Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Dari Debitur Yang Meninggal Dunia Dengan Klaim Asuransi Jiwa ( Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Sibolga )
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
A. Pengertian Perjanjian Kredit dan Unsur-Unsur Kredit
Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut
kepentingan para pihak yang membuatnya, oleh sebab itu hendaknya setiap
perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum sehingga
tujuan kepastian hukum dapat terwujud. Menurut Pasal 1313 Kitab UndangUndang Hukum Perdata, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan orang atau lebih
mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh
dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut
dalam persetujuan itu.
Di dalam Pasal 1 angka 11 Undang - Undang
Nomor 10 tahun 1998
Tentang Perubahan atas Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan mendefinisikan kredit sebagai berikut :
“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga “.
Setiap kredit yang disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur
maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit ( akad kredit ) secara tertulis.
Berkenaan dengan praktek perbankan bentuk dan format perjanjan kredit
Universitas Sumatera Utara
diserahkan sepenuhnya pada bank yang bersangkutan. Namun ada hal-hal yang
tetap harus dipedomani, yaitu bahwa perjanjian tersebut rumusannya tidak boleh
kabur atau tidak jelas, selain itu juga perjanjian tersebut sekurang-kurangnya
harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum , sekaligus juga
harus memuat secara jelas mengenai jumlah besarnya kredit, jangka waktu, tata
cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan lainnya yang lazim dalam
perjanjian kredit. 9
Pembuatan perjanjan kredit terdapat beberapa judul dalam praktek
perbankan tidak sama satu sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian
kredit , akad kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit, dan
lain sebagainya. Meskipun judul dari perjanjian tersebut berbeda-beda tetapi
secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman
berbentuk uang. 10
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok ( prinsipil ) yang bersifat riil.
Sebagaimana perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya.
Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti
riil ialah bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh
bank kepada nasabah debitur. 11
Perjanjian kredit merupakan perjanjian yang sangat penting dalam rangka
penyaluran kredit dari bank sebagai kreditur kepada para debiturnya. Perjanjian
kredit merupakan perjanjian pokok yang keberadaannya tidak tergantung pada
9
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000, hal. 385.
10
Sutarno, “Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank”, Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 97.
11
Hermansyah.,Op.cit, hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian – perjanjian lainnya, jadi perjanjian kredit merupakan perjanjian utama
apalagi jika dikaitkan dengan keberadaan perjanjian pemberian jaminan.
Perjanjian
kredit
merupakan
perjanjian
pendahuluan
(pactum
de
contrahendo). Perjanjian kredit mendahului perjanjian hutang-piutang (perjanjian
pinjam-mengganti) sedangkan perjanjian hutang-piutang merupakan pelaksanaan
dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit. 12 Perjanjian kredit bersifat
konsensuil sedangkan perjanjian hutang piutang bersifat riil yang berarti bahwa
perjanjian baru ada setelah uang yang dipinjamkan dalam perjanjian kredit secara
nyata pada debitur.
Dasar Hukum Perjanjian Kredit.
Adapun ruang lingkup yang menjadi dasar hukum perjanjian kredit adalah
sebagai berikut:
a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku Ketiga Bab XIII, mengenai
perjanjian pinjam meminjam uang
b. Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yaitu:
1. Pasal 1 ayat 12 tentang perjanjian kredit
2. Perjanjian anjak piutang yaitu perjanjian pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan-tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan atau luar
negeri
3. Perjanjian kartu kredit, yaitu perjanjian dagang dengan mempergunakan kartu
kredit yang kemudian diperhitungkan untuk melakukan pembayaran melalui
penerbit kartu kredit
4. Perjanjian sewa guna usaha yaitu perjanjian sewa menyewa barang yang
berakhir dengan opsi untuk meneruskan perjanjian itu atau melakukan jual
beli
c. Perjanjian sewa beli, yaitu perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara
angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada pembeli setelah
angsurannya lunas dibayar (Keputusan Menteri Perdagangan No. 34/KP/II/80)
d. Perjanjian meminjam dalam undang-undang melepas uang
12
H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2000, hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
e. Perjanjian pinjam uang dalam undang-undang riba 13
Secara yuridis ada 2 (dua) jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang
digunakan bank dalam memberikan kreditnya, yaitu:
a. Perjanjian pengikatan kredit dibawah tangan atau akta dibawah tangan.
Akta perjanjian kredit dibawah tangan adalah perjanjian pemberian kredit
oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya di antara mereka
(kreditur dan debitur) tanpa notaris. Lazimnya dalam penandatanganan
akta perjanjian kredit, saksi turut serta membubuhkan tanda tangannya
karena menurut Pasal 284 Rbg/ 164 HIR, saksi merupakan salah satu alat
pembuktian dalam perkara perdata. 14
b. Perjanjian/pengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris
(notariil) atau akta otentik.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris menyatakan, notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut. Akta notaris
adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut
bentuk dan tat acara yang ditetapkan dalam undang-undang ini. 15
Dilihat dari bentuknya, umumnya perjanjian kredit perbankan menggunakan
bentuk perjanjian baku ( standard contract ) yang telah disediakan oleh pihak
bank sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya
dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku
(standard contract), dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam
posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan
negosiasi atau tawar-menawar. Apabila debitur menerima semua ketentuan dan
persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk
13
Ibid
Ibid, hal. 31
15
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 61
14
Universitas Sumatera Utara
menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi jika debitur menolak ia tidak
perlu menandatangani perjanjian kredit tersebut.
Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian khusus baik oleh bank
sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian
berfungsi penting dalam pemberian, pengolalaan, dan penatalaksanaan kredit
tersebut. Berkaitan dengan itu, perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut :
a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.
b. Perjanjian kredt berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak
dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.
c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring
kredit. 16
Pada Pasal 1381 KUHPerdata mengatur cara hapusnya perikatan dapat
diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank. Namun pada prakteknya hapusnya
atau berakhirnya perjanjian kredit lebih banyak disebabkan:
1. Karena pembayaran (lunas)
Pembayaran dalam hal ini adalah terpenuhinya prestasi atau lunasnya utang
dalam hal mengembalikan kredit kepada pihak bank.
2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan
Hal ini dilakukan apabila seorang kreditur tidak mau menerima pembayaran
dari debitur sehingga debitur melakukan penawaran pembayaran tunai diikuti
dengan penitipan.
3. Novasi atau pembaharuan utang
Yaitu dibuatnya perjanjian utang yang baru untuk menggantikan perjanjian
yang lama. Dengan begitu perjanjian yang lama berkahir. 17
16
Hermansyah, Op.Cit., hal. 72.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 1413 KUHPerdata menyebutkan ada tiga macam jalan untuk
melaksanakan pembaharuan utang:
1) Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna
orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang
lama, yang dihapuskan karenanya;
2) Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya;
3) Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru
ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang berpiutang lama,
terhadap siapa si berpiutang dibebaskan dari perikatannya.
4. Perjumpaan Utang atau Kompensasi
Padal pasal 1425 dan 1246 KUHPerdata mengatur tentang penjumpaan utang,
dimana jika dua orang saling berhutang maka terjadilah suatu perjumpaan
utang, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan
untuk suatu jumlah yang sama.
5. Percampuran Utang
Pencampuran utang ini terjadi jika debitur dan kreditur berkedudukan pada
satu orang, maka demi hukum dan secara otomatis suatu pencampuran utang
telah terjadi dan perjanjian ini menjadi hapus atau berakhir.
6. Pembebasan Utang
Pembebasan utang ini pihak kreditur harus secara tegas mengatakan secara
lisan maupun tertulis bahwa kreditur tidak lagi menuntut pembayaran terhadap
debitur.
17
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 279
Universitas Sumatera Utara
7. Musnahnya Barang yang Terutang
Musnahnya barang yang terutang ialah apabila hilangnya, musnahnya atau
tidak dapat diperdagangkan lagi barang tersebut, maka hapuslah perikatannya,
dengan syarat barang tersebut musnah atau hilang bukan karena salahnya si
berutang atau lalainya si berutang.
8. Pembatalan
Dengan terjadinya pembatalan, makanya dengan sendirinya berakhir dan
hapus perjanjian tersebut.
9. Berlakunya Suatu Syarat Batal
Yaitu tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka dari itu
perjanjian tersebut berakhir.
10. Lewat Waktu (Daluarsa)
Pada pasal 1946 KUHPerdata menyatakan bahwa daluarsa adalah suatu alat
untuk memperoleh atau dibebaskannya dari suatu perikatan dengan lewatnya
batas waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undangundang.
Unsur kredit yang yang paling penting adalah “kepercayaan” dari bank atau
kreditur terhadap nasabah peminjam atau debitur. Kepercayaan tersebut timbul
karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit
bank oleh debitur, yaitu jelasnya tujuan peruntukan kredit, adanya benda jaminan
atau agunan, dan lain-lain.
Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :
1. Kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
5.
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan ( berupa uang, barang
atau jasa ) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan
penelitian dan penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun
ekstern. Penelitan dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang
terhadap nasabah pemohon kredit.
Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan
antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka menengah dan jangka panjang.
Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko
tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit
semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi
tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun
oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank. Sedangkan bagi
bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi
hasil. 18
Dalam
bukunya
yang
berjudul
Dasar-dasar
Perkreditan,
Thomas
mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas :
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang dan jasa, akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang.
b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang,
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan
diterima pada masa yang akan datang.
c. Tingkat Risiko (Degree of Risk), yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi
sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014, hal. 86.
Universitas Sumatera Utara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian
hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya,
karena sejauh-jauhnya kemampuan manusia untuk menerobos masa depan
itu, masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat
diperhitungkan. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko.
Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbul jaminan dalam pemberian
kredit.
d. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi
modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi
kredit yang menyangkut uanglah yang kita jumpai dalam praktik
perkreditan. 19
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, Pasal 1 butir
11, unsur-unsur kredit di dalam perbankan terdiri dari beberapa unsur yaitu :
a. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang.
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang tersebut dilakukan oleh bank. Bank adalah pihak
penyedia dana dengan menyetujui pemberian sejumlah dana yang
kemudian disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sedangkan
tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik
perbankan misalnya pemberian ( penerbitan ) garansi bank dan penyediaan
fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit.
b. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain.
Persetujuan atau kesepakatan merupakan dasar dari penyediaan uang atau
tagihan. Persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam dibuat oleh bank
dengan pihak debitur yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kredit.
Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian, tunduk kepada
ketentuan hukum perikatan. Perjanjian uang antara bank dengan debitur
lazim disebut perjanjian kredit, surat perjanjian kredit, akad kredit atau
sebutan lain yang hampir sejenis.
c. Adanya kewajiban melunasi utang
Pinjam meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam, peminjam
wajib melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit
oleh bank kepada debitur adalah suatu pinjaman uang dan debitur wajib
melakukan pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah disepakatinya.
d. Adanya jangka waktu tertentu
Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka waktu tertentu, jangka waktu
tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan
19
Hermansyah, Op.cit, hal. 58
Universitas Sumatera Utara
debitur. Jangka waktu yang ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban
bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukkan kesempatan
dilunasinya kredit. Berdasarkan jangka waktu tertentu, maka jangka waktu
dalam perbankan dibedakan atas kredit jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang.
e. Adanya pemberian bunga kredit
Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang
ditetapkannya adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga
atas pinjaman uang yang diberikan. Suku bunga merupakan harga atas
uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur. 20
Kelima unsur yang terdapat dalam pengertian kredit diatas harus dipenuhi
bagi suatu pinjaman uang untuk dapat disebut sebagai kredit didalam perbankan.
Unsur-unsur tersebut di atas dapat selalu berkembang dan menjadi lebih luas
terutama dalam perkembangan pelaksanaan perkreditan, maka unsur-unsurnya
dapat berkembang diantaranya penatalaksanaan manajemen kredit, agunan dan
cara penyelesaian sengketa. 21
B. Jenis – Jenis Kredit
Menurut Hasibuan, jenis-jenis kredit dapat dibedakan berdasarkan sudut
pandang pendekatan yang kita lakukan, yaitu :
1. Berdasarkan tujuannya, maksudnya kredit ini dibedakan berdasarkan dari
tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali
atau dipakai untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi.
Jenis kredit berdasarkan tujuannya adalah :
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri
bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang akan
digunakan sendiri bersama keluarganya.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk penigkatan usaha
atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan
barang atau jasa.
c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan tersebut.
20
21
M. Bahsan, Op.cit, hal. 76-78
Ibid, hal 78
Universitas Sumatera Utara
2. Berdasarkan kegunaannya, maksudnya adalah untuk melihat penggunaan uang
tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan atau hanya kegiatan
tambahan, Kredit ini dibedakan dua jenis, yaitu :
a. Kredit investasi, biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha
atau membangun proyek.pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli
mesin-mesin. Pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama.
b. Kredit modal kerja, digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi
dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
c. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang akan dipergunakan untuk
menambah modal usaha debitur. Contoh kredit modal kerja diberikan
untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lainnya
berkaitan denga proses produksi perusahaan.
d. Kredit investasi, yaitu kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif,
tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu relatif lama. Contoh:
kredit untuk perkebunan, kelapa sawit, dan lain-lain.
3. Berdasarkan jangka waktu, maksudnya adalah lamanya masa pemberian kredit
mulai dari pertama sekali diberikan sampai dengan masa pelunasannya, jenis
kredit ini adalah :
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu
tahun saja.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu
sampai tiga tahun.
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga
tahun.
4. Berdasarkan sektor usaha, maksudnya adalah setiap sektor usaha memiliki
karakteristik yang berbeda-beda , oleh karena itu pemberian fasilitas kredit
berbeda pula. Jenis kredit berdasarkan sektor perekonomian adalah :
a. Kredit pertanian, yaitu kredit yang diberikan kepada perkebunan,
peternakan dan perikanan.
b. Kredit peternakan, yaitu kredit yang diberikan untuk jangka waktu yang
relatif pendek.
c. Kredit perindustrian, yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka
macam industri kecil, menengah, dan besar.
d. Kredit pertambangan, yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka
macam pertambangan.
e. Kredit ekspor-impor, yaitu kredit yang diberikan kepada eksportir dan
atau importir beraneka barang.
f. Kredit pendidikan, yaitu kredit yang diberikan untuk membangun sarana
dam prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiwa
atau pelajar.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
h. Kredit koperasi, yaitu kredit yang diberikan kepada jenis-jenis koperasi.
Universitas Sumatera Utara
i. Kredit profesi, yaitu kredit yang diberikan kepada beraneka macam
profesi. Seperti guru dan dokter.
5. Berdasarkan jaminannya, maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas
kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal
senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit berdasarkan segi jaminannya adalah:
a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan
tertentu jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau barang
tidak berwujud.
b. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang
atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan
bank yang bersangkutan. 22
C. Syarat Sahnya Perjanjian Kredit
Perjanjian dapat dikatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian yang telah ditentukan oleh
undang-undang. Perlu diperhatikan bahwa perjanjian yang memenuhi syarat yang
ada dalam undang-undang diakui oleh hukum, sebaliknya perjanjian yang tidak
memenuhi syarat tidak diakui oleh hukum walaupun diakui oleh pihak-pihak yang
bersangkutan. Karena itu selagi pihak-pihak mengakui dan mematuhi perjanjian
yang mereka buat walaupun tidak memenuhi syarat perjanjian itu berlaku diantara
mereka. Apabila suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya lagi, maka hakim
akan membatalkan atau perjanjian itu batal.
Berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, untuk
sahnya suatu perjanjian maka para pihak harus memenuhi syarat-syarat tersebut
dibawah ini :
1. Kesepakatan atau persetujuan para pihak
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
22
Malayu Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008 , hal. 88-89
Universitas Sumatera Utara
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.
Berikut uraian lebih lanjut mengenai syarat sahnya perjanjian :
1. Kesepakatan atau persetujuan para pihak,
Kesepakatan yaitu penyesuaian kehendak antara satu orang atau lebih dengan
pihak lain. Kesepakatan atau persetujuan para pihak mengandung makna bahwa
para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada penyesuaian
kehendak atau persetujuan masing-masing pihak, yang dilahirkan oleh para
pihak dan tanpa adanya unsure paksaan, kekeliruan, maupun penipuan.
Persetujuan yang mana dapat dinyatakan secara tegas maupun diam-diam. 23
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Menurut ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata yang dikatakan tidak cakap
membuat perjanjian adalah :
a. Orang yang belum dewasa;
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang - Undang
telah dilarang membuat suatu perjanjian.
Pada umumnya orang yang cakap melakukan perbuatan hukum apabila
dapat dikatan sudah dewasa, artinya umur 21 tahun atau sudah kawin
walaupun belum 21 tahun.
Ketentuan mengenai seorang perempuan
bersuami tidak boleh melakukan perbuatan hukum tertentu tanpa ijin
dari suaminya,
hal
demikian
diatur
dalam
Pasal
108
dan
110
23
Firman Floranta Adonara, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, Cv Mandar Maju, Bandung,
2014, hal. 76.
Universitas Sumatera Utara
KUHPerdata, namun
kedua
Pasal
tersebut
menurut
Surat
Edaran
Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 yang diperkuat dengan Pasal
31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, sudah tidak
berlaku lagi.
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu disini berbicara tentang objek perjanjian. Objek
perjanjian yang dapat dikategorikan dalam Pasal 1333 KUH Perdata
sampai dengan Pasal 1334 KUHPerdata. Berdaskan Pasal 1333 ayat (1)
KUH Perdata, berbunyi bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai
pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya, dan dalam
Pasal 1333 ayat (2) berbunyi bahwa tidaklah menjadi halangan bahwa
jumlah barang tidak ditentukan asal saja jumlah itu kemudian dapat
ditentukan atau dihitung. Selanjutnya di dalam Pasal 1334 KUH Perdata
berbunyi bahwa barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari yaitu
yang pertama obyek yang akan ada (kecuali warisan), asalkan dapat
ditentukan jenis dan dapat dihitung. Yang kedua adalah obyek yang dapat
diperdagangkan (barang-barang
yang dipergunakan untuk kepentingan
umum tidak dapat menjadi objek perjanjian).
4. Suatu sebab yang halal
Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, suatu sebab yang halal bukanlah
sebab dalam arti yang menyebabkan atau mendorong membuat perjanjian
melainkan
sebab
dalam
arti
“isi
pejanjian
itu
sendiri”
yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak, apakah
Universitas Sumatera Utara
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau tidak. Akibat
hukum perjanjian yang berisi causa yang tidak halal adalah “batal”, seperti
yang tercantum dalam Pasal 1335 KUH Perdata yang berbunyi “suatu
perjanjian tanpa sebab, atau yang dibuat karena sesuatu sebab yang
palsu atau
terlarang,
tidak
mempunyai kekuatan
hukum”.
Sehingga
tidak mempunyai dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian dimuka hakim.
Syarat-syarat sahnya perjanjian itu menyangkut dua hal yaitu mengenai
subyeknya (yang membuat perjanjian) dan kedua mengenai obyeknya yaitu
apa yang dijanjikan oleh masing-masing pihak. Apabila tidak dipenuhinya
syarat subyektifnya maka dapat dimintakan pembatalan perjanjian kepada
hakim, sedangkan jika syarat obyektifnya tidak dipenuhi maka dapat batal
demi hukum (tanpa dimintakan pembatalan kepada hakim).
Dua syarat yang pertama mewakili syarat subjektif, yang berhubungan
dengan subjek dalam perjanjian, dan dua syarat yang terakhir berhubungan
dengan syarat objektif yang berkaitan dengan objek perjanjian yang disepakati
oleh para pihak dan akan dilaksanakan sebagai prestasi atau utang dari para
pihak. 24 Objek tersebut akan terwujud dalam prestasi yang mengakibatkan
perjanjian harus dipenuhi atau utang harus dibayar salah satu pihak kepada pihak
lainnya.
Berbeda dengan syarat pertama dan syarat kedua, syarat ketiga dan syarat
keempat merupakan syarat objektif memiliki akibat hukum dimana perjanjian
tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. Tidak memiliki kekuatan hukum itu
24
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari Undang-Undang
RajaGrafindo Perkasa, Jakarta, 2005, hal. 53
Universitas Sumatera Utara
sejak semula dan tidak mengikat para pihak yang membuat perjanjian atau biasa
disebut dengan batal demi hukum (null and void). Akibat batal demi hukumnya
perjanjian, maka salah satu pihak tidak dapat mengajukan tuntutan melalui
pengadilan untuk meminta pemenuhan prestasi dari pihak lain. Hal tersebut
disebabkan perjanjian itu tidak melahirkan hak dan kewajiban yang mempunyai
akibat hukum.
Dengan demikian, untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi keempat
syarat tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Apabila syarat
subjektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan dan apabila
syarat objektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut akan batal demi hukum.
Menurut Munir Fuady syarat sahnya perjanjian kredit adalah :
a. Adanya kesepakatan antara debitur dengan kreditur yang disebut dengan
perjanjian kredit.
b. Adanya para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur.
c. Adanya kesanggupan atau janji untuk membayar hutang.
d. Adanya pinjaman berupa pemberian sejumlah uang.
e. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit dengan pembayaran
kredit. 25
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit
Hubungan hukum antara bank dan nasabah diatur dalam perjanjian, berarti
para pihak dalam hal ini bank sebagai suatu badan usaha dan nasabah baik
perorangan maupun badan usaha mempunyai hak dan kewajiban. Pemenuhan hak
dan kewajiban para pihak dalam hukum perjanjian dijamin oleh undang-undang.
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang seharusnya diterima atau
25
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002,
hal.111.
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan atas suatu objek yang diperjanjikan. Objek perjanjian dalam hukum
perikatan merupakan sesuatu yang menjadi tujuan para pihak.
Adapun hak kewajiban debitur dan kreditur dalam perjanjian kredit
meliputi:
Bank mempunyai kewajiban untuk :
1. Menjamin kerahasiaan identitas nasabah beserta dengan dana yang disimpan
pada bank kecuali kalau peraturan perundang- undangan menentukan lain.
2. Menyerahkan dana kepada nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
3. Membayar bunga simpanan sesuai dengan perjanjian.
4. Mengganti kedudukan debitur dalam hal nasabah tidak mampu melaksanakan
kewajibannya kepada pihak ketiga.
5. Melakukan pembayaran kepada eksportir dalam hal digunakan fasilitas Letter
of Credit, sepanjang persyaratan untuk itu telah dipenuhi.
6. Memberikan laporan kepada nasabah terhadap perkembangan simpanan
dananya di bank. 26
Bank berhak untuk :
1. Mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada nasabah.
2. Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah
disepakati bersama.
3. Melelang agunan dalam hal nasabah tidak mampu melunasi kredit yang
diberikan kepadanya sesuai dengan akad kedit yang telah ditandatangani
kedua belah pihak.
4. Pemutusan rekening nasabah.
5. Mendapatkan buku cek, bilyet, giro, buku tabungan, kartu kredit dalam hal
terjadi penutupan rekening. 27
Debitur berhak untuk :
1. Mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank. Contohnya fasilitas kartu
ATM.
2. Mendapatkan laporan atas transaksi yang dilakukan melalui bank.
3. Menuntut bank dalam hal terjadi pembocoran rahasia nasabah.
4. Mendapatkan agunan kembali bila pinjaman kredit telah lunas.
5. Mendapat sisa uang pelelangan dalam hal agunan dijual untuk melunasi kredit
yang tidak terbayar. 28
26
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan , Mandar Maju, Bandung, 2000, hal. 63
Ibid, hal. 64
28
Ibid
27
Universitas Sumatera Utara
Debitur mempuyai kewajiban untuk :
1. Mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan oleh bank sesuai
dengan layanan jasa yang diinginkan calon nasabah.
2. Melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh bank.
3. Menyetor dana awal yang ditentukan oleh bank.
4. Membayar provisi yang ditentukan oleh bank.
5. Menyerahkan buku cek/giro bilyet tabungan. 29
Di dalam Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 6
juga menyebutkan hak-hak dari bank sebagai pelaku usaha, yaitu:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
b. memberikan kredit
c. menerbitkan surat pengakuan hutang
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan antar pihak ketiga
h. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek
i. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
j. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
juga disebutkan, antara lain :
a. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
29
Ibid
Universitas Sumatera Utara
efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
d. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun
yang berlaku.
Terdapat pula hak spesifik bank, khususnya nasabah penabung dalam
konteks perlindungan nasabah, yakni :
a. Kepada nasabah yang ingin melakukan pembukaan rekening, yaitu bank
berhak mengetahui identitas dan latar belakang nasabah tersebut sesuai
dengan prinsip Know Your Customer (KYC).
b. Dalam kredit, bank tersebut mendapat kembali uang yang dipinjamkan
kepada nasabah dan hasil keuntungan yang diperoleh oleh debitur. 30
Sedangkan menurut Samsudin, kewajiban dari bank terhadap nasabah
terdiri dari beberapa aspek, yaitu :
a. Kewajiban bank untuk tetap menjaga rahasia keuangan nasabah
penyimpan dana.
Salah satu kewajiban yang timbul dari hubungan antara bank dan nasabah
adalah kewajiban bank untuk merahasiakan segala transaksi yang terjadi
antara bank dan nasabah penyimpan dana. Bentuk hubungan transaksi ini
wajib dirahasiakan oleh bank kepada pihak manapun, kecuali dalam halhal tertentu, yaitu :
1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan
2) Dalam rangka kepentingan perpajakan
3) Dalam rangka kepentingan peradilan dalam perkara pidana
4) Dalam rangka kepentingan perkara perdata antara bank dan nasabah
5) Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank
b. Kewajiban untuk mengamankan dana nasabah.
Dalam kaitannya dengan tanggung jawab mengamankan uang nasabah,
sebenarnya Indonesia telah memiliki PP No. 34 Tahun 1973 tentang
Jaminan Simpanan Uang pada Bank. Dalam salah satu diktumnya
disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan meningkatkan penyimpanan
30
Lukman Santoso Az, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank , Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2011, hal. 98-99
Universitas Sumatera Utara
dana dari masyarakat perlu mengadakan suatu jaminan simpanan uang
pada bank (Asuransi Deposito). Hanya saja PP No. 34 Tahun 1973 ini
tidak berjalan sampai saat ini.
c. Kewajiban bank untuk menerima sejumlah uang dari nasabah.
Sesuai dengan fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dana
masyarakat, maka bank berkewajiban untuk menerima uang dari sejumlah
nasabah atas produk perbankan yang dipilih, seperti tabungan dan deposito
yang selanjutnya bank akan menyalurkan ke dalam produk perbankan
yang lain, misalnya pemberian kredit.
d. Kewajiban untuk melaporkan kegiatan perbankan secara transparan
kepada masyarakat.
Kewajiban yang dimaksud adalah bahwa bank wajib melakukan kegiatan
yang dilakukan selama kurun waktu tertentu dalam bentuk neraca
rugi/laba dan laporan keuangan yang wajib dimuat dalam media massa
setiap 3 bulan.
e. Kewajiban bank untuk mengetahui secara mendalam nasabahnya.
Adapun yang dimaksud dengan kewajiban ini adalah bank wajib meminta
keterangan bukti dari diri nasabah yang bertujuan untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan di kemudian hari apabila seseorang akan mengambil
atau menarik uangnya dari bank yang bersangkutan. 31
Hak dan kewajiban para pihak yang telah tertulis dalam perjanjian yang
disepakati oleh kedua belah pihak tersebut harus dipenuhi, hak dan kewajiban
setiap para pihak merupakan klausula-klausula yang diterapkan dalam perjanjian
yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, dan itu akan menjadi dasar hukum
bagi mereka yang menyepakatinya.
31
Ibid, hal. 100
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
A. Pengertian Perjanjian Kredit dan Unsur-Unsur Kredit
Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut
kepentingan para pihak yang membuatnya, oleh sebab itu hendaknya setiap
perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum sehingga
tujuan kepastian hukum dapat terwujud. Menurut Pasal 1313 Kitab UndangUndang Hukum Perdata, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan orang atau lebih
mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh
dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut
dalam persetujuan itu.
Di dalam Pasal 1 angka 11 Undang - Undang
Nomor 10 tahun 1998
Tentang Perubahan atas Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan mendefinisikan kredit sebagai berikut :
“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga “.
Setiap kredit yang disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur
maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit ( akad kredit ) secara tertulis.
Berkenaan dengan praktek perbankan bentuk dan format perjanjan kredit
Universitas Sumatera Utara
diserahkan sepenuhnya pada bank yang bersangkutan. Namun ada hal-hal yang
tetap harus dipedomani, yaitu bahwa perjanjian tersebut rumusannya tidak boleh
kabur atau tidak jelas, selain itu juga perjanjian tersebut sekurang-kurangnya
harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum , sekaligus juga
harus memuat secara jelas mengenai jumlah besarnya kredit, jangka waktu, tata
cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan lainnya yang lazim dalam
perjanjian kredit. 9
Pembuatan perjanjan kredit terdapat beberapa judul dalam praktek
perbankan tidak sama satu sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian
kredit , akad kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit, dan
lain sebagainya. Meskipun judul dari perjanjian tersebut berbeda-beda tetapi
secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman
berbentuk uang. 10
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok ( prinsipil ) yang bersifat riil.
Sebagaimana perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya.
Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti
riil ialah bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh
bank kepada nasabah debitur. 11
Perjanjian kredit merupakan perjanjian yang sangat penting dalam rangka
penyaluran kredit dari bank sebagai kreditur kepada para debiturnya. Perjanjian
kredit merupakan perjanjian pokok yang keberadaannya tidak tergantung pada
9
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000, hal. 385.
10
Sutarno, “Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank”, Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 97.
11
Hermansyah.,Op.cit, hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian – perjanjian lainnya, jadi perjanjian kredit merupakan perjanjian utama
apalagi jika dikaitkan dengan keberadaan perjanjian pemberian jaminan.
Perjanjian
kredit
merupakan
perjanjian
pendahuluan
(pactum
de
contrahendo). Perjanjian kredit mendahului perjanjian hutang-piutang (perjanjian
pinjam-mengganti) sedangkan perjanjian hutang-piutang merupakan pelaksanaan
dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit. 12 Perjanjian kredit bersifat
konsensuil sedangkan perjanjian hutang piutang bersifat riil yang berarti bahwa
perjanjian baru ada setelah uang yang dipinjamkan dalam perjanjian kredit secara
nyata pada debitur.
Dasar Hukum Perjanjian Kredit.
Adapun ruang lingkup yang menjadi dasar hukum perjanjian kredit adalah
sebagai berikut:
a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku Ketiga Bab XIII, mengenai
perjanjian pinjam meminjam uang
b. Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yaitu:
1. Pasal 1 ayat 12 tentang perjanjian kredit
2. Perjanjian anjak piutang yaitu perjanjian pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan-tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan atau luar
negeri
3. Perjanjian kartu kredit, yaitu perjanjian dagang dengan mempergunakan kartu
kredit yang kemudian diperhitungkan untuk melakukan pembayaran melalui
penerbit kartu kredit
4. Perjanjian sewa guna usaha yaitu perjanjian sewa menyewa barang yang
berakhir dengan opsi untuk meneruskan perjanjian itu atau melakukan jual
beli
c. Perjanjian sewa beli, yaitu perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara
angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada pembeli setelah
angsurannya lunas dibayar (Keputusan Menteri Perdagangan No. 34/KP/II/80)
d. Perjanjian meminjam dalam undang-undang melepas uang
12
H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2000, hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
e. Perjanjian pinjam uang dalam undang-undang riba 13
Secara yuridis ada 2 (dua) jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang
digunakan bank dalam memberikan kreditnya, yaitu:
a. Perjanjian pengikatan kredit dibawah tangan atau akta dibawah tangan.
Akta perjanjian kredit dibawah tangan adalah perjanjian pemberian kredit
oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya di antara mereka
(kreditur dan debitur) tanpa notaris. Lazimnya dalam penandatanganan
akta perjanjian kredit, saksi turut serta membubuhkan tanda tangannya
karena menurut Pasal 284 Rbg/ 164 HIR, saksi merupakan salah satu alat
pembuktian dalam perkara perdata. 14
b. Perjanjian/pengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris
(notariil) atau akta otentik.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris menyatakan, notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut. Akta notaris
adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut
bentuk dan tat acara yang ditetapkan dalam undang-undang ini. 15
Dilihat dari bentuknya, umumnya perjanjian kredit perbankan menggunakan
bentuk perjanjian baku ( standard contract ) yang telah disediakan oleh pihak
bank sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya
dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku
(standard contract), dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam
posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan
negosiasi atau tawar-menawar. Apabila debitur menerima semua ketentuan dan
persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk
13
Ibid
Ibid, hal. 31
15
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 61
14
Universitas Sumatera Utara
menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi jika debitur menolak ia tidak
perlu menandatangani perjanjian kredit tersebut.
Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian khusus baik oleh bank
sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian
berfungsi penting dalam pemberian, pengolalaan, dan penatalaksanaan kredit
tersebut. Berkaitan dengan itu, perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut :
a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.
b. Perjanjian kredt berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak
dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.
c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring
kredit. 16
Pada Pasal 1381 KUHPerdata mengatur cara hapusnya perikatan dapat
diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank. Namun pada prakteknya hapusnya
atau berakhirnya perjanjian kredit lebih banyak disebabkan:
1. Karena pembayaran (lunas)
Pembayaran dalam hal ini adalah terpenuhinya prestasi atau lunasnya utang
dalam hal mengembalikan kredit kepada pihak bank.
2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan
Hal ini dilakukan apabila seorang kreditur tidak mau menerima pembayaran
dari debitur sehingga debitur melakukan penawaran pembayaran tunai diikuti
dengan penitipan.
3. Novasi atau pembaharuan utang
Yaitu dibuatnya perjanjian utang yang baru untuk menggantikan perjanjian
yang lama. Dengan begitu perjanjian yang lama berkahir. 17
16
Hermansyah, Op.Cit., hal. 72.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 1413 KUHPerdata menyebutkan ada tiga macam jalan untuk
melaksanakan pembaharuan utang:
1) Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna
orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang
lama, yang dihapuskan karenanya;
2) Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya;
3) Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru
ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang berpiutang lama,
terhadap siapa si berpiutang dibebaskan dari perikatannya.
4. Perjumpaan Utang atau Kompensasi
Padal pasal 1425 dan 1246 KUHPerdata mengatur tentang penjumpaan utang,
dimana jika dua orang saling berhutang maka terjadilah suatu perjumpaan
utang, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan
untuk suatu jumlah yang sama.
5. Percampuran Utang
Pencampuran utang ini terjadi jika debitur dan kreditur berkedudukan pada
satu orang, maka demi hukum dan secara otomatis suatu pencampuran utang
telah terjadi dan perjanjian ini menjadi hapus atau berakhir.
6. Pembebasan Utang
Pembebasan utang ini pihak kreditur harus secara tegas mengatakan secara
lisan maupun tertulis bahwa kreditur tidak lagi menuntut pembayaran terhadap
debitur.
17
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 279
Universitas Sumatera Utara
7. Musnahnya Barang yang Terutang
Musnahnya barang yang terutang ialah apabila hilangnya, musnahnya atau
tidak dapat diperdagangkan lagi barang tersebut, maka hapuslah perikatannya,
dengan syarat barang tersebut musnah atau hilang bukan karena salahnya si
berutang atau lalainya si berutang.
8. Pembatalan
Dengan terjadinya pembatalan, makanya dengan sendirinya berakhir dan
hapus perjanjian tersebut.
9. Berlakunya Suatu Syarat Batal
Yaitu tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka dari itu
perjanjian tersebut berakhir.
10. Lewat Waktu (Daluarsa)
Pada pasal 1946 KUHPerdata menyatakan bahwa daluarsa adalah suatu alat
untuk memperoleh atau dibebaskannya dari suatu perikatan dengan lewatnya
batas waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undangundang.
Unsur kredit yang yang paling penting adalah “kepercayaan” dari bank atau
kreditur terhadap nasabah peminjam atau debitur. Kepercayaan tersebut timbul
karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit
bank oleh debitur, yaitu jelasnya tujuan peruntukan kredit, adanya benda jaminan
atau agunan, dan lain-lain.
Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :
1. Kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
5.
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan ( berupa uang, barang
atau jasa ) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan
penelitian dan penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun
ekstern. Penelitan dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang
terhadap nasabah pemohon kredit.
Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan
antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka menengah dan jangka panjang.
Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko
tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit
semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi
tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun
oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank. Sedangkan bagi
bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi
hasil. 18
Dalam
bukunya
yang
berjudul
Dasar-dasar
Perkreditan,
Thomas
mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas :
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang dan jasa, akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang.
b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang,
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan
diterima pada masa yang akan datang.
c. Tingkat Risiko (Degree of Risk), yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi
sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014, hal. 86.
Universitas Sumatera Utara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian
hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya,
karena sejauh-jauhnya kemampuan manusia untuk menerobos masa depan
itu, masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat
diperhitungkan. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko.
Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbul jaminan dalam pemberian
kredit.
d. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi
modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi
kredit yang menyangkut uanglah yang kita jumpai dalam praktik
perkreditan. 19
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, Pasal 1 butir
11, unsur-unsur kredit di dalam perbankan terdiri dari beberapa unsur yaitu :
a. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang.
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang tersebut dilakukan oleh bank. Bank adalah pihak
penyedia dana dengan menyetujui pemberian sejumlah dana yang
kemudian disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sedangkan
tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik
perbankan misalnya pemberian ( penerbitan ) garansi bank dan penyediaan
fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit.
b. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain.
Persetujuan atau kesepakatan merupakan dasar dari penyediaan uang atau
tagihan. Persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam dibuat oleh bank
dengan pihak debitur yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kredit.
Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian, tunduk kepada
ketentuan hukum perikatan. Perjanjian uang antara bank dengan debitur
lazim disebut perjanjian kredit, surat perjanjian kredit, akad kredit atau
sebutan lain yang hampir sejenis.
c. Adanya kewajiban melunasi utang
Pinjam meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam, peminjam
wajib melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit
oleh bank kepada debitur adalah suatu pinjaman uang dan debitur wajib
melakukan pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah disepakatinya.
d. Adanya jangka waktu tertentu
Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka waktu tertentu, jangka waktu
tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan
19
Hermansyah, Op.cit, hal. 58
Universitas Sumatera Utara
debitur. Jangka waktu yang ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban
bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukkan kesempatan
dilunasinya kredit. Berdasarkan jangka waktu tertentu, maka jangka waktu
dalam perbankan dibedakan atas kredit jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang.
e. Adanya pemberian bunga kredit
Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang
ditetapkannya adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga
atas pinjaman uang yang diberikan. Suku bunga merupakan harga atas
uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur. 20
Kelima unsur yang terdapat dalam pengertian kredit diatas harus dipenuhi
bagi suatu pinjaman uang untuk dapat disebut sebagai kredit didalam perbankan.
Unsur-unsur tersebut di atas dapat selalu berkembang dan menjadi lebih luas
terutama dalam perkembangan pelaksanaan perkreditan, maka unsur-unsurnya
dapat berkembang diantaranya penatalaksanaan manajemen kredit, agunan dan
cara penyelesaian sengketa. 21
B. Jenis – Jenis Kredit
Menurut Hasibuan, jenis-jenis kredit dapat dibedakan berdasarkan sudut
pandang pendekatan yang kita lakukan, yaitu :
1. Berdasarkan tujuannya, maksudnya kredit ini dibedakan berdasarkan dari
tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali
atau dipakai untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi.
Jenis kredit berdasarkan tujuannya adalah :
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri
bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang akan
digunakan sendiri bersama keluarganya.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk penigkatan usaha
atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan
barang atau jasa.
c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan tersebut.
20
21
M. Bahsan, Op.cit, hal. 76-78
Ibid, hal 78
Universitas Sumatera Utara
2. Berdasarkan kegunaannya, maksudnya adalah untuk melihat penggunaan uang
tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan atau hanya kegiatan
tambahan, Kredit ini dibedakan dua jenis, yaitu :
a. Kredit investasi, biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha
atau membangun proyek.pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli
mesin-mesin. Pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama.
b. Kredit modal kerja, digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi
dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
c. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang akan dipergunakan untuk
menambah modal usaha debitur. Contoh kredit modal kerja diberikan
untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lainnya
berkaitan denga proses produksi perusahaan.
d. Kredit investasi, yaitu kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif,
tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu relatif lama. Contoh:
kredit untuk perkebunan, kelapa sawit, dan lain-lain.
3. Berdasarkan jangka waktu, maksudnya adalah lamanya masa pemberian kredit
mulai dari pertama sekali diberikan sampai dengan masa pelunasannya, jenis
kredit ini adalah :
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu
tahun saja.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu
sampai tiga tahun.
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga
tahun.
4. Berdasarkan sektor usaha, maksudnya adalah setiap sektor usaha memiliki
karakteristik yang berbeda-beda , oleh karena itu pemberian fasilitas kredit
berbeda pula. Jenis kredit berdasarkan sektor perekonomian adalah :
a. Kredit pertanian, yaitu kredit yang diberikan kepada perkebunan,
peternakan dan perikanan.
b. Kredit peternakan, yaitu kredit yang diberikan untuk jangka waktu yang
relatif pendek.
c. Kredit perindustrian, yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka
macam industri kecil, menengah, dan besar.
d. Kredit pertambangan, yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka
macam pertambangan.
e. Kredit ekspor-impor, yaitu kredit yang diberikan kepada eksportir dan
atau importir beraneka barang.
f. Kredit pendidikan, yaitu kredit yang diberikan untuk membangun sarana
dam prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiwa
atau pelajar.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
h. Kredit koperasi, yaitu kredit yang diberikan kepada jenis-jenis koperasi.
Universitas Sumatera Utara
i. Kredit profesi, yaitu kredit yang diberikan kepada beraneka macam
profesi. Seperti guru dan dokter.
5. Berdasarkan jaminannya, maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas
kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal
senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit berdasarkan segi jaminannya adalah:
a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan
tertentu jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau barang
tidak berwujud.
b. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang
atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan
bank yang bersangkutan. 22
C. Syarat Sahnya Perjanjian Kredit
Perjanjian dapat dikatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian yang telah ditentukan oleh
undang-undang. Perlu diperhatikan bahwa perjanjian yang memenuhi syarat yang
ada dalam undang-undang diakui oleh hukum, sebaliknya perjanjian yang tidak
memenuhi syarat tidak diakui oleh hukum walaupun diakui oleh pihak-pihak yang
bersangkutan. Karena itu selagi pihak-pihak mengakui dan mematuhi perjanjian
yang mereka buat walaupun tidak memenuhi syarat perjanjian itu berlaku diantara
mereka. Apabila suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya lagi, maka hakim
akan membatalkan atau perjanjian itu batal.
Berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, untuk
sahnya suatu perjanjian maka para pihak harus memenuhi syarat-syarat tersebut
dibawah ini :
1. Kesepakatan atau persetujuan para pihak
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
22
Malayu Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008 , hal. 88-89
Universitas Sumatera Utara
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.
Berikut uraian lebih lanjut mengenai syarat sahnya perjanjian :
1. Kesepakatan atau persetujuan para pihak,
Kesepakatan yaitu penyesuaian kehendak antara satu orang atau lebih dengan
pihak lain. Kesepakatan atau persetujuan para pihak mengandung makna bahwa
para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada penyesuaian
kehendak atau persetujuan masing-masing pihak, yang dilahirkan oleh para
pihak dan tanpa adanya unsure paksaan, kekeliruan, maupun penipuan.
Persetujuan yang mana dapat dinyatakan secara tegas maupun diam-diam. 23
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Menurut ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata yang dikatakan tidak cakap
membuat perjanjian adalah :
a. Orang yang belum dewasa;
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang - Undang
telah dilarang membuat suatu perjanjian.
Pada umumnya orang yang cakap melakukan perbuatan hukum apabila
dapat dikatan sudah dewasa, artinya umur 21 tahun atau sudah kawin
walaupun belum 21 tahun.
Ketentuan mengenai seorang perempuan
bersuami tidak boleh melakukan perbuatan hukum tertentu tanpa ijin
dari suaminya,
hal
demikian
diatur
dalam
Pasal
108
dan
110
23
Firman Floranta Adonara, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, Cv Mandar Maju, Bandung,
2014, hal. 76.
Universitas Sumatera Utara
KUHPerdata, namun
kedua
Pasal
tersebut
menurut
Surat
Edaran
Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 yang diperkuat dengan Pasal
31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, sudah tidak
berlaku lagi.
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu disini berbicara tentang objek perjanjian. Objek
perjanjian yang dapat dikategorikan dalam Pasal 1333 KUH Perdata
sampai dengan Pasal 1334 KUHPerdata. Berdaskan Pasal 1333 ayat (1)
KUH Perdata, berbunyi bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai
pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya, dan dalam
Pasal 1333 ayat (2) berbunyi bahwa tidaklah menjadi halangan bahwa
jumlah barang tidak ditentukan asal saja jumlah itu kemudian dapat
ditentukan atau dihitung. Selanjutnya di dalam Pasal 1334 KUH Perdata
berbunyi bahwa barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari yaitu
yang pertama obyek yang akan ada (kecuali warisan), asalkan dapat
ditentukan jenis dan dapat dihitung. Yang kedua adalah obyek yang dapat
diperdagangkan (barang-barang
yang dipergunakan untuk kepentingan
umum tidak dapat menjadi objek perjanjian).
4. Suatu sebab yang halal
Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, suatu sebab yang halal bukanlah
sebab dalam arti yang menyebabkan atau mendorong membuat perjanjian
melainkan
sebab
dalam
arti
“isi
pejanjian
itu
sendiri”
yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak, apakah
Universitas Sumatera Utara
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau tidak. Akibat
hukum perjanjian yang berisi causa yang tidak halal adalah “batal”, seperti
yang tercantum dalam Pasal 1335 KUH Perdata yang berbunyi “suatu
perjanjian tanpa sebab, atau yang dibuat karena sesuatu sebab yang
palsu atau
terlarang,
tidak
mempunyai kekuatan
hukum”.
Sehingga
tidak mempunyai dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian dimuka hakim.
Syarat-syarat sahnya perjanjian itu menyangkut dua hal yaitu mengenai
subyeknya (yang membuat perjanjian) dan kedua mengenai obyeknya yaitu
apa yang dijanjikan oleh masing-masing pihak. Apabila tidak dipenuhinya
syarat subyektifnya maka dapat dimintakan pembatalan perjanjian kepada
hakim, sedangkan jika syarat obyektifnya tidak dipenuhi maka dapat batal
demi hukum (tanpa dimintakan pembatalan kepada hakim).
Dua syarat yang pertama mewakili syarat subjektif, yang berhubungan
dengan subjek dalam perjanjian, dan dua syarat yang terakhir berhubungan
dengan syarat objektif yang berkaitan dengan objek perjanjian yang disepakati
oleh para pihak dan akan dilaksanakan sebagai prestasi atau utang dari para
pihak. 24 Objek tersebut akan terwujud dalam prestasi yang mengakibatkan
perjanjian harus dipenuhi atau utang harus dibayar salah satu pihak kepada pihak
lainnya.
Berbeda dengan syarat pertama dan syarat kedua, syarat ketiga dan syarat
keempat merupakan syarat objektif memiliki akibat hukum dimana perjanjian
tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. Tidak memiliki kekuatan hukum itu
24
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari Undang-Undang
RajaGrafindo Perkasa, Jakarta, 2005, hal. 53
Universitas Sumatera Utara
sejak semula dan tidak mengikat para pihak yang membuat perjanjian atau biasa
disebut dengan batal demi hukum (null and void). Akibat batal demi hukumnya
perjanjian, maka salah satu pihak tidak dapat mengajukan tuntutan melalui
pengadilan untuk meminta pemenuhan prestasi dari pihak lain. Hal tersebut
disebabkan perjanjian itu tidak melahirkan hak dan kewajiban yang mempunyai
akibat hukum.
Dengan demikian, untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi keempat
syarat tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Apabila syarat
subjektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan dan apabila
syarat objektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut akan batal demi hukum.
Menurut Munir Fuady syarat sahnya perjanjian kredit adalah :
a. Adanya kesepakatan antara debitur dengan kreditur yang disebut dengan
perjanjian kredit.
b. Adanya para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur.
c. Adanya kesanggupan atau janji untuk membayar hutang.
d. Adanya pinjaman berupa pemberian sejumlah uang.
e. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit dengan pembayaran
kredit. 25
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit
Hubungan hukum antara bank dan nasabah diatur dalam perjanjian, berarti
para pihak dalam hal ini bank sebagai suatu badan usaha dan nasabah baik
perorangan maupun badan usaha mempunyai hak dan kewajiban. Pemenuhan hak
dan kewajiban para pihak dalam hukum perjanjian dijamin oleh undang-undang.
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang seharusnya diterima atau
25
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002,
hal.111.
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan atas suatu objek yang diperjanjikan. Objek perjanjian dalam hukum
perikatan merupakan sesuatu yang menjadi tujuan para pihak.
Adapun hak kewajiban debitur dan kreditur dalam perjanjian kredit
meliputi:
Bank mempunyai kewajiban untuk :
1. Menjamin kerahasiaan identitas nasabah beserta dengan dana yang disimpan
pada bank kecuali kalau peraturan perundang- undangan menentukan lain.
2. Menyerahkan dana kepada nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
3. Membayar bunga simpanan sesuai dengan perjanjian.
4. Mengganti kedudukan debitur dalam hal nasabah tidak mampu melaksanakan
kewajibannya kepada pihak ketiga.
5. Melakukan pembayaran kepada eksportir dalam hal digunakan fasilitas Letter
of Credit, sepanjang persyaratan untuk itu telah dipenuhi.
6. Memberikan laporan kepada nasabah terhadap perkembangan simpanan
dananya di bank. 26
Bank berhak untuk :
1. Mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada nasabah.
2. Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah
disepakati bersama.
3. Melelang agunan dalam hal nasabah tidak mampu melunasi kredit yang
diberikan kepadanya sesuai dengan akad kedit yang telah ditandatangani
kedua belah pihak.
4. Pemutusan rekening nasabah.
5. Mendapatkan buku cek, bilyet, giro, buku tabungan, kartu kredit dalam hal
terjadi penutupan rekening. 27
Debitur berhak untuk :
1. Mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank. Contohnya fasilitas kartu
ATM.
2. Mendapatkan laporan atas transaksi yang dilakukan melalui bank.
3. Menuntut bank dalam hal terjadi pembocoran rahasia nasabah.
4. Mendapatkan agunan kembali bila pinjaman kredit telah lunas.
5. Mendapat sisa uang pelelangan dalam hal agunan dijual untuk melunasi kredit
yang tidak terbayar. 28
26
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan , Mandar Maju, Bandung, 2000, hal. 63
Ibid, hal. 64
28
Ibid
27
Universitas Sumatera Utara
Debitur mempuyai kewajiban untuk :
1. Mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan oleh bank sesuai
dengan layanan jasa yang diinginkan calon nasabah.
2. Melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh bank.
3. Menyetor dana awal yang ditentukan oleh bank.
4. Membayar provisi yang ditentukan oleh bank.
5. Menyerahkan buku cek/giro bilyet tabungan. 29
Di dalam Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 6
juga menyebutkan hak-hak dari bank sebagai pelaku usaha, yaitu:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
b. memberikan kredit
c. menerbitkan surat pengakuan hutang
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan antar pihak ketiga
h. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek
i. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
j. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
juga disebutkan, antara lain :
a. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
29
Ibid
Universitas Sumatera Utara
efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
d. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun
yang berlaku.
Terdapat pula hak spesifik bank, khususnya nasabah penabung dalam
konteks perlindungan nasabah, yakni :
a. Kepada nasabah yang ingin melakukan pembukaan rekening, yaitu bank
berhak mengetahui identitas dan latar belakang nasabah tersebut sesuai
dengan prinsip Know Your Customer (KYC).
b. Dalam kredit, bank tersebut mendapat kembali uang yang dipinjamkan
kepada nasabah dan hasil keuntungan yang diperoleh oleh debitur. 30
Sedangkan menurut Samsudin, kewajiban dari bank terhadap nasabah
terdiri dari beberapa aspek, yaitu :
a. Kewajiban bank untuk tetap menjaga rahasia keuangan nasabah
penyimpan dana.
Salah satu kewajiban yang timbul dari hubungan antara bank dan nasabah
adalah kewajiban bank untuk merahasiakan segala transaksi yang terjadi
antara bank dan nasabah penyimpan dana. Bentuk hubungan transaksi ini
wajib dirahasiakan oleh bank kepada pihak manapun, kecuali dalam halhal tertentu, yaitu :
1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan
2) Dalam rangka kepentingan perpajakan
3) Dalam rangka kepentingan peradilan dalam perkara pidana
4) Dalam rangka kepentingan perkara perdata antara bank dan nasabah
5) Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank
b. Kewajiban untuk mengamankan dana nasabah.
Dalam kaitannya dengan tanggung jawab mengamankan uang nasabah,
sebenarnya Indonesia telah memiliki PP No. 34 Tahun 1973 tentang
Jaminan Simpanan Uang pada Bank. Dalam salah satu diktumnya
disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan meningkatkan penyimpanan
30
Lukman Santoso Az, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank , Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2011, hal. 98-99
Universitas Sumatera Utara
dana dari masyarakat perlu mengadakan suatu jaminan simpanan uang
pada bank (Asuransi Deposito). Hanya saja PP No. 34 Tahun 1973 ini
tidak berjalan sampai saat ini.
c. Kewajiban bank untuk menerima sejumlah uang dari nasabah.
Sesuai dengan fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dana
masyarakat, maka bank berkewajiban untuk menerima uang dari sejumlah
nasabah atas produk perbankan yang dipilih, seperti tabungan dan deposito
yang selanjutnya bank akan menyalurkan ke dalam produk perbankan
yang lain, misalnya pemberian kredit.
d. Kewajiban untuk melaporkan kegiatan perbankan secara transparan
kepada masyarakat.
Kewajiban yang dimaksud adalah bahwa bank wajib melakukan kegiatan
yang dilakukan selama kurun waktu tertentu dalam bentuk neraca
rugi/laba dan laporan keuangan yang wajib dimuat dalam media massa
setiap 3 bulan.
e. Kewajiban bank untuk mengetahui secara mendalam nasabahnya.
Adapun yang dimaksud dengan kewajiban ini adalah bank wajib meminta
keterangan bukti dari diri nasabah yang bertujuan untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan di kemudian hari apabila seseorang akan mengambil
atau menarik uangnya dari bank yang bersangkutan. 31
Hak dan kewajiban para pihak yang telah tertulis dalam perjanjian yang
disepakati oleh kedua belah pihak tersebut harus dipenuhi, hak dan kewajiban
setiap para pihak merupakan klausula-klausula yang diterapkan dalam perjanjian
yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, dan itu akan menjadi dasar hukum
bagi mereka yang menyepakatinya.
31
Ibid, hal. 100
Universitas Sumatera Utara