Tanggung Jawab Otoritas Pelabuhan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang Akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negeri yang memiliki wilayah yang terdiri dengan kepulauan
nusantara (archipelago; group of many Island). Wilayahnya terdiri dari daratan,
perairan dan dirgantara adalah satu kesatuan yang menyatu dengan bangsa Indonesia
dalam rangka wawasan nusantara. Dari tiga matra wilayah Republik Indonesia
maka wilayah perairan (lautan) merupakan bagian yang terluas dibandingkan
dengan wilayah daratanya. Kondisi real ini yang membuat sejak zaman nenek
moyang dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai negara dan bangsa bahari
(maritim), dimana sangat banyak kegiatan yang berhubungan dengan lautan, salah
satunya ialah kegiatan transportasi laut.
Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari 1.
Transportasi dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Transportasi darat
2. Transportasi udara
3. Transportasi laut. 2
Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi Nasional perlu
dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan

seluruh wilayah Indonesia. Termasuk lautan Nusantara sebagai satu kesatuan

1
2

M. Nur Nasruddin, Manajemen Transportasi, Pustaka, Jakarta, 2002. Hal 20
https://id.m.wikipedia.org, diakses pada tanggal 28 Maret 2016, pukul 22:00

Universitas Sumatera Utara

wilayah nasional. 3 Kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, maka
sudah sewajarnya pemerintah memperhatikan segala hal yang menyangkut
mengenai sarana prasarana yang menunjang kemajuan dalam bidang transportasi
laut itu sendiri.
Kepelabuhanan

merupakan

sarana


untuk

menunjang

kemajuan

dan

peningkatan perekonomian suatu daerah. Pelabuhan juga merupakan suatu yang
berhubungan atau berkaitan dengan segala kegiatan penyelenggaraan pelabuhan
serta kegiatan yang lain untuk melaksanakan fungsi pelabuhan merupakan
penunjang kelancaran pelabuhan tersebut, termasuk untuk kelancaran arus lalu lintas
kapal, para penumpang dan barang. Keselamatan saat berlayar, serta mendorong
peningkatan

perokonomian Nasional dan suatu daerah, juga tergantung pada

kehadiran pelabuhan tersebut, Undang-undang No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
menjelaskan bahwa “Pelabuhan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan segala
pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan

ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan / barang, keselamatan dan
keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan / atau antar moda serta mendorong
perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang
wilayah”.
Pelabuhan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 tahun
2001 tentang Kepelabuhanan pasa 1 ayat 1 menjelaskan bahwa “Pelabuhan adalah
tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

3

Soedjono kramadibrata, Peranan Sektor Transportasi Dalam Mengantisipasi PJP II dan
Pelita VI,ITB, Bandung, 2002. hal 55

Universitas Sumatera Utara

dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang
dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi.

Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2015 menyebutkan
pengertian pelabuhan, antara lain sebagai berikut :
“Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagi tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan/ atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi”.
Defenisi tersebut, menjelaskan bahwa pelabuhan mempunyai beberapa
macam fungsi, antara lain sebagai berikut :
1. Interface, pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua moda/sistem transportasi,
yaitu transportasi laut dan transportasi darat. Ini berarti pelabuhan harus
menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa yang dibutuhkan untuk
perpindahan (transfer) barang dari kapal keangkutan darat, atau sebaliknya.
2. Link (Mata rantai), pelabuhan merupakan mata rantai dari sistem transportasi.
Sebagai mata rantai, pelabuhan (baik dilihat dari kinerja maupun dari segi biaya)
akan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi keseluruhan.
3. Gate way, pelabuhan berfungsi sebagai pintu gerbang (gate way) dari satu
negara ke negara lain maupun dari satu daerah kedaerah lain. Pengertian

pelabuhan sebagai gate way ini dapat dilihat dari segi :
a. Pelabuhan sebagai pintu masuk atau keluar barang dari negara atau
daerah tersebut. Dalam hal ini pelabuhan memang peranan penting bagi
perekonomian negara atau suatu daerah.
b. Pelabuhan sebagai pintu gerbang kapal-kapal yang memasuki
pelabuhan.Pelabuhantersebut berada yaitu ketentuan-ketentuan bea
cukai, imigrasi, karantina, peraturan impor/ekspor dan sebagainya.
4. Industry Entri, perkembangan industri yang berorientasi kepada ekspor dari
suatu negara/daerah, maka fungsi pelabuahn semakin penting bagi industri
tersebut. 4

4

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005. hal 178

Universitas Sumatera Utara

Peraturan Mentri Perhubungan No. KM. 63 Tahun 2010 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan disebutkan bahwa pelabuhan mempunyai
tugas melaksanakan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pelabuhan

pada pelabuhan yang dilaksanakan secara komersial. Tugas Kantor Otoritas
Pelabuhan yang salah satunya adalah mengatur dan mengendalikan serta mengawasi
kegiatan pelabuhan, termasuk dalam proses akan bersandarnya kapal, maka sudah
menjadi kewajiban Otoritas Pelabuhan untuk mengatur kenavigasian dalam proses
persandaran kapal yang akan bersandar dan menjamin keselamatan kapal.
Masalah kepelabuhan merupakan faktor yang tidak terpisah dalam sistem
ekonomi negara secara keseluruhan. Selain itu pelabuhan juga berfungsi sebagai
tumpuan kegiatan ekonomi yang merupakan penunjang bagi perkembangan industri,
perdagangan maupun pelayaran, dan kegiatan pemerintah merupakan sarana untuk
menyelenggarakan

pelayanan

jasa

kepelabuhanan

dalam

menunjang


penyelenggaraan pengangkutan laut. Kapal-kapal membutuhkan pelabuhan sebagai
tempat bertambat dan berlabuh untuk melakukan kegiatanya yang meliputi bongkar
muat barang, menaikkan dan menurunkan penumpang. Seperti yang diketahui,
fungsi pelabuhan adalah sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan
ekonomi

dan

kegiatan

menyelenggarakan

pemerintahan

pelayaanan

jasa

yang


merupakan

kepelabuhanan

sarana

dalam

untuk

menunjang

penyelenggaraan angkutan laut. Pelabuhan sebagai terminal point untuk kapal laut
serta kendaraan air lainya merupakan komponen logistik teknis yang tidak
terpisahkan dari penyelenggaraan pengangkutan laut. Penggunaan fasilitas
pelabuhan diperlukan untuk melayani kapal-kapal laut dan kendaraan air lain untuk
keperluan melabuh dan menambat kapal-kapal untuk menaikkan dan menurunkan

Universitas Sumatera Utara


penumpang, bongkar muat barang-barang dan lain-lain. Tidak hanya itu pelabuhan
dalam hal ini juga mempunyai tanggung jawab untuk menjamin keselamatan serta
kenyaman kapal sat proses masuk ke pelabuhan agar kapal tidak mengalami
hambatan seperti kapal pecah, karam ataupun sarat (kandas) saat memasuki
pelabuhan. Sehingga dengan lancarnya masuk kapal di pelabuhan, ini akan dapat
meningkatkan perekonomian suatu daerah dan sebaliknya dengan terjadinya
hambatan dalam persandaran kapal ini akan menghambat perekonomian suatu
daerah dan akan mengurangi peningkatan kegiatan di pelabuhan. Karna itu untuk
menjamin keselamatan, keamanan serta kelancaran kapal, maka dalam hal ini
Otoritas Pelabuhan bertanggung jawab dalam hal kenavigasian terhadap kapal yang
akan bersandar.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian pasal
1 ayat (1) , adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana bantu navigasi
pelayaran, telekomunikasi pelayaran, hidrografi, dan meteorologi, alur dan
perlintasan, pengerukan, dan reklemas, pemanduan, penanganan kerangka kapal,
salvage, dan pekerjaaan bawah air untuk kepentingan keselamatan pelayaran.
Untuk membawa kapal dari satu tempat ke tempat tujuan dengan aman dan
efisien, disamping di perlukanya adanya bantuan pesawat navigasi yang berada
diatas kapal di perlukan lagi adanya sarana bantu navigasi yaitu berupa ramburambu navigasi pelayaran. Fungsi dari sarana bantu navigasi pelayaran adalah untuk

menandai bahaya, sebagai penentuan posisi kapal dan untuk menandai alur
pelayaran.
Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian di
jelaskan bahwa “Sarana bantu navigasi pelayaran adalah peralatan atau sistem yang

Universitas Sumatera Utara

berada diluar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan
keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal atau lalu lintas kapal”.
Pasal 3 Peraturan Pemerintah no 5 tahun 2010 tentang Kenavigasian
menjelaskan bahwa “kenavigasian diselenggarakan untuk menjamin keamanan dan
keselamatan pelayaran, mendorong kelancaran kegiatan perekonomian, menandai
batas-batas wilayah dalam rangka menjaga kedaulatan, memantapkan pertahanan
dan keamanan negara, serta memperkukuh persatuan kesatuan bangsa dalam
kerangka wawasan nusantara”
Untuk menandai bahaya serta sebagai penentu posisi kapal dan untuk menandai
alaur pelayaran, maka sarana bantu navigasi ini ditempatkan pada alur-alur
pelayaran di pelabuhan, maupun di pulau, adapun jenis-jenis sarana bantu tersebut
adalah :
1. Menara Suar, yaitu alat penerang (lensa atau lampu) yang mampu

mengeluarkan sinar sifat tertentu yang di pasang diatas menara ditempatkan
di sepanjang atau di dalam pelabuhan, dan berfungsi sebagai tanda bagi
kapal-kapal yang akan bernavigasi dari lepas pantai ke darat atau ke tempat
pendaratan ataupun pelabuhan.
2. Rambu Suar, yaitu suatu alat penerang yang mampu mengeluarkan sinar sifat
tertentu yang dipasang diatas menara atau di labuhkan didasar laut yang yang
ditempatkan di perairan pantai-pantai atau pun dalam pelabuhan, dan
berfungsi memberikan informasi kepada kapal-kapal yang bernavigasi
didaerah sekitarnya mengenai lokasi-lokasi di pelabuhan, posisi alur masuk
dan alur keluar, tempat-tempat dangkal, lain-lain halangan di bawah air serta
alur-alur pelayaran yang aman.
3. Suar Spot, yaitu suatu alat penerang lensa yang meberikan sorotan yang di
pasang di pelabuhan sebagai petunjuk bahwa di tempat itu ada bahaya.

Universitas Sumatera Utara

4. Suar Penuntun (Landing Light), yaitu suar alat penerang (lensa, lampu) yang
mampu memberikan penerangan sifat tertentu, dipasang dibangunan sejenis
menara di dalam pelabuhanatau selat yang berfungsi untuk memberikan
informasi pada kapal-kapal yang beriperasi di alur-alur pelayaran yang sulit
dan pelabuhan sempit ataupun selat.
5. Suar Pengarah, yaitu suatu

alat penerang yang mampu sekaligus

memberikan tiga jenis sinar yang berbeda dengan ciri tertentu, dipasang
diatas bangunan sejenis menaradi dalam pelabuhan ataupun selat yang
berfungsi untuk memberikan informasi pada kapal-kapal yang beroperasi d
alur sempit ataupun pelabuhan dengan sinar putih diapit oleh sinar hijau dan
merah.
6. Stasiun rambu radio gelombang Menegah, yaitu perlengkapan radio
(transmiter, antena) untuk menyiarkan sinyal-sinyal (gelomabng menengah)
agar kapal-kapal yang dilengkapi dengan pencarian arah radiodapat
memancarkan sinar tersebut untuk menentukan posisi.
Pengertian navigasi yang dijelaskan dari Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2010 tentang Kenavigasian, yang menjelaskan pengertian dari kenavigasian
dapat dilihat bahwa Otoritas Pelabuhan yang salah satu tugasnya yaitu untuk
mengawasi proses persandaran kapal, memberikan peran yang penting untuk
menjaga keamanan dan kelancaran dalam proses persandaran kapal menuju ke
pelabuhan. Di Indonesia yang wilayahnya terbagi atas pulau-pulau yang banyak
menggunakan transportasi laut dengan menggunakan kapal serta menggunakan
pelabuhan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal,

Mewajibkan Otoritas

Pelabuhan yang tugasnya sebagai Navigator untuk menjaga serta mengawasi dan

Universitas Sumatera Utara

mengawal kapal yang akan merapat sampai kepelabuhan. Namun, realitanya saat
ini masih terjadi kapal yang tenggelam, kandas dan lain-lain pada saat proses
persandaran kapal di pelabuhan, padahal otoritas pelabuhan mempunyai peran dan
fungsi sebagai navigator dalam proses persandaran kapal di pelabuhan. Hal ini akan
menimbulkan masalah besar

dimana Otoritas Pelabuhan tidak melaksanakan

fungsinya untuk terus mengawasi dan menuntun kapal, memberikan petunjuk
kepada kapal untuk dapat masuk ke pelabuhan dengan aman.
Kecelakaan kapal yang terjadi dalam lingkup pelabuhan, ini menjadi alasan
penulis untuk menuangkan secara jelas dan cermat dalam sebuah skripsi yang
berjudul” Tanggung jawab pelabuhan dalam hal kenavigasian terhadap kapal yang
akan bersandar” ( Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, adapun yang menjadi
permasalahan dalam skripsi ini, antara lain, sebagai berikut :
1. Bagaimana tata cara pelaksanaan kapal sandar?
2. Bagaimana pelaksanaan jasa pemanduan terhadap kapal yang bersandar?
3. Bagaimana tanggung jawab PT. Pelindo I cabang belawan dalam hal
kenavigasian terhadap kapal yang akan bersandar?
C. Tujuan penulisan
Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan dapat mengetahui :
1. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan kapal yang akan bersandar.
2. Untuk mengetahui

pelaksanaan jasa pemanduan terhadap kapal yang

bersandar.

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui tanggung jawab PT. Pelindo I cabang belawan dalam
hal kenavigasian terhadap kapal yang akan bersandar.

D. Manfaat Penulisan
Sejalan dengan tujuan tersebut diatas, penulisan skripsi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1.

Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk

berbagai konsep ilmiah yang pada waktunya nanti dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam hukum pengangkutan dan mengenai hukum
kepalabuhanan serta mengenai kenavigasian.
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap bahwa tulisan ini dapat bermanfaat sebagai masukkan dan
pengetahuan bagi masyarakat dan para pelaku serta pengguna jasa pelabuhan
mengenai problematika yang mungkin dihadapai dalam proses persandaran kapal di
pelabuhan. Serta dapat pula memberi manfaat bagi penulis lain yang akan meneliti
lebih lanjut dan mendalam.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan. Untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan
masalah yang diteliti, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode penulisan
yang bila dilihat dari jenisnya, maka dapat digolongkan kedalam penelitianYuridis
normatif dan empiris.

Universitas Sumatera Utara

Jenis Penelitian yuridis normatif adalah Penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka atau bisa juga disebut
dengan penelitian hukum kepustakaan 5.
Penelitian empiris merupakan penelitan berupa studi lapangan dengan
melakukan wawancara pada responden yang berkaitan dengan kenavigasian pada
PT. Pelindo I cabang belawan.
Penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris dilakukan dengan cara meneliti
data primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder dari
perpustakaan 6.

2. Sifat Penelitian
Sifatnya Deskriftif yaitu, penulis menggunakan metode penelitian hukum
Normatif. Penelitian hukum Normatif dilakukan melalui kajian data yang bersikap
sekunder yang ada di perpustakaan, seperti peraturan perundang-undangan dan
bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan skripsi ini. Karena penyusun karena
penyususnan skripsi ini juga melalui proses penelitian lapangan, maka penelitian ini
juga menggunakan metode Penelitian Hukum Empiris. Penelitian Hukum Empiris
merupakan penelitian lapangan yang berasal dari data primer yang di dapat langsung
dari masyarakat sebagai sumber utama melalui pengamatan (observasi), wawancara,
ataupun penyebaran kuisoner. Penelitian hukum Empiris dalam penulisan skripsi ini
dilakukan melalui wawancara langsung dengan legal staff di PT. Pelindo I Cabang
Belawan.
5

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001, hal 13
6
Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005. hal 23

Universitas Sumatera Utara

Penelitian

dalam

skripsi

ini

bersifat

deskriftif,

yang

menyajikan,

menggambarakan dan memaparkan mengenai gejala-gejala dan fakta-fakta yang
terjadi di lapangan.

3. Sumber Data
Data dan sumber data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah bahan
hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang
terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum pengangkutan dan
kepelabuhanan, antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian,
Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan, Peraturan Mentri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Laut, Undang-Undang No 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Peraturan
Mentri Perhubungan Nomor KM 21 Tahun 2007 Tentang Sistem dan Prosedur
Pelayanan Kapal Barang dan Penumpang pada Pelabuhan Laut yang di
Selenggarakan Oleh Unit Pelaksana Teknis Kantor Pelabuhan, Peraturan Mentri
Perhubungan Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Sarana

Bantu

Navigasi Pelayaran. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010
Tentang Kenavigasian. Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 53 Tahun 2001
Tentang Pemanduan.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku
dan pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan pembahasan skripsi
ini.

Universitas Sumatera Utara

Bahan hukum tersier atau bahan penunjang, yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer
dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Bahan hukum dikumpulkan dengan menggunkan penelitian kepustakaan
(Library Research) dan studi dokumen dari berbagai sumber yang di anggap
berhubungan dan relevan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Sumber
bahan hukum sekunder berupa artikel, jurnal ilmiah, bahan kuliah, buku-buku
hukum yang berkaitan yang didapt melalui Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatra Utara.
b. Penelitan Lapangan (Field Research)
Sebagai data penunjang dalam penelitian ini, juga didukung dengan penelitian
lapangan (field research) untuk mendapatkan data primer guna akurasi terhdap hasil
yang dipaparkan, yaitu berupa wawancara. Wawancara dilakukan sebagai alat
pengumpulan bahan hukum tambahan selain daripada bahan hukum yang
didapatkan dari perpustakaan. Wawancara dilakukan dengan informan yang
dipandang bersangkutan, yaitu dengan pihak PT. Pelindo I Cabang Belawan.
5. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif yang digambarkan secara deskriptif,
rangkaian kegiatan analisis data dimulai setelah terkumpulnya data sekunder,
kemudian disusun menjadi sebuah pola dan dikelompokkan secara sistematis.
Analisis data lalu dilanjutkan dengan membandingkan data sekunder terhadap data
primer untuk mendapat penyelesaian permasalahan yang diangkat.

Universitas Sumatera Utara

F. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa tahapan
yang disebut dengan bab dimana masing-masing bab dibagi dalam beberapa sub bab
yang masing-masing bab diuraikan masalahnya secara tersendiri, namun masih
dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara
sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhan kedalam 5 (lima)
bab terperinci. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I

:

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang segala hal
yang bersifat umum dalam latar belakang, kemudian dilanjutkan
dengan

perumusan

masalah,

tujuan

dan

manfaat

penulisan,

sistematika penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan
ditutup dengan memberikan keaslian penulisan.
BAB II :

Membahas

mengenai

tinjauan

umum

mengenai

pelabuhan,

dipaparkan mengenai sejarah pelabuhan serta peran dan fungsi
pelabuhan, jenis-jenis pelabuhan dan hierarki pelabuhan, dan
pelaksanaan kegiatan kapal dan pelayanan jasa di pelabuhan.
BAB III :

Akan dibahas tentang kenavigasian dan peranan lembaga-lembaga
pelabuhan. Dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian
kenavigasian

serta

sarana-sarana

bantu

navigasi

pelayaran,

penyelengaraan bantuan navigasi pelayaran, dan membahas mengenai
penyelenggaraan pemanduan lembaga-lembaga di pelabuhan.
BAB IV :

Akan dibahas tentang tanggung jawab pelabuhan dalam hal
kenavigasian terhadap kapal yang akan bersandar, membahas tata

Universitas Sumatera Utara

cara pelaksanaan kapal yang akan bersandar, pelaksanaan jasa
pelayanan di Pelabuhan Belawan I terhadap kapal yang akan
bersandar, serta tanggung jawab PT. Pelindo I dalam hal kenavigasian
terhadap kapal yang akan bersandar.
BAB V :

Merupakan bab terakhir yang membahas mengenai kesimpulan dan
saran. Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dari seluruh
penulisan yang telah diuraikan dalam bab-bab yang sebelumnya
sekaligus memberikan saran-saran terhadap data yang ada.

G. Keaslian Penulisan
Setelah dilakukan penelitian di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, belum ada terdapat tulisan tentang “TanggungJawab Pelabuhan
Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang akan Bersandar.” Oleh karena itu
penulisan skripsi ini dapat dikatakan masih orisinil sehingga keabsahannya dapat di
pertanggung jawabkan secara moral dan akademis.

Universitas Sumatera Utara