Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Permasalahan ketenagakerjaan dalam hal pengangguran kerap menjadi salah

satu penghambat terlaksananya pembangunan nasional secara menyeluruh. Kualitas
dan produktivitas tenaga kerja menjadi salah satu tolak ukur dari keberhasilan
program pembangunan nasional dalam suatu negara. Tenaga kerja sebagai sumber
daya manusia suatu negara memiliki peran penting dalam melaksanakan
pembangunan nasional

berkelanjutan. Tenaga kerja

yang tidak

memiliki

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berada dalam kategori baik maka akan

sulit bagi suatu negara untuk menggali segala potensi pembangunan. Permasalahan
tersebut akan berkorelasi pula pada masalah pengangguran yang semakin
berkembang.
Terlepas dari seupayanya pemerintah dalam tiap program pembangunan, tak
dapat dipungkiri bahwa masyarakat juga merupakan unsur penting yang mendukung
keberhasilan tiap program pembangunan. Keadaan yang lebih berpihak pada satu
titik sumber tanpa menghiraukan masyarakat akan berdampak buruk bagi
pembangunan. Masyarakat sebagai bagian dari tenaga kerja dan calon tenaga kerja
harus diberdayakan seoptimal mungkin untuk mendukung program yang telah
disusun oleh pemerintah. Apabila masyarakat berada dalam tingkat keberdayaan
yang rendah maka hasil sebagai output dari program tidak akan sesuai dengan
rencana dan strategi awal. Keberadaan masyarakat sebagai unsur penting
pembangunan menjadikan masyarakat dijadikan sasaran awal pembenahan kualitas
dan produktivitas yang lebih baik.
1
Universitas Sumatera Utara

Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja menjadi salah satu
penyebab terjadinya


pengangguran. Pengangguran

yang tinggi

merupakan

pemborosan sumber daya manusia dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga
dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan
sosial, kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Kelangkaan kesempatan kerja akan menjadi awal dari keterbatasan sumber peluang
bagi masyarakat untuk memperoleh penghasilan. Hal ini tentu saja menjadi masalah
karena akan berdampak pada masalah kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat
yang memang telah menjadi masalah nasional.
Tenaga Kerja sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki peranan
penting dalam pembangunan suatu negara. Sebagai salah satu unsur penting dalam
pembangunan diharap secara optimal tenaga kerja mampu menjadi sumber yang
potensial dan berdampak baik untuk kemajuan. Suatu negara akan mampu bergerak
ke arah yang lebih baik apabila kualitas dari tenaga kerja mampu ditingkatkan dan
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tenaga kerja yang baik adalah
tenaga kerja yang mampu memberi kontribusi positif baik dalam skala besar ataupun

kecil. Produktivitas dan kualitas tenaga kerja pada berbagai sektor akan berdampak
baik bagi kemajuan suatu negara. Produktivitas tenaga kerja juga akan menjadi
pemicu untuk suatu gebrakan pembangunan yang diharapkan seluruh unsur dalam
suatu negara.
Negara-negara berkembang cenderung lebih rentan berhadapan dengan
masalah pengangguran. Salah satu sumber permasalahan banyaknya pengangguran
adalah kurangnya lapangan pekerjaan dan peluang usaha. Tiap tahun penganguran
senantiasa meningkat atau turun dalam sekala kecil. Pengangguran adalah situasi di
mana seorang yang telah layak untuk bekerja tetapi tak kerja. Hal semacam ini

2
Universitas Sumatera Utara

dikarenakan kurangnya keterampilan dan keahlian dari masyarakat. Adanya modal
manusia berupa tingkat pendidikan dan keterampilan yang lebih tinggi akan
memberikan tenaga kerja yang lebih berkualitas bagi masyarakat sehingga
memberikan efisiensi dan efektifitas dalam berproduksi dan memberikan kesempatan
kerja bagi tenaga kerja yang berkualitas dalam mengisi kesempatan kerja di lapangan
kerja yang sesuai.
Menurut laporan Perkiraan Lapangan Kerja dan Sosial Dunia oleh Organisasi

Buruh Internasional (ILO), selama empat tahun ke depan jumlah orang yang akan
kehilangan pekerjaannya di seluruh dunia naik dari 201 juta orang pada saat ini
menjadi 212 juta orang. Lebih dari 61 juta orang telah kehilangan pekerjaan mereka
sejak awal krisis global pada tahun 2008. Pekerja muda yang berusia antara 15-24
tahun adalah mereka yang sangat terpukul oleh krisis, dengan tingkat pengangguran
kaum muda global hampir sebesar 13 persen pada tahun 2014 dan diperkirakan akan
ada peningkatan di tahun mendatang. Sebaliknya, para pekerja yang lebih tua
memliki nasib relatif lebih baik sejak awal krisis keuangan global pada tahun 2008
(Boulton, 2007:35).
Tantangan utama pada tingkat nasional adalah terbatasnya kualitas tenaga
kerja, tingginya angka pengangguran terselubung, ketimpangan pendapatan
masyarakat, dan pembangunan yang belum merata. Untuk itu diperlukan tenaga
kerja yang berkualitas, yaitu tenaga kerja yang produktif, memiliki kompetensi dan
memiliki daya saing. Pilar utama daya saing bangsa adalah kesiapan SDM yang
tercermin dalam kualitas tenaga kerja dan penguasaan teknologi.
Perkembangan produktivitas sumber daya manusia akan mendukung
terwujudnya pembangunan nasional suatu negara. Peningkatan produktivitas
memungkinkan suatu negara mampu tetap mempertahankan daya saing di tengah

Universitas Sumatera Utara


tekanan perekonomian. Daya saing dan daya tahan suatu bangsa tergantung pada
cara negara tersebut dapat mengembangkan produktivitas bahkan dalam keadaan di
mana bangsa tersebut memiliki keunggulan komparatif di bidang ketenagakerjaan
sekalipun. Negara yang paling pesat mengalami perkembangan produktivitas pekerja
adalah “Macan Asia” yaitu Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Hongkong.
Berdasarkan tingkat produktivitas tenaga kerja dan laju perkembangannya, keempat
“Macan Asia” tersebut mampu memiliki daya saing yang tinggi dalam proses
produksi.
Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah
Cina, India dan Amerika Serikat) dengan jumlah total penduduk sekitar 250 juta
jiwa. Selanjutnya, negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena
sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika
kedua faktor tersebut di atas digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang
memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih
besar lagi ke depan.
Permasalahan yang dihadapi adalah hingga saat ini struktur tenaga kerja di
Indonesia masih didominasi oleh masyarakat yang berpendidikan rendah. Rendahnya
tingkat pendidikan berkorelasi dengan rendahnya tingkat keterampilan tenaga kerja
sehingga secara langsung mempengaruhi rendahnya produktivitas tenaga kerja di

Indonesia. Rendahnya produktivitas tenaga kerja inilah yang menyebabkan
terjadinya pertambahan fenomena pengangguran di Indonesia. Keadaan ini sangat
mempengaruhi tingkat ekonomi secara nasional dan mengakibatkan kemiskinan
semakin meluas di Indonesia.
Pembangunan nasional di Indonesia didefenisikan sebagai upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan

4
Universitas Sumatera Utara

bernegara. Hakikat pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan
manusia

seutuhnya

dan

pembangunan

masyarakat


Indonesia

seluruhnya.

Pembangunan nasional merupakan cerminan kehendak untuk terus meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta
mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggara negara yang maju dan
demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Melambatnya ekonomi Indonesia mengakibatkan jumlah pengangguran
dalam negeri bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tahun ini (Februari
2014-Februari 2015) jumlah pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang,
sehingga total mencapai 7,45 juta orang. Data BPS menjabarkan, bahwa tingkat
pengangguran terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,05%, disusul jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA) 8,17 %, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49%. Sementara, TPT terendah ada
pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dengan prosentase 3,61% di periode
Februari 2015. Selama setahun terakhir TPT yang mengalami peningkatan yakni
penduduk dengan pendidikan SMK 1,84 poin, Diploma I/II dan III sebesar 1,62 poin
dan universitas 1,03 poin (www.bps.go.id/ diakses pada 24 Oktober 2015 15:00

WIB).

Permasalahan

ketenagakerjaan

di

Indonesia

juga

ditandai

dengan

menurunnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dibandingkan dengan
negara lainnya. Pada IPM 2013, Indonesia masih terpental jauh dari posisi 100 besar
yaitu peringkat 121 (0,629) dari 187 negara. Selain itu, daya saing dunia
usaha/industri Indonesia masih rendah. Data Global Competitivenes Index (GCI)

2012-2013 menempatkan peringkat daya saing industri Indonesia melorot dari
peringkat 46 ke peringkat. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang semakin

Universitas Sumatera Utara

menurun memerlukan penanganan yang tepat. Penanganan dalam hal ini adalah
percepatan program-program peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya
tenaga kerja yang kompeten dan berkualitas.
Jumlah pengangguran terbuka di negeri kaya sumber daya alam ini berada
pada angka 9,25 juta jiwa. Seharusnya dengan banyaknya pengangguran maka
lowongan kerja yang tersedia akan mudah diisi oleh mereka pencari kerja.
Lowongan kerja yang terus bermunculan di iklan loker tiada hentinya. Hari Sabtu
dan Minggu dengan mudah kita lihat halaman koran diisi dengan ilkan lowongan
kerja. Ternyata jumlah lowongan kerja tak pernah sepi. Perusahaan yang
membutuhkan SDM tidak pernah berhenti memburu SDM di pelosok negeri namun
perkara

mencari

tenaga


kerja

tidak

semudah

membalik

telapak

tangan

(https://marumpa.wordpress.cngan tersebuom/2011/03/23/cari-kandidit-tenaga-kerjakok-repot/ diakses pada 24 Oktober 2015 3:00 WIB).
Ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja menjadi
suatu polemik di Indonesia. Permasalahan ketidakseimbangan tersebut tidak luput
dari kualitas skill, tingkat pendidikan ataupun tingkat keahlian masyarakat Indonesia
yang belum memadai. Mayoritas pendidikan masyarakat Indonesia lulusannya masih
dibawah Sarjana atau bahkan tidak sedikit tenaga kerja yang hanya lulusan SD
ataupun SMP. Dengan kualitas yang seperti itu membuat masyarakat Indonesia sulit

untuk berinovasi atau bahkan mengembangkan ide-ide mereka. Secara kuantitas
tenaga kerja Indonesia sangat melimpah akan tetapi secara kualitas tenaga kerja
Indonesia masih sangat minim. Jika hal ini tidak berkembang maka bukan tidak
mungkin kalau tenaga kerja Indonesia hanya akan menjadi kacung atau bawahan dari
tenaga kerja negara lain.

6
Universitas Sumatera Utara

Kompetensi tenaga kerja merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
permasalahan tenaga kerja di Indonesia. Kompetensi tenaga kerja yang dimaksud
adalah segala bentuk keterampilan, sikap, perilaku, atau karakteristik pribadi yang
penting untuk membedakan kinerja rata-rata dengan kinerja tinggi. Proses
pengembangan kompetensi tenaga kerja berbenturan dengan dua tantangan. Kedua
tantangan itu adalah jalur pendidikan formal yang belum optimal dan jalur pelatihan
kerja yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Diakibatkan oleh
tuntutan terhadap kualitas tenaga kerja semakin medesak, pendidikan serta pelatihan
kerja berbasis kompetensi menjadi syarat mutlak untuk dilakukan.
Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan kompetensi tenaga kerja di
Indonesia adalah terbatasnya fasilitas pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.
Tenaga

kerja

juga

memiliki

tingkat

kesadaran

rendah

akan

pentingnya

pengembangan kompetensi tenaga kerja. Kompetensi tenaga kerja yang baik akan
mampu meningkatkan daya saing dalam era globalisasi saat ini. Tenaga kerja
merupakan faktor yang paling penting untuk menyokong daya saing industri
Indonesia di pasar Internasional (dunia). Peningkatan kualitas tenaga kerja, wajib
bagi bangsa Indonesia saat ini dan di masa mendatang dalam pelaksanaan proses
pembangunan nasional.
Pembinaan dan pengembangan peningkatan kualitas sumber daya bagi
pengangguran merupakan salah satu jawaban untuk permasalahan ketenagakerjaan.
Pembinaan dan pengembangan sumber daya yang dimaksudkan tidak hanya melalui
pendidikan formal saja, melainkan melalui segala kegiatan yang mampu berfungsi
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu angkatan kerja. Oleh
karena itu pelatihan kerja sebagai bagian dari pembinaan dan pengembangan tenaga
kerja perlu diarahkan pada pembentukan dan peningkatan kualitas sumber daya

Universitas Sumatera Utara

manusia (peserta didik), sehingga sesuai dengan kesempatan kerja dan tuntutan
dunia kerja yang tersedia.
Pelatihan kerja yang berorientasi pada pasar kerja merupakan suatu
keharusan, sehingga akan menguntungkan berbagai pihak, baik itu pihak pencari
kerja maupun pengguna tenaga kerja. Penyelenggaraan pelatihan kerja yang
berorientasi pasar kerja membutuhkan manajemen pelatihan yang tepat. Tidak hanya
memahami kebutuhan pasar kerja saja, tetapi bagaimana kebutuhan pasar kerja
tersebut dapat diterjemahkan dalam bentuk identifikasi keterampilan dan
pengetahuan yang jelas, kurikulum yang relevan, dan sistem pembelajaran yang
tepat.
Pelatihan kerja yang merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah,
mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Adanya persaingan yang sangat ketat dalam memasuki pasar kerja (dunia kerja)
perlu mendapatkan perhatian yang serius bagi para penganggur/pencari kerja itu
sendiri. Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja yang ada dengan lapangan
kerja yang tersedia, merupakan masalah baru yang perlu dipecahkan serta dicari
jalan keluarnya. Persiapan tenaga kerja yang siap pakai membutuhkan suatu “mata
rantai” yang dikenal dengan istilah latihan kerja baik yang dilakukan oleh Depnaker
dengan Balai Latihan Kerja (BLK), departemen teknis dengan balai-balai atau pusat
latihan kerjanya, lembaga-lembaga swasta yang kesemuanya merupakan latihan di
luar tempat kerja.
Di Indonesia, tanggung jawab pelatihan kejuruan terletak pada dua
departemen

pemerintah

Departemen

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

(Depnakertrans) dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Salah satu
mandat Depnakertrans adalah untuk memfasiltasi pelatihan untuk para pencari kerja

8
Universitas Sumatera Utara

usia 18 tahun ke atas, sementara salah satu mandat Depdiknas adalah untuk
memfasilitasi pelatihan untuk para kaum muda usia di bawah 18 yang tidak lagi
bersekolah. Garis batas wewenang untuk hal ini antara kedua departemen ini agak
kurang jelas. Dengan penerapan dari sistem desentralisasi, tanggung jawab tersebut
dipindahkan ke daerah. Bagaimanapun, penerapan standar tetap merupakan domain
dari Depnakertrans telah menetapkan sistem pelatihan nasional di masa lampau,
namun pengakuan dan ke-efektif-annya dalam bidang industri masih dipertanyakan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai perubahan di
tingkat nasional/ internasional khususnya dalam dunia kerja, mengakibatkan sangat
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualitas sesuai dengan
tuntutan pasar kerja yang diharapkan mampu bersaing. Pengembangan kualitas itu
dapat dilakukan antara lain dengan melalui Program Pelatihan Berbasis Kompetensi
sesuai kebutuhan pasar kerja pada balai latihan kerja (BLK). Sejak diberlakukannya
UU No.32 Tahun 2004, semua BLK yang ada diserahkan Pemerintah Pusat untuk
dikelola oleh Pemerintah Daerah. Hal tersebut mengakibatkan BLK yang seharusnya
bisa menjadi sarana pelatihan para pekerja tak terurus sebagaimana mestinya dan
menjadi gedung dan peralatan yang mubazir. Kondisi ini yang kemudian memaksa
Pemerintah Pusat untuk terus menerus memberikan suntikan, baik dana maupun
Iptek

(http://binaswadaya.org/bs3/id/balai-latihan-kerja-siapkan-pekerja-trampil/

diakses pada 22 Januari 2016 21:27 WIB).
Data Kemenakertrans, saat ini terdapat 13 BLK milik Kemenakertrans yang
dikelola oleh pusat dan 252 BLK milik pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota di Indonesia. Sementara itu, jumlah instruktur mencapai 3.132 orang.
BLK-BLK di pusat dan daerah harus bersifat fleksibel dan dinamis sehingga bisa
mengikuti kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar industri melalui program-

Universitas Sumatera Utara

program pelatihan kerja yang berbasis kompetensi dan berorientasi pada pasar kerja
lokal, nasional, dan internasional. Khusus untuk BLK yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah pola pelatihan ditekankan pada jenis pelatihan sesuai yang dibutuhkan di
daerah masing-masing
Komisi pelatihan di tingkat nasional dan regional telah ada selama lebih dari
satu dekade. Akan tetapi komisi ini tidak didukung oleh tim penelitian yang kuat dan
tetap. Misalnya, studi pelacakan belum sistematis: kurang analisa menyeluruh
mengenai apa yang terjadi pada mereka yang telah lulus dari beragam program
latihan, bagaimana mereka diserap di pasaran tenaga kerja, dan sejauh mana
pendidikan mereka berkaitan dengan kebutuhan usaha. Pelatihan yang didasarkan
pada permintaan pasar (demand-driven) telah disuarakan dengan sangat kuat dalam
forum dan diskusi formal; tetapi tindakan penerapannya masih kurang.
Hasil pemetaan Kemenakertrans pada akhir tahun 2011, ditemukan fakta
bahwa infrastruktur dan fasilitas BLK UPT di seluruh Indonesia masih kurang
memadai. Dari 251 BLK milik pemda, hanya 10% BLK yang memiliki infrastruktur
dan fasilitas yang baik. Selebihnya, 49% BLK kondisinya sedang, dan 41%
kondisinya buruk. Untuk mengatasi masalah tersebut, tahun 2012 Kemenakertrans
memprioritaskan revitalisasi terhadap 22 BLK UPTD agar kondisinya lebih layak
untuk digunakan.
Keberadaan BLK-BLK di pusat dan daerah telah membuktikan adanya
peningkatakan keterampilan dan kompetensi para pencari kerja karena program
pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan industri. Tidak semua
kualitas dan kapasitas pelatihan serta instruktur yang memadai. Masih banyak yang
memerlukan pembenahan menyeluruh. Ada beberapa aspek yang harus dibenahi
seperti infrastruktur dan peralatan pelatihan, kuantitas dan kualitas instruktur,

10
Universitas Sumatera Utara

metode dan kurikulum pelatihan, serta manajemen pengelolaan BLK itu sendiri.
Pembenahan BLK-BLK milik pemda tersebut harus terus dilakukan meskipun
terkendala terbatasnya anggaran. Pembenahan ini sejatinya mengikuti standar, atau
berpatokan pada 13 BLK UPT Pusat milik Kemenakertrans yang kondisinya sudah
sangat baik.
Hasil meta analisis tentang efektivitas pelatihan dilakukan oleh Arthur,
Bennett, Edenz, dan Bell (2003) membuktikan bahwa metode pelatihan yang
digunakan,

karakteristik

keterampilan

atau

tugas

instruktur,

dan

pilihan

kriteriaevaluasi pelatihan berkaitan erat dengan efektivitas pelatihan. Sedangkan
metode pelatihan dan kualitas insruktur merupakan bagian dari kualiatas pelatihan.
Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa kualitas pelatihan berpengaruh terhadap
efektivitas

pelatihan

(http://eprints.uny.ac.id/19086/1/AdinGustina_11408144003.pdf diakses pada 21
Januari 2016 22:48 WIB)
Lembaga pelatihan kerja yang dikelola pemerintah (BLK) dibentuk agar
dapat menghasilkan tenaga kerja berkualitas dan dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya secara optimal. Namun, beberapa BLK di daerah justru dialihfungsikan
untuk keperluan lain yang tidak terkait dengan pelatihan kerja. Kondisi BLK lainnya
sudah tidak layak seperti peralatan pelatihan yang tidak dapat dioperasionalkan dan
tertinggal teknologinya, serta sarana pendukung lainnya sangat minim. Instruktur
(tenaga pelatih) yang kerap tidak menerapkan fungsinya secara profesional menjadi
penghambat terlaksananya program pelatihan berbasis kompetensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Latif F. K (2012) dalam jurnlanya yang
berjudul An integrated model of training effectiveness and satisfaction with
employee development interventions menguji efektivitas pelatihan terhadap 500

Universitas Sumatera Utara

peserta pelatihan indutrial dan komersial, hasilnya menunjukkan ada empat faktor
yang menjadi kontingen ke pelatihan yang efektif, yaitu: kepuasan dengan sesi
latihan, kepuasan terhadap konten pelatihan, kepuasan terhadap pelatih, dan transfer
pembelajaran. Keempat faktor tersebut sesuai dengan AQTF (2007) merupakan
dimensi

kualitas

pelatihan

(http://eprints.uny.ac.id/19086/1/AdinGustina_11408144003.pdf diakses pada 21
Januari 2016 22:48 WIB)
Balai Latihan Kerja sebagai lembaga pelatihan kerja yang dikelola oleh
pemerintah bergerak untuk memenuhi kebutuhan dan hak dari tenaga kerja.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2013 Bab II pasal
11 tentang ketenagakerjaan dikemukakan bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk
memperoleh dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya melalui pelatihan kerja Berdasarkan peraturan perundangundangan tersebut, pelaksanaan program-program pelatihan tenaga kerja didasarkan
oleh kebutuhan masyarakat dan kebutuhan lokal.
Balai Latihan Kerja (BLK) difungsikan sebuah wadah yang menampung
kegiatan

pelatihan

untuk

memberikan,

memperoleh,

meningkatkan

serta

mengembangkan keterampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja, dan etos kerja
yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori. BLK juga
berfungsi untuk merumuskan Kebijakan Teknis di bidang Pelatihan tenaga kerja,
pelaksanaan Pelayanan Umum bidang Pelatihan tenaga kerja dan Pemberian
pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.
Kekurangan instruktur masih menjadi persoalan di hampir seluruh BLK di
daerah-daerah. Dan masalah ini belum menjadi perhatian serius dari pemda dan
butuh intervensi pusat. Seperti dikemukakan Dirjen Pembinaan pelatihan dan

12
Universitas Sumatera Utara

Produktivitas, Abdul Wahab Bangkona, diperlukan keterlibatan pemerintah daerah
dalam memenuhi kebutuhan instruktur di BLK di daerah-daerah melalui APBD.
Kebijakan ini harus dibakukan dalam regulasi dalam bentuk peraturan daerah
(http://www.harianterbit.com/2013/12/09/balai-latihan-kerja-siapkan-pekerjatrampil/ diakses pada 22 Januari 201621:38 WIB).
Penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja oleh UPT Balai Latihan Kerja
menjadi salah satu usaha dalam mengatasi pengangguran di Kabupaten Dairi.
Persentase pengangguran yang mengalami kenaikan tiap tahunnya menjadi salah
satu fokus penanganan oleh pemerintah. Program-program pelatihan yang diadakan
oleh Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali,

meningkatkan,

dan

mengembangkan

kompetensi

kerja

guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
Program-program

pelatihan di

Balai

Latihan Kerja dalam rangka

pembangunan ketenagakerjaan nasional menyangkut orientasi dan sasaran program
serta stratregi dalam menjalankan program sesuai dengan visi dan misi Balai Latihan
Kerja. Berbagai upaya dan program perlu dilakukan oleh pemerintah khususnya
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Salah satu usaha untuk memperluas
kesempatan kerja dan perbaikan mutu tenaga kerja adalah melalui pelatihan kerja di
Balai Latihan Kerja, Pelatihan kerja harus dipandang sebagai modal awal untuk
bangkit dari keterpurukan ekonomi dan pengangguran, itu yang menjadi sasaran
prioritas.
Program pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu program yang
sedang aktif dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi
melalui UPT Balai Latihan Kerja. Pelatihan berbasis kompetensi mencakup pelatihan
keterampilan bordir, tata boga, sepeda motor dan komputer. Pelatihan-pelatihan yang

Universitas Sumatera Utara

diselenggarakan Balai Latihan Kerja bertujuan untuk memberikan bekal bagi
masyarakat agar mampu menjadi mandiri dan sejahtera. Semakin tinggi tingkat
keterampilan masyarakat maka akan semakin tinggi pula peluang bagi masyarakat
untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki.
Usaha kesejahteraan sosial dalam hal penekanan angka pengangguran di
Kabupaten Dairi dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial melalui UPT
Balai Latihan Kerja pada program pelatihan berbasis kompetensi. Masyarakat di
Kabupaten Dairi memiliki kesempatan yang sama untuk diberikan bantuan dalam hal
peningkatan produktivitas melalui program pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan
berbasis kompetensi merupakan sebuah wadah bagi para tenaga kerja dan angkatan
kerja untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian sesuai minat, bakat dan
kebutuhan.
Pelaksanaan pelatihan kerja berbasis kompetensi merupakan salah satu
bentuk kegiatan pembelajaran yang memerlukan pengelolaan secara baik dan
profesional, sehingga output/lulusan dari pelatihan tersebut dapat memiliki nilai
tambah baik secara ekonomis maupun sosial. Secara ekonomis berarti para lulusan
segera terserap di pasar kerja dengan memperoleh imbalan gaji yang memadai.
Sedangkan secara sosial, berarti pula bahwa lulusan pelatihan memperoleh
kedudukan/pekerjaan yang baik dibandingkan dengan rekan-rekannya yang
berpendidikan formal sama tetapi tidak mengikuti pelatihan
Unit Pelaksana Teknis Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi, melatih puluhan
warga usia produktif untuk pengembangan ketenagakerjaan sebagai bekal di dunia
usaha. Sebanyak 240 orang warga mulai dari usia 17-35 tahun direkrut mengikuti
pelatihan berbagai bidang usaha. BLK Kabupaten Dairi bersumber dari APBD tahun
2015 mengalokasikan dana sekitar Rp 600 juta untuk melatih keterampilan bagi

14
Universitas Sumatera Utara

warga supaya bisa menciptakan lapangan kerja maupun dapat terserap di dunia
usaha. Selain dari dana APBD kabupaten Tahun 2015 mendapat bantuan sebesar Rp
400 juta dari BLK Medan untuk memberikan pelatihan kepada warga di BLK
Sidikalang (http://savetanahdairi.blogspot.co.id/2015_05_01_archive.html diakses
pada 18 Oktober 2015 pukul 23:30)
Keberadaan Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi, pada hakekatnya adalah
untuk menciptakan tenaga kerja terampil, berdisiplin, produktif dan inovatif serta
kompetitif melalui kegiatan pelatihan di berbagai bidang kejuruan atau keahlian.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut BLK mempunyai sarana berupa manusia,
metode, material, dan uang. Balai Latihan Kerja (BLK), Kabupaten Dairi
melaksanakan tugas di bidang latihan bertanggung jawab dan berada di bawah
Tenaga Kerja Dan Sosial Kabupaten Dairi dan secara teknis fungsional mendapat
bimbingan dari Pusat Latihan Kerja (Puslatker) Jakarta.
Peserta pelatihan program pelatihan kerja di Kabupaten Dairi diberikan
materi-materi pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan atau keterampilan
khusus sesuai dengan tujuan pelatihan. Materi tersebut dirancang sedemikian rupa
sehingga para peserta memperoleh pengalaman belajar yang utuh. Tidak hanya
menguasai

pengetahuan/teori

tertentu

saja

melainkan

pengaplikasian

pengetahuan/teori tersebut dalam praktek kerja yang sebenarnya. Praktek latihan
kerja yang sesuai dengan materi berdasarkan susunan kompetensi yang telah
ditentukan akan mendukung keberhasilan program pelatihan.
Pelatihan berbasis kompetensi oleh UPT BLK mengutamakan peningkatan
keberfungsian

sosial

peserta

pelatihan

setelah

masa

pelatihan

berakhir.

Keberfungsian sosial masyarakat dapat dicapai apabila masyarakat memiliki suatu
modal berupa potensi diri, keterampilan, dan keahlian. Peluang masyarakat untuk

Universitas Sumatera Utara

lebih sejahtera akan semakin meningkat jika masyarakat memiliki bekal
keterampilan yang akan dibawa pada dunia kerja. Tanpa keterampilan dan keahlian
maka masyarakat akan sulit untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
Ketersediaan lembaga pelatihan yang didukung dengan sumber daya
manusia, perlengkapan pelatihan dan program yang memadai merupakan suatu hal
yang penting dalam mengembangkan suatu sistem pelatihan guna menghasilkan
peserta pelatihan yang mempunyai kompetensi dan dapat memenuhi harapan pasar
kerja. Menjawab tantangan tersebut, Dinas Tenaga Kerja Dan Sosial Kabupaten
Dairi melalui Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi mengimplementasikan kebijakan
pelatihan berbasis kompetensi.
Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Dairi ditujukan untuk menangani
masalah pelatihan kerja bagi para penganggur/pencari kerja di Kabupaten Dairi.
Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi, telah berkiprah dalam meningkatkan sumber
daya manusia bagi penganggur/pencari kerja untuk dilatih keterampilan teknis.
Pelatihan berbasis kompetensi diberikan agar ke depan para peserta pelatihan mampu
bersaing dalam memasuki pasar kerja (dunia kerja) baik lokal maupun nasional.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Efektivitas Pelaksanaan
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Balai Latihan Kerja Kabupaten Dairi.
Masalah ini layak diteliti karena dengan adanya program pelatihan berbasis
kompetensi berpeluang untuk menjadi solusi akan permasalahan ketenagakerjaan di
Kabupaten Dairi berpotensi menjadi sebuah solusi. Peneliti ingin mengetahui
efektivitas program tersebut terhadap kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Dairi
dengan judul Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi
Oleh Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja Dan Sosial Kabupaten Dairi.

16
Universitas Sumatera Utara

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: Sejauhmana tingkat efektifitas pelaksanaan
program pelatihan berbasis kompetensi oleh Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja
dan Sosial kabupaten Dairi.

1.3

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas

pelaksanaan program pelatihan berbasis kompetensi di Kabupaten Dairi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam
rangka:
a. Pengembangan model pelatihan kerja agar lebih efektif dalam menjamin
tenaga kerja memperoleh pekerjaan.
b. Pengembangan

teori

pemberdayaan

masyarakat,

khususnya

yang

berhubungan dengan keterampilan.

Universitas Sumatera Utara

1.4

Sistematika Penulisan
BAB I

:

Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan.

BAB II

:

Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan uraian teoritis konsep dan teori yang
berkaitan dengan masalah objek yang akan diteliti,
kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defensisi
operasional.

BAB III

:

Metode Penelitian
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan
data, serta teknik analisis data.

BAB IV

:

Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang
lokasi dimana penulis melakukan penelitian.

BAB V

:

Analisis Data
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh
dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI

:

Penutup
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian sehubungan dengan penelitian yang
dilakukan.

18
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

4 96 133

Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja Pada Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK UKM) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang

2 60 116

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

0 0 23

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

0 0 28

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

0 0 32

PENGARUH PERENCANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DAERAH (UPTD)-BALAI LATIHAN KERJA (BLK) DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN GARUT

0 0 9

LAPORAN SKRIPSI SISTEM PENGELOLAAN PELATIHAN KERJA PADA UPT BALAI PELATIHAN KERJA (BLK) DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN KUDUS BERBASIS WEB

1 2 20

Implementasi Pelatihan Keterampilan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)

0 1 103