Efektivitaspelaksanaan Program Keluargaharapan Di Kelurahankayujatikecamatanpanyabungan Kabupatenmandailing Natal

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan utama pembangunan di Indonesia saat ini adalah
masih besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Bagaimana tidak,
bermula dari kemiskinan kemudian akan memunculkan masalah-masalah yang baru.
Dengan kata lain kemiskinan merupakan gulma yang akan tumbuh subur menjadi
masalah-masalah lainnya apabila tidak mendapatkan penanganan yang serius.
Kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan
sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup seperti
kelaparan, kekurangan gizi, kesehatan yang buruk, keterbatasan akses pendidikan dan
pelayanan dasar lainnya.
Menurut Sunyoto (2004:128) menyatakan bahwa pada tingkat masyarakat,
kemiskinan terutama ditujukkan oleh tidak terintegrasinya kaum miskin dengan
institusi-institusi masyarakat secara efekif. Mereka seringkali memperoleh perlakuan
sebagai objek yang perlu digarap dari pada sebagai subjek yang perlu diberi peluang
untuk berkembang. Sen dalam Ismawan (2003:102) menyatakan bahwa penyebab
kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesbilitas. Akibat keterbatasan
dan ketiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan bahkan tidak ada pilihan

untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini
dapat dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian manusia
mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk
mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Chamber dalam Soetomo (2006:285) menyatakan bahwa kondisi
kemiskinan yang dialami suatu masyarakat seringkali telah berkembang dan bertalitemali dengan berbagai faktor lain yang membentuk jaringan kemiskinan yang dalam
proses berikutnya dapat memperteguh kondisi kemiskinan itu sendiri. Faktor-faktor
yang di identifikasi membentuk jaringan atau perangkap kemiskinan tersebut adalah:
kelemahan fisik, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Faktor kelemahan fisik
dapat disebabkan karena kondisi kesehatan dan faktor gizi buruk, sehinggga dapat
mengakibatkan produktivitas kerja yang rendah. Faktor isolasi terkait dengan lingkup
jaringan ineteraksi sosial yang terbatas, serta akses terhadap informasi, peluang
ekonomi dan fasilitas pelayanan yang terbatas pula. Faktor kerentanan terkait dengan
tingkat kemampuan yang rendah dalam menghadapi kebutuhan dan persoalan
mendadak. Faktor ketidakberdayaan terkait dengan akses dalam pengambilan
keputusan, akses terhadap penguasaan sumber daya dan posisi tawar (bargaining
position).

Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi tetapi lebih
bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak pada sistem ekonomi
dan politik bangsa. Dimana kebijakan yang ditetapkan pemerintah terkadang malah
membuat hidup masyarakat makin terasa sulit dari segi ekonomi khususnya, sehingga
mereka tidak memiliki akses yang memadai dalam kehidupan sehari-hari. Yang
sering terjadi ketika kelompok masyarakat hidup dalam bayang-bayang kemiskinan,
mereka menjadi termarginalkan, terpinggirkan, bahkan terabaikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia
pada Maret 2016 mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar 10,86% dari total jumlah
penduduk Indonesia. Berdasarkan profil kemiskinan Badan Pusat Statistik, walaupun
dari sisi jumlah kemiskinan di perdesaan menurun, namun secara persentase
penduduk miskin meningkat. Pada bulan Maret 2015 persentase penduduk miskin
perdesaan sebesar 14,21 %, lalu turun pada September 2015 menjadi 14,09%
kemudian naik 0,02% di bulan Maret 2016 menjadi 14,11%.

Universitas Sumatera Utara

Sebagaimana kita ketahui bahwa cara untuk melawan kemiskinan adalah
dengan jalur pendidikan. Karena melalui pendidikan akan membuat seseorang
memiliki pengetahuan dan mampu berpikir secara luas serta memberikan peluang

besar untuk diterima berkerja di sektor formal. Tapi pada kenyataannya masih banyak
warga masyarakat yang mendapat kesulitan dalam mendapatkan akses pendidikan.
Banyaknya jumlah siswa yang putus sekolah di Indonesia Penyebab pertama
adalah masalah ekonomi. Karena hampir 80% anak-anak yang putus sekolah
menyatakan kesulitan ekonomi baik yang tidak punya dana untuk beli pakaian
seragam, buku, transport atau kesulitan ekonomi yang mengharuskan mereka harus
bekerja sehingga tidak mungkin bersekolah. Kondisi ekonomi keluarga yang serba
kekurangan seakan memaksa mereka untuk mengikutsertakan anak-anak mereka
untuk turut ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kemudian penyebab kedua adalah di daerah pedalaman banyak sekolah yang
jarak sekolah dengan rumah jauh. Hal itu dikarenakan Indonesia merupakan negara
kepulauan, bergunung-gunung dan populasinya tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Sehingga pemerintahpun mengakui belum bisa menjamin pendidikan
layaknya seperti di perkotaan di mana tiga kilometer pasti sudah ada fasilitas
pendidikan.
Dan yang terakhir adalah banyaknya di daerah pedalaman atau pedesaan yang
sebenarnya masih dalam usia sekolah, akan tetapi sudah kawin muda sehingga
keterbatasan waktu untuk bersekolah makin tinggi. Karena jika kita melihat pasal 17
ayat (1) UU RI No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa:
Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun

dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. Sehingga banyak juga
yang menikah pada batas usia minimal tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian memberikan pendidikan yang terjangkau dan tersedianya
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai hingga pelosok negeri, merupakan
salah satu solusi untuk meningkatkan derajat pendidikan masyarakat, meningkatkan
kecerdasan masyarakat dan pada akhirnya dapat memutus mata rantai kemiskinan.
Pendidikan harus diutamakan dan menjadi prioritas yang harus dikedepankan
mengingat kedepan sumber daya manusia yang cerdas dan terampil merupakan salah
satu modal utama suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam persaingan global yang
semakin ketat.
Masih banyaknya keluarga miskin yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasar pendidikan dan kesehatan disebabkan oleh akar permasalahan yang terjadi baik
pada sisi demand maupun sisi pelayanan (supply). Pada sisi demand, alasan terbesar
untuk tidak melanjutkan sekolah ialah karena tidak adanya biaya, bekerja untuk
mencari nafkah, dan alasan lainnya. Demikian halnya untuk kesehatan, keluarga
miskin tidak mampu membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi
angggota keluarganya akibat rendahnya tingkat pendapatan.

Sementara itu, pada sisi supply yang menyebabkan rendahnya akses terhadap
pendidikan dan kesehatan antara lain adalah belum tersedianya pelayanan kesehatan
dan pendidikan yang terjangkau oleh rumah tangga miskin. Biaya pelayanan yang
tidak terjangkau oleh rumah tangga miskin serta jarak antara tempat tinggal dan
lokasi pelayanan yang relatif jauh merupakan tantangan utama bagi penyedia
pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Banyak program-program pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat yang
sudah terlaksana, namun belum memberikan hasil yang memuaskan. Banyaknya
kendala dan permasalahan-permasalahan yang di temukan di lapangan terkait
penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran, adanya tindak kecurangan aparat seperti
mengorupsikan dana bantuan yang seharusnya diberikan kepada masyarakat tetapi
malah masuk ke rekening pribadi, masyarakat yang menjadi ketergantungan terhadap
bantuan dari pemerintah sehingga menurunkan tingkat kemandirian masyarakat itu
sendiri untuk menolong dirinya keluar dari jerat kemiskinan.

Universitas Sumatera Utara

Salah satu program pemerintah dalam mengikis kemiskinan yaitu Program
Keluarga Harapan. Tujuan utama Program Keluarga Harapan adalah untuk
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama

pada kelompok masyarakat miskin.Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu
mengurangi beban pengeluaran, sedangkan untuk jangka panjang, dengan
mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan
imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi,
diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antargenerasi.
Program Keluarga Harapan (PKH) pada Provinsi Sumatera Utara mulai
diberlakukan pada tahun 2008 yang meliputi tiga Kabupaten/Kota yakni Medan, Nias
dan Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33 kecamatan.
Sumatera Utara dijadikan salah satu daerah sasaran Program Keluarga Harapan
mengingat jumlah penduduk miskin di daerah ini masih cukup banyak. Menurut data
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret
2007 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400
orang atau sebesar 13,9% terhadap jumlah penduduk seluruhnya.Kondisi kemiskinan
ini menyebabkan banyak keluarga miskin yang tidak dapat mengakses pendidikan
dan kesehatan secara layak.
Khusus untuk Kabupaten Mandailing Natal, seluruh Kecamatan telah
memberlakukan Program Keluarga Harapan ini. Salah satunya adalah Kecamatan
Panyabungan. Dengan adanya bantuan Program Keluarga Harapan ini diharapkan
sedikit banyak dapat mengurangi beban rumah tangga sangat miskin yang menjadi
penerima PKH di Kecamatan Panyabungan dalam mengakses pelayanan dasar

tersebut.
Dengan terlaksananya Program Keluarga Harapan maka penulis tertarik untuk
meneliti dan menyusunnya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul “Efektivitas
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kayu Jati Kecamatan
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal”

Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan
yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah
Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kayu Jati
Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal”

C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan di
Kelurahan Kayu Jati.
2. Untuk Mengetahui komitmen peserta sebagai penerima bantuan Program
Keluarga Harapan di Kelurahan Kayu Jati.

3. Untuk mengetahui manfaat bagi penerima bantuan Program Keluarga
Harapan.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi
dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori penulisan dan ilmu
pengetahuan pada umumnya khususnya Ilmu Administrasi Negara.
2. Manfaat

Praktis:

Hasil penelitian

ini diharapkan dapat

menambah

pengetahuan serta memberikan kontribusi bagi instansi terkait.


Universitas Sumatera Utara

E. Kerangka Teori
1. Kebijakan Publik
Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003:1) berpendapat bahwa
kebijakan publik adalah adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber dayasumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.
Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada
tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalahmasalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa Kebijakan Publik merupakan suatu
bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi
kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat
hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.
Menurut H.Hugh Heglo dalam Abidin (2004:21) kebijakan adalah suatu
tindakan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan
Anderson dalam Abidin (2004:21) mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
Sedangkan menurut Woll (Tangkilisan, 2003:2) kebijakan publik adalah
sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara
langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh

sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:
1. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai
pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan public
untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.
2. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini
menuntut

pemerintah

untuk

melakukan

pengaturan,

penganggaran,

pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang
akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.


Universitas Sumatera Utara

3. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik,
Dunn dalam Tangkilisan (2003:6) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis
yang harus dilakukan, yaitu:
a. Agenda Setting (agenda kebijakan)
Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah public
yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi
yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang
menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek
yang besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan
dana untuk menyelesaikan masalah publik tersebut.
b. Policy Formulation (formulasi kebijakan)
Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk
menyelesaikan masalah publik. Dalam menentukan kebijakan pada tahap ini
dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana
keputusan yang harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi
yang serba terbatas. Pada tahap ini diidentifikasi kemungkinan kebijakan yang
dapat digunakan melalui prosedur forecasting untuk memecahkan masalah
yang didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang
akan dipilih.
c. Policy Adoption (adopsi kebijakan)
Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan dilakukan.
Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternative kebijakan
yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan
dan juga mengidentifikasi alternative-alternative dengan menggunakan
kriteria-kriteria yang relevan agar efek positif alternative kebijakan lebih besar
daripada efek negative yang akan terjadi.

Universitas Sumatera Utara

d. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan
yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses
pelaksanaan dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau
direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran
(kriteria-kriteria) yang telah ditentukan. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan
oleh lembaga independen maupun pihak birokrasi pemerintah sendiri (sebagai
eksekutif) untuk mengetahui apakah
program yang dibuat oleh pemerintah telah mencapai tujuannya atau tidak. Apabila
ternyata tujuan program tidak tercapai atau memiliki kelemahan, maka perlu
diketahui apa penyebabnya sehinggga kesalahan yang sama tidak terulang di
masa yang akan datang.

2. Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan
sosial merupakan ketetapan Pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang
bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak. Menurut Watts, Dalton dan Smith secara singkat kebijakan
sosial menunjukan pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya
meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian beragam tunjangan
pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial
lainnya (Suharto,2007:10).

Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori yakni:
1. Peraturan perundang-undangan yakni Pemerintah memiliki kewenangan
dalam membuat kebijakan publik yang mengatur pengusaha, lembaga
pendidikan, perusahaan swasta agar mengadopsi ketetapan-ketetapan yang
berdampak langsung pada kesejahteraan.

Universitas Sumatera Utara

2. Program pelayanan sosial yakni sebagaian besar kebijakan diwujudkan dan
diaplikasikan dalam bentuk pelayanan sosial yang berupa bantuan barang,
tunjangan uang, perluasan kesempatan, perlindungan sosial.
3. Sistem perpajakan yakni dikenal sebagai kebijakan fiskal, selain sebagai
sumber utama pendanaan kebijakan sosial, pajak juga sekaligus merupakan
instrumen kebijakan yang bertujuan langsung mencapai distribusi pendapatan
yang adil. Dinegara-negara maju bantuan publik dan asuransi sosial adalah
dua bentuk jaminan sosial yang dananya sebagaian berasal dari pajak.
(Suharto,2007:11).

Kebijakan sosial dan kebijakan publik yang penting dinegara-negara maju
atau modern dan demokratis, semakin maju dan demokratis suatu negara maka
semakin tinggi perhatian negara tersebut terhadap pentingnya kebijakan sosial.
Sebaliknya di negara-negara miskin dan otoriter kebijakan sosial kurang mendapat
perhatian.
Kebijakan sosial pada hakekatnya merupakan kebijakan publik dalam bidang
kesejahteraan sosial. Dengan demikian makna dari kebijakan sosial adalah kebijakan
publik, sedangkan pada makna sosial adalah menunjuk pada bidang-bidang atau
sektor yang menjadi garapannya yaitu bidang kesejahteraan sosial.
Ada dua pendekatan dalam mendefenisikan kebijakan sosial sebagai sebuah
kebijakan publik yaitu pendekatan pertama mendefenisikan kebijakan sosial sebagai
seperangkat kebijakan negara yang dikembangkan untuk mengatasi masalah sosial
melalui pemberian pelayanan sosial dan jaminan sosial. Pendekatan kedua
mendefenisikan kebijakan sosial sebagai disiplin studi yang mempelajari kebijakankebijakan

kesejahteraan,

perumusan dan konsekuensinya.

Meskipun kedua

pendekatan ini memiliki orientasi yang berbeda baik sebagai ketetapan pemerintah
maupun sebagai bidang studi keduanya memiliki atau menekankan bahwa kebijakan
sosial adalah salah satu kebijakan publik yang menyangkut pembangunan
kesejahteraan sosial (Spicker, Bergman dan Davis dalam Suharto, 2007:11-12).

Universitas Sumatera Utara

3. Efektivitas
a. Pengertian Efektivitas
Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian efektivitas
merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian teorits dan praktis, tidak ada persetujuan yang universal
mengenai apa yang dimaksud dengan efektivitas. Berbagai pandangan yang
dikemukakan oleh paraahli berbeda-beda tentang pengertian dan konsep efektivitas
dipengaruhi oleh latar belakang dari keahlian yang berbeda pula.
Menurut Stoner dalam Tangkilisan (2003:138) yang menekankan pentingnya
efektifitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektifitas
adalah kunci dari suatu kesuksesan suatu apa bila sudah tercapainya tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan secara sederhana dapat dikatakan efektifitas kerja
berarti penyelesaian suatu pekerjaan tetap pada waktunya yang telah ditetapkan, atau
bisa dikatakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Menurut Emerson dalam Strees (1985:48) efektifitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Jelaslah
sasaran dan tujuan hal tercapai sesuai dengan sasaran yang direncanakan, hal ini
dikatakan efektif jadi apabila tujuan dan sasaran tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan maka pekerjaan itu dikatakan efektif.
The Liang Gie (1981:108) mengatakan efektifitas itu adalah suatu kegiatan
yang mengandung pengertian tentang terjadinya sesuatu akibat yang dikehendaki.
Bila sasaran dan tujuan telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka hal
itu disebut efektif. Begitu juga sebaliknya jika tujuan dan sasaran itu tidak tercapai
atau tidak sesuai dengan yang direncanakan maka pekerjaan itu tidak efektif.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Cambel J.P pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling
menonjol adalah:
1. Keberhasilan program,
2. Keberhasilan sasaran,
3. Kepuasan terhadap program,
4. Tingkat output dan input,
5. Pencapaian tujuan menyeluruh.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada beberapa hal yang merupakan
unsur-unsur efektifitas yaitu sebagai berikut:
1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Ketepatan waktu, sesuatu yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau
tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan
manfaat bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
4. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan
hasil.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas
adalah tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam
memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan padanya.

Universitas Sumatera Utara

b. Pendekatan Efektifitas
Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas itu
efektiv. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:
1. Pendekatan sasaran
Pendekatan ini mencoba mengatur sejauh mana suatu perusahaan berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam
pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
Sasaran yang perlu diperhatikan dalam pengukuran efektifitas ini adalah sasaran
yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi
dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkan. Dan memusatkan
perhatian terhadap aspek output, yaitu dengan mengukur keberhasilan program
dalam mencapai tingkat output.
2. Pendekatan sumber
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga
dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga
harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan
dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai
keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga
mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari
lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan imput lembaga tersebut
dan output yang dihasilkan juga berujung pada lingkungannya. Sementara itu
sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan
bernilai tinggi.
3. Pendekatan proses
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari
suatu lembaga internal. Pada lembaga efektif, proses internal berjalan dengan
lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi.

Universitas Sumatera Utara

Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan
perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang
dimiliki lembga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
organisasi.(Cunningham, 1978:635,dalam jurnal Dhahran Manogi Manurung,
2013).

c. Indikator Efektivitas Program
Barnard dalam Prawirosentono (2008: 27) yang mengatakan bahwa efektivitas
adalah kondisi dinamis serangkaian proses pelaksanaan tugas dan fungsi pekerjaan
sesuai dengan tujuan dan saranan kebijakan program yang telah ditetapkan, dengan
definisi konseptual tersebut didapat dimensi kajian, yaitu dimensi efektivitas
program.
Dimensi Efektivitas Program diuraikan menjadi indikator :
1) Kejelasan tujuan program;
2) Kejelasan startegi pencapaian tujuan program;
3) Perumusan kebijakan program yang mantap;
4) penyusunan program yang tepat;
5) Penyediaan sarana dan prasarana;
6) Efektivitas operasional program;
7) Efektivitas fungsional program;
8) Efektivitas tujuan program;
9) Efektivitas sasaran program;
10) Efektivitas individu dalam pelaksanaan kebijakan program; dan
11) Efektivitas unit kerja dalam pelaksanaan kebijakan program.

Universitas Sumatera Utara

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas
Steers (1985:209) mengidentifikasi ada empat rangkaian variabel yang
berhubungan dengan efektifitas, yaitu:
1. Ciri Organisasi
Struktur dan teknologi organisasi dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari
efektifitas, dengan berbagai cara. Mengenai struktur, ditemukan bahwa
meningkatnya produktivitas dan efisiensi sering

merupakan

hasil dari

meningkatnya spesialisasi fungsi, ukuran organisasi, sentralisasi pengembilan
keputusan, dan formalisasi.
Teknologi juga dapat berakibat atas tingkat efektifitas selanjutnya, walaupun
mungkin tidak secara langsung. Bukti-bukti ini menunjukan bahwa variasi
teknologi berinteraksi dengan struktur dalam pengaruhnya terhadap keberhasilan
organisasi. Artinya, efektifitas jelas dipelancar bila susunan sruktur sumber daya
organisasi sedemikian rupa, sehingga paling cocok untuk menangani teknologi
yang dipakai.
2. Ciri Lingkungan
Di samping kiri organisasi lingkunan luar dan dalam juga telah dinyatakan
berpengaruh atas efektifitas. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan
tampaknya amat bergantung pada tiga variabel kunci:
-

Tingkat keterdugaan lingkungan.

-

Ketepatan presepsi atas keadaan lingkungan.

-

Tingkat rasionalisasi organisasi.

Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap
perubahan lingkungan semakin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang
dilakukan oleh organisasi.

Universitas Sumatera Utara

3. Ciri Kerja
Faktor pengaruh penting yang ketiga atas efektifitas adalah para pekerja itu
sendiri. Pada kenyataan, para anggota organisasi mungkin merupakan faktor
pengaruh yang paling penting atas efektifitas karena perilaku merekalah yang
dalam jangka panjang akan memeperlancar atau merintangi tercapainya tujuan
organisasi.
Sarana pokoknya untuk mendapat dukungan yang diperkukan ini dari pekerja
adalah dengan mengintegrasikan tujuan pribadi dengan sasaran organisasi. Jika
pekerja dapat memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan pribadi dengan kerja
mencapai sasaran organisasi, adalah logis untuk membuat asumsi bahwa baik
keterikatan pada organsasi manapun prestasi kerja akan meningkat.
Di pihak lain, jika para pegawai dihadapkan pada situasi dimana tujuan
pribadi mereka bertentangan dengan sarana organisasi, usaha para pekerja akan
diboroskan dengan mudah dengan akibat jumlah energi yang tersedia untuk
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan efektifitas berkurang.
4. Kebijakan dan Praktek Manajemen
Terdapat beberapa mekanisme khusus untuk meningkatkan efektifitas
organisasi yaitu meliputi penetapan tujuan strategi, pemanfaatan sumberdaya
secara efisien, struktur birokrasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan
pengambil keputusan, serta penyuluhan dan inovasi pembangunan.
Berdasarkan sifatnya, organisasi cenderung dalam kesatuan yang komplit,
yang berusaha mengalokasikan sumber dayanya secara rasional demi tercapainya
tujuan. Makin rasional suatu organisasi, makin besar kemajuan yang diperoleh
kearah tujuan, maka organisasi makin efektif pula. Dengan demikian efektifitas
dipandang sebagai tujuan akhir oleh sebagian besar organisasi, setidaknya secara
teoritis (Steers, 1985:2). Sebagai tujuan efektiftas sangat perlu dicapai oleh setiap
organisasi.

Universitas Sumatera Utara

4. Kemiskinan
Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah diartikan
sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun
minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau
sekelompok orang disatu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang
dilain pihak. Pengertian minim disini besifat relatif,dapat berbeda dengan rentang
waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda (Siagian,
2012:1-5).
Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau
sekelompok oarang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak
mampu mencapai kehidupan yang layak (Mencher, dalam Siagian, 2012:5).
Menurut Sajogyo (2000:43) Dalam penggolongan kemiskinan ada tiga tipe
yang berdasarkan pendapatan yang diperoleh setiap orang dalam setiap bulan, yaitu:
1. Miskin
Orang miskin adalah orang yang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk
beras yakni 320-480 Kg/orang/tahun. Jumlah ini dianggap cukup untuk
memenui kebutuhan makan minum (1900 kalori/orang/hari dan 40 gram
protein/orang/hari).
2. Sangat Miskin
Orang yang dikatakan sangat miskin adalah orang berpenghasilan kalau diwujudkan
dalam bentuk beras yakni 240-320 kg/orang/tahun.
3. Termiskin
Orang termiskin adalah orang berpenghasilan kalau diwujudkan dalam bentuk beras
antara 180-240 kg/orang/tahun.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Salim (1994:40) bahwa kemiskinan tersebut melekat pada diri
penduduk miskin, mereka miskin karena tidak memiliki aset produksi dan
kemampuan untukmeningkatkan produktivitas. Mereka tidak memiliki aset produksi
karena mereka miskin, akibatnya mereka terjerat dalam lingkungan kemiskinan tanpa
ujung dan pangkal.
Menurut Ginanjar (1996:240) ada 4 faktor penyebab kemiskinan, faktor-faktor
tersebut antara lain ialah:
a. Rendahnya taraf pendidikan,
b. Rendahnya taraf kesehatan,
c. Terbatasnya lapangan kesehatan,
d. Kondisi keterisolasian.

5. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan
kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari
perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan
menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai (Siagian, 2012:165).
Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment,
yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri
oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah
penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang
mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang
demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan saja sebagai
objek tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa
depan dan kehidupan masyarakat secara umum (Setiana, 2005:56).

Universitas Sumatera Utara

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang kader pemberdayaan
masyarakat dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang
digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (pasal 1 ayat 8). Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan
startegi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen, mulai dari Pemerintah, perguruan
tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, masyarakat sipil atau
organisasi masyarakat lokal sendiri.

6. Program Keluarga Harapan (PKH)
a. Pengertian Program Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan
tunai bersyarat kepada rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang telah ditetapkan
sebagai peserta PKH. Agar memperoleh bantuan, peserta PKH diwajibkan memenhi
persyaratan dan komitmen yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

b. Tujuan Program Keluarga Harapan
Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat
miskin. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas ;
1) Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM,
2) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM,
3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di
bawah 6 tahun dari RTSM,
4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
khususnya bagi RTSM.

Universitas Sumatera Utara

c. Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan
Sasaran atau Penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun
dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Sesuai dengan kriteria BPS
dan memenuhi satu atau beberapa kriteria program, yaitu:
1) Memiliki ibu hamil/nifas, dan atau
2) Memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan
SD, dan atau
3) Memiliki anak usia SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan dasar.

Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi
fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH Kesehatan
adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi
kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan
kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan).
Meliputi misalnya anak usia 0-11 bulan harus mendapat imunisasi lengkap dan di
timbang berat badannya secara rutin setiap bulan, anak usia 6-11 bulan harus
mendapatkan Vitamin A sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun. Sedangkan bagi ibu
hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak empat
kali dan ketika melahirkan harus di tolong oleh tenaga kesehatan dan beberapa
ketentuan lainnya.
Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan angka
partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka pekerja
anak pada keluarga yang sangat miskin.
Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum
menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di sekolah

Universitas Sumatera Utara

formal atau non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka dalam
sebulan.
Setiap anak peserta PKH berhak menerima bantuan selain PKH, baik itu
program nasional maupun lokal. Bantuan PKH bukanlah pengganti program-program
lainnya karenanya tidak cukup membantu pengeluaran lainnya seperti seragam, buku
dan sebagainya. PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat mengirim anak-anak
ke sekolah.

d. Proses PKH
Proses Pelaksanaan Program Keluarga Harapan dapat dilihat dalam gambar
berikut, yaitu:

Gambar 1. Proses Program Keluarga Harapan

2

Targeting

Validasi

1

3

-

Penerimaan
Peserta

Pembayaran
5

4

Sosialisasi
Recuitment Pendamping
Pemutakhiran Data

Verifikasi

7
Pengaduan Peserta dan
Non Peserta
8

6
Monitoring dan
Evaluasi
9

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
1. Target Program Keluarga Harapan adalah Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM).
2. Rekuitmen Pendampingan dan Operator. Pendamping kemudian melakukan
sosialisasi kepada calon peserta PKH.
3. Pendamping melakukan validasi data yang diperoleh dari UPPKH pusat dan
kemudian mengembalikan data itu lagi kepada UPPKH.
4. Penerimaan PKH yang sesuai dengan kriteria PKH. Kemudian peserta PKH
mendapatkan kartu peserta.
5. Penerimaan dana PKH. Peserta yang dapat mengambil adalah ibu yang
menjadi anggota dalam PKH dengan menunjukan kartu PKH dan tidak dapat
diwakilkan untuk pengambilan langsung ke kantor pos terdekat.
6. Verifikasi data dilakukan pendamping setiap 3bulan sekali untuk mengecek
perubahan data peserta PKH.
7. Pemuktahiran data dilakukan oleh operator dengan mengirimkan data peserta
PKH yang telah diverifikasi kepada UPPKH pusat. Data tersebut dijadikan
sebagai acuan untuk menentukan besarnya dana PKH tahap selanjutnya.
8. Bagi peserta dan non peserta yang memiliki pertayaan atau pengaduan terkait
pelaksanaan PKH baik disampaikan langsung kepada koordinator peserta,
pendamping kantor UPPKH Kabupaten maupun secara tulisan.
9. Pelaksanaan PKH dilapangan dimonitoring dan permasalahan yang terjadi
dilapangan selanjutnya dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dimasa yang
akan datang.

e. Besar Bantuan PKH
Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah
anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen
kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah
sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat
yang ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

Skenario Bantuan
Bantuan tetap

Bantuan per RTSM per tahun
Rp. 300.000

Bantuan bagi RTSM yang memiliki ;
a. Anak usia dibawah 6 tahun

Rp. 1000.000

b. Ibu hamil/menyusui

Rp. 1000.000

c. Anak usia SD/MI

Rp. 500.000

d. Anak usia SMP/MTs

Rp. 1000.000

Rata-rata bantuan per RTSM

Rp. 1.800.000

Bantuan minimum per RTSM

Rp. 800.000

Bantuan maksimum per RTSM

Rp. 2.800.000

Keterangan : Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di
bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan
jumlah anak. Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas
minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per
tahun.
Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam tiga bulan maka besaran
bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:
1) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.50.000,2) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.100.000,-

Universitas Sumatera Utara

3) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.150.000,4) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan berturutturut, maka tidak akan menerima bantuan dalam periode pembayaran.

f. Hak dan Kewajiban Penerima PKH Dalam Bidang Pendidikan
1. Hak Penerima dalam Bidang Pendidikan
Rumah Tangga Sangat Miskin yang terpilih sebagai peserta PKH berhak
memperoleh bantuan tunai jika telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Besaran uang tunai untuk komponen pendidikan tergantung dari jumlah anak dan
jenjang pendidikan yang diduduki oleh anak.
Bantuan tunai akan dibayarkan kepada peserta setiap tiga bulan melalui kantor
pos terdekat. Bantuan tunai langsung diterima oleh ibu RTSM atau perempuan yang
mengasuh anak usia 0-15 tahun, atau anak yang usia 15-18 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan dasar.
1. Untuk tahap pertama, bantuan tunai PKH komponen pendidikan akan
diberikan jika peserta PKH (ibu/perempuan desawa) telah menghadiri acara
pertemuan awal yang dikoordinir UPPKH Kecamatan dan anak-anak dari
keluarga peserta PKH sudah terdaftar disatuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
2. Untuk tahap triwulan berikutnya, bantuan tunai PKH komponen pendidikan
akan diberikan jika anak-anak dari keluarga peserta PKH sudah memenuhi
komponen pendidikan yang telah ditetapkan (yakni kehadiran minimal 85% di
kelas atau kelompok belajar). Sebagai bukti anak-anak telah memenuhi
komitmen pendidikan, diperoleh dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh
tenaga pendidik (guru/tutor) dan diketahui oleh kepala sekolah atau ketua
penyelenggara satuan pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

2. Kewajiban Peserta PKH dalam Bidang Pendidikan
Untuk bisa menerima hak (menerima bantuan tunai), peserta PKH diharuskan
memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan. Kewajiban yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a. Menghadiri Pertemuan awal
Sebelum bantuan tahap pertama dibayarkan, pertemuan awal yang
dikoordinasikan oleh UPPKH Kecamatan akan diselenggarakan di tingkat
Kecamatan. Seluruh calon peserta PKH yang terpilih (dalam hal ini Ibu)
diwajibkan menghadiri acara pertemuan tersebut. Kantor UPPKH Kecamatan
juga akan mengundang perwakilan para tenaga pendidik untuk menghadiri acara
pertemuan tersebut. Tujuan pertemuan ini adalah untuk:
1. Menginformasikan tujuan, tingkat bantuan, mekanisme dan lainnya
mengenai PKH serta membagikan bahan-bahan program (buku saku
peserta PKH).
2. Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukan calon peserta
PKH untuk dapat menerima bantuan.
3. Menjelaskan hak dan kewajiban Ibu peserta PKH.
4. Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen yang telah ditetapkan dalam program.
5. Menjelaskan

perlunya

melakukan

pendaftaran

ke

sekolah/satuan

pendidikan bagi anak-anak yang belum terdaftar di sekolah/satuan
pendidikan (khusus peserta PKH pendidikan).
6. Menjelaskan perlunya melakukan kunjunagn awal ke Puskesmas untuk
menetapkan jadwal kunjungan bagi setiap anggota keluarga peserta PKH
Kesehatan.
7. Membantu peserta PKH mengisi Formulir Klarifikasi data (perbaikan data
pribadi peserta).

Universitas Sumatera Utara

8. Mengumpulkan semua Formulir Klarifikasi yang sudah diisi dan Formulir
Perjanjian Kesediaan peserta PKH mengikuti komitmen PKH yang sudah
ditandatangani.
9. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas
pelaksanaan PKH.
10. Memfasilitsi pembentukan kelompok peserta PKH dan memfasilitasi
pemilihan Ketua Kelompok.
11. Menjelaskan kewajiban Ketua Kelompok dalam PKH.

b. Mendaftarkan Anak ke Satuan Pendidikan
Apabila hasil klarifikasi/perbaikan data anggota rumah tangga, yang
dilakukan ketika pertemuan awal, ditemukan adanya:
1. Anak usia sekolah (6-15 tahun) belum terdaftar disekolah, maka Ibu dari
RTSM peserta PKH harus segera mendaftarkan anak tersebut ke sekolah
SD/MI atau SMP/MTs atau satuan pendidikan setara SD atauSMP.
2. Anak usia 15-18 tahuun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar dan
atau buta aksara, maka ibu dari RTSM peserta PKH harus mendaftarkan
anak tersebut ke sekolah terdekat atau satuan pendidikan non formal
(seperti: keaksaraan fungsional, Paket A setara SD atau Paket B setara
SMP atau pendidikan pesantren setara SD/SMP.
3. Anak

usia

6-15

tahun

dan

usia

15-18

tahun

namun

belum

menyelesaikanpendidikan dasar dan diketahui bahwa mereka bekerja, baik
di sektor formal maupun informal, maka Ibu dari RTSM peserta PKH
harus mengikutkan anak tersebut ke dalam program persiapan pendidikan
(seperti: rumah singgah, rumah perlindungan sosial anak, panti sosial
asuhan anak, dll) dan selanjutnya mendaftarkan anak tersebut ke satuan
pendidikan formal dan non-formal (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
[PKBM], Sanggar Kegiatan Belajar [SKB], dan Pendidikan Luar Sekolah
[PLS] lainnya).

Universitas Sumatera Utara

Ketika melakukan pendaftaran anak ke satuan pendidikan tersebut, Ibu
RTSM akan didampingi oleh pendamping PKH dari kantor UPPKH Kecamatan.
Informasi nama sekolah dan/atau nama penyelenggara pendidikan non formal
selanjutnya harus dilaporkan ke pendamping PKH untuk keperluan pelaksanaan
program lebih lanjut.
c. Mematuhi Komitmen
Kewajiban peserta PKH selanjutnya adalah mematuhi komitmen atau
persyaratan yang ditetapkan dalam program, yaitu:
1. Bagi peserta PKH dengan anak usia 6-15 tahun
-

Peserta PKH yang memiliki anak usia 6-15 tahun harus mendaftarkan
anak tersebut di sekolah SD/MI atau SMP/MTs atau pendidikan
kesetaraan. Jika sudah terdaftar disatuan pendidikan, anak tersebut harus
mengikuti kehadiran minimal 85% dari hari efektif tatap muka dalam
sebulan selama tahun pelajaran berlangsung.

-

Untuk keperluan pembuktian tingkat kehadiran (verifikasi), apabila
jumlah hari sekolah dalam satu bulan adalh 22-20 hari, jumlah maksimal
ketidakhadiran anak di sekolah yang diperbolehkan adalah 3 hari.

-

Pengecualian dilakukan bagi peserta didik yang absen karena sakit atau
terjadinya bencana alam di daerah tersebut. Jika absen karena sakit lebih
dari 3 hari secara berturut-turut, peserta didik tersebut diwajibkan
memberikan surat keterangan sakit yang dikeluarkan oleh dokter atau
petugas kesehatan yang diakui. Selain itu pengecualian juga diberlakukan
pada saat masa libur sekolah, masa transisi dari SD/MI ke SMP/MTs.
Untuk keperluan pembuktian tingkat

kehadiran (verifikasi)

bagi

pendidikan kesetaraan, jumlah hari tatap muka dalam satu bulan harus memenuhi
85% tatao muka. Sebagai contoh, apabila tatap muka berjumlah 3 kali per minggu
atau 12 kali per bulan, maka kehadiran harus memenuhi 10,2 hari atau dibulatkan
menjadi 10 kali pertemuan. Hal ini juga berlaku pada kegiatan yang ada dipanti
sosial dan isntitusi serupamyang menangani pekerja anak atau mereka yang
membutuhkan program penyesuaian kembali ke bangku sekolah.

Universitas Sumatera Utara

2. Bagi peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas
Peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas (tuna daksa,
keterbelakangan mental, keterbatasan penyerapan dan sejenisnya)
memiliki pengecualian dalam hal usia.
Semua anak dari kelompok ini yang masih mengikuti pendidikan dasar tidak
dibatasi rentang usianya (6-15 tahun) jika peserta didik tersebut dapat
didaftarkan di sekolah khusus (seperti,SDLB/SMPLB) maupun sekolah
umum yang menyediakan program khusus. Komimen yang harus dipenuhi
tetap berbasi tingkat kehadiran 85%.
d. Pemberi Pelayanan Pendidikan
Jenis lembaga pendidikan dasar yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak
penerima PKH adalah:
1. Lembaga pendidikan formal :
1) Sekolah dasar (SD).
2) Sekolah dasar luar biasa (SDLB).
3) Madrasyah Ibtidaiyah (MI).
4) Sekolah menegah pertama (SMP).
5) Sekolah menegah pertama luar biasa (SMPLB).
6) SMP terbuka.
7) Madrasyah Tsanawiah (MTs).
8) Pesantren Salafiyah.
9) Pesantren diniyah formal.
2. Lembaga pendidikan non formal :
1) BPKB (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar).
2) SKB (Sanggar Kegiatan Belajar).
3) PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
4) Pondok pesantren penyelenggara pendidikan kesetaraan.
5) Lembaga pendidikan alternatif khusus, sekolah komunitas dan layanan
diksetara).

Universitas Sumatera Utara

Lembaga pendidikan tersebut diatas memiliki peranan penting untuk
mensukseskan pencapaian tujuan PKH Pendidikan. Peran yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
-

Menerima pendaftaran anak peserta PKH di satuan pendidikan.

-

Memberi pelayanan pendidikan.

-

Melakukan verifikasi komitmen peserta PKH Pendidikan.

g. Hak dan Kewajiban Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan
1. Hak Penerima dalam Bidang Kesehatan
Calon peserta PKH adalah Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang ditetapkan
sebagai calon peserta PKH dan akan menerima bantuan bidang kesehatan, jika pada
saat pendataan ditemukan anggota keluarganya terdiri dari: (i) Ibu hamil; (ii) Ibu
nifas dan/atau (iii) anak usia 0-6 tahun.
Calon peserta PKH selanjutnya ditetapkan sebagai peserta PKH apabila calon
peserta tersebut telah menghadiri pertemuan awal dan/atau menandatangani surat
perjanjian untuk mematuhi komitmen yang ditetapkan dalam program. Hak Peserta
PKH Bidang Kesehatan.
KSM yang terpilih sebagai peserta PKH berhak memperoleh bantuan uang
tunai. Bantuan tunai akan dibayarkan kepada peserta PKH setiap tiga bulan satu kali
melalui kantor pos terdekat.
-

Bantuan tunai tahap pertama akan diberikan jika peserta PKH telah
menghadiri acara pertemuan awal yang dikoordinir oleh UPPKH
Kecamatan dan telah mengunjungi puskesmas atau posyandu.

-

Bantuan tunai tahap berikutnya akan diberikan jika anggota keluarga
peserta PKH memenuhi komitmen yang telah ditetapkan dalam program.
Bukti bahwa anggota keluarga peserta PKH telah memenuhi komitmen
harus diverifikasi dalam form verifikasi kesehatan oleh petugas kesehatan
serta menunjukkan buku Kesehatan Ibu dan Anak.

Universitas Sumatera Utara

2. Kewajiban Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan
Untuk bisa menerima hak (menerima bantuan tunai), peserta PKH harus
memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan. Kewajiban yang dimaksud
adalah:
a. Menghadiri pertemuan awal
Pertemuan

awal

yang

dikoordinasi

oleh

UPPKH

Kecamatan

diselenggarakan ditingkat kecamatan. Tempat pertemuan diupayakan dilokasi
terdekat dengan tempat tinggal calon peserta. Tujuan pertemuan ini adalah untuk:
1. Sosialisasi PKH sebagai berikut :
-

Menginformasikan tujuan, besaran bantuan, mekanisme dan hal terkait
lain dengan PKH;

-

Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukajn oleh calon
peserta PKH untuk dapat menerima bantuan;

-

Menjelaskan hak dan kewajiban ibu dan atau wanita dewasa yang
mengurus anak pada rumahtangga yang bersangkutan;

-

Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program;

2. Memeriksa dan memperbaiki data pribadi peserta PKH yang ada dalam
formulir Validasi;
3. Mengumpulkan semua formulir validasi yang sudah ditandatangani oleh
peserta PKH sebagai bukti kesiapan mereka mengikuti semua persyaratan
dan ketentuan yang ditetapkan PKH;
4. Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta tempat
pelayanan kesehatan terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh peserta PKH;
5. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas
pelaksanaan PKH;
6. Memfasilitasi pembentukan kelompok peserta PKH dan memfasilitasi
pemilihan Ketua Kelompok;
7. Menjelaskan kewajiban ketua kelompok dalam PKH.

Universitas Sumatera Utara

Calon penerima bantuan PKH (dalam hal ini ibu atau wanita dewasa yang
memiliki/mengurus anak pada KSM) diwajibkan menghadiri acara pertemuan
awal tersebut. Jika berhalangan maka pendamping PKH akan mengatur
sedemikian rupa agar tujuan kegiatan pertemuan tetap dapat terlaksana (misalnya,
pendamping mengunjungi calon peserta PKH atau menyelenggarakan pertemuan
susulan jika jumlah calon peserta PKH banyak yang berhalangan). Petugas
UPPKH kecamatan (pendampingh) juga mengundang petugas puskesmas
kecamatan untuk menghadiri pertemuan tersebut.
b. Melakukan Kunjungan Awal ke Posyandu
Segera setelah pertemuan awal, seluruh peserta PKH Kesehatan wajib
melakukan kunjungan awal ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya,
tujuannya untuk:
-

Dicatat data kesehatan anggota keluarganya pada awal program.

-

Mendapat informasi awal kunjungan berikutnya bagi setiap anggota
keluarga peserta PKH yang ditentukan oleh kader posyandu atau petugas
kesehatan lainnya sesuai persyaratan yang ditentukan.

c. Mematuhi Komitmen untuk Mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan
Sesuai Dengan Jadwal yang Telah Disepakati
Sebagai penerima bantuan kesehatan PKH, tiap peserta harus melakukan
kewajiban-kewajiban sebagai berikut :
o.

Sasaran

.

Ibu Hamil

Persyaratan (kewajiban peserta)
lakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care)
sebanyak minimal 4 kali (K1 di trimester 1, K2
di trimester 2, K3 dan K4 di trimes