Pages from BULLETIN KOMISI YUDISIAL

SUDUT HUKUM

Pendidikan, Pelatihan dan Advokasi Hukum,
Amir Syarifudin, SH,, M.Hum.x

Pengantar
Pengi:mb angan prof esionalisme

Pendidikan Tinggi hukum-hukum

Walapun setiap Fakultas Hukum
telah memiliki laboratorium hukum
yang menyelenggarakan PLKH, namun

dilndonesia yang men gantft ciail law,

usaha tersebutbelum menjamin keluaran

termasuk dalam kategori under gr aduate

yang profesional dan siap pakai. Usaha

untuk menciptakan keluaran yang tidak
terlalu memiliki kesenjangan dengan

dibidang hukum sangat dipengaruhi

model pendidikan dan latihan.

:

Keterbukaan Mengakses Putusan
Hakim dan Pendidikan Hukum

program, cenderung menghasilkan
produk yang memiliki kesenjangan

i dengan kualifikasi ditingkatan praktekl.
i Keadaan ini berakibat lulusan strata

kualifikasi ditingkat praktek haruslah
didukung oleh penetapan prinsip

keterbukaan putusan Pengadilan.
Putusan Pengadilan itu hendaknya tidak
hanya dapat diakses oleh pihak-pihak

1 (Sl) Hukum masih memerlukan
pendidikan dan pelatihan lebih lanjut
sebelum terjun ke Dunia Advokasi
.yangberkepentingan, tetapi juga dapat
Hukum.
Disamping itu Pendidikan Tinggi Siakses oleh semua pihak, termasuk
Hukum pada umumrrya mengambil mahasiswa. Dengan demikian
mahasiswa memiliki kesempatan
imateri-materi IImu Hukum, Teori untuk mendiskusikan secara terbuka
I Hukum dan jarang sekali mengkaji
putusan-putusan Pengadilan.
I putusan-putusan hakim, dakwaan
Manfaat yang didapat mahasiswa
I iaksa atau pledoi advokat. Keadaan ini
mereka dapat berargumentasi
ialah

I dapat dimaklumi karena Pendidikan
logis, menganalisis secara akurat
secara
I Tinggi Hukum di lndonesia berorientasi
hukum yang berkembang,
permasalahan
I pada pendidikankeilmuan. Namun
hukum dan
memahami
prinsip-prinsip
I sekarang mulai disadari, pendidikan
praktek.
Dampak
penerapannya
dalam
J tinggi hukum telah berorientasi untuk
putusan
prinsip
keterbukaan
penetapan

I mempersiapkan praktisi hukum dengan
mendorong
hakim
pengadilan
akan
I memberi proporsi waktu, tenagabagi
membuat
dalam
lebih
berhati-hati
I ketrampilan profesi. Petunjuk kearah
Putusan, sebab putusan itu akan
I itu dapat dilihat dengan dibentuknya
menjadi bahan diskusi dan perdebatan
I laboratorium hukum disetiap Fakultas
akademisi.3Jika prinsip ini telah dapat
I Hukum yang salah satu tugasnya
dilaksanakan pada Peradilan L:rdonesi4
I menyelenggarakan Pendidikan Latihan
sudah barang tentu hal ini dapat

(PLKH).
I Kemahiran Hukum
mendorong
hakim memufu s perkara
I Rtantetapiwalaupuntelahmasuk lebih profesional.
I urateri PLKH tersebut dalam kurikulum
Untuk dapat diangkat menjadi
I Fakultas Hukum belum menjamin
advokat,
seseorang juga harus lulus
y*g profesional dan siap pakai.

fU"r*

I hri berarti tetap diperlukan Pendidikan
I dar, Latihan tambahanbagi mereka
baru bergerak dibidang Advokasi

ujiana dan magang sekurang-kurangnya
2(dua) tahunterus menerus pada Kantor


Advokat,s Ketentuan di atas memberi
penekanan bahwa seorErng advokat
harus memiliki kemampuan penguasaan

IImu Hukum danAplikasi lmu tersebut
&rletin lturnisi Yudisiai

dalam praktek advokasi. Advokat yang
diberi kewenangan oleh organisasinya

menerima calon advokat magang
diwajibkan memberi bimbingan,
pelatihan dan kesempatan praktek.
Penilaian oleh Advokat terhadap
calon advokat magang6 mencakup
kemampuan, keterampilan dan etika
dalam menjalankan profesinya.T

Komisi Yudisial dan Advokat

Timbulnya gagasan pembentukan

Komisi Yudisial didorong oleh
kegagalan sistem yang ada untuk
menciptakan peradilan yang lebih
baik.
Salah satu penyebab kegagalan

sistem peradilan adalah lemahnya
sistem pengawasan intern badan
peradilan yang ada selama ini dinilai
kurang efektif. Pengawasan badan
peradilan mencakup 3 (tiga) aspek,
yaitu:
- Pengawasan Teknis- Yudisial,
dilakukan melalui mekanisme : banding,
Kasasi, Peninjauan Kembali (PK);
- Pengawasan Administrasi Peradilary

dilakukan oleh Ketua Muda Bidang

Pengawasan dan Pembinaan(WASBIN)

diMahkamahAgung;dan
- Pengawasan perilaku hakim, yang
selama ini dilakukan oleh Mahkamah
Agung, tetapi semenjak diterbitkannya

Undang-undang No.22 tahun 2004
dialihkan ke Komisi Yudisial.
Pengalihan pengav/asan peradilan
yang berada diluar Mahkarrrah z\gung
(ex t er n al au

dit o r s) y aitu kep ad a Komi si

Yudisialdiharapkan dapat menciorong
terciptanya peradilan yang lebih baik
pada masa mendatang. Pengawasan
yang merupakan peranan pokok Komisi


Yudisial, dapat dibeclakan menjadi;
(1) Pengawasan preventif , dan (?-)
Pengawasan repre_sif . Pengawa san
3t

,+-*_

_-.a

SUOUT HUKUM
Preventif adalah pengawasan yang
bertuiuan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan perilaku oleh Hakim.

Untuk mencegah penyimpangan
tersebut, Komisi Yudisial diberi
kewenangan mengusulkan calon
hakim yang memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercel4 jujur,
adil, profedionaf berpengalaman dan

mandiri. fika Komisi Yudisial berhasil
memilih dan mengusulkanhakim agung
yang memiliki karakteristik tersebut di
atas, maka hakim tersebut berpeluang

besar tercegah dari penyimpangan
perilaku.

Pengawasan represif adalah

pengawasan yang tertuju

menanggulangi penyimpangan
perilaku. Untuk melaksanakan
pengawasan ini Komisi Yudisial:

-

Menerimalaporanmasyarakat,


Meminta laporan secara berkala
kepada badan peradilan,
Melakukanpemeriksaary

- Memanggil dan meminta
keterangan kepada hakim, dan

- Membuat laporan hasil
pemeriksaan.

Jika dari hasil pemeriksaan

terbukti telah terjadi peLanggaran
perilaku,Komisi Yudisial dapat
memberikan:
-Teguran tertulis;
-

Pemberhentian sement ata, dan

-Pemberhentian
Adanya sanksi tersebut diharapkan

dapat memberi efek jera kepada

pelanggar sehingga tidak mengul angi
perbuatannya.
Hakim dari semua lingkungan

peradilan di seluruh Indonesia
berjumlah

6178,

yangharus diawasi oleh

anggotaKomisi Yudisial berjumlah
7 (iujuh) orang. Secara kuantitatif
berarti seorang Anggota Komisi
Yudisialmengawasi 882hakim Yang
tersebar di 465 kabupaten/Kotamadya.
Dari rasio tersebut Pengawasan
menjadi kurang efektif, oleh sebab itu
Komisi Yudisial membangun sistem
jaringan atau jejaring yang terdiri dari
Perguruan Tinggi/Fakul tas Hukum,
Lembaga SwadayaMasYarakat LBH

dan Ormas.s Lembaga tersebut dipilih
sebagai jejaring karena memiliki visi,
misi, program dan perhatian yang sama

dengan Komisi Yudisial.
Kesepakatan pokok antara Komisi
Yudisial dengan jejaring adalah bahwa
iejaring mempunyai tugas pokok:

a

b
c
d
e

Melaksanakan riset putusan
hakim,

Investigasi perilaku hakim,
Mengembangkan sifat kritis dan

sensitif terhadap praktek mafia
peradilan,
MembantuAdvokasikorbanmafia
peradilary
MeLakukan pendidikan dan

Secara kelemb agaan, mengembalikan
advokat ke fu ngsiny a " y ang mulia"

melalui organisasi profesinya. Namun
sampai dengan saat ini organisasi

profesi itu belum berbentuk wadah
tunggallo Masing-masing organisasi
advokat memiliki Kode Etik dengan
Badan Kehormatan tersendiri, dan ini
akan berakibat timbulnya pluralisme
kode etik pluralisme badan kehormatan.

Akibat lebih jauh ialah timbulnya
perbedaan dalam menegakkan, menjaga
martabat dan kehormatan advokat.

kampanye melawan mafia

Penutup

peradilan.

Advokasi hukum oleh jejaring
terutama terhadap butir a, d dan e
diharapkan dapat memberi kontribusi
dalam menciptakan peradiLan yang
lebih baik dimasa mendatang.
AdvokasiHukum
Advokasi Hukum merupakan
kegiatan memberikan jasa hukum yang

berupa konsultasi hukum, bantuan
dan melakukan tindakan hukum
dan untuk kepentingan klien-klien.s
Advokasi hukum diperlukan sebagai
salah satu komponen dalam penegakan

Pendidikan dan latihan merupakan
sarana penunjang bagi advokasi hukum,

Pendidikan Tinggi Hukum di Indonesia
yang berorientasi pada pendidikan
keilmuan, tapi juga telah menyadari
perlunya pendidikan yang berorientasi
pada keahlian (profesi). Kombinasi dari
kedua pendidikan tersebut dipandang
belum mampu menciptakan tenaga
siap pakai. Oleh sebab itulah masih
dipandang perlu calon advokat dibekali

keterampilan tambahan sehingga
nanti agar menjadi advokat dapat
melaksanakan tugasnya dibawa kendali

hukum. Klien sebagai salah satu

etika profesi. Jika organisasi advokat

pihak dalam peradilan tidak semua
mengetahui seluk beluk melindungi

telah dapat melaksanakan menerapkan

kepentingannya. Agar kepentingannya
terjamin, biasanya ia memerlukaniasa
hukum yang diberikan oleh advokat.

etika profesi secara konsisterg maka
advokat telah menjadi salah satu unsur

penyumbang dalam menegakkan
hukum di Indonesia.

Sebagai salah satu komPonen

penegak hukum, advokat turut
bertanggung jawab adanya judicial
corruption, mafi a peradilan. Sebagai
unsur penegak hukum non negara

selama ini dipandang belum
melaksanakan tugasnya secara

profesional dalam kendali etika profesi.
Jika keadaan ini terus menerus terjadi
tanpa ada usaha kearah Perubahan
bukan tidak mungkin advokatberubah

fungsi menjadi bagian-bagian dari
aktor-aktor yang justru menyuburkan
mafia peradilan. Tuntutan reformasi

yang dicanangkan tahun 1998Yang
ingin menciptakan iklim peradilan yang
le6ih bait