Tanggung Jawab Otoritas Pelabuhan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang Akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku

Anshari, Tampil, 2005, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

A.H, Tumbel, 1991, Peti Kemas, dan Penangananya, CV. Permai I, Jakarta.

Gultom, Elfrida, 2007, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan Untuk Meningkatkan Ekonomi Nasional, Raja wali Pers, Jakarta.

Kramadibrata, soedjono, 2002, Peranan Sektor Transportasi Dalam Mengantisipasi PJP II dan Pelita VI, ITB, Bandung.

Pelindo II, PT, 2000, Pengelolaan Pelabuhan dari Aspek Penagturan Pelabuhan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Purba, Hasim, 2005, Hukum Pengangkutan di Laut,Pustaka Bangsa Press, Medan. Purba, Radiksa, 1981, Angkutan Muatan Laut, Bhatara, Jakarta.

R.P, Suyono, 2001, Shipping : Pengangkutan Internasional Ekspor Impor Melalui Laut, Seri Bisnis Internasional, PPM, Jakarta.

Sasono, Budi Herman, 2014, Managemen Kapal Niaga, Andi, Yogyakarta.

Siregar, Muctaruddin, 2002, Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen Pengangkutan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

Suranto, 2004, Managemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan serta Prosedur Impor Barang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Triadmodjo, Bambang, 2010, Perencanaan Pelabuhan Lokal, Betta Offset, Jogyakarta.

Umar, Husein, 2007, Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran, PT. Raja Grafindo, Jakarta.

B.Makalah

Irpan Mashude, Makalah, 2014, “Peran Pelabuhan Dalam Kegiatan Pelayaran”,

Makalah disampaikan dalam pemaparan kertas kerja PT. Pelindo II di Jakarta.


(2)

Rahadian Adha, Makalah, 2001, “Perkembangan Bisnis Pelabuhan”, Surabaya. Pemaparan Mentri Perhubungan Pekan Orientasi Wartawan Maritim,1999,

Peran Penting Pelabuhan dalam Mata Rantai Sistranas”, Yogyakarta.

C.Undang-Undang

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 21/PMP/2007 tentang Sistem dan Peosedur Pelayanan Kapal Barang dan Penumpang pada Pelabuhan Laut yang di Selenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Pelabuhan.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 5/PP/2010 tentang Kenavigasian.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 34/PMP/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 51/PMP/2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 135/PMP/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 36/PMP/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 69/PP/2001 Jo Keputusan Mentri Perhubungan Nomor KM/55/2002 tentang Kepelabuhanan.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 5/PP/2009 tentang Kenavigasian.

Pemerintah Republik Indonesia, Keputusan Mentri Perehubungan Nomor KM/24/2002 tentang Pelayaran.

D.Website

Wikipedia,SejarahPelabuhan,Belaw

diakses 2 februari 2016, pukul 22.10 wib.

Aldino,blogspot,TentangKepel


(3)

Lisaherdiana,Artikel,Pel

ManoGaol,KriteriadanHierarkiPel

Mdk16,Artikel,JenisKapalMenurutFungsidanKegunaany

Nurul,Blog,PelayananKapal

Wikipedia,Navigasi

2016, pukul 08.30 wib.

Perambuan-aton.blogspot.com, diakses pada tanggal 28 Maret 2016, pukul 21:00 wib.


(4)

BAB III

KENAVIGASIAN DAN PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA DI PELABUHAN

A. Pengertian Navigasi dan Kenavigasian Serta Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

Bernavigasi adalah merupakan bagian dari kegiatan melayarkan kapal dari satu tempat yang lain, dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain.Pengetahuan mengenai navigasi dan kenavigasian ini sangat penting diketahui untuk membantu keselamatan dalam pelayaran sampai persandaran kapal di pelabuhan.

Navigasi adalah suatu proses mengendalikan gerakan alat angkutan baik di udara, laut ataupun sungai maupun di daratdari satu tempat ke tempat yang lain dengan lancar, aman dan efisien. Seiring dengan perkembangan zaman, modrenisasi peralatan navigasi sangat membantu akurasi penentuan posisi kapal di permukaan laut, sehingga dapat menciptakan aspek ekonomis dalam asas “Bussines to Bussines”. Sistem navigasi laut merupakan perpaduan antara teknologi dan sistem yang mencakup beberapa kegiatan pokok, antara lain :

1.Mempelajari serta menentukan rute jalan yang harus ditempuh agar kapal dengan aman, cepat, selamat, dan efisien sampai tujuan.

2.Menentukan tempat kedudukan (posisi), dimana kapal berada di permukaan bumi.

3.Menentukan haluan antara tempat tolak dan tempat tiba yang diketahui sehingga jauhnya/jaraknya dapat ditentukan. 34


(5)

Untuk dapat mengendalikan, mengolah gerak dan melayarkan kapal dengan lancar, aman dan efisien di semua perairan samapai kepelabuhan, dibutuhkan navigator yang mempunyai kemampuan yang mampu mengetahui mengenai navigasi serta kenavigasian ini baik dalam teori maupun prakteknya, sehingga navigator mampu mengarahkan kapal dalam berbagai situasi keadaan dengan selamat sampai kepelabuhan tujuan (port of destination). Pengaturan navigasi ini menyangkut keamanan, komunikasi dan peralatan navigasi ataupun sarana bantu navigasi lainya yang diatur oleh negara yang bersangkuatan juga oleh perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tergabung dalam IMO (International Maritime Organition). Untuk mendukung semua aturan-atauran yang berlaku baik dalam Hukum Internasional maupun Hukum Republik Indonesia maka ada larangan, yaitu tindakan yang dapat mengakibatkan kerusakan dan/hambatan pada sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran serta fasilitas-fasilitas alur pelayaran sehingga menyebakan tidak berfungsinya sarana bantu navigasi.

Pasal 1ayat 44 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran berbunyi “ Navigasi adalah proses mengarahkan gerak kapal dari satu titik ke titik yang lain dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya dan/ atau rintangan pelayaran”.Begitu pentingnya mengenai navigasi dan kenavigasian ini dalam proses pelayan kapal, baik dilaut maupun proses kapal yang akan bersandar di pelabuhan, sehingga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian, Pasal 1 ayat (1)juga disebutkan pengertian dari kenavigasian sebagai berikut :

“Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran, hidrografi dan meterologi, alur perlintasan, pengerukan dan reklemasi, pemanduan, penaganan kerangka


(6)

kapal, salvage, dan pekerjaan dibawah air untuk kepentingan keselamatan pelayaran kapal sampai kepelabuhan”35

Sarana bantu navigasi pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada diluar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisien bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal.

.

Untuk membawa kapal dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencapai ketempat pelabuhan yang dituju dengan aman dan efisien, disamping di perlukan adanya bantuan pesawat navigasi yang ada diatas kapal maka diperlukan lagi adanya sarana bantu navigasi yaitu berupa sarana-sarana bantu navigasi pelayaran.

36

1. Menara suar, yaitu alat penerang (lensa, lampu dsb) yang mampu mengeluarkan sinar dengan sinar dengan sifat tertentu yang dipasang diatas menara ditempatkan di sepanjang pelabuhan, dan berfungsi sebagai tanda bagi kapal-kapal yang bernavigasi dari lepas pantai kedarat atau

Adapun fungsi dari sarana bantu navigasi pelayaran adalah untuk menandai bahaya, sebagai penentuan posisi kapal dan untuk menandain alur pelayaran, sarana bantu navigasi juga meliputi peta laut adalah katalog dari peta-peta laut dan foto peta, almanak nautika (digunakan untuk menetukan tempat kedudukan kapal dengan benda-benda angkasa), buku-buku panduan bahari yang digunakan untuk membantu seorang navigtor menemukan keterangan-keterangan terinci berbagai aspek dalam rute pelayaran di berbagai tempat dunia. Adapun jenis-jenis sarana bantu navigasi pelayaran yang ditempatkan pada alur-alur pelayaran, dipelabuhan maupun pulau meliputi :

35

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian, Pasal (1) ayat 1

36

Undang-Undang Republik Indonesia No 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal (1)ayat 46.


(7)

sepanjangpantai untuk memastikan tempat pendaratan, titik koeksi atau posisi kapal.

2. Rambu Suar, yaitu suatub alat penerangan (Lensa, lampu dsb) yang mampu mengeluarkan sinar dengan sifat tertentu yang dipasang diatas menara atau dilabuhkan didasar laut yang ditempatkan diprairan pantai atau didalam pelabuhan, dan berfungsi memberikan informasi kepada kapal-kapal yang bernavigasi didaerah sekitarnya mengenai lokasi-lokasi di pelabuhan, posisi alur masuk dan alur keluar, tempat-tempat dangkal, lain-lain dibawah air beserta alur-alur pelayaran yang aman.

3. Suar spot, adalah suatu alat penerang (lensa, lampu dsb) yang mengeluarkan sorot sinar yang tak berputa, dipasang diatas bangunan sejenis menara disepanjang pantai atau pelabuhan yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang beroperasi disekitar daerah itu yang menunjukan akan adanya benda-benda bahaya yang akan denagan penyinaran atas karang atau tempat-tempat dangkal yang bersangkutan.

4. Suar penuntun, (landing light), yaitu suatu alat penerang (lensa, lampu dsb) yang mampu memberikan penerangan dengan sifat tertentu, dipasang diatas bangunan sejenis menara dalam pelabuhan atau selat yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang beroperasi dialur-alur pelayaran yang sulit dipelabuhan atau selat.

5. Suar pengarah, yaitu alat penerang yang mampu sekaligus memberikan tiga jenis sinar yang berbeda denagan ciri tertentu. Dipasang diatas bangunan sejenis menara dalam pelabuhan atau selat yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang beroperasi di alur-alur pelayaran yang


(8)

sulit dan sempit dengan sinar putih di tengah diapit oleh sinar hijau dan sinar merah.

6. Stasiun rambu radio gelombang menengah, yaitu perlengkapan radio berupa, transmiter, antena dan lain-lain untuk menyinarkan sinyal-sinyal gelombang menengah agar kapal-kapal yang dilengkapi dengan pencari arah radiodapat memanfaatkan pancaran sinyal tersebut untuk menentukan posisi.

7. Telekomunikasi pelayaran, yaitu telekomunikasi khusus untuk keperluan dinas pelayaran yang merupakan setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan setiap jenis tanda, gambar, suara dan segala bentuk informasi apapun melalui sistem kawat, optik radio, atau sitem elektromagnetik lainya dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan pelayaran.

8. Stasiun bumi pantai yaitu stasiun bumi dalam dinas tetap satelit atau dalam beberapa hal, dalam dinas bergerak satelit pelayaran yang ditempatkan dalam suatu tempat tertentu didarat yang disediakan untuk jarinagn pencatu bagi dinas bergerak pelayaran.

Selain dengan adanya sarana bantu navigasi dalam pelayaran dilaut dan persandaran kapal dipelabuhan, yang membantu kapal untuk berlayar dengan selamat, aman dan efisien serta melakukan proses persandaran kapal maka terdapat juga navigasi yang ada dalam pelabuhan yang meliputi, penetapan frekwensi kapal yang dapat diterima mulai dari alur masuk pelabuhan, pintu masuk pelabuhan dan dalam kolam. Untuk menghindari bahaya bagi kapal yang masuk dan keluar pelabuhan kapal dengan ukuran tertentu diwajibkan untuk menggunakan pandu serta sebelum beberapa jam kapal masuk kepelabuhan maka kapal sudah harus


(9)

berkomunikasi dengan kenavigasian yang ada dipelabuhan untuk memberitahukan posisi mereka dan waktu yang direncanakan untuk masuk kepelabuhan. Biasanya 5 samapi 10 mil dari pelabuhan telah terdapat sarana bantu navigasi sebagai sarana mempermudah kapal yang akan masuk pelabuhan.37

B. Penyelenggaraan Bantuan Navigasi Pelayaran

Dalam hal proses penyelenggaraan bantuan navigasi pelayaran baik dilaut maupun di pelabuhan merupakan suatu tugas dan fungsi dari navigasi tersebut untuk menandai bahaya serta penentu posisi kapal untuk menandai alur pelayaran, sehingga berjalan tidaknya penyelenggaraan bantuan navigasi pelayaran ini merupakan penentu keselamatan dan keamanan proses pelayaran dan persandaran kapal di pelabuhan. Oleh karna itu, untuk mewujudkan proses pelayaran sebagai perpindahan dari satu tempat ketempat yang lain, dari pelabuhan satu ke-pelabuhan yang lain, maka dibuatlah pelaksanaan penyelenggaraan bantuan navigasi, dimana dalam pelaksanaan penyelenggaraan bantuan navigasi ini harus memperhatikan Prinsip-prinsip dalam melaksanakan suatu tugas jaga navigasi.38

1. Prinsip-Prinsip Umum Tugas Jaga (Principles Of Watchkeeping In Generally), merupakan suatu pengaturan jaga navigasi oleh nahkoda dibawah pengarahan dan bimbingan nahkoda, dimana para para perwira melaksanakan tugas jaga navigasi dan ikut bertangung jawab atas keselamatan pelayaran selama tugas jaga, khususnya pencegahan tubrukan kapal maupun terjadinya kandas kapal karna dangkalnya perairan yang dilalui suatu kapal sehingga kandasnya kapal ini mampu mengakibatkan

37

Suranto, Managemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan serta Prosedur

Impor Barang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. hal 17 38


(10)

kapal terbalik maupun pecah sehingga kapal dapat tenggelam. Prinsip ini merupakan prinsip yang harus di jalankan dalam pelaksanaan penyelenggaraan bantuan navigasi, karna secara umum banyaknya terjadi kecelakaan berupa tubrukan kapal, kandasnya kapal, itu terjadi karna tidak diterapkanya prinsip umum ini sehingga untuk menjaga keselamtan pelayaran dan proses persandaran kapal ini maka perlunya diperhatikan pelaksanaan prisip ini.

2. Perlindungan Lingkungan Laut (Protection Of Marine Environment),

merupakan suatu prinsip dimana setiap anggota tugas jaga harus memahami dan menyadari sepenuhnya apabila terjadi pencemaran, untuk itu harus mengambil setiap tindakan pencegahan terhadap terjadi pencemaran di lingkungan laut. Tindakan pencegahan mengacu pada peraturan-peraturan internasional dan peraturan internasional dan peraturan nasional/setempat yang berlaku.

3. Look Out (pengamatan), yaitu suatu pengamatanyang harus dilaksanakan, terutama untuk memenuhi aturan 5 COLLREG 72 :

a. Senantiasa waspada secara visual maupun pendengaran dan dengan segala cara lain terhdap setiap perubahan situasi.

b. Membuat penelitian terhadap situasi dan resikotubrukan kandas dan bahaya-bahaya navigasi lainya.

c. Mendeteksi adanya kapal-kapal dan orang-orang didalam keadaan marabahaya, kerangka kapal dan marabhaya lainya.

Petugas pengamat harus dapat sepenuhnya melaksanakan tugas tanpa dibebani tugas-tugas lain yang dapat mengangu tugas pengamatan karna dalam pengamatan


(11)

ini perlu kefokusan untuk menemukan sebab-sebab yang dapat membahayakan kapal untuk agar tidak terjadi tubrukan maupun kandasnya kapal, dan pemegang kemudi yang sedang bertugas juga tidak dapat dibrikan tugas untuk melakukan pengamatan, kecuali untuk kapal kecil, dimana posisi pengemudi tidak terhalang oleh bangunan kapal.39

1. Situasi yang telah diyakini dalam keadaan aman.

Seorang perwira dapat melakukan jaga sendiri disiang hari apabila :

2. Faktor-faktor yang relevan telah benar-benar diperhitungkan, anatar lain ; Keadaan cuaca, jarak nampak, kepadatan lalu lintas, bahaya-bahaya navigasi yang ada, bagan pemisah.

3. Bantuan petugas juga dapat segera diperoleh jika terjadi sesuatu marabahaya. Komposisi tugas jaga menjamin dilaksanakanya pengamatan secara terus-menerus dan cermat, dan nahkoda sendiri perlu mempertimbangkan berbgai faktor dalam menyusun komposisi tugas jaga navigasi berupa, jarak tempuh kapal, keadaan cuaca laut, kegiatan yang dilakukan di kapal pada setiap saat, termasuk kesibukan komunikasi radio dan kemudahan mendapat bantuan tenaga untuk segera datang keanjungan jika diperlukan, serta memperhatikan ukuran kapal dan besarnya sudut pandang dari tempat pengamatan.40

Pengaturan Tugas Laut, yaitu menentukan komposisi petugas jaga termasuk bawahan yang ikut serta, serta beeberapa faktor yang harus menjadi pertimbangan bahwa suatu anjungan tidak diperbolehkan untuk ditinggal kosong, melihat keadaan cuaca jarak tampak siangmaupun malam hari, memperhatikan keadaan penggunaan

39

Herman Budi Sasono, Soegiharto, Rosadiro Cahyono, Managemen Kapal Niaga, Andi

,Yogyakarta, 2014, hal 19 40


(12)

dan kondisi operasional peralatan navigasi dengan sebaik-baiknya, dan melihat kondidi kamar mesin yang tidak di jaga serta memperhatikan keadaan khusus yang mungkin terjadi sehubungan dengan operasi kapal yang tidak sebagaimana biasanya.

Dalam penyelengaraan bantuan navigasi pelayaran sendiri terdapat waktu-waktu jaga untuk menjalankan bantuan sarana navigasi, adapun waktu-waktu-waktu-waktu jaga tersebut yaitu :

1. Jam 00.00- 04.00 Jaga larut malam (Dog wacth) – Mualim II 2. Jam 04.00- 08.00 Jaga dini hari (Morning wacth) – Mualim II 3. Jam 08.00- 12.00 Jaga pagi hari (Forenoon wacth) –Mualim III 4. Jam 12.00- 16.00 Jaga siang hari (Afternoon wacth)- Mualim II 5. Jam 16.00- 20.00 Jaga sore hari (Evening wacth) – Mualim II 6. Jam 20.00- 24.00 Jaga malam hari (night wacth) – Mualim III

Melakukan Tugas Jaga Navigasi, yaitu suatu kewajiban-kewajiban perwira yang harus dilakukan dalam tugas jaga navigasi ini agar tidak terjadi tubrukan kapal, adapun tugas jaga navigasi ini juga dilakukan di wilayah pelabuhan, karna selain menjaga keamanan serta mengawasi proses pelayaran tugas jaga ini juga mengawasi wilayah pelabuhan sebagai navigator dalam persandaran kapal, mengawasi sampai kapal merapat kepelabuhan yang dituju, Adapun tugas jaga navigasi ini yang menjadi kewajiban yaitu, tidak boleh meninggalkan anjungan sebelum adanya tugas ganti jaga, dan perwira yang dalam tugas navigasi ini segera memberitahu nahkoda jika terjadi atau diperkirakan akan terjadi kurangnya jarak tampak, adanya kapal lain yang geraknya memerlukan perhatian khusus, serta tidak melihat benda darat atau bul atau tidak memperoleh hasil pengukuran kedalaman air.


(13)

Keselamatan pelayaran serta proses persandaraan kapal di pelabuhan meruapakan tanggung jawab dari pemerintah,41 dari pelaksanaan sarana bantu navigasi, dimana fungsi dari sarana bantu navigasi itu meliputi, menentukan posisi dan/atau haluan kapal, membertahukan adanya bahaya atau rintangan pelayaaran dan proses persandaran kapal, menunjukan batas-batas pelayaran yang aman, dan menandai garis pemisah lalu lintas kapal.42

C. Penyelenggaraan Pemanduan Lembaga-Lembaga di Pelabuhan

Pemanduan merupakan kegiatan pelayaran untuk menyelamatkan pelayaran, khususnya untuk memasuki kawasan pelabuhan umum maupun khuss, baik yang pernah masuk maupun yang belum masuk ke wilayah pelabuhan, untuk keselamatan kapal dalam memasuki pelabuhan dengan aman.

Pelaksanaan pemanduan ini sudah diatur dalam Keputusan Mentri Perhubungan, tentang penyelenggaraan pemanduan, dimana keputusan mentri tersebut menyangkut ketentuan umum sebagai berikut:

1. Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu nahkoda kapal, agar navigasi dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar dengan memberikan informasi tentang keadaan periran setempat yang penting demi keselamatan kapal dan lingkungan.

2. Sarana bantu pemanduan adalah alat yang secara langsung digunakan untuk membantu pandu dalam melakukan tugas-tugas pemanduan. 43

Untuk kepentingan keselamatan pelayaran serta ketertiban dan kelancran lalu lintas kapal, daerah perairan tertentu ditetapkan sebagai perairan pandu. Penetapan

41

Peraturan Pemerintah Repubil Indonesia No 5 Tahun 2009 Tentang Kenavigasian, Pasal 4 ayat (1)

42

Ibid, Pasal 19 ayat (2) 43


(14)

suatu perairan tertentu menjadi perairan pandu harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Faktor diluar kapal yang mempengaruhi keselamatan kapal berlayar: a. Panjang alur perairan

b. Banyak tikungan c. Lebar alur perairan

d. Rintangan dan bahaya navigasi diluar perairan e. Kecepatan arus

f. Kecepatan angin g. Tinggi ombak

h. Ketebalan dan kepekatan kabut i. Jenis tambatan kapal

j. Keadaan sarana bantu navigasi

2. Faktor kapal yang mempengaruhi keselamatan berlayar meliputi: a. Frekwensi kepadatan lalulintas kapal

b. Ukuran kapal (tonase kotor, panjang, dan sarat kapal) c. Jenis kapal

d. Jenis muatan kapal.44

Dalam pelaksanaan penyelenggara pemanduan di pelabuhan untuk keselamatan pelayaran maka lembaga penyelenggara pemanduan dalam menyelenggarakan pemanduan wajib:

1. Menyediakan petugas pandu yang memenuhi syarat

2. Menyediakan sarana bantu dan prasarana pemanduan yang memenuhi persyratan

3. Memberikan pelayanan pemanduan secara wajar

4. Melaporkan apabila terjadi hambatan dalam pelaksanaan pemanduan kepada petugas pengawas pemanduan

5. Melaporkan kegiatan pemnduan setiap tiga bulan kepada direktur jendral. 45

44

Suranto, Manajemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan serta Prosedur

Impor Barang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. hal 63

45


(15)

Pelaksanaan pemanduan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penyelenggara di pelabuhan tentunya mempunyai prosedur untuk mewujudkan pemanduan yang aman dan mewujudan keselamatan dalam pelayaran serta proses persandaran kapal dipelabuhan, tentunya mempunyai prosedur pelaksanaan pemanduan sebagai berikut:

1. Setiap kapal wajib pandu yang akan masuk atau meninggalkan perairan wajib pandu atau atau mengadakan gerakan tersendiri di perairan wajib pandu, harus mengajukan wajib pandu secara tertulis kepada pejabat urusan kepemanduan pelabuhan setempat dengan tembusan batas waktu permintaan yang telah ditetapkan, dengan menggunkan formulir bukti penggunaan jasa pandu.

2. Formulir bukti penggunaan jasa pandu disiapkan oleh penyelenggara pemanduan.

3. Bagi kapal yang akan memasuki perairan wajib pandu diwajibkan: a. Mengambil tempat yang telah ditetakan untuk menunggu pandu

b. Mengibarkan bendera semboyan “G” untuk meminta pelayanan pandu dan bendera “H” bila pandu telah berada di kapal

c. Menyampaikan informasi data-data melalui radio komunikasi kapal pada frekwensi VHF channel 16, chanel 14, dan chanel 12 tentang waktu tiba, sarat, panjang, dan agen yang mengageni di pelabuhan setempat

d. Bagi nahkoda, memperhatikan benar akan kecermatan dalam mengelolah gerak serta menerima pandu dengan alat penyebranganya

e. Menyediakan tangga pandu dan/atau peralatan lainya yang memenuhi persyratan


(16)

f. Berdasarkan permintaan jasa pandu pejabat urusan pemanduan menyiapkan petugas pandu dan fasilitas operasional pemanduan.

g. Perusahaan pelayaran/ agen kapal wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengawas pemanduan mengenai rencana gerakan kapal yang akan dipandu sebelum kapal masuk, melakukan gerakan tersendiri, atau keluar pelabuhan didalam wilayah peraitran wajib pandu.

h. Apabila kapal telah besandar di dermaga/ jetty, berlabuh, atau sampai pada posisi batas perairan pandu atau posisi akhir tujuan pemanduan, nahkoda menyerahkan kembali formulir bukti penggunaan jasa pandu setelah diisi dan ditanda tangani kepada yang telah ditanda tangani kepda yang telah menyelesaikan tugas.46

Dalam penyelenggaraan pemanduan ini ada ketentuan kapal yang harus wajib pandu dan kapal yang tidak memerlukan jasa pemanduan ini, yaitu :

1. Setiap kapal yang berukuran tonase kotor GT 500 atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu, wajib menggunkan pelayanan jasa pemanduan.

2. Pelayanan jasa pemanduan di laksanakan oleh petugas pemandu yang telah memenuhi persyaratan.

3. Atas pertimbangan keselamatan pelayaran dari petugas pemanduan dan atas permintaan nahkoda kapal berukuran kurang dari GT 500 yang belayar di perairan wajib pandu, di berikan pelayanan jasa pandu.

Adapun ketentua dispensasi yang di berikan oleh otoritas pelabuhan dan syahbandar, kapal yang boleh masuk tanpa menggunakan jasa pemanduan adalah sebagai berikut :

46


(17)

1. Kapal yang melayari perairan wajib pandu secara tetap dan teratur kurang dari 24 jam, serta di nahkodai seorang pandu yang memiliki kemampuan dan memenuhi persyratan, dapat tidak menggunkan petugas pandu.

2. Pemberian dispensasi tanpa menggunakan petugas pemanduan, diberikan apabila nahkodah memiliki kemampuan dan memnuhi persyratan :

a. Mengenal dengan baik situasi dan kondisi perairan wajib pandu yang dilayari

b. Dinyatakan telah memahami peraturan bandar setempat oleh pengawas pemanduan

c. Lalu lintas kapal tidak padat pada waktu kapal berlayar tanpa jasa pandu Untuk mewujudkan kenyamanan dalam proses persndaran kapal di pelabuhan serta untuk mewujudkan tujuan dari pelabuhan tersebut maka, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemanduan tersebut, peran lembaga-lembaga yang ada di pelabuhan sangat berperan penting agar terwujudnya pemanduan yang nyaman dan aman, sehingga akan meningkatkan potensi dari pelabuhan tersebut.


(18)

BAB IV

TANGGUNG JAWAB OTORITAS PELABUHAN DALAM HAL KENAVIGASIAN TERHADAP KAPAL YANG AKAN BERSANDAR A.Tata Cara Pelaksanaan Kapal Yang Akan Bersandar

Sebelum melakukan kegiatan di pelabuhan, termasuk melakukan proses persandaran kapal, perusahaan pelayaran, perusahaan bongkar muat, dan EMKL bersama-sama mengajukan permintaan pelayanan kapal dan barang dengan mengisi blanko PPKB (Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang), yang dimana, di dalamnya berisi permintaan :

1.Pelayanan labuh/tambat kapal 2.Pelayanan air kapal

3.Pelayanan pandu/tunda/telepon 4.Pelayanan barang.47

Dengan melengkapi dan melampirkan dokumen pendukung, antara lain : 1. Master cable

2. Surat ukur kapal 3. Ship’s particulair

4. Manifes

5. Loading list/S1/SBO (surat bukti obslag)

6. Stowage plan

7. SPKBM (Surat Perintah Kerja Bongkar Muat) 8. KPPK (Keputusan Penetapan Penyandaran Kapal) 9. Operation planning (OP)

47

Hasil wawancara dengan Bapak Jefri Untung, Divisi Pelayanan Kapal, Tanggal 12 Februari 2016


(19)

10. Surat pernyataan menjaga kebersihan dermaga

11. 1B1 khusus kapal tanker untuk pelayanan jasa pipa terpadu 12. Surat izin truck lossing

13. Bukti pembayaran uper

Tidak cukup dengan mengisi blanko saja kapal dapat masuk ke pelabuhan, Namun sebelum kapal masuk dan merapat kepelabuhan, ada prosedur dan ketentuan-ketentuan yang harus di penuhi, berupa surat-surat kapal, agar dapat masuk kepelabuhan, yang pertama sekali persyratan yang harus di penuhi oleh kapal-kapal jenis apapun untuk dapat bersandar di pelabuhan, yaitu :

1. 1 (satu) Sertivikat dan Dokumen yang harus berada diatas kapal Indonesia (berdasarkan SV. 1935)

2. 1 (satu) Surat tanda kebangsaan berupa pas tahunan 3. 2(dua) Surat ukur untuk kapal diatas 7 GT

4. 3(tiga) Sertifikat keselamatan

5. 4 (empat) Surat izin berlayar dari syahbandar/pelabuhan 6. 2(dua) Surat ukur

7. 3(tiga) Sertifikat keselamatan 8. 4(empat) Serifikat radio.48

Setelah kapal menyiapkan segala kelengkapan dokumen–dokumen kapal, kemudian nahkodah ataupun pemimpin kapal wajib memberitahukan rencana kedatangan kapal dengan menggunakan telegram nahkodah (master cable) kepada kakanpel dan perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut, khusus/agen umum/ sub agen serta memberikan informasi berita cuaca kepada Badan Meteorogi dan Geofisiska (BMG) setempat melalui stasiun radio pantai, atau menggunakan faksimili dan sarana komunikasi lainya dalam waktu paling singkat 1

48

Hasil wawancara dengan Bapak Jefri Untung, Divisi Pelayanan Kapal, tanggal 12 Februari 2016


(20)

x 24 jam sebelum kapal tiba di pelabuhan.49

Setibanya kapal di dermaga pelabuhan, ada prosedur sandar dan lepas sandar kapal di pelabuhan yang harus di ikuti dan diterapkan, semua itu harus mengikuti peraturan-peraturan yang sudah ada dan ditetapkan otoritas pelabuhan dan kesyahbandaran. Dimana ada teknik dan cara bagaimana sandar dan lepas sandar bila arus dari depan dan ombak dari arah laut dan banyak lagi aturan yang harus di ikuti agar dapat melakukan persandaran kapal dengan selamat

Kemudian pihak otoritas pelabuhan menyiapkan petugas pemanduan, dan pemandu laut membawa kapal masuk mulai dari ambang alur sampai ke dalam pelabuhanatau tempat lain seizin syahbandar dan otoritas pelabuhan dan pemandu bandar kemudian melaksanakan penyandaran kapal/labuh dari atau ke dermaga atau juga kolam pelabuhan dan melakukan penambatan kapal.

50

. Ada beberapa persiapan dan tata cara dalam melakukan persandaran kapal di pelabuhan51

1. Semua intruksi harus diberikan dari anjungan navigasi atau dari otoritas pelabuhan. Namun demikian perwira jaga harus melaporkan setiap situasi berbahaya yang timbul pada operasi penambatan.

:

2. 2 (dua)Tromol/winch harus dihidupkan paling sedikit satu jam sebelum penambatan dimulai.

3. Pada waktu menerima ataupun melepaskan kapal tunda, isyarat yang jelas harus dimengerti dan dakui antara anjungan dan stasiun penambatan.

4. Seluruh operasi penambatan harus dilakukan dibawah tanggung jawab perwira.

49

Ibid

50

Ibid

51


(21)

5. Kirim hanya jumlah tali tambat yang dapat ditangani pada sewaktu-waktu. Jangan mengirim dalam waktu bersamaan pada waktu kapal sedang mendekati dermaga ataupun mendekatkan posisinya.

6. Sebelum tiba, Mualim I harus memastikan seluruh stopper, tali penghantar, dan tali lainya siap untuk digunakan. Pelindung tikus haru pada tempatnya dan lengkap untuk tiap tali tambat.

7. Untuk menentukan ataupun mengatur posisi kapal, gunakan hanya satu tali spring dan tali tambat haluan atau buritan.

8. Jangan mencampur beberapa tali tambat, misalnya bila tali tambat haluan dari nilon, maka semua tali tambat harus tali nilon yang sama dengan diameter yang sama.

Selain adanya prosedur tata cara penambatan terhadap kapal yang bersandar dipelabuhan, ada juga prosedur yang harus di ikuti dalam perpindahan kapal dari kapal satu ke kapal lainya, karna pada dasarnya kapal yang melakukan persandaran di pelabuhan kebanyakan melakukan perpindahan kapal, Adapun prosedur yang harus diikuti dalam melakukan perpindahan kapal, yaitu.52

52

Hasil wawan cara dengan Bapak Jefri Untung, Divisi Pelayanan Kapal, tanggal 13 Februari 2016

Dengan menetapkan jalur komunikasi sebelum kapal bertemu dan memastikan posisi, kecepatan dan arah pendekatan kesiapan dan kondisi kapal serta keadaan laut termasuk arus pasang, arus tinggi dan ombak alun, komunikasi antar kapal, dikapal sendiri dan awak deck harus jelas, jika memungkinkan jangan melakukan pemindahan kapal pada malam hari, setelah semua persiapkan maka perpindahan kapal pun dapat dilakukan.


(22)

Tata cara serta prosedur yang harus dilakukan dalam persandaran diatas merupakan suatu cara agar mewujudkan persandaran kapal di pelabuhan dengan aman dan nyaman, sehingga dalam proses persandaran kapal tersebut tidak terjadi kecelakaan kapal, seperti kapal tenggelam, kapal kandas, namun suatu kecelakaan kapal dapat terjadi ketika kapal tidak mengikuti prosedur tata cara persandaran kapal. Telah di tentukan oleh otoritas pelabuhan dan kesyahbandaran sebagai penanggung jawab dalam hal kenavigasian terhadap kapal yang akan bersandar.

Dalam proses persandaran kapal juga dalam hal ini, otoritas pelabuhan dan kesyahbandaran telah menentukan wilayah jalur kapal yang harus dilalui untuk kapal yang akan masuk ke pelabuhan, Mewujudkan kenyamanan dan keamanan serta kelancran, maka telah di fasilitasi dengan sarana bantu navigasi sebagai petunjuk dan rambu-rambu pelayaran sebagai alat bantu untuk menciptakan persandaran kapal yang aman dan untuk keselamatan pelayaran.

B.Pelaksanaan Jasa Pelayanan di Pelabuhan Terhadap Kapal yang Akan Bersandar

Pelabuhan yang merupkan wilayah yang disediakan sebagai tempat belabuhnya kapal dari satu tempat ke tempat yang lain, Merupakan salah satu pintu gerbang masuknya barang dari satu kota ke-kota lain dari satu negara ke- negara lain, Pelabuhan merupakan sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dang bongkar muat penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.


(23)

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudra, sungai, ataupun danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang kedalamnya. Untuk mewujudkan tujuan dari fungsi pelabuhan tersebut, maka pelabuhanmenyediakan jasa pelayanan terhadap kapal yang akan bersandar, dan cara pengelolaan dan memberikan pelayanan sangat menentukan tingkat produktivitas dan tingkat efisiensi suatu pelabuhan. Sehingga ada tiga pola pengelolaan pelabuhan-pelabuhan utama dari beberapa negara maju yang pada umumnya sebagi berikut :

1. Land Lord Port

Yaitu pengelola pelabuhan (port authority) hanya menguasai dan memiliki infrastruktur, seperti alur pelayaran, kolam pelabuhan, dermaga, serta keseluruhan areal tanah pelabuhan, fasilitas umum (public utility) seperi instalasi dan aliran arus listrik, instalasi dan peyaluran air bersih dan konservasi lingkungan. Suprastruktur, seperti: gudang dan semua fasilitas penumpukan, fasilitas bongkar muat, serta semua kegiatan operasional dan pelayanan terhadap kapal dan barang, diselenggarakan oleh operator pihak swasta berdasarkan perjanjian konsensi, atau perjanjian persewaan jangka panjang dengan pihak pengelola pelabuhan.

Di beberapa pelabuhan tertentu, sarana dan pelayanan terhadap kapal seperti pemanduan dan penundaan atau secara lengkapnya vessel traffik services,

diselenggarakan sendiri oleh pengelola pelabuhan. Demikian juga keamanan dan ketertiban umum dalam areal pelabuhan juga menjadi tanggung jawab pengelola pelabuhan. Pengelola pelabuhan ini merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah, apakah pemerintah pusat, pemerintah daerah atau municipality.


(24)

Amerika Serikat, Jepang, dan Australia menerapkan sistem pengelolaan Landlord Port.

2. Tool Port

Sistem penggelolaan dimana semua infrastruktur maupun suprastruktur pelabuhan dan peralatan bongkar muat dimiliki oleh pengelola pelabuhan untuk disewakan kepada pihak swasta sedangkan kegiatan operasional bongkar muat kapal diselenggarakan oleh pihak swasta baik sebagai stevedoring companymaupun perusahaan pelayaaran aataupun agen pelayaran. Hampir semua pelabuhan yang relatip kecil di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menerapkan sistem

Tool Port ini. Kondisi semacam ini terjadi karna pihak swasta masih lemah untuk investasi dalam kegiatan kepelabuhanan, disamping skala kegiatan dan volume arus barang masih teralau renadaah. Dewasa ini beberapa pelabuhan besar tertentu di Indonesia sudah memberi kesempatan pada pihak swasta untuk mengemabngkan usaha dan investasi dibidang usaha kepelabuhanan.

3. Operating Port

Oprating Port disebut juga service port, yaitu sistem penggelolaan pelabuhan dimana semua fasilitas (infra dan suprastruktur) pelabuhan serta peralatan bongkar muat, dan semua kegiatan operasional, dimiliki dan di selenggarakan oleh penggelola pelabuhan sendiri. Contoh yang sangat berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan sistem ini adalah Singapura dan Inggris. Akan tetapi, seluruh fasilitas dan asetnya pelabuhan Felixtowe-Inggris, dimiliki pihak swasta53

53

Suranto, Manajemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan serta Prosedur

Impor Barang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hal 203


(25)

Dalam pelaksanaannya tidak jarang terjadi penggabungan sistem pengelolaan. Di Indonesia sebagian besar menjalankan pola Tool Port, dan sebagian telah melaksanaan gabungan Tool Port dengan Landlrord Port, seperti pelabuhan Tanjung Periok Jakarta dan Tanjung Perak, Surabaya.

Tidak ada suatu laporan atau studi yang menyatakan sistem pengelolaan mana dari ketiganya yang lebih baik dan efisien, yang satu dengan yang lainya. Semua tergantung pada skala kegiatan dan volume arus barang di pelabuhan yang bersangkutan, kualitas sumber daya manusia dan karakter pihak swastanya sendiri yang bertindak sebagai operator. Secara teoritis dinyatakan bahwa bagi pelabuhan-pelabuhan besar diperlukan lebih dari dua operator terminal yang sejenis untuk menciptakan persaingan dalam memberikan pelayanan sehingga efisiensi dan produktivitas dapat ditingkatkan. Satu segi positif dari terminal operator sistem adalah pihak swasta sebagai pengelola terminal berusaha sedapat mungkin menarik pemilik barang ataupun pemilik kapal agar barang dan kapal masuk ke terminal berdasarkan perjanjian atau kontrak jangka panjang atau jangka menengah, baik barang dengan status tranship ment atau barang transit. Dengan demikian, akan meningkatkan kunjungan kapal kepelabuhan tersebut. Pengalaman ini terjadi di pelabuhan Rotterdam dan pelabuhan-pelabuhan lainya di Eropa Barat.

Sebaliknya, Singapura yang menerapkan sistem Operating Port telah menunjukan prestasi yang mengangumkan dalam mengelola pelabuhan baik dalam memberikan pelayanan, tingkat efisiensi, operasional maupun dalam perolehan keuntungan. Pelabuhan Singapura telah menjadi pelabuhan terbesar didunia dalam menangani arus petikemas transshipment yang mencapai 13 Juta TEUS selama tahun 1997, dan meningkat menjadi 15,9 Juta TEUS tahun 1999, namun pada tahun


(26)

yang sama Hongkong, yang menganut sistem Landlord, telah mengeser Singapura sebagai pelabuhan transshipment petikemas terbesar dengan menagani 16,1 TEUS.

Setelah masuknya kapal ke pelabuhan maka ada pelayanan pelabuhan yang diberikan kepada kapal yaitu berupa :

1. Pelayanan Kapal Tambat

a. Selambat-lambatnya 1 x 24 jam sebelum kapal tiba, perusahaan pelayaran bersama-sama perusahaan bongkar muat mengajukan permintaan pelayanan kapal tambat, kegiatan bongkar muat, dan penumpukan barang dengan form PPKB ke PPSA dilampiri nota uper sebagai berikut :

1) Bagi kapal yang disaratkan membayar uper

2) Tidak melampirkan nota uper bila telah memenuhi wajib bayar

b. Pelabuhan (PPSA) merencanakan dan menetapkan serta menyetujui pelayanan penambatan kapal, kegiatan bongkar muat, dan penumpukan barang berdasarkan urutan kedatangan kapal dan skala prioritas.

c. Pelayanan teknis kapal tambat, kedatangan bongkar muat barang, dan penumpukan barang.

2. Pelayanan Kapal Pindah Tambat

a. Perusahaan pelayaran bersama-sama perusahaan bongkar muat mengajukan permintaan pelayanan kapal pindah tambat dan kegitan bongkar muat dengan form PPKB ke PPSA.

b. Pelabuhan (PPSA) merencanakan dan menetapkan serta menyetujui pelayanan pemindahan penambatan kapal, kegiatan bongkar muat, dan penumpukan barang, berdasarkan urgensi.


(27)

c. Pelayanan teknis kapal pindah tambat, kegiatan bongkar muat, dan penumpukan barang.

3. Pelayanan Pemanduan (Pandu dan T unda)

Proses pelayanan pemanduan akan dilayani jika pengguna jasa membawa PPKB yang telah ditetapkan oleh PPSA untuk keluar masuk kapal ke Dinas Kepelabuhanan melalui Administtrasi Pemanduan, dengan prosedur sebagai berikut:

a. Berdasarkan permintaan pelayanan kapal dan barang, dinas pemanduan dan penundaan memberikan surat perintah kerja ke masing - masing regu kerja.

b. Berdasarkan pelayanan di terbitkan bukti pemakaian jasa pelayanan pemanduan dan penundaan dalam bentuk 2. A1.

c. Berdasarkan 2.A1 dibuat pranota yang dikirim ke Divisi Komersial. d. Divis Komersial menerbitkan nota tagihan.

e. Pengguna jasa melakukan pembyaran ke bank

f. Proses selesai setelah pembayaran jasa pandu dan tunda. 4. Pelayanan Jasa Dermaga untuk Barang

Dalam pelayanan jasa di pelabuhan terhadap kapal yang akan bersandar, dalam hal ini pelabuhan juga menyediakan pelayanan jasa dermaga untuk barang yang di bongkar atau dimuat di pelabuhan dermaga dikenakan jasa pelayanan barang untuk dermaga. Proses pelayanan melalui permintaan pelayanan kapal dan barang (PPKB) untuk pelayanan bara

5. Pelayanan Barang untuk Penumpukan Barang di Gudang atau di lapangan. Pelayanan barang untuk penumpukan barang di gudang pelabuhan, ini biasanya pihak pelabuhan memberikan batas waktu sampai berapa lama barang


(28)

boleh di tumpuk di pelabuhan, karna terkadang perusahaan sengaja menumpuk barang di pelabuhan, dan ini sangat menghambat kinerja pelabuhan, sehingga pihak otoritas pelabuhan mengenakan tarif jika penumpukan barang melebihi batas waktu yang di tetapkan.54

a. Mengajukan SBO ke pemilik gudang/lapangan penumpukan dengan melampirkan BL/ manifes barang yang kan di tumpuk.

Pelayanan pemakaian ruang penumpukan akan di berikan bila pengguna jasa :

b. Jasa pemakaian ruang penumpukan akan diterbitkan apabila barang tersebut telah keluar atau berdasarkan kesepakatan pemilik barang dan operator gudang.

c. Secara umum nota tagihan pemakaian ruang penumpukan di terbitkan berdasarkan :

1) BL (manifes barang yang ditumpuk digudang) 2) KUB (kelebihan ukuran barang)

3) Lamanya barang yang di tumpuk di gudang 6. Pelayanan peti kemas

Dalam persandaran kapal di pelabuhan, pelayanan jasa peti kemas merupakan pelayanan yang diberikan pihak otoritas pelabuhan untuk kapal yang merapat dipelabuhan, namun dalam pelayanan peti kemas ini, ada prosedur yang harus di penuhi :

54

Hasil Wawancara dengan Bapak Jefri Untung, Divisi Pelayanan Kapal, tanggal 13 Februari 2016


(29)

a. Sistem pengoprasian bongkar muat kontainer di pelabuhan, Dalam melaksanakan sistem pengoprasian bongkar muat kontainer, di kenal dua macam status yaitu :

1) Membongkar kontainer isi dan kosong dari kapal, mengangkut dan menurunkan serta menyusunya di lapangan penumpukan.

2) Membongkar kontainer isi dari kapal, mengangkut, menurunkan, menyusun di lapangan penumpukan, menaikan, mengangkut, dan menyusun ke penumpukan barang.

b. Sistem pelayanan kontainer/barang

Pelayanan sistem kontainer yang dimulai dari pintu masuk sampai tiba di lapangan penumpukan serta ke kapal, atau sebaliknya, merupakan suatu sistem pelayanan tersebut membentuk suatu mata rantai yang tidak dapt dipisahkan serta ditata khusus di bawah satu penanganan, yaitu terminal kontainer.

Dalam pelaksanaan jasa pelayanan di pelabuhan terhadap kapal yang bersandar, dalam hal ini pelabuhan menyediakan jasa pelayanan, yang dimana pelayanan jasa ini dapat di tinjau dari beberapa aspek, yaitu :55

1. Aspek Pemakaian Jasa a. Perusahaan Pelayaran

Perusahaan Pelayaran, yaitu usaha yang meliputi beberapa aspek bisnis dibidang angkutan laut, seperti jasa angkutan untuk berbgai jenis dan bentuk barang dagangan, jasa angkutan penumpang, jasa keagenan kapal dan jasa-jasa lainya yang

55

Elfrida Gultom, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi


(30)

terkait dengan kegiatan angkutan laut yang berlabuh dipelabuhan seperti jasa bongkar muat barang terhadap kapal yang bersandar di pelabuhan, jasa pergudangan bagi kapal pengangkut barang, jasa perhitungan dan pencatatan muatan terhadap kapal yang bersandar dipelabuhan, dan jasa “Friehgt Forwarding”.

b. PBM (Perusahaan Bongkar Muat)

PBM, yaitu merupakan suatu perusahaan yang disediakan dalam hal pelayanan jasa terhadap kapal yang akan bersandar di pelabuhan yang melakukan bongkar muat barang, menimbun digudang, lapangan penumpukan, khusus untuk barang bongkar yang dibawa kapal, langsung diserahkan keatas truk EMKL lambung kapal dan membawa keluar pelabuhan (trucl loongsing).

2. Segi Pelayanan Kepelabuhanan

a. Pelayanan kapal, dapat meliputi informasi navigasi dan pelayanan radio telepon, pemanduan, penundaan kapal, pengisian bahan air kapal dan

bungkering, serta repair.

b. Pelayanan barang, yaitu cargo handling dan penumpukan.

c. Pelayanan angkutan darat, misalnya pengaturan truk dan kereta api.

d. Pelayanan umum, diantaranya: penerangan jalan, pemadam kebakaran, keamanan, sanitasi, dan sebagainya56

Untuk menunjang kegiatan fungsi pelabuhan maka di perlukan pelayanan jasa fasilitas pelabuhan yang secara garis besar dibedakan menjadi sebagai berikut:

.

1. Infrastruktur, yaitu fasilitas dasar seperti alur pelayaran dan alat bantu navigasinya, penahanan gelombang (breakwater), dermaga, dan sebagainya. Kesimpulanyainfrastruktur merupakan fasilitas untuk kapal.

56


(31)

2. Suprastruktur, yaitu merupakan fasilitas yang disediakan oleh otoritas jasa pelayanan pelabuhan yang disediakan diatas tanah pelabuhan, seperti gudang, lapangan penumpukan dan peralatan bongkar muat. Dan kesimpulanya suprastruktur merupakan fasilitas untuk barang dan angkutan darat.

Fasilitas serta pelayanan suatu dipelabuhan sangat mempengaruhi kegiatan kinerja pelabuhan tersebut, baik itu untuk kegiatan bongkar dan muat barang ke dalam kontainer atau gudang yang berupa alat-alat berat untuk mengangkut dan menyusun barang seperti forklift, cran, dan lain-lain, serta tempat untuk menampung barang seperti gudang, lapangan pelabuhan, panjang dermaga pelabuhan, dan alur kolam, kedalaman laut untuk dapat menampung kapal-kapal besar, hal-hal tersebut sangat menunjang kegiatan-kegitan di pelabuhan.57

Oleh karena itu, pelayanan-pelayanan jasa di pelabuhan yang disediakan bagi kapal yang melakukan persandaran di pelabuhan merupakan suatu fasilitas untuk menunjang terwujudnya tujuan dari pelabuhan tersebut, dimana semakin banyaknya pelayanan jasa dipelabuhan maka semakin meningkat produktivitas pendapatan dari pelabuhan tersebut, sehingga ketika suatu pelabuhan melakukan pelayanan-pelayanan jasa dengan baik maka ini akan berpengaruh tehadap kemajuan

Akibat dari tidak tersedianya peralatan-peraltan untuk melakukan semua kegiatan di pelabuhan dan untuk melayani kapal-kapal yang datang seta merapat di pelabuhan dapat dibayangkan, bagaimana suatu kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan efektif dan ekonomis jika pelayanan di pelabuhan tidak memadai.

57

Hasil wawancara dengan Bapak Jefri Untung, Divisi Pelayanan Kapal, tanggal 13 Februari 2016.


(32)

perekonomian suatu daerah tersebut. Dan suatu pelyanan jasa tersebut dapat terlakasana jika semua pihak-pihak dipelabuhan mampu bekerja sama dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai ketentuan undang-undang yang mengaturnya58

4. Tanggung jawab PT. Pelindo I Cabang Belawan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap kapal yang Bersandar

.

Pelabuhan yang merupakan sektor pelayanan jasa, yang melayani persandaran terhadap kapal yang bersandar di pelabuhan, dalam hal ini PT. Pelindo 1 juga mempunyai tanggung jawab dalam hal kenavigasian terhadap kapal yang bersandar. Tanggung jawab berarti kewajiban seorang individu untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang ditugaskan sebaik mungkin sesuai dengan wewenang dan kemampuanya untuk mewujudkan tujuan yang dituju.59 Dan tanggung jawab dalam hal kenavigasian di pelabuhan ini ada banyak pihak yang terlibat dalam pelaksanaanya, dimana bukan hanya otoritas pelabuhan saja yang bertanggung jawab, namun kesyahbandaran juga mempunyai tanggung jawab terhadapa keselamatan dan keamanan pelayaran.60 Syahbandar mempunyai peran dan tanggungjawab untuk mengawasi kelailautan kapal, keselamatan, keamanan, dan ketertiban di pelabuahan serta mengawasi lalulintas di perairan pelabuhan dan alur-alur pelayaran61

58

Hasil wawancara dengan Bapak Jefri Untung, Divisi Pelayanan Kapal, tanggal 13 februari 2016.

59

Winardi, Asas-asas Manajemen, Bandung, Alumni, 1998, hal 144

60

Hasil Wawancara, Op.cit

61

Ibid

. Dalam Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia No 51 Tahun 2015 pasal 6 ayat (2) Tentang Penyelenggaraan Kepelabuhanan, disebutkan bahawa, kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :


(33)

1. Melakukan pengawasan dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran

2. Melaksanakan kordinasi kegiatan pemerintah di pelabuhan 3. Menyediakn daratan dan perairan di pelabuhan

4. Menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam pelabuhan, alur pelayaran, dan jaringan jalan.

5. Menyediakan dan memilihara sarana bantu navigasi pelayaran 6. Menjamin keamanan dan ketertinban di pelabuhan

7. Menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan

8. Menyusun rencana induk di pelabuhan serta daerah lingkungan kerja dan daerah penting lingkungan pelabuhan

9. Mengusulkan tarif untuk di tetapkan mentri, atas penggunaan perairan dan/ atau daratan, dan fasilitas pelabuhan yang disediakan oleh pemerintah serta jasa kepelabuhanan yang disediakan oleh kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan

10. Menjamin kelancaran arus barang

Selain tugas dan tanggung jawab yang di jelaskan diatas, pelabuhan mempunyai tanggung jawab dalam hal kenavigasian dalam persandaran kapal ini beruapa memberi tanda-tanda berupa sarana bantu navigasi yang di letakan di wilayah perairan pelabuhan62. Dimana tanda – tanda tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi nahkodah kapal untuk melalui jalur yang telah di tentukan oleh otoritas pelabuhan dan syahbandar sebagai wilayah aman untuk dilalui kapal, Namun terkadang ada juga kapal – kapal yang tidak mematuhi petunjuk yang telah di tentuntukan oleh otoritas pelabuhan dan syahbandar, sehingga masih sering terjadi kecelakaan kapal di wilayah pelabuhan, seperti, kapal pecah, kapal sarat/kandas, dan bahkan tenggelam63

62

Hasil Wawancara dengan Bapak Jefri Untung, Divisi Pelayanan Kapal, tanggal 13 Februari 2016.

63

Ibid

. Oleh karna itu otoritas pelabuhan dan kesyahbandaran dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya dalam hal kenavigasian ini memberikan pelayanan, berupa pemanduan bagi kapal-kapal


(34)

tertentu yang akan merapat ke pelabuhan. Dalam pelaksanaan penyelenggara pelabuhan laut atau pengelola pelabuhan khusus dapat mengusulkan wilayah perairan pelabuhan laut atau wilayah periran pelabuhan khusus tertentu kepada pejabat pelaksana fungsi keselamatan pelayaran atau kepala pelabuhan untuk di tetapkan sebagai perairan pandu64

1. Setiap kapal yang berukuran tonase kotor GT 500 atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu, wajib menggunkan pelayanan jasa pemanduan.

.

Usulan penetapan penyelenggaraan pemanduan untuk mewujudkan kenyamanan dan keamnan terhadap kapal yang akan bersan dar, maka otoritas pelabuhan membuat ketentuan pemanduan, yaitu :

2. Pelayanan jasa pemanduan di laksanakan oleh petugas pemandu yang telah memenuhi persyaratan.

3. Atas pertimbangan keselamatan pelayaran dari petugas pemanduan dan atas permintaan nahkoda kapal berukuran kurang dari GT 500 yang belayar di perairan wajib pandu, di berikan pelayanan jasa pandu

Pemanduan ini dalam pelaksaanya, ketika kapal datang ke wilayah pelabuhan terlebih dahulu menghubungi pihak pelabuhan untuk meminta jasa pemanduan, setelah sampai waktunya maka datanglah kapal pemandu yang dimana, kapal pemandu bertugas untuk memberikan petunjuk arah jalur yang aman untuk di lalui kapal sampai kapal merapat kepelabuhan65

Selain otoritas pelabuhan dan kesyahbandaran yang menjadi penanggungjawab dalam hal persandaran kapal dipelabuhan, ada juga ADPEL

.

64

D.A. Lasse, Keselamatan Pelayaran di Lingkungan Teretorial Pelabuhan dan Pemanduan

Kapal , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. hal 120 65


(35)

(Administrator Pelabuhan) yang merupakan penanggung jawab dan pimpinan umum atas kelancaran pelaksanaan tugas di daerah lingkungan kerja pelabuhan utama. Instansi Pemerintah, unit kerja, dan badan uasaha milik negara yang kegiatanya diwilayah daerah lingkungan pelabuhan utama dalam melaksanakan tugasnya diperbantukan kepada ADPEL66

1. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan pelayanan kepelabuhan bersama-sama dengan instansi pemerintahan dan unit kerja yang bersangkutan.

. ADPEL utama dapat melaksanakan pengendalian kelancaran tugas pelayanan didaerah lingkungan kerja pelabuhan utama serta mempunyai wewenang dan tanggungjawab anatara lain:

2. Memerintahkan untuk mengadakan persiapan secara dini pelaksanaan pelayanan oleh masing-masing instansi pemerintahan dan unit kerja yang bersangkutan.

3. Mengendalikan jadwal waktupelaksanaan pelayanan oleh instansi pemerintah dan unit-unit kerja yang bersangkutan dengan rencana jadwal waktu yang ditentukan.

4. Melakukan pengawasan agar ketentuan-ketentuan tarif dan biaya pelayanan, tetap dipatuhi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang telah berlaku.

5. Menerima laporan dan keluhan dari pemakai jasa mengenai tugas-tugas pelayanan instansi dan unit kerja yang bersangkutan serta menyelesaikan masalahnya.

66

Herry Gianto dan Arso Martopo, Pengoprasian Pelabuhan Laut, Jakarta, Erlangga, 2000,


(36)

6. Mengusahakan terjaminya keamanan dan ketertiban di lingkungan wilayah pelabuhan.

7. Melaksanakan pengamatan dan evaluasi atas pelaksanakan kerja otoritas pelabuhan dalam mengawasi persandaran kapal dipelabuhan.

8. Menyelesaikan masalah-masalah pelayanan secara setempat dan/atau mengusahakan penyelesaian dari atasan instansi pemerintah dan unit kerja yang bersangkutan dalam hal masalahnya yang tidak diselaikan setempat. Dalam pengawasan atas persandaran kapal di pelabuhan ada banyak yang mempunyai tanggungjawab didalamnya, dimana instansi-instansi tersebut yaitu, otoritas pelabuhan, kesyahbandaran, dan penanggung jawab utama dari segala kegiatan di pelabuhan yaitu Adpel (Admintrator Pelabuhan). Terwujudnya proses persandaran kapal dipelabuhan dengan nyaman, dan aman, pada dasarnya terletak pada pelaksanaan tanggungjawab dan wewenang dari instansi yang terlibat dalam pelaksaan persandaran kapal dipelabuhan.67

67

Hasil wawancara dengan Bapak Jefri Untung Divisi Pelayanan Kapal, tanggal 13 Februari 2016.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

1. Pelaksanaan tata cara kapal sandar, sebelum kapal merapat ke pelabuhan, maka terlebih dahulu kapal harus mempersiapkan dokumen-dokumen kapal terlebih dahulu dan menyiapkan surat-surat kapal. Setelah kapal menyiapakan segala kelengkapan dokumen – dokumen dan surat-surat kapal, kemudian nahkodah ataupun pemimpin kapal wajib memberitahukan rencana kedatangan kapal dengan menggunakan telegram nahkodah (master cable) kepada kakanpel dan perusahaan angkutan laut nasional/penyelenggara kegiatan angkutan laut, khusus/agen umum/ sub agen serta memberikan informasi berita cuaca kepada Badan Meteorogi dan Geofisiska (BMG) setempat melalui stasiun radio pantai, atau menggunakan faksimili dan sarana komunikasi lainya dalam waktu paling singkat 1 x 24 jam sebelum kapal tiba di pelabuhan, kemudian pihak otoritas pelabuhan menyiapkan petugas pemanduan. Kemudian pemandu laut membawa kapal masuk mulai dari ambang alur sampai kedalam pelabuhan atau tempat lain seizin syahbandar dan otoritas pelabuhan, dan pandu bandar melaksanakan penyandaran kapal/labuh dari/atau ke dermaga atau juga kolam pelabuhan.

2. Pelaksanaan jasa pelayanan di pelabuhan terhadap kapal yang akan bersandar, maka dalam hal ini pelabuhan memberikan pelayanan jasa berupa, pelayanan jasa pemanduan terhadap kapal yang membutuhkan jasa pemanduan untuk masuk kepelabuhan, Kemudian jasa pelayanan kapal tambat, untuk menambatkan kapal yang sudah di bawa oleh pemandu masuk ke pelabuhan


(38)

kemudian jasa tambat pun melakukan penambatan terhadap kapal, Kemudian pelayanan jasa kapal pindah tambat, yaitu di lakukan dalam rangka kapal melakukan kegiatan bongkar muat, Kemudian pelayanan jasa dermaga untuk barang, Kemudian pelayanan barang untuk penumpukan barang di gudang, dan pelayanan peti kemas. Dan masih banyak lagi pelayanan-pelayanan penunjang kegiatan penunjang di pelabhan untuk mewujudkan visi dan misi dari pelabuhan tersebut.

3. PT. Pelindo I Cabang Belawan dalam kenavigasian terhadap kapal yang akan bersandar mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan kelancaran proses persandaran kapal di pelabuhan, dengan cara menyediakan sarana bantu navigasi di wilayah perairan dan jalur masuk ke pelabuhan. Namun PT. Pelindo I, tidak bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan kapal, kapal sarat atau kandas di wilayah perairan pelabuhan atas kesalahan nahkodah kapal yang tidak mengikuti tatacara pelaksanaan persandaran kapal yang telah di tetapkan oleh otoritas pelabuhan. Tanggung jawab dalam hal kenavigasian terhadap kapal yang bersandar ini, tidak hanya menjadi tanggung jawab PT. Pelindo I saja, namun kesyahbandaran juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kelancaran dan keamanan dalam pelayaran di wilayah pelabuhan.

B.Saran

1. Hendaknya pelaksanaan persandaran kapal pada PT. Pelindo I Cabang Belawan lebih memperhatikan kinerja pemanduan. Dengan mengawal rapat dan teliti kapal yang akan melalui jalur yang sudah di tetapkan oleh Otoritas Pelabuhan dan syahbandar, ini dilakukan agar tidak ada lagi terjadi kecelakaan


(39)

kapal, kapal sarat/kandas saat proses menuju persandaran kapal di pelabuhan. Pelabuhan juga harus memberikan batas waktu bagi kapal yang melakukan kegiatan di pelabuhan, agar tidak terjadi antrian yang terlalu lama di wilayah pintu masuk pelabuhan, sehingga menyebabkan kapal berhari-hari menunggu di pintu pelabuhan.

2. Mengenai jasa pelayanan di pelabuhan terhadap kapal yang sandar, hendaknya, Otoritas Pelabuhan lebih memperluas wilayah untuk pelayanan jasa dermaga untuk barang, sehingga dermaga untuk kapal yang melakukan bongkar muat lebih luas. Sehingga banyak kapal yang dapat merapat dan melakukan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan, sehingga tidak terjadi pengantrian kapal di pintu masuk pelabuhan.

3. Hendaknya pelaksanaan tanggung jawab, dalam hal kenavigasian terhadap kapal yang akan bersandar ini, Otoritas Pelabuhan dan Kesyahbandaran melakukan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan mengenai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.


(40)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PELABUHAN

A.Sejarah Pelabuhan Indonesia I Belawan serta Peran dan Fungsi Pelabuhan Pelabuhan pada hakekatnya merupakan faktor terpenting dalam penyelenggraaan pengangkutan dilaut, dimana pelabuhan sebagai “terminal point”

bagi kapal merupakan hal yang paling utama7. Selain itu, pelabuhan juga mempunyai peranan sebagai gate way atau sebagai pintu gerbang dari satu negara ke negara yang lain atau dari satu daerah ke daerah lain8

Untuk mendapatkan kedudukan hukum perusahaan yang bersetatus PT. (Persero), perusahaan ini melewati perjalanan yang panjang sesuai perkembangan lingkungan yang dihadapinya, dahulu perusahaan ini bersetatus Haven bedrijf.

. Sehingga dalam perkembanganya sebagai sarana untuk berpindahnya kapal dari satu tempat ke tempat yang lain, maka ada beberapa pelabuhan yang tersebar di Indonesia sebagai tempat persandaran kapal-kapal. salah satupelabuhan terbesar di Indonesia adalah PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) di Medan Belawan (PT. Pelindo I (Persero) ).

PT. Pelindo I (Persero), pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang berkembang pesat dan usaha BUMN di lingkungan depertemen perhubungan, PT. Pelindo I (Persero) ini sebelumnya berstatus sebagai Perusahaan Umum (PERUM). BUMN ini didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1991 dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH. Nomor 1 Tanggal 1 Desember 1992 yang telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1994 Tanggal 1 November 1994.

7

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal 177

8


(41)

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1951 sampai Tahun 1960 , perusahaan ini berstatus sebagai Jawatan Pelabuhan. Untuk menyesuaikan dengan undang-undang tentang bentuk-bentuk badan usaha milik negara (BUMN), sejak Tahun 1960 sampai Tahun 1964, perusahaan ini berubah setatus menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan(PN Pelabuhan Authority) atau penguasaan pelabuhan (1964 sampai dengan 1969).

Periode 1969 sampai dengan 1983 terjadi reorganisasi kelembagaan di Pelabuhan yakni PN Pelabuhan digabungkan dengan lembaga penguasaan pelabuhan menjadi Badan Penguasa Pelabuhan (BPP) yang merupakan wadah Perusahaan Negara Pelabuhan Likuiditas. Penata lembaga pelabuhan di Indonesia berjalan terus sesuai dengan tuntutan zaman. Pada tahun 1983, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1983 ditetapkan perubahan bentuk hukum badan penguasaan pelabuhan menjadi Perusahaan Umum Pelabuhan Indonesia I (Perumpel I). Untuk lebih memberikan keleluasan dan kemandirian usaha berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 Perumpel I memperoleh status sebagai Persero.

Pendirian PT. (Persero) Pelabuahan Indonesia I Medan dilaksanakan dengan Akte pendirian atau Anggaran dasar yang dibuat dihadapan Notaris Imas Fatimah, SH di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1992 Nomor1. Akte Notaris tersebut disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia Tanggal 1 Juni 1994 No.c2.8519 Ht 01.01 Tahun 1994 yang kemudian didaftarkan dikantor Panitera Pengadilan Negeri Medan Tanggal 16 Juli 1994, dibawah Nomor 552\PT\Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka 1994 dan berakhir dalam Berita Negara Nomor 8612 Tahun 1994. PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan


(42)

adalah Badan Usaha Milik Negara dilingkungan Departemen Perhubungan, Sebagai salah satu dari 17 BUMN di lingkungan Departemen Perhubungan, yang oleh pemerintah diberikan wewenang sebagai pelaksana penyelenggara pelayanan dan pengusahaan jasa pelabuhan umum yang diusahakan berlokasi di Aceh, Provinsi Sumatra Utara dan Provinsi Riau, Sebagai Persero. Pemilikan saham sepenuhnya berada di tangan pemerintah.Sehingga, dalam hal ini Mentri Keuangan Republik Indonesia dan pembinaan teknis operasi berada di Departemen Perhubungan Laut.

Pelabuhan Belawan merupakan cabang utama yang termaksud dalam PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan bersama pelabuhan lainya yang berada di Sumatra Utara, Riau dan Aceh. Pelabuhan Indonesia I medan sebagai badan usaha milik negara yang berbentuk perseroan ini bergerak di bidang pelayanan jasa kepelabuhan dan usaha lainya untuk mencapai tujuan perusahaan.

1. Tujuan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan

Tujuan perusahaan sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasar PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan adalah untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan serta memupuk keuntungan bagi perseroan dengan menyelenggarakan usaha jasa pelabuhan dan uasaha-usaha lainya yang mempunyai hubungan dengan kepelabuhanan.9

2. Visi dan Misi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan

Misi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan menyediakan jasa kepelabuhanan yang berkualitas yang terintegritas, berkualitas dan benilai tambah untuk memacu pertumbuhan ekonomi wilayah serta berperan sebagai logistik untuk


(43)

memuaskan kebutuhan pelanggan serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan sumber daya manusia.

Visi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, dapat dikenal secara luas sebagai perusahaan penyedia jasa kepelabuhanan berkelas dunia dan Dan yang paling utama adalah “Menjadi Nomor Satu di Bisnis Kepelabuhanan di Indonesia dan Dunia”.10

3. Kegiatan usaha PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Values perusahaan ditetapkan sebagai berikut:

Customer : Proaktif dalam melayani dan membangun hubungan dengan pelanggan, melalui prilaku kunci : proaktif dan cepat dan tanggap.

Integrity : Mengutamakan prilaku terpuji sesuai dengan nilai, prinsif dan etika perusahaan, melalui prilaku kunci : jujur dan taat, serta berani dan bertanggungjawab.

Professionalism : Pengusahaan terhadap pekerjaan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui prilaku kunci : kompeten dan disiplin serta berkualitas.

Team work : Keinginan yang tulus untuk bekerja sama dengan orang lain, melalui prilaku kunci : berkolaborasi dan bersinergi, serta tulus dan saling menghargai.

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan memiliki bidang-bidang usaha berikut :

10

Pelindo 1.co.id/wps/portal/home/!ut/p/a1/04_sj9cppyks, diakses pada tanggal 15 Februari 2016, pukul 20:23 wib


(44)

a. Mengusahakan kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalau lintas pelayaran dan tempat berlabuhnya kapal.

b. Mengusahakan jasa-jasa yang berhubungan denagan pemanduan (politage) dan penundaan kapal.

c. Mengusahakan dermaga dan fasilitas lainya.

d. Mengusahakan gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang angkutan bandar, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan.

e. Mengusahakan jasa terminal yang terdiri dari usaha bongkar muat dan usaha terminal peti kemas.

f. Pengusahaan tanah, perairan, bangunan listrik dan air minum yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan laut.

g. Mengushakan jasa kontruksi dan konsultasi pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pelabuhan.

h. Mengusahakan rumah sakit.

i. Usaha-usaha yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.11

Selain itu juga pelabuhan berperan serta berfungsi sebagai penunjang. kegiatan ekonomi dasar yang cukup penting sehingga banyak kota didunia, dimana kegiatan ekonomi berpusat pada sekitar pelabuahan seperti Surabaya, Jakarta dan kota-kota besar lainya. Pelabuhan dapat memepengaruhi pembangunan ekonomi dan sebaliknya pembangunan ekonomi juga dapat mempengaruhi kegiatan pelabuhan. faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan pelabuhan adalah peningkatan jumlah penduduk dunia yang kegiatan semakin hari semakin banyak sehingga mempengaruhi pelaksanaan pengangkutan barang serta sumber-sumber bahan bak

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 Pasal 4, Tentang Kepelabuhanan, peran palabuhan yaitu :

a. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian

c. Tempat kegiatan alih moda transportasi

d. Penunjang kegiatan industri dan atau perdagangan

e. Tempat distribusi, produksi, konsolidasi, muatan atau barang f. Mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan negara.

11


(45)

Suatu pelabuhan yang dikelola dengan efisien serta dilengkapi dengan fasilitas yang memadai (sufficient) akan membawa keuntungan dan dampak positif bagi perdagangan dan perindustrian dari hinterland tempat pelabuhan tersebut berada. Sebaliknya adanya perdagangan yang lancar dari perindustrian yang tumbuh dan berkembang, membutuhkan jasa pelabuhan yang semakin meningkat yang akan mengakibatkan perkembangan pelabuhan.12

Untuk dapat melayani kapal dan barang serta berfungsinya suatu pelabuhan dalam arti yang luas, maka pelabuahan perlu dilengkapi dengan fasilitas yang diperlukan sesuai dengan letak geografis, tipe, aktivitas, jenis dan macam-macam muatan cargo yang ditangani pelabuhan13

a. Fasilitas untuk kapal terdiri dari :

. Secara umum fasilitas pelabuhan dapat dikategorikan sebagai berikut :

1) Alur pelayaran (channels and fairways), breakwaters

2) Kolam pelabuhan (docks) dan dermaga (wharves), turning areas, locks

3) Sarana bantu navigasi (aid to navigastion)

4) Perbaikan kapal (repairs dock)

b. Fasilitas untuk orang dan penumpang terdiri dari : 1) Gudang transit (sheds)

2) Terminal (sesuai komoditi)

3) Terminal penumpang (passengers terminal)

4) Lapangan penumpukan (stacking areas atau open storage)

5) Gudang lini II (werehouse)

12

H.A Abbas Salim,Op.cit, hal 51

13


(46)

6) Tankfarm untuk liquid cargo)

7) Silo untuk dry bulk cargo

8) Cranes dan berbagai handling equipment

c. Fasilitas untuk penggunaan tanah terdiri : 1) Jaringan jalan

2) Parking areas

3) Jalan kereta api (railway track)

4) Lapangan penumpukan (marshalling yards)

5) Waiting docks (untuk angkutan sungai)

6) Pipa-pipa untuk berbagai macam bulk liquid cargo

d. Pelayanan kapal meliputi hal-hal berikut :

1) Informasi tentang navigasi (navigational information), dan pelayanan radio dan telepon

2) Pemanduan, penundaan dan 3) Pengadaan air bersih dan makanan 4) Bahan bakar (bunkering)

5) reperasi dan galangan kapal

6) fasilitas lainya untuk umum yang diperlukan adalah : 7) Jasa bongkar muat (cargo handling)

8) Angkutan tongkang dalam pelabuhan (ligterage)

9) Penerangan listrik

10) Pemadam kebakaran (fire fighting)


(47)

12) Fasilitas untuk buruh (kantin, tempat ganti pakaian atau tempat beristirahat) disebut juga labour amanities

13) Kebersihan lingkungan. 14

B.Jenis-jenis Pelabuhan dan Hierarki Pelabuhan

Dari penjelasan mengenai peran dan fungsi pelabuhan maka terdapat pembagian mengenai jenis-jenis pelabuhan.Bila ditinjau dari jenisnya, jenis pelabuhan sangat beragam, tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Menurut sudut pandang orang awam, dikenal pelabuhan laut (sea port), pelabuhan udara (air port), dan pelabuhan darat (dry port).15

Pelabuhan umum menurut kegiatanya melayani kegiatan angkutan laut. Sedangkan pelabuhan darat melayani angkutan darat, seperti peti kemas yang diangkut menggunakan kereta api, truk, container, dan sebagainya.

Pembagian pelabuhan jenis ini sebenarnya berdasarkan jenis moda transportasi utama yang dilayani untuk pelabuhan laut, moda transportasi utama yang dilayani adalah kapal laut.

16

1. Jika dilihat dari segi penggunaanya, pelabuhan dapat di bagi sebagai berikut : Pelabuhan tersebut mempunyai tempat terentu didaratan dengan batas-batas yang jelas, yang dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan dan gudang serta sarana prasarana dan sarana angkutan barang dengan cara pengemasan khusus dan berfungsi sebagai pelabuhan umum.

Jenis pelabuhan dapat dibagi berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Pelabuhan Barang b. Pelabuhan Ikan c. Pelabuhan Minyak

14

Ibid, hal 183 15

R.P Suyono, Shipping: Pengangkutan Internasional Ekspor Impor melalui Laut, Seri

Bisnis Internasional Keenam, PPM, Jakarta, PPM 2001.hal 1 16


(48)

d. Pelabuhan Cointainer / Pelabuhan Petikemas e. Pelabuhan Passengger/ Pelabuhan Penumpang f. Pelabuhan Campuran

g. Pelabuhan Pangkalan Militer.17

2. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 jo Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM/55/2002 Tentang Kepelabuhanan, jenis-jenis pelabuhan diantaranya :

a. Pelabuhan umum, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum.

b. Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang dikelola untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Kegiatan pelabuhan ini penggunaanya khusus untuk kegiatan sektor perindustrian, pertambangan, atau pertanian yang pembangunanya dilakukan instansi yang bersangkutan untuk bongkar atau muat dari bahan baku serta hasil produksinya. Contohnya adalah pelabuhan khusus untuk minyak sawit, untuk minyak mentah, untuk rempah, dan lain sebagainya.18

3. Segi Pengusaha.

a. Pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat dan lain-lain. Pelabuhan seperti ini tentu saja dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang digunakan oleh kapal dan muatanya, yang dikenakan pembayaran tertentu.

di akses pada

tanggal 22 Februari 2016, pukul 22:00 wib 18

Muchtaruddin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan management Pengangkutan,


(49)

b. Pelabuhan yang tidak diusahakan, yaitu pelabuhan yang hanya merupakan tempat persinggahan kapal atau perahu, tanpa fasilitas-fasilitas bongkar muat, bea dan cukai dan lain-lain19

4. Segi Alam

.

Menurut segi alam, pelabuhan laut dibagi menjadi pelabuhan terbuka dan pelabuhan tertutup. Pelabuhan terbuka adalah pelabuhan dimana kapal-kapal bisa masuk dan merapat secara langsung tanpa bantuan pintu-pintu air.Pelabuhan Indonesia pada umumnya adalah pelabuhan terbuka.

Pelabuhan tertutup adalah pelabuhan dimana kapal-kapal yang masuk harus melalui beberapa pintu air. Pelabuhan tertutup ini dibuat pada pantai dimana terdapat perbedaan pasang surut yang besar dan waktu pasang surutnya berdekatan. Pelabuhan tertutup dapat di temui di Liverpool, Inggris dan Terusan Panama.20 5. Berdasrkan Lokasinya :

a. Pelabuhan Pesisir

b. Pelabuhan Sungai Muara c. Pelabuhan Danau

d. Pelabuhan Kanal21

6. Segi Lingkup Pelayaran yang dilayani

Berdasarkan lingkup pelayaran yang dilayani, pelabuhan dibagi menjadi sebagai berikut :

19

Rahadian Adha, “Perkembangan Bisnis Pelabuhan”, Makalah, Surabaya, 2001, hal 5

20

International Maritime Organization, “Comprehensive Manual on Port Reception Facilities”, makalah IMO, 1999, hal 79-331

21

Pemaparan Mentri Perhubungan Pekan Orientasi Wartawan Maritim, Peranan Penting Pelabuhan Indonesia dalam Mata Rantai SISTRANAS, Yogyakarta, 1999, hal. 15


(50)

a. Pelabuhan Internasional, yaitu pelabuhan yang melayani perdagangan dan pelayaran internasional, contohnya adalah pelabuhan Singapura, Tanjung Priok.

b. Pelabuhan regional adalah pelabuhan yang melayani kegiatan perdagangan di wilayah Asia, Eropa Barat, atau Amerika Latin. Contoh: Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. 22

c. Pelabuahan lokal adalah pelabuhan yang melayani kegiatan perdagangan atau pelayaran daerah. Contoh: Pelabuhan Tegal di jawa tengah dan pelabuhan Pare-pare di Sulawesi.23

7. Kegiatan Perdagangan Luar Negri

Hal ini terbagi atas pelabuhan impor, yaitu pelabuhan yang melayani masuknya barang-barang dari luar negri sedangkan pelabuhan ekspor dalah pelabuhan yang melayani penjualan barang-barang ke luar negri.24

8. Wilayah Pengawasan Bea dan Cukai

Dari segi pembagian wilayah bea cukai, jenis pelabuhan dibagi menjadi

custom port, yaitu pelabuhan yang ada dibawah pengawasan Bea Cukai. Sementara itu, free port (pelabuhan bebas) adalah pelabuhan yang berada diluar pengawasan bea cukai.

9. Kegiatan Pelayaran

Berdasarkan kegiatan pelayaran, pelabuhan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Pelabuhan Samudra, Seperti Pelabuhan Tanjung Priok Dan Tanjung Perak.

22

Husein Umar, Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran, PT. Raja Grafindo,

Jakarta, 2007. hal 37 23

Bambang Triatmodjo, Perencanaan Pelabuhan Lokal, Betta Offset, Jogjakarta, 2010. Hal

12 24


(51)

Pelabuhan Nusantara (Interinsuler) seperti Pelabuhan Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Pelabuhan Rakyat, seperti pelabuhan Sunda Kelapa di Pasar Ikan, jakarta25 10. Peranan Pelabuhan dalam Pelayaran

.

Berdasarkan peranan pelabuhan dalam pelayaran, pelabuhan dibagi menjadi dua jenis, yaitu pelayaran Transito adalah pelabuhan yang mengerjakan

transhipment cargo (peralihan barang).26

11. Berdasarkan Kepemilikan

Contohnya adalahPelabuhan Singapura. Pelabuhan Ferry adalah pelabuahan penyebrangan. Yang dilakukan adalah menghubungkan dua tempat dengan membawa penumpang dan kendaraan, contoh Pelabuahan Banyuwangi-Gilimanuk atau Merak-Bakahueni.

Pelabuhan Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu pelabuhan yang ditangani pemerintah pusat dan sektor swasta. Terdapat dua golongan pelabuhan sebagai berikut :

a. Golongan pertama adalah pelabuhan dibawah pembinaan Depertemen Perhubungan, yang terdiri dari pelabuhan umum Perumpel yang diusahakan maupun pelabuhan yang tidak diusahakan dalam pembinaan Ditjen Perhubungan Laut, serta pelabuhan yang dikelola instansi BUMN lainya diluar Departemen Perhubungan.

b.Golongan kedua adalah Pelabuhan yang dibangun dan dioperasikan oleh pihak swasta.

Menurut hirarki dan fungsinya, pelabuhan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

25

Irpan Mashude, “Peran Pelabuhan dalam Kegiatan Pelayaran”, Makalah dalam pelatihan

Pemaparan Kertas Kerja PT. Pelindo II pada tanggal 27 Januari 2014 di Jakarta, hal 6. 26

PT. Pelindo II, Pengelolaan Pelabuhan dari Aspek PengaturanPelabuhan Indonesia, Sinar


(52)

a. Pelabuhan Internasional hub yang merupakan pelabuhan utama primer:

1) Berperan sebagai pelabuhan internasional hub yang melayani angkutan alih muat (transhipment) petikemas nasional maupun internasioal dengan skala pelayanan transportasi dunia.

2) Berperan sebagai pelabuhan induk yang melayani peti kemas nasional dan internasional sebesar 2500.000 TEU’s/ tahun atau angkutan lain yang setara.

3) Berperan sebagi pelabuhan alih muat angkutan peti kemas nasional dan internasional dengan pelayanan berkisar 3000.000-3500.000 TEU’s/ tahun atau angkutan lain yang setara.

4) Berada dekat dengan jalur pelayaran internasional sekitar 500 mil. 5) Kedalaman minimal pelabuhan :-12 m LWS.

6) Memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 350 m’,4 crane dan lapangan penumpukan peti kemas seluas 15 Ha.

7) Jarak denagan pelabuhan internasional lainya 500-1000 mil b. Pelabuhan internasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder:

1) Berperan sebagai pusat distribusi peti kemas nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional.

2) Berperan sebagi tempat alih penumpang dan angkutan peti kemas. 3) Melayani angkutan peti kemas sebesar 1500.000 TEU’s/ tahun atau

angkutan lain yang setara.

4) Berada dekat dengan jalur pelayaran internasional + 500 mil dan jalur pelayan nasional -+ 50 mil.


(53)

6) Memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 250`,2 crane dan lapaangan penumpukan container seluas 10 Ha.

7) Jarak denagan pelabuhan internasional lainya 200 – 500 mil. c. Pelabuhan nasional yang merupakan pelabuhan tersier :

1) Berperan sebagai pengumpan angkutan peti kemas nasional.

2) Berperan sebagai tempat alih penumpang dan barang umum nasional. 3) Berperan melayani peti kemas nasional diseluruh Indonesia.

4) Berada dekat dengan jalur pelayaran nasional + 50 mil. 5) Kedalaman minimal pelabuahan -9 m LWS.

6) Memiliki dermaga multiporpose minimal panjang 150 m`, mobile crane atauskipgear kapasitas 50 ton.

7) Jarak denagan pelabuhan nasional lainya 50 – 100 mil. d. Pelabuhan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan primer :

1) Berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan internasional dan pelabuhan internasional.

2) Berperan sebagai tempat alih penumpang dan barang dari/ke pelabuhan utama kepelabuhan pengumpan.

3) Berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam provinsi.

4) Berada dengan jalur pelayaran antar pulau -+ 25 mil. 5) Kedalaman pelabuhan minimal -4 m LWS.

6) Memiliki dermaga minimal 70 m.

7) Jarak dengan pelabuhan regional lainya 20-50 mil. e. Pelabuhan lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan sekunder :


(54)

1) Berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internasional, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional dan pelabuhan regional.

2) Berperan sebagai tempat pelayanan penumpang diderah terpencil, terisolasi, perbatasan, daerah perbatasan yang hanya didukung oleh mode transportasi laut.

3) Berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multi fungsi sebagai terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat disekitarnya.

4) Berada dilokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler kecuali keperintisan.

5) Kedalaman minimal pelabuhan -1,5 m LWS. 6) Memiliki fasilitas tambat.

7) Jarak denagan pelabuhan lokal lainya 5 – 20 mil. 27

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Hierarki Pelabuhan adalah sebagai berikut :

a. Pelabuhan Utama

Pelabuhan utama merupakan pelabuhan yang melayani perdagangan Internasional dan domestik dalam skala besar, biasanya lebih besar dari 100.000 TEUS, Pelabuhan utama juga pelabuhan yang menyediakan pelayanan penumpang dan barang antar provinsi ke pusat kegiatan nasional atau pusat ekonomi dan biasanya kedalaman pelabuhan itu mencapai minimal 11 meter.


(55)

b. Pelabuhan Pengumpulan

Pelabuhan pengumpul merupakan pelabuhan yang melayani perdagangan domestik dalam skala menengah biasanya lebih dari 25.000 TEUS. Pelabuhan pengumpul juga menyediakan pelayanan penumpang dan barang antar provinsi ke hinterland dan pusat kegiatan wilayah dan adapun kedalaman dari pelabuhan pengumpul ini mencapai 8 meter.

c. Pelabuhan Pengumpan

Pelabuhan pengumpan merupakan pelabuhan yang digunakan untuk perdagangan domestik dalam skala kecil, biasanya lebih kecil dari 25 TEUS, dimana pelabuhan pengumpan ini menyediakan pelayanan penumpanhg dan barang dalam provinsi kegiatan lokal, dan adapun kedalaman pelabuhan pengumpan ini mencapai kurang dari 8 meter.28

C.Pelaksanaan Kegiatan Kapal dan Pelayanan Jasa di Pelabuhan

Dalam pelaksanaan kegiatan kapal, maka ini tidak terlepas dari dari hukum pengangkutan dimana kapal berfungsi sebagai mobilitas yang memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain atau dari pelabuhan satu ke pelabuhan yang lain, kegiatan kapal juga tidak terlepas dari pengertian kapal tersebut, dalam hal ini juga kapal mempunyai kegiatan penunjang perokonomian suatu daerah maupun perokonomian negara, dengan adanya transportasi laut (kapal) ini akan lebih mempermudah perpindahan suatu barang dari satu negara kenegara lain, sehingga kegiatan kapal ini mempengaruhi perkembangan perekonomian di

28

Kwu.pakgaol.com/2012/10/kriteria-hirarki-pelabuhan.html?m+1, diakses pada 17 Februari 2016, pukul 18:30 wib


(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan tugas wajib mahasiswa dalam rangka melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini diberi judul “Tanggung Jawab Penyelenggara Otoritas Pelabuhan dalam hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)”.

Skripsi ini membahas mengenai tanggung jawab penyelenggara otoritas pelabuhan dalam hal kenavigasian terhadap kapal yang akan bersandar, yang didalamnya menguraikan mengenai tata cara pelaksanaan kapal sandar, serta membahas juga mengenai pelayanan jasa bagi kapal yang bersandar dan membahas mengenai tanggung jawab pelabuhan sebagai navigator dalam hal persandaran kapal di pelabuhan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu, penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Legiman dan ibunda Supriatun tersayang, yang telah memberikan dukungan dan semangat serta do’a kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, dan terimakasih pada semua pihak yang memberikan bantuan, yaitu kepada :


(2)

1. Prof. Dr. Runtung, SH.,M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara; 2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.,M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak SyafruddinS. Hasibuan, SH.,M.Hum.,DFM, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

5. Prof. Dr. H. Hasim Purba, SH.,M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Sinta Uli, SH.,M.Hum. selaku Ketua Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang sekaligus merupakan Dosen Pembimbing I penulis, yang tiada henti-hentinya memberikan bimbingan serta ide-ide penulisan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik;

7. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.,M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala bimbingan dan masukan selama penulis menyelesaikan skripsi ini;

8. Ibu Aflah, SH.,M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, mengarahkan serta memberikan masukan yang berguna sehingga skripsi ini selesai.

9. Bapak Arif, SH.,M.Hum, sebagai Penasehat Akademik yang telah banyak membantu Penulis selama ini dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;


(3)

10.Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pembelajaran dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11.Kepada Roswita dan Pegawai PT. Pelindo I Cabang Belawan Bapak Jefri Untung yang telah membantu dalam persiapan riset penulis serta mempersiapkan data yang dibutuhkan penulis;

12.Kepada kakak-kakak dan adik-adik penulis, yaitu Ika Astriasih, Wiwik Hartati, Bakti Prayogo, Wahyu Adi Syahputra, dan Rahmansyah;

13.Kepada Badan Kenaziran Mesjid Al-Gufron yang telah mengijinkan saya untuk tinggal selama masa kuliah saya;

14.Kepada sahabat seperjuangan Penulis yang sangat penulis sayangi: Anggie Rizky Kuniawan, Iqbal Fauzan, Rizky Dwi Prasetyo, Rafika Fazal, Irma Aisyah Sari dan yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala dukungannya yang sangat besar diberikan kepada Penulis. Segalanya tidak akan Penulis lupakan dan semoga persahabatan kita sampai selamanya 15.Kepada saudara-saudara satu Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

16.Kepada seluruh teman-teman Grup A stambuk 2012 dan teman-teman Jurusan Perdata Dagang 2012.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan baik dari segi penggunaan tata bahasa, penafsiran, serta analisis hukum yang tertuang dalam skripsi ini. Oleh karna itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.


(4)

Akhir kata Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi kemajuan ilmu pengetahuan ilmu hukum.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan,25 Februari 2016 Hormat Penulis

Susilo Laharjo


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penulisan ... 8

D.Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 13

G.Keaslian Penulisan ... 15

BAB II :TINJAUAN UMUM MENGENAI PELABUHAN A.Sejarah Pelindo I Belawan serta Peran dan fungsi Pelabuhan . 16 B.Jenis-jenis Pelabuhan dan Hiearki Pelabuhan ... 23

C.Pelaksanaan Kegiatan Kapal dan Pelayanan Jasa di Pelabuhan ... 32

BAB III : KENAVIGASIAN DAN PERANAN LEMBAGA- LEMBAGA DI PELABUHAN


(6)

A.Pengertian Navigasi dan Kenavigasian serta

Sarana-sarana Bantu Navigasi Pelayaran ... 43 B.Penyelenggaraaan Bantuan Navigasi Pelayaran ... 48 C.Penyelenggaraan Pemanduan Lembaga-lembaga di

Pelabuhan ... 52

BAB IV :TANGGUNGJAWAB OTORITAS PELABUHAN DALAM HAL KENAVIGASIAN TERHADAP KAPAL YANG AKAN BERSANDAR

A.Tata cara Pelaksaan Kapal Sandar ... 58 B.Pelaksaan Jasa Pelayanan Di Pelabuhan Terhadap

Kapal Yang Akan Bersandar………...62 C.Tanggung Jawab PT. Pelindo I Cabang Belawan

Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal

Yang Akan Bersandar ... 72

BAB V : PENUTUP

A.Kesimpulan ... 78 B.Saran ... 79 A. DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN

A.Surat Keterangan Riset