Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Gereja dalam Pendidikan Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura T2 752014025 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar
dari dunia ini untuk menjadi milikNya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah
memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus.1 Ada tiga komponen
dasar yang terdapat di sana. Pertama, adalah bahwa ia terdiri dari kumpulan
orang; kedua, adalah bahwa ia dipanggil oleh Tuhan, dan ketiga, adalah
bahwa ia merupakan hasil transformasi dari satu kualitas atau kondisi, dari
gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.
Konsekuensi dari ketiga komponen dasar tersebut adalah bahwa gereja
dan orang-orang percaya harus mengerti peran dan tanggung jawabnya dalam
karya penyelamatan Allah. Peran dan tanggung jawab gereja inilah yang
kemudian seringkali disebut sebagai Tri Tugas Gereja yaitu bersekutu,
bersaksi dan melayani.2
Untuk dapat menjalankan Tri Tugas Gereja tersebut, maka gereja perlu
mewujudkannya melalui berbagai pembinaan dan kegiatan atau program
kerja, baik yang bersifat insidental maupun kategorial. Salah satu kegiatan
pembinaan kategorial adalah Pembinaan Warga Gereja (PWG). PWG
merupakan sarana pembinaan kepada seluruh warga gereja dari mulai usia

kanak-kanak sampai dengan usia lanjut.
1
2

Boland, B.J., and Niftrik, G.C. Van, Dogmtika Masa Kini, (Jakarta : BPK.Gunung Mulia,1999), 359
Sumiyatiningsih, dkk, Teladan Kehidupan 3 (Yogyakarta: Andi, 2006), 19-20

1

Alfred Schmidt, mengingatkan bahwa PWG adalah dimensi dalam
pelayanan dan kesaksian gereja secara menyeluruh dan bahwa tidak boleh
terjadi pertentangan di antara PWG dan tugas-tugas gereja lainnya. Dalam hal
ini, PWG bukanlah kegiatan tambahan atau bersifat insidental. PWG
merupakan proses memperlengkapi warga gereja yang berlangsung terus
menerus di sepanjang zaman yang senantiasa berubah. PWG merupakan
usaha gereja untuk mendewasakan warga gereja, agar melalui proses belajar
dan mengalami perubahan diri yang terus menerus, warga gereja mau dan
mampu bersaksi, bersekutu dan melayani di tengah-tengah gereja dan
masyarakat. 3
PWG menjadi hal mutlak yang perlu dilakukan oleh gereja sebagai

bentuk tanggung jawab penggembalaan terhadap umat Allah. Gereja hanya
dapat terperlihara dan bertumbuh serta membawa perubahan jika PWG
dilaksanakan secara baik, benar dan konsisten.
Di sinilah tampak secara jelas pentingnya suatu proses pendidikan
dalam kerangka pembinaan yang bersifat holistik (yaitu pendidikan yang
menyentuh seluruh aspek hidup manusia, baik rohani maupun pengetahuan
dan keterampilan umum) dalam suatu gereja. Tugas pencerdasan warga
gereja adalah salah satu tugas pokok dari gereja itu sendiri. Dengan maksud
untuk mempersiapkan warga gereja untuk tugas pelayanan dan kesaksian
dalam pembangunan negara. Selain itu juga untuk melengkapi warga gereja
untuk merelasikan iman dengan persoalan dalam Gereja dan masyarakat,

3

Schmidt, Alfred, Kawan Sekerja Allah, (Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 1977), 12-30

2

serta mengadakan keputusan dan tindakan untuk kesejahteraan bersama.4
Penekanan utama dalam proses belajar yang dijalankan bagi warga gereja

hendaknya bukan merupakan suatu proses untuk memiliki sesuatu, melainkan
lebih diarahkan sebagai suatu proses untuk menjadi sesuatu. Pembinaan yang
dimaksudkan oleh penulis lebih menekankan pada tugas mendidik warga
gereja.
Bagaimana hubungannya dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK) di
Gereja? Menurut fungsinya, PAK dilakukan untuk mempersiapkan warga
gereja untuk tugas-tugas rutin dalam pelayanan intern gereja dan melengkapi
warga gereja dengan pengetahuan dasar dan Firman Tuhan tentang Iman dan
Agama Kristen.5 Sedangkan usaha PWG adalah lebih banyak ke arah
melayani

orang

supaya

ia

dimungkinkan

mewujudkan


tugas

dan

panggilannya di tengah-tengah dunia dan masyarakat di mana ia berada,
dengan segala apa yang ada padanya.6 Dengan demikian tugas PAK dan
PWG tidak sekali-kali bertentangan atau berlawanan satu terhadap yang lain,
melainkan justru saling mengisi, komplementer dan melengkapi satu sama
lain. PWG membantu anggota jemaat atau warga gereja mewujudkan dan
menerapkan iman kristennya, sedangkan dengan adanya PAK maka warga
gereja lebih banyak lagi dibekali dengan iman dan warisan Kristen yang
dapat merupakan sumber bagi perwujudan tugas dan panggilannya.

4

Menempuh arah baru : laporan evaluasi pembinaan warga gereja 1971-1979 Dewan Gerejagereja di Indonesia-Institut Oikoumene Indonesia, (Jakarta : Gunung Mulia), 1981, 37-39
5
Schmidt, op.cit. 37-39
6

Ismail, Andar, Ajarlah Mereka Melakukan,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 29

3

PAK (Christian Education) sebenarnya mencakup

seluruh tugas

pendidikan gerejawi, baik itu Sekolah Minggu (dalam arti Indonesia),
Katekisasi,

PAK-Keluarga,

PAK-Pemuda,

PAK-Dewasa,

termasuk

didalamnya PWG jika itu dianggap suatu bentuk pendidikan khusus. 7 Itu

artinya lapangan kerja PAK sangat luas jangkauannya, jika dilihat secara
kategorial meliputi usia anak-anak sampai dengan lanjut usia, belum
termasuk kebutuhan lainnya.
Tanpa mengurangi bobot dan perhatian kepada tugas-tugas PAK lain,
tugas PAK Dewasa merupakan bidang pelayanan yang sangat strategis
dilakukan oleh karena bagaimanapun orang dewasa adalah orang Kristen
garis depan yang menghadapi dunia ini dengan segala tantangannya8. Di
samping kebaktian hari Minggu dan kebaktian rumah tangga, seharusnyalah
diatur pertemuan-pertemuan dan kursus-kursus istimewa bagi mereka, supaya
mereka selalu dapat menambah pengetahuan mereka tentang agama kita dan
sanggup memecahkan masalah yang sukar, yang menggelisahkan dan
membuat kecil hati mereka.9 Seperti yang dikatakan oleh Robert Boehlke
dalam tulisan Andar, “PAK Orang Dewasa ialah usaha sengaja dari gereja di
bawah pimpinan Roh Kudus untuk membuka kesempatan belajar buat orang
dewasa sehingga mereka dapat melayani Tuhan sesuai dengan bakat dan
minat pribadi, kebutuhan keluarga, gereja dan masyarakat umum dan dunia

7

Ibid., hlm 30

Nuhamara, Daniel, PAK Dewasa, (Bandung : Jurnal Info Media, 2008), 9
9
Homrighausen, E.G. & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011), 23

8

4

alam sekitarnya.10 Orang dewasa perlu dimungkinkan untuk terus belajar dan
bertumbuh sebab mereka membutuhkan topangan dan pembekalan untuk
peran dan tanggung jawab yang berat. Dalam keluarga, orang dewasa adalah
pendidik. Dalam gereja, orang dewasa adalah pengambil keputusan. Dalam
masyarakat, orang dewasa tiap hari menghadapi dilema sebagai garam di
tengah kebusukan dan terang di tengah kuasa-kuasa gelap.11
Namun dalam kenyataannya, pendidikan warga gereja kepada usia
dewasa bukan persoalan yang mudah dilakukan. Apalagi khususnya kepada
keluarga muda, seperti yang dihadapi oleh GKJ Manahan. Kegiatan
persekutuan keluarga muda di GKJ Manahan baru dimulai pada tahun 2011,
namun dalam prosesnya kurang berjalan dengan baik. Bahkan melalui upaya

Komisi Warga Dewasa (KWD) yang berada dalam Bidang PWG juga belum
berdampak pada kembali terlaksananya kegiatan tersebut. Bahkan pernah
dilakukan studi banding ke gereja yang telah menjalankan persekutuan
keluarga muda dengan baik, namun tetap menghadapi kendali dalam
menjalankannya.12
Istilah keluarga muda tidak hanya digunakan di GKJ Manahan, namun
juga digunakan di Gereja lain dalam lingkup Klasis Kartasura. Istilah ini
mengacu pada konsensus masing-masing gereja di dalam memaknai istilah
keluarga muda berdasarkan rentang waktu perkawinan.13 Menurut laporan

10

Tim Penyusun Buku dan redaksi BPK Gunung Mulia, Memperlengkapi bagi Pelayanan dan
Pertumbuhan, (Jakarta : PT. BPK. Gunung Mulia, 2002), 46
11
Ibid, 53-54
12
Laporan Tim Visitasi Badan Pelaksana Klasis Kartasura ke-38 tahun 2013.
13
Rentang waktu pernikahan yang dimaksud adalah rentang waktu setelah melewati masa

pernikahan dan usia muda dalam menjalani kehidupan keluarga.

5

Buku Sidang Majelis Terbuka GKJ Manahan tahun 2010, yang termasuk
dalam

kelompok

keluarga

muda

ini

adalah

pasangan

yang


usia

perkawinannya 0 (nol) tahun sampai dengan 10 (sepuluh) tahun.14 Itu artinya
pada usia inilah gereja perlu memahami sungguh-sungguh kebutuhan
pembinaan yang harus dilakukan kepada keluarga muda. Melihat konsensus
tersebut, maka kategori keluarga muda ini dapat dimasukkan dalam kategori
dewasa muda sesuai dengan teori perkembangan.
Dalam teori perkembangan manusia yang memberi perhatian khusus
kepada perspektif perkembangan manusia. Beberapa ahli yang berbicara
tentang teori perkembangan khususnya yang berkaitan dengan kedewasaan
seperti

Erik

Erickson

dengan

teori


psikososialnya

menggolongkan

kedewasaan dalam 3 (tiga) tingkatan15 yaitu Masa Dewasa Awal (Young
adulthood); Masa Dewasa Tengah (Adulthood) dam Masa hari tua (Later
Adulthood) Sedangkan Elisabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya
Development psichology melakukan tiga pembagian terhadap masa dewasa
antara lain: Masa Dewasa Awal : umur 21 sampai 40 tahun, Masa Dewasa
Madya : Masa dewasa Madya masa ini dimulai pada umur 40 tahun sampai
pada umur 60 tahun, dan Masa Dewasa Lanjut (Lanjut Usia). Dalam rentang
waktu dewasa, banyak pergumulan dan tanggung jawab yang kadangkala
memerlukan pendampingan bagi orang dewasa itu sendiri untuk mengalami
pertumbuhan.

14

Buku Sidang Majelis, Op.cit., 7
Crain, William, Teori Perkembangan : Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
cetakan 2, 2014), 445-452

15

6

Selain teori perkembangan di atas, ada lagi teori perkembangan yang
berhubungan dengan iman dari James Fowler.16

Fowler berhasil

membuktikan adanya tujuh tahap kepercayaan yang berurutan. Khususnya
berkaitan dengan orang dewasa ada tiga tahap perkembangan iman yaitu
Tahap 4 (umur 20 tahun keatas): Kepercayaan Individuatif-Reflektif
(Individuatif-Reflektif Faith); Tahap 5 (sekitar umur 35 tahun ke atas):
Kepercayaan Eksistensial Konjungtif (Conjunctive Faith); Tahap 6 (umur 45
tahun keatas): Kepercayaan Eksistensial yang mengacu pada Universalitas
(Universalizing Faith).
Melalui pemahaman terhadap beberapa teori perkembangan manusia,
maka pelaksanaan Pendidikan warga gereja harus berusaha memperhatikan
aspek perkembangan manusia seperti yang disebutkan diatas. Pemahaman
tersebut juga menjadi penting bagi pendidik atau pelayan gereja, dalam
rangka menyelenggarakan pendidikan yang menjawab konteks kebutuhan
peserta didik. Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan tersusun bentuk
dan metode yang jelas dari gereja terhadap pendidikan warga gereja
khususnya kepada kelompok dewasa muda (keluarga muda). Gereja perlu
mengembangkan pendidikan bagi kaum dewasa khususnya keluarga muda.
Dengan demikian pelaksanaan pendidikan Warga Gereja perlu secara
terstruktur, sistematis dan berkesinambungan dengan tujuan supaya terjadi
perubahan secara mandiri terhadap anggota jemaatnya.

16

Fowler, James, Teori Perkembangan Kepercayaan : karya-karya penting James W. Fowler,
(Yogyakarta : Kanisius, 1995), 26-37

7

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan suatu
penelitian yang diberi judul: “Tanggung Jawab Gereja Dalam Pendidikan
Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura”.
Dengan demikian, pertanyaan penelitiannya adalah: Bagaimana
Tanggung Jawab Gereja Terhadap Pendidikan Warga Gereja Dalam
Kehidupan Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis
Kartasura?
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan
menganalisa tanggung jawab gereja terhadap Pendidikan Warga Gereja dalam
Kehidupan Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura
dan sejauh mana pendidikan itu mempunyai manfaat bagi perkembangan
kehidupan masa dewasa muda di Gereja.
1.2. Manfaat Penelitian :
Menolong Gereja dalam mengembangkan pembinaan khususnya bagi warga
jemaat yang berada di rentang waktu dewasa muda yaitu antara 21-40 tahun.
Selain itu menolong keluarga muda untuk lebih bertanggung jawab dalam
membangun iman dan keterlibatan dalam kegiatan gereja.
1.3 Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif dan metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif
analisis. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting,
seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
8

mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data
secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum,
dan menafsirkan makna data.17
Penelitian ini juga akan mendiskripsikan tanggung jawab gereja terhadap
pendidikan warga gereja khususnya terhadap keluarga muda di gereja
Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura
b. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data :
1) Wawancara mendalam (depth interview) terhadap informan kunci di
masing-masing gereja. Informan kunci yang dimaksud adalah
Pendeta dan Majelis Bidang Pembinaan Warga Gereja di GKJ
Manahan Klasis Kartasura. Wawancara mendalam ini memungkinkan
pewawancara untuk bertanya kepada responden guna mendapatkan
informasi mengenai fenomena yang ingin diteliti.18.
2) Wawancara Focus Group Discussion (FGD) terhadap keluarga muda
di Gereja yang menjadi sampel penelitian terhadap kebutuhan
pembinaan yang diperlukan. FGD adalah suatu proses pengumpulan
data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan
tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.19 Teknik
FGD ini digunakan untuk melengkapi riset yang bersifat kualitatif

17

John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), 4-5
18
Richard & Lynn, Pengantar teori Komunikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), 83
19
Irwanto, Focus Group Discussion, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), 1-2

9

dan dilakukan untuk memahami permasalahan keluarga muda,
sekaligus sebagai validasi dari telaah dan sumber data yang lain.
Teknik FGD nantinya akan dilakukan di jemaat GKJ Manahan,
dengan kelompok dipilih 7-10 orang.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis
Kartasura.
1.4. Unit Analisis
Yang menjadi unit analisis adalah keluarga muda dengan usia pernikahan 0
(nol) – 10 (sepuluh) yang ada dalam kategori usia dewasa muda yaitu usia 1840 tahun dan yang telah berkeluarga.
1.5. Sistematika Penulisan :
Sistematika Penulisan ini terdiri atas lima bab yaitu :
1) Bab satu tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan
mengenai gereja dan tanggung jawab dalam pembinaan warga gereja,
pembinaan warga gereja yang dilakukan di gereja-gereja se-Klasis
Kartasura khususnya terhadap keluarga muda.
2) Bab dua mengenai teori yang berisi tentang Gereja dan pendidikan warga
gereja didalamnya berisi tentang hakikat gereja dan panggilannya
khususnya kepada kelompok usia dewasa muda. PAK Dewasa yang
berisi tenga hakikat PAK, dan PAK Dewasa, Teori Perkembangan
Manusia yang meliputi perkembangan kognitif, afektif dan iman. Tugas
perkembangan masa dewasa awal, kondisi-kondisi yang mempengaruhi
10

perubahan minat pada masa Dewasa Muda; faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan minat keagamaan pada masa dewasa muda.
3) Bab tiga tentang penyajian data penelitian yang meliputi gambaran
umum Klasis Kartasura, Gambaran umum GKJ Manahan dengan data
kegiatannya dan gambaran tentang tanggung jawab gereja dalam
pendidikan warga gereja khususnya kelompok keluarga muda.
4) Bab empat berisi analisa data penelitian berdasarkan tanggung jawab
gereja dalam melaksanakan tugas pendidikan kepada warga dewasa dan
tanggung jawab gereja dalam pendidikan kepada perkembangan keluarga
muda.
5) Bab lima berisi penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

11

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) T2 752010013 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Gereja dalam Pendidikan Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura T2 752014025 BAB II

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Gereja dalam Pendidikan Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura T2 752014025 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Gereja dalam Pendidikan Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura T2 752014025 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Gereja dalam Pendidikan Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Gereja dalam Pendidikan Keluarga Muda di Gereja Kristen Jawa Manahan Klasis Kartasura

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Informasi Kepesertaan Dana Pensiun Gereja Kristen Jawa T0 552013008 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan Hidup Berkeluarga (Studi tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pranikah di Klasis Kota Ambon Gereja Protestan Maluku) T2 752013001 Bab I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Asuh Ibu Tunggal di Gereja Kristen Jawa Kartasura

0 0 12

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB I

0 1 12