Analisis Tokoh Utama Miyamoto Musashi Dalam Komik “Vagabond” Karya Inoue Takehiko Dilihat Dari Segi Kesejarahan

(1)

LAMPIRAN

Gambar 1:

Burung Kasa oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan sebagai koleksi keluarga Hosokawa.

Gambar 2:

Burung Tengkek di Atas Sebuah Cabang Layu oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan di Museum Seni Kuboso Memorial, Izumi.


(2)

Gambar 3:

Daruma oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan sebagai koleksi pribadi keluarga Hosokawa.

Gambar 4:

Hotei oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan sebagai koleksi pribadi keluarga Hosokawa.


(3)

Gambar 5:

Hotei Mengamati Sabung Ayam oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan di Museum Seni Fukuoka.


(4)

Gambar 6:

Patung kayu Fudo Myo-o oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan sebagai koleksi keluarga Matsui.

Gambar 7:

Kaligrafi “Semangat Pertempuran” oleh Miyamoto Musashi. Tersimpan sebagai koleksi pribadi keluarga Matsui.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, R. Moh. 1965. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Jakarta: Bhratara Aminuddin. 2000. Pengantar Karya Sastra. Bandung: Sinar Batu Algesindo

Bonneff, Marcel. 2002. Komik Indonesia. Terj. Rahayu S. Hidayat. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Chintya. 2012. Weekly Oricon Chart Manga. Animonstar Vol. 165. Bandung: Megindo Tunggal Sejahtera

Darmawan, Hikmat. 2012. How To Make Comics. Jakarta: Plotpoint Publishing

De Mente, Boyle Lafayette. 2005. Samurai Strategies. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Pressindo

Esten, Mursal. 1978. Kesusastraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung : PT. Angkasa

Inoue, Takehiko. 2008. Vagabond 1-27. Terj. E.P Armanda. Jakarta: Level Comics

McCloud, Scott. 2001. Understanding Comics (Edisi Revisi). Terj. S. Kinanti. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia


(6)

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Shiva. 2006. Saga of Millenium Heroes On Comic Book: Part III. Advance Vol. 06. Bandung: PT Naragita Dinamika

Soemardjo, Jacob. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Pusat Bahasa

Suharjanto, Agung. 2006. Strategi Kesantunan Pada Kartun Lagak Jakarta. (Skripsi): Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI: Depok

Suhendar, M. E dan Pien Supinah. 1993. Pendekatan Teori Sejarah dan Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Pionir Jaya

Velisha. 2001. History of Manga. Animosnter Vol. 25. Bandung: Megindo Tunggal Sejahtera


(7)

Walsh, W. H. 1967. Philosophy of History An Introduction. New York: Harper Torchbook

Wilson, William Scott. 2005. The Lone Samurai. Terj. Bernard Hidayat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

http://id.wikipedia.org/wiki/Komik


(8)

BAB III

ANALISIS TOKOH UTAMA MIYAMOTO MUSASHI DALAM KOMIK “VAGABOND” KARYA INOUE TAKEHIKO DILIHAT DARI SEGI

KESEJARAHAN

3.1 Sinopsis Cerita

Komik “Vagabond” karya Inoue Takehiko saat ini telah terbit sebanyak 34 volume, tapi penulis hanya akan membahas sampai volume 27 karena sampai volume 27 inilah cerita mengenai siapa dan kehebatan Musashi secara detail diceritakan.

Komik “Vagabond” dibuka dengan cerita dimana Shinmen Takezo dan teman sekampungnya, Honiden Matahachi telah selesai berperang di pertempuran Sekigahara dan menjadi buronan perang karena pihak yang mereka bela kalah. Mereka berusaha melindungi dan melarikan diri dari kejaran pemburu buronan yang kalah perang. Di tengah usaha mereka melarikan diri, mereka bertemu dengan seorang wanita bernama Oko dan putrinya, Akemi. Mereka menginap di rumah Oko dan Akemi.

Lalu muncullah Tsujikaze Tenma, ketua kelompok perampok yang biasa merampok dari mayat-mayat samurai yang mati di medan perang. Ia mendatangi rumah Oko untuk mengambil peralatan perang yang diambil Oko terlebih dahulu dari medan perang. Lalu Takezo dan Matahachi melawan kawanan Tsujikaze Tenma


(9)

untuk melindungi Oko dan Akemi, Takezo bahkan berhasil membunuh Tsujikaze Tenma.

Setelah kejadian itu, Matahachi memilih pergi bersama Oko dan Takezo kembali ke desa Miyamoto untuk memberitahu ibu Matahachi kalau anaknya masih hidup dan telah tinggal dengan seorang wanita bernama Oko. Akan tetapi ibu Matahachi tidak percaya pada Takezo dan malah mengejarnya bersama para penduduk desa untuk membunuh Takezo yang dianggap telah mencelakai anaknya karena diajak ke medan pertempuran.

Takezo pun tertangkap oleh biksu Takuan Soho dan teman kecil Takezo, Otsu. Selama beberapa hari ia digantung di pohon. Ibu Matahachi berharap Takezo akan segera mati tergantung di pohon, tetapi Takuan Soho malah membebaskan Takezo dan menyuruhnya pergi meninggalkan desa. Sejak saat itu nama Takezo berubah menjadi Miyamoto Musashi.

Setelah meninggalkan desa, Muashi memutuskan untuk berkeliling Jepang dengan tujuan menemukan lawan duel yang kuat. Kyoto menjadi kota tujuan pertama Musashi, di sini ia mencari perguruan Yoshioka yang kehebatannya terdengar sampai ke desa Miyamoto.

Musashi mendatangi dojo Yoshioka untuk menantang Yoshioka Seijuro, pemimpin klan tersebut. Karena Seijuro tidak ada, Musashi melawan adiknya Denshichiro, tetapi pertarungan terhenti karena kebakaran yang disebabkan oleh Matahachi.


(10)

Musashi yang terluka diselamatkan oleh Matahachi dan dirawat oleh seorang anak kecil bernama Jotaro dan biksu Takuan Soho. Setelah itu Musashi memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Nara menuju kuil Hozoin. Ia pergi bersama Jotaro yang memanggilnya dengan sebutan “guru”.

Setelah mengalahkan orang terkuat di kuil Hozoin, Hozoin Inshun, Musashi melanjutkan perjalannan ke puri Yagyu. Ia mendengar bahwa di sana ada Yagyu Sekishusai yang juga merupakan ahli pedang yang kuat. Ketika berada di puri Yagyu, ia bertemu kembali dengan Otsu yang ternyata telah meninggalkan desa Miyamoto juga.

Keingingan Musashi untuk melawan Sekishusai tidak tersampaikan karena Sekishusai sedang sakit dan ia terlalu kuat untuk Musashi. Musashi lalu melanjutkan perjalanan untuk mencari orang-orang kuat lainnya. Ia pergi mencari Shisido Baiken, seorang ahli sabit berantai dan mengalahkannya.

Karena telah berjanji untuk melanjutkan pertarungan melawan Yoshioka Denshichiro, ia kembali ke Kyoto. Di Kyoto inilah ia menghabiskan seluruh klan Yoshioka dan merupakan ending cerita pada volume 27.


(11)

3.2 Analisis Tokoh Musashi Dari Segi Kesejarahan 3.2.1 Asal Usul Musashi

Cuplikan 1:

Matahachi : “Takezo! Ini yang asli! Pemburu pelarian!”

Takezo/Musashi : (Membunuh pemburu pelarian, lalu berkata) “Mana bisa aku mati di sini! Aku Shinmen Takezo

Analisis:

!” (volume 1, hal 20-35)

Cuplikan di atas diambil ketika Musashi mengalahkan prajurit yang memburu buronan perang setelah pertempuran Sekigahara. Berdasarkan cuplikan tersebut dapat dilihat bahwa dalam komik Vagabond, Musashi menggunakan nama Shinmen Takezo sebelum menggunakan nama Miyamoto Musashi. Nama Takezo tidak sesuai dengan cerita aslinya, karena nama kecil Musashi dalam cerita aslinya adalah Bennosuke, sedangkan nama Shinmen-nya sesuai dengan cerita aslinya karena Shinmen memang merupakan nama keluarga Musashi. Dalam komik Vagabond, dipakai nama Takezo karena kanji武蔵 (Musashi) juga bisa dibaca dengan Takezo.

Cuplikan 2:

Akemi : “Kulihat papan pengumuman itu, dia hendak duel dengan Takezo

Seijuro : “

.”


(12)

Takuan Soho :“Shinmen Takezo mati di sini, tapi jangan lupakan desa tempat kau dilahirkan dan dibesarkan ini. Hiduplah dengan memeluk desa Miyamoto di dadamu, Takezo. Mulai saat ini namamu menjadi Miyamoto Musashi.

Analisis :

(volume 3, hal 1)

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa nama Musashi diambil dari cara baca lain dari kanji武 蔵 (Takezo). Nama Miyamoto Musashi di komik Vagabond diberikan oleh biksu Takuan Soho, biksu yang menyelamatkan nyawa Musashi dari kejaran penduduk desa dan berperan sebagai guru spiritualnya. Pada cuplikan di atas, Takuan Soho memberitahu Musashi untuk tidak melupakan desa Miyamoto, jadi nama Miyamoto diambil dari nama desa tempat ia dilahirkan.

Hal ini tidak sesuai dengan cerita aslinya karena nama Musashi sebenarnya diambil dari nama seorang biarawan bernama Musashibo Benkei. Ada sejumlah lokasi yang secara resmi menyatakan sebagai tempat kelahiran Musashi, salah satunya adalah desa Miyamoto. Jadi ada kemungkinan Musashi mengambil nama desa tempat kelahirannya sebagai nama belakangnya.

Tokoh Takuan Soho yang muncul di komik Vagabond ini dihadirkan karena Musashi, sewaktu hidup kerap kali dihubung-hubungkan dengan Takuan Soho di cerita aslinya. Takuan Soho dalam kisah asli Musashi adalah biksu yang hidup sezaman dengan Musashi, tetapi tidak ada bukti ia pernah bertemu dengan Musashi. Musashi sangat terpengaruh oleh tulisan-tulisan Takuan Soho. Esai Takuan Soho


(13)

yang ditulis untuk Yagyu Munenori menyangkut hubungan akal budi, tubuh, dan teknik suatu subjek yang juga dicakup secara luas dalam Kitab Lima Lingkaran milik Musashi.

Cuplikan 3:

Takezo : “Ayah, ayah, ibu tidak ada. Kemana?”

Munisai : “Dasar cengeng! Perempuan itu bukan lagi ibumu!”

(volume 1, hal 82-83)

Cuplikan 4:

Musashi : ”Aku hanya ingin melihat wajahnya dan memberitahu ibu bahwa aku sudah besar.

Ibu Musashi : ”Takezo, pulanglah, pulanglah ke tempat ayahmu.” ”

(volume 2, hal 39)

Analisis:

Berdasarkan cuplikan 3 dan 4 di atas, dapat dilihat bahwa Musashi kecil tinggal bersama ayahnya yaitu, Shinmen Munisai, sedangkan ibu Musashi telah berpisah dengan ayahnya dan pergi dari desa Miyamoto. Tidak diceritakan dimana ibunya tinggal. Musashi memiliki keinginan untuk bertemu dengan ibunya, ia pun melakukan perjalanan untuk menemui ibunya, akan tetapi ibunya menolaknya.


(14)

Sesuai dengan cerita aslinya, sewaktu kecil, Musashi memang tinggal bersama ayahnya saja. Ibunya tinggal di Harima sejak bercerai dengan ayahnya. Musashi kecil sering melakukan perjalanan sulit melewati gunung-gunung untuk menemui ibunya karena hubungan Musashi dan ayahnya memburuk.

Cuplikan 5:

Musashi : (Memperhatikan ayahnya yang sedang membuat tusuk gigi dengan belati)

Munisai :

Musashi : (Mengelak dari belati ayahnya dan berkata) “ Kemarin aku membunuh Arima Kihei, seorang prajurit. Aku bukan anak kecil lagi.” (melempar belati tersebut ke ayahnya)

“Oi! Apa yang sedang kau lihat?” (melemparkan belati yang sedang dipegangnya ke arah Musashi)

Munisai : (Menangkis belati dengan lengannya)

(Jilid 11, hal 45-52, 57-60)

Analisis:

Cuplikan di atas memperlihatkan bahwa hubungan Musashi dan ayahnya, Munisai tidak baik. Munisai telihat tidak senang dengan perilaku anak laki-lakinya yang memperhatikan dia, dengan sengaja ia melemparkan belati yang sedang dipegangnya.


(15)

Pada Tanji Hokin Hikki, sebuah naskah kuno yang memuat cerita tentang Musashi, juga dituliskan bahwa hubungan Musashi dengan ayahnya tidak baik. Diceritakan bahwa suatu hari Musashi muda mengkritik teknik jitte milik Munisai. Karena marah, Munisai melemparkan belati yang ia gunakan untuk menyayat tusuk gigi yang sedang dibuatnya ke arah Musashi, tetapi Musashi berhasil mengelak. Munisai menjadi semakin marah, ia lalu melemparkan pedang pendeknya, tetapi Musashi berhasil mengelak lagi, lalu lari keluar rumah.

Dari cuplikan di atas dan cerita yang tertulis dalam Tanji Hokin Hikki, terlihat bahwa cerita ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memiliki adegan Munisai melempar belati ke arah Musashi. Hanya saja, dalam cuplikan di atas yang ada di komik Vagabond, tidak diceritakan Musashi mengkritik teknik jitte milik Munisai.

3.2.2 Pertempuran Sekigahara Cuplikan 1:

Musashi : (Berbaring di antara tumpukan mayat, tersadar, lalu mencari Matahachi) “Pelarian ya?”

Matahachi : (Berkata dalam hati) “Pemburu pelarian!!”

Musashi : “Ini aku, Matahachi.”


(16)

Musashi : “Kau bisa jalan? Kita pergi dari sini.”

Matahachi : “Seperti inikah kita jadinya? Kita pergi dari Sakushu untuk mencari kesuksesan dengan memenggal leher jendral, tapi bukannya memenggal lehernya, malah cuma memotong rumput di pinggir jalan. Kita lebih sering memegang sabit daripada tombak, akhirnya kalah perang.

Analisis:

” (volume 1, hal 15-16)

Cuplikan percakapan di atas muncul setelah pertempuran Sekigahara berakhir, Musashi dan temannya Matahachi menjadi buronan perang. Hal ini berarti bahwa pihak yang dibela Musashi kalah.

Pertempuran Sekigahara adalah pertempuran antara pihak Toyotomi Hideyoshi melawan Tokugawa Ieyasu. Pihak yang kalah dalam pertempuran Sekigahara adalah kubu Toyotomi Hideyoshi, berarti pihak yang dibela Musashi adalah pihak Toyotomi. Hal ini sesuai dengan cerita asli Musashi. Pada pertempuran Sekigahara, Musashi bergabung dengan pasukan klan Shinmen yang berada di bawah komando Ukita Hideie yang merupakan salah satu dari lima tairo Hideyoshi.

Cuplikan 2:

Musashi : (Menebas salah satu prajurit yang hendak membunuh Muso Gennosuke)


(17)

Musashi : “Shinmen Takezo.” (Kembali bertarung dengan beberapa prajurit

Analisis:

) (Volume 18, hal 118-120)

Cuplikan di atas diambil pada saat Musashi berada di pertempuran Sekigahara. Muso Gennosuke yang diselamatkan Musashi pada cuplikan tersebut diceritakan hanya orang yang ingin mengamati pertempuran. Pada pertempuran Sekigahara, Musashi yang masih memakai nama Shinmen Takezo bertempur dengan luar biasa. Ia membunuh setiap lawan yang ada di depannya. Dengan mudah ia menebas setiap lawan tanpa ampun.

Semua sumber menunjukkan bahwa Musashi bertempur dengan luar biasa di pertempuran Sekigahara. Salah satu sumber tersebut adalah Musashi Yuko Gamei yang mengatakan: “Pencapaian Musashi sangat menonjol, dan dikenal luas oleh para prajurit di semua kubu.”

Dari cuplikan di atas dan sumber mengenai cerita asli Musashi, dapat dilihat bahwa kehebatan Musashi yang digambarkan pada komik Vagabond sesuai cerita aslinya. Menurut monumen Kokura Hibun yang didirikan pada tahun 1654: “Keperkasaan dan ketenaran Musashi tidak bisa dilebih-lebihkan lagi, bahkan sekalipun lautan mempunyai mulut atau lembah mempunyai lidah.”

Muso Gennosuke yang ada di cuplikan di atas tidak sesuai dengan cerita asli Musashi, karena sebenarnya Muso Gennosuke bukanlah sekedar orang yang ingin


(18)

3.2.3 Pertarungan-pertarungan Musashi 3.2.3.1Melawan Arima Kihei

Cuplikan :

Arima Kihei : “Aku Arima Kihei, keliling negeri untuk mencari orang kuat. Aku ingin bertarung dengan orang terkuat di desa ini.”

Musashi : (Datang seorang diri dengan membawa papan pengumuman yang di buat oleh Arima Kihei) “Aku Takezo.” (Dengan papan tersebut Musashi memukul Kihei hingga terjatuh, lalu dia mengambil pedang Arima, dan dengan pedang tersebut dia menebas leher Kihei)

(volume 2, hal 96-100)

Analisis:

Cuplikan di atas menjelaskan bagaimana Musashi mengalahkan Arima Kihei pada pertarungan pertamanya di usia 13 tahun. Dari cuplikan di atas juga terlihat bahwa Arima Kihei adalah seorang shugyosha, karena ia berkeliling negeri, mencari orang kuat untuk ditantang bertarung.

Dalam bukunya Go Rin Sho, Musashi mengatakan bahwa pertarungan pertamanya terjadi saat usianya 13 tahun dan lawannya adalah seorang seniman bela diri aliran Shinto-ryu bernama Arima Kihei yang berhasil dikalahkannya.


(19)

Kihei. Akan tetapi pada cerita asli Musashi, saat itu Musashi kecil datang menghadap Kihei ditemani oleh pamannya, biksu Dorinbo dengan maksud meminta maaf karena telah mencoret papan pengumunan yang dibuat oleh Kihei. Bukannya minta maaf, Musashi malah menyerang Kihei, ia melempar tongkat yang dibawanya, menubruk Kihei, mengangkat tubuh Kihei, membantingnya ke tanah, lalu menggebuki Kihei sampai tewas.

3.2.3.2Melawan Klan Yoshioka Cuplikan 1:

Musashi : “Nama kota ini terdengar sampai desa Miyamoto di gunung sana. Pria yang mahir main pedang ada di sini.” (Berkata di dalam hati) ”Perguruan Yoshioka, delapan gaya Kyoto, Yoshioka Seijuro tak bisa kuabaikan!

Analisis:

.” (volume 3, hal 4-5)

Cuplikan di atas diambil ketika Musashi yang berusia 21 tahun datang ke Kyoto untuk pertama kalinya. Ia datang ke Kyoto karena mendengar bahwa di Kyoto terdapat ahli pedang yang handal. Tujuan ia datang ke Kyoto adalah untuk menantang duel maestro pedang terkenal di kota itu, Yoshioka Seijuro.

Cuplikan di atas sesuai dengan cerita aslinya, tahun1604, pada usia 21 tahun Musashi tiba di Kyoto dengan niat melawan para maestro pedang di kota itu. Pada


(20)

zaman itu, klan Yoshioka adalah klan dengan permainan pedang yang paling dihormati. Mendengar hal ini, tentu saja Musashi mendatangi klan tersebut dan menantang pemimpin klan tersebut.

Cuplikan 2:

Seijuro : “Hai, tuan shugyosha, rupanya kau datang juga. Padahal sudah kubilang untuk mengurungkan niatmu.” (volume 3, hal 94-95)

Seijuro : “Bawa ini dan pergilah dari sini.”

Musashi : (Menebas botol sake) (volume 3, hal 100-101)

(Menyodorkan botol sake.)

Analisis:

Pada cuplikan di atas, Seijuro menawarkan sake kepada Musashi dan menyuruhnya pergi. Ini berarti ia menolak tantangan duel Musashi. Hal ini tidak sesuai dengan cerita aslinya, karena pada cerita aslinya, Seijuro langsung menerima tantangan duel dari Musashi, terlebih karena ia mengetahui bahwa Musashi adalah anak dari Munisai. Dengan alasan ingin menghapus sisa aib yang melekat pada nama keluarganya karena Munisai pernah mengalahkan ayahnya sebanyak dua kali, Seijuro menerima tantangan Musashi, sekalipun Musashi dianggap tidak mempunyai pengalaman, status, dan keahliannya barangkali tidak seberapa.


(21)

Cuplikan 3:

Musashi : “Aku belum memperlihatkan kekuatanku. Aku ingin membalasnya. Orang terkuat di Kyoto ini memang Yoshioka Seijuro. Aku tidak punya alasan untuk bertarung dengan yang lain.”

Denshichiro : ”Lima orang kalah dan semuanya tewas. Mengertikah kau ada alasan untuk bertarung di sini.

Cuplikan 4:

Miyamoto Musashi! Ada alasan bagiku untuk membunuhmu!” (volume 3, hal 32-36)

Denshichiro : “Miyamoto, jaga dirimu baik-baik. Aku ingin bertemu denganmu yang jauh lebih tangguh.

Musashi : “Menurut anda waktu itu akan datang padaku?” “

Denshichiro : “Masalah waktu siapapun sama. Aku juga begitu. Suatu saat nanti aku akan membunuhmu! Sampai saat itu tiba tetaplah hidup!”

(volume 3, hal 213-216)

Analisis:

Pada cuplikan 3 diceritakan bahwa adik Seijuro, Denshichiro menantang duel Musashi karena Musashi telah membunuh lima murid Yoshioka. Pada cuplikan 5, pertarungan Musashi dan Denshichiro terhenti karena kebakaran yang terjadi di dojo


(22)

Yoshioka. Lalu Denshichiro membuat janji untuk mengalahkan Musashi suatu saat nanti dimana Musashi menjadi lebih tangguh.

Cuplikan 3 dan 4 tidak sesuai dengan cerita aslinya karena sebenarnya Musashi melawan Denshichiro karena Musashi telah mengalahkan Seijuro terlebih dahulu, sehingga Denshichiro ingin mengembalikan nama baik Yoshioka. Pada cerita aslinya, duel Musashi melawan Denshichiro hanya berlangsung satu kali, jadi janji Denshichiro untuk mengalahkan Musashi suatu saat nanti pada cuplikan 5 tidak sesuai dengan cerita aslinya.

Cuplikan 5:

Papan pengumuman : “Yoshioka Denshichiro menantang duel Miyamoto Musashi pada tanggal 9 di halaman kuil Rengeoin.”

Analisis:

(volume 21, hal 8-9)

Cuplikan di atas muncul pada tahun 9 Keicho (1604) di Kyoto. Pada saat itu Musashi kembali ke Kyoto untuk memenuhi janji bertarung dengan Denshichiro. Denshichiro memasang papan pengumuman agar semua orang di Kyoto mengetahui mengenai pertarungannya dengan Musashi. Sesuai janji setahun yang lalu, ia datang untuk menepatinya, tetapi tujuan utamanya tetap sama, yaitu bertarung dengan Seijuro.


(23)

Jika diceritakan setahun setelah Musashi datang ke dojo Yoshioka, maka pada tahun 1604 pada cuplikan di atas, Musashi berusia 22 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan cerita aslinya, karena pada tahun 1604 seharusnya Musashi berusia 21 tahun dan memasuki Kyoto untuk pertama kalinya. Berdasarkan cuplikan di atas, Musashi akan bertarung dengan Denshichiro untuk kedua kalinya. Ini tidak sesuai dengan cerita aslinya karena pada cerita aslinya Musashi hanya bertarung sekali dengan Denshichiro. Akan tetapi lokasi tempat akan dilaksanakannya pertarungan sesuai dengan cerita aslinya, yaitu di halaman kuil Rengeoin.

Cuplikan 6:

Musashi : “Tuan Seijuro, anda yang terus mengamatiku selama ini.”

Seijuro : “Aku bermaksud membunuhmu dari belakang, supaya tidak terjadi pertarungan yang terlalu dibesar-besarkan.”

Analisis:

(volume 21, hal 38-42)

Cuplikan di atas terjadi di padang Rendaiji, wilayah utara Kyoto. Pada cuplikan tersebut Seijuro menemui Musashi diam-diam di padang Rendaiji dan mengajaknya bertarung karena ia tidak ingin pertarungannya dengan Musashi terlihat oleh orang banyak. Pertarungan berlangsung dengan sangat sengit, mereka berdua saling melukai, sampai akhirnya Musashi membunuh Seijuro dengan cara menebas bahu kanan sampai dada Seijuro dengan pedangnya.


(24)

Dalam Kokura Hibun diceritakan Musashi melawan Seijuro di Padang Rendaiji di luar Kyoto. Seijuro ambruk dan tak sadarkan diri dengan satu pukulan pedang Musashi, tapi nyawanya selamat karena sebelumnya telah diatur bahwa pertarungan akan berakhir dengan satu pukulan tunggal. Murid-murid Seijuro membawanya pergi dan merawat lukanya. Akhirnya ia meninggalkan seni bela diri dan menjadi seorang biksu Budha.

Yang sesuai dengan cerita aslinya adalah lokasi berlangsungnya pertarungan dan Musashi yang mengalahkan Seijuro. Pada cerita aslinya Musashi bertarung dengan bersenjatakan bokuto, bukan pedang sungguhan. Musashi tidak sampai membunuh Seijuro pada pertarungan tersebut dan pertarungan berlangsung dengan ditonton oleh murid-murid dari dojo Yoshioka.

Cuplikan 7:

Ueda Ryohei : (Menodong Musashi dengan senapan api dan berkata) “Tinggalkan Kyoto, jika kau melakukan itu, kita tidak akan saling bertemu lagi. Pikirkan itu, apa yang memulai semua ini? Itu semua karena ambisimu, dan sekarang kau mendapatkan yang kau inginkan, semua orang tahu siapa yang membunuh Seijuro. Ambisimu telah terpenuhi. Sudah cukup, mengambil satu langkah lagi dan kau akan menyesalinya.”

Penonton : “Ini sudah lewat dari waktu yang ditentukan. Dia telat!” (volume 24, hal 157)


(25)

Analisis:

Berdasarkan cuplikan di atas dapat dilihat bahwa sebelum tiba di tempat pertarungan dengan Denshichiro, Musashi dicegat oleh salah satu murid Yoshioka, Ueda Ryohei. Ryohei meminta Musashi untuk meninggalkan Kyoto. Karena hal ini, Musashi terlambat datang ke tempat pertarungan.

Pada pertarungan, Denshichiro mencoba menyerang Musashi, tapi meleset, kemudian ia menyerang lagi, dan serangannya ditangkis oleh Musashi dengan pedangnya sehingga pedang Denshichiro patah. Pengawas pertarungan menghentikan pertarungan dan seseorang dari pihak Denshichiro menyerahkan pedang pengganti kepada Denshichiro. Untuk ketiga kalinya Denshichiro menyerang Musashi, tetapi terlambat. Musashi mendahului serangannya dengan menebas lengan kanan Denshichiro hingga putus, lalu menubruknya dan menusuk perut kirinya. Denshichiro pun terjatuh dan tewas.

Dari cuplikan di atas ada beberapa hal yang sesuai dengan cerita aslinya, diantaranya adalah keterlambatan Musashi saat tiba di tempat pertarungan, tetapi menurut cerita aslinya, Musashi datang terlambat dengan sengaja, bukan karena dicegat oleh murid dari Yoshioka. Ini adalah strategi psikologis Musashi terhadap lawannya. Ia sengaja datang terlambat untuk membuat lawannya marah sehingga lawannya akan menyerang dengan kemarahan dan tidak dapat berkosentrasi pada pertarungan. Selanjutnya, Denshichiro yang dikalahkan Musashi dan tewas juga sesuai dengan cerita aslinya.


(26)

Yang tidak sesuai dengan cerita aslinya adalah jalannya pertarungan. Menurut cerita aslinya, pertarungan berlangsung dengan sangat singkat. Denshichiro yang marah karena keterlambatan Musashi, langsung menyerangnya. Musashi mengelakan serangan itu, melemparkan pedang dari tangan lawannya, dan menusuknya sampai menembus perutnya. Menurut sejumlah catatan, Denshichiro roboh persis di tempat dia berdiri, dan tewas.

Cuplikan 8:

Murid Yoshioka : (Menyerahkan surat dan berkata) “Baca ini. Kita akan berhadapan hanya satu kali lagi.”

Isi surat : “Ichijoji, di hutan Pinus. Ketua dojo Yoshioka, Ueda Ryohei.” (volume 25, hal 82-83)

Ueda Ryohei : “Musashi akan melewati jalan ini besok. Klan Yoshioka tidak akan berubah meskipun ketuanya terbunuh. Kita tidak akan menyerah. Kita tidak akan ragu-ragu. Itu yang akan kita tunjukkan pada dunia. Kita akan membunuh Musashi dengan 70 orang kita sekaligus.

Musashi : “70 lawan 1, tapi tak mungkin kubiarkan 70 orang menyerangku pada saat bersamaan.

Kita akan membunuh Musashi dan memamerkan mayatnya.” (volume 25, hal 112-113)

Daripada 70 lawan 1, harus kubuat 1 lawan 1 70 kali.” (volume 26, hal 30-31)


(27)

Analisis:

Cuplikan di atas menceritakan Ueda Ryohei menantang Musashi bertarung di hutan pinus di Ichijoji. Surat tantangan tersebut dibawakan kepada Musashi oleh salah satu murid Yoshioka. Akan tetapi pertarungan melawan Ryohei hanya tipuan saja, yang sebenarnya adalah seluruh klan Yoshioka yang berjumlah 70 orang akan membunuh Musashi secara bersamaan untuk membalaskan dendam kematian ketua mereka. Musashi yang mengetahui hal ini mengatur strategi untuk menghadapi mereka. Ia mengalahkan semua klan Yoshioka satu per satu dengan memanfaatkan kepanikan mereka karena ia tiba-tiba muncul dari balik pohon pinus.

Cerita mengenai murid-murid Yoshioka yang berniat melakukan balas dendam kepada Musashi sesuai dengan cerita aslinya, tapi yang menantang Musashi bertarung bukanlah Ryohei, karena Ryohei hanyalah tokoh fiksi di sini. Pada cerita aslinya, pertarungan jebakan tersebut adalah Musashi melawan anak dari Seijuro, Matashichiro.

Sesuai dengan cerita aslinya, pertempuran melawan klan Yoshioka berlangsung di hutan pinus dekat kuil Ichijoji dan strategi bertempur Musashi adalah satu lawan satu. Jumlah keseluruhan klan Yoshioka saat bertempur dengan Musashi dalam cuplikan di atas adalah 70 orang. Ini tidak sesuai dengan cerita aslinya, karena klan Yoshioka yang bertempur seharusnya berjumlah lebih dari seratus orang. Yang sesuai dengan cerita asli berikutnya adalah kemenangan Musashi dalam menghabiskan seluruh klan Yoshioka dengan teknik satu lawan satu. Berdasarkan


(28)

cerita aslinya, Musashi tiba-tiba melompat dari balik pohon pinus, sehingga klan Yoshioka panik. Dengan memanfaatkan kepanikan massal tersebut, Musashi menggiring gerombolan ketakutan itu persis seperti menggiring ternak dan memotong mereka satu per satu.

3.2.3.3Melawan Hozoin Inshun Cuplikan:

Musashi : “Kita kalahkan ilmu tombak Hozoin.”

Inshun : “Agon, siapa yang mengalahkanmu?”

(volume 4, hal 110)

Agon : “Yang lusuh itu, Miyamoto Musashi.”

Inshun : “Ayo kita bertarung!” (volume 5, hal 27-29)

Analisis:

Dari cuplikan di atas, dapat dilihat bahwa Musashi datang ke kuil Hozoin untuk menantang bertarung ahli tombak Hozoin yang terkenal. Kuil Hozoin adalah salah satu bangunan yang terletak di lokasi Kofukuji di Nara yang dikenal juga sebagai Hozoin, pusat seni tombak. Ia tentu saja sudah mendengar mengenai kehebatan ahli tombak Hozoin generasi pertama, Hozoin In’ei, karena itu ketika ia bertemu dengan Inshun, Hozoin generasi kedua, ia menanyakan mana yang lebih kuat Inshun atau In’ei. Saat pertama kali tiba di kuil Hozoin, ia melawan seorang biksu


(29)

bernama Agon, kemudian muncul Gion Toji, salah satu murid Yoshioka yang berniat membunuh Musashi. Inshun mucul dengan menghentikan pertarungan Gion Toji dan Musashi. Lalu, Inshun menantang Musashi bertarung, pertarungan ini berakhir dengan larinya Musashi karena ketakutan menghadapi kekuatan Inshun.

Selama beberapa hari, Musashi berlatih dengan Hozoin In’ei untuk kembali bertarung dengan Inshun. Hari pertarungan melawan Inshun untuk kedua kalinya pun tiba, dan hasil pertarungan diputuskan seri oleh In’ei, karena pada pertarungan pertama dimenangkan oleh Inshun dan pertarungan kedua dimenangkan Musashi. Pada akhir pertarungan, Musashi dan Inshun sama-sama terluka parah hingga tidak sadarkan diri. Mereka berdua dirawat oleh Agon dan In’ei.

Banyak yang tidak sesuai dari cuplikan di atas dengan cerita aslinya, diantaranya adalah Hozoin In’ei yang masih hidup ketika Musashi tiba di kuil Hozoin. Pada cerita aslinya, Musashi sama sekali tidak bertemu dengan In’ei, karena ia sudah meninggal di usia 87 tahun dan itu jauh sebelum Musashi tiba di kuil Hozoin.

Gion Toji juga seharusnya tidak terlibat dalam kisah pertarungan Musashi melawan Inshun. Nama Gion Toji pernah disebutkan dalam Musashi koden: “Sedangkan mengenai seni bela diri, mereka mungkin mempelajarinya dari Gion Toji, orang yang telah memahami rahasia permainan pedang, dan kemudian melanjutkan alirannya; atau mereka adalah keturunan Delapan Sekolah Kyoto dari aliran Kiichi Hogen.” Yang dimaksud mereka dalam catatan di atas adalah klan Yoshioka. Dalam komik Vagabond, Gion Toji adalah murid dari Yoshioka, sedangkan menurut cerita


(30)

asli, Gion Toji adalah orang yang mengajari Yoshioka ilmu pedang. Hal ini jelas tidak sesuai.

Pada cuplikan di atas diceritakan bahwa Musashi melawan Inshun sebanyak dua kali. Yang pertama ia kalah dan lari dari Inshun, dan yang kedua pertarungan dimenangkan oleh Musashi. Yang sesuai dari sini hanyanya jumlah pertarungannya, karena menurut cerita aslinya pertarungan Musashi melawan Inshun memang berlangsung sebanyak dua kali, tapi Musashi berhasil menang dalam pertarungan itu berturut-turut.

Akhir pertarungan Musashi melawan Inshun juga tidak sesuai, karena pada cerita aslinya, setelah pertarungan mereka berdua tidak terluka dan malah berbincang-bincang soal bela diri sampai pagi, bukannya sama-sama terluka dan tidak ada perbincangan.

3.2.3.4Melawan Yagyu Sekishusai Cuplikan:

Musashi : (Berkata di dalam hati) “Mereka menikmati pembicaraan ini. Apa yang harus kulakukan? Aku datang kemari bukan untuk ngobrol. Aku datang untuk bertarung dengan pedang! Sekalipun harus menghadapai semua penghuni puri ini, aku harus membuat Yagyu Sekishusai bertekuk lutut di hadapanku!” (volume 9, hal 177-179)


(31)

Musashi : (Bersiap menusuk Sekishusai dan berkata) “Aku bisa membunuhmu! Akan kuhujamkan pedang ini di tenggorokanmu! Sampai kapan kau mau tidur santai seperti itu!?” (volume 11, hal 75)

Analisis:

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa Musashi memasuki kediaman Yagyu dengan alasan ingin berdiskusi mengenai seni pedang. Tujuan sebenarnya adalah untuk menantang Yagyu Sekishusei. Oleh karena itu ia memanfaatkan keributan yang dibuat oleh muridnya untuk menantang murid Yagyu. Ia melawan murid-murid Yagyu sambil terus masuk ke dalam puri untuk mencari Sekishusei, sampai akhirnya ia menemukan Sekishusei sedang tidur di kamarnya. Musashi berusaha menyerang Sekishusei, tapi bisa diatasi dengan Sekishusei sambil tidur.

Satu-satunya Yagyu yang pernah ditemui Musashi pada cerita aslinya hanyalah Yagyu Hyogonosuke, cucu Sekishusai yang ia temui secara tidak sengaja saat ia hendak meninggalkan Nagoya. Ini berarti cuplikan di atas tidak sesuai dengan cerita aslinya. Klan Yagyu adalah klan yang paling tersohor di dunia permainan pedang selama masa hidup Musashi dan beberapa generasi sesudah itu. Dengan alasan inilah klan Yagyu sering kali disebutkan dalam beberapa cerita fiksi Musashi, termasuk komik Vagabond. Karena menurut cerita asli, Musashi tidak pernah bertemu dengan Yagyu Sekishusai, maka tidak pernah terjadi duel di antara mereka.


(32)

3.2.3.5Melawan Shishido Baiken Cuplikan:

Musashi : (Memasuki gubuk di tengah hutan dan berkata) “Kaukah Shishido Baiken, si sabit berantai?”

Baiken : “Kalau ingin melihat sabit berantai, akan kuperlihatkan. Kita keluar!” (volume 12, hal 183)

(volume 12, hal 177)

Musashi : (Berkata dalam hati) “Mematikan! Jika terkena bola tembaga di ujung rantai itu, tubuh manusia tak akan bisa bertahan.” (volume 12, hal 200)

Analisis:

Cuplikan di atas menceritakan Musashi mencari Shishido Baiken untuk ditantang duel, tapi ternyata yang ditemuinya adalah Tsujikaze Kohei, adik perampok Tsujikaze Tenma yang telah dibunuh oleh Musashi. Baiken atau Tsujikaze Kohei berhasil mengahajar Musashi dengan bola tembaga di ujung rantainya dan dua kali menjerat pedang Musashi. Saat kedua kali Baiken menjerat pedang Musashi, Musashi menggunakan wakizashinya untuk menebas bahu kanan Baiken hingga Baiken mengalami pendarahan hebat. Baiken tidak tewas dalam pertarungan ini karena ia meminta ampun pada Musashi.

Yang sesuai dengan cerita aslinya hanya mengenai Musashi bertarung dengan Baiken, tetapi pada cerita aslinya, Baiken yang dihadapi Musashi adalah Baiken


(33)

sesungguhnya, bukan Tsujikaze Kohei. Tokoh Tsujikaze Kohei di sini adalah fiksi karena pada cerita asli Musashi, tidak ada yang bernama Tsujikaze Kohei, hanya saja Tsujikaze Tenma pernah disebutkan. Dalam Nitenki diuraikan bahwa Tsujikaze Tenma dalam cerita asli Musashi adalah lawan tarung Musashi di tahun1610. Dalam pertarungannya dengan Musashi, ia jatuh ke belakang karena suatu hal dengan punggung menghajar sebuah gentong air di ujung beranda dan tewas.

Pada cerita aslinya, Baiken mengunci pedang Musashi dengan rantainya, lalu Musashi mendadak menghunuskan wakizashinya dan melemparkannya seperti sebilah shuriken, yang menembus dada Baiken hingga tewas. Berdasarkan hal ini berarti cerita pada cuplikan di atas tidak sesuai karena Musashi tidak membunuh Baiken, tetapi mengenai cara Musashi menggunakan wakizashinya saat mengalahkan Baiken, sesuai.

3.2.4 Minat Musashi Dalam Kesenian Cuplikan:

Pelayan : “Tuan membuat apa? Budha?”

Musashi :

Pelayan : (Terkejut, berkata dalam hati) “Seram.” (volume 21, hal 51-54) (Memperlihatkan patung Budha buatannya)


(34)

Musashi : “Dengan air, aku bisa menggunakan kertas yang sama.”

Biksu : “Apa perlu kubawakan tinta untuk menulis, tuan?”

(volume 22, hal 186-187)

Musashi : “Tidak usah.” (volume 25, hal 89)

Analisis:

Cuplikan di atas memperlihatkan bahwa Musashi melakukan hobinya dalam kesenian yaitu membuat patung Budha dan melukis. Ia membuat patung Budha di sebuah penginapan. Selain penginapan, ia juga pernah membuatnya di hutan dekat kuil Hozoin saat ia beristirahat setelah latihan. Ia juga terkadang terlihat sedang melukis. Ia melukis sosok seorang wanita di kediaman Hon’ami, tempat ia menginap saat menjelang pertarungannya dengan Denshichiro dan di sebuah kuil setelah pertarungan dengan Denshichiro berakhir dengan media air dan kertas yang sudah lecek. Ketika membuat patung Budha, seorang pelayan penginapan mengatakan bahwa patung Budha yang dibuat Musashi seram, karena yang dibuatnya adalah patung Budha dengan wajar marah.

Sesuai dengan cerita aslinya, Musashi ahli dalam kesenian, selain dalam bermain pedang. Bidang kesenian yang digeluti Musashi antara lain adalah seni lukis Suibokuga, kaligrafi, dan seni pahat, tetapi seni yang diperlihatkan dari cuplikan di atas hanya seni lukis dan seni pahat.


(35)

Karya patungnya yang terkenal adalah patung kayu yang menampilkan dewa Fudo Myo-o (yang secara harafiah berarti “Raja Terang yang Bergeming”), yang selalu siap untuk menumbangkan musuh-musuh Budha. Patung dewa Fudo Myo-o ini memiliki ekspresi mata menyala, mulut terkatup rapat, dan kening yang mengernyit. Cuplikan Musashi membuat patung Budha yang menyeramkan sesuai dengan cerita aslinya, tetapi pada cuplikan di atas patung yang dibuat Musashi bukan disebut Fudo Myo-o melainkan patung Budha.

Objek lukisan Musashi pada cuplikan di atas tidak sesuai dengan cerita asli, karena pada cerita aslinya, objek lukisan Musashi adalah burung dan tokoh-tokoh Zen, bukan sosok wanita. Karya lukisan Musashi yang hingga saat ini masih tersimpan dengan baik adalah lukisan burung Tenggek, burung Kasa, Daruma, dan Hotei.


(36)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Komik “Vagabond” merupakan komik dengan tema sejarah, dimana sejarah yang diceritakan adalah sejarah seorang samurai legendaris Jepang yang bernama Miyamoto Musashi. Komik yang bersetting di Jepang pada zaman Edo ini dibuat sesuai dengan realita atau kenyataan yang sebenarnya, tetapi untuk menambah daya tarik pembaca, pengarang menambahkan beberapa hal fiksi.

2. Sejarah merupakan peristiwa di masa lampau. Kelebihan seorang tokoh yang diakui oleh masyarakat setempat juga merupakan sejarah. Dalam menyampaikan sejarah, pengarang komik menggunakan penyampaian langsung melalui gambar dari ekspresi, tindakan dan perkataan para tokoh seperti di komik “Vagabond” ini. Dengan membaca komik ini, pembaca dituntun mengetahui perjalanan hidup Miyamoto Musashi.

3. Dari 27 volume komik “Vagabond” yang digunakan sebagai objek penelitian memiliki 7 tokoh penting yang terlibat dalam sejarah Miyamoto Musashi.


(37)

- Shinmen Munisai, ayah Musashi yang tinggal di desa Miyamoto dan memiliki hubungan yang tidak baik dengan Musashi

- Arima Kihei, seorang shugyosha yang menjadi lawan pertama Musashi di usia 13 tahun.

- Yoshioka Seijuro, pemimpin klan Yoshioka generasi keempat yang dikalahkan Musashi

- Yoshioka Denshichiro, adik Seijuro yang berduel dengan Musashi agar bisa memperbaiki nama baik Yoshioka karena kakaknya telah dikalahkan Musashi. Kematian Denshichiro menyulut pertempuran seluruh klan Yoshioka melawan Musashi.

- Hozoin Inshun, biksu ahli tombak kuil Hozoin yang tantang bertarung dan dikalahkan Musashi di Nara.

- Yagyu Sekishusai, pemimpin klan Yagyu yang kehebatannya tersohor. - Shishido Baiken, ahli sabit berantai yang juga dikalahkan Musashi.

4. Meskipun kisah Musashi dalam komik “Vagabond” ini dibumbui atau ada unsur fiksinya, tetapi secara garis besar, urutan kisah atau perjalanan Musashi yang diceritakan dalam komik ini sesuai dengan cerita asli mengenai Musashi. 5. Sebagian besar pertarungan-pertarungan Musashi yang ada dalam komik

“Vagabond” ini sesuai dengan kenyataan atau cerita aslinya, baik nama tokoh maupun tempat berlangsungnya pertarungan.

6. Kisah-kisah mengenai Musashi masih sering terdengar saat ini, baik di Jepang maupun di luar Jepang. Ini karena kehebatan Musashi yang tidak tertandingi


(38)

7. Selain mahir dalam ilmu pedang, Musashi juga memiliki keahlian dalam membuat benda-benda seni, seperti kaligrafi, lukisan, dan patung Budha. Saat ini karya-karya seninya masih tersimpan di beberapa museum seni dan sebagai koleksi beberapa keluarga di Jepang.

4.2 Saran

1. Ada baiknya jika mahasiswa sastra Jepang yang ingin meneliti sejarah Jepang, memiliki pengetahuan yang cukup mendalam mengenai sejarah Jepang.

2. Penulis berharap agar melalui karya tulis ini, pembaca memperoleh pengetahuan mengenai sejarah dan mau lebih mengenal sejarah apa pun, baik sejarah luar maupun sejarah bangsa sendiri. Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah


(39)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, SHUGYOSHA, MUSASHI, DAN RIWAYAT INOUE TAKEHIKO

2.1 Pengertian Komik/Manga

Menurut Sudjoko dalam Suharjanto (2006: 20), kata comic dalam bahasa Inggris semula berarti kisah jenaka dalam gambar. Kata ini kemudian menjadi pergeseran makna menjadi kisah yang disampaikan dengan gambar dan tidak selamanya jenaka.

Di Indonesia terdapat sebutan tersendiri untuk komik, yaitu cergam. Istilah cergam dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama

1970

menurut terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya.

McCloud (2001: 149) mendefinisikan komik sebagai gambar yang menyampaikan informasi yang menghasilkan respon yang esterik pada para penikmatnya. Komik juga merupakan imaji yang berderet, kemudian berdampingan dalam satu urutan, dengan tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan respon artistik bagi yang membaca.


(40)

Darmawan (2012: 38) menjabarkan definisi komik McCloud secara sederhana, sebagai berikut:

1. Imaji (umumnya berupa gambar) yang disusun secara sengaja.

2. Imaji-imaji itu biasanya berada dalam sebuah ruang yang lazimnya diberi garis batas dan biasa disebut panel. Harap dicatat: bisa saja sebuah panel tidak diberi garis batas.

3. Imaji-imaji yang dimaksud untuk mengandung “informasi” itu disusun agar membentuk sebuah “cerita”.

4. Imaji-imaji yang dimaksud juga bukan hanya gambar, tapi bisa jadi simbol-simbol lain, dan kadang sangat khas untuk komik, seperti: balon kata, balon pikiran, caption, efek bunyi. Bahkan teks pun bisa diperlakukan sebagai imaji, dengan cara penulisan yang khusus untuk menggambarkan, misalnya, emosi tertentu. (Misalnya, huruf kapital dan bold untuk menggambarkan teriakan)

5. Susunan imaji dan/atau susunan panel adalah tuturan khas-komik.

Komik memiliki beberapa unsur, Berger dalam Suharjanto (2006: 26) merincikan unsur-unsur dalam komik sebagai berikut :

1. Cara yang digunakan untuk menggambarkan karakter.

2. Ekspresi wajah yang digunakan untuk menunjukan perasaan atau pernyataan emosi dari berbagai karakter.


(41)

3. Balon kata digunakan utuk menunjukan dialog tokoh, kadangkala kata-kata tertentu diberi tekanan dengan dicetak tebal atau dibentuk dengan tipografi khusus.

4. Garis gerak yang digunakan untuk menunjukkan gerakan dan kecepatan. 5. Panel di bawah atau di atas bingkai. Panel digunakan untuk menjaga

kontinuitas dan menjelaskan apa yang diharapkan atau apa kelanjutan sekurn berikutnya. Jenis-jenis panel dibagi dalam tiga kelompok: pertama, beberapa panel dalam satu halaman; kedua, satu panel dalam satu halaman penuh tanpa garis bingkai (dapat berupa gambar, bahasa atau keduanya); dan ketiga, satu panel dalam dua halaman (sebuah gambar terpotong menjadi dua halaman).

6. Latar yang dimaksud untuk menuntun pembaca pada konteks wacana yang sedang diceritakan

7. Aksi dalam kartun yang terdapat dalam panel

McCloud (2001: 63-69) menyebutkan satu unsur yang berkaitan dengan rangkaian panel yaitu closure atau partisipasi. Closure adalah fenomena mengamati bagian-bagian tetapi memandangnya secara keseluruhan. Closure menghubungkan tiap panel yang dipisahkan oleh suatu ruang di antara panel, disebut “parit”. Panel komik mematahkan waktu dan ruang menjadi suatu peristiwa yang kasar, dengan irama yang patah-patah, serta tidak berhubungan.

Closure memungkinkan kita menggabungkan peristiwa-peristiwa tersebut dan menyusun realita yang utuh dalam pikiran. Perbendaharaan komik adalah lambang


(42)

visual yang tergantung pada pengaturan elemennya, jadi bisa dikatakan komik sebenarnya adalah closure. Closure hanya berarti jika ada partisipasi dari pembaca yang merupakan kekuatan terbesar sebagai sarana utama dalam komik untuk menyimulasikan waktu dan gerakan.

Jenis-jenis closure, peralihan panel-ke-panel dalam komik, dibagi menjadi enam golongan:

1. Waktu ke waktu. Peralihan ini memerlukan closure yang sedikit.

2. Aksi ke aksi. Peralihan ini menunjukan kemajuan tindakan objek yang tunggal.

3. Subjek ke subjek. Situasi ini masih dalam satu adegan atau gagasan. Tingkat keikutsertaan pembaca diperlukan agar peralihan tersebut bermakna

4. Adegan ke adegan. Peralihan ini membawa kita melintasi ruang dan waktu, serta memerlukan pemikiran deduktif.

5. Aspek ke aspek. Peralihan ini kebanyakan tidak mengenal waktu dan mengatur pandangan yang mengembara terhadap aspek tempat, gagasan, dam suasana hati yang berbeda.

6. Non-sequitur atau bukan rangkaian. Peralihan ini tidak menunjukan hubungan yang logis antara panelnya.

Pengelompokan di atas bukanlah ilmu pasti, tetapi dapat dijadikan alat untuk mengurai seni penceritaan komik. Sejauh ini jenis peralihan yang paling banyak dipakai dalam komik adalah jenis kedua, yaitu aksi ke aksi (McCloud, 2001: 70-80).


(43)

Selain unsur-unsur gambar di atas, terdapat juga unsur lain yaitu unsur verbal, meskipun ada juga komik yang tidak menggunakan bahasa verbal. Kehadiran bahasa verbal di dalam sebuah komik dapat membantu pembaca memahami tema yang diangkat oleh komik tersebut. Tabrani dalam Suharjanto (2006: 28) menjelaskan dua peranan penting bahasa verbal dalam komik, yaitu: pertama, sebagai pengungkap ujaran pencerita atau narasi. Pada peranan ini, bahasa verbal digunakan sebagai alat untuk menceritakan deskripsi situasi, termasuk di dalamnya efek yang ditampilkan gambar. Pembaca mendapatkan pengetahuan mengenai keadaan yang ditampilkan dalam kartun melalui bahasa verbal yang terdapat pada kartun tersebut. Kedua, peranan bahasa verbal sebagai pengungkapan ujaran tokoh. Bahasa verbal adalah alat untuk mengetahui maksud tindakan yang ditampilkan tokoh dalam bentuk gambar.

Berbicara tentang komik, tentu saja akan terlintas nama suatu negara yang memiliki industri komik terbesar di dunia, yaitu Jepang. Komik di Jepang disebut manga. Dilihat dari kanjinya, manga (漫 画) terdiri dari dua kanji, yaitu kanji 漫 (man) yang berarti ‘sesuatu yang lucu’ dan (ga) yang berarti ‘gambar’. Maka jika digabungkan, manga berarti gambar yang lucu. Oleh karena itu, manga menjadi istilah untuk menyebut komik dalam bahasa Jepang.

Manga memang memiliki ciri khasnya sendiri, tapi secara mendasar tidak jauh berbeda dengan komik dari negara di luar Jepang. Oleh karena itu, pendapat para ahli dalam mendefinisikan komik dapat juga dipakai untuk mendefinisikan manga. Karena banyaknya manga yang terbit di luar Jepang, istilah manga pun tidak hanya


(44)

digunakan di Jepang, tetapi juga digunakan di luar Jepang untuk menyebut komik buatan Jepang.

Istilah pembuat komik di Indonesia disebut dengan komikus, sedangkan di Jepang disebut mangaka (漫画家). Sama seperti istilah manga yang digunakan untuk menyebut komik buatan Jepang di luar Jepang, istilah mangaka juga dipakai di luar Jepang untuk menyebut komikus Jepang.

Manga menyajikan cerita dengan khayalan-khayalan yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari seperti tentang sekolah, perkantoran, masyarakat dalam komunitas tertentu dan lain-lain. Dalam setiap karyanya, mangaka berusaha menyajikan sesuatu yang tidak bersifat menggurui pembacanya, tetapi cukup mempengaruhi mentalitas pembaca, serta menggugah perasaan para pembacanya.

2.2 Manga di Jepang

Istilah manga di Jepang pertama kali dicetuskan oleh seorang pelukis ukiyo-e (grafis pahatan kayu) pada zaman Edo, yaitu Hokusai Katsushika. Di antara tahun 1814 dan 1878, ia memproduksi sebuah serial buku bergambar sebanyak 15 jilid dan berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Kata manga dipakai Hokusai untuk menyebutkan gambar komikal buatannya yang berbeda dari gambar pemandangan atau manusia yang serius dan indah. Hokusai bahkan mengartikan manga sebagai ‘gambar asal-asalan’, karena ia menggambar manga tanpa tujuan atau tema yang jelas (Animonster, vol: 25).


(45)

Selanjutnya pada abad ke-18 mulai dibuat buku cerita bergambar yang mirip dengan manga zaman sekarang yang disebut kusazoushi, dimana gambar lebih dominan dari pada teks. Kusazoushi dibagi lagi dalam beberapa bentuk yaitu akahon, aohon, kurohon, dan kibyoushi. Akahon, aohon, dan kurohon ditujukan untuk anak-anak, sedangkan kibyoushi isinya agak sedikit dewasa.

Pada akhir abad ke-19, Jepang mulai membuka diri terhadap dunia Barat, sehingga kusazoushi terpengaruh gaya kartunis Barat dan mulai beralih menjadi format comic strip seperti yang dimuat di surat-surat kabar negara Barat.

Di zaman Showa pada tahun 1940-an, seorang penggambar comic strip di surat kabar, Osamu Tezuka merasa tidak puas dengan gaya comic strip yang tidak memberikannya kebebasan untuk menampilkan gerakan atau emosi yang diinginkan. Tezuka ingin menerapkan teknik sinematografi ke dalam komiknya. Kemudian Tezuka mulai menggambar manga dengan teknik close-up, permainan angle, bahkan meniru efek slow motion, yang akhirnya menghasilkan beratus-ratus bahkan beribu-ribu halaman untuk satu cerita. Pada tahun 1947 karya Tezuka yang berjudul Shintakarajima (New Treasure Island) diterbitkan dalam bentuk akahon yang berarti buku merah karena sampulnya yang berwarna merah menyolok (Animonster, vol: 25).

Akahon adalah buku komik dengan kertas berkualitas rendah tapi digemari oleh anak-anak sebagai hiburan murah meriah di kala Jepang dilanda kemiskinan akibat perang dunia II. Melalui manga Shintakarajima yang terjual hingga 400.000 kopi, Tezuka mengubah wajah dunia manga Jepang secara radikal. Sejak saat itu


(46)

muncullah para mangaka yang membuat manga seperti teknik yang digunakan Tezuka.

Hingga saat ini industri manga di Jepang terus berkembang. Judul-judul manga baru terus bermunculan di majalah-majalah manga di Jepang. Majalah manga di Jepang biasanya mempunyai tebal sekitar antara 200 hingga 850 halaman dan terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu (satu bab). Jika sukses, sebuah judul manga bisa terbit hingga bertahun-tahun seperti manga Naruto, Fairy Tail, Detektif Conan dan lainnya.

Setelah beberapa lama, cerita-cerita dalam majalah manga tersebut dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut tankoubon (atau kadang dikenal dengan istilah volume). Manga dalam bentuk ini dicetak di kertas berkualitas tinggi dan berguna bagi orang-orang yang tidak mau atau malas membeli majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam campuran judul/cerita.

Majalah manga dicetak massal dan dijual di berbagai tempat. Setiap edisi yang terbit memuat sekitar 12 atau lebih judul manga serial. Majalah manga berfungsi untuk memperkenalkan karya mangaka baru dan sebagai media seleksi manga-manga yang layak dibukukan, atau dengan kata lain majalah manga merupakan media untuk memulai debut bagi para mangaka baru.

Tema yang ditampilkan dalam manga meliputi seluruh aspek kehidupan Jepang. Para mangaka Jepang mampu melahirkan pahlawan-pahlawan dalam manga


(47)

konsep budaya dan pengalaman Jepang sendiri dalam mengenal pahlawan-pahlawan mereka. Seorang samurai penyendiri yang berkelana tanpa melakukan sesuatu apapun bagi kebaikan masyarakat dapat dimaknai sebagai seorang pahlawan yang diagung-agungkan hingga kini, seperti figur Miyamoto Musashi. Di era manga modern, terdapat ratusan manga yang memiliki karakter protagonisnya seorang ibu rumah tangga yang berjuang membesarkan anak, pekerja kantoran yang bekerja keras, atau seorang petinju yang bercita-cita meraih gelar juara. Inilah wajah-wajah para pahlawan Jepang dalam manga, wajah orang Jepang yang mungkin sedang membaca manga itu sendiri. Bagi orang Jepang, seorang pahlawan bukanlah apa yang telah ia lakukan, atau bagaimana ia melakukannya (Advance, vol: 06).

Konsep pahlawan yang humanis inilah yang membuat manga selalu populer di semua kalangan di Jepang. Para pahlawan inipun dihadirkan dalam sebuah panggung atau dunia yang mereka kenal sehari-hari, seperti sekolah, kantor, rumah, kuil, kedai ramen dan lain-lain. Manga di Jepang adalah bagian dari keseharian hidup, sangat komunal sifatnya. Meski demikian, sifat manga sebagai bagian dari keseharian ini melahirkan kebebasan yang hampir tidak terbatas bagi setiap individu kreator manga dalam berkarya (Advance, vol: 06).

Dari sekian banyak judul manga yang telah terbit, manga dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis atau genre berdasarkan jenis pembaca dan tema yang disajikan. Pengelompokkan manga tersebut (diperoleh dari berbagai sumber) adalah sebagai berikut:


(48)

1. Kodomo (子供)

Kodomo berarti anak-anak, jadi manga jenis ini ditujukan untuk anak-anak. Manga kodomo ini, cerita dan gambarnya dibuat sedemikian rupa dengan sasaran konsumen anak-anak. Tema-tema yang diangkat biasanya menggambarkan realita kehidupan anak-anak sehari-hari. Untuk menambah daya tarik, biasanya juga terdapat unsur imajinasi atau khayalan.

2. Shoujo (少女)

Shoujo berarti anak perempuan. Manga jenis ini ditujukan untuk pembaca anak perempuan usia remaja. Tema yang diangkat biasanya berupa percintaan remaja atau keseharian hidup remaja putri. Tema percintaan dalam shoujo manga biasanya disesuaikan sedemikian rupa sehingga layak dikonsumsi oleh anak-anak usia remaja.

3. Bishoujo (美少女)

Bishoujo berarti perempuan cantik. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini memiliki karakter utama gadis cantik. Bishoujo manga hampir sama dengan shoujo manga, hanya saja bishoujo manga lebih menekankan gadis cantik yang menjadi karakter utamanya. Dengan kata lain, tokoh utama shoujo manga memiliki karakter utama seorang gadis yang belum tentu cantik, sedangkan karakter utama bishoujo manga sudah pasti gadis cantik. Untuk temanya, bishoujo manga juga banyak mengusung tema kisah percintaan di kalangan remaja.


(49)

4. Shounen (少年)

Shounen berarti anak laki-laki, jadi manga ini ditujukan untuk pembaca anak laki-laki, lebih tepatnya yang berusia remaja. Tema yang disajikan biasanya seperti action, petualangan, kisah cinta, atau gabungan dari ketiganya. Karena ditujukan untuk anak laki-laki, kebanyakan manga jenis ini menggambarkan adegan perkelahian/laga. Dari adegan laga ini, digambarkan kehebatan tokoh utama. Adegan-adegan laga yang ada di manga ini dibuat atau digambarkan sesuai untuk dikonsumsi anak-anak berusia remaja.

5. Bishounen (美少年)

Bishounen berarti anak laki-laki yang tampan atau ganteng. Bishounen manga hampir sama dengan shounen manga, tapi pada bishounen manga lebih menekankan tokoh utamanya yang merupakan laki-laki yang tampan. Jadi tokoh utama di shounen manga belum tentu laki-laki tampan, sedangkan di bishounen manga, tokoh utamanya sudah pasti laki-laki tampan yang sering kali digambarkan disukai oleh banyak gadis. Tema yang diangkat tidak berbeda dengan shounen manga.

6. Seinen (青年)

Seinen berarti pria dewasa. Sesuai dengan namanya, manga jenis ini ditujukan untuk pria dewasa dan memiliki tokoh utama seorang pria dewasa. Cerita yang disuguhkan dalam seinen manga lebih kompleks, sehingga sulit dimengerti oleh pembaca yang berusia di bawah 17 tahun.


(50)

Di dalamnya terdapat banyak adegan-adegan yang tidak pantas atau tidak boleh dilihat anak berusia di bawah 17 tahun.

7. Josei (女性)

Josei berarti wanita dewasa. Sasaran konsumsi manga yang memiliki tokoh utama wanita dewasa ini adalah wanita dewasa. Cerita yang ditampilkan dalam manga ini sama seperti seinen manga yaitu berupa cerita yang kompleks. Tema yang banyak diangkat adalah percintaan orang dewasa.

8. Gag

Manga gag adalah manga yang bertemakan humor. Cerita dalam manga ini cukup menghibur dengan nuansa humornya yang kental. Ada beberapa manga dalam genre ini yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 13 tahun.

9. Jidaimono (時代物)

Jidaimono manga adalah manga yang kaya akan nilai-nilai sejarah. Tema yang diandalkan adalah sejarah. Manga ini banyak bercerita mengenai sejarah Jepang.

10. Mecha

Mecha merupakan kata dalam bahasa Jepang yang diserap dari bahasa Inggris, mechanic. Kata mechanic berkaitan dengan hasil karya manusia yang bergerak dengan mesin seperti robot. Jadi mecha manga adalah


(51)

manga yang terfokus terhadap robot yang menjadi andalan dalam manga. Tema yang disajikan mengenai teknologi umat manusia dan fiksi ilmiah. 11. Suiri (推理)

Suiri berarti dugaan, jadi manga jenis ini berisi cerita misteri yang disertai dengan berbagai dugaan. Temanya berupa pembunuhan dan kejahatan. Tokoh utama dalam manga ini biasanya seorang detektif yang bertugas menyelesaikan kasus-kasus kejahatan.

12. Mahou shoujo (魔法少女)

Mahou shoujo berarti gadis ajaib. Dalam manga jenis ini yang menjadi tokoh utamanya adalah gadis yang memiliki kekuatan khusus atau ajaib. Tema cerita yang disajikan dalam adalah kepahlawanan, kisah cinta dan persahabatan. Biasanya si tokoh utama memiliki tim yang isinya gadis-gadis yang memiliki kekuatan ajaib.

13. Hentai (変体)/ecchi

Secara harafiah hentai berarti luar biasa atau tidak normal. Kata hentai sering dikonotasikan negatif dengan hal-hal yang bersifat erotis. Hentai biasa disebut juga dengan ecchi yang berasal dari pelafalan huruf H dari kata hentai oleh orang Jepang. Manga jenis ini sering menampilkan kisah-kisah romantis percintaan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Hentai manga dapat dikelompokkan lagi ke dalam beberapa bagian:


(52)

a. Lolicon

Kata lolicon terdiri dari dua kata, yaitu lolita dan complex. Kemudian menjadi lolicon ketika diserap oleh bahasa Jepang. Lolicon dimaknai sebagai perasaan suka seorang pria dewasa terhadap anak perempuan di bawah umur. Dalam hal ini, rasa suka tersebut lebih mengarah kepada penyimpangan orientasi seksual. Tokoh utama dalam manga jenis ini adalah anak di bawah umur (sekitar usia 13 tahun). Tema yang disajikan tentu saja kisah percintaan antara pria dewasa dengan anak di bawah umur. b. Shotacon

Kata shotacon merupakan gabungan dari dua kata, yaitu shotaro dan complex yang mengacu pada karakter Shotaro pada serial Tetsujin 28-go. Kisahnya menggambarkan ketertarikan sosial kepada anak laki-laki di bawah umur. Shotacon manga biasanya menceritakan hubungan asmara wanita dewasa dengan laki-laki yang lebih muda.

c. Yaoi/ Shoujo-ai (少女愛)

Yaoi adalah istilah orang Jepang untuk menyebut laki-laki yang merasa dirinya wanita, sedangkan shoujo-ai berarti cinta anak perempuan. Manga jenis ini menceritakan tentang kisah percintaan antara sesama lelaki. Tokoh utamanya tentu saja adalah lelaki penyuka sesama jenis (homo). Dalam manga ini terdapat unsur-unsur seksual.


(53)

d. Yuri/ Shounen-ai (少年愛)

Yuri kebalikan dari yaoi, yaitu istilah untuk menyebut wanita yang merasa dirinya laki-laki, sedangkan shounen-ai berarti cinta laki-laki. Manga ini berisi kisah percintaan antara sesama wanita dengan tokoh utama wanita penyuka sesama jenis (lesbi). Sama seperti yaoi, yuri manga juga mengandung usur-unsur seksual.

e. Eroguro (エロ黒)

Secara harafiah eroguro berarti erotis hitam atau erotis gelap. Dari namanya, tentu saja manga genre ini hanya boleh dikonsumsi oleh orang dengan tingkat umur dewasa, karena dalam manga ini banyak ditampilkan kegiatan seksual percintaan.

f. Futanari (二形)

Futanari berarti dua bentuk. Dalam hali ini, dua bentuk diartikan sebagai seseorang yang memiliki penyimpangan orientasi seksual yang disebut biseksual. Manga jenis ini menampilkan tokoh utama yang biseksual yang memiliki gairah seksual tidak hanya kepada lawan jenis, tapi juga terhadap sesama jenis.

g. Kemono (獣)

Kemono berarti binatang. Tokoh utama dalam manga jenis ini adalah mahluk gaib. Mahluk gaib ini berwujud setengah badannya manusia dan setengahnya lagi binatang. Di dalam manga ini juga banyak ditampilkan kegiatan seksual percintaaan.


(54)

Industri manga di Jepang jelas merupakan industri yang besar. Karena itulah manga di Jepang bahkan memiliki chart atau peringkat yang menunjukkan manga apa saja yang terlaris di sana. Pihak yang membuat peringkat manga tersebut adalah Oricon, sebuah perusahaan besar dan terpercaya di Jepang yang menjalankan bisnisnya dengan mengumpulkan data/statistik dunia hiburan. Sampai periode bulan November 2012 manga yang menduduki posisi nomor satu di Oricon Chart Manga adalah One Piece (Animonstar, vol: 165)

Persaingan antara mangaka senior dan junior sangat ketat dalam industri manga. Akan tetapi hanya beberapa manga yang bisa bertahan dan berhasil mendobrak angka penjualan fantastis seperti manga One Piece, Naruto, dan Bleach yang ketiganya bernaung di bawah Shounen Jump.

2.3 Setting Manga “Vagabond”

Setting dalam cerita bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat kaitannya dengan karakter, tema dan suasana cerita (Soemardjo, 1997: 75-76). Dengan kata lain, pemilihan setting dapat membentuk tema, karakter dan plot tertentu.

Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 216) mengatakan setting atau latar yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan. Jadi setting atau latar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu latar waktu, tempat dan sosial.


(55)

2.3.1 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995: 230). Latar waktu harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial karena ketiganya saling berkaitan.

Pada pembukaan manga Vagabond jilid 1 diceritakan pertempuran Sekigahara telah usai dan Musashi menjadi buronan setelah perang. Dari sini dapat dilihat kalau latar waktu dalam manga ini adalah awal zaman Edo, karena pertempuran Sekigahara adalah pertempuran yang menandakan awal zaman baru di Jepang yaitu zaman Edo. Lebih rincinya latar waktu di manga ini adalah pada tahun 1600 ke atas, karena pertempuran Sekigahara terjadi di tahun 1600, tepatnya tanggal 21 Oktober.

2.3.2 Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar tempat dalam manga “Vagabond” dapat dilihat dari narasi yang ada dalam manga tersebut. Latar tempat tersebut adalah beberapa tempat di Jepang yang dikunjungi oleh tokoh utama Miyamoto Musashi. Latar tempat tersebut adalah sebagai berikut:

- Sekigahara - Desa Miyamoto

- Perguruan Yoshioka atau Yoshioka Doujo di Kyoto - Kuil Hozoin di Nara


(56)

- Kediaman Yagyu

- Halaman kuil Rengeoin di Kyoto - Padang Rendaiji di Kyoto

- Hutan pinus dekat kuil Ichijoji di Kyoto

2.3.3 Latar Sosial

Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat istiadat, cara hidup, bahasa, dan lain-lain. Selain itu, latar sosial juga menyangkut status sosial tokoh dalam karya fiksi, apakah rendah, menengah atau atas.

Latar sosial dalam manga “Vagabond” adalah kehidupan samurai pada zaman Edo dimana samurai-samurai di sini mencari kekuatan dengan belajar di doujo (arena latihan, tempat olahraga) atau berkelana untuk mencari orang-orang kuat untuk ditantang duel. Kehidupan sosial samurai di sini digambarkan penuh kekerasan karena pada saat itu membunuh orang dalam pertarungan adalah hal yang biasa dan legal. Latar sosial tokoh utama Musashi sendiri adalah seorang samurai yang berkelana mencari orang-orang kuat untuk ditantang duel. Status sosial Musashi adalah rendah, karena dia seorang samurai pengembara yang hanya membawa pedang dan sehelai pakaian ganti tanpa uang sepeserpun.


(57)

2.4 Shugyosha

Shugyosha adalah ahli pedang yang sedang berlatih. Mereka adalah samurai mandiri yang mengembara ke seluruh negri, mencari lawan duel yang tangguh untuk mengasah kemampuan bertarung mereka. Duel biasanya sampai mati sehingga tidak dilakukan secara sambil lalu. Pertarungan kadang diatur oleh para shugyosha itu sendiri, dan di lain waktu lewat penguasa wilayah atau doujo (De Mente, 2005: xxiii).

Beberapa shugyosha, seperti halnya ronin (samurai tanpa tuan), menawarkan jasa kepada para daimyou (penguasa wilayah) yang mau mengikutsertakan mereka di medan perang. Tujuannya adalah meningkatkan keahlian dan reputasi dengan cara membunuh banyak lawan dalam pertempuran satu lawan satu. Praktik ini dinamakan “meminjam medan pertempuran” ((De Mente, 2005: xxiii-xxiv).

Shugyosha yang dapat bertahan hidup dalam banyak duel dan pertempuran yang mereka ikuti biasanya berakhir sebagai guru. Mereka lantas mengajarkan teknik-teknik kesuksesan mereka (De Mente, 2005: xxiv).

Ada tujuh disiplin keras seorang shugyosha dengan sejumlah versi yang berlainan. Salah satu versi itu, Bukyo shigen, yang ditulis di zaman Edo (1603-1868), menyusun daftar disiplin itu sebagai berikut:

- Tetap riang selama hari-hari yang dingin atau panas, tegar menghadapi angin dan hujan, dan menempuh jalan-jalan pegunungan dan lintasan-lintasan yang sulit.


(58)

- Jangan tidur di bawah atap, anggaplah tidur di udara terbuka adalah hal mendasar.

- Bersabarlah menghadapi kelaparan dan hawa dingin. Jangan membawa uang atau bekal makanan.

- Jika ada pertempuran di tempat tujuan, berpartisipasilah dan raihlah prestasi yang gemilang. Bersikaplah lugas dan terbuka dalam pertempuran; hindari berindak seperti pencuri.

- Pergilah sendirian ke tempat yang menakutkan bagi kebanyakan orang; tempat-tempat dimana roh-roh jahat berkumpul atau terdapat rubah-rubah yang suka menipu dan ular-ular berbisa.

- Jadilah penjahat secara sengaja, biarkan dirimu dijebloskan ke dalam penjara, dan loloskan diri dengan kecerdikkanmu.

- Anggaplah kedudukkanmu lebih rendah daripada petani dan tunjanglah hidupmu dengan membantu di sawah dan ladang.

Banyak shugyosha yang mengalami hal-hal tersebut, termasuk Musashi yang melakukan karir sebagai shugyosha sejak usia 16 tahun.

Shugyosha juga memiliki daftar resmi barang-barang yang boleh dibawa. Barang-barang tersebut adalah sebagai berikut:

- Pakaian yang terdiri dari satu setel pakaian katun, pakaian dalam, sebuah angkin (ikat pinggang lebar) dalam, baju katun yang dikelantang, sebuah handuk sepanjang tiga kaki, satu ikat kepala yang dicelup, seutas tali (untuk mengeringkan barang-barang jika perlu).


(59)

- Bahan pembuat api yang terdiri dari batu pematik, baja, dan ranting-ranting kering.

- Alat makan yang terdiri dari selembar pembungkus jerami (untuk membungkus sisa nasi atau makanan lain), dan sebuah guci bambu.

- Lain-lain berupa surat izin perjalanan, kertas, satu set kuas dan tinta, obat-obatan, gunting, sandal jerami, tali rami, dan caping.

Semua shugyosha pasti membawa sebagian besar barang di atas. Demikian juga Musashi yang merupakan seorang shugyosha juga pasti membawa barang tersebut ketika melakukan perjalanan. Daftar itu mirip sekali dengan barang-barang yang dibawa oleh para biksu keliling. Perbedaannya, di luar barang-barang-barang-barang di atas, para biksu tidak akan membawa seperangkat pedang (Wilson, 2005: 271-272).

2.5 Musashi

2.5.1 Asal Usul Musashi

Semasa kecil Musashi dikenal dengan nama Miyamoto Bennosuke. Nama “Musashi” diperkirakan dan diambil dari nama seorang biarawan bernama Musashibō Benkei yang bertugas di bawah Minamoto no Yoshitsune.

Ayah Musashi adalah Hirata Munisai, tapi karena dia adalah seorang samurai pemilik tanah dengan status hamba senior bagi klan Shinmen, maka dia diperbolehkan memakai nama keluarga itu. Keluarga Shinmen merupakan pilar komunitas prajurit di Mimasaka, dan nenek moyangnya adalah Tokudaiji Sanetaka,


(60)

keturunan generasi ke-28 dari Fujiwara Kamatari yang terkenal. Karena terlibat dalam upaya pemulihan kembali kekuasaan Kaisar Godaigo antara tahun 1334 dam 1338, Saneraka diasingkan ke Awai-no-cho di Mimasaka. Anak lelakinya, Tokuchiyo pergi ke Kyoto dan memohon pengampunan (shamen; 赦 免) bagi kejahatan-kejahatan keluarga itu. Pengampunan diberikan. Klan itu diberi status prajurit dan diubah namanya menjadi Shinmen (新免), yang berarti “yang baru saja diampuni”. Tokuchiyo yang kemudian disebut Shinmen Norishige, menikahi anak perempuan Akamatsu Sadanori, gubenur Mimasaka; anak lelakinya Naganori juga menikah dengan salah seorang anggota klan Akamatsu (Wilson, 2005:14-15).

Kemudian ayah Munisai menikah dengan salah satu anggota Shinmen dan istri pertama Munisai, Omasa adalah anak perempuan Shinmen Munesada, Shinmen generasi keempat. Karena genelogi inilah Musashi kadang-kadang menyatakan nama lengkapnya Shinmen Musashi Fujiwara Genshin (Wilson, 2005:15).

Dengan demikian Munisai menjadi penguasa kecil di desa Miyamoto, propinsi Mimasaka. Rumahnya adalah sebuah mansion gaya lama yang dikitari dengan pekarangan yang bagus dan dikelilingi tembok batu, serta sebuah doujo. Di rumah inilah Musashi kecil bermain-main.

Musashi sendiri dalam bukunya Go Rin Sho ( Book of Five Rings) menyatakan bahwa ia dilahirkan di Harima. Tetapi ada sejumlah lokasi yang secara resmi menyatakan diri sebagai tempat kelahiran Musashi. Desa Miyamoto, Sanomo-mura di provinsi lama Mimasaka (sekarang di Ohara-machi, Aida-gun, Prefektur


(61)

Okayama) mengaku bahwa Omasa, istri pertama ayah Musashi, adalah ibu Musashi yang sebenarnya, dan bahwa Musashi dilahirkan di sana. Memang, Miyamoto-mura kojicho, sebuah edisi salinan dari catatan desa yang lebih panjang dan disusun pada tahun 1689, menyatakan bahwa seorang lelaki bernama Miyamoto Muni dan anak lelakinya, Musashi, tinggal di sebuah rumah di Miyamoto antara tahun 1575 dan 1596. Namun, menurut teori yang lain, ibu sejati Musashi adalah Yoshiko dan tempat kelahiran Musashi adalah desa Hirafuku, di Sayo-gun, di provinsi lama Harima (sekarang Prefektur Hyogo). Sebuah lokasi lain lagi, desa Miyamoto, Iho-gun, di Harima (sekarang Taishimura di Prefektur Hyogo) menyatakan Musashi lahir di sana, berdasarkan pernyataan dalam Harima no kagami, yang ditulis pada tahun 1762. Selain itu, masih banyak desa lain yang mengajukan kalim serupa (Wilson, 2005:270-271).

Tidak lama setelah Musashi dilahirkan, Munisai menceraikan istri keduanya Yoshiko yang merupakan ibu Musashi. Setelah bercerai, Yoshiko kembali ke rumahnya di Harima. Karena hubungan Musashi dan sang ayah mulai memburuk, Musashi kecil sering melakukan perjalanan sulit melewati gunung-gunung untuk mengunjungi Yoshika dan keluarga ibunya, sampai ia akhirnya membagi waktu antara Harima dan Mimasaka.

Pada suatu hari, hubungan Musashi dengan ayahnya meruncing. Cerita berikut ini ditemukan dalam Tanji hokin hikki :


(62)

Bennosuke memperhatikan seni bela diri ayahnya sejak ia masih sangat muda. Ketika bertambah besar, sedikit demi sedikit mulai melontarkan komentar-komentar kritis. Munisai mulai menganggap anak itu tidak menyenangkan, sekalipun itu anak lelakinya sendiri. Pada suatu hari, ketika Munisai sedang membuat sebuah tusuk gigi, anak lelakinya mendekat dan mulai mengkritik teknik jitte-nya. Saking marahnya, Munisai mengambil belati yang ia gunakan untuk menyayat tusuk gigi itu, dan melemparkannya ke arah anak lelakinya seakan-akan itu sebuah shuriken. Bennosuke juga mengelakkan senjata itu, yang lantas terbenam dalam tiang kayu di belakangnya. Munisai menjadi semakin marah, mengeluarkan pedang pendeknya dan menggunakannya juga sebagai shuriken. Bennosuke juga mengelakkan pedang pendek itu dengan baik dan lari ke luar. Sejak itu ia tidak pernah kembali ke rumah itu, dan memilih tinggal bersama seorang biksu yang masih sekerabat dengan ibunya di Banshu. Begitulah ia meninggalkan kota kelahirannya (Wilson, 2005:16-17).

2.5.2 Musashi Dalam Pertempuran Sekigahara

Setelah Oda Nobunaga (1534-1582) yang nyaris sukses mempersatukan negeri Jepang dengan kejeniusan militernya yang kreatif dan tak kenal ampun tewas di tangan jendralnya sendiri, Akechi Mitsuhide, banyak terjadi pemberontakan. Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), seorang jendral Nobunaga yang lain, dengan cepat memadamkan pemberontakan itu dan nyaris berhasil secara total mempersatukan dan mengendalikan negeri itu ketika ia juga meninggal dunia, mungkin akibat tumor otak.


(63)

yang terdiri atas lima tairo atau mentri utama untuk memerintah negeri itu sampai anak lelakinya, Hideyori mencapai usia dewasa, dengan harapan bahwa melalui cara itu, klan Toyotomi akan terus memerintah negeri itu. Akan tetapi, salah satu dari kelima tairo itu, Tokugawa Ieyasu (1542-1616) mulai bertindak untuk memupuskan harapan itu.

Sebelum Toyotomi Hideyoshi meninggal, di dalam pemerintahan Toyotomi sudah ada pertentangan tajam antara faksi bersenjata bentukan pemerintah dan pihak birokrat. Faksi bersenjata terdiri dari komandan militer pro klan Toyotomi yang pernah diturunkan di garis depan perang penakluka sedangkan pihak birokrat terdiri dari pejabat tinggi pengatur kegiatan beragama, ekonomi dan pemerintahan . Bentrokan langsung antar faksi bersenjata dan pihak birokrat dapat dicegah oleh bernama Hideyoshi mencuat ke permukaan sejak wafatnya Toyotomi Hideyoshi pada bulan Agustus

Tokugawa Ieyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan cara memanfaatkan pertentangan antara faksi militer dan faksi birokrat di dalam pemerintahan Toyotomi yang semakin melemah.

Setelah Toyotomi Hideyoshi wafat, Tokugawa Ieyasu mengatur pembagian wilayah untuk para daimyo berikut nila menghapus pelarangan ikatan perkawinan di antara keluarga para


(64)

Tokugawa Ieyasu juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan Ieyasu.

Setelah bentrokan bersenjata terjadi antara faksi birokrat pimpina

bersenjata pimpinan kelompok

komandan militer. Ishida Mitsunari kabur bersembunyi ke rumah kediaman Ieyasu dan dituduh Ieyasu bertanggung jawab atas terjadinya bentrokan. Ishida Mitsunari lalu dipecat sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah di

Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya karier politik Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri ke daerah masing-masing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan politik memimpin pasukan dari Istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan memimpin pemerintahan dari

Akibat terungkapnya rencana pembunuhan Tokugawa Ieyasu yang didalangi

pelaksana pemerintahan yang terdiri dari

dikenakan tahanan rumah. Pasukan Toyotomi yang di bawah perintah Ieyasu berusaha menangkap Maeda Toshinaga yang dituduh sebagai dalang pemberontakan. Atas tuduhan pemberontakan ini, Maeda Toshinaga menunjukkan bahwa dirinya


(65)

merupakan pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu

kandungnya

Memasuki tahun 1600, Tokugawa Ieyasu menggunakan kesempatan kaburnya Fujita Nobuyoshi (mantan pengikut klan Uesugi) untuk mengkritik Uesugi Kagekatsu, penguasa Aizu yang dituduh telah memperkuat diri secara militer. Ieyasu juga memperingatkan kemungkinan Uesugi Kagekatsu bertujuan menyerang duduk persoalan.

Penasehat Kagekatsu yang bernama tapi pasukan pemerintah Toyotomi mulai menyerang posisi Kagekatsu. Tokugawa Ieyasu yang ditunjuk sebagai panglima gabungan memimpin pasukan para daimyo yang loyal terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah kekuasaan Uesugi di

Sepeninggal Ieyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai dikenakan tahanan rumah kembali berkelompok dengan dewan pelaksana administrasi

Mitsunari mendapat dukungan militer dari pasukan

sama membentuk Pasukan Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera istri dan anak-anak para melawan pasukan Ieyasu.

Ieyasu menyadari pergerakan militer Mitsunari sewaktu berada di


(66)

perjalanan untuk menaklukkan rencana menyerang Kagekatsu. Ieyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para daimyo pengikutnya mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini dikenal sebagai Perundingan Oyama. Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru Tadamasa melepaskan diri dari pasukan Ieyasu, tapi sebagian besar daimyo ternyata memutuskan untuk terus mendukung Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke arah barat untuk kembali ke Kyoto.

Penjelasan lain mengatakan penaklukkan Uesugi Kagekatsu semata-mata digunakan Tokugawa Ieyasu sebagai alasan untuk dapat bentrok dengan pasukan Mitsunari. Daerah pergerakan pasukan Mitsunari. Istana Fushimi sengaja ditinggalkan pasukan Ieyasu dan hanya dijaga pasukan Torii Mototada untuk memancing penyerangan dari pasukan Mitsunari.

Pada tanggal

bermaksud untuk bergabung dengan pasukan Ieyasu agar justru bergabung dengan kelompok Mitsunari untuk menggulingkan pemerintahan Ieyasu.

Pada

lain disepakati permohonan untuk menunjuk

tertinggi Pasukan Barat. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan yang bermaksud bergabung dengan Pasukan Timur. Gerakan pasukan


(67)

Morichika dan bergabung dengan Pasukan Timur.

Pada tanggal dengan mengepung Mototada menolak pemintaan Mitsunari sehingga mulai diserang pada tanggal 1600. Istana Fushimi digempur oleh pasukan Pasukan yang dipimpin Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada tanggal

Selanjutnya basis-basis kekuatan militer Tokugawa seperti Istana Tanabe di provinsi turut semuanya berhasil direbut pasukan Mitsunari di bulan Agustus 1600. Mitsunari yang berniat menyerang provinsi

Sawayama ke

Sementara itu, Pasukan Timur terus maju ke arah barat melalui

jalur

E Pasukan Timur berhasil menaklukkan

(Sanbōshi) pada tanggal

mengirimkan surat kepada para daimyo. Ieyasu memanfaatkan


(68)

agar tidak bergabung dengan Pasukan Barat. Setelah mengetahui jatuhnya Istana Gifu, Ieyasu memimpin sekitar 30.000 prajurit melalui jalur Tōkaido menuju

Putra ketiga Ieyasu yang bernama memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri dari 38.000 prajurit. Hidetada

sedang membawa pasukan melewati jalur

Ueda yang dipertahankan oleh mendapat perlawanan dari pasukan Masayuki terlambat sampai ke Pertempuran Sekigahara. Akibat datang terlambat di Sakigahara, Tokugawa Hidetada menerima hukuman dari Ieyasu. Hidetada harus menunggu tiga hari sebelum bisa menghadap Ieyasu.

Para bawahan Tokugawa Hidetada seperti daimyo

wilayah han

bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa tahun kemudian.

Ada banyak kecurigaan sehubungan dengan keputusan Tokugawa Hidetada menggunakan pasukan inti Tokugawa untuk menyerang Sanada Masayuki. Daimyo kecil seperti Sanada Masayuki sebetulnya tidak perlu diserang apalagi penyerangan dilakukan persis sebelum terjadinya pertempuran besar. Walaupun tidak sedang dipimpin sendiri oleh Ieyasu, pasukan inti Tokugawa memerlukan waktu terlalu lama untuk menghadapi Sanada Masayuki yang hanya memiliki sedikit prajurit. Pendapat lain yang dapat dipercaya mengatakan Ieyasu menggunakan strategi tidak


(69)

menurunkan pasukan inti dalam Pertempuran Sekigahara agar pasukan yang dimilikinya tetap utuh agar bisa digunakan di kemudian hari.

Pendapat lain juga mempertanyakan sebab pasukan Hidetada terlambat datang. Pada awalnya, Hidetada menerima perintah dari Ieyasu untuk menaklukkan Istana Ueda di provinsi mendengar berita jatuhnya yang baru kepada Hidetada agar memimpin pasukan menuju provinsi tanggal sehingga perjalanan kurir yang membawa pesan dari Ieyasu menjadi terhambat. Kurir dari Tokugawa Ieyasu baru sampai tanggal keterlambatan Hidetada tidak dianggap sebagai kesalahan berat oleh Ieyasu.

Tokugawa Ieyasu juga baru bergabung lokasi berkumpulnya Pasukan Timur di Akasaka, Gunung Oka pada malam sebelum pertempura

Pengikut Ishida Mitsunari yang bernama sebagian pasukan Mitsunari mengambil posisi di sekitar tempat mengalirnya sungai Kuise di Akasaka untuk memancing Pasukan Timur dan menghabisinya. Peristiwa ini disebut

Sekigahara ketika sedang mempertahankan

disebarluaskan Ieyasu "Lupakan Istana Ōgaki, taklukkan Istana Sawayama, maju ke Osaka." Ada perbedaan pendapat tentang kebenaran Ieyasu perlu menyebar


(70)

desas-desus untuk memancing keluar Ishida Mitsunari dan kelompoknya karena pertahanan Istana Ōgaki dikabarkan tidak terlalu kuat.

Pada tanggal besar dari Kansai dan Jepang bagian barat) yang terdiri dari pasukan Toyotomi dan Pasukan Timur (terutama dari Kanto dan bagian timur negeri Jepang) yang terdiri dari pasukan Tokugawa saling berhadapan di Sekigahara. Menurut buku "Sejarah Jepang" yang disusun oleh markas besar Angkatan Darat Jepang, kubu Pasukan Timur tediri dari 74.000 prajurit dan kubu Pasukan Barat terdiri dari 82.000 prajurit. Di lembah sempit Sekigahara berkumpul pasukan dengan total lebih dari 150.000 prajurit.

Sekigahara sejak pagi diselimuti kabut tebal. Kelompok pasukan yang ada di samping kiri dan samping kanan tidak bisa kelihatan. Fukushima Masanori yang ditunjuk Ieyasu sebagai pimpinan garis depan tidak bisa memutuskan saat tepat melakukan tembakan pertama untuk memulai pertempuran. Masanori tidak bisa melihat situasi karena tebalnya kabut.

Kedua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat kabut menipis, berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan utama Pasukan Timur di bagian paling depan menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab "Mau lihat situasi" sambil langsung maju ke depan. Pasukan kecil yang dipimpin Tadayoshi secara tiba-tiba menembak


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul ANALISIS TOKOH UTAMA MIYAMOTO MUSASHI DALAM KOMIK “VAGABOND” KARYA INOUE TAKEHIKO DILIHAT DARI SEGI KESEJARAHAN. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Budaya Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku ketua Jurusan Departemen Sastra Jepang.

3. Bapak Drs. Nandi S, selaku pembimbing I yang dalam kesibukannya sebagai pengajar telah menyediakan banyak waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing, mengarahkan, dan memeriksa skripsi ini.

4. Bapak M. Pujiono, S.S, M.Hum, selaku pembimbing II yang telah membimbing dan membantu dalam penulisan skripsi ini.


(2)

5. Dosen Penguji Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua dosen dan staf Fakultas Ilmu Budaya, khususnya dosen-dosen Departeman Sastra Jepang yang telah membimbing saya hingga saat ini.

6. Kedua orang tua dan Koko yang telah mengijinkan penulis untuk kuliah. 7. Dendy yang telah meminjamkan komik Vagabond, dan Sarah yang telah

bersedia mengambilkan komik Vagabond untuk penulis.

8. Sekelompok teman, Yulia, Nisa, Uci, Lija, Mita, dan Sari yang telah bersedia diajak diskusi mengenai skripsi maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan, Aotake ’09 yang lebih banyak bertemu di Kansas atau kajur daripada di ruang kelas. Terima kasih atas informasi-informasi mengenai pengerjaan skripsi yang penulis tidak tahu sebelumnya.

10.Teman semasa SMA, Siti Merry yang selalu mengakhiri percakapan dengan, “Jadi, gimana skripsi lu?”. Terima kasih atas perhatiannya terhadap skripsi penulis. Semoga bisa bertemu lagi suatu hari nanti.

11.Teman yang menjadi sahabat, lalu saudara, Risiana yang juga sangat perhatian terhadap pengerjaan skripsi penulis. Terima kasih karena sudah bilang akan berusaha untuk datang ketika wisuda, sehingga membuat penulis semangat.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna. Skripsi ini juga jauh dari sempurna. Namun penulis tetap mencari kesempurnaan tersebut dengan berusaha merampungkan skripsi ini secara maksimal. Penulis mengharapkan kritik dan saran


(3)

yang sifatnya membangun. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 8

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 9

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 13

1.6. Metode Penelitian ··· 13

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, SHUGYOSHA, MUSASHI, DAN RIWAYAT INOUE TAKEHIKO………... 16

2.1 Pengertian Komik/Manga ··· 16

2.2 Manga di Jepang ··· 21

2.3 Setting Manga “Vagabond” ··· 31

2.3.1 Latar Waktu ··· 32

2.3.2 Latar Tempat··· 32


(5)

2.5 Musashi ··· 36

2.5.1 Asal Usul Musashi ··· 36

2.5.2 Musashi Dalam Pertempuran Sekigahara ··· 39

2.5.3 Pertarungan Musashi Melawan Arima Kihei ··· 52

2.5.4 Pertarungan Musashi Melawan Klan Yoshioka ··· 54

2.5.5 Pertarungan Musashi Melawan Hozoin Inshun ··· 57

2.5.6 Pertarungan Musashi Melawan Shishido Baiken ··· 58

2.5.7 Musashi dan Kesenian ··· 59

2.5.7.1 Musashi dan Seni Lukis ··· 59

2.5.7.2 Musashi dan Kaligrafi ··· 61

2.5.7.3 Musashi dan Patung Fudo Myo-o ··· 62

2.6 Biografi Inoue Takehiko ··· 63

BAB III. ANALISIS TOKOH UTAMA MIYAMOTO MUSASHI DALAM KOMIK “VAGABOND” KARYA INOUE TAKEHIKO DILIHAT DARI SEGI KESEJARAHAN... 65

3.1 Sinopsis Cerita ··· 65


(6)

3.2.1 Asal Usul Musashi ··· 68

3.2.2 Pertempuran Sekigahara ··· 72

3.2.3 Pertarungan-pertarungan Musashi ··· 75

3.2.3.1 Melawan Arima Kihei ··· 75

3.2.3.2 Melawan Klan Yoshioka ··· 76

3.2.3.3 Melawan Hozoin Inshun ··· 85

3.2.3.4 Melawan Yagyu Sekishusai ··· 87

3.2.3.5 Melawan Shishido Baiken ··· 89

3.2.4 Minat Musashi Dalam Kesenian ··· 90

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN………. 93

4.1 Kesimpulan ··· 93

4.2 Saran ··· 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN