Analisis Tokoh Utama Miyamoto Musashi Dalam Komik “Vagabond” Karya Inoue Takehiko Dilihat Dari Segi Kesejarahan

BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, SHUGYOSHA, MUSASHI, DAN
RIWAYAT INOUE TAKEHIKO

2.1

Pengertian Komik/Manga
Menurut Sudjoko dalam Suharjanto (2006: 20), kata comic dalam bahasa

Inggris semula berarti kisah jenaka dalam gambar. Kata ini kemudian menjadi
pergeseran makna menjadi kisah yang disampaikan dengan gambar dan tidak
selamanya jenaka.
Di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik, yaitu cergam. Istilah
cergam dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun
1970

(http://id.wikipedia.org/wiki/Komik).

Akronim

cerita


bergambar,

menurut Boneff (2002: 28) mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah
terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari
masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya.
McCloud (2001: 149) mendefinisikan komik sebagai gambar yang
menyampaikan informasi yang menghasilkan respon yang esterik pada para
penikmatnya. Komik juga merupakan imaji yang berderet, kemudian berdampingan
dalam satu urutan, dengan tujuan menyampaikan informasi serta

menghasilkan

respon artistik bagi yang membaca.

Universitas Sumatera Utara

Darmawan (2012: 38) menjabarkan definisi komik McCloud secara sederhana,
sebagai berikut:
1. Imaji (umumnya berupa gambar) yang disusun secara sengaja.

2. Imaji-imaji itu biasanya berada dalam sebuah ruang yang lazimnya diberi
garis batas dan biasa disebut panel. Harap dicatat: bisa saja sebuah panel
tidak diberi garis batas.
3. Imaji-imaji yang dimaksud untuk mengandung “informasi” itu disusun
agar membentuk sebuah “cerita”.
4. Imaji-imaji yang dimaksud juga bukan hanya gambar, tapi bisa jadi
simbol-simbol lain, dan kadang sangat khas untuk komik, seperti: balon
kata, balon pikiran, caption, efek bunyi. Bahkan teks pun bisa
diperlakukan sebagai imaji, dengan cara penulisan yang khusus untuk
menggambarkan, misalnya, emosi tertentu. (Misalnya, huruf kapital dan
bold untuk menggambarkan teriakan)
5. Susunan imaji dan/atau susunan panel adalah tuturan khas-komik.
Komik memiliki beberapa unsur, Berger dalam Suharjanto (2006: 26)
merincikan unsur-unsur dalam komik sebagai berikut :
1. Cara yang digunakan untuk menggambarkan karakter.
2. Ekspresi wajah yang digunakan untuk menunjukan perasaan atau
pernyataan emosi dari berbagai karakter.

Universitas Sumatera Utara


3. Balon kata digunakan utuk menunjukan dialog tokoh, kadangkala katakata tertentu diberi tekanan dengan dicetak tebal atau dibentuk dengan
tipografi khusus.
4. Garis gerak yang digunakan untuk menunjukkan gerakan dan kecepatan.
5. Panel di bawah atau di atas bingkai. Panel digunakan untuk menjaga
kontinuitas dan menjelaskan apa yang diharapkan atau apa kelanjutan
sekurn berikutnya. Jenis-jenis panel dibagi dalam tiga kelompok: pertama,
beberapa panel dalam satu halaman; kedua, satu panel dalam satu
halaman penuh tanpa garis bingkai (dapat berupa gambar, bahasa atau
keduanya); dan ketiga, satu panel dalam dua halaman (sebuah gambar
terpotong menjadi dua halaman).
6. Latar yang dimaksud untuk menuntun pembaca pada konteks wacana
yang sedang diceritakan
7. Aksi dalam kartun yang terdapat dalam panel
McCloud (2001: 63-69) menyebutkan satu unsur yang berkaitan dengan
rangkaian panel yaitu closure atau partisipasi. Closure adalah fenomena mengamati
bagian-bagian tetapi memandangnya secara keseluruhan. Closure menghubungkan
tiap panel yang dipisahkan oleh suatu ruang di antara panel, disebut “parit”. Panel
komik mematahkan waktu dan ruang menjadi suatu peristiwa yang kasar, dengan
irama yang patah-patah, serta tidak berhubungan.
Closure memungkinkan kita menggabungkan peristiwa-peristiwa tersebut dan

menyusun realita yang utuh dalam pikiran. Perbendaharaan komik adalah lambang

Universitas Sumatera Utara

visual yang tergantung pada pengaturan elemennya, jadi bisa dikatakan komik
sebenarnya adalah closure. Closure hanya berarti jika ada partisipasi dari pembaca
yang merupakan kekuatan terbesar sebagai sarana utama dalam komik untuk
menyimulasikan waktu dan gerakan.
Jenis-jenis closure, peralihan panel-ke-panel dalam komik, dibagi menjadi
enam golongan:
1. Waktu ke waktu. Peralihan ini memerlukan closure yang sedikit.
2. Aksi ke aksi. Peralihan ini menunjukan kemajuan tindakan objek yang
tunggal.
3. Subjek ke subjek. Situasi ini masih dalam satu adegan atau gagasan.
Tingkat keikutsertaan pembaca diperlukan agar peralihan tersebut
bermakna
4. Adegan ke adegan. Peralihan ini membawa kita melintasi ruang dan
waktu, serta memerlukan pemikiran deduktif.
5. Aspek ke aspek. Peralihan ini kebanyakan tidak mengenal waktu dan
mengatur pandangan yang mengembara terhadap aspek tempat, gagasan,

dam suasana hati yang berbeda.
6. Non-sequitur atau bukan rangkaian. Peralihan ini tidak menunjukan
hubungan yang logis antara panelnya.
Pengelompokan di atas bukanlah ilmu pasti, tetapi dapat dijadikan alat untuk
mengurai seni penceritaan komik. Sejauh ini jenis peralihan yang paling banyak
dipakai dalam komik adalah jenis kedua, yaitu aksi ke aksi (McCloud, 2001: 70-80).

Universitas Sumatera Utara

Selain unsur-unsur gambar di atas, terdapat juga unsur lain yaitu unsur verbal,
meskipun ada juga komik yang tidak menggunakan bahasa verbal. Kehadiran bahasa
verbal di dalam sebuah komik dapat membantu pembaca memahami tema yang
diangkat oleh komik tersebut. Tabrani dalam Suharjanto (2006: 28) menjelaskan dua
peranan penting bahasa verbal dalam komik, yaitu: pertama, sebagai pengungkap
ujaran pencerita atau narasi. Pada peranan ini, bahasa verbal digunakan sebagai alat
untuk menceritakan deskripsi situasi, termasuk di dalamnya efek yang ditampilkan
gambar. Pembaca mendapatkan pengetahuan mengenai keadaan yang ditampilkan
dalam kartun melalui bahasa verbal yang terdapat pada kartun tersebut. Kedua,
peranan bahasa verbal sebagai pengungkapan ujaran tokoh. Bahasa verbal adalah alat
untuk mengetahui maksud tindakan yang ditampilkan tokoh dalam bentuk gambar.

Berbicara tentang komik, tentu saja akan terlintas nama suatu negara yang
memiliki industri komik terbesar di dunia, yaitu Jepang. Komik di Jepang disebut
manga. Dilihat dari kanjinya, manga (漫画) terdiri dari dua kanji, yaitu kanji 漫
(man) yang berarti ‘sesuatu yang lucu’ dan 画 (ga) yang berarti ‘gambar’. Maka jika
digabungkan, manga berarti gambar yang lucu. Oleh karena itu, manga menjadi
istilah untuk menyebut komik dalam bahasa Jepang.
Manga memang memiliki ciri khasnya sendiri, tapi secara mendasar tidak
jauh berbeda dengan komik dari negara di luar Jepang. Oleh karena itu, pendapat para
ahli dalam mendefinisikan komik dapat juga dipakai untuk mendefinisikan manga.
Karena banyaknya manga yang terbit di luar Jepang, istilah manga pun tidak hanya

Universitas Sumatera Utara

digunakan di Jepang, tetapi juga digunakan di luar Jepang untuk menyebut komik
buatan Jepang.
Istilah pembuat komik di Indonesia disebut dengan komikus, sedangkan di
Jepang disebut mangaka (漫画家). Sama seperti istilah manga yang digunakan untuk
menyebut komik buatan Jepang di luar Jepang, istilah mangaka juga dipakai di luar
Jepang untuk menyebut komikus Jepang.
Manga menyajikan cerita dengan khayalan-khayalan yang dikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari seperti tentang sekolah, perkantoran, masyarakat dalam
komunitas tertentu dan lain-lain. Dalam setiap karyanya, mangaka berusaha
menyajikan sesuatu yang tidak bersifat menggurui pembacanya, tetapi cukup
mempengaruhi mentalitas pembaca, serta menggugah perasaan para pembacanya.

2.2

Manga di Jepang
Istilah manga di Jepang pertama kali dicetuskan oleh seorang pelukis ukiyo-e

(grafis pahatan kayu) pada zaman Edo, yaitu Hokusai Katsushika. Di antara tahun
1814 dan 1878, ia memproduksi sebuah serial buku bergambar sebanyak 15 jilid dan
berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Kata manga dipakai Hokusai untuk menyebutkan
gambar komikal buatannya yang berbeda dari gambar pemandangan atau manusia
yang serius dan indah. Hokusai bahkan mengartikan manga sebagai ‘gambar asalasalan’, karena ia menggambar manga tanpa tujuan atau tema yang jelas (Animonster,
vol: 25).

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya pada abad ke-18 mulai dibuat buku cerita bergambar yang mirip

dengan manga zaman sekarang yang disebut kusazoushi, dimana gambar lebih
dominan dari pada teks. Kusazoushi dibagi lagi dalam beberapa bentuk yaitu akahon,
aohon, kurohon, dan kibyoushi. Akahon, aohon, dan kurohon ditujukan untuk anakanak, sedangkan kibyoushi isinya agak sedikit dewasa.
Pada akhir abad ke-19, Jepang mulai membuka diri terhadap dunia Barat,
sehingga kusazoushi terpengaruh gaya kartunis Barat dan mulai beralih menjadi
format comic strip seperti yang dimuat di surat-surat kabar negara Barat.
Di zaman Showa pada tahun 1940-an, seorang penggambar comic strip di
surat kabar, Osamu Tezuka merasa tidak puas dengan gaya comic strip yang tidak
memberikannya kebebasan untuk menampilkan gerakan atau emosi yang diinginkan.
Tezuka ingin menerapkan teknik sinematografi ke dalam komiknya. Kemudian
Tezuka mulai menggambar manga dengan teknik close-up, permainan angle, bahkan
meniru efek slow motion, yang akhirnya menghasilkan beratus-ratus bahkan beriburibu halaman untuk satu cerita. Pada tahun 1947 karya Tezuka yang berjudul
Shintakarajima (New Treasure Island) diterbitkan dalam bentuk akahon yang berarti
buku merah karena sampulnya yang berwarna merah menyolok (Animonster, vol: 25).
Akahon adalah buku komik dengan kertas berkualitas rendah tapi digemari
oleh anak-anak sebagai hiburan murah meriah di kala Jepang dilanda kemiskinan
akibat perang dunia II. Melalui manga Shintakarajima yang terjual hingga 400.000
kopi, Tezuka mengubah wajah dunia manga Jepang secara radikal. Sejak saat itu

Universitas Sumatera Utara


muncullah para mangaka yang membuat manga seperti teknik yang digunakan
Tezuka.
Hingga saat ini industri manga di Jepang terus berkembang. Judul-judul
manga baru terus bermunculan di majalah-majalah manga di Jepang. Majalah manga
di Jepang biasanya mempunyai tebal sekitar antara 200 hingga 850 halaman dan
terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman
majalah itu (satu bab). Jika sukses, sebuah judul manga bisa terbit hingga bertahuntahun seperti manga Naruto, Fairy Tail, Detektif Conan dan lainnya.
Setelah beberapa lama, cerita-cerita dalam majalah manga tersebut
dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut
tankoubon (atau kadang dikenal dengan istilah volume). Manga dalam bentuk ini
dicetak di kertas berkualitas tinggi dan berguna bagi orang-orang yang tidak mau atau
malas membeli majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam
campuran judul/cerita.
Majalah manga dicetak massal dan dijual di berbagai tempat. Setiap edisi
yang terbit memuat sekitar 12 atau lebih judul manga serial. Majalah manga
berfungsi untuk memperkenalkan karya mangaka baru dan sebagai media seleksi
manga-manga yang layak dibukukan, atau dengan kata lain majalah manga
merupakan media untuk memulai debut bagi para mangaka baru.
Tema yang ditampilkan dalam manga meliputi seluruh aspek kehidupan

Jepang. Para mangaka Jepang mampu melahirkan pahlawan-pahlawan dalam manga
yang mereka ciptakan. Pahlawan manga sangat luas variasinya. Ini berkaitan dengan

Universitas Sumatera Utara

konsep budaya dan pengalaman Jepang sendiri dalam mengenal pahlawan-pahlawan
mereka. Seorang samurai penyendiri yang berkelana tanpa melakukan sesuatu apapun
bagi kebaikan masyarakat dapat dimaknai sebagai seorang pahlawan yang diagungagungkan hingga kini, seperti figur Miyamoto Musashi. Di era manga modern,
terdapat ratusan manga yang memiliki karakter protagonisnya seorang ibu rumah
tangga yang berjuang membesarkan anak, pekerja kantoran yang bekerja keras, atau
seorang petinju yang bercita-cita meraih gelar juara. Inilah wajah-wajah para
pahlawan Jepang dalam manga, wajah orang Jepang yang mungkin sedang membaca
manga itu sendiri. Bagi orang Jepang, seorang pahlawan bukanlah apa yang telah ia
lakukan, atau bagaimana ia melakukannya (Advance, vol: 06).
Konsep pahlawan yang humanis inilah yang membuat manga selalu populer
di semua kalangan di Jepang. Para pahlawan inipun dihadirkan dalam sebuah
panggung atau dunia yang mereka kenal sehari-hari, seperti sekolah, kantor, rumah,
kuil, kedai ramen dan lain-lain. Manga di Jepang adalah bagian dari keseharian hidup,
sangat komunal sifatnya. Meski demikian, sifat manga sebagai bagian dari keseharian
ini melahirkan kebebasan yang hampir tidak terbatas bagi setiap individu kreator

manga dalam berkarya (Advance, vol: 06).
Dari sekian banyak judul manga yang telah terbit, manga dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis atau genre berdasarkan jenis pembaca dan
tema yang disajikan. Pengelompokkan manga tersebut (diperoleh dari berbagai
sumber) adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Kodomo (子供)
Kodomo berarti anak-anak, jadi manga jenis ini ditujukan untuk anak-anak.
Manga kodomo ini, cerita dan gambarnya dibuat sedemikian rupa dengan
sasaran konsumen anak-anak. Tema-tema yang diangkat biasanya
menggambarkan

realita

kehidupan

anak-anak

sehari-hari.

Untuk

menambah daya tarik, biasanya juga terdapat unsur imajinasi atau
khayalan.
2. Shoujo (少女)
Shoujo berarti anak perempuan. Manga jenis ini ditujukan untuk pembaca
anak perempuan usia remaja. Tema yang diangkat biasanya berupa
percintaan remaja atau keseharian hidup remaja putri. Tema percintaan
dalam shoujo manga biasanya disesuaikan sedemikian rupa sehingga
layak dikonsumsi oleh anak-anak usia remaja.
3. Bishoujo (美少女)
Bishoujo berarti perempuan cantik. Sesuai dengan namanya, manga jenis
ini memiliki karakter utama gadis cantik. Bishoujo manga hampir sama
dengan shoujo manga, hanya saja bishoujo manga lebih menekankan
gadis cantik yang menjadi karakter utamanya. Dengan kata lain, tokoh
utama shoujo manga memiliki karakter utama seorang gadis yang belum
tentu cantik, sedangkan karakter utama bishoujo manga sudah pasti gadis
cantik. Untuk temanya, bishoujo manga juga banyak mengusung tema
kisah percintaan di kalangan remaja.

Universitas Sumatera Utara

4. Shounen (少年)
Shounen berarti anak laki-laki, jadi manga ini ditujukan untuk pembaca
anak laki-laki, lebih tepatnya yang berusia remaja. Tema yang disajikan
biasanya seperti action, petualangan, kisah cinta, atau gabungan dari
ketiganya. Karena ditujukan untuk anak laki-laki, kebanyakan manga jenis
ini menggambarkan adegan perkelahian/laga. Dari adegan laga ini,
digambarkan kehebatan tokoh utama. Adegan-adegan laga yang ada di
manga ini dibuat atau digambarkan sesuai untuk dikonsumsi anak-anak
berusia remaja.
5. Bishounen (美少年)
Bishounen berarti anak laki-laki yang tampan atau ganteng. Bishounen
manga hampir sama dengan shounen manga, tapi pada bishounen manga
lebih menekankan tokoh utamanya yang merupakan laki-laki yang tampan.
Jadi tokoh utama di shounen manga belum tentu laki-laki tampan,
sedangkan di bishounen manga, tokoh utamanya sudah pasti laki-laki
tampan yang sering kali digambarkan disukai oleh banyak gadis. Tema
yang diangkat tidak berbeda dengan shounen manga.
6. Seinen (青年)
Seinen berarti pria dewasa. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini
ditujukan untuk pria dewasa dan memiliki tokoh utama seorang pria
dewasa. Cerita yang disuguhkan dalam seinen manga lebih kompleks,
sehingga sulit dimengerti oleh pembaca yang berusia di bawah 17 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Di dalamnya terdapat banyak adegan-adegan yang tidak pantas atau tidak
boleh dilihat anak berusia di bawah 17 tahun.
7. Josei (女性)
Josei berarti wanita dewasa. Sasaran konsumsi manga yang memiliki
tokoh utama wanita dewasa ini adalah wanita dewasa. Cerita yang
ditampilkan dalam manga ini sama seperti seinen manga yaitu berupa
cerita yang kompleks. Tema yang banyak diangkat adalah percintaan
orang dewasa.
8. Gag
Manga gag adalah manga yang bertemakan humor. Cerita dalam manga
ini cukup menghibur dengan nuansa humornya yang kental. Ada beberapa
manga dalam genre ini yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di
bawah 13 tahun.
9. Jidaimono (時代物)
Jidaimono manga adalah manga yang kaya akan nilai-nilai sejarah. Tema
yang diandalkan adalah sejarah. Manga ini banyak bercerita mengenai
sejarah Jepang.
10. Mecha
Mecha merupakan kata dalam bahasa Jepang yang diserap dari bahasa
Inggris, mechanic. Kata mechanic berkaitan dengan hasil karya manusia
yang bergerak dengan mesin seperti robot. Jadi mecha manga adalah

Universitas Sumatera Utara

manga yang terfokus terhadap robot yang menjadi andalan dalam manga.
Tema yang disajikan mengenai teknologi umat manusia dan fiksi ilmiah.
11. Suiri (推理)
Suiri berarti dugaan, jadi manga jenis ini berisi cerita misteri yang disertai
dengan berbagai dugaan. Temanya berupa pembunuhan dan kejahatan.
Tokoh utama dalam manga ini biasanya seorang detektif yang bertugas
menyelesaikan kasus-kasus kejahatan.
12. Mahou shoujo (魔法少女)
Mahou shoujo berarti gadis ajaib. Dalam manga jenis ini yang menjadi
tokoh utamanya adalah gadis yang memiliki kekuatan khusus atau ajaib.
Tema cerita yang disajikan dalam adalah kepahlawanan, kisah cinta dan
persahabatan. Biasanya si tokoh utama memiliki tim yang isinya gadisgadis yang memiliki kekuatan ajaib.
13. Hentai (変体)/ecchi
Secara harafiah hentai berarti luar biasa atau tidak normal. Kata hentai
sering dikonotasikan negatif dengan hal-hal yang bersifat erotis. Hentai
biasa disebut juga dengan ecchi yang berasal dari pelafalan huruf H dari
kata hentai oleh orang Jepang. Manga jenis ini sering menampilkan kisahkisah romantis percintaan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di
bawah umur. Hentai manga dapat dikelompokkan lagi ke dalam beberapa
bagian:

Universitas Sumatera Utara

a. Lolicon
Kata lolicon terdiri dari dua kata, yaitu lolita dan complex. Kemudian
menjadi lolicon ketika diserap oleh bahasa Jepang. Lolicon dimaknai
sebagai perasaan suka seorang pria dewasa terhadap anak perempuan di
bawah umur. Dalam hal ini, rasa suka tersebut lebih mengarah kepada
penyimpangan orientasi seksual. Tokoh utama dalam manga jenis ini
adalah anak di bawah umur (sekitar usia 13 tahun). Tema yang disajikan
tentu saja kisah percintaan antara pria dewasa dengan anak di bawah umur.
b. Shotacon
Kata shotacon merupakan gabungan dari dua kata, yaitu shotaro dan
complex yang mengacu pada karakter Shotaro pada serial Tetsujin 28-go.
Kisahnya menggambarkan ketertarikan sosial kepada anak laki-laki di
bawah umur. Shotacon manga biasanya menceritakan hubungan asmara
wanita dewasa dengan laki-laki yang lebih muda.
c. Yaoi/ Shoujo-ai (少女愛)
Yaoi adalah istilah orang Jepang untuk menyebut laki-laki yang merasa
dirinya wanita, sedangkan shoujo-ai berarti cinta anak perempuan. Manga
jenis ini menceritakan tentang kisah percintaan antara sesama lelaki.
Tokoh utamanya tentu saja adalah lelaki penyuka sesama jenis (homo).
Dalam manga ini terdapat unsur-unsur seksual.

Universitas Sumatera Utara

d. Yuri/ Shounen-ai (少年愛)
Yuri kebalikan dari yaoi, yaitu istilah untuk menyebut wanita yang merasa
dirinya laki-laki, sedangkan shounen-ai berarti cinta laki-laki. Manga ini
berisi kisah percintaan antara sesama wanita dengan tokoh utama wanita
penyuka sesama jenis (lesbi). Sama seperti yaoi, yuri manga juga
mengandung usur-unsur seksual.
e. Eroguro (エロ黒)
Secara harafiah eroguro berarti erotis hitam atau erotis gelap. Dari
namanya, tentu saja manga genre ini hanya boleh dikonsumsi oleh orang
dengan tingkat umur dewasa, karena dalam manga ini banyak ditampilkan
kegiatan seksual percintaan.
f. Futanari (二形)
Futanari berarti dua bentuk. Dalam hali ini, dua bentuk diartikan sebagai
seseorang yang memiliki penyimpangan orientasi seksual yang disebut
biseksual. Manga jenis ini menampilkan tokoh utama yang biseksual yang
memiliki gairah seksual tidak hanya kepada lawan jenis, tapi juga
terhadap sesama jenis.
g. Kemono (獣)
Kemono berarti binatang. Tokoh utama dalam manga jenis ini adalah
mahluk gaib. Mahluk gaib ini berwujud setengah badannya manusia dan
setengahnya lagi binatang. Di dalam manga ini juga banyak ditampilkan
kegiatan seksual percintaaan.

Universitas Sumatera Utara

Industri manga di Jepang jelas merupakan industri yang besar. Karena itulah
manga di Jepang bahkan memiliki chart atau peringkat yang menunjukkan manga
apa saja yang terlaris di sana. Pihak yang membuat peringkat manga tersebut adalah
Oricon, sebuah perusahaan besar dan terpercaya di Jepang yang menjalankan
bisnisnya dengan mengumpulkan data/statistik dunia hiburan. Sampai periode bulan
November 2012 manga yang menduduki posisi nomor satu di Oricon Chart Manga
adalah One Piece (Animonstar, vol: 165)
Persaingan antara mangaka senior dan junior sangat ketat dalam industri
manga. Akan tetapi hanya beberapa manga yang bisa bertahan dan berhasil
mendobrak angka penjualan fantastis seperti manga One Piece, Naruto, dan Bleach
yang ketiganya bernaung di bawah Shounen Jump.

2.3

Setting Manga “Vagabond”
Setting dalam cerita bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya

menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat kaitannya
dengan karakter, tema dan suasana cerita (Soemardjo, 1997: 75-76). Dengan kata lain,
pemilihan setting dapat membentuk tema, karakter dan plot tertentu.
Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 216) mengatakan setting atau latar yang
disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan. Jadi
setting atau latar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu latar waktu, tempat dan sosial.

Universitas Sumatera Utara

2.3.1

Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang

diceritakan (Nurgiyantoro, 1995: 230). Latar waktu harus dikaitkan dengan latar
tempat dan latar sosial karena ketiganya saling berkaitan.
Pada pembukaan manga Vagabond jilid 1 diceritakan pertempuran Sekigahara
telah usai dan Musashi menjadi buronan setelah perang. Dari sini dapat dilihat kalau
latar waktu dalam manga ini adalah awal zaman Edo, karena pertempuran Sekigahara
adalah pertempuran yang menandakan awal zaman baru di Jepang yaitu zaman Edo.
Lebih rincinya latar waktu di manga ini adalah pada tahun 1600 ke atas, karena
pertempuran Sekigahara terjadi di tahun 1600, tepatnya tanggal 21 Oktober.

2.3.2

Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar tempat dalam manga “Vagabond” dapat
dilihat dari narasi yang ada dalam manga tersebut. Latar tempat tersebut adalah
beberapa tempat di Jepang yang dikunjungi oleh tokoh utama Miyamoto Musashi.
Latar tempat tersebut adalah sebagai berikut:
-

Sekigahara

-

Desa Miyamoto

-

Perguruan Yoshioka atau Yoshioka Doujo di Kyoto

-

Kuil Hozoin di Nara

Universitas Sumatera Utara

-

Kediaman Yagyu

-

Halaman kuil Rengeoin di Kyoto

-

Padang Rendaiji di Kyoto

-

Hutan pinus dekat kuil Ichijoji di Kyoto

2.3.3

Latar Sosial
Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Latar sosial
mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat
istiadat, cara hidup, bahasa, dan lain-lain. Selain itu, latar sosial juga menyangkut
status sosial tokoh dalam karya fiksi, apakah rendah, menengah atau atas.
Latar sosial dalam manga “Vagabond” adalah kehidupan samurai pada zaman
Edo dimana samurai-samurai di sini mencari kekuatan dengan belajar di doujo (arena
latihan, tempat olahraga) atau berkelana untuk mencari orang-orang kuat untuk
ditantang duel. Kehidupan sosial samurai di sini digambarkan penuh kekerasan
karena pada saat itu membunuh orang dalam pertarungan adalah hal yang biasa dan
legal. Latar sosial tokoh utama Musashi sendiri adalah seorang samurai yang
berkelana mencari orang-orang kuat untuk ditantang duel. Status sosial Musashi
adalah rendah, karena dia seorang samurai pengembara yang hanya membawa
pedang dan sehelai pakaian ganti tanpa uang sepeserpun.

Universitas Sumatera Utara

2.4

Shugyosha
Shugyosha adalah ahli pedang yang sedang berlatih. Mereka adalah samurai

mandiri yang mengembara ke seluruh negri, mencari lawan duel yang tangguh untuk
mengasah kemampuan bertarung mereka. Duel biasanya sampai mati sehingga tidak
dilakukan secara sambil lalu. Pertarungan kadang diatur oleh para shugyosha itu
sendiri, dan di lain waktu lewat penguasa wilayah atau doujo (De Mente, 2005: xxiii).
Beberapa shugyosha, seperti halnya ronin (samurai tanpa tuan), menawarkan
jasa kepada para daimyou (penguasa wilayah) yang mau mengikutsertakan mereka di
medan perang. Tujuannya adalah meningkatkan keahlian dan reputasi dengan cara
membunuh banyak lawan dalam pertempuran satu lawan satu. Praktik ini dinamakan
“meminjam medan pertempuran” ((De Mente, 2005: xxiii-xxiv).
Shugyosha yang dapat bertahan hidup dalam banyak duel dan pertempuran
yang mereka ikuti biasanya berakhir sebagai guru. Mereka lantas mengajarkan
teknik-teknik kesuksesan mereka (De Mente, 2005: xxiv).
Ada tujuh disiplin keras seorang shugyosha dengan sejumlah versi yang
berlainan. Salah satu versi itu, Bukyo shigen, yang ditulis di zaman Edo (1603-1868),
menyusun daftar disiplin itu sebagai berikut:
-

Tetap riang selama hari-hari yang dingin atau panas, tegar menghadapi angin
dan hujan, dan menempuh jalan-jalan pegunungan dan lintasan-lintasan yang
sulit.

Universitas Sumatera Utara

-

Jangan tidur di bawah atap, anggaplah tidur di udara terbuka adalah hal
mendasar.

-

Bersabarlah menghadapi kelaparan dan hawa dingin. Jangan membawa uang
atau bekal makanan.

-

Jika ada pertempuran di tempat tujuan, berpartisipasilah dan raihlah prestasi
yang gemilang. Bersikaplah lugas dan terbuka dalam pertempuran; hindari
berindak seperti pencuri.

-

Pergilah sendirian ke tempat yang menakutkan bagi kebanyakan orang;
tempat-tempat dimana roh-roh jahat berkumpul atau terdapat rubah-rubah
yang suka menipu dan ular-ular berbisa.

-

Jadilah penjahat secara sengaja, biarkan dirimu dijebloskan ke dalam penjara,
dan loloskan diri dengan kecerdikkanmu.

-

Anggaplah kedudukkanmu lebih rendah daripada petani dan tunjanglah
hidupmu dengan membantu di sawah dan ladang.
Banyak shugyosha yang mengalami hal-hal tersebut, termasuk Musashi yang

melakukan karir sebagai shugyosha sejak usia 16 tahun.
Shugyosha juga memiliki daftar resmi barang-barang yang boleh dibawa.
Barang-barang tersebut adalah sebagai berikut:
-

Pakaian yang terdiri dari satu setel pakaian katun, pakaian dalam, sebuah
angkin (ikat pinggang lebar) dalam, baju katun yang dikelantang, sebuah
handuk sepanjang tiga kaki, satu ikat kepala yang dicelup, seutas tali (untuk
mengeringkan barang-barang jika perlu).

Universitas Sumatera Utara

-

Bahan pembuat api yang terdiri dari batu pematik, baja, dan ranting-ranting
kering.

-

Alat makan yang terdiri dari selembar pembungkus jerami (untuk
membungkus sisa nasi atau makanan lain), dan sebuah guci bambu.

-

Lain-lain berupa surat izin perjalanan, kertas, satu set kuas dan tinta, obatobatan, gunting, sandal jerami, tali rami, dan caping.
Semua shugyosha pasti membawa sebagian besar barang di atas. Demikian

juga Musashi yang merupakan seorang shugyosha juga pasti membawa barangbarang tersebut ketika melakukan perjalanan. Daftar itu mirip sekali dengan barangbarang yang dibawa oleh para biksu keliling. Perbedaannya, di luar barang-barang di
atas, para biksu tidak akan membawa seperangkat pedang (Wilson, 2005: 271-272).

2.5

Musashi

2.5.1

Asal Usul Musashi
Semasa kecil Musashi dikenal dengan nama Miyamoto Bennosuke. Nama

“Musashi” diperkirakan dan diambil dari nama seorang biarawan

bernama

Musashibō Benkei yang bertugas di bawah Minamoto no Yoshitsune.
Ayah Musashi adalah Hirata Munisai, tapi karena dia adalah seorang samurai
pemilik tanah dengan status hamba senior bagi klan Shinmen, maka dia
diperbolehkan memakai nama keluarga itu. Keluarga Shinmen merupakan pilar
komunitas prajurit di Mimasaka, dan nenek moyangnya adalah Tokudaiji Sanetaka,

Universitas Sumatera Utara

keturunan generasi ke-28 dari Fujiwara Kamatari yang terkenal. Karena terlibat
dalam upaya pemulihan kembali kekuasaan Kaisar Godaigo antara tahun 1334 dam
1338, Saneraka diasingkan ke Awai-no-cho di Mimasaka. Anak lelakinya, Tokuchiyo
pergi ke Kyoto dan memohon pengampunan (shamen; 赦 免 ) bagi kejahatankejahatan keluarga itu. Pengampunan diberikan. Klan itu diberi status prajurit dan
diubah namanya menjadi Shinmen (新免), yang berarti “yang baru saja diampuni”.
Tokuchiyo yang kemudian disebut Shinmen Norishige, menikahi anak perempuan
Akamatsu Sadanori, gubenur Mimasaka; anak lelakinya Naganori juga menikah
dengan salah seorang anggota klan Akamatsu (Wilson, 2005:14-15).
Kemudian ayah Munisai menikah dengan salah satu anggota Shinmen dan
istri pertama Munisai, Omasa adalah anak perempuan Shinmen Munesada, Shinmen
generasi keempat. Karena genelogi inilah Musashi kadang-kadang menyatakan nama
lengkapnya Shinmen Musashi Fujiwara Genshin (Wilson, 2005:15).
Dengan demikian Munisai menjadi penguasa kecil di desa Miyamoto,
propinsi Mimasaka. Rumahnya adalah sebuah mansion gaya lama yang dikitari
dengan pekarangan yang bagus dan dikelilingi tembok batu, serta sebuah doujo. Di
rumah inilah Musashi kecil bermain-main.
Musashi sendiri dalam bukunya Go Rin Sho ( Book of Five Rings)
menyatakan bahwa ia dilahirkan di Harima. Tetapi ada sejumlah lokasi yang secara
resmi menyatakan diri sebagai tempat kelahiran Musashi. Desa Miyamoto, Sanomomura di provinsi lama Mimasaka (sekarang di Ohara-machi, Aida-gun, Prefektur

Universitas Sumatera Utara

Okayama) mengaku bahwa Omasa, istri pertama ayah Musashi, adalah ibu Musashi
yang sebenarnya, dan bahwa Musashi dilahirkan di sana. Memang, Miyamoto-mura
kojicho, sebuah edisi salinan dari catatan desa yang lebih panjang dan disusun pada
tahun 1689, menyatakan bahwa seorang lelaki bernama Miyamoto Muni dan anak
lelakinya, Musashi, tinggal di sebuah rumah di Miyamoto antara tahun 1575 dan
1596. Namun, menurut teori yang lain, ibu sejati Musashi adalah Yoshiko dan tempat
kelahiran Musashi adalah desa Hirafuku, di Sayo-gun, di provinsi lama Harima
(sekarang Prefektur Hyogo). Sebuah lokasi lain lagi, desa Miyamoto, Iho-gun, di
Harima (sekarang Taishimura di Prefektur Hyogo) menyatakan Musashi lahir di sana,
berdasarkan pernyataan dalam Harima no kagami, yang ditulis pada tahun 1762.
Selain itu, masih banyak desa lain yang mengajukan kalim serupa (Wilson, 2005:270271).
Tidak lama setelah Musashi dilahirkan, Munisai menceraikan istri keduanya
Yoshiko yang merupakan ibu Musashi. Setelah bercerai, Yoshiko kembali ke
rumahnya di Harima. Karena hubungan Musashi dan sang ayah mulai memburuk,
Musashi kecil sering melakukan perjalanan sulit melewati gunung-gunung untuk
mengunjungi Yoshika dan keluarga ibunya, sampai ia akhirnya membagi waktu
antara Harima dan Mimasaka.
Pada suatu hari, hubungan Musashi dengan ayahnya meruncing. Cerita
berikut ini ditemukan dalam Tanji hokin hikki :

Universitas Sumatera Utara

Bennosuke memperhatikan seni bela diri ayahnya sejak ia masih sangat muda.
Ketika bertambah besar, sedikit demi sedikit mulai melontarkan komentar-komentar
kritis. Munisai mulai menganggap anak itu tidak menyenangkan, sekalipun itu anak
lelakinya sendiri. Pada suatu hari, ketika Munisai sedang membuat sebuah tusuk gigi,
anak lelakinya mendekat dan mulai mengkritik teknik jitte-nya. Saking marahnya,
Munisai mengambil belati yang ia gunakan untuk menyayat tusuk gigi itu, dan
melemparkannya ke arah anak lelakinya seakan-akan itu sebuah shuriken. Bennosuke
juga mengelakkan senjata itu, yang lantas terbenam dalam tiang kayu di belakangnya.
Munisai

menjadi

semakin

marah,

mengeluarkan

pedang

pendeknya

dan

menggunakannya juga sebagai shuriken. Bennosuke juga mengelakkan pedang
pendek itu dengan baik dan lari ke luar. Sejak itu ia tidak pernah kembali ke rumah
itu, dan memilih tinggal bersama seorang biksu yang masih sekerabat dengan ibunya
di Banshu. Begitulah ia meninggalkan kota kelahirannya (Wilson, 2005:16-17).

2.5.2

Musashi Dalam Pertempuran Sekigahara
Setelah Oda Nobunaga (1534-1582) yang nyaris sukses mempersatukan

negeri Jepang dengan kejeniusan militernya yang kreatif dan tak kenal ampun tewas
di tangan jendralnya sendiri, Akechi Mitsuhide, banyak terjadi pemberontakan.
Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), seorang jendral Nobunaga yang lain, dengan cepat
memadamkan pemberontakan itu dan nyaris berhasil secara total mempersatukan dan
mengendalikan negeri itu ketika ia juga meninggal dunia, mungkin akibat tumor otak.
Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Hideyoshi menunjuk sebuah dewan

Universitas Sumatera Utara

yang terdiri atas lima tairo atau mentri utama untuk memerintah negeri itu sampai
anak lelakinya, Hideyori mencapai usia dewasa, dengan harapan bahwa melalui cara
itu, klan Toyotomi akan terus memerintah negeri itu. Akan tetapi, salah satu dari
kelima tairo itu, Tokugawa Ieyasu (1542-1616) mulai bertindak untuk memupuskan
harapan itu.
Sebelum Toyotomi Hideyoshi meninggal, di dalam pemerintahan Toyotomi
sudah ada pertentangan tajam antara faksi bersenjata bentukan pemerintah dan pihak
birokrat. Faksi bersenjata terdiri dari komandan militer pro klan Toyotomi yang
pernah diturunkan di garis depan perang penaklukan Joseon (sekarang Korea),
sedangkan pihak birokrat terdiri dari pejabat tinggi pengatur kegiatan beragama,
ekonomi dan pemerintahan . Bentrokan langsung antar faksi bersenjata dan pihak
birokrat dapat dicegah oleh Toyotomi Hideyoshi dan adik kandungnya yang
bernama Toyotomi Hidenaga. Namun pertentangan di kalangan militer pengikut
Hideyoshi mencuat ke permukaan sejak wafatnya Toyotomi Hideyoshi pada bulan
Agustus 1598 di Istana Fushimi.
Tokugawa Ieyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan
cara memanfaatkan pertentangan antara faksi militer dan faksi birokrat di dalam
pemerintahan Toyotomi yang semakin melemah.
Setelah Toyotomi Hideyoshi wafat, Tokugawa Ieyasu mengatur pembagian
wilayah untuk para daimyo berikut nilai kokudaka untuk setiap wilayah. Ieyasu juga
menghapus pelarangan ikatan perkawinan di antara keluarga para daimyo yang
berlaku di zaman pemerintahan Hideyoshi. Maeda Toshiie yang bertentangan dengan

Universitas Sumatera Utara

Tokugawa Ieyasu juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan
Ieyasu.
Setelah Maeda Toshiie wafat di bulan Maret tahun berikutnya (1599),
bentrokan bersenjata terjadi antara faksi birokrat pimpinan Ishida Mitsunari dan faksi
bersenjata

pimpinan

kelompok Katō

Kiyomasa, Fukushima

Masanori dan

7

komandan militer. Ishida Mitsunari kabur bersembunyi ke rumah kediaman Ieyasu
dan dituduh Ieyasu bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan. Ishida Mitsunari
lalu dipecat sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah
di Istana Sawayama.
Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya karier politik
Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri ke daerah masingmasing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan politik memimpin
pasukan dari Istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan memimpin pemerintahan
dari Istana Osaka.
Akibat

terungkapnya

rencana

pembunuhan

Tokugawa

Ieyasu

yang

didalangi Maeda Toshiaga (putra pewaris Maeda Toshiie), anggota dewan lima
pelaksana

pemerintahan

yang

terdiri

dari Asano

Nagamasa, Ōno

Harunaga dan Hijikata Katsuhisa ikut menjadi tersangka sehingga dipecat dan
dikenakan tahanan rumah. Pasukan Toyotomi yang di bawah perintah Ieyasu
berusaha menangkap Maeda Toshinaga yang dituduh sebagai dalang pemberontakan.
Atas tuduhan pemberontakan ini, Maeda Toshinaga menunjukkan bahwa dirinya

Universitas Sumatera Utara

merupakan pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu
kandungnya Hōshun-in (Matsu) kepada Ieyasu untuk disandera.
Memasuki tahun 1600, Tokugawa Ieyasu menggunakan kesempatan kaburnya
Fujita Nobuyoshi (mantan pengikut klan Uesugi) untuk mengkritik Uesugi Kagekatsu,
penguasa Aizu yang dituduh telah memperkuat diri secara militer. Ieyasu juga
memperingatkan

kemungkinan

Uesugi

Kagekatsu

bertujuan

menyerang Kyoto sekaligus meminta Kagekatsu datang ke Kyoto untuk menjelaskan
duduk persoalan.
Penasehat Kagekatsu yang bernama Naoe Kanetsugu menolak tuduhan Ieyasu,
tapi pasukan pemerintah Toyotomi mulai menyerang posisi Kagekatsu. Tokugawa
Ieyasu yang ditunjuk sebagai panglima gabungan memimpin pasukan para daimyo
yang loyal terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah kekuasaan Uesugi di Aizu.
Sepeninggal Ieyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai
dikenakan tahanan rumah kembali berkelompok dengan Ōtani Yoshitsugu, anggota
dewan pelaksana administrasi Mashida Nagamori dan Ankokuji Ekei. Kelompok
Mitsunari mendapat dukungan militer dari pasukan Mōri Terumoto yang bersamasama membentuk Pasukan Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera
istri dan anak-anak para daimyo pengikut Ieyasu sebelum mengangkat senjata
melawan pasukan Ieyasu.
Ieyasu

menyadari

pergerakan

di Oyama (provinsi Shimotsuke)

militer

berdasarkan

Mitsunari
laporan

sewaktu

pengikutnya

berada
yang

bernama Torii Mototada yang tinggal di Istana Fushimi. Ieyasu yang sedang dalam

Universitas Sumatera Utara

perjalanan untuk menaklukkan Uesugi Kagekatsu di Aizu segera membatalkan
rencana menyerang Kagekatsu. Ieyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para
daimyo pengikutnya mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini
dikenal sebagai Perundingan Oyama. Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru
Tadamasa melepaskan diri dari pasukan Ieyasu, tapi sebagian besar daimyo ternyata
memutuskan untuk terus mendukung Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke
arah barat untuk kembali ke Kyoto.
Penjelasan lain mengatakan penaklukkan Uesugi Kagekatsu semata-mata
digunakan Tokugawa Ieyasu sebagai alasan untuk dapat bentrok dengan pasukan
Mitsunari. Daerah Kinai sengaja dibiarkan tidak terjaga untuk mengundang
pergerakan pasukan Mitsunari. Istana Fushimi sengaja ditinggalkan pasukan Ieyasu
dan hanya dijaga pasukan Torii Mototada untuk memancing penyerangan dari
pasukan Mitsunari.
Pada tanggal 2 Juli 1600, Ishida Mitsunari membujuk Ōtani Yoshitsugu yang
bermaksud untuk bergabung dengan pasukan Ieyasu agar justru bergabung dengan
kelompok Mitsunari untuk menggulingkan pemerintahan Ieyasu.
Pada 12 Juli 1600, Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori dan Ankokuji
Ekei mengadakan pertemuan rahasia di Istana Sawayama. Dalam pertemuan antara
lain disepakati permohonan untuk menunjuk Mōri Terumoto sebagai panglima
tertinggi Pasukan Barat. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya
menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan
yang bermaksud bergabung dengan Pasukan Timur. Gerakan pasukan Chōsokabe

Universitas Sumatera Utara

Morichika dan Nabeshima Katsushige menjadi terhenti sehingga akhirnya tidak jadi
bergabung dengan Pasukan Timur.
Pada tanggal 17 Juli 1600, Mitsunari menyatakan perang terhadap Ieyasu
dengan mengepung Istana Fushimi yang dijaga pengikut Ieyasu bernama Torii
Mototada. Mitsunari mengeluarkan peringatan kepada Mototada agar menyerah.
Mototada menolak pemintaan Mitsunari sehingga mulai diserang pada tanggal 19 Juli
1600. Istana Fushimi digempur oleh pasukan Ukita Hideie dan Shimazu Yoshihiro.
Pasukan yang dipimpin Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada
tanggal 1 Agustus 1600.
Selanjutnya basis-basis kekuatan militer Tokugawa seperti Istana Tanabe di
provinsi Tango, Istana Anotsu dan Istana Matsusaka di provinsi Ise, secara berturutturut semuanya berhasil direbut pasukan Mitsunari di bulan Agustus 1600. Mitsunari
yang berniat menyerang provinsi Mino memindahkan markas pasukannya dari Istana
Sawayama ke Istana Ōgaki pada tanggal 10 Agustus 1600.
Sementara itu, Pasukan Timur terus maju ke arah barat melalui
jalur Tōkaido tanpa

dipimpin

Tokugawa

Ieyasu

yang

sedang

berada

di

Edo. Fukushima Masanori dan Ikeda Terumasa yang berada di garis depan pimpinan
Pasukan

Timur

berhasil

menaklukkan Istana

Gifu yang

dikuasai Oda

Hidenobu (Sanbōshi) pada tanggal 23 Agustus 1600. Ieyasu sedang berada di Edo
mengirimkan

surat

kepada

para

daimyo.

Ieyasu

memanfaatkan Tōdō

Takatora dan Kuroda Nagamasa untuk membujuk daimyo yang setia pada Toyotomi

Universitas Sumatera Utara

agar tidak bergabung dengan Pasukan Barat. Setelah mengetahui jatuhnya Istana Gifu,
Ieyasu memimpin sekitar 30.000 prajurit melalui jalur Tōkaido menuju Osaka.
Putra ketiga Ieyasu yang bernama Tokugawa Hidetada diserahi tugas
memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri dari 38.000 prajurit. Hidetada
sedang membawa pasukan melewati jalur Nakasendō berusaha menaklukkan Istana
Ueda yang dipertahankan oleh Sanada Masayuki tapi gagal. Pasukan Hidetada yang
mendapat perlawanan dari pasukan Masayuki terlambat sampai ke Pertempuran
Sekigahara. Akibat datang terlambat di Sakigahara, Tokugawa Hidetada menerima
hukuman dari Ieyasu. Hidetada harus menunggu tiga hari sebelum bisa menghadap
Ieyasu.
Para

bawahan

Tokugawa

Hidetada

seperti

daimyo

wilayah han Ōgo bernama Makino Yasunari dihukum kurungan karena dituduh
bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa
tahun kemudian.
Ada banyak kecurigaan sehubungan dengan keputusan Tokugawa Hidetada
menggunakan pasukan inti Tokugawa untuk menyerang Sanada Masayuki. Daimyo
kecil seperti Sanada Masayuki sebetulnya tidak perlu diserang apalagi penyerangan
dilakukan persis sebelum terjadinya pertempuran besar. Walaupun tidak sedang
dipimpin sendiri oleh Ieyasu, pasukan inti Tokugawa memerlukan waktu terlalu lama
untuk menghadapi Sanada Masayuki yang hanya memiliki sedikit prajurit. Pendapat
lain yang dapat dipercaya mengatakan Ieyasu menggunakan strategi tidak

Universitas Sumatera Utara

menurunkan pasukan inti dalam Pertempuran Sekigahara agar pasukan yang
dimilikinya tetap utuh agar bisa digunakan di kemudian hari.
Pendapat lain juga mempertanyakan sebab pasukan Hidetada terlambat datang.
Pada awalnya, Hidetada menerima perintah dari Ieyasu untuk menaklukkan Istana
Ueda di provinsi Shinshu. Perintah menyerang Shinshu dibatalkan oleh Ieyasu setelah
mendengar berita jatuhnya Istana Gifu. Tokugawa Ieyasu mengeluarkan perintah
yang baru kepada Hidetada agar memimpin pasukan menuju provinsi Mino pada
tanggal 29 Agustus 1600 tapi pada waktu itu sungai Tonegawa sedang banjir
sehingga perjalanan kurir yang membawa pesan dari Ieyasu menjadi terhambat. Kurir
dari Tokugawa Ieyasu baru sampai tanggal 9 September 1600, sehingga
keterlambatan Hidetada tidak dianggap sebagai kesalahan berat oleh Ieyasu.
Tokugawa Ieyasu juga baru bergabung lokasi berkumpulnya Pasukan Timur
di Akasaka, Gunung Oka pada malam sebelum pertempuran (14 September 1600).
Pengikut Ishida Mitsunari yang bernama Shima Sakon mengusulkan agar
sebagian pasukan Mitsunari mengambil posisi di sekitar tempat mengalirnya sungai
Kuise di Akasaka untuk memancing Pasukan Timur dan menghabisinya. Peristiwa ini
disebut Pertempuran Sungai Kuise.
Ishida Mitsunari dan pimpinan Pasukan Barat terpancing keluar menuju
Sekigahara ketika sedang mempertahankan Istana Ōgaki akibat desas-desus yang
disebarluaskan Ieyasu "Lupakan Istana Ōgaki, taklukkan Istana Sawayama, maju ke
Osaka." Ada perbedaan pendapat tentang kebenaran Ieyasu perlu menyebar desas-

Universitas Sumatera Utara

desus untuk memancing keluar Ishida Mitsunari dan kelompoknya karena pertahanan
Istana Ōgaki dikabarkan tidak terlalu kuat.
Pada tanggal 15 September 1600, kedua belah pihak Pasukan Barat (sebagian
besar dari Kansai dan Jepang bagian barat) yang terdiri dari pasukan Toyotomi dan
Pasukan Timur (terutama dari Kanto dan bagian timur negeri Jepang) yang terdiri
dari pasukan Tokugawa saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah
Jepang" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepang, kubu Pasukan
Timur tediri dari 74.000 prajurit dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82.000 prajurit.
Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan total lebih dari 150.000
prajurit.
Sekigahara sejak pagi diselimuti kabut tebal. Kelompok pasukan yang ada di
samping kiri dan samping kanan tidak bisa kelihatan. Fukushima Masanori yang
ditunjuk Ieyasu sebagai pimpinan garis depan tidak bisa memutuskan saat tepat
melakukan tembakan pertama untuk memulai pertempuran. Masanori tidak bisa
melihat situasi karena tebalnya kabut.
Kedua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat
kabut menipis, Ii Naomasa dan pasukan kecil pimpinan Matsudaira Tadayoshi yang
berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima
Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan utama Pasukan
Timur di bagian paling depan menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang
mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab "Mau lihat situasi" sambil langsung
maju ke depan. Pasukan kecil yang dipimpin Tadayoshi secara tiba-tiba menembak

Universitas Sumatera Utara

ke arah gugus pasukan Ukita Hideie yang merupakan kekuatan utama Pasukan Barat.
Tembakan yang dilepaskan Matsudaira Tadayoshi menandai dimulainya Pertempuran
Sekigahara.
Pasukan Ukita yang dijadikan sasaran juga langsung balas menembak.
Sekigahara menjadi medan pertempuran sengit. Pasukan Fukushima yang terdiri dari
6.000 prajurit dan pasukan Ukita yang terdiri dari 17.000 prajurit saling desak dan
saling bunuh tanpa bisa maju selangkah pun juga.
Pasukan Kuroda

Nagamasa yang

terdiri

dari

5.400

prajurit

dan

pasukan Hosokawa Tadaoki yang terdiri dari 5.100 pasukan secara bersama-sama
mengincar pasukan Ishida Mitsunari dan membuka serangan besar - besaran. Pasukan
Shima Sakon dan Gamō Satoie yang berada di pihak Ishida Mitsunari juga bertarung
dengan gagah berani, musuh yang menyerang pasti dipukul mundur. Ōta
Gyūichi yang mengalami sendiri pertempuran sengit Sekigahara menulis sebagai
berikut: "Kawan dan lawan saling dorong, suara teriakan di tengah letusan senapan
dan tembakan panah, langit bergemuruh, tanah tempat berpijak berguncang-guncang,
asap hitam membubung, siang bolong pun menjadi gelap seperti malam, tidak bisa
membedakan kawan atau lawan, pelat pelindung leher (pada baju besi) menjadi
miring, pedang ditebas ke sana kemari."
Ketika pertempuran sudah berlangsung lebih dari 2 jam, Ishida Mitsunari
membuat isyarat asap untuk memanggil gugus pasukan yang belum juga turut
bertempur. Mistunari mengirim kurir untuk mengajak pasukan Shimazu untuk ikut
bertempur, tapi Shimazu menolak untuk bertempur. Hal ini dilakukan agar pasukan

Universitas Sumatera Utara

Shimazu tidak banyak menelan korban jiwa . Mōri Terumoto juga tidak bisa ikut
bertempur akibat dihalangi di jalan oleh Kikkawa Hiroie dan terpaksa balik ke tanah
asalnya. Ieyasu sebelumnya sudah melakukan perundingan rahasia dengan Hiroie
yang dijanjikan untuk memperoleh wilayah kekuasaan klan Mōri.
Kobayakawa Hideaki yang berada di pihak Pasukan Barat sudah diam-diam
bersekongkol dengan Ieyasu, tapi sampai lepas tengah hari masih bersikap ragu-ragu
dan pasukan Hideaki cuma diam saja. Tokugawa Ieyasu menjadi hilang kesabaran
dan memerintahkan pasukannya untuk menembak ke posisi pasukan Hideaki di
gunung Matsuo. Kobayakawa Hideaki yang masih ragu-ragu akhirnya memutuskan
untuk turun gunung dan bertempur untuk pihak Ieyasu.
Pasukan Kobayakawa Hideaki menggempur sayap kanan gugusan pasukan
Ōtani Yoshitsugu. Walaupun sudah bersekongkol dengan Ieyasu, Wakisaka
Yasuharu, Ogawa Suketada, Akaza Naoyasu dan Kutsuki Mototsuna yang masih
menunggu situasi jalannya pertempuran, akhirnya membelot ke kubu Pasukan Timur.
Akibat aksi pembelotan demi pembelotan ke kubu Pasukan Timur, hasil akhir
pertempuran Sekigahara yang seharusnya dimenangkan Pasukan Barat berubah
dimenangkan Pasukan Timur.
Di tengah keadaan Pasukan Barat yang mulai tercerai-berai, pasukan yang
dipimpin Shimazu Yoshihiro berusaha mundur dengan memotong garis depan
menerobos pasukan Ieyasu sambil terus menerus melepaskan tembakan ke arah gugus
tempur Ieyasu. Pasukan Fukushima menjadi ketakutan melihat kenekatan pasukan
Shimazu yang mundur memotong garis depan. Ii Naomasa dan Matsudaira

Universitas Sumatera Utara

Tadayoshi berusaha mengejar pasukan Shimazu, tapi malah tertembak dan luka-luka.
Kuda yang sedang ditunggangi Honda Tadakatsu tertembak sehingga Tadakatsu jatuh
dan menderita luka-luka.
Pada akhirnya, pasukan Shimazu berhasil mundur walaupun menderita korban
tewas seperti Shimazu Toyohisa dan Ata Moriatsu dan pasukan yang tersisa
jumlahnya tinggal sekitar 80 prajurit. Shimazu Yoshihiro bisa lolos berkat
penyamaran Ata Moriatsu yang mengenakan mantel tempur (jinbaori) milik
Yoshihiro yang dihadiahkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Moriatsu bertempur matimatian dengan lawan yang menyangkanya sebagai Shimazu Yoshihiro, hingga sadar
pasti tewas dan melakukan seppuku. Gugus tempur Pasukan Barat yang lain juga
berhasil dihancurkan atau lari tercerai-berai. Musashi termasuk diantara Pasukan
Barat yang lari tercerai-berai ini.
Pertempuran Sekigahara adalah impian setiap shugyosha karena ini sesuai
dengan disiplin keras shugyosha. Bagi pendekar yang tidak mempunyai pekerjaan,
terjun

dalam

pertempuran

memberinya

kesempatan

agar

keterampilannya

diperhatikan dan jika ia memang unggul, lantas diangkat menjadi instruktur seni bela
diri di bawah naungan penguasa yang pasukannya ia ikuti. Dengan cara itu, ia bisa
menjadi seorang samurai dalam arti yang sebenarnya, “orang yang mengabdi”.
Karena itu, Musashi melangkah kearah Sekigahara, akhirnya bergabung
dengan pasukan klan Shinmen. Klan itu berada di bawah komando Ukita Hideie yang
merupakan salah satu tairo Hideyoshi. Ayah Hideie, Naoie pernah mengalahkan
Bizen, Mimasaka dan Bitchu, serta membangun Puri Okayama satu generasi

Universitas Sumatera Utara

terdahulu, dan kelluarga Ukita dianggap sebagai salah satu klan terkuat di wilayahitu.
Mengingat hubungan kekerabatan ibunya dengan keluar