Perbedaan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Keperawatan tentang Metode Ceramah dan Diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sikap
2.1.1. Pengertian
Sikap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai
kesiapan untuk bertindak. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2007).
Newcomb dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah
merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.
Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa sikap adalah respon tertutup seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat internal maupun eksternal
sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku. Nurhidayah (2011) menyebutkan bahwa sikap
sebagai domain perasaan yang mencakup peningkatan internalisasi atau komitmen
pada perasaan yang diungkapkan sebagai emosi, minat, nilai-nilai, dan apresiasi.
Sikap juga dikenal sebagai domain perasaan.
Allport (1954, dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep
terhadap suatu objek; penilaian emosional terhadap suatu objek; dan
kecenderungan untuk bertindak.
8
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.2. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap terdiri dari penerimaan, pemberian respon, penilaian,
pengorganisasian, dan pengkarakteran (Nurhidayah, 2010; 2011; Notoatmodjo,
2007).
Penerimaan menuntut kemampuan untuk memperlihatkan kesadaran akan
sebuah gagasan, menerima rangsangan, menunjukkan penerimaan atau kesadaran
terhadap suatu keadaan dalam lingkungan. Ukurannya seseorang dapat
memperhatikan, mendengarkan, menghadiri, dan melihat (Nurhidayah, 2010).
Pemberian respon menuntut kemampuan untuk memberikan respon pada
sebuah pengalaman yang menunjukkan pergeseran dari penolakan menuju
penerimaan secara sukarela (Nurhidayah, 2010). Memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap yang berarti bahwa orang menerima ide tersebut terlepas dari
hasil pekerjaan yang diberikan benar atau salah (Notoatmodjo, 2007). Contoh
pada tingkatan ini adalah berpartisipasi, mematuhi, mengikuti, dan mendiskusikan
tentang sesuatu.
Penilaian menuntut untuk menghargai atau menerima nilai dari suatu teori,
ide, atau peristiwa dengan memperlihatkan komitmen yang cukup besar. Contoh
pada tingkatan ini adalah memilih, bertindak, mengemukakan argumentasi, dan
meyakinkan (Nurhidayah, 2010).
Pengorganisasian menuntut kemampuan untuk mengatur, mengklasifikasi
dan memprioritaskan nilai-nilai dengan cara memadukan nilai yang baru ke dalam
seperangkat nilai umum dan menentukan beberapa nilai tersebut sebagai nilai
Universitas Sumatera Utara
10
dominan. Contoh pada tingkatan ini adalah memutuskan, memformulasikan,
memilih, dan membuat sistematisasi (Nurhidayah, 2010).
Pengkarakteran menuntut kemampuan untuk memadukan nilai-nilai menjadi
filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperlihatkan komitmen yang teguh
dan respon yang konsisten terhadap nilai-nilai itu dengan menggeneralisasi
pengalaman tertentu menjadi sistem nilai. Contoh pada tingkatan ini adalah
menghadiri atau menolak (Nurhidayah, 2010).
2.2. Tindakan
2.2.1. Pengertian
Tindakan atau dikenal dengan psikomotor merupakan suatu sikap pada diri
individu yang dapat terwujud dengan adanya faktor pendukung dan fasilitas
(Notoatmodjo, 2007). Bloom (1985, dalam Winarno, 2012) berpendapat bahwa
ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Sedangkan
Helmiati (2012) menjelaskan bahwa tindakan adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam melakukan sesuatu.
Tindakan berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh dan dikenal juga dengan domain keterampilan (Nurhidayah, 2011).
Tindakan lebih mudah diamati dibandingkan dengan sikap.
2.2.2. Tingkatan Tindakan
Psikomotor memiliki 7 tingkatan, yaitu persepsi, pengaturan, respon
terpimpin (terkendali), mekanisme, respon kompleks, adaptasi, dan keaslian
(Notoatmodjo, 2007; Nurhidayah, 2011).
Universitas Sumatera Utara
11
Persepsi berarti mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan
tindakan yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
Respon terpimpin berarti individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan
yang benar sesuai contoh (Notoatmodjo, 2007) seperti mengikuti, mengucapkan,
menggambar (Nurhidayah, 2011).
Mekanisme berarti individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah menjadi kebiasaan (Notoatmodjo, 2007). Individu dituntut
untuk untuk mampu mengulangi langkah-langkah pada suatu keterampilan yang
diinginkan yang menunjukkan penguasaannya sudah sampai pada tahap tertentu.
Kata kerja pada tingkatan ini adalah melakukan dengan tepat, lancar, tanpa
kesalahan, sesuai dengan yang dicontohkan (Nurhidayah, 2011)
Respon kompleks menuntut kemampuan untuk secara otomatis melakukan
tindakan motorik yang rumit dengan bebas dan sangat mahir tanpa ragu. Contoh
pada tingkatan ini adalah melakukan dengan lancar, terkoordinasi, dengan
sempurna, dan lain-lain (Nurhidayah, 2011).
Adaptasi merupakan tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran. Contoh kata kerja yang sesuai pada tingkatan ini
adalah memodifikasi atau mengkreasikan sesuatu sebagai pengganti (Nurhidayah,
2011).
Keaslian menuntut kemampuan untuk menciptakan tindakan motorik baru
atau cara baru yang terbentuk karena pemahamannya terhadap suatu keterampilan
dan kemampuannya melakukan keterampilan. Kata kerja pada tingkatan ini adalah
mampu menciptakan suatu hal yang baru (Nurhidayah, 2011).
Universitas Sumatera Utara
12
2.3. Metode Pembelajaran
Menurut Siregar dan Nara (2010), pembelajaran merupakan usaha yang
dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya
terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang. Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Dirjen Dikti,
2008).
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
yang sistematis yang digunakan oleh pengajar (Siregar dan Nara, 2010) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu (Dirjen Dikti, 2008).
Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan dosen akan tergantung pada
pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat
ditetapkan berbagai metode pembelajaran (Dirjen Dikti, 2008). Metode
merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode pembelajaran adalah bagian dari strategi pembelajaran yang
berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan
memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap
metode pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
(Dirjen Dikti, 2008; Siregar dan Nara, 2010). Helmiati (2012) juga menjelaskan
bahwa metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara
yang digunakan pengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Universitas Sumatera Utara
13
Karakteristik metode pembelajaran adalah luwes, terbuka dan partisipatif
(Sudjana, 2007). Luwes berarti dapat dimodifikasi dalam penggunaannya, terbuka
adalah dapat menerima masukan untuk perubahan dan pengembangan metode,
serta partisipatif berarti bahwa peserta didik diikutsertakan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
2.3.1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang paling banyak
digunakan oleh dosen dalam mengajar (Artini, 2010; Abimanyu, 2008; Dirjen
Dikti, 2008).
Menurut Dirjen Dikti (2008) dan Abimanyu (2008), metode ceramah adalah
penuturan atau penyajian bahan pelajaran secara lisan oleh dosen kepada
mahasiswa. Metode ceramah merupakan metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sekelompok pendengar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Helmiati, 2012).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode ceramah (Dirjen Dikti, 2008;
Abimanyu 2008; Harsono, 2008; Helmiati, 2012) dapat dilihat pada tabel 2.1. di
bawah ini:
Kelebihan
1. Mudah dan murah.
Kelemahan
1. Materi yang dikuasai
Mudah dalam mempersiapkan
mahasiswa sebagai hasil dari
dan melaksanakan metode serta
ceramah akan terbatas pada apa
murah dalam artian ceramah
yang dikuasai dosen.
tidak memerlukan peralatan
yang lengkap serta dapat diikuti
Universitas Sumatera Utara
14
oleh jumlah kelas yang besar.
2. Dapat memberikan wawasan
2. Ceramah yang tidak disertai
yang luas karena dosen dapat
dengan peragaan akan
menambah dan mengaitkan
mengakibatkan terjadinya
dengan sumber dan materi lain
verbalisme.
dalam kehidupan sehari-hari
Materi
yang
dijelaskan
banyak
dapat
pokok-pokoknya
dalam waktu yang singkat
3. Dapat memberikan pokok-
3. Ceramah dianggap sebagai
pokok materi yang perlu
metode yang membosankan
ditonjolkan sesuai dengan
jika materi yang disampaikan
kebutuhan dan tujuan yang
dan cara penyampaian kurang
ingin dicapai
menarik serta mahasiswa
menjadi pasif
4. Dosen dapat mengontrol dan
4. Sulit mengetahui apakah
menguasai keadaan kelas serta
seluruh mahasiswa sudah
mudah mengorganisasikan
mengerti apa yang dijelaskan
kelas.
atau belum.
2.3.2.Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan (Dirjen Dikti, 2008). Sanjaya (2006) menyebutkan
bahwa metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan
Universitas Sumatera Utara
15
pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang problematis.
Metode diskusi menurut Helmiati (2012) merupakan suatu cara mengajar
yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau
masalah di mana para peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan
atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu
masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
Dosen berperan sebagai pemimpin diskusi atau dapat menndelegasikan tugas
sebagai pemimpin itu kepada mahasiswa di mana dosen bertugas mengawasi
pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh mahasiswa tersebut. Pendelegasian dapat
dilakukan jika mahasiswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi
(Abimanyu, 2008).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode diskusi (Dirjen Dikti, 2008;
Abimanyu, 2008; Harsono, 2008) dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini:
Kelebihan
1. Merangsang kreativitas
Kelemahan
1. Diskusi sering dikuasai oleh
mahasiswa dalam bentuk ide,
dua atau tiga orang mahasiswa
gagasan, prakarsa, dan
suka berbicara.
terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah.
2. Melatih mahasiswa
membiasakan diri bertukar
2. Pembahasan cenderung meluas,
sehingga kesimpulan kabur
pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan
Universitas Sumatera Utara
16
3. Melatih mahasiswa
3. Membutuhkan waktu yang
membiasakan bertukar pikiran
panjang, terkadang tidak sesuai
dan gagasan secara verbal
dengan waktu yang
dalam mengatasi setiap
direncanakan.
permasalahan.
4. Mengembangkan sikap
4. Sering terjadi perbedaan
menghargai pendapat orang lain
pendapat yang bersifat
emosional dalam diskusi
sehingga menimbulkan
ketersinggungan antar
mahasiswa yang
menyebabkkan terganggunya
iklim pembelajaran.
2.4 Kurikulum Berbasis Isi
Kurikulum Berbasis Isi (KBI) adalah kurikulum yang sistem pengajarannya
masih berpusat pada pengajar (Dikti, 2008). KBI sering disebut juga sebagai
kurikulum konvensional. Adapun ciri-ciri KBI dapat dilihat pada tabel 2.3 di
bawah ini:
No.
Tinjauan
Kurikulum Berbasis Isi
1.
Latar belakang
Masalah internal
2.
Basis kurikulum
Berbasis Isi (Content Based Curricullum)
3.
Luaran
Tinggi
Perguruan Kemampuan
kurikulumnya
minimal
sesuai
sasaran
Universitas Sumatera Utara
17
4.
Penilaian
lulusan
kualitas Perguruan tinggi sendiri
5.
Cara menyusun
Mulai dari isi keilmuannya
6.
Penekanan
Output, lebih banyak menekankan hard skill
7.
Pembelajaran
Teacher Centered Learning (TCL), dengan titik
berat pada transfer of knowladge
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa keperawatan tentang
metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera
Utara.
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan, kerangka penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut:
Metode
Ceramah
Sikap
Metode
Diskusi
Mahasiswa
Metode
Ceramah
Tindakan
Metode
Diskusi
Skema 3.1. Kerangka penelitian perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa
keperawatan tentang metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis
Isi di Universitas Sumatera Utara.
18
Universitas Sumatera Utara
19
3.2. Definisi Konseptual
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,
baik yang bersifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku (Sunaryo
2004).
Tindakan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan
sesuatu Helmiati (2012).
Metode ceramah adalah penuturan atau penyajian bahan pelajaran secara
lisan oleh dosen kepada mahasiswa (Dirjen Dikti, 2008; Abimanyu, 2008).
Metode diskusi adalah siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang problematis (Sanjaya, 2006).
Kurikulum Berbasis Isi (KBI) adalah kurikulum yang sistem pengajarannya
masih berpusat pada pengajar (Dikti, 2008).
3.3. Definisi Operasional
No
Variabel
1.
Sikap
Defenisi
Operasional
Sikap adalah suatu
tingkatan
penerimaan,
pemberian respon,
dan penilaian
mahasiswa
keperawatan
mahasiswa
keperawatan
tentang metode
ceramah dan
diskusi pada
Kurikulum
Berbasis Isi di
Universitas
Sumatera Utara.
Alat Ukur
Skala
Sikap dalam
bentuk kuisioner
sejumlah 8
pertanyaan untuk
ceramah dan 8
pertanyaan untuk
diskusi dengan
menggunakan
skala likert dengan
pilihan jawaban:
- Selalu
- Sering
- Kadang-kadang
-Tidak Pernah
Ordinal
Hasil Ukur
- Baik
(skor 24-32)
- Cukup Baik
(skor 16-23)
- Buruk
(skor 8-15)
Universitas Sumatera Utara
20
2.
Tindakan
Tindakan adalah
suatu sikap yang
tampak meliputi
tingkatan persepsi,
respon terpimpin,
dan mekanisme
pada mahasiswa
Keperawatan
tentang metode
ceramah dan
diskusi pada
Kurikulum
Berbasis Isi di
Universitas
Sumatera Utara
Tindakan dalam
bentuk kuisioner
sejumlah 9
pertanyaan untuk
ceramah dan 9
pertanyaan untuk
diskusi dengan
menggunakan
skala likert dengan
pilihan jawaban:
- Selalu
- Sering
- Kadang-kadang
-Tidak Pernah
Ordinal
- Baik
(skor 27-36)
- Cukup Baik
(skor 18-26)
- Buruk
(skor 9-17)
3.4. Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha),
yaitu terdapat perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa keperawatan tentang
metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sikap
2.1.1. Pengertian
Sikap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai
kesiapan untuk bertindak. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2007).
Newcomb dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah
merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.
Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa sikap adalah respon tertutup seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat internal maupun eksternal
sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku. Nurhidayah (2011) menyebutkan bahwa sikap
sebagai domain perasaan yang mencakup peningkatan internalisasi atau komitmen
pada perasaan yang diungkapkan sebagai emosi, minat, nilai-nilai, dan apresiasi.
Sikap juga dikenal sebagai domain perasaan.
Allport (1954, dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep
terhadap suatu objek; penilaian emosional terhadap suatu objek; dan
kecenderungan untuk bertindak.
8
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.2. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap terdiri dari penerimaan, pemberian respon, penilaian,
pengorganisasian, dan pengkarakteran (Nurhidayah, 2010; 2011; Notoatmodjo,
2007).
Penerimaan menuntut kemampuan untuk memperlihatkan kesadaran akan
sebuah gagasan, menerima rangsangan, menunjukkan penerimaan atau kesadaran
terhadap suatu keadaan dalam lingkungan. Ukurannya seseorang dapat
memperhatikan, mendengarkan, menghadiri, dan melihat (Nurhidayah, 2010).
Pemberian respon menuntut kemampuan untuk memberikan respon pada
sebuah pengalaman yang menunjukkan pergeseran dari penolakan menuju
penerimaan secara sukarela (Nurhidayah, 2010). Memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap yang berarti bahwa orang menerima ide tersebut terlepas dari
hasil pekerjaan yang diberikan benar atau salah (Notoatmodjo, 2007). Contoh
pada tingkatan ini adalah berpartisipasi, mematuhi, mengikuti, dan mendiskusikan
tentang sesuatu.
Penilaian menuntut untuk menghargai atau menerima nilai dari suatu teori,
ide, atau peristiwa dengan memperlihatkan komitmen yang cukup besar. Contoh
pada tingkatan ini adalah memilih, bertindak, mengemukakan argumentasi, dan
meyakinkan (Nurhidayah, 2010).
Pengorganisasian menuntut kemampuan untuk mengatur, mengklasifikasi
dan memprioritaskan nilai-nilai dengan cara memadukan nilai yang baru ke dalam
seperangkat nilai umum dan menentukan beberapa nilai tersebut sebagai nilai
Universitas Sumatera Utara
10
dominan. Contoh pada tingkatan ini adalah memutuskan, memformulasikan,
memilih, dan membuat sistematisasi (Nurhidayah, 2010).
Pengkarakteran menuntut kemampuan untuk memadukan nilai-nilai menjadi
filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperlihatkan komitmen yang teguh
dan respon yang konsisten terhadap nilai-nilai itu dengan menggeneralisasi
pengalaman tertentu menjadi sistem nilai. Contoh pada tingkatan ini adalah
menghadiri atau menolak (Nurhidayah, 2010).
2.2. Tindakan
2.2.1. Pengertian
Tindakan atau dikenal dengan psikomotor merupakan suatu sikap pada diri
individu yang dapat terwujud dengan adanya faktor pendukung dan fasilitas
(Notoatmodjo, 2007). Bloom (1985, dalam Winarno, 2012) berpendapat bahwa
ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Sedangkan
Helmiati (2012) menjelaskan bahwa tindakan adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam melakukan sesuatu.
Tindakan berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh dan dikenal juga dengan domain keterampilan (Nurhidayah, 2011).
Tindakan lebih mudah diamati dibandingkan dengan sikap.
2.2.2. Tingkatan Tindakan
Psikomotor memiliki 7 tingkatan, yaitu persepsi, pengaturan, respon
terpimpin (terkendali), mekanisme, respon kompleks, adaptasi, dan keaslian
(Notoatmodjo, 2007; Nurhidayah, 2011).
Universitas Sumatera Utara
11
Persepsi berarti mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan
tindakan yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
Respon terpimpin berarti individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan
yang benar sesuai contoh (Notoatmodjo, 2007) seperti mengikuti, mengucapkan,
menggambar (Nurhidayah, 2011).
Mekanisme berarti individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah menjadi kebiasaan (Notoatmodjo, 2007). Individu dituntut
untuk untuk mampu mengulangi langkah-langkah pada suatu keterampilan yang
diinginkan yang menunjukkan penguasaannya sudah sampai pada tahap tertentu.
Kata kerja pada tingkatan ini adalah melakukan dengan tepat, lancar, tanpa
kesalahan, sesuai dengan yang dicontohkan (Nurhidayah, 2011)
Respon kompleks menuntut kemampuan untuk secara otomatis melakukan
tindakan motorik yang rumit dengan bebas dan sangat mahir tanpa ragu. Contoh
pada tingkatan ini adalah melakukan dengan lancar, terkoordinasi, dengan
sempurna, dan lain-lain (Nurhidayah, 2011).
Adaptasi merupakan tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran. Contoh kata kerja yang sesuai pada tingkatan ini
adalah memodifikasi atau mengkreasikan sesuatu sebagai pengganti (Nurhidayah,
2011).
Keaslian menuntut kemampuan untuk menciptakan tindakan motorik baru
atau cara baru yang terbentuk karena pemahamannya terhadap suatu keterampilan
dan kemampuannya melakukan keterampilan. Kata kerja pada tingkatan ini adalah
mampu menciptakan suatu hal yang baru (Nurhidayah, 2011).
Universitas Sumatera Utara
12
2.3. Metode Pembelajaran
Menurut Siregar dan Nara (2010), pembelajaran merupakan usaha yang
dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya
terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang. Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Dirjen Dikti,
2008).
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
yang sistematis yang digunakan oleh pengajar (Siregar dan Nara, 2010) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu (Dirjen Dikti, 2008).
Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan dosen akan tergantung pada
pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat
ditetapkan berbagai metode pembelajaran (Dirjen Dikti, 2008). Metode
merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode pembelajaran adalah bagian dari strategi pembelajaran yang
berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan
memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap
metode pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
(Dirjen Dikti, 2008; Siregar dan Nara, 2010). Helmiati (2012) juga menjelaskan
bahwa metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara
yang digunakan pengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Universitas Sumatera Utara
13
Karakteristik metode pembelajaran adalah luwes, terbuka dan partisipatif
(Sudjana, 2007). Luwes berarti dapat dimodifikasi dalam penggunaannya, terbuka
adalah dapat menerima masukan untuk perubahan dan pengembangan metode,
serta partisipatif berarti bahwa peserta didik diikutsertakan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
2.3.1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang paling banyak
digunakan oleh dosen dalam mengajar (Artini, 2010; Abimanyu, 2008; Dirjen
Dikti, 2008).
Menurut Dirjen Dikti (2008) dan Abimanyu (2008), metode ceramah adalah
penuturan atau penyajian bahan pelajaran secara lisan oleh dosen kepada
mahasiswa. Metode ceramah merupakan metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sekelompok pendengar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Helmiati, 2012).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode ceramah (Dirjen Dikti, 2008;
Abimanyu 2008; Harsono, 2008; Helmiati, 2012) dapat dilihat pada tabel 2.1. di
bawah ini:
Kelebihan
1. Mudah dan murah.
Kelemahan
1. Materi yang dikuasai
Mudah dalam mempersiapkan
mahasiswa sebagai hasil dari
dan melaksanakan metode serta
ceramah akan terbatas pada apa
murah dalam artian ceramah
yang dikuasai dosen.
tidak memerlukan peralatan
yang lengkap serta dapat diikuti
Universitas Sumatera Utara
14
oleh jumlah kelas yang besar.
2. Dapat memberikan wawasan
2. Ceramah yang tidak disertai
yang luas karena dosen dapat
dengan peragaan akan
menambah dan mengaitkan
mengakibatkan terjadinya
dengan sumber dan materi lain
verbalisme.
dalam kehidupan sehari-hari
Materi
yang
dijelaskan
banyak
dapat
pokok-pokoknya
dalam waktu yang singkat
3. Dapat memberikan pokok-
3. Ceramah dianggap sebagai
pokok materi yang perlu
metode yang membosankan
ditonjolkan sesuai dengan
jika materi yang disampaikan
kebutuhan dan tujuan yang
dan cara penyampaian kurang
ingin dicapai
menarik serta mahasiswa
menjadi pasif
4. Dosen dapat mengontrol dan
4. Sulit mengetahui apakah
menguasai keadaan kelas serta
seluruh mahasiswa sudah
mudah mengorganisasikan
mengerti apa yang dijelaskan
kelas.
atau belum.
2.3.2.Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan (Dirjen Dikti, 2008). Sanjaya (2006) menyebutkan
bahwa metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan
Universitas Sumatera Utara
15
pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang problematis.
Metode diskusi menurut Helmiati (2012) merupakan suatu cara mengajar
yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau
masalah di mana para peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan
atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu
masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
Dosen berperan sebagai pemimpin diskusi atau dapat menndelegasikan tugas
sebagai pemimpin itu kepada mahasiswa di mana dosen bertugas mengawasi
pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh mahasiswa tersebut. Pendelegasian dapat
dilakukan jika mahasiswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi
(Abimanyu, 2008).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode diskusi (Dirjen Dikti, 2008;
Abimanyu, 2008; Harsono, 2008) dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini:
Kelebihan
1. Merangsang kreativitas
Kelemahan
1. Diskusi sering dikuasai oleh
mahasiswa dalam bentuk ide,
dua atau tiga orang mahasiswa
gagasan, prakarsa, dan
suka berbicara.
terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah.
2. Melatih mahasiswa
membiasakan diri bertukar
2. Pembahasan cenderung meluas,
sehingga kesimpulan kabur
pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan
Universitas Sumatera Utara
16
3. Melatih mahasiswa
3. Membutuhkan waktu yang
membiasakan bertukar pikiran
panjang, terkadang tidak sesuai
dan gagasan secara verbal
dengan waktu yang
dalam mengatasi setiap
direncanakan.
permasalahan.
4. Mengembangkan sikap
4. Sering terjadi perbedaan
menghargai pendapat orang lain
pendapat yang bersifat
emosional dalam diskusi
sehingga menimbulkan
ketersinggungan antar
mahasiswa yang
menyebabkkan terganggunya
iklim pembelajaran.
2.4 Kurikulum Berbasis Isi
Kurikulum Berbasis Isi (KBI) adalah kurikulum yang sistem pengajarannya
masih berpusat pada pengajar (Dikti, 2008). KBI sering disebut juga sebagai
kurikulum konvensional. Adapun ciri-ciri KBI dapat dilihat pada tabel 2.3 di
bawah ini:
No.
Tinjauan
Kurikulum Berbasis Isi
1.
Latar belakang
Masalah internal
2.
Basis kurikulum
Berbasis Isi (Content Based Curricullum)
3.
Luaran
Tinggi
Perguruan Kemampuan
kurikulumnya
minimal
sesuai
sasaran
Universitas Sumatera Utara
17
4.
Penilaian
lulusan
kualitas Perguruan tinggi sendiri
5.
Cara menyusun
Mulai dari isi keilmuannya
6.
Penekanan
Output, lebih banyak menekankan hard skill
7.
Pembelajaran
Teacher Centered Learning (TCL), dengan titik
berat pada transfer of knowladge
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa keperawatan tentang
metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera
Utara.
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan, kerangka penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut:
Metode
Ceramah
Sikap
Metode
Diskusi
Mahasiswa
Metode
Ceramah
Tindakan
Metode
Diskusi
Skema 3.1. Kerangka penelitian perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa
keperawatan tentang metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis
Isi di Universitas Sumatera Utara.
18
Universitas Sumatera Utara
19
3.2. Definisi Konseptual
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,
baik yang bersifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku (Sunaryo
2004).
Tindakan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan
sesuatu Helmiati (2012).
Metode ceramah adalah penuturan atau penyajian bahan pelajaran secara
lisan oleh dosen kepada mahasiswa (Dirjen Dikti, 2008; Abimanyu, 2008).
Metode diskusi adalah siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang problematis (Sanjaya, 2006).
Kurikulum Berbasis Isi (KBI) adalah kurikulum yang sistem pengajarannya
masih berpusat pada pengajar (Dikti, 2008).
3.3. Definisi Operasional
No
Variabel
1.
Sikap
Defenisi
Operasional
Sikap adalah suatu
tingkatan
penerimaan,
pemberian respon,
dan penilaian
mahasiswa
keperawatan
mahasiswa
keperawatan
tentang metode
ceramah dan
diskusi pada
Kurikulum
Berbasis Isi di
Universitas
Sumatera Utara.
Alat Ukur
Skala
Sikap dalam
bentuk kuisioner
sejumlah 8
pertanyaan untuk
ceramah dan 8
pertanyaan untuk
diskusi dengan
menggunakan
skala likert dengan
pilihan jawaban:
- Selalu
- Sering
- Kadang-kadang
-Tidak Pernah
Ordinal
Hasil Ukur
- Baik
(skor 24-32)
- Cukup Baik
(skor 16-23)
- Buruk
(skor 8-15)
Universitas Sumatera Utara
20
2.
Tindakan
Tindakan adalah
suatu sikap yang
tampak meliputi
tingkatan persepsi,
respon terpimpin,
dan mekanisme
pada mahasiswa
Keperawatan
tentang metode
ceramah dan
diskusi pada
Kurikulum
Berbasis Isi di
Universitas
Sumatera Utara
Tindakan dalam
bentuk kuisioner
sejumlah 9
pertanyaan untuk
ceramah dan 9
pertanyaan untuk
diskusi dengan
menggunakan
skala likert dengan
pilihan jawaban:
- Selalu
- Sering
- Kadang-kadang
-Tidak Pernah
Ordinal
- Baik
(skor 27-36)
- Cukup Baik
(skor 18-26)
- Buruk
(skor 9-17)
3.4. Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha),
yaitu terdapat perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa keperawatan tentang
metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara