Perbedaan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Keperawatan tentang Metode Ceramah dan Diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sikap
2.1.1. Pengertian
Sikap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai
kesiapan untuk bertindak. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2007).
Newcomb dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah
merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.
Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa sikap adalah respon tertutup seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat internal maupun eksternal
sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku. Nurhidayah (2011) menyebutkan bahwa sikap
sebagai domain perasaan yang mencakup peningkatan internalisasi atau komitmen
pada perasaan yang diungkapkan sebagai emosi, minat, nilai-nilai, dan apresiasi.
Sikap juga dikenal sebagai domain perasaan.
Allport (1954, dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep
terhadap suatu objek; penilaian emosional terhadap suatu objek; dan
kecenderungan untuk bertindak.

8
Universitas Sumatera Utara

9

2.1.2. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap terdiri dari penerimaan, pemberian respon, penilaian,
pengorganisasian, dan pengkarakteran (Nurhidayah, 2010; 2011; Notoatmodjo,
2007).
Penerimaan menuntut kemampuan untuk memperlihatkan kesadaran akan
sebuah gagasan, menerima rangsangan, menunjukkan penerimaan atau kesadaran
terhadap suatu keadaan dalam lingkungan. Ukurannya seseorang dapat
memperhatikan, mendengarkan, menghadiri, dan melihat (Nurhidayah, 2010).
Pemberian respon menuntut kemampuan untuk memberikan respon pada
sebuah pengalaman yang menunjukkan pergeseran dari penolakan menuju
penerimaan secara sukarela (Nurhidayah, 2010). Memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap yang berarti bahwa orang menerima ide tersebut terlepas dari
hasil pekerjaan yang diberikan benar atau salah (Notoatmodjo, 2007). Contoh
pada tingkatan ini adalah berpartisipasi, mematuhi, mengikuti, dan mendiskusikan
tentang sesuatu.
Penilaian menuntut untuk menghargai atau menerima nilai dari suatu teori,
ide, atau peristiwa dengan memperlihatkan komitmen yang cukup besar. Contoh
pada tingkatan ini adalah memilih, bertindak, mengemukakan argumentasi, dan
meyakinkan (Nurhidayah, 2010).
Pengorganisasian menuntut kemampuan untuk mengatur, mengklasifikasi
dan memprioritaskan nilai-nilai dengan cara memadukan nilai yang baru ke dalam
seperangkat nilai umum dan menentukan beberapa nilai tersebut sebagai nilai

Universitas Sumatera Utara

10

dominan. Contoh pada tingkatan ini adalah memutuskan, memformulasikan,
memilih, dan membuat sistematisasi (Nurhidayah, 2010).
Pengkarakteran menuntut kemampuan untuk memadukan nilai-nilai menjadi

filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperlihatkan komitmen yang teguh
dan respon yang konsisten terhadap nilai-nilai itu dengan menggeneralisasi
pengalaman tertentu menjadi sistem nilai. Contoh pada tingkatan ini adalah
menghadiri atau menolak (Nurhidayah, 2010).
2.2. Tindakan
2.2.1. Pengertian
Tindakan atau dikenal dengan psikomotor merupakan suatu sikap pada diri
individu yang dapat terwujud dengan adanya faktor pendukung dan fasilitas
(Notoatmodjo, 2007). Bloom (1985, dalam Winarno, 2012) berpendapat bahwa
ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Sedangkan
Helmiati (2012) menjelaskan bahwa tindakan adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam melakukan sesuatu.
Tindakan berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh dan dikenal juga dengan domain keterampilan (Nurhidayah, 2011).
Tindakan lebih mudah diamati dibandingkan dengan sikap.
2.2.2. Tingkatan Tindakan
Psikomotor memiliki 7 tingkatan, yaitu persepsi, pengaturan, respon
terpimpin (terkendali), mekanisme, respon kompleks, adaptasi, dan keaslian
(Notoatmodjo, 2007; Nurhidayah, 2011).


Universitas Sumatera Utara

11

Persepsi berarti mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan
tindakan yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
Respon terpimpin berarti individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan
yang benar sesuai contoh (Notoatmodjo, 2007) seperti mengikuti, mengucapkan,
menggambar (Nurhidayah, 2011).
Mekanisme berarti individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah menjadi kebiasaan (Notoatmodjo, 2007). Individu dituntut
untuk untuk mampu mengulangi langkah-langkah pada suatu keterampilan yang
diinginkan yang menunjukkan penguasaannya sudah sampai pada tahap tertentu.
Kata kerja pada tingkatan ini adalah melakukan dengan tepat, lancar, tanpa
kesalahan, sesuai dengan yang dicontohkan (Nurhidayah, 2011)
Respon kompleks menuntut kemampuan untuk secara otomatis melakukan
tindakan motorik yang rumit dengan bebas dan sangat mahir tanpa ragu. Contoh
pada tingkatan ini adalah melakukan dengan lancar, terkoordinasi, dengan
sempurna, dan lain-lain (Nurhidayah, 2011).

Adaptasi merupakan tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran. Contoh kata kerja yang sesuai pada tingkatan ini
adalah memodifikasi atau mengkreasikan sesuatu sebagai pengganti (Nurhidayah,
2011).
Keaslian menuntut kemampuan untuk menciptakan tindakan motorik baru
atau cara baru yang terbentuk karena pemahamannya terhadap suatu keterampilan
dan kemampuannya melakukan keterampilan. Kata kerja pada tingkatan ini adalah
mampu menciptakan suatu hal yang baru (Nurhidayah, 2011).

Universitas Sumatera Utara

12

2.3. Metode Pembelajaran
Menurut Siregar dan Nara (2010), pembelajaran merupakan usaha yang
dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya
terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang. Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Dirjen Dikti,

2008).
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
yang sistematis yang digunakan oleh pengajar (Siregar dan Nara, 2010) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu (Dirjen Dikti, 2008).
Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan dosen akan tergantung pada
pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat
ditetapkan berbagai metode pembelajaran (Dirjen Dikti, 2008). Metode
merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode pembelajaran adalah bagian dari strategi pembelajaran yang
berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan
memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap
metode pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
(Dirjen Dikti, 2008; Siregar dan Nara, 2010). Helmiati (2012) juga menjelaskan
bahwa metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara
yang digunakan pengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Universitas Sumatera Utara


13

Karakteristik metode pembelajaran adalah luwes, terbuka dan partisipatif
(Sudjana, 2007). Luwes berarti dapat dimodifikasi dalam penggunaannya, terbuka
adalah dapat menerima masukan untuk perubahan dan pengembangan metode,
serta partisipatif berarti bahwa peserta didik diikutsertakan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
2.3.1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang paling banyak
digunakan oleh dosen dalam mengajar (Artini, 2010; Abimanyu, 2008; Dirjen
Dikti, 2008).
Menurut Dirjen Dikti (2008) dan Abimanyu (2008), metode ceramah adalah
penuturan atau penyajian bahan pelajaran secara lisan oleh dosen kepada
mahasiswa. Metode ceramah merupakan metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sekelompok pendengar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Helmiati, 2012).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode ceramah (Dirjen Dikti, 2008;
Abimanyu 2008; Harsono, 2008; Helmiati, 2012) dapat dilihat pada tabel 2.1. di
bawah ini:
Kelebihan

1. Mudah dan murah.

Kelemahan
1. Materi yang dikuasai

Mudah dalam mempersiapkan

mahasiswa sebagai hasil dari

dan melaksanakan metode serta

ceramah akan terbatas pada apa

murah dalam artian ceramah

yang dikuasai dosen.

tidak memerlukan peralatan
yang lengkap serta dapat diikuti


Universitas Sumatera Utara

14

oleh jumlah kelas yang besar.
2. Dapat memberikan wawasan

2. Ceramah yang tidak disertai

yang luas karena dosen dapat

dengan peragaan akan

menambah dan mengaitkan

mengakibatkan terjadinya

dengan sumber dan materi lain

verbalisme.


dalam kehidupan sehari-hari
Materi

yang

dijelaskan

banyak

dapat

pokok-pokoknya

dalam waktu yang singkat
3. Dapat memberikan pokok-

3. Ceramah dianggap sebagai

pokok materi yang perlu


metode yang membosankan

ditonjolkan sesuai dengan

jika materi yang disampaikan

kebutuhan dan tujuan yang

dan cara penyampaian kurang

ingin dicapai

menarik serta mahasiswa
menjadi pasif

4. Dosen dapat mengontrol dan

4. Sulit mengetahui apakah

menguasai keadaan kelas serta

seluruh mahasiswa sudah

mudah mengorganisasikan

mengerti apa yang dijelaskan

kelas.

atau belum.

2.3.2.Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan (Dirjen Dikti, 2008). Sanjaya (2006) menyebutkan
bahwa metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan

Universitas Sumatera Utara

15

pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang problematis.
Metode diskusi menurut Helmiati (2012) merupakan suatu cara mengajar
yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau
masalah di mana para peserta diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan
atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu
masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
Dosen berperan sebagai pemimpin diskusi atau dapat menndelegasikan tugas
sebagai pemimpin itu kepada mahasiswa di mana dosen bertugas mengawasi
pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh mahasiswa tersebut. Pendelegasian dapat
dilakukan jika mahasiswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi
(Abimanyu, 2008).
Adapun kelebihan dan kelemahan metode diskusi (Dirjen Dikti, 2008;
Abimanyu, 2008; Harsono, 2008) dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini:
Kelebihan
1. Merangsang kreativitas

Kelemahan
1. Diskusi sering dikuasai oleh

mahasiswa dalam bentuk ide,

dua atau tiga orang mahasiswa

gagasan, prakarsa, dan

suka berbicara.

terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah.
2. Melatih mahasiswa
membiasakan diri bertukar

2. Pembahasan cenderung meluas,
sehingga kesimpulan kabur

pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan

Universitas Sumatera Utara

16

3. Melatih mahasiswa

3. Membutuhkan waktu yang

membiasakan bertukar pikiran

panjang, terkadang tidak sesuai

dan gagasan secara verbal

dengan waktu yang

dalam mengatasi setiap

direncanakan.

permasalahan.
4. Mengembangkan sikap

4. Sering terjadi perbedaan

menghargai pendapat orang lain

pendapat yang bersifat
emosional dalam diskusi
sehingga menimbulkan
ketersinggungan antar
mahasiswa yang
menyebabkkan terganggunya
iklim pembelajaran.

2.4 Kurikulum Berbasis Isi
Kurikulum Berbasis Isi (KBI) adalah kurikulum yang sistem pengajarannya
masih berpusat pada pengajar (Dikti, 2008). KBI sering disebut juga sebagai
kurikulum konvensional. Adapun ciri-ciri KBI dapat dilihat pada tabel 2.3 di
bawah ini:
No.

Tinjauan

Kurikulum Berbasis Isi

1.

Latar belakang

Masalah internal

2.

Basis kurikulum

Berbasis Isi (Content Based Curricullum)

3.

Luaran
Tinggi

Perguruan Kemampuan
kurikulumnya

minimal

sesuai

sasaran

Universitas Sumatera Utara

17

4.

Penilaian
lulusan

kualitas Perguruan tinggi sendiri

5.

Cara menyusun

Mulai dari isi keilmuannya

6.

Penekanan

Output, lebih banyak menekankan hard skill

7.

Pembelajaran

Teacher Centered Learning (TCL), dengan titik
berat pada transfer of knowladge

Universitas Sumatera Utara

BAB III
KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengidentifikasi perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa keperawatan tentang
metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera
Utara.
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan, kerangka penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut:
Metode
Ceramah
Sikap
Metode
Diskusi

Mahasiswa

Metode
Ceramah
Tindakan
Metode
Diskusi

Skema 3.1. Kerangka penelitian perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa
keperawatan tentang metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis
Isi di Universitas Sumatera Utara.

18
Universitas Sumatera Utara

19

3.2. Definisi Konseptual
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,
baik yang bersifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku (Sunaryo
2004).
Tindakan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan
sesuatu Helmiati (2012).
Metode ceramah adalah penuturan atau penyajian bahan pelajaran secara
lisan oleh dosen kepada mahasiswa (Dirjen Dikti, 2008; Abimanyu, 2008).
Metode diskusi adalah siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang problematis (Sanjaya, 2006).
Kurikulum Berbasis Isi (KBI) adalah kurikulum yang sistem pengajarannya
masih berpusat pada pengajar (Dikti, 2008).
3.3. Definisi Operasional
No

Variabel

1.

Sikap

Defenisi
Operasional
Sikap adalah suatu
tingkatan
penerimaan,
pemberian respon,
dan penilaian
mahasiswa
keperawatan
mahasiswa
keperawatan
tentang metode
ceramah dan
diskusi pada
Kurikulum
Berbasis Isi di
Universitas
Sumatera Utara.

Alat Ukur

Skala

Sikap dalam
bentuk kuisioner
sejumlah 8
pertanyaan untuk
ceramah dan 8
pertanyaan untuk
diskusi dengan
menggunakan
skala likert dengan
pilihan jawaban:
- Selalu
- Sering
- Kadang-kadang
-Tidak Pernah

Ordinal

Hasil Ukur
- Baik
(skor 24-32)
- Cukup Baik
(skor 16-23)
- Buruk
(skor 8-15)

Universitas Sumatera Utara

20

2.

Tindakan

Tindakan adalah
suatu sikap yang
tampak meliputi
tingkatan persepsi,
respon terpimpin,
dan mekanisme
pada mahasiswa
Keperawatan
tentang metode
ceramah dan
diskusi pada
Kurikulum
Berbasis Isi di
Universitas
Sumatera Utara

Tindakan dalam
bentuk kuisioner
sejumlah 9
pertanyaan untuk
ceramah dan 9
pertanyaan untuk
diskusi dengan
menggunakan
skala likert dengan
pilihan jawaban:
- Selalu
- Sering
- Kadang-kadang
-Tidak Pernah

Ordinal

- Baik
(skor 27-36)
- Cukup Baik
(skor 18-26)
- Buruk
(skor 9-17)

3.4. Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha),
yaitu terdapat perbedaan sikap dan tindakan mahasiswa keperawatan tentang
metode ceramah dan diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera
Utara.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbedaan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Keperawatan tentang Metode Ceramah dan Diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera Utara

0 8 106

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 9

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 1

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 1 6

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 15

Perbedaan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Keperawatan tentang Metode Ceramah dan Diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera Utara

0 0 10

Perbedaan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Keperawatan tentang Metode Ceramah dan Diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Perbedaan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Keperawatan tentang Metode Ceramah dan Diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera Utara

0 0 7

Perbedaan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Keperawatan tentang Metode Ceramah dan Diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera Utara

0 0 3

Perbedaan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Keperawatan tentang Metode Ceramah dan Diskusi pada Kurikulum Berbasis Isi di Universitas Sumatera Utara

0 0 40