Implementasi Pelatihan Keterampilan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)

Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh : Septina Widyastuti

D1110014

PROGRAM S-1 NON REGULER JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Ø “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan

terhadap suatu kaum maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekalikali tak ada perlindungan bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Ra’d (guruh) ayat:11)

Karakter itu seperti pohon, jangan melihat orang hanya dari bayangannya tapi lihat reputasinya (Abraham Lincoln)

Syukur, Akhirnya sebuah perjalanan berhasil kutempuh Walau berawal dari suka dan duka, semangat jiwaku tak pernah pudar Karna kuyakin, walau banyaknya rintangan menghadang Jutaan pertolongan dan miliyaran kemenangan pasti kan datang

Ibu…… Dalam sedih engkau menjadi penyejuk hatiku Saat tertatih engkau memapahku Nasehat dan pesanmu sebagai pendorongku Rangkaian kasihmu semangat hidupku Ayah….. Meski tidak sehebat Rasululah, atau setegar Umar bin Khattab Ataupun juga tak sekaya Abdurrahman bin Auf Namun engkau selalu menjadi pelita dalam susahku Serta penat lelahmu selalu mengiringi perjuanganku

Jika ini mewakili persembahanku dan sujud baktiku Maka, dengan segenap ketulusan hati kupersembahkan Karya kecil ini kehadapan yang mulia Ayahanda Eka Susetya Jati Asmara Dan teruntuk Ibunda tercinta Sri Hastutiningsih Juga buat Adinda Danik Dwi Yulianti

Terima kasih juga yang paling dalam buat yang begitu special Yang selalu dan InsyaAllah akan mendampingiku kelak Serta seluruh sobatku yang selalu memberi saran dan motivasi Tanpa kalian hari-hari dan kenangan indah takkan pernah tercipta

Juga kupersembahkan terima kasih kepada seluruh sanak saudaraku Dan semua yang telah mendukung perjuanganku.

Alhamdulilahi robbil’alamin penulis ucapkan dengan rahmat & hidayah-Nya Skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI PELATIHAN KETERAMPILAN di UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI LATIHAN KERJA (UPTD BLK) KABUPATEN BOYOLALI (Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif)” ini dapat selesai dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyratan yang diwajibkan bagi mahasiswa program Strata satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Jurusan Administrasi Negara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dalam bentuk apapun, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati & kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Ali M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan Skripsi.

2. Ibu Siti Zumrotun MPd, SPd selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di UPTD BLK Boyolali.

3. Instruktur automotif sub kejuruan sepeda motor dan sub kejuruan mobil bensin untuk bantuan dan informasinya selama ini.

4. Ayah dan ibuku yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk diriku. Makasih atas doa, cinta dan kasih sayangnya.

5. Teman-teman AN Non regular 2010, serta Dyah dan Destia terima kasih untuk kebersamaan selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan pada diri penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta November 2012

Penulis

b. Promosi……………………………………………………….. 76

3. Tahap Pelaporan……………………………………………….…. 80

D. Identifikasi Masalah .………………………………………………… 81 BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan………………………………………………………….. 86

B. Saran………………………………………………………………… 88

Daftar Pustaka………………………………………………………………………….. 89 Lampiran-Lampiran

Halaman

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut George E. Edward III

16

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter & Van Horn………………………………………………………………

20

Gambar 2.3 Kerangka Pikir…………………………………………………… 33

Gambar 3.1 Bagan Proses Analisis Data Interaktif …………………………... 40

Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPTD BLK Boyolali………………………... 49

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Boyolali Tahun 2009-2011 6

Tabel 2.1 Jenis Pelatihan & Lama Pelatihan………………………………………. 27

Tabel 4.1 Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Mobil Bensin…… 71

Tabel 4.2 Materi dan Lama Pelatihan Keterampilan Automotif Sepeda Motor…… 72

Table 4.3 Data Penempatan Peserta Pelatihan Automotif Mobil Bensin………….. 79

Table 4.4 Data Penempatan Peserta Pelatihan Sepeda Motor……………………... 80

Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK) Kabupaten Boyolali Studi Kasus Pelatihan Keterampilan Automotif. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Pelatihan keterampilan automotif ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengurangi jumlah penganguran, membekali para tenaga kerja dengan keterampilan. Tujuan dari pelatihan keterampilan automotif adalah mencetak tenaga kerja yang terampil untuk dapat ditempatkan pada perusahaan yang membutuhkan (penempatan) dan usaha mandiri.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan oleh UPTD BLK Boyolali.Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara. Sumber data yaitu informan dan dokumen. Penentuan informan menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan. Untuk menjamin validitas data penulis menggunakan teknik triangulasi.

Implementasi pelatihan ini meliputi tiga tahap, dimana tiap tahap tersebut terdiri atas beberapa sub tahap. Ketiga tahap tersebut meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. Tahap persiapan terdiri dari pendaftaran peserta, seleksi peserta, persiapan instruktur pelatihan, penyusunan modul, penyusunan jadwal pelatihan persiapan sarana dan prasarana serta promosi. Tahap pelaksanaan terdiri dari pemberian materi dan evaluasi serta promosi. Tahap pelaporan terdiri dari pelaporan hasil kegiatan. Selain itu dalam tulisan ini peneliti juga menemukan mengenai hambatan dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif. Hambatan-hambatan yang muncul yaitu kurangnya peralatan, kurangnya instruktur dan gedung yang kurang memadai.

Kata kunci : implementasi, automotif, pelatihan

Training Center (UPTD BLK) Boyolali Automotive Skills Training Case Studies. Thesis. Department of Administration. Faculty of Social and Political Sciences.Sebelas Maret University. Surakarta.

Automotive skills training is carried out in an attempt to reduce the number of unemployed, equip the workforce with the skills. The purpose of the automotive skills training is scored highly skilled workforce to be placed on companies that need (placement) and independent business.

In this study, researchers wanted to know how the implementation of automotive skills training conducted by UPTD Boyolali.Penelitian BLK is a type of qualitative descriptive study using data collection techniques such as observation, documentation and interviews. Data sources are informants and documents. Determination of informants using purposive sampling. Data analysis techniques used interactive analysis technique that consists of three components, namely data reduction, data presentation conclusion. To ensure the validity of the author's data using triangulation techniques

Implementation of this training includes three stages, where each stage consists of several sub-phases. The third phase includes the preparation phase, the implementation phase and the reporting phase. The preparation stage consists of participant registration, selection of participants, training instructor preparation, preparation of the module, rehearsal scheduling infrastructure and promotion. Implementation stage consists of the provision of material and evaluation and promotion. Reporting phase consists of reporting the results of the activities. Also in this paper the researchers also found that the obstacles in the implementation of automotive training. Barriers appear that the lack of equipment, lack of instructors and inadequate building.

Keywords: implementation, automotive, training

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi era globalisasi semua negara berusaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusianya agar mampu bersaing dalam mengisi kesempatan kerja yang tersedia secara terbuka dan obyektif. Pengisian jabatan dalam pekerjaan memerlukan kesiapan tenaga kerja untuk mampu memenuhi kekurangan yang ada dalam diri tenaga kerja dengan jabatan yang akan diemban, sehingga terjadi gap antara kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja dengan jabatan yang akan diemban. Gap inilah yang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja yang akan masuk ke pasar kerja.

Boyolali adalah bagian dari wilayah negara yang berpenduduk dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Dengan kondisi yang sedemikian itu maka kesempatan bekerja atau untuk menduduki suatu jabatan di berbagai bidang diperlukan kompetisi yang sangat ketat antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan lapangan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja.

Jumlah pengangguran di Boyolali tahun 2010 sejumlah 27.755 orang atau

5.5 % dari jumlah penduduk kota Boyolali. Jumlah pengangguran pada tahun 2010 ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 di mana angka pengangguran berjumlah 17.158 orang. Jumlah pengangguran di Boyolali diprediksi akan mengalami kenaikan dari tahun ketahun hal disebabkan karena para tenaga kerja tidak memenuhi syarat kerja, tidak memiliki skill kalaupun memiliki skill mereka jauh dari 5.5 % dari jumlah penduduk kota Boyolali. Jumlah pengangguran pada tahun 2010 ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 di mana angka pengangguran berjumlah 17.158 orang. Jumlah pengangguran di Boyolali diprediksi akan mengalami kenaikan dari tahun ketahun hal disebabkan karena para tenaga kerja tidak memenuhi syarat kerja, tidak memiliki skill kalaupun memiliki skill mereka jauh dari

Terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan jumlah penganggur dan setengah penganggur semakin meningkat dari tahun ke tahun. Maka perlu langkah terobosan untuk penyelesaian permasalahan tersebut. Untuk merumuskan kebijakan ketenagakerjaan maka diperlukan pemikiran yang sistematis untuk memecahkan dan mengeleminasi permasalahan tersebut. Masalah ketenagakerjaan di negara kita merupakan permasalahan pembangunan yang bersifat komplek multi dimensional dari dahulu hingga sekarang. Oleh sebab itu penanganan ketenagakerjaan harus melibatkan beberapa pihak antara lain pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Kondisi ketenagakerjaan di Boyolali masih diwarnai oleh beberapa hal antara lain :

1. Pertumbuhan penduduk.

2. Pentumbuhan angkatan kerja.

3. Terbatasnya lapangan kerja (kesempatan kerja / berusaha).

4. Pendidikan formal dan skill tenaga kerja rendah, indikasinya lebih kurang 71 persen angkatan kerja pendidikan belum tamat / tamat SD sederajat.

5. Penghasilan pekerja masih dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK).

6. Produktivitas tenaga kerja rendah.

7. Perlindungan kepada pekerja belum berjalan sebagaimana mestinya indikasinya 57 % yang melaksanakan ketentuan normatif.

8. Kesejahteraan pekerja rendah indikasinya, 57 % pekerja yang mendapatkan hak normatif.

9. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) masih cukup rendah.

10. Hubungan industrial belum seperti yang diharapkan. (http://www.boyolalikab.go.id/?hlm=198) Salah satu kelemahan angkatan kerja yang ada adalah masih rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau atau lebih dikenal dengan rendahnya sumber daya manusia. Untuk itu perlu adanya persiapan yang matang untuk dapat mengisi lowongan kerja atau berusaha mandiri sesuai dengan kebutuhan pasar usaha (wiraswasta) di segala bidang baik di wilayah setempat maupun di luar wilayah Kabupaten Boyolali.

Dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Boyolali maka pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan keterampilan yang dibiayai dari dana APBD maupun APBN. Hal itu mengingat banyaknya angkatan kerja yang ada sebagian besar termasuk golongan masyarakat miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan maupun pelatihan secara mandiri.

Mengingat kebutuhan perusahaan akan Sumber Daya Manusia yang lebih berkompeten dibidangnya dan ketatnya persaingan di antara para tenaga kerja maka perlu dilakukan upaya untuk menciptakan tenaga kerja yang berkompeten yang siap memenuhi kebutuhan SDM suatu perusahaan dengan sasarannya adalah ketersediaan Mengingat kebutuhan perusahaan akan Sumber Daya Manusia yang lebih berkompeten dibidangnya dan ketatnya persaingan di antara para tenaga kerja maka perlu dilakukan upaya untuk menciptakan tenaga kerja yang berkompeten yang siap memenuhi kebutuhan SDM suatu perusahaan dengan sasarannya adalah ketersediaan

Salah satu lembaga yang berperan melakukan pendidikan dan pelatihan tersebut adalah Balai Latihan Kerja (BLK), di mana balai latihan latihan kerja ini nantinya akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para tenaga kerja agar dapat bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Pelatihan yang dilaksanakan pada dasarnya dimaksudkan untuk membenahi kelemahan-kelamahan yang sering menghambat dalam penyelesaian tugas. Upaya ini untuk meningkatkan mutu, keahlian, dan keterampilan seseorang yang mengikuti kegiatan pelatihan. Di samping itu juga akan mengembangkan metode kerja dan menciptakan pengembangan sumber daya manusia ke arah yang lebih baik.

Kebutuhan perusahaan saat ini menuntut tersedianya tenaga ahli dan terampil serta berkompeten dalam berbagai bidang dan tingkatan, karena kecenderungan penggunaan teknologi yang semakin canggih sebagai masyarakat industri maju dan penerapan persyaratan kerja yang mengacu pada pelatihan berbasis kompetensi tidak dapat dihindari lagi. Oleh karena itu penguasaan teknologi bagi setiap angkatan kerja sangat diperlukan.

Selain itu akibat langsung dari proses otonomi daerah yang sedang berjalan, timbul suatu kompetisi yang sehat di antara daerah-daerah tersebut untuk saling Selain itu akibat langsung dari proses otonomi daerah yang sedang berjalan, timbul suatu kompetisi yang sehat di antara daerah-daerah tersebut untuk saling

Adanya kebutuhan tenaga kerja yang handal tersebut perlu suatu konsep perencanaan pembangunan sumber daya manusia yang baik dan berkesinambungan, khususnya dibidang penyediaan tenaga kerja yang terampil, sehingga kebutuhan pasar kerja tentang tenaga kerja yang terampil dapat terpenuhi.

Mengacu pada kebutuhan pasar kerja yang membutuhkan sumber daya manusia yang handal, terampil dan profesional, Dinas Tenaga Kerja Tranmigrasi, dan Sosial Kabupaten Boyolali melalui Unit Pelaksana Teknis Daerahnya (UPTD) melakukan pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia diberbagai bidang keterampilan yang diperlukan di daerah kabupaten Boyolali.

Balai Latihan Kerja sebagai lembaga pelatihan kerja milik pemerintah yang diharapkan sebagai pengerak dan percontohan dalam melatih keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Penyelenggaraan latihan kerja di BLK meliputi bidang pelatihan kerja industri, pertanian, tata niaga dan aneka kejuruan dengan mempergunakan bengkel kerja (automotif). Dari berbagai pelatihan yang diadakan oleh BLK. Salah satu bidang keterampilan yang sangat dibutuhkan pasar kerja dan Balai Latihan Kerja sebagai lembaga pelatihan kerja milik pemerintah yang diharapkan sebagai pengerak dan percontohan dalam melatih keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Penyelenggaraan latihan kerja di BLK meliputi bidang pelatihan kerja industri, pertanian, tata niaga dan aneka kejuruan dengan mempergunakan bengkel kerja (automotif). Dari berbagai pelatihan yang diadakan oleh BLK. Salah satu bidang keterampilan yang sangat dibutuhkan pasar kerja dan

Di mana kejuruan automotif terbagi menjadi dua sub, yaitu sub kejuruan mobil bensin dan sub kejuruan sepeda motor. Kejuruan automotif khususnya pada

sub kejuruan mobil bensin menyelenggarakan pelatihan montir mobil bensin dengan tujuan memberi keterampilan montir mobil bensin kepada peserta pelatihan agar dapat digunakan untuk modal bekerja di perusahaan perbengkelan maupun untuk berwirausaha di bidang tersebut. Sedangkan kejuruan automotif pada sub kejuruan sepeda motor menyelenggarakan pelatihan montir sepeda motor dengan tujuan memberi keterampilan montir sepeda motor kepada peserta pelatihan agar dapat digunakan untuk modal bekerja pada perusahaan perbengkelan maupun untuk berwirausaha di bidang tersebut.

Tabel 1.1

Jumlah Peserta Pelatihan Automotif di BLK Kabupaten Boyolali Tahun

2009-2011

Jenis pelatihan

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011 Mobil bensin

65 36 32 Sepeda motor

Sumber: Data akhir kegiatan pelatihan di BLK Kabupaten Boyolali berdasar APBD & APBN tahun anggaran 2009-2011

Dari tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah peserta pelatihan automotif cenderung mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta pelatihan automotif baik itu jenis sepeda motor maupun mobil bensin antara tahun 2009-2011. Jumlah peserta jenis pelatihan mobil bensin menunjukkan penurunan yang signifikan pada tahun 2009 jumlah peserta sebanyak 65 orang, jumlah ini menurun pada tahun 2010 menjadi 36 orang dan pada tahun 2011 hanya sebanyak 32 orang. Kondisi yang hampir serupa ditunjukkan oleh jumlah peserta pelatihan jenis sepeda motor, meskipun pada tahun 2010 jumlah peserta meningkat dari 37 peserta menjadi 52 peserta, namun jika dibandingkan dengan jumlah peserta pada tahun 2009 di mana jumlah peserta berjumlah 100 orang hal ini menunjukkan penurunan yang drastis.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta automotif baik sepeda motor maupun mobil bensin cenderung menurun secara signifikan dari tahun ke tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa pelatihan keterampilan automotif belum optimal di dalam pencapaian tujuan dilihat dari kuantitas peserta yang mengikuti pelatihan. Menurunnya jumlah peserta pelatihan keterampilan automotif ini dapat dijadikan indikasi bahwa pelatihan keterampilan automotif ini masih menemui hambatan di dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dari pelaksanaan pelatihan keterampilan yang dilakukan oleh BLK (Balai Latihan Kerja) Kabupaten Boyolali khususnya pelatihan keterampilan automotif. Yang nantinya penelitian ini dapat dijadikan feedback dalam pelaksanaan keterampilan pelatihan keterampilan automotif tahun berikutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali ?

C. Tujuan

1. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui dan menilai sejauh mana hasil dari pelaksanaan pelatihan keterampilan automotif yang dilakukan Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Boyolali.

2. Tujuan Fungsional Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian diharapkan akan mengahasilkan manfaat yang dapat dirasakan baik oleh penulis maupun orang lain. Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain :

1. Memberikan kontribusi dan memperkaya pengetahuan tentang pelaksanaan

pelatihan ketermpilan automotif oleh Balai Latihan Kerja (BLK). .

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi siapa saja yang

memerlukan, khususnya instansi atau lembaga pelatihan-pelatihan kerja.

3. Sebagai dasar acuan untuk melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teori yang dapat mendukung penelitian dan membantu merumuskan kerangka pemikiran. Untuk itu dibawah ini akan diuraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Implementasi

Pelaksanaan juga berarti implementasi, yang berasal dari bahasa Inggris “implementation”. Menurut kamus Webster dirumuskan secara pendek bahwa

To implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).menurut pandangan ini, maka implementasi dapat dipandang sebagai suatu proses pelaksanaan ( Solichin Abdul Wahab, 2005; 56).

Sedangkan Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008; 146) menjelaskan bahwa makna implementasi adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan publik yang bersifat crusial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan diwujudkan. Demikian pula sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan kebijakan juga tidak akan bisa diwujudkan (Joko Widodo, 2008:85). Dengan demikian untuk mencapai tujuan kebijakan yang baik harus memperhatikan tahap implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tetapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan juga telah diantisipasi untuk dapat diimplementasikan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Lester dan Stewart (dalam Solahuddin Kusumanegara 2010;97) menjelaskan bahwa implementasi adalah sebuah tahapan yang dilakukan setelah aturan hukum ditetapkan melalui proses politik.

James Anderson (dalam Solahuddin Kusumanegara 2010;97) menyatakan bahwa implementasi kebijakan /program merupakan bagian dari administrative process (proses administrasi). Proses administrasi sebagaimana diistilahkan oleh Anderson, digunakan untuk menunjukkan desain atau pelaksana sistem administrasi yang terjadi pada setiap saat. Proses administrasi mempunyai konsekuensi terhadap pelaksanaan, isi, dan dampak dari kebijakan.

Ripley dan Franklin (dalam Budi Winarno, 2008; 145) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan Ripley dan Franklin (dalam Budi Winarno, 2008; 145) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan

Menurut George Edward (dalam Budi Winarno, 2008; 174) implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara

pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya.

Daniel A.Mazmanian dan Paul A. Sebatier menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa: memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan

usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan akibat/ dampak nyata pada`masyarakat atau kejadian-kejadian (Solichin Abdul Wahab, 2005: 65).

Dalam proses implementasi juga perlu diperhatikan mengenai batasan- batasaan implementasi. Van Meter dan Van Horn menguraikan batasan implementasi kebijakan

“policy implementation encompasses those actions by the public and private individuals (or group) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions. This include both one time efforts to transform decisions into operational terms, as well as continuing effort to achieve the large and small changes mandated by policy decisions”.

(implementasi kebijakan menekankan pada suatu tindakan, baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun individu (atau kelompok) swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan sebelumnya. Pada suatu saat tindakan-tindakan ini, berusaha menstransformasikan keputusan- keputusan menjadi pola-pola operasional serta melanutkan usaha-usaha tersebut mencapai perubahan, baik besar maupun kecil yang diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan tertentu) (dalam Joko Widodo, 2008:86)

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan suatu pengertian bahwa implementasi merupakan aksi/ tindakan untuk melaksanakan suatu kebijakan yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk direalisasikan. Dengan kata lain implementasi merupakan tindakan untuk merealisasikan rencana yang telah ditetapkan.

Selain itu, dalam proses implementasi ini juga akan dijabarkan kedalam tahap-tahap yang lebih operasional mengenai proses implementasi suatu kebijakan publik yang mencakup tahap interpretasi (interpretation), tahap pengorganisasian (to organized), dan tahap aplikasi (application). (Joko Widodo, 2007: 90)

1. Tahap Interpretasi (interpretation) Merupakan tahapan penjabaran sebuah kebijakan yang masih bersifat abstrak ke dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional.

2. Tahap Pengorganisasian (to organized) Mengarah pada proses kegiatan pengaturan dan penetapan dalam implementasi kebijakan, yakni:

a. Pelaksana kebijakan.

b. Standar prosedur operasional.

c. Sumber daya keuangan.

d. Penetapan manajemen pelaksanaan kebijakan.

e. Penetapan jadwal kegiatan.

3. Tahap Aplikasi (application) Merupakan tahap penerapan rencana proses implementasi kebijakan ke dalam realitas nyata. Dengan adanya penjabaran tersebut, maka akan semakin mempermudah pelaksana kebijakan untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan.

2. Model-Model Implementasi :

Untuk melihat bagaimana implementasi pelatihan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan, di mana didalamnya diungkapkan tentang faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan, maka model-model implementasi sangat diperlukan. Suatu program sebagai suatu bentuk kebijakan diimplementasikan menurut beberapa model implementasi antara lain :

a. Model George C. Edward III (Joko Widodo, 2008: 96-100)

Menurut George C. Edward III ada empat faktor atau variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijaksanaan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi menurut George C. Edward III sebagai berikut:

1. Komunikasi Komunikasi kebijakan merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy maker) kepada pelaksana 1. Komunikasi Komunikasi kebijakan merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy maker) kepada pelaksana

diharapkan. Kebijakan dikomunikasikan kepada kepada pelaksana kebijakan dan kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Melalui proses komunikasi ini, para pelaku kebijakan dalam struktur birokrasi menjadi jelas tentang apa yang menjadi substansi kebijakan, mencakup apa yang menjadi tujuan, sasaran, dan arah kebijakan.

2. Sumber Daya Tanpa adanya sumber daya yang cukup, sejelas dan seakurat ketentuan- ketentuan kebijakan tidak akan dapat diimplementasikan secara efektif. Sumber daya ini meliputi sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan sumber daya peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan.

3. Disposisi atau Sikap Disposisi merupakan kemauan, keinginan dan kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Intensitas disposisi para pelaku (implementator) dapat mempengaruhi pelaksana (performance) kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi ini, bisa menyebabkan gagalnya implementasi kebijakan.

4. Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure) Struktur birokrasi mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan organisasi luar dan sebagainya. Struktur birokrasi yang fragmentasi dan memiliki standar operasi yang tidak harmonis akan menjadi distorsi dalam pelaksanaan kebijakan.

Hubungan antar keempat faktor tersebut dikuatkan dalam jurnal, “Problems of Policy Implementation in Developing Nations: The Nigerian Exsperince” (Taiwo Makinde, 2005:65): The four factors operate simultaneously and the interact with each other to

aid or hinder policy implementation. By implication, therefore, the implementation of every policy is a dynamic process, which involves the interaction of many variablyes. (ke empat faktor beroperasi secara bersamaan dan mereka saling berinteraksi satu sama lain untuk membantu atau menghambat pelaksanaan kebijakan. Oleh karena itu, penerapan setiap aid or hinder policy implementation. By implication, therefore, the implementation of every policy is a dynamic process, which involves the interaction of many variablyes. (ke empat faktor beroperasi secara bersamaan dan mereka saling berinteraksi satu sama lain untuk membantu atau menghambat pelaksanaan kebijakan. Oleh karena itu, penerapan setiap

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan

Menurut George E.Edward III

Sumber: Joko Widodo, 2008: 107

b. Implementasi Kebijakan Publik Model Marilee S. Grindle (Leo Agustino, 2008; 154-156)

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan

yang ingin diraih. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik ditentukan atas

content of policy (isi kebijakan) dan context of policy (konteks kebijakan).

Communication

Resources

Disposition

Bureaucratic

Structure

implementation

Content of policy (isi kebijakan) meliputi:

1. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi Berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi

kebijakan melibatkan kepentingan-kepentingan yang membawa pengaruh terhadap proses implementasi.

2. Tipe manfaat Berkaitan dengan manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan dari implementasi kebijakan.

3. Derajat perubahan yang ingin dicapai Seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

4. Letak pengambilan keputusan Pengambil keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka harus jelaas dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan.

5. Pelaksanaan program Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demo keberhasilan suatu kebijakan.

6. Sumber-sumber daya yang digunakan Pelaksanaan suatu kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik

sedangkan context of policy (konteks implementasi) meliputi:

1. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat Implementasi kebijakan harus memperhitungkan hal ini guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan.

2. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa Berkaitan dengan karakteristik lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

3. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

Sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Implementasi, yaitu menuntut adanya kepatuhan dari pelaksana kebijakan. Karena melalui kepatuhan ini dapat diketahui apakah tindakan Implementasi, yaitu menuntut adanya kepatuhan dari pelaksana kebijakan. Karena melalui kepatuhan ini dapat diketahui apakah tindakan

Hal ini seperti yang terdapat dalam Journal, “Making Implementation More Democratis Throught Action Implementation Research” (Pamela A. Mischen, Thomas A. P. Sinclair, 2007:4) menyebutkan bahwa :

Ingram and Schneider (1990) identify six views of success found in the implementation literature: agency compliance with the directive of the statute; actions and discretion of implementers leading to achievement of broad goals of the statute; whether the effects, both intended or unintended, were provided for in the initial design; mutual adaptation; achievement of local goals; and political resolution of conflicts. Excepting the third-whether the effects, both intended or unintended, were provided in the initial design- implementers themselves have a great deal of control over the success of the implementation efforts. However, satisfying one criterion certainly does not mean that all will be satisfied. In fact, some could be mutually exclusive— for instance agency compliance with the directives of the statute and achievement of local goals. The type of success by which policy implementation should be judged depends on the context of implementation. (Ingram dan Scheider (1990) mengidentifikasi enam dilihat dari keberhasilan ditemukan dalam literature pelaksana lembaga sesuai dengan direktif terhadap Undang-Undang, tindakan dan kebijaksanaan pelaksana yang mengarah ke prestasi tujuan yang luas dari Undang-Undang, apakah efek, baik disengaja maupun tidak disengaja, disediakan dalam desain awal, adaptasi timbal balik, pencapaian tujuan lokal, dan politik resolusi konflik. Kecuali ketiga apakah efek, baik disengaja maupun tidak disengaja, disediakan dalam pelaksana desain awal sendiri memiliki banyak control atas keberhasilan upaya implementasi. Namun, memuaskan satu kriteria tentu saja tidak berarti bahwa semua akan puas. Bahkan, beberapa bias saling ekskulusif untuk kepatuhan lembaga misalnya dengan arahan dari Undang- Undang dan pencapaian lokal tujuan. Jenis keberhasilan dimana implementasi kebijakan harus dinilai tergantung pada kontek implementasi).

c. Teori Donald, Van Meter dan Carl E. Van Horn (Subarsono, 2005: 99- 101)

Menurut Meter dan Horn, ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni :

1) Standar dan sasaran kebijakan. Standart dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan.

2) Sumber daya Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia ( human resources) maupun sumber daya non manusia (non human resources).

3) Hubungan antar organisasi Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4) Karakteristik agen pelaksana Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauhmana kelompok-kelompok

kepentingan

memberikan

dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada dilingkungan, dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6) Disposisi implementor Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yakni (a) respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya

terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn

Sumber: Subarsono,2005:100 Dari berbagai teori yang dikemukakan diatas penulis menekankan atau

mengadopsi teori dari George C. Edward III kecenderungan terhadap model ini dikarenakan dalam model ini aspek yang diungkapkan banyak berkaitan dengan implementasi program keterampilan automotif

3. Pelatihan Keterampilan Automotif

Pelatihan keterampilan automotif menurut rencana pelaksanaan kegiatan (renlangiat) UPTD BLK diartikan sebagai pelatihan untuk menyiapkan tenaga kerja yang lebih terampil dan masuk dunia kerja untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Yang dapat memberikan bekal keterampilan

Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan

Kinerja Implemen tasi

Ukuran dan tujuan kebijakan

Karakteristik Badan Pelaksana

Disposisi Pelaksana

Sumber Daya

Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

kepada tenaga kerja atau masyarakat untuk dapat bekerja secara formal dan atau berwirausaha.

a) Dasar Dasar pelatihan Untuk menyelenggarakan pelatihan baik itu sepeda motor maupun mobil

bensin pada tahun 2011 berdasarkan pada:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor : 1 Tahun 2011, tanggal 10 Januari 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2011.

2. Peraturan Bupati Boyolali : 1 Tahun 2011, tanggal 11 Januari 2011 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2011.

3. Keputusan Bupati Boyolali Nomor : 900 / 402 Tahun 2010, Tanggal :28 Agustus 2010. Tentang Standar Satuan Harga Tahun Anggaran 2011.

4. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD) Nomor : 1.14.01.15 06 5 2, tanggal 11 Januari 2011, tentang Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2011.

5. Rencana Laporan dan Kegiatan (RENLANGIAT) pelatihan kejuruan automotif sub kejuruan mobil bensin.

6. Rencana Laporan dan Kegiatan (RENLANGIAT) pelatihan kejuruan automotif sub kejuruan sepeda motor.

b) Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan diselenggarakan pelatihan automotif ini adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Boyolali khususnya pada bidang automotif yaitu mobil bensin dan sepeda motor, sehingga permintaan pasar kerja pada bidang perbengkelan dapat dipenuhi oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Boyolali.

Penyelenggaraan pelatihan automotif ini juga bertujuan untuk menyediakan tenaga kerja terampil dan professional bagi daerah lain maupun untuk penyelenggaraan magang di Negara Asia, sehingga kan diperoleh aliran devisa yang cukup besar ke Kabupaten Boyolali, paling tidak penyelenggaraan pelatihan automotif mempunyai dampak positif terhadap kehidupan masyarakat di lingkungan Kabupaten Boyolali, dan mampu memotivasi masyarakat agar terjadi perubahan sikap hidup yang lebih produktif.

c) Sasaran Kegiatan Terdapat dua sasaran kegiatan pelatihan automotif baik itu mobil bensin maupun sepeda motor, yaitu : sasaran kualitatif dan sasaran kuantitatif, adapun uraian kedua sasaran tersebut adalah :

1. Sasaran Kualitatif Adapun sasaran kualitatif kegiatan pelatihan automotif baik itu mobil bensin dan sepeda motor adalah hampir sama yang membedakan 1. Sasaran Kualitatif Adapun sasaran kualitatif kegiatan pelatihan automotif baik itu mobil bensin dan sepeda motor adalah hampir sama yang membedakan

a. Dapat menggunakan alat perkakas bengkel mobil bensin/sepeda motor dengan baik dan benar.

b. Pada sub kejuruan mobil bensin diharapkan peserta dapat menggunakan alat ukur bengkel mobil bensin yang meliputi vernier caliper, micrometer, dan alat ukur listrik dengan baik dan benar, sedangkan pada sub kejuruan sepeda motor diharapkan peserta dapat menggunakan alat ukur bengkel sepeda motor yang meliputi sciutmaat, micrometer , dan alat ukur listrik dengan baik dan benar.

c. Dapat melakukan pemeliharaan harian/berkala pada mobil bensin/sepeda motor.

d. Dapat membongkar, memasang, mengganti dan memperbaiki bagian- bagian mobil bensin/sepeda motor dengan baik dan benar.

e. Dapat melakukan penyetelan bagian-bagian mobil bensin/sepeda motor dengan baik dan benar.

f. Dapat mengemudi mobil bensin/sepeda motor.

2. Sasaran Kuantitatif Sasaran kuantitatif dari pelatihan keterampilan automotif ini antara sasaran kuantitatif mobil bensin dan sasaran kuantitatif sepeda motor berbeda, adapun sasaran tersebut, yaitu ;

Sasaran kuantitatif pelatihan automotif mobil bensin meliputi :

a. Pelatihan teori kejuruan

: 72 jam pelatihan

b. Pelatihan praktek kejuruan

:168 jam pelatihan

c. Evaluasi praktek

: jam pelatihan

d. Evaluasi teori

: jam pelatihan

e. OJT

: jam pelatihan

Jumlah :240 jam pelatihan

Sasaran kuantitatif pelatihan automotif sepeda motor meliputi :

a. Pelatihan teori kejuruan

: 57 jam pelatihan

b. Pelatihan praktek kejuruan

:183 jam pelatihan

c. Evaluasi praktek

: jam pelatihan

d. Evaluasi teori

: jam pelatihan

e. OJT

: jam pelatihan

Jumlah :240 jam pelatihan

3. Sasaran peserta pelatihan

a. Para pencari kerja.

b. Tenaga kerja korban PHK.

c. Para pengusaha kecil/ pengrajin.

d. Siswa-siswi (SMK, SMU, MAN dll) untuk PSG .

d) Syarat Peserta

1. Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk ) sebanyak satu lembar.

2. Fotocopy ijazah terakhir sebanyak satu lembar.

3. Fotocopy kartu kuning (AK 1) sebanyak satu lembar (kalau ada).

4. Pas foto 3x4 hitam putih 3 lembar.

e) Jenis Pelatihan Jenis-jenis pelatihan di BLK Boyolali adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan Institusional Adalah pelatihan yang diselenggarakan di dalam UPTD Balai Latihan Kerja. Kegiatan ini dilaksanakan / diselenggarakan dengan sumber dana dari pemerintah (APBN atau APBD). Dalam hal ini jenis maupun jumlah pelatihan keterampilan yang dilaksanakan pada setiap tahun anggaran tidak tentu sama baik jenis kejuruan maupun volume kegiatannya, tergantung dari sumber dana yang dialokasikan oleh pemerintah. Untuk Program pelatihan ini semua peserta tidak dipungut biaya.

2. Pelatihan Non Institusional Adalah pelatihan keliling/ Mobile Tranning Unit (MTU) yang dilaksanakan di luar lokasi UPTD BLK / di pedesaan (di mana peserta berada). Sama halnya dengan pelatihan institusional, untuk penyelenggaraannya dibiayai dari dana APBN maupun APBD, siswa 2. Pelatihan Non Institusional Adalah pelatihan keliling/ Mobile Tranning Unit (MTU) yang dilaksanakan di luar lokasi UPTD BLK / di pedesaan (di mana peserta berada). Sama halnya dengan pelatihan institusional, untuk penyelenggaraannya dibiayai dari dana APBN maupun APBD, siswa

3. Pelatihan Swadana Pelatihan yang dilaksanakan di BLK dengan tujuan untuk melatih

pekerja dalam berbagai kejuruan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dengan biaya ditanggung peserta sendiri. Adapun pelatihan swadana terdapat dua macam yaitu :

a. Pelatihan Swadana Murni Adalah pelatihan institusional maupun non institusional yang segala pembiayaan ditanggung oleh peserta pelatihan atau pihak lain diluar Negara. Dalam hal ini peserta dipungut biaya sesuai dengan jenis kejuruan dan lamanya kegiatan pelatihan. Pelaksanaannya diatur dengan Perjanjian Kerjasama antara UPTD BLK/ Disnakertrans dengan pihak pengguna. Lamanya pelatihan tergantung permintaan.

b. Pelatihan Swadana Sistem Ganda (PSG) Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama antaraa Disnakertrans/ UPTD BLK Kabupaten Boyolali dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK, MAN,dll) untuk Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Lamanya pelatihan tergantung permintaan.

f) Jenis Kejuruan dan Lamanya Pelatihan

Tabel 2.1 Jenis Kejuruan dan Lamanya Pelatihan No Kejuruan/ Sub. Kejuruan

Lama Pelatihan

1 Automotif :

a. Montir Sepeda Motor

240-480 Jp

b. Montir Mobil Bensin

480 Jp

2 Teknologi Mekanik :

a. Las karbid

240 – 480 Jp

b. Mesin Logam (bubut/frais)

480 Jp

3 Tata niaga :

a. Administrasi kantor

480 Jp

b. Sekretaris kantor

480 Jp

c. Operator computer

320 Jp

4 Bangunan :

a. Mebeller (Tukang mebel)

240 – 480 Jp

5 Aneka kejuruan :

a. Menjahit

240 – 480 Jp

b. Bordir

240 – 480 Jp

6 Listrik/ elektronika :

a. Montir radio/ Tv

240 – 480 Jp

b. Instalansi penerangan, tenaga dan weikel

240 – 480 Jp

c. Teknik pendingin

240 – 480 Jp

7 Pertanian :

a. Processing hasil pertanian

160 – 240 Jp

b. Ternak unggas

240 Jp

c. Holtikultura

240 - 480 Jp

Sumber : UPTD BLK Boyolali Sumber : UPTD BLK Boyolali

1. Kantor administrasi

2. Bengkel kerja : Handyccraf, Bangunan, Automotive, Tata niaga, Listrik/Elektronika, Tek. Mekanik/Las, Pertanian.

3. Ruangan perpustakaan.

4. Sarana olah raga, Lapangan Volley Ball, Bulu Tangkis, Tennis Meja, Tennis Lapangan.

5. Gudang/ Garade.

6. Garade armada MTU/ Gudang MTU, mobil, modul dan mobil Box MTU

7. Gedung serba guna, ruang pertemuan/ ruang teori.

8. Pos penjagaan.

9. Gedung pemeliharaan.

10. Mushola.

11. Perumahan Dinas Instruktur / karyawan.

12. Rumah diesel pembangkit tenaga.

13. Kantin/ warung koperasi.

4. Implementasi Pelatihan Keterampilan Automotif

Implementasi pelatihan keterampilan automotif adalah dalam rangka penurunan jumlah pengangguran dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja untuk dapat mengisi lowongan kerja Implementasi pelatihan keterampilan automotif adalah dalam rangka penurunan jumlah pengangguran dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja untuk dapat mengisi lowongan kerja

Maksud dan tujuan diselenggarakan pelatihan automotif ini adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Boyolali khususnya pada bidang automotif, yaitu mobil bensin dan sepeda motor, sehingga permintaan pasar kerja pada bidang perbengkelan dapat dipenuhi oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Boyolali.

Adapun aktivitas pelatihan keterampilan automotif meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. Untuk melihat bagaimana proses implementasi pelatihan keterampilan automotif digunakan beberapa model implementasi. Dalam penelitian Implementasi pelatihan keterampilan automotif di UPTD BLK Kabupaten Boyolali menggunakan perpaduan dari berbagai pendapat tentang model-model implementasi, namun dalam penelitian ini lebih cenderung pada model implementasi menurut Edward III. Dalam penelitian ini, komponen-komponen yang ditetapkan sebagai faktor yang mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi (diadopsi dari Edward III) Agar implementasi berjalan efektif, maka pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab untuk mengimplementasikan kebijakan harus a. Komunikasi (diadopsi dari Edward III) Agar implementasi berjalan efektif, maka pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab untuk mengimplementasikan kebijakan harus