Analisis Sosiologis Tokoh Utama Dalam Komik “Great Teacher Onizuka” Karya Toru Fujisawa
ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH UTAMA EIKICHI ONIZUKA DALAM KOMIK “GREAT TEACHER ONIZUKA” KARYA TORU
FUJISAWA
TORU FUJISAWA NI WA SHUUKARETA “GREAT TEACHER ONIZUKA” NI OKERU EIKICHI ONIZUKA TO IU SHUJINKOU NI TAISURU
SHAKAIGAKUTEKINA BUNSEKI SKRIPSI
Skripsi Ini Ditujukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh :
YOSUA TAGOR LIMBONG 110708042
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini adalah langkah awal bagi penulis untuk meanjutkan perjalanan hidup menuju cita-cita yang sudah dirangkai demi masa depan yang baik. Dan tentunya juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu sastra ke depannya.
Skripsi yang berjudul “ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK “GREAT TEACHER ONIZUKA” KARYA TORU FUJISAWA” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku ketua Program Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Zulnaidi S.S, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi masukan dan arahan yang berkenaan memberi waktu kepada penulis dalam skrisi ini.
(3)
4. Bapak Muhammad Pujiono S.S, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan waktu untuk penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Departemen Sastra Jepang USU yang telah mengajarkan ilmu dan pengetahuan Sastra Jepang.
6. Kepada kedua orang tua saya yang merupakan pahlawan bagi penulis, Bapak Tahi Bonar Parulian Limbong, B.A dan Ibu Asma Melodina Sinurat , yang telah membesarkan dan mendukung seluruh perjalanan hidup saya sampai saat ini. Semua pengorbanan yang tidak akan terbalaskan sampai kapan pun. Skripisi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya sebagai langkah awal untuk mengejar mimpi untuk masa depan yang pasti lebih baik dan agar bisa membahagiakan orang tua. 7. Kepada ketiga kakak penulis yakni: Eva Meta Kartika Suryani Limbong,
Evelyn Christa limbong, Erzian Vesta Ruth Yohana Limbong. Terima kasih karena selama ini sudah menjadi saudara yang sangat baik bagi penulis dan yang sudah banyak membantu penulis dalam materi dan doanya.
8. Buat abangda senior 010 Jefry Mahalim Sitepu, Rovindo, Pandilo Gultom, Setiawan Budi, Rauf Mazari, Barry Pulungan, Ferdian Lim yang selalu bersedia membantu penulis dalam memberikan pelajaran baik di perkuliahan maupun di luar perkuliahan.
9. Teman-teman di Departemen Sastra Jepang terutama stambuk 2011 kelas A dan B. Terutama buat Erson, Rio, Kevin, Dodi yang telah
(4)
banyak membantu selama perkuliahan dari awal hingga sekarang, walaupun tidak jarang kita beda pemikiran tetapi kita tetap bersama. 10. Buat kedua adik Hinode saya Audrin Manurung, dan Noni Hotni Ida
Hutagalung, yang selalu setia menemani dan mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini agar bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Sastra ke depannya.
Akhir kata, penulis berharap kiranya Skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan pengembangan Ilmu dalam bidang Sastra Jepang.
Medan, 02 Oktober 2015 Penulis
(5)
YOSUA TAGOR LIMBONG
Abstrak
Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik. Istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap kejadian dan peristiwa yang dikemukakan dalam sastra bukanlah pengalaman jiwa atas yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja.
Jenis karya sastra yang paling diminati pada saat ini salah satunya adalah komik. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya,
(6)
fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan.
Setiap melakukan penelitian pasti menemukan permasalahan. Seperti di dalam komik yang berjudul Great Teacher Onizuka karya Toru Fujisawa yang menceritakan tentang tokoh utama yang bernama Eikichi Onizuka seorang mantan ketua geng motor di Jepang. Komik ini menceritakan tentang kisah hidupnya yang ingin menjadi seorang guru ketika bertemu seorang wanita yang mempunyai pacar seorang guru.
Interaksi sosialnya mulai berubah setelah menjadi guru, yang awalnya Onizuka berkumpul dengan kawan geng motornya mengadakan pesta setelah selesai latihan karate, semenjak menjadi guru Onizuka pun sudah jarang menjumpai temannya dikarenakan ia semenjak jadi guru ia tinggal di sekolah. Dan Onizuka mulai belajar menahan emosinya dan mencoba untuk sabar mengajar para murid dengan baik walaupun tidak jarang ia di Bully oleh para murid yang tidak suka samanya.
Tujuan dari dibuatnya skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi kehidupan sosial tokoh utama Eikichi Onizuka dalam Komik Great Teacher Onizuka yang diungkapkan oleh Toru Fujisawa sebagai pengarangnya. Dan untuk mendeskripsikan bagaimana hubungan interaksi social Onizuka sebelum dan sesudah menjadi guru.
Dan manfaat yang didapat dari skripsi ini adalah agar dapat menambah pengetahuan dan juga informasi tentang sosiologi sastra dalam karya sastra fiksi. Dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang gambaran bahwa siapa saja bisa berubah menjadi baik dan mantan geng motor yang identik dengan kekerasan
(7)
bisa menjadi seorang guru terbaik . Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa jurusan sastra jepang yang akan melakukan analisis karya sastra fiksi khususnya pada karya sastra komik.
(8)
ようし
,要旨
ぶんがく
,文学 と は 言 語 げんご
の 標 準
ひょうじゅん
、 美 うつく
し い 言 葉 ことば
の 使 つか
い 方 かた
、
言 語 げんご
の スタイル すたいる
、 面 白 おもしろ
い 語 かた
り 方 かた
に よ っ て 書 か
か れ た 芸 術 的 げいじゅつてき
な
作 品 さくひん
である。 文 学 ぶんがく
という 用 語 ようご
は 想 像 的 そうぞうてき
な文 学 ぶんがく
の 芸 術 げいじゅつ
に 限 かぎ
り、
全 すべ
て の 状 態 じょうたい
や イ ベ ン ト が本 当 ほんとう
の人 生 じんせい
の経 験 けいけん
に対 処 たいしょ
し な く 、
想 像 的 そうぞうてき
なものだけである。
げんざい
,現在 、 興 味 深
きょうみぶか
い 文 学 製 品 ぶんがくせいひん
の 一 ひと
つ は 漫 画 まんが
で あ る 。
漫 画 まんが
と は 物 語 ものがたり
の流 なが
れ を作 成 さくせい
す る よ う に 不 動 的 ふどうてき
な 画 像 がぞう
で適 当 てきとう
に
配 置 はいち
する 芸 術 げいじゅつ
の形 式 けいしき
である。 普 段 ふだん
、 漫 画 まんが
はテキストが 付 属 ふぞく
してお
り、紙 かみ
に印 刷 いんさつ
しておる。 漫 画 まんが
は新 聞 しんぶん
におけるストリップをはじめ、
雑 誌 ざっし
に載 の
せられ、 自 分 じぶん
の 本 ほん
まで 発 刊 はっかん
(9)
ぶんがく
,文学の 社 会 学 しゃかいがく
は 普 辺 性 ふへんせい
の向 む
きに 基 もと
づかないアプロ あぷろ
ーチ ち
で、著 者 ちょしゃ
と読 者 どくしゃ
の向 む
きに基 もと
づかないことがあるアプローチである。
文 学 ぶんがく
の社 会 学 しゃかいがく
のアプローチによって、文 学 製 品 ぶんがくせいひん
は 事 実 じじつ
に見 み
て、
ど こ ま で そ の文 学 製 品 ぶんがくせいひん
は 事 実 じじつ
を映 うつ
す 。 こ こ で じじつ
,事実 と い う も の
は広 ひろ
い 意味 いみ
が お り 、 す な わ ち文 学 ぶんがく
す 製 品 以 外 せいひんいがい
に あ る 全 すべ
て の こ と や
文 学 製 品 ぶんがくせいひん
によって 参 照 さんしょう
されたものだという意味 いみ
がある。文 学 ぶんがく
の
社 会 学 しゃかいがく
の アプロ あぷろ
ー チ ち
は文 学 ぶんがく
の ドキュメンタリ どきゅめんたり
ー側 面 そくめん
に関 心 かんしん
で 、
文 学 ぶんがく
が 社 会 現 象 しゃかいげんしょう
の 肖 像 画 しょうぞうが
に 参 照 さんしょう
す る 。 本 質 的 ほんしつてき
に は
社 会 現 像 しゃかいげんぞう
は 事 実 的 じじつてき
で 、 日 常 生 活 にちじょうせいかつ
に お り 、観 察 かんさつ
し 、撮 影 さつえい
し 、
文 書 化 ぶんしょか
することができる。
かくけんきゅう
,各研究 は 問 題 もんだい
を 見 み
つ け る は ず で あ る 。 例 たと
え ば 、
トルフジサワ とるふじさわ
によって書 か
かれた[GREAT TEACHER ONIZUKA]という 漫 画
まんが の 中
なか
で 、 日 本 にほん
で の ぼ う ぞ う ぞ く の 元 会 長 もとかいちょう
(10)
主 人 公 しゅじんこう
に つ い て 語 かた
ら れ る 。 こ の まんが
,漫画 は 教 師
きょうし
の 彼 氏 かれし
が い る
女 性 じょせい
に会 あ
った 際 さい
に 教 師 きょうし
になりたがる 彼 かれ
の 生 活 せいかつ
について 語 かた
る。
しゃかいてき
,社会的な 相 互 作 用 そうごさよう
は 教 師 きょうし
になってから 変 化 へんか
し始 はじ
めた。
普 段 ふだん
、ぼうぞうぞくの友 達 ともだち
と 空 手 からて
の 練 習 れんしゅう
の後 あと
でパーティーをした
が、 教 師 きょうし
になってから 学 校 がっこう
に住 す
んでおるので、その 友 達 ともだち
にあまり会 あ
わなくなった。オニズカは生徒 せいと
たちに嫌 いや
がれていじめられたこともあるが、
怒 おこ
らないように学 まな
んで、生徒 せいと
たちをよく教 おし
えるようになった。
ほんろんぶん
,本論文の目 的
もくてき
はトルフジサワによって書 か
かれた[GREAT
TEACHER ONIZUKA]と い う 漫 画
まんが
の エ イ キ チ オ ニ ズ カ と い う 主 人 公 しゅじんこう
の
社 会 生 活 条 件 しゃかいせいかつじょうけん
を 説 明 せつめい
す る こ と で あ る 。 そ れ に 、教 師 きょうし
に な る
前 後 ぜんご
の 社 会 的 しゃかいてき
な 相 互 作 用 そうごさよう
も 説 明 せつめい
することである。
ほんろんぶん
,本論文 か ら 得 え
ら れ る 利 益 りえき
は フ ィ ク シ ョ ン の作 品 さくひん
に関 かん
す る 知 識 ちしき
や 情 報 じょうほう
を 手 て
が 上 あ
が る こ と で あ る 。 そ れ に 、悪 わる
い 人 ひと
が 良 よ
(11)
人 ひと
に 変 化 し 、 侵 害 しんがい
に近 ちか
い と い う 印 象 いんしょう
が あ る元 もと
ぼ う ぞ う ぞ く が
最 高 さいこう
の先 生 せんせい
になれることについて 知 識 ちしき
や 情 報 じょうほう
が得 え
られることであ
る。 本 論 文 ほんろんぶん
はフィクション 作 品 さくひん
、 特 とく
に 漫 画 まんが
を 分 析 ぶんせき
する
日 本 文 学 学 科 にほんぶんがくがっか
の 学 生 がくせい
に 参 考 さんこう
になれると 希 望 きぼう
(12)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... … i
DAFTAR ISI ... ….iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 5
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.6. Metode Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK GREAT TEACHER ONIZUKA , DAN SOSIOLOGIS SASTRA 2.1 Konsep Komik ... 12
2.1.1 Defenisi Komik... 12
2.1.2 Setting Cerita Komik Great Teacher... 18
2.2. Budaya Ijime dalam Masyarakat Jepang... 19
2.3. Biografi Pengarang ... 21
2.4. Studi Sosiologi Sastra Semiotik ... 22
2.5. Masalah Sosial ... 26
2.5.1 Interaksi Sosial... 27
2.5.2 Diskriminasi Sosial ... 28
2.5.3 Konflik Sosial ... 29
(13)
BAB III ANALISIS KONDISI SOSIOLOGIS TOKOH EIKICHI ONIZUKA DALAM KOMIK GREAT TEACHER ONIZUKA KARYA TORU FUJISAWA
3.1. Sinopsis ... 33 3.2. Analisis Interaksi Sosial Eikichi Onizuka dengan Teman Satu Gengnya
Sebelum Menjadi Guru ……... 38 3.3 Analisis Interaksi Sosial Konno Mizuki dengan Teman Satu Gengnya
Setelah Menjadi Guru ………... 40 3.4 Analisis Interaksi Sosial Konno Mizuki dengan Direktur Sekolah
Setelah Menjadi Guru ………... 41 3.5 Analisis Interaksi Sosial Konno Mizuki dengan Kepala Sekolah
Setelah Menjadi Guru ... 43 3.6 Analisis Interaksi Sosial Konno Mizuki dengan Para Murid
Setelah Menjadi Guru ... 46 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan ... 52 4.2. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA
(14)
YOSUA TAGOR LIMBONG
Abstrak
Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik. Istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap kejadian dan peristiwa yang dikemukakan dalam sastra bukanlah pengalaman jiwa atas yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja.
Jenis karya sastra yang paling diminati pada saat ini salah satunya adalah komik. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya,
(15)
fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan.
Setiap melakukan penelitian pasti menemukan permasalahan. Seperti di dalam komik yang berjudul Great Teacher Onizuka karya Toru Fujisawa yang menceritakan tentang tokoh utama yang bernama Eikichi Onizuka seorang mantan ketua geng motor di Jepang. Komik ini menceritakan tentang kisah hidupnya yang ingin menjadi seorang guru ketika bertemu seorang wanita yang mempunyai pacar seorang guru.
Interaksi sosialnya mulai berubah setelah menjadi guru, yang awalnya Onizuka berkumpul dengan kawan geng motornya mengadakan pesta setelah selesai latihan karate, semenjak menjadi guru Onizuka pun sudah jarang menjumpai temannya dikarenakan ia semenjak jadi guru ia tinggal di sekolah. Dan Onizuka mulai belajar menahan emosinya dan mencoba untuk sabar mengajar para murid dengan baik walaupun tidak jarang ia di Bully oleh para murid yang tidak suka samanya.
Tujuan dari dibuatnya skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi kehidupan sosial tokoh utama Eikichi Onizuka dalam Komik Great Teacher Onizuka yang diungkapkan oleh Toru Fujisawa sebagai pengarangnya. Dan untuk mendeskripsikan bagaimana hubungan interaksi social Onizuka sebelum dan sesudah menjadi guru.
Dan manfaat yang didapat dari skripsi ini adalah agar dapat menambah pengetahuan dan juga informasi tentang sosiologi sastra dalam karya sastra fiksi. Dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang gambaran bahwa siapa saja bisa berubah menjadi baik dan mantan geng motor yang identik dengan kekerasan
(16)
bisa menjadi seorang guru terbaik . Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa jurusan sastra jepang yang akan melakukan analisis karya sastra fiksi khususnya pada karya sastra komik.
(17)
ようし
,要旨
ぶんがく
,文学 と は 言 語 げんご
の 標 準
ひょうじゅん
、 美 うつく
し い 言 葉 ことば
の 使 つか
い 方 かた
、
言 語 げんご
の スタイル すたいる
、 面 白 おもしろ
い 語 かた
り 方 かた
に よ っ て 書 か
か れ た 芸 術 的 げいじゅつてき
な
作 品 さくひん
である。 文 学 ぶんがく
という 用 語 ようご
は 想 像 的 そうぞうてき
な文 学 ぶんがく
の 芸 術 げいじゅつ
に 限 かぎ
り、
全 すべ
て の 状 態 じょうたい
や イ ベ ン ト が本 当 ほんとう
の人 生 じんせい
の経 験 けいけん
に対 処 たいしょ
し な く 、
想 像 的 そうぞうてき
なものだけである。
げんざい
,現在 、 興 味 深
きょうみぶか
い 文 学 製 品 ぶんがくせいひん
の 一 ひと
つ は 漫 画 まんが
で あ る 。
漫 画 まんが
と は 物 語 ものがたり
の流 なが
れ を作 成 さくせい
す る よ う に 不 動 的 ふどうてき
な 画 像 がぞう
で適 当 てきとう
に
配 置 はいち
する 芸 術 げいじゅつ
の形 式 けいしき
である。 普 段 ふだん
、 漫 画 まんが
はテキストが 付 属 ふぞく
してお
り、紙 かみ
に印 刷 いんさつ
しておる。 漫 画 まんが
は新 聞 しんぶん
におけるストリップをはじめ、
雑 誌 ざっし
に載 の
せられ、 自 分 じぶん
の 本 ほん
まで 発 刊 はっかん
(18)
ぶんがく
,文学の 社 会 学 しゃかいがく
は 普 辺 性 ふへんせい
の向 む
きに 基 もと
づかないアプロ あぷろ
ーチ ち
で、著 者 ちょしゃ
と読 者 どくしゃ
の向 む
きに基 もと
づかないことがあるアプローチである。
文 学 ぶんがく
の社 会 学 しゃかいがく
のアプローチによって、文 学 製 品 ぶんがくせいひん
は 事 実 じじつ
に見 み
て、
ど こ ま で そ の文 学 製 品 ぶんがくせいひん
は 事 実 じじつ
を映 うつ
す 。 こ こ で じじつ
,事実 と い う も の
は広 ひろ
い 意味 いみ
が お り 、 す な わ ち文 学 ぶんがく
す 製 品 以 外 せいひんいがい
に あ る 全 すべ
て の こ と や
文 学 製 品 ぶんがくせいひん
によって 参 照 さんしょう
されたものだという意味 いみ
がある。文 学 ぶんがく
の
社 会 学 しゃかいがく
の アプロ あぷろ
ー チ ち
は文 学 ぶんがく
の ドキュメンタリ どきゅめんたり
ー側 面 そくめん
に関 心 かんしん
で 、
文 学 ぶんがく
が 社 会 現 象 しゃかいげんしょう
の 肖 像 画 しょうぞうが
に 参 照 さんしょう
す る 。 本 質 的 ほんしつてき
に は
社 会 現 像 しゃかいげんぞう
は 事 実 的 じじつてき
で 、 日 常 生 活 にちじょうせいかつ
に お り 、観 察 かんさつ
し 、撮 影 さつえい
し 、
文 書 化 ぶんしょか
することができる。
かくけんきゅう
,各研究 は 問 題 もんだい
を 見 み
つ け る は ず で あ る 。 例 たと
え ば 、
トルフジサワ とるふじさわ
によって書 か
かれた[GREAT TEACHER ONIZUKA]という 漫 画
まんが の 中
なか
で 、 日 本 にほん
で の ぼ う ぞ う ぞ く の 元 会 長 もとかいちょう
(19)
主 人 公 しゅじんこう
に つ い て 語 かた
ら れ る 。 こ の まんが
,漫画 は 教 師
きょうし
の 彼 氏 かれし
が い る
女 性 じょせい
に会 あ
った 際 さい
に 教 師 きょうし
になりたがる 彼 かれ
の 生 活 せいかつ
について 語 かた
る。
しゃかいてき
,社会的な 相 互 作 用 そうごさよう
は 教 師 きょうし
になってから 変 化 へんか
し始 はじ
めた。
普 段 ふだん
、ぼうぞうぞくの友 達 ともだち
と 空 手 からて
の 練 習 れんしゅう
の後 あと
でパーティーをした
が、 教 師 きょうし
になってから 学 校 がっこう
に住 す
んでおるので、その 友 達 ともだち
にあまり会 あ
わなくなった。オニズカは生徒 せいと
たちに嫌 いや
がれていじめられたこともあるが、
怒 おこ
らないように学 まな
んで、生徒 せいと
たちをよく教 おし
えるようになった。
ほんろんぶん
,本論文の目 的
もくてき
はトルフジサワによって書 か
かれた[GREAT
TEACHER ONIZUKA]と い う 漫 画
まんが
の エ イ キ チ オ ニ ズ カ と い う 主 人 公 しゅじんこう
の
社 会 生 活 条 件 しゃかいせいかつじょうけん
を 説 明 せつめい
す る こ と で あ る 。 そ れ に 、教 師 きょうし
に な る
前 後 ぜんご
の 社 会 的 しゃかいてき
な 相 互 作 用 そうごさよう
も 説 明 せつめい
することである。
ほんろんぶん
,本論文 か ら 得 え
ら れ る 利 益 りえき
は フ ィ ク シ ョ ン の作 品 さくひん
に関 かん
す る 知 識 ちしき
や 情 報 じょうほう
を 手 て
が 上 あ
が る こ と で あ る 。 そ れ に 、悪 わる
い 人 ひと
が 良 よ
(20)
人 ひと
に 変 化 し 、 侵 害 しんがい
に近 ちか
い と い う 印 象 いんしょう
が あ る元 もと
ぼ う ぞ う ぞ く が
最 高 さいこう
の先 生 せんせい
になれることについて 知 識 ちしき
や 情 報 じょうほう
が得 え
られることであ
る。 本 論 文 ほんろんぶん
はフィクション 作 品 さくひん
、 特 とく
に 漫 画 まんが
を 分 析 ぶんせき
する
日 本 文 学 学 科 にほんぶんがくがっか
の 学 生 がくせい
に 参 考 さんこう
になれると 希 望 きぼう
(21)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99). Istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap kejadian dan peristiwa yang dikemukakan dalam sastra bukanlah pengalaman jiwa atas yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja (Rene Wellek dalam Badrun 1983:16).
Pada dasarnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi seperti novel, cerpen, komik, dan essai. Sedangkan yang bersifat non fiksi berupa puisi, lagu, dan drama.
Jenis karya sastra yang paling diminati pada saat ini salah satunya adalah komik. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri.
Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang berpengaruh dalam karya sastra tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. (Wellek dan Warren dalam Farida, 2013:3) Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang
(22)
secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema plot, latar, penokohan, bahasa, sudut pandang cerita dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat diluar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Unsur-unsur yang dimaksud adalah kebudayaan, sosial, politik, psikologi, agama dan lain-lain.
Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik ini juga terdapat dalam karya sastra fiksi berupa komik. Salah satu unsur pembangun fiksi di komik ini yang akan ditelaah adalah tokoh. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Dalam mendeskripsikan tokoh, pengarang memiliki kebebasan dalam menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai keinginannya, bagaimanapun perwatakan, permasalahan yang dihadapi, kondisi psikologi, dan lain-lain.
Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut. Jika dibandingkan, jika dalam naskah tersebut akan dimainkan atau difilmkan, sosok tersebut membutuhkan aktor atau pemain. Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Menurut (Ratna, 2003 : 24) merupakan aktifitas pemahaman dalam rangka mengungkapkan aspek-aspek kemasyarakatannya yang terkandung dalam karya. Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan mayarakat. Menurut Soekanto (2003:21) Objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubunngan antar manusia dan proses yang timbal balik dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Menurut Macluer dan Page dalam Soekanto (2003:24) bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata
(23)
krama, dari wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan manusia.
Komik “GTO(Great Teacher Onizuka)” menceritakan Eikichi Onizuka 22 tahun, adalah mantan pemimpin geng motor yang tidak tahu apa yang dilakukan dalam hidupnya. Dia bertemu dengan seorang gadis yang bernama Erika yang membuatnya ingin menjadi seorang guru. Gadis itulah yang membuat Onizuka giat mencari pekerjaan sebagai guru walaupun otak dan tampangnya pas pasan.
Usaha Onizuka untuk menjadi guru tetap di suatu sekolah bukanlah hal yang mudah, ia sering tidak di terima oleh guru guru lain karena sikapnya urakan, ia juga sering dibully oleh murid muridnya sendiri, walaupun Onizuka sering dibully muridnya tetapi ia tidak bosan membimbing muridnya dalam mencari jati diri mereka masing masing.
Di dalam komik Great Teacher Onizuka dapat dilihat interaksi dalam masalah sosial yang dialami oleh tokoh utama Onizuka dengan Tokoh lain dan bagaimana kehidupan Onizuka setelah ia menjadi seorang guru .
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menganalisa secara sosiologis cerita dalam novel ini. Untuk itu penulis membahasnya dalam skripsi yang berjudul “Analisis Sosiologis Tokoh Utama dalam Komik Great Teacher Onizuka Karya Toru Fujisawa.”
(24)
1.2. Rumusan Masalah
Komik “Great Teacher Onizuka” menceritakan perjalanan Eikichi Onizuka mantan pemimpin geng motor yang hidupnya berantakan. Dia bertemu dengan seorang gadis yang ia sukai yang bernama Erika. Erika tidak menyukai Onizuka, karena Erika sudah mempunyai pacar seorang guru. Setelah Onizuka mengetahui bahwa Erika mempunyai pacar seorang guru, kemudian Onizuka bertekad menjadi seorang guru.
Usaha Onizuka untuk menjadi guru di suatu sekolah bukanlah hal yang mudah, ia sering tidak di terima oleh guru lain karena sikapnya urakan. Setelah menjadi guru Onizuka sering dibully oleh muridnya sendiri, walaupun sering dibully muridnya tetapi Onizuka tidak bosan membimbing muridnya dalam mencari jati diri. Kebanyakan muridnya yang bermasalah disebabkan kurang kasih sayang orang tua, kemiskinan, korban bullyan, dan sebagainya.
Onizuka memiliki cara tersendiri dalam mendidik murid muridnya yang bermasalah, walaupun ia mendidiknya tidak seperti guru melainkan ia mendidik muridnya dengan keras, ia juga tidak segan menggunakan ilmu karatenya dalam mendidik murid yang bermasalah, tetapi muridnya yang bermasalah di sekolah bisa tunduk dan patuh pada Onizuka dan murid yang bermasalah itu tidak lagi bermasalah padanya maupun pada sekolah tempat Onizuka mengajar.
Melihat uraian di atas dapat dilihat beberapa masalah seperti berikut yaitu 1. Bagaimana hubungan interaksi sosiologi Onizuka dengan geng
motornya sebelum menjadi seorang guru?
2. Bagaimana hubungan interaksi sosial Onizuka sesudah menjadi seorang guru dengan teman satu geng dan di lingkungan sekolah?
(25)
1) Direktur Sekolah 2) Kepala Sekolah 3) Murid
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasa. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalau luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat tearah dan terfokus.
Pembahasan yang menjadi fokus masalah dalam penelitian komik “Great Teacher Onizuka” karya Toru Fujisawa. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kehidupan sosiologi tokoh utama Onizuka dan kehidupan Onizuka sebelum dan sesudah menjadi seorang guru. Supaya pembahasan lebih jelas dan memiliki keakuratan data yang mendukung, maka penulis dalam bab II menjelaskan juga komik Great Teacher Onizuka, setting Komik Great Teacher Onizuka, sosiologi sastra dan biografi pengarang
(26)
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Pengertian sosial merupakan segala sesuatu dan segala perilaku manusia yang menggambarkan hubungan non-individualis. Kata “sosial” digunakan untuk menunjukan sifat dari makhluk yang bernama manusia. Sehinga munculah ungkapan “manusia adalah makhluk sosial”. Ungkapan ini berarti bahwa mnusia harus hidup berkelompok atau bermasyarakat. Mereka tidak dapat hidup dengan baik kalau tidak berada dalam kelompok atau masyarakat. Menurut Ratna (2003:1) sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris.
Wellek dan Warren dalam Kurniawan (2012:1) mendefenisikan sastra sebagai karya imajinatif yang bermediakan media bahasa dan mempunyai nilai estetika dominan. Imajinasi dan estetika merupakan konsep dasar dari seni yang bersifat personal, sedangkan bahasa merupakan ciri khas dari media penyampaiannya, yang membuat karya sastra berbeda dengan karya-karya lainnya.
Menurut Swingewood dalam Yasa (2012:22-23) sastra merupakan refleksi masyarakat. Berkaitan dengan pernyataan itu, Swingewood menyampaikan bahwa pengarang besar tidak sekedar menggambarkan dunia sosial secara mentah, tetapi ia mengemban tugas yang mendesak, yaitu memainkan tokoh-tokoh ciptaannya dalam sati situasi rekaan untuk mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia sosial. Dalam masyarakat sesungguhnya manusia berhadapan dengan nilai dan norma. Dalam sastra, juga dicerminkan niali dan norma yang secara sadar
(27)
difokuskan dan yang diusahakan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Ratna (2003:27) menyebutkan analisis sosiologis memiliki 2 pengertian yaitu:
1. Pertama, analisa dengan memberikan perhatian terhadap karya sastra itu sendiri, sedangkan aspek-aspek kemasyarakatannya berfungsi sebagai pelengkap.
2. Kedua, analisa yang memposisikan karya sastra sebagai gejala kedua, sebagai objek skunder dalam rangka pendukung disiplin lain, seperti sosiologis, sejarah, ekonomi, agama dan antropologi.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis dan semiotik.
Pendekatan sosiologis menurut Ratna (2003:59) menganalisa manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Pendekatan sosiologis juga mengarah pada pengalaman mendasar mengenai kehidupan manusia dan masyarakat.
Menurut Soekanto (2003:3) Sosiologi bertitik tolak pada pola kehidupan bersama atau pola interaksi sosial. Di dalam mempelajari manusia, masyarakat dan kebudayaan, maka sosiologi bertitik tolak pada pola-pola interaksi sosial. Menurut Soekanto (2003:21) Objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbal balik dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Menurut Macluer dan Page dalam Soekanto (2003:24) bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata krama,
(28)
dari wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan manusia.
Dasar pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya
sastra dengan masyarakat
a. Karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang
b. Pengarang itu sendiri adalah masyarakat
c. Pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat
Dalam hal ini penulis menganalisis kondisi sosial tokoh utama yaitu Onizuka sebelum menjadi seorang guru dan bagaimana kehidupan Onizuka setelah menjadi seorang guru. Untuk menunjukkan indeksikal adanya interaksi dan kehidupan tokoh utama Onizuka dengan Erika maka penulis menggunakan pendekatan semiotik.
Menurut Pradopo ( 2003: 72-73) semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa femomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Menurut Theodorson & Theodorson dalam Suseno dkk, (1979:115-116) Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial.
(29)
Menurut Miskah (2010:31) konflik sosial adalah kejadian yang tergolong penting merupakan unsur yang esensial dalam penembangan plot. Konflik menyaran pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau dialami tokoh-tokoh cerita. Konflik sosial adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan pada dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan pada aksi-aksi balasan.
(30)
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian
Sebelum melakukan sebuah penelitian maka harus diketahui terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan penelitian tersebut.
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana hubungan interaksi sosial Onizuka sebelum menjadi seorang guru di lingkungan masyarakat dan geng motor.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana hubungan interaksi sosial Onizuka sesudah menjadi guru di lingkungan sekolah.
a) Kepala Sekolah b) Guru
c) Murid
1.5.2. Manfaat penelitian
1. Untuk peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan mengenai sosiologis dalam karya sastra.
2. Bagi pembaca dan pelajar-pelajar bahasa Jepang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya diharapkan semoga penelitian ini bisa sebagai bahan referensi dan menambah informasi tentang bagaimana interaksi dan intensitas dalam sosial masyarakat.
3. Untuk pembaca penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya.
(31)
1.6. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode penelitian deskriptif (Endaswara , 2011: 86). Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif juga termasuk sebagai metode dalam penelitian kualitatif.
Menurut Moleong (1994: 6), metode penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif ini bukanlah penelitian kuantitatifikasi yang berdasarkan angka-angka, tapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.
Untuk mendukung data yang konkret dalam penulisan skripsi ini penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan data-data pendukung. Yaitu dengan cara mengumpulkan data dari berbagai macam literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian dan menghimpun data yang bersumber dari internet seperti google dan blog-blog yang membahas mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian semua data tersebut dianalisa untuk memecahkan masalah yang diteliti sehingga mendapat kesimpulan dan saran.
(32)
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK GREAT TEACHER ONIZUKA DAN SOSIOLOGI SASTRA
2.1.Konsep Komik 2.1.1. Defenisi Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam Koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri.
Menurut Scott McCloud dalam buku Understanding Comics bahwa komik merupakan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang melihatnya. Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya karena dibuat atas dasar kreasi yang dipersentasikan secara visual.
Pada tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, dimana ia mendefinisikan komik sebagai tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik. Sebelumnya, ditahun 1986 dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art yaitu susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide.
Di Jepang komik disebut dengan “manga”. Perkembangan manga di Jepang tergolong sangat pesat karena ternyata keberadaannya banyak diminati
(33)
semua kalangan masyarakat ditambah lagi manga juga memiliki berbagai jenis genre veriatif dan menarik untuk beragam orang.
Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang memilik unsur dalam penciptaannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsuk. Menurut Nurgiyantoro (1995 : 23), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah komik adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik dalam sebuah komik meliputi tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang penokohan, dan lain-lain.
a. Tema
Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jalinan sebuah cerita yang dibuatnya (Aminuddin, 2000 : 88). Kata tema sering disamakan dengan pengertian topik, padahal kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca.
Berdasarkan pengertian diatas, tema yang diangkat dalam komik “Great Teacher Onizuka” adalah mengenai seorang pemuda yang bernama Onizuka adalah seorang mantan ketua geng motor yang ingin menjadi seorang guru tebaik karena ia bertemu dengan seorang gadis yang mempunyai pacar seorang guru. b. Alur (Plot)
Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir (Aminuddin, 2000:89). Alur atau plot merupakan suatu rangkaian
(34)
kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut Aminuddin (2000:90) pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:
1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang tokoh.
3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat. 4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.
5. Peleraian, pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan. Menurut susunannya, alur terbagi dalam dua jenis yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali ke peristiwa pertama.
Berdasarkan uraian diatas, alur dalam komik “GREAT TEACHER ONIZUKA” adalah komik yang menggunakan alur maju, karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel tersebut dimulai saat tokoh Onizuka bertemu dengan seorang gadis yang bernama Erika, Onizuka menyukai gadis itu tetapi Erika sudah mempunyai pacar seorang guru, dan hal itulah yang membuat Onizuka ingin menjadi seorang guru.
(35)
c. Latar (setting)
Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tempat , hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:216). Yang menjadi latar di komik Great Teacher Onizuka ini dibengkel, taman, dan di sekolah tempat Onizuka mengajar.
d. Penokohan
Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000:92). Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.
Keberhasilan pengarang menyajikan cerita rekaan atau fiksinya tercermin melalui pengungkapan setiap unsur cerita tersebut. Rupa, pribadi dan watak sang tokoh harus tergambar sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh khalayak ramai. Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara berikut ini:
1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut wajah, kepala, rambut dan ukuran tubuh.
2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya.
(36)
3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.
4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan pekarangan rumah tokoh.
5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain, misalnya tokoh yang dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka menolong.
6. Pengarang menciptakan percakapan (dialog) antartokoh tentang pribadi tokoh lain, misalnya tokoh utama.
Penokohan dalam komik “Great Teacher Onizuka” adalah tokoh utama yang urakan, pintar, dan kerap kali mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari para murid di kelas ia mengajar. Terdapat tujuh tokoh dalam komik ini yaitu Onizuka, Ryujii, Erika, Osawa Hidero, Mizuki Nanako, Fuyutsuki Azusa, Uchiyamada, Sakurai.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut (Aminuddin, 2000:96). Dengan kata lain posisi pengarang menepatkan dirinya dalam cerita tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:
1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.
(37)
2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.
3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.
Dalam hal ini, sudut pandang Toru Fujisawa dalam komik “Great Teacher Onizuka” hanya sebagai seorang pengarang yang menceritakan orang lain dalam segala hal. Toru Fujisawa sebagai pengarang yang hanya menjadi pengamat yang berada diluar cerita.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro 1995:23). Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar sastra yang mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama.
Unsur ini mencangkup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat dan tema. Selain unsur-unsur yang datang dari luar diri pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra.
(38)
2.1.2. Setting Cerita Komik Great Teacher Onizuka
Menurut Soemardjo (1999:75-76) setting dalam cerita bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat dengan karakter, tema dan suasana cerita. Dalam suatu cerita yang baik, setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita. Jadi jelas bahwa pemilihan setting dapat membentuk tema dan plot tertentu.
Latar memberikan pijakan cerita secara pasti dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, disamping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuan tentang latar. Unsur latar dapat dibedakan yaitu latar tempat, dan latar waktu.
Unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Nurgiyantoro,1999:227).
1. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama
(39)
tertentu haruslah mencerminkan, atau tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.
Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengilhami pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi yaitu di tempat dan waktu seperti yang diceritakan. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam komik “Great Teacher Onizuka” adalah sekolah, rumah, bengkel.
2. Latar Waktu
Menurur Nurgiyantoro (1995:230), latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Latar waktu dalam komik “Great Teacher Onizuka” ini dilihat dari tokoh Eikichi Onizuka yang berprofesi sebagai guru, maka latar waktunya pada saat siang hari
2.2. Budaya Ijime Dalam Masyarakat Jepang
Kata ijimeru artinya adalah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan menyakiti sebuah istilah sosial yang digunakan untuk menggambarkan salah satu bentuk tindakan penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang. Ijime biasanya terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku maupun korbannya.
(40)
Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime biasanya terjadi secara berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya, sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya terasing dan terkucil secara sosial.
Para sosiolog Jepang secara sederhana mendefinisikan ijime sebagai tindakan penganiayaan yang terjadi di dalam kelompok masyarakat Jepang. Definisi inilah yang membuat masyarakat sering menyamakan ijime dengan tindakan bullying yang kerap terjadi di negara-negara barat.
Kata bullying, yang juga memiliki arti sebagai tindakan menganiaya, tidak memberikan batasan yang jelas mengenai bentuk penganiayaan yang dilakukan sehingga tindakan bullying di negara-negara barat umumnya mengacu pada segala bentuk tindakan yang bertujuan untuk menyiksa fisik korban.
Definisi ijime yang juga telah dikemukakan oleh Morita memberikan penekanan pada ide posisi dominan yang berkaitan erat dengan interaksi di dalam satu grup yang sama. Hal ini berarti korban dan pelaku memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Korban ijime bisa saja orang-orang yang berada dalam kelas yang sama, lingkungan pekerjaan yang sama, bahkan tidak jarang masih merupakan anggota keluarga si pelaku.
(41)
Hal kedua yang membedakan ijime dengan bullying adalah sasaran utama dari tindakan ijime bukanlah fisik melainkan mental korban. Inilah yang menjadi karakteristik dari ijime di Jepang. Tujuan dari tindakan ijime adalah untuk menjatuhkan mental korban, membuat korban merasa rendah diri dan tidak pantas berada di dalam suatu kelompok yang sama dengan si pelaku.
Taki (2001:56) menyatakan bahwa berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti Jepang banyak disebutkan bahwa ijime dapat terjadi kapanpun, di sekolah manapun, dan di antara anak-anak manapun. Survey tersebut menyatakan bahwa ijime tidak dipertimbangkan sebagai tingkah laku spesifik seorang anak yang “luar biasa” dengan latar belakang yang problematik tetapi sebagai seorang anak yang biasa. Yang melakukan ijime bukan hanya anak-anak yang memiliki latar belakang yang berbeda namun anak-anak biasa yang dengan latar belakang baik dan tidak pernah mendapat perlakuan tidak baik pun bisa melakukan ijime.
2.3. Biografi Pengarang
Biografi yaitu uraian tentang kehidupan seseorang, baik orang itu masih hidup atau sudah meninggal. Biografi berisi tentang perjalanan hidup tokoh tersebut, kehidupan seorang tokoh, deskripsi kegiatan dan prestasi tokoh tersebut, ekspresi tokoh tersebut, serta pandangan tokoh tersebut. Biografi dalam bahasa Indonesia berarti riwayat hidup seseorang. Dalam biografi seorang tokoh biasanya banyak ditemukan suatu pelajaran yang dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari awal hidup sampai menjelang ajal banyak yang ditarik hikimahnya. Tujuan dari penulisan biografi ini adalah agar pembaca dan penulis dapat
(42)
mengetahui perjalanan hidup seseorang yang dibaca, dapat meneladani dan mengambil pelajaran dari seseorang untuk dipakai dalam kehidupam sehari-harinya, dapat memberikan sesuatu yang berharga pada diri penulis dan pembaca setelah membacanya, serta penulis dan pembaca dapat meniru cara bagaimana tokoh tersebut sukses.
Toru Fujisawa adalah seorang mangaka lulusan Fujisawa sudah memiliki banyak karya, yang semua karyanya tersebut sangat laku dipasaran di kalangan pencinta manga, karya-karya nya antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Toru Fujisawa adalah seorang pria kelahiran Hokkaido pada tanggal 12 januari 1967. Toru Fujisawa yang memiliki nama asli Mari Aizawa ini sudah mendapat banyak penghargaan dari hasil tulisan komiknya.
2.4. Studi Sosiologi Sastra dan Semiotik
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata Sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan Logi (Logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata Sas (Sansekerta) berarti mengarahkan,
(43)
mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meskipun demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda bahkan bertentangan secara dianetral.
Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini (Das sain) bukan apa yang seharusnya terjadi (Das solen). Sebaliknya karya sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Demikianlah, pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Maka, memandang karya sastra
(44)
sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Pengarang merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan orang- orang yang berada disekitarnya, maka dalam proses penciptaan karya sastra seorang pengarang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir ditengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman hidup yang telah dihayatinya. Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya.
Menurut Endraswara (2003:79) sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia, karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi.
Faruk (1994:1) memberi pengertian bahwa sosiologi sastra sebagai studi ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga dan proses-proses sosial. Selanjutnya, dikatakan bahwa sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup. Sosiologi dikatakan memperoleh gambaran mengenai cara-cara menyesuaikan dirinya dengan dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialitas, proses belajar secara kultural yang dengannya
(45)
individu-individu dialokasikannya pada dan menerima peranan tertentu dalam struktur sosial itu.
Menurut Laurenson dalam Fananie (2001:133) terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra :
a. Perspektif yang memandang sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan;
b. Perspektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya; dan
c. Model yang dipakai karya tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial budaya atau peristiwa sejarah.
Selain pendekatan sosiologis penulis juga menggunakan teori semiotik. Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro (1995:40) berpendapat bahwa semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah suatu yang mewakili sesuatu yang lain, yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni, sastra lukis, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berda disekitar kehidupan kita. Kemudian menurut Eco dalam Faruk (1999:44) secara general semiotik dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Untuk memahami suatu teks dalam sebuah karya sastra diperlukan suatu telaah semiotika sebagai satu ilmu tentang tanda yang dapat dijadikan pendekatan dalam telaah sastra. Pendekatan semiotika dalam sastra dikenal dengan istilah semiotika sastra. Semiotika satra bukanlah suatu aliran dan bukan suatu ilmu yang hanya mempelajari bahasa-bahasa alami yang dipakai dalam sastra tetapi juga sistem tanda-tanda lainnya untuk menemukan kode-kode dalam teks sebuah karya sastra,
(46)
menurut Luxemburg dkk, (1986:45). Semiotika satra lebih mengarah pada cara-cara untuk membedakan tanda-tanda seperti tanda sastra dengan tanda tipe-tipe wacana yang lain yang memandang kesusastraan sebagai kegiatan yang mempersoalkan tipe-tipe yang lain.
2.5. Masalah Sosial
Soekanto (2003:390B) mengatakan bahwa sosiologi menelaah gejala-gejala yang wajar seperti norma-norma, kelompok sosial lapisan masyarakat, lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan serta perwujudannya. Tidak semua gejala-gejala tersebut berlangsung secara normal sebagaimana masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak dikehendaki merupakan abnormal atau patologis. Gejala abnormal dinamakan masalah sosial, masalah sosial tersebut erat kaitannya dengan nilai-nilai sosial dan lembaga sosial yang mencakup pola segi moral,karena untuk dapat mengklarifikasikan suatu persoalan sebagaimana sosial harus digunakan pemikiran sebagai pengukurnya.
Jadi pada dasarnya, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.Sebab itulah masalah-masalah tidak mungkin ditelaah tanpa memperhitungkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai baik, apa yang dianggap baik apa yang dianggap buruk. Sosiologi menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya.
Masalah sosial yang dialami oleh tokoh utama dalam komik “Great Teacher Onizuka” merupakan gambaran yang dialami oleh tokoh utama ketika berinteraksi dengan para tokoh pembantu yang dibangun sedemikian
(47)
fenomenalnya untuk menjadikan komik tersebut hidup dan memiliki jalan cerita yang mengesankan.
2.5.1. Interaksi sosial
Menurut Soekanto (2003:71B) suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
a. Kontak b. Komunikasi
Kontak merupakan aksi dari individu atau kelompok yang mempunyai makna bagi para pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain. Makna yang diterima direspon untuk memberikan reaksi. Kontak dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui gerak dari filsafat organisme, misalnya melalui pembicaraan, gerak, isyarat. Sedangkan tidak langsung adalah lewat tulisanatau bentuk-bentuk komunikasi jarak jauh seperti telepon, chatting dan sebagainya. Komunikasi timbul apabila seorang individu memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Dalam tafsiran itu baru seseorang mewujudkan perilaku dimana perilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain.
Menurut Hall dalam Sunarto (1993:48) dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya. Komunikasi non-verbal atau bahasa tubuh kita gunakan secara sadar.
(48)
Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2003:67B) Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.
Interaksi yang terjadi dalam komik “Great Teacher Onizuka” merupakan interaksi yang terjadi antara tokoh utama dan tokoh pembantu lainnya. Antara Konno Mizuki terhadap teman-teman sekolah.
2.5.2. Diskriminasi Sosial
Menurut Theodorson& Theodorson dalam Suseno (2006:115-116) diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Istilah tersebut biasanya akan untuk melukiskan, suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokrasi.
Diskriminasi sosial merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain.Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga
(49)
merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
Terkait dengan kondisi fisik seseorang, Karp dan Yoels dalam Sunarto (1993:41) mengemukakan bahwa selain ciri yang dibawa sejak lahir seseorang dari faktor penampilan pun mempengaruhi interaksi. Mereka menyajikan sejumlah hasil penelitian yang antara lain memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah memperoleh pasangan dan bahwa orang yang merasa dirinya tidak menarik mengeluh karena mengalami kesukaran dalam pergaulan.
Diskriminasi yang terjadi dalam komik Great Teacher Onizuka merupakan diskriminasi yang terjadi dalam Komik Great Teacher Onizuka adalah Diskriminasi yang dialami oleh Onizuka karena ia adalah mantan ketua geng motor maka orang memandang sebelah mata sama Onizuka, dan orang menganggap ia tidak pantas menjadi seorang guru, walaupun ia merupakan lulusan dari sekolah guru.
2.5.3. Konflik Sosial
Pribadi ataupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalm ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola prilaku dengan pihak lain. Ciri ini dapat memperpajang perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertikaian ataupun pertentangan (konflik). Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha
(50)
untuk memenuhi tujan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan/ kekerasan.
Sebab atau akar-akar terjadinya konflik antara lain:
1. Perbedaan antara individu- individu 2. Perbedaan kebudayaan
3. Perbedaan kepentingan 4. Perubahan sosial
Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosiatif yang agak tajam, akan tetapi pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial yang mempunyai fungsi positif dengan masyarakat. Dan pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain:
1. Pertentangan pribadi 2. Pertentangan rasial
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial 4. Pertentangan politik
5. Pertentangan yang bersifat internasional
Konflik sosial (conflict social) yang notabene adalah kejadian yang tergolong penting merupakan unsur yang esensial dalam penembangan plot. Konflik menyaran pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau dialami tokoh-tokoh cerita. Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan pada dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan pada aksi-saksi balasan. Kemampuan pengarang untuk memilih dan
(51)
mengembangkan konflik melalui berbagai peristiwa (baik aksi ataupun kejadian) akan sangat menentukan kadar kemenarikan, kadar suspense, cerita yang dihasilkan.
Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadi konflik. Sebaliknya, karena terjadi konflik, peristiwa-peristiwa lain bermunculan. Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik semakin meningkat.
Bentuk konflik, sebagai bentuk kejadian, dapat pula dibedakan dalam 2 kategori, konflik fisik dan konflik batin, konflik internal dan konflik eksternal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi diantara seorang tokoh dengan sesuatu diluar dirinya. Konflik fisik atau disebut juga konflik elemental adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Konflik sosial adalh konflik yang disebabkan adanya kontak sosial manusia. Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita, Miskah (2010:31).
Konflik sosial yang terdapat dalam komik Great Teacher Onizuka adalah Onizuka yang awalnya adalah seorang mantan geng motor yang suka melakukan kejahatan dan suka berkelahi untuk mendapatkan daerah kekuasaan, lalu Onizuka dan Ryuji temannya keluar dari geng Onizuka tinggal di rumah Ryuji. Suatu hari ia jumpa sama seorang gadis yang ia sukai, tetapi gadis itu mempunyai pacar seorang guru, kemudian Onizuka pun bertekad ingin menjadi seorang guru. Tetapi
(52)
ia sering ditolak oleh pihak sekolah, karena latar belakangnya adalah seorang mantan ketua geng motor yang identik dengan kejahatan.
2.6. Kondisi Sosial Sebagai Setting Komik Great Teacher Onizuka
Kondisi sosial dalam masyarakat dapat menyebabkan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, dan adapun kondisi-kondisi sosial yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan adalah kondisi-kondisi ekonomi, teknologis, geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam aspek kehidupan sosial lainnya.
Kondisi sosial sebagai setting dalam komik ini diwujudkan pada saat seorang tokoh utama yang merupakan seseorang mantan ketua geng motor yang mengalami masalah sosial dilingkungannya. Terjadinya diskriminasi yang menyebabkan konflik antara tokoh utama dengan teman, guru dan murid pada saat sesudah menjadi seorang guru.
Didalam komik ini pengarang menyampaikan bagaimana interaksi tokoh utama terhadap temannya yang tidak yakin ia menjadi guru. Dan tindakan diskriminasi yang pihak sekolah lakukan terhadapnya yang merupakan seorang mantan ketua geng motor.
Lalu pada saat Onizuka diterima menjadi seorang guru ia awalnya tidak diterima oleh murid-muridnya bahkan ia selalu menjadi bahan bully, tetapi ia mengajar dan mendidik anak muridnya, dengan caranya sendiri, sehingga anak murid yang tidak suka sama Onizuka menjadi tunduk dan patuh terhadap Onizuka.
(53)
BAB III
ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH EIKICHI ONIZUKA DALAM KOMIK GREAT TEACHER ONIZUKA
3.1. Sinopsis Cerita
Komik Great Teacher Onizuka menceritakan tentang seorang pemuda yang merupakan mantan ketua geng motor yang hidupnya tidak beraturan, berantakan layaknya seorang preman. Lalu suatu hari ia bertemu dengan seorang gadis cantik, dan Onizuka menyukai gadis itu, tetapi gadis itu sudah memiliki seorang kekasih, dan kekasih gadis itu berprofesi sebagai seorang guru, karena itulah ia kemudian ingin menjadi seorang guru sekaligus untuk mencari seorang kekasih yang umurnya lebih muda dari Onizuka.
(54)
Onizuka sering ditolak oleh beberapa sekolah karena latar belakangnya adalah seorang mantan ketua geng motor, tetapi ia pantang menyerah untuk menjadi seorang guru, ia terus melamar menjadi seorang guru baik disekolah swasta ataupun sekolah negri.
Pada suatu hari pada saat diperjalanan dibus Onizuka ingin melamar pekerjaan menjadi guru, ia menjumpai seorang bapak-bapak paruh baya yang sedang melakukan pelecehan seksual kepada seorang gadis, lalu Oizuka pun menegur dan memberi pelajaran kepada bapak tua itu, lalu bapak tua itu menyanggah bahwa dia tidak melakukan pelecehan itu dan berniat menuntut Onizuka, tetapi ia tidak takut, dan Onizuka pun menantang bapak tua itu. Ternyata bapak itu adalah kepala sekolah tempat ia akan melamar menjadi guru.
Suatu hari Onizuka di terima untuk di SMU MUSASHINO sebagai staff pengajar percobaan. Awalnya Onizuka mengira bahwa anak murid yang akan diajarnya adalah wanita, tetapi pada saat ia memasuki ruangan kelas ia terkejut ternyata yang akan diajar Onizuka adalah kumpulan berandalan sekolah yang didominasi oleh siswa laki-laki, dan wanitanya ada tiga orang. Pada saat selesai hari pertama mengajar, di jalan Onizuka berjumpa dengan salah seorang siswi di kelas tempat Onizuka mengajar yang sedang menangis di jembatan. Nama gadis itu Mizuki Nanako. Mizuki pun bercerita tentang keluarganya yang sudah jarang mengobrol bersama karena kedua orang tuanya sibuk bekerja, dengan sedih Mizuki meminta pada Onizuka bahwa Mizuki ingin menginap di rumah Onizuka. Dengan perasaan yang bercampur aduk Onizuka pun bersedia membawa Mizuki ke rumahnya. Sesampai dirumah Mizukipun menggoda Onizuka supaya Onizuka mau bercumbu dengan Onizuka, Mizukipun memeluk Onizuka sambal terus
(55)
menggodanya. Pada saat Mizuki memeluk Onizuka, Onizuka pun terkejut karena tiga orang anak muridnya muncul sembari memfoto Mizuki dan Onizuka saling berpelukan, dan ternyata semuanya itu adalah ide Mizuki dan kawan-kawannya untuk menjelekkan nama Onizuka.
Ketika ketiga anak murid Onizuka itu pulang dari rumah Onizuka, lalu ketiganya singgah di sebuah taman kota, pada saat mereka asyik mengobrol lalu mereka pun dikejutkan oleh suara bising dari knalpot sepeda motor, lalu merekapun marah dan menantang. Mereka terkejut ternyata suara bising itu ternyata suara knalpot dari geng motor yang paling di segani, ketika ketiganya hamper di keroyok geng motor lalu muncullah Onizuka. Mereka bertiga mengira bahwa Onizuka akan menolong mereka, tapi ternyata tidak, malahan Onizuka merupakan mantan ketua dari geng motor tersebut. Onizukapun menghukum ketiga muridnya tadi dengan cara menceburkan ketiganya kedalam kolam yang ada di taman tersebut.
Keesokan harinya sebelum Onizuka berangkat mengajar Onizuka menceritakan kejadian tersebut pada kawannya Ryujii yang merupakan kawan satu geng motornya yang sudah keluar, Onizuka takut kalua ia akan dipecat gara-gara kejadian itu. Ditengah asyik cerita seorang guru tempat Onizuka mengajar datang menyampaikan kabar bahwa anak murid yang diajar oleh Onizuka melakukan sesuatu hal yang sangat jarang mereka lakukan yaitu mereka bergotong royong membersihkan halaman sekolah. Karena itu Onizuka diminta oleh kepala sekolah untuk mengajar lebih lama lagi.
Setelah masa percobaan mengajar telah habis Onizuka berniat melamar menjadi guru disekolah, tetapi berita ditelevisi mengabarkan bahwa seluruh
(56)
masyarakat yang ingin menjadi seorang guru harus mengikuti ujian dan ujian itu diadakan pada saat Onizuka sedang melakukan percobaan mengajar di sekolahnya terdahulu dan ia pun lupa mengikuti ujian tersebut, karena hal tersebut membuat Onizuka menjadi pemurung dan tidak mempunyai semangat menjalani kehidupannya seperti dahulu.
Karena merasa kasihan datanglah kawan setianya Ryujii sambil membawa beberapa daftar sekolah swasta yang sedang membutuhkan staff pengajar. Keesokan harinya Onizuka pun bergegas pergi ke sekolah swasta yang di tunjuk oleh Ryuuji. Didalam bis Onizuka menemukan seorang lelaki paruh baya melakukan pelecehan kepada seorang gadis, sesampai di halte turunlah Onizuka, si lelaki paruh baya dan juga gadis yang terkena pelecehan itu, karena tidak terima ada yang melecehkan wanita maka Onizuka memukul lelaki paruh baya itu hingga babak belur. Kemudian wanita itu berterima kasih pada Onizuka, dan ternyata gadis itu juga akan melamar menjadi guru ditempat yang sama.
Kemudian mereka pun menuju ke ruangan tempat wawancara berlangsung. Ketika giliran Onizuka dipanggil Onizuka sangat terkejut karena ia bertemu dengan lelaki paruh baya yang ia pukul tadi ternyata kepala sekolah di sekolah tersebut, dengan perasaan bercampur aduk Onizuka pun menjalani wawancara itu. Setelah selesai wawancara Onizuka pergi ke kantin sekolah sembari memikirkan bahwa ia tidak akan terpilih menjadi guru di sekolah itu, ketika lagi asyik minum Onizuka dan beberapa orang yang ada disekolah terkejut karena dua orang preman datang sambil marah-marah dan memanggil nama kepala sekolah, kepala sekolah marah kepada dua orang preman itu, awalnya Onizuka berniat menolong kepala sekolah, tetapi tiba-tiba kepala sekolah mengatakan “cepat singkirkan kedua
(57)
sampah itu Onizuka” maka marahlah Onizuka, lalu ia membanting kepala sekolah dengan menggunakan ilmu karatenya dan kejadian itu dilihat oleh semua orang yang ada disekolah itu.
Besoknya Onizuka berpikiran bahwa ia pasti tidak akan pernah di terima disekolah manapun, ia pun menjadi supir truk. Di tengah perjalanan ia membawa barang ia menerima telepon bahwa ia diterima di sekolah tempat ia membanting kepala sekolah dan melakukan wawancara kedua pukul enam sore. Onizuka pun memutar balikkan truk yang ia kemudikan, sanking kencang dan terburu-buru ia pun menerobos lampu lalu lintas, sehingga ia pun di kejar oleh beberapa polisi, tetapi ia tidak menghiraukannya ia pun terus mengemudikan truknya sampai ke sekolah itu. Kemudaian Onizuka sampai di sekolah itu pada pukul tujuh, ia pun berpikir bahwa ia terlambat dan tidak di terima lagi.
Onizuka pun berlari menuju ke ruangan direktur sekolah, dan Onizuka pun terkejut ternyata direktur sekolah kemaren menyamar menjadi bibi kantin, dan melihat Onizuka membanting kepala sekolah. Direktur sangat terkesan dengan ilmu karatenya Onizuka dan ingin Onizuka mengajar siswa disana, karena siswa disana identik dengan berandalan, dan tidak bisa diurus, dan direktur pun meminta supaya Onizuka untuk tinggal di sekolah itu.
Setelah pesta penyambutan buat guru baru, maka Onizuka pun mempersiapkan ruangan yang akan ia tinggalin, dan mulai sekarang Onizuka sudah memiliki surat izin mengajar yang ia impikan dari dulu.
Onizuka pun mengajar disekolah itu dengan gembira, ia pun membantu setiap siswa yang memilki masalah, dan mencari jalan keluar dari masalah itu dengan caranya sendiri. Ada siswa yang tidak tahan karena ia sering di bully oleh
(58)
teman-temannya sehingga ia ingin bunuh diri dengan melompat dari lantai atas sekolah, Onizuka yang melihat kejadian itu pun menangkap anak itu, dan membuat tangan dan kaki Onizuka patah.
Dan Onizuka pun tidak jarang di bully oleh murid-muridnya tetapi ia memiliki cara sendiri dalam mendidik mereka, sehingga pada akhirnya Onizuka ditetapkan menjadi guru terbaik di Jepang.
3.2. Analisis Interaksi Sosial Eikichi Onizuka Dengan Teman Satu Geng Motor Sebelum menjadi guru.
Cuplikan 1 Jilid 1 Halaman 22
Onizuka : “Sehari setelah aku mengajukan surat lamaran pekerjaan di stasiun Tv, mereka langsung mengirimkan surat penolakan. Kurasa itu gara-gara latar belakangku sebagai ketua geng motor”.
Ryujii : “Kamu bukan orang yang gampang putus asa atau mengeluh, ayo tunjukkan semangatmu!”
(59)
Dari cuplikan diatas mengatakan bahwa Onizuka selalu gagal mendapatkan pekerjaan karena latar belakangnya sebagai mantan ketua geng motor membuat Onizuka murung dan terus mengeluh sehingga membuat orang di sekitar Onizuka merasa kasihan.
Dari cuplikan “ Kamu bukan orang yang gampng putus asa dan mengeluh, ayo tunjukkan semangatmu!” dapat disimpulkan bahwa Ryujii sebagai temannya Onizuka marah karena Onizuka yang dulunya pantang menyerah lalu berubah menjadi orang suka mengeluh, lalu terjadi konflik kecil diantara Ryujii dan Onizuka sesuai dengan pengertian konflik sosial yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar manusia, Miskah (2010:31). Dimana telah terjadi perbenturan antara tokoh satu dengan tokoh lain.
Cuplikan 2 Jilid 1 halaman 77
Ryujii : ”Kamu mengertikan? Kamu tidak akan berhasil karena kamu gampang marah, nanti muridmu kamu pukul, akhir-akhir ini sering lho kejadian seperti itu dimuat dimajalah”.
Onizuka : ”Aku sudah 22 tahun, aku tidak akan bertingkah seperti anak-anak lagi. Akan ku tunjukkan kalua aku ini berjiwa besar.
Analisis
Dari cuplikan diatas Ryujii merasa ragu jika Onizuka menjadi seorang guru. Dalam cuplikan “kamu gampang marah, nanti muridmu kamu pukul” dapat dianalisis bahwa Onizuka masih belum bisa mengontrol emosinya, biasanya guru mengajar dan mendidik murid tanpa kekerasan, Ryujii menganggap kalau
(60)
Onizuka marah, ia malah menggunakan ilmu karatenya untuk mengajari anak muridnya.
Dalam cuplikan “Aku tidak akan bertingkah seperti anak-anak lagi” dapat disimpulkan bahwa Onizuka akan merubah sifatnya yang kekanak-kanakan dengan gampang emosian dan tidak mencerminkan seorang guru dapat ia redam itu tandanya demi cita-citanya yang ingin menjadi guru
Dalam cuplikan diatas menunjukkan adanya interaksi antara Onizuka dan Ryujii sesuai dengan teori menurut Soekanto (2003:71B) Kontak merupakan aksi dari individu atau kelompok yang mempunyai makna bagi para pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain. Makna yang diterima direspon untuk memberikan reaksi. Kontak dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui gerak dari filsafat organisme, misalnya melalui pembicaraan, gerak, isyarat. Sedangkan tidak langsung adalah lewat tulisanatau bentuk-bentuk komunikasi jarak jauh seperti telepon, chatting dan sebagainya. Komunikasi timbul apabila seorang individu memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Dalam tafsiran itu baru seseorang mewujudkan perilaku dimana perilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain.
3.3. Analisis Interaksi Sosial Eikichi Onizuka Dengan Teman Satu Geng Motor Sesudah menjadi guru.
(1)
Cuplikan diatas menunjukkan adanya interaksi sosial sesuai dengan teori menurut Soekanto (2003:71B) kontak merupakan aksi dari individu atau kelompok yang mempunyai makna bagi para pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok lain. Makna yang diterima direspon untuk memberikan reaksi. Kontak dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui gerak dari filsafat organisme, misalnya melalui pembicaraan, gerak, isyarat. Sedangkan tidak langsung adalah lewat tulisanatau bentuk-bentuk komunikasi jarak jauh seperti telepon, chatting dan sebagainya. Komunikasi timbul apabila seorang individu memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Dalam tafsiran itu baru seseorang mewujudkan perilaku dimana perilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain.
(2)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1. Konno merupakan seorang pemuda yang merupakan mantan ketua dari geng motor yang paling disegani. Onizuka ingin menjadi guru karena ia berjumpa gadis yang ia suka, tetapi gadis itu sudah memiliki kekasih seorang guru 2. Cara Onizuka mengajar anak muridnya berbeda dengan guru pada umumnya,
ia mengajar dengan “KERAS” setiap muridnya. Onizuka juga memakai jurus karatenya untuk mengajar muridnya, walaupun sering dikecam brandalan dan kejam sama orang tua murid, tetapi setiap murid yang diajar oleh Onizuka sifatnya dapat berubah, dari yang dulunya suka mengerjain atau membully setiap guru baru menjadi patuh sama guru, dari yang ga percaya diri, menjadi percaya diri.
3. Diskriminasi yang terjadi dalam komik Great Teacher Onizuka adalah diskriminasi yang di terima Onizuka karena ia adalah mantan ketua geng motor, maka ia tidak pantas menjadi guru karena geng motor adalah identik dengan kekerasan dan kejahatan, walaupun onizuka merupakan orang yang cedas dan merupakan lulusan dari sekolah keguruan.
4. Interaksi yang terjadi dalam komik Great Teacher Onizuka merupakan interaksi yang terjadi antara tokoh utama dan tokoh pembantu lainnya. Antara Eikichi Onizuka terhadap teman satu geng motornya dulu, para guru, kepala sekolah, dan para murid.
(3)
5. Konflik sosial yang terdapat dalam komik Great Teacher Onizuka adalah Onizuka yang awalnya adalah seorang mantan ketua geng motor yang ingin menjadi guru gara-gara bertemu dengan seorang gadis yang ia sukai, dan gadis itu ternyata memiliki kekasih seorang guru. Setelah Onizuka menjadi seorang guru, dan mengajarkan anak muridnya dengan “cara”nya sendiri, tidak banyak anak murid yang awalnya benci sama Onizuka dan kemudian menjadikan menjadikan Onizuka sebagai teladan. Onizuka selalu sukses mengajar muridnya dari awalnya beberapa sekolah menolaknya karena latar belakangnya sebagai mantan ketua geng motor yang identik dengan kejahatan, tetapi ia dinobatkan sebagai guru terbaik dan menjadi contoh bagi semua guru.
(4)
4.2SARAN
Setelah membaca dan memahami skripsi ini diharapkan agar pembaca lebih memperhatian lingkungan sosial disekitarnya. Agar kita lebih peka terhadap suatu kondisi di masyarakat karena tidak selalu orang kita lihat jahat itu tidak memiliki kemampuan atau kita anggap remeh mereka.
Semoga skripsi ini dapat menjadi referensi bagi para pembaca dan menjadi bahan yang berguna bagi penelitian yang lebih mendalam tentang kehidupan sosial yang terjadi dalam tokoh cerita fiksi khususnya komik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.
__________. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.
Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya: Usaha Nasional.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta Universitas Press
Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhamadiyah University Press.
Farida, Miftahul. 2013. Unsur intrinsik. Medan: Universitas Sumatera Utara. Faruk, H.T 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hardjana, Andre. 1994. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia. Keiko Suenobu. 2008. Limit 1-6 (Terjemahan), Jakarta: Elex Media Komputindo. Luxemburg, Jan Van, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : P.T Gramedia Mursini. 2007. Pengantar Teori Sastra. Modul : Medan.
Miskah, Hanum. 2010. Analisis Sosiologis Tokoh Dalam Novel Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn. Skripsi. Medan: USU.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadja Mada. Pradopo , Djoko. 2002 . Kritik Sastra Modern. Yogyakarta: Gema Media. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur
Kebudayaan Dalam Proses Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Soenarto, Kamanto.1993. Pengatar Sosologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi
(6)
_____________________ 2003. Teori, Paradigma Sosial Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Soekanto, Soerjono. 2003A. Sosiologi suatu Penghantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
____________________ 2003B. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soemardjo. 1988. Masyarakat dan Sastra Indonesia, Yogyakarta: Nur Cahaya. Suseno, Franz Magnis, dkk. 2006. Masyarakat Hukum Adat. Jakarta: Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia
Sukmadinnata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Taki, M. 2001. Japanese School Bullying, Canada: Queen’s University.
Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan sastra Indonesia, Jakarta: PT.Rineka Cipta
http://puramoz.blogspot.com/2013/12/pengertian-ijime-dan-konsep-ijime.html. http://eniph.blogspot. com /2013/04/pendekatan-sosiologis-sastra. html