonedes (1979), Melicher (1974), Thomson (1978 ) (Jogiyanto, 2000:260).
Dari penelitian-penelitian tersebut di atas, penulis ingin meneliti apakah ada pengaruh dari variabel-variabel akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan terhadap beta saham dalam kasus perusahaan manufaktur di Indonesia. Adapun variabel-variabel akuntansi yang digunakan peneliti meliputi : dividend payout, asset size, earnings variability,total asset turn over, dan asset growth.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel – Variabel Akuntansi Terhadap Beta Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
Apakah terdapat Pengaruh yang signifikan dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth terhadap beta saham?
(21)
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menguji secara empirik adanya pengaruh antara variabel-variabel akuntansi yang terdiri atas dividend
payout, asset size, earnings variability, dan asset growth disajikan dalam
laporan keuangan terhadap risiko saham (beta) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti.
Menambah pengetahuan dan melatih penulis dalam menganalisa serta mengoptimalkan teori yang diperoleh penulis selama menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi
b. Bagi Akademis.
Diharapkan agar penyusunan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan di masa yang akan datang.
c. Bagi Praktisi.
Memberikan informasi kepada pihak investor mengenai variabel-variabel akuntansi yang dapat mempengaruhi beta (risiko sistematis), sehingga dapat memberi masukan kepada investor dalam menentukan keputusan investasi yang tepat dan dapat mengalokasikan dananya dengan tepat.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
a. Beaver, Kettler dan Scholes (1970)
Meneliti tentang : Pengaruh beta saham terhadap 7 macam variabel akuntansi yang dianggap berhubungan dengan risiko.
Rumusan masalah : Apakah ada pengaruh antara beta saham terhadap 7 macam variavel akuntansi yaitu dividend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size, earnings variability dan accounting beta.
Hipotesis : Diduga ada pengaruh antara beta saham terhadap 7 macam variabel akuntansi yaitu dividend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size, earnings variability dan accounting beta.
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dividend payout,
leverage, earnings variability dan accounting beta berpengaruh signifikan 1% terhadap beta, sedangkan liquidity, asset size, asset growth tidak berpengaruh secara signifikan.
b. Elly dan Indriantoro (1999)
Meneliti tentang : Pengaruh antara variabel-variabel akuntansi terhadap beta saham.
(23)
Rumusan masalah: Apakah variabel-varaibel akuntansi berpengaruh secara signifikan pada beta saham.
Hipotesis : Variabel – variabel akuntansi diduga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap beta saham.
Kesimpulan : Hasil dari penelitian terhadap 37 perusahaan manufaktur tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari masing-masing maupun secara keseluruhan dari variabel-variabel akuntansi tersebut terhadap beta saham.
c. Suherman (2003).
Meneliti tentang : Pengaruh variabel keuangan terhadap risiko sistematis di Bursa Efek Jakarta.
Rumusan masalah : Apakah ada pengaruh variabel keuangan terhadap resiko sistematis di Bursa Efek Jakarta.
Hipotesis : Ada pengaruh yang signifikan dari variabel keuangan
terhadap resiko sistematis di Bursa Efek Jakarta.
Kesimpulan : Pengujian statistik dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa hanya satu variabel independen yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap risiko sistematis yaitu variabel earning variability
sedangkan keenam variabel independen lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Pengujian statistik dengan menggunakan uji F menunjukkan
(24)
bahwa keseluruhan variabel keuangan dalam penelitian ini secara simultan tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap beta saham.
d. Setiawan (2004).
Meneliti tentang : Pengaruh variabel fundamental terhadap beta saham pada periode sebelum krisis moneter tahun 1992 – 1996 dan periode selama krisis moneter tahun 1998 – 2001 pada perusahaan manufaktur.
Rumusan masalah : Apakah ada pengaruh dari variabel fundamental terhadap beta saham pada periode sebelum krisis moneter (1992-1996) dan periode selama krisis moneter (1998-2001).
Hipotesis : Diduga ada pengaruh antara variabel fundamental terhadap beta saham pada periode sebelum krisis moneter (1992-1996) dan periode selama krisis moneter (1998-2001).
Kesimpulan : Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari asset growth, TATO dan ROI (Return On Investment) pada periode sebelum krisis moneter. Sedangkan pada periode selama krisis moneter menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
(25)
(26)
(27)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2.2.2. Investasi
2.2.2.1. Pengertian Investasi
Dalam dunia usaha, ada beberapa pengertian mengenai investasi yang pada intinya adalah sama. Menurut Awat (1999:29), investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang yang jumlahnya lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (initial investment).
(28)
Menurut Halim (2003:2) menyebutkan investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.
Sedangkan investasi menurut Tandelilin (2001:3) adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko, serta hubungan antara return dan risiko. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima (return aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Risiko dan return mempunyai hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin tinggi risiko suatu aset, semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan dari aset tersebut, demikian sebaliknya.
2.2.2.2. Jenis Investasi
Pada dasarnya kegiatan investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi riil (real assets) dan investasi finansial (financial assets). Dimana dalam dua jenis investasi tersebut investor selalu dihadapkan pada dua parameter, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan (return) dan
(29)
risiko (risk) yang mungkin dihadapi. Berkembangnya perekonomian cenderung menggeser obyek investasi dari real assets (seperti tanah) ke arah financial assets, baik di pasar uang maupun di pasar modal.
Menurut Awat (1999:29) membagi investasi sebagai berikut : a. Ditinjau dari segi ruang lingkup usaha :
1) Investasi pada aktiva nyata (real asset / real investment)
Misalnya : Pendirian pabrik-pabrik, perkebunan, pendirian hotel/restoran, dan lain-lain.
2) Investasi pada aktiva keuangan (financial asset / financial investment) Misalnya : Pembelian surat berharga baik berupa saham maupun
obligasi.
b. Ditinjau dari segi kepastian memperoleh keuntungan, investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Investasi bebas resiko (free risk investment) adalah investasi yang memperoleh keuntungan secara pasti, seperti pembelian obligasi (investment in bond), karena obligasi akan memberikan jasa bunga yang pasti kepada pemiliknya tanpa memperhatikan apakah perusahaan yang mengeluarkan obligasi itu mampu memperoleh keuntungan atau tidak. 2) Investasi yang beresiko (risk investment) adalah investasi yang ditujukan
bagi pembelian saham biasa (investment in stock) dan investasi dibidang nyata (investment in real assets). Kedua investasi ini dikatakan beresiko karena jika perusahaan mendapat keuntungan maka investor dapat
(30)
menikmati hasilnya. Namun jika perusahaan mengalami kerugian akibatnya investor akan memikul kerugian tersebut.
Menurut Jogiyanto (2003:7-11), jenis-jenis investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa :
A. Investasi Langsung
Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan, yang biasanya diperoleh melalui bank komersial. Macam-macam investasi langsung dapat dijabarkan sebagai berikut :
1). Investasi langsung yang tidak dapat diperjual-belikan : a). Tabungan
b). Deposito
2). Investasi langsung yang dapat diperjual-belikan a). Investasi langsung di pasar uang (money market)
Yaitu berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh :
(31)
Merupakan aktiva yang banyak digunakan dalam penelitian keuangan sebagai proksi return bebas risiko (risk-free rate of return).
Deposito yang dapat dinegosiasikan. b). Investasi langsung di pasar modal.
Merupakan investasi yang bersifat jangka panjang. Yang diperjualbelikan dalam pasar modal antara lain :
Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities), berupa Treasury-Bond (T-Bond), federal agency securities
(surat-surat berharga yang dikeluarkan pemerintah federal Amerika Serikat dengan tujuan membantu sektor-sektor ekonomi tertentu), municipal bond (surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah kota, airport), Corporate bond (dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan), Convertible bond (bond yang dapat dikonversikan ke saham).
Saham-saham (equity securities). Yang diperjualbelikan adalah saham preferen (preferred stock) dan saham biasa (common stock).
(32)
c). Investasi langsung di pasar turunan
Yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga turunan (derivative) karena nilainya merupakan jabaran dari surat berharga lain yang terkait, diantaranya adalah :
Opsi (option). Contoh dari opsi antara lain waran (warrant), opsi put (put option) dan opsi call (call option).
Futures contract. Aktiva yang diperdagangkan dalam futures
contract umumnya komoditi hasil bumi. B. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai unit
investment trust, closed-end investment companies dan open-end
investment companies.
2.2.3. Risiko
2.2.3.1. Pengertian Risiko
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi ada hal penting yang
(33)
harus selalu dipertimbangkan, yaitu berapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Sebenarnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya.
Menurut Horne and Wachowicz, JR. (2005:145) mendefinisikan risiko sebagai perbedaan antara pengembalian aktual dengan pengembalian yang diharapkan. Contohnya seperti US Treasury note
(T-note) merupakan sekuritas yang bebas risiko, sedangkan saham biasa
merupakan sekuritas yang berisiko.
Menurut Tandelilin (2001:48) menyebutkan risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
Menurut Husnan (2001:47) risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan.
Risiko Total
Menurut Jones (2000) (Akuntansi dan Teknologi Informasi Vol. 4 No. 2, November 2005;127-128), beberapa sumber yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi, yaitu :
(34)
1. Interest Rate Risk (risiko suku bunga), merupakan variabilitas pada tingkat hasil sekuritas yang disebabkan oleh perubahan tingkat suku bunga yang berlaku.
2. Market Risk (risiko pasar), merupakan variabilitas pada tingkat hasil
sekuritas yang disebabkan oleh fluktuasi pada pasar secara keseluruhan. Misalnya : keadaan resesi, perang, perubahan struktur ekonomi, dan perubahan referensi konsumen.
3. Inflation Risk (risiko inflasi), merupakan risiko yang terjadi sebagai akibat dari perubahan daya beli masyarakat yang menurun karena harga barang yang semakin naik. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan tingkat suku bunga naik sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham juga akan semakin tinggi.
4. Business Risk (risiko bisnis), merupakan risiko yang timbul akibat
melakukan bisnis pada suatu industri tertentu.
5. Financial Risk (risiko financial), merupakan risiko yang timbul karena perusahaan mengambil kebijakan pembiayaan dengan menggunakan hutang. Semakin besar proposal aktiva yang dibiayai dengan hutang maka semakin besar pula variabilitas tingkat hasil pada perusahaan tersebut. 6. Liquidity Risk (risiko likuiditas) merupakan risiko yang terkait dengan
pasar sekunder dimana sekuritas tersebut diperdagangkan, yaitu berkaitan dengan tingkat kepastian atas waktu dan harga.
(35)
7. Exchange Rate Risk / Currency Risk (nilai tukar mata uang), merupakan variabilitas tingkat hasil sekuritas yang terjadi karena adanya fluktuasi nilai tukar mata uang suatu Negara.
8. Country Risk (risiko negara), merupakan risiko yang berhubungan dengan keadaan politik suatu Negara. Misalnya : stabilitas ekonomi dan kelangsungan hidup suatu Negara.
Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi modern juga dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Jogiyanto (2000:160-161) mendefinisikan risiko total (total risk) sebagai penjumlahan dari diversifiable dan nondiversifiable risk. Bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well-diversified disebut dengan risiko yang dapat didiversifikasi (diversifiable risk) atau risiko perusahaan (company risk) atau risiko spesifik (specific risk) atau risiko unik (unique risk) atau risiko yang tidak sistematik (unsystematic risk). Karena risiko ini unik untuk suatu perusahaan, yaitu hal yang buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal yang baik terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini dapat didiversifikasi di dalam portofolio. Contoh dari diversifiable risk
adalah pemogokan buruh, tuntutan oleh pihak lain, penelitian yang tidak berhasil dan lain sebagainya. Sebaliknya risiko yang tidak dapat
(36)
didiversifikasikan oleh portofolio disebut dengan nondiversifiable risk
atau risiko pasar (market risk) atau risiko umum (general risk) atau risiko sistematik (systematic risk). Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian di luar kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi dan lain sebagainya.
Dalam hubungannya antara sumber-sumber risiko dan jenis risiko, kita dapat melihat bahwa business risk, financial risk, dan liquidity risk
merupakan unsystematic risk karena hanya terjadi pada satu badan usaha dan bisa dihilangkan melalui diversifikasi. Sedangkan interest rate risk, market risk, inflation risk, exchange rate risk dan country risk merupakan
systematic risk karena merupakan risiko pasar yang mempengaruhi semua badan usaha dan tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi.
Gambar 2.1.
Risiko Total dan Komponennya
---Jumlah saham Risiko dapat di-diversifikasi atau
risiko perusahaan atau risiko spesifik atau risiko unik atau risiko tidak sistematik
Risiko tidak dapat di-diversifikasi atau risiko pasar atau risiko umum atau risiko sistematik Risiko
total
Risiko portofolio
(37)
Dari gambar 2.1. menunjukkan ada sebagian risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai risiko atau yang disebut risk averse, maka mereka akan memilih untuk melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko tersebut. Sehingga akibatnya semua pemodal akan melakukan hal yang sama, dengan demikian risiko yang hilang karena diversifikasi tersebut menjadi tidak relevan dalam perhitungan risiko. Dengan kata lain hanya risiko pasar yang relevan dalam perhitungan risiko.
2.2.3.2. Pengertian Beta.
Kalau kita ingin mengetahui sumbangan suatu saham terhadap risiko suatu portofolio yang didiversifikasi secara baik, maka harus tidak melihat seberapa risiko saham tersebut apabila dimiliki secara terpisah, tetapi kita harus mengukur risiko pasarnya. Hal ini membawa kita untuk mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan pasar.
Menurut Husnan (2001:166), Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar.
Dalam buku Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Jogiyanto, 2000:237), beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar.
(38)
Suatu sekuritas yang mempunyai beta lebih kecil dari 1 dikatakan berisiko lebih kecil dari risiko portofolio pasar. Sebaliknya, suatu sekuritas yang mempunyai nilai beta lebih besar dari 1 dikatakan mempunyai risiko sistematik yang lebih besar dari risiko pasar. Jika suatu sekuritas mempunyai beta sama dengan beta portofolio pasar atau sama dengan 1, maka diharapkan sekuritas ini mempunyai return ekspektasi yang sama dengan return ekspektasi portofolio pasar atau E(RM)
(Jogiyanto, 2000:322-323) .
Saham dengan beta yang lebih besar dari satu merupakan saham yang relatif lebih peka terhadap perubahan keuntungan pasar disebut saham agresif. Sedangakan jika beta sahamnya lebih kecil dari satu maka perubahan keuntungan saham tersebut kurang peka terhadap perubahan keuntungan pasar disebut saham defensif (defensive stock) (Elly dan Indriantoro, 199:2).
2.2.3.3. Mengestimasi Beta
Suatu cara yang nyata untuk menghitung beta dari suatu saham adalah dengan melihat bagaimana reaksi dari harga saham itu terhadap pergerakan pasar. Jika anda telah menggunakan beta dari masa lampau dari salah satu saham untuk meramalkan beta pada masa depan, anda tidak akan (pada umumnya) menyimpang terlalu jauh (Brealey and Myers, 1986:206).
(39)
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa datang. Dalam penelitian Elton dan Gruber (1994) menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakaan informasi tentang beta masa depan (Jogiyanto, 2000:239).
Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar), data akuntansi (laba-laba perusahaan dan (laba-laba indeks pasar) atau data fundamental (menggunakan variabel-variabel fundamental). Beta yang dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar. Beta yang dihitung dengan data akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang dihitung dengan data fundamental disebut dengan beta fundamental.
BETA PASAR
Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya selama 60 bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return harian. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan return-return pasar adalah linier, maka beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi (Jogiyanto, 2000:239-240).
(40)
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal atau model pasar atau dengan menggunakan model CAPM.
A. Model Indeks Tunggal
Kalau kita melakukan pengamatan maka akan nampak bahwa pada saat “pasar” membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka harga saham akan turun harganya. Hal ini menyarankan bahwa return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Dengan dasar ini, return dari suatu sekuritas dan return dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai hubungan : (Jogiyanto, 2000:203-2004)
Notasi :
Ri = return sekuritas ke-i
ai = suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return
sekuritas ke-i yang independen terhadap kinerja pasar,
i = beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri
akibat dari perubahan RM,
(41)
RM = tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan suatu variabel
acak.
Variabel ai merupakan komponen return yang tidak tergantung dari
return pasar. Variabel ai dapat dipecah menjadi nilai yang diekspektasi
(expected value) i dan kesalahan residu (residual error) ei sebagai
berikut : ai = i + ei
Jika kita masukkan persamaan ini ke dalam rumus di atas, maka akan didapatkan persamaan model indeks tunggal sebagai berikut :
Notasi :
i = nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap
return pasar,
ei = kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai
ekpektasinya sama dengan nol atau E (ei) = 0.
Persamaan terakhir inilah yang digunakan untuk menghitung beta.
B. Model Pasar
Model pasar (market model) merupakan bentuk dari model indeks tunggal dengan batasan yang lebih sedikit. Model pasar bentuknya sama dengan model indeks tunggal. Perbedaannya terletak diasumsinya bahwa kesalahan residu masing-masing sekuritas berkorelasi (Jogiyanto, 2000:224).
(42)
Bentuk model pasar mempunyai bentuk yang sama dengan model indeks tunggal yang mempunyai return dan return ekspektasi sbb :
Ri = i + i . RM + ei dan E (Ri)=I + I . RM
C. Model CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Dalam mengidentifikasi portofolio yang optimal, investor perlu mengestimasi return yang diharapkan dan varian semua sekuritas yang dipertimbangkan. Selain itu semua kovarian antar sekuritas tersebut perlu diestimasi dan perlu ditentukan dengan tingkat keuntungan bebas risiko. Model Penentuan Harga Aset-Kapital (Capital Asset Pricing Model-CAPM) memberikan implikasi utama bahwa return yang diharapkan atas aset berhubungan dengan ukuran risiko aset yang disebut beta (Sharpe et al, 1997:265).
Menurut Horne and Wachowicz, JR. (2005:156), model ini
mendeskripsikan hubungan antara risiko dan pengembalian yang diharapkan (diminta). Dalam model ini, pengembalian yang diharapkan (diminta) dari suatu sekuritas adalah tingkat bebas risiko ditambah premi berdasarkan risiko sistematis dari sekuritas tersebut. Hubungan antara pengembalian yang diharapkan dengan risiko sistematis dan penilaian sekuritas adalah inti dari Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Garis yang menunjukkan tradeoff antara risiko dan return ekpektasi untuk sekuritas individual disebut dengan garis pasar sekuritas (GPS) atau
(43)
security market line (SML). Garis pasar sekuritas merupakan penggambaran secara grafis dari model CAPM (Jogiyanto, 2003:350).
Gambar 2.2 Garis Pasar Sekuritas
Gambar 2.2 menunjukkan portofolio pasar (M) dengan beta senilai 1 dan return ekspektasi sebesar E(RM). Untuk beta bernilai 0 atau untuk
aktiva yang tidak mempunyai risiko sistematik, yaitu beta untuk aktiva bebas risiko, aktiva ini mempunyai return ekspektasi sebesar RBR yang
merupakan intercept dari GPS. Dengan mengasumsikan GPS adalah garis linier, maka persamaan dari garis linier ini dapat dibentuk dengan
intercept sebesar RBR dan slope sebesar [E(RM)-RBR ]/M . Karena M
adalah bernilai 1, maka slope dari GPS adalah sebesar [E(RM)-RBR].
Selanjutnya persamaan GPS untuk sekuritas ke-i dapat dituliskan sebagai berikut : (Jogiyanto, 2000:324)
Beta M
1,0
Garis pasar sekuritas (GPS)
0 E(RM)
RBR
Sumber : Jogiyanto (2000:323)
(44)
Persamaan yang sederhana ini disebut dengan Capital Asset Pricing
Model (CAPM). Karena persamaan ini merupakan model untuk return
ekpektasi yang merupakan nilai yang belum terjadi dan belum dapat diuji, sehingga model ini tidak dapat diuji. Oleh karena itu, supaya model CAPM ini dapat diuji, maka harus diubah menjadi model ex post sebagai berikut : (Jogiyanto, 2000:330-331)
Dimana :
Ri.t = return sekuritas ke-i periode ke-t,
RBR.t = return bebas risiko periode ke-t ,
i = beta sekuritas ke-i yang dapat diartikan sebagai kovarian return
sekuritas ke-i dengan return portofolio pasar dibagi dengan varian return portofolio pasar,
Rm.t = return portofolio pasar periode ke-t,
e i.t = nilai kesalahan untuk tiap-tiap nilai realisasi yang diobservasi.
Untuk mengaplikasikan model CAPM ini ke persamaan regresi, persamaan diubah sebagai berikut :
sehingga dependen variabel persamaan regresi adalah sebesar (Ri.t
-RBR.t) dengan independen variabelnya adalah (Rm.t-RBR.t) (Jogiyanto,
2000:331).
E(Ri) = RBR+ i. [E(RM ) - RBR]
Ri.t = RBR.t + i . [Rm.t - RBR.t ] + ei.t
(45)
BETA FUNDAMENTAL
Beta yang dihitung dengan data fundamental (variabel-variabel fundamental) disebut dengan beta fundamental (Jogiyanto, 2000:239).
Menurut Husnan (2001:112-113), beta yang merupakan ukuran risiko berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang diidentifikasi mempengaruhi nilai beta adalah :
a) Ciclycality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan
dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang mempunyai beta yang tinggi dan sebaliknya.
b) Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya
perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang mempunyai
operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang
tinggi, dan sebaliknya.
c) Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah
perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan, semakin besar financial leveragenya. Kalau kita menaksir beta saham, maka kita menaksir beta equity. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal
(46)
sendiri akan menanggung risiko yang makin besar. Karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi beta equity.
Beta return pasar dan beta fundamental masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya (Jogiyanto, 2000:260).
Beta return pasar :
Kelebihan : Mengukur respon dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar.
Kelemahan : Tidak langsung mencerminkan perubahan dari karakteristik perusahaan karena beta return pasar dihitung berdasarkan hubungan data pasar (return perusahaan yang merupakan perubahan dari harga saham dengan return pasar) dan tidak dihitung berdasarkan data karakteristik (fundamental) perusahaan, seperti misalnya data fundamental pembayaran dividen.
Beta fundamental :
Kelebihan : Secara langsung berhubungan dengan perubahan
karakteristik perusahaan, karena beta ini dihitung menggunakan data karakteristik tersebut.
Kelemahan : Variabel-variabel karakteristik perusahaan mempunyai efek terhadap beta fundamental yang sama untuk semua perusahaan.
(47)
Rosenberg dan Maranthe (1975) (Jogiyanto, 2000:261) kemudian menggabungkan data return pasar dan data karakteristik perusahaan untuk menghitung beta. Dengan penggabungan ini diharapkan kelemahan masing-masing perhitungan beta tertutup dan semua kebaikannya tergabung, sehingga diharapkan daya prediksinya untuk menghitung beta di masa mendatang lebih akurat.
Penelitian Beaver, Kettler dan scholes (1970) menyajikan perhitungan beta menggunakan 7 variabel fundamental yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena beta merupakan pengukur dari risiko. Dengan argumentasi bahwa risiko dapat ditentukan menggunakan kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental. Sebagian besar dari variabel-variabel tersebut adalah variabel-variabel akuntansi. Diantaranya adalah dividend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size, earning variability dan accounting beta (Jogiyanto, 2000:251-252).
Penelitian dengan menggunakan berbagai variabel akuntansi lainnya untuk meneliti beta fundamental ini juga dilakukan oleh Bildersee (1975), Rosenberg dan Marathe (1975), Eskew (1979), Bren dan Lerner (1973), Gonedes (1979), Melicher (1974), Thomson (1978 ) (Jogiyanto, 2000:260).
Dari penelitian tersebut di atas, penulis ingin meneliti beberapa variabel-variabel akuntansi yang dapat mempengaruhi beta saham (risiko
(48)
sistematis). Variabel-variabel tersebut antara lain dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth.
2.2.4. Variabel Akuntansi.
Variabel-variabel akuntansi yang akan diteliti peneliti karena dapat mempengaruhi beta saham (risiko sistematis) yang diteliti peneliti, yaitu :
a) Dividend Payout.
b) Assets Size
c) Earnings Variability.
d) Total Assets Turn Over (TATO)
e) Assets Growth.
2.2.4.1. Dividend Payout
Investor yang menanamkan modal dalam bentuk saham berharap umtuk memperoleh dividen dan capital gain. Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Dividen sebagai nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi laba ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen dibagikan kepada pemegang saham sebagai keuntungan dari perusahaan. Sedangkan capital gain adalah selisih antara nilai jual dengan nilai beli saham bila investor menjual saham tersebut. Menurut Husnan (2001:316) perusahaan hanya
(49)
dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen yang semakin besar karena hal ini berarti bahwa perusahaan akan membagikan modal sendiri.
Dividend payout sendiri merupakan bagian laba setelah pajak yang dibagikan dalam bentuk dividen. Semakin tinggi dividend payout akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah Internal Financial karena memperkecil laba ditahan, dan sebaliknya.
Variabel dividend payout dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum (Jogiyanto, 2000:252). Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi (Jogiyanto, 2000:252).
2.2.4.2. Pengaruh Dividend Payout Terhadap Beta Saham
Menurut Elly dan Indriantoro (1999) dividend payout memiliki hubungan yang negatif dengan risiko investasi, karena :
(50)
1. Pembayaran dividen yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap manajemen akan tingkat pendapatan di masa yang akan datang, dan
2. Pembayaran dividen lebih tidak berisiko dibanding pembayaran
capital gain.
Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. (Jogiyanto, 2000:252). Dengan alasan ini maka dapat dikatakan bahwa dividend payout mempunyai hubungan negatif dengan beta saham, karena semakin tinggi dividend payout risiko cenderung bergerak turun..
2.2.4.3. Asset Size
Variabel asset size merupakan nilai kekayaan total dari suatu perusahaan. Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy)
besarnya perusahaan.
2.2.4.4 Pengaruh Asset Size terhadap Beta Saham.
Menurut Elton dan Gruber (Jogiyanto, 2000:254), perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Alasannya adalah karena perusahaan yang
(51)
besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dianggap mempunyai beta yang lebih kecil. Selain itu, frekuensi perdagangan saham perusahaan kecil tidak semudah dan secepat perusahaan besar (Elly dan Indriantoro, 1999:6). Jadi Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan beta, karena Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
2.2.4.5 Earnings Variability
Variabilitas keuntungan yaitu deviasi standar dari earning price
ratio (Husnan, 2001:113). Menurut Ang (1997:24), EPR merupakan
perbandingan antara harga pasar atau saham dengan earning per share
dari saham yang bersangkutan. EPR menunjukkan rasio dari harga saham terhadap tingkat earnings. Rasio ini menunjukkan seberapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Jadi semakin tinggi EPR suatu perusahaan, bila harga sahamnya tetap, berarti keuntungan per lembar sahamnya semakin tinggi, demikian juga sebaliknya. Ini berarti semakin tinggi tingkat variabilitas keuntungan, semakin besar pula risikonya (Elly dan Indriantoro, 1999:6).
(52)
2.2.4.6. Pengaruh Earnings Variability terhadap Beta Saham
Variabel earnings variability atau variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan Beta adalah positif (Jogiyanto 2000:255), yang berarti bahwa setiap terjadi fluktuasi pendapatan secara relatif dapat memberikan pengaruh searah terhadap beta saham.
2.2.4.7. Total Asset Turn Over (TATO)
Total asset turn over (TATO) menunjukkan bagaimana efektivitas
perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2001:120).
2.2.4.8. Pengaruh Total Asset Turn Over (TATO) terhadap Beta Saham
Total asset turn over (TATO) diprediksi berpengaruh positif terhadap beta. Semakin tinggi total asset turn over, maka semakin tinggi nilai beta.
2.2.4.9 Asset Growth
Variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total (Jogiyanto, 2003:281).
(53)
2.2.4.10. Pengaruh Asset Growth terhadap Beta Saham
Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang positif dengan beta saham. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi (Sartono, 2001:248). Kegagalan ekspansi akan meningkatkan beban perusahaan, karena harus menutup pengembalian biaya ekspansi. Makin besar risiko kegagalan perusahaan, makin kurang prospektif perusahaan yang bersangkutan. Prospek perusahaan ini nantinya akan mempengaruhi harapan atau minat investor. Investor akan cenderung menjual sahamnya. Semakin banyak saham yang dijual maka harganya akan cenderung melemah. Perubahan harga saham berarti perubahan keuntungan saham. Makin besar perubahan keuntungan saham, maka makin besar beta saham perusahaan yang bersangkutan (Suherman, 2003).
2.3. Kerangka Pikir
Premis yang terkait antara variabel akuntansi dengan beta saham, adalah sebagai berikut :
Premis 1 : Tandelilin (2001:3)
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
(54)
Premis 2 : Tandelilin (2001:48)
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan, semakin besar kemungkinan perbedaanya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
Premis 3 : Husnan (2001:166)
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar.
Premis 4 : Jogiyanto (2000:255-256).
Dalam Penelitian Beaver, Kettler dan scholes (1970) menyajikan perhitungan beta menggunakan 7 variabel fundamental yang dianggap berhubungan dengan risiko,yaitu dividend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size, earning variability
dan accounting beta
Dari premis yang telah diuraikan diatas, maka kerangka pikir dapat dirumuskan sebagai berikut :
(55)
Gambar 2.3
Kerangka Pikir Variabel Akuntansi terhadap Beta Saham
Uji Regresi Linier Berganda
Dalam gambar kerangka pikir tersebut diatas ditunjukkan bahwa Beta sahama pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh variabel akuntansi yang terdiri dari Dividend Payout (X1),
Variabel Akuntansi : 1. Dividend Payout (X1)
2. Asset Size (X2)
3. Earnings Variability (X3).
4. Total Asset Turn Over (X4)
5. Asset Growth (X5)
Beta Saham pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI Tahun 2004 -2008
Diduga terdapat pengaruh antara variabel akuntansi yang terdiri dari
Dividend Payout (X1), Asset Size (X2), Earnings Variability (X3), Total Asset Turn Over (X4) dan Asset Growth (X5) terhadap Beta saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004–2008.
(56)
Asset Size (X2), Earnings Variability (X3), Total Asset Turn Over (X4) dan Asset Growth (X5)
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan rumusan permasalahan, hipotesis yang diajukan adalah :
Bahwa terdapat Pengaruh yang signifikan dari dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over dan asset growth terhadap beta saham.
(57)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah beta Saham (Y) dan dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over dan asset growth (X). Variabel yang dimaksud adalah :
1 Beta Saham (Y)
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase dengan menggunakan skala Ratio. Beta dapat dihitung dengan teknik regresi berdasarkan model indeks tunggal (Single Index Model), dimana rumusnya sebagai berikut :
Dimana :
Rit : Return saham perusahaan ke-i pada bulan ke-t
: Intersep dari regresi untuk masing-masing perusahaan ke-i i : Beta saham untuk masing-masing perusahaan ke-i
RMt : Return indeks pasar pada bulan ke-t
ei : Kesalahan residu persamaan regresi untuk tiap-tiap perusahaan ke-i
(58)
Tingkat keuntungan saham individual (Rit) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
Rt : return saham pada bulan ke-t
Pt : harga saham pada bulan ke-t
Pt-1 : harga saham pada bulan ke-t-1
Sedangkan tingkat keuntungan pasar (RMt) dapat dirumuskan sebagai berikut:
RMt : return indeks pasar pada bulan ke-t
IHSGt : indeks harga saham gabungan bulan ke-t
IHSG t-1 : indeks harga saham gabungan bulan ke-t-1
2. a. Dividend Payout (X1)
Variabel dividend payout diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum (Jogiyanto, 2000:252). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase dengan menggunakan skala Ratio Bentuk matematisnya adalah sebagai berikut :
Pt - Pt-1 Pt-1 Rt =
IHSGt - IHSGt-1 IHSGt-1 RM t =
Dividend Per Share i,t Earning Per Share i,t Dividend payout i,t =
(59)
Ln (total aktivai,t) Asset size i,t =
E / P = a T b. Asset Size (X2)
Merupakan nilai kekayaan total dari suatu perusahaan. Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase dengan menggunakan skala Ratio Perhitungannya sebagai berikut :
c. Earnings Variability (X3).
Variabilitas keuntungan yaitu deviasi standar dari earning price ratio
(Husnan, 2001:113). Earnings price ratio yaitu pembagian antara pendapatan per lembar saham (EPS) dengan harga saham per lembarnya (Elly dan Indriantoro, 1999:98). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase dengan menggunakan skala Ratio
Di mana :
1/2
Earnings variabilityi=
T
t =1
( Et / P t-1 – [E / P])2 / T
T
t =1
(60)
Di mana :
Et / P t-1 : EPR periode ke-t,
Et : EPS periode ke-t,
P t-1 : harga saham per lembar periode ke t-1, T : jumlah periode,
E / P : rata-rata EPR selama T periode.
d. Total Asset Turn Over (X4)
Total asset turn over (TATO) menunjukkan bagaimana efektivitas
perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2001:120). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase dengan menggunakan skala Ratio Perhitungannya sebagai berikut : (Setiawan, 2004:105)
e. Asset Growth (X5)
Variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan (tingkat
pertumbuhan) tahunan dari aktiva total (Jogiyanto, 2003:281). Asset growth diukur sebagai berikut :
Penjualan i,t Total aktiva i,t
TATOi,t =
Total asseti, t - Total asseti, t-1 Total asseti, t-1
(61)
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
3.2.2. Populasi.
Popluasi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong dalam jenis manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. pada kurun waktu tahun 2004–2008 karena peneliti ingin menggunakan data yang lebih akurat dan terbaru yang berjumlah 139 perusahaan.
3.2.3. Sampel
Dalam penelitian ini, pemilihan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih sampel
berdasarkan kriteria tertentu yang diambil berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria-kriteria yang dibutuhkan dalam pemilihan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar dan terus listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai 2008.
2. Perusahaan melakukan pembagian dividen setiap tahun selama periode pengamatan.
(62)
3. Perusahaan tidak melakukan stock split (pemecahan saham) selama periode pengamatan.
Tabel 3.1.
Jumlah Perusahaan Sampel
Keterangan Tahun
2004-2008
Total Perusahaan manufaktur 139
Perusahaan tidak melakukan pembagian dividen
setiap tahun selama periode pengamatan ( 107 )
Perusahaan melakukan stock split (pemecahan
saham) selama periode pengamatan ( 13 )
Jumlah sampel yang digunakan 19
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2004 dan 2008
Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti menggunakan 19 perusahaan manufaktur yang diambil dan telah memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan dalam pemilihan sampel penelitian ini. Adapun perusahaan-perusahaan tersebut antara lain :
(63)
Tabel 3.2.
Perusahaan - Perusahaan Sampel
No. Nama Perusahaan Kode
1. PT. Aqua golden Mississippi Tbk. AQUA
2. PT. Asahimas Flat Glass Tbk. AMFG
3. PT. Astra Otoparts Tbk. AUTO
4. PT. Delta Djakarta Tbk. DLTA
5. PT. Dynaplast Tbk. DYNA
6. PT. Goodyear Indonesia Tbk. GDYR
7. PT. Gudang Garam Tbk. GGRM
8. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF
9. PT. Intanwijaya Internasional Tbk. INCI
10. PT. Kageo Igar Jaya Tbk. IGAR
11. PT. Lion Metal Works Tbk. LION
12. PT. Mandom Indonesia Tbk. TCID
13. PT. Mayora Indah Tbk. MYOR
14. PT. Merck Tbk. MERK
15. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI
16. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. SMGR
17. PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. TBMS
18. PT. Tempo Scan Pacific Tbk. TSPC
19. PT. Tirta Mahakam Plywood Industry Tbk. TIRT
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2004 dan 2008
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder yang merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya. Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berarti data dalam bentuk angka, yaitu dividend payout,
(64)
asset size, earnings variability, total assets turn over dan asset growth. Data yang diambil dalam penyusunan adalah data Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 - 2008.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data merupakan asal mula pengambilan data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Indonesian Capital Market Directory, dan JSX Statistic yang di dapat dari Perpustakaan UPN Veteran Jatim Fakultas Ekonomi.
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data, antara lain:
a. Dokumentasi
Adalah mengumpulkan data-data berupa dokumen yang diperlukan.
b. Library Research.
Proses pengumpulan data yang dilakukan dengan studi literature/studi keperpustakaan dengan cara membaca dan mempelajari beberapa buku, jurnal dan literatur karya ilmiah yang berhubungan dengan teori-teori yang menjadi dasar penelitian.
(65)
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (1999:69), bila data tidak normal, maka teknik statistik parametrik tidak dapat digunakan untuk alat analisis. Gujarati (1999:67) menyatakan bahwa dengan terpenuhinya asumsi kenormalan, penaksir OLS mempunyai sifat tidak bias dengan varians minimum dan konsisten sehingga penaksir mengarah ke (coverge) nilai populasi yang sebenarnya.
Uji kenormalan data dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui pendekatan grafik. Menurut Santoso (2002:214) hasil uji kenormalan dapat dilihat dari penyebaran data (titik) disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, jika sebaliknya maka tidak memenuhi asumsi normalitas data.
3.5.2. Asumsi Klasik.
Asumsi klasik menyatakan bahwa persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE ( Best Linier Unbiased Estimation ), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji T tidak boleh bias. Untuk menghasilkan yang BLUE maka harus dipenuhi diantara tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu :
1. Tidak boleh Autokorelasi. 2. Tidak boleh Multikolineritas
(66)
3. Tidak boleh Heterokedastisitas.
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimation), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
1. Autokorelasi
Yaitu korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut urutan waktu atau ruang. Untuk mengetahui tidak adanya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga diketahui dL dan dU maka dapat diperoleh
distribusi daerah keputusan ada tidaknya autokorelasi (Gujarati, 1998:218).
Tabel 3.3
Batas-batas Uji Durbin Watson
Daerah Keterangan
DW < dL Autokorelasi positif
dL DW dU Tanpa kesimpulan / inconclusive
dU < DW < 4-dU Non autokorelasi
4-dU DW 4-dL Tanpa kesimpulan / inconclusive
DW > 4-dL Autokorelasi negative
Sumber : Gujarati (1999:217)
2. Multikolineritas
Yaitu adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Apabila terjadi multikolinier apalagi kolinier yang sempurna (koefisien korelasi
(67)
antar variabel bebas = 1) maka koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan dan standar errornya tidak terhingga.
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung Varian Inflation Factor (VIF). VIF = 1 / Tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10 (Ghozali, 2002:57). Pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas yang lain (Santoso, 2001:281-282).
3. Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas untuk menunjukkan nilai varians (Y – Y’) antar nilai Y tidaklah sama atau hetero sehingga uji t dan uji F tidak berfungi sebagaimana mestinya. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan cara menghitung koefisien korelasi Rank Spearman antara nilai residual dengan seluruh variabel bebas.
3.5.2. Analisis Linear Berganda
Adapun tahapan dalam mengolah data adalah sebagai berikut : 1. Menghitung variabel-variabel yang dipergunakan
Menghitung variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian baik variabel terikat maupun bebas seperti yang tercantum dalam sub bab definisi operasional variabel.
(68)
2. Uji –t dan Seleksi Beta Saham Signifikan
Beta saham untuk masing-masing perusahaan ke-i yang dihasilkan dari teknik regresi tunggal antara return saham individual dengan return pasar, selanjutnya diuji untuk mengetahui signifikansinya dengan menggunakan uji-t dan kemudian diseleksi untuk beta saham yang signifikan. Yang digunakan pada analisa selanjutnya adalah variabel-variabel akuntansi perusahaan dengan beta saham yang signifikan.
Dalam melakukan seleksi terhadap beta-beta tersebut dibuat suatu hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel bebas return
pasar terhadap variabel terikat return individu
H1 : Terdapat pengaruh signifikan dari variabel bebas return pasar
terhadap variabel terikat return individu
Penentuan signifikan tidaknya uji-t dilakukan dengan melihat nilai t-hitung. Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel atau nilai t-hitung lebih kecil dari negatif t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Atau dapat juga
dilakukan dengan melihat nilai p-value dari output regresi. Apabila p-value lebih kecil dari taraf signifikan yang telah ditetapkan yaitu 5% atau 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat pengaruh yang
(69)
3. Analisis Regresi Berganda
Untuk menganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen dalam hal ini variabel-variabel akuntansi yang jumlahnya 5 (lima) variabel terhadap variabel dependen dalam hal ini adalah beta saham. untuk mencari koefisien regresi variabel-variabel independen ini dapat
digunakan program SPSS versi 13.0 for windows. Dimana bentuk
persamaannya, sebagai berikut :
Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + b5X5 + et
Dimana :
Y : Beta saham
a : Konstanta
X1 : Dividend payout
X2 : Asset size
X3 : Earnings variability
X4 : Total asset turn over
X5 : Asset Growth
et : error term
bi : koefisien regresi dari masing-masing variabel akuntansi
(70)
3.5.4. Uji Hipotesis
Setelah model terbebas dari uji asumsi klasik (multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi), maka pengujian hipotesis dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :
Untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi linear berganda yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh variabel akuntansi terhadap beta saham, maka digunakan uji F. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis
H0 : Model regresi linear berganda yang dihasilkan tidak cocok
atau tidak sesuai untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel akuntansi yang terdiri dari dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth terhadap beta saham
H1 : Model regresi linear berganda yang dihasilkan cocok atau
sesuai untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel akuntansi yang terdiri dari dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth
terhadap beta saham
2) Tingkat signifikan yang digunakan () = 5%. 3) Menentukan Keputusan
(71)
H0 diterima atau H1 ditolak : Nilai Probabilitas ≥0,05
H0 ditolak atau H1 diterima : Nilai Probabilitas < 0,05
7
Untuk membuktikan hipotesis, digunakan uji t atau t-student. Yaitu untuk menguji signifikan atau tidaknya dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over dan asset growth berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap beta saham. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial atau
individual dari dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth terhadap beta saham.
H1 : Terdapat pengaruh signifikan secara parsial atau individual
dari dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth terhadap beta saham. 2) Menentukan daerah kritis
Daerah kritis ditentukan oleh nilai t-tabel dengan derajat bebas yaitu n-k-1, taraf nyata () 5% untuk dua sisi maka 5% / 2 atau 0.025.
3) Menentukan daerah keputusan
Daerah keputusan untuk menerima atau menolak H0 berdasarkan derajat
(72)
4) Menentukan Keputusan
H0 diterima atau H1 ditolak : Nilai Probabilitas ≥ 0,05
Yang berarti tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial
dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over,
dan asset growth terhadap beta saham.
H0 ditolak atau H1 diterima : Nilai Probabilitas < 0,05
Yang berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan
(73)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian.
Populasi dalam penenlitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Pada akhir tahun 2008 perusahaan manufaktur ini terdiri dari 139 perusahaan yang terbagi dalam 19 kelompok besar. Perusahaan manufaktur merupakan kelompok terbesar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa jenis usaha yang jumlahnya terbesar
dalam kelompok usaha manufaktur adalah kelompok usaha Textile and
Garment yaitu berjumlah 22 perusahaan. Sedangkan jumlah jenis usaha yang
paling sedikit adalah kelompok usaha Electronics and Others dimana masing-masing berjumlah 1 perusahaan.
Jenis usaha dalam kelompok sampel perusahaan manufaktur yang dijalankan oleh perusahaan sebagian besar bergerak dibidang Food and
Beverages, yaitu Aqua Golden Mississipi Tbk, Delta Djakarta Tbk, Indofood
Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, dan Multi Bintang Indonesia Tbk, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
(74)
Tabel 4.1
Jenis Kelompok Perusahaan Manufaktur Dalam BEI
No. Jenis Usaha Jumlah
01. Cement 3
02. Ceramics, glass, porcelain 6
03. Metal and allied products 11
04. Chemicals 9
05. Plastic and Packaging 14
06. Animal Feed 4
07. Wood Industries 4
08. Pulp and Paper 7
09. Automotive and Components 13
10. Textile, Garment 22
11. Footwear 3
12. Cable 2
13. Electronics 1
14. Others 1
15. Food and Beverages 14
16. Tobacco Manufacturers 4
17. Pharmaceuticals 10
18. Cosmetics and household 4
19. Houseware 3
Tabel 4.2
Jenis Usaha Sampel Perusahaan Manufaktur
No Jenis Usaha Jumlah Kode Perusahaan
01. Cement 1 SMGR
02. Ceramics, glass, porcelain 1 AMFG
03. Metal and allied products 2 LION, TBMS
04. Chemicals 1 INCI
05. Plastic and Packaging 2 DYNA, IGAR
06 Wood Industries 1 TIRT
07. Automotive and Components 2 AUTO, GDYR
08. Food and Beverages 5 AQUA, DLTA, INDF, MYOR,
MLBI
09. Tobacco Manufacturers 1 GGRM.
10. Pharmaceuticals 2 MERK, TSPC
(1)
(2)
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh dividend payout, asset size, earnings variability, ttotal asset turn over dan asset growth terhadap beta saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Dari hasil regresi diketahui nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.046. Menunjukkan bahwa 4.6% variasi beta saham mampu dijelaskan oleh kelima variabel akuntansi yang digunakan peneliti yaitu dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over dan Asset Growth. Dan sisanya sebesar 95.4% variasi beta saham tidak dapat dijelaskan oleh kelima variabel akuntansi tersebut. Akan tetapi, dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya faktor makro ekonomi (cyclicality) antara lain tingkat inflasi, tingkat suku bunga, Product Domestic Bruto (PDB) dan situasi politik tempat perusahaan tersebut berkedudukan.
3. Nilai koefisien korelasi ( R ) dari regresi diperoleh sebesar sebesar 0.214 menunjukkan hubungan yang lemah antara beta saham dengan kelima variabel akuntansi tersebut.
(3)
4. Pengujian statistik dengan menggunakan uji-t, menunjukkan bahwa hanya variabel asset growth yang mempunyai hubungan signifikan dengan beta saham pada taraf 10%. Untuk variabel-variabel yang diteliti lainnya yaitu dividend payout, asset size, earnings variability dan total asset turn over tidak signifikan menjelaskan hubungannya dengan beta saham.
5. Hasil penelitian ini membawa implikasi bahwa laporan keuangan belum bisa digunakan sepenuhnya sebagai sumber informasi yang reliable bagi investor. Adanya kecenderungan investor menggunakan analisis teknikal dan atau analisis fundamental makro ekonomi sebagai acuan dalam menilai beta saham sebagai cerminan dari risiko investasi.
5.2. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian, maka beberapa saran yang dapat diberikan peneliti, adalah sebagai berikut :
1. Untuk investor; karena kebanyakan variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak mempuyai hubungan yang signifikan dengan beta saham, peneliti menyimpulkan bahwa laporan keuangan kurang reliable bila digunakan sebagai pertimbangan investasi. Peneliti menyarankan bagi investor dan calon investor untuk menggunakan analisis teknikal dalam keputusan investasinya juga disertai dengan pertimbangan kondisi makro ekonomi.
(4)
97
2. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel akuntansi terhadap beta saham. Penelitian berikutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah faktor makro ekonomi.
3. Penelitian ini hanya mencakup satu jenis industri, yaitu manufaktur. Sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisir ke jenis industri lain. Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian pada sektor industri yang berbeda, misalnya pada sektor perbankan dan industri jasa.
(5)
xix
DAFTAR PUSTAKA
BUKU TEXT
Atmaja,Lukas S, 2003, Manajemen Keuangan (Edisi Revisi), Andi, Yogyakarta. Awat, Napa J, 1999, Manajemen Keuangan : Pendekatan Matematis,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Brealey, Richard and Stewart Myers, 1986, Prinsip-prinsip Keuangan
Perusahaan, Edisi Kedua, Jilid Satu, Terjemahan Tjintjin Fenix Tjendra, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Terjemahan Julius A. Mulyadi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Halim, Abdul, 2003, Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Hanafi, Mamduh M, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Husnan, Suad, 2001, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Jogiyanto, H.M, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Santoso, Singgih, 2001, SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Cetakan keempat, Penerbit PT. Elek Media Komputindo, Jakarta.
Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Sharpe, W. F., Alexander, G. J, and Bailey, J. V, 1999, Investasi, Edisi Pertama, Jilid Kesatu, Terjemahan Henry Njooliangtik dan Agustiono, Penerbit Indeks, Jakarta.
Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suharyadi dan Purwanto S.K, 2004, Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
(6)
xx
Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Van Horne, James C. and Wachowicz, JR. J. M, 2005, Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan, Edisi Keduabelas, Buku Satu, Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos K., Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
JURNAL
Elly dan Nur Indriantoro, 1999, “Analisis Hubungan Antara Variabel-Variabel Akuntansi Dengan Beta Saham”, Kajian Bisnis, No. 16, 1-13, Januari-April 1999, Yogyakarta.
Mahadwartha, Anom, Putu, 2001, “Analisis Ekonometri : Pengaruh Return, Volume Transaksi dan Resiko Unik Saham terhadap Beta Perusahaan pada Industri Rokok”, Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 1 No. 2, 177-184, Agustus 2001, Yogayakarta.
Setiawan, Dody, 2004, “Analisis Faktor-Faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Risiko Sistematis Sebelum Dan Selama Krisis Moneter”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 19 No. 3, 224-237. Suherman, 2003, “Analisis Pengaruh Variabel-Variabel Keuangan Terhadap
Risiko Sistematis di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi STEI, No.3/Th. XII/22, 40-61, Juli-September
Tjong, Annie, dkk, 2005, “Studi Pengaruh Income Smoothing terhadap Risiko Saham”, Akuntansi dan Teknologi Informasi, Vol. 4 No. 2,123-139, November 2005.