Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja Pada Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK UKM) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang

(1)

Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja Pada

Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK

UKM) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Deli Serdang

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH

090903084

Eva Ferasiska

DEPATEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Eva Ferasiska

NIM : 090903084

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja Pada Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK UKM)

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang

Medan, Juli 2013

Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Dra. Beti Nasution, M.Si

NIP. 196106251987112001 NIP. 196401081991021001

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja Pada Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK UKM) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang”. Adapun penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, semangat, dan dorongan, baik itu secara moral maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini saya dedikasikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu:

1. Untuk kedua orang tua saya yang tercinta Bapak A. Sembiring dan Ibu S. Ginting. Terima kasih sebesar-besarnya untuk semua doa dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, usia yang panjang, dan kebahagiaan kepada Bapak dan Mamak.


(4)

2. Buat abang-abangku dan eda ku tercinta Edward Firdaus Sembiring, S.Sos, eda ku Ermawati Friska Br. Kaban, Amd.Kep, PRATU Edward Firnando Sembiring kuucapkan terima kasih untuk doa dan dukungannya, selalu sehat, panjang umur, dan sukses buat kita ya!

3. Kepada Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan dan bimbingan yang sangat membangun dan berharga mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

4. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si.

5. Kepada Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

6. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.

7. Kepada Bapak Dra. Februarti Trimurni, M.Si selaku dosen penguji ketika seminar proposal dan sidang meja hijau, terima kasih atas saran dan masukannya.

8. Kepada seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan banyak ilmu selama perkuliahan.

9. Seluruh staf administrasi di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU khususnya untuk Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi.


(5)

10. Kepada Bapak Bisner Banjarnahor, SPd selaku Kepala Unit Pelaksanaan Teknis, Ibu Dewi Wulansari, SH selaku Bagian Tata Usaha di LLK UKM Lubuk Pakam, untuk para instruktur, serta seluruh pegawai LLK UKM Kabupaten Deli Serdang. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan atas izin dan kesediaan untuk memberikan informasi yang penulis butuhkan. 11. Kepada para peserta pelatihan yang telah membantu penulis memperoleh

informasi.

12. Buat para sahabat terbaikku Asri Maulina, Riris Karlina, Agustina Samosir, dan Seruan Kasih. Terima kasih buat kebersamaan dan hari-hari yang telah kita lalui bersama. Terima kasih buat semuanya. Friends Forever! Sukses bagi kita semua!

13. Buat seorang yang spesial Joppy Kheristian Sinulingga. Terima kasih buat dukungannya, kebersamaan dan hari-hari yang telah kita lalui bersama. Semoga tahun depan dapat menyusul ya macharoku!

14. Buat teman-teman ku kelompok magang Desa Karang Anyar Kec. Pegajahan, Darwin Sidauruk, Revelino, Seruan Kasih, Sony, Riris, Tina, Sifra, Mona, Bora, Fatma, dan Dian. Terima kasih buat kebersamaan dan kerja sama kita selama magang. Sukses buat kita semua!

15. Dan buat semua teman-teman Administrasi Negara 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk kebersamaan kita selama kurang lebih empat tahun ini. Terima kasih untuk semuanya! Sukse buat kita semua! AN Satu- AN Jaya!

Medan, Juli 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR TABEL………... ix

ABSTRAK ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 6

1.3 Tujuan Penelitian ……… 7

1.4 Manfaat Penelitian ………... 8

1.5 KerangkaTeori ……… 9

1.5.1 Konsep Efektivitas ………. 9

1.5.1.1 Defenisi Efektivitas ………. 9

1.5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas ….. 14

1.5.1.3 Pengukuran Efektivitas Organisasi ……….. 16

1.5.2 Pelatihan Tenaga Kerja ………... 19

1.5.2.1 Defenisi Pelatihan ……… 19

1.5.2.2 Tujuan dan Fungsi Pelatihan ……… 19

1.5.2.3 Metode Pelatihan ………. 20

1.5.3 Tenaga Kerja………..……….. 22


(7)

1.5.4 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi ………... 25

1.5.5 Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah ……… 27

1.6 Teoritical Mapping ……… 29

1.7 Defenisi Konsep ………. 35

1.8 Sistematika Penulisan ……… 36

BAB II METODE PENELITIAN……… 38

2.1 Bentuk Penelitian……… 38

2.2 Lokasi Penelitian……… 39

2.3 Informan Penelitian……… 39

2.4 Teknik Pengumpulan Data……… 40

2.5 Teknik Analisis Data………. 41

2.6 Etika Penelitian……….. 42

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……….. 43

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang……….. 43

3.1.1 Sejarah Kabupaten Deli Serdang……… 45

3.1.2 Lokasi Kabupaten Deli Serdang………. 46

3.2 Gambaran Umum LLK UKM Kabupaten Deli Serdang……... 46

3.2.1 Visi dan Misi LLK UKM………..…. 46

3.2.2 Uraian Tugas dan Fungsi Pokok LLK UKM Kabupaten Deli Serdang……….. 47

3.2.3 Struktur Organisasi Unit Pelaksanaan Teknis LLK UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang………... 49


(8)

BAB IV PENYAJIAN DATA ……….. 52

4.1 Karakteristik Informan……….. 52

4.1.1 Identitas Informan……….. 53

4.1.1.1 Identitas Informan Kunci……… 53

4.1.1.2 Identitas Informan Utama……… 53

4.1.1.2 Identitas Informan Tambahan ……… 53

4.2 Temuan Lapangan ……….…………... 54

4.2.1 Pemahaman Informan mengenai Pelatihan Tenaga Kerja pada LLK UKM ……… 56

4.2.2 Pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang ………. 60

4.2.3 Pelatihan yang Dilaksanakan oleh LLK UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang ………. 62

4.2.4 Kesesuian Pelatihan dengan Kebutuhan TenagaKerjadalamPelaksanaanPelatihan TenagaKerjapada LLK-UKM DinasTenaga KerjadanTransmigrasi Kabupaten Deli Serdang ………. 65

4.2.5 Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja pada LLK UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang ……… 65


(9)

4.2.5.2 Ketepatan Waktu Pelaksanaannya ……….. 67

4.2.5.3 Manfaat ……… 67

4.2.5.4 Hasil ……….……… 69

BAB V ANALISIS DATA……… 72

5.1 Pemahaman Informan mengenai Pelatihan Tenaga Kerja pada LLK UKM ……… 72

5.2 Pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang ……… 73

5.3 Pelatihan yang Dilaksanakan oleh LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigras Kabupaten Deli Serdang ………... 74

5.4 Kesesuian Pelatihan dengan Kebutuhan Tenaga Kerja dalam Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang ………..………. 75

5.5 Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja pada LLK UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang ……….……….. 76

5.5.1 Pencapaian Tujuan ……….… 76

5.5.2 Ketepatan Waktu Pelaksanaannya ……….. 77

5.5.3 Manfaat …….……….. 78


(10)

BAB VI PENUTUP………. 82

6.1 Kesimpulan ……… 82

6.2 Saran ……….. 83

DAFTAR PUSTAKA ………. 85 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Jumlah Penduduk dari Segi Tingkat Pendidikan ………. 2

Tabel Angkatan Kerja di Kabupaten Deli Serdang dari Tahun 2009 Sampai 2012 menurut Kelompok Usia 15 Tahun sampai 65

Tahun keatas ……….. 5 Tabel 2.1 Teoritical Mapping ……… 30 Tabel 3.1 Struktur Kepegawaian Berdasarkan Jenis Kelamin ………….. 49

Tabel 3.2 Pegawai LLK-UKM Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ………. 50 Table 3.3 Pegawai LLK-UKM Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan kepangkatan/ golongan ………. 51 Tabel 4.1 Daftar Nama Informan ………. 53

Tabel 4. 2 Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja pada


(12)

ABSTRAK

Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja Pada Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK UKM) Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Eva Ferasiska

NIM : 090903084

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dra. Beti Nasution, M.Si

Tuntutan dunia kerja akan tenaga terampil mendorong pencari kerja untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja non formal untuk menambah ketrampilan dan keahlian mereka. Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Deli Serdang berperan penting dalam menyediakan lembaga pelatihan kerja. Seiring dengan era otonomi daerah, Kabupaten Deli Serdang mendirikan Unit Pelaksana Teknis Dinas Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UPTD LLK UKM) yang berada di bawah pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian ini mengkaji bagaimana pelaksanaan pelatihan serta apakah pelatihan yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis Dinas Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UPTD LLK UKM) Deli Serdang sudah efektif atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan pelatihan tenaga keja pada Dinas Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UPTD LLK UKM) yang berada di bawah pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UPTD LLK UKM) yang berlokasi di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sehingga diperoleh informan yang terdiri dari informan kunci, informan utama, dan informan tambahan. Pengambilan subjek penelitian dilakukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Model analisis data yang digunakan adalah model dari Moleong.

Kesimpulan penelitian ialah pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UPTD LLK UKM) Deli Serdang berjalan dengan baik atau dikatakan sudah efektif dalam mengatasi jumlah angka pengangguran di Kabupaten Deli Serdang. Efektif disini dilihat dari pelaksanaannya, materi pelatihan, dan hasil dari pelaksanaan pelatihan.

Kata Kunci: Efektifitas, Pelatihan Tenaga Kerja, Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK UKM)


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pembangunan nasional diperlukan keselarasan antara sumber daya alam dan sumber daya manusia agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kedua sumber daya tersebut digunakan secara bersama-sama dan saling melengkapi dalam upaya tercapainya pemerataan pembangunan nasional di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan nasional memerlukan manusia yang potensial dan produktif. Kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan tidak saja ditentukan secara kuantitatif oleh jumlah penduduk dan angkatan kerja dari tahun ketahun, melainkan juga secara kualitatif ditentukan oleh tingkat kemampuan dan keterampilan tenaga kerja yang diperlukan sesuai dengan tingkat teknologi yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan tersebut.

Jumlah penduduk yang melimpah merupakan aset penting dalam pembangunan nasional. Indonesia memiliki jumlah penduduk +/- 259.940.857, namun hal tersebut bukan jaminan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan optimal dan mencapai tujuan. Di satu sisi dengan jumlah penduduk


(14)

yang besar akan menjadi sumber daya pelaksana pembangunan nasional.

Masyarakat akan berperan sebagai tenaga kerja yang dapat melaksanakan pembangunan tersebut. Di sisi lain, jumlah penduduk yang besar dan selalu bertambah juga dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Hal ini dapat terjadi apabila pemerintah tidak dapat mengatur jumlah penduduk yang besar menjadi input pembangunan, yaitu dengan menyediakan lapangan kerja yang memadai. Bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula jumlah angkatan kerja yang harus diikuti juga oleh perluasan lapangan kerja.

Persoalan mendasar dari semua aspek kependudukan adalah tidak tersedianya tenaga kerja terdidik dan terlatih. Dalam arti luas, kualitas tenaga kerja di Indonesia relatif rendah, sehingga menjadi penghalang bagi pelaksanaan pembangunan. Indonesia termasuk dalam negara sedang berkembang yang memiliki sumber daya tenaga kerja yang melimpah dan sebagian besar masih berkualitas rendah dilihat dari latar belakang pendidikan yang diperoleh.

Pendidikan Jumlah

SD 102.44 juta

SMP 89.09 juta

SMA 63.86 juta

Perguruan Tinggi 17.28 juta


(15)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penduduk Indonesia tingkat pendidikan masih rendah dengan tamatan SD 102.44 juta lebih besar dibandingkan dengan tamatan dari perguruan tinggi yang hanya 17.28 juta.

Hal yang sering terjadi saat ini adalah banyaknya penduduk usia kerja yang tidak semuanya dapat memperoleh keterampilan dan keahlian tertentu dari pendidikan formal. Banyak yang ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak dapat karena tidak memiliki biaya. Dari permasalahan tersebut berakibat pada banyaknya pemuda yang tidak melanjutkan sekolah. Pada akhirnya mereka berusaha untuk mendapatkan pekerjaan namun tidak semuanya dapat terserap dalam lapangan kerja. Hal ini dikarenakan kurangnya pendidikan dan keterampilan serta keahlian yang dimiliki. Oleh karena itu, penyiapan tenaga kerja terampil dan ahli melalui pendidikan dan pelatihan kerja yang tepat dan terarah sangat diperlukan.

Tuntutan dunia kerja akan tenaga kerja terampil mendorong pencari kerja untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja nonformal untuk menambah keterampilan dan keahlian mereka. Pendidikan dan pelatihan kerja merupakan sarana penting dalam pengembangan sumber daya tenaga kerja. Pengembangan tenaga kerja ini diharapkan nantinya menjadi tenaga kerja yang siap pakai, dalam arti bisa langsung terjun ke lapangan kerja. Orientasi program pendidikan dan pelatihan kerja tersebut sangat diperlukan mengingat sebagian besar angkatan kerja di Indonesia masih bekerja pada sektor informal dengan produktivitas yang sangat rendah. Selain itu mengingat sebagian besar wilayah Indonesia adalah pedesaan dimana kebanyakan industri kecil dan rumah tangga berlokasi di daerah


(16)

pedesaan dan masih sangat tradisional, proses produksinya masih secara manual dan pada umumnya tingkat pendidikan dari pemilik usaha dan pekerja relatif rendah. Dari hal tersebut terlihat bahwa sistem pendidikan dan pelatihan kerja sangat relevan memberikan kontribusi sebagai sarana pengembangan tenaga kerja.

Dengan kata lain, semakin tinggi relevansi program pendidikan dan pelatihan kerja dengan pasar kerja semakin besar kemungkinan program tersebut mempersiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang dan pelatihan yang pernah diikuti mencerminkan kemampuan intelektual dan jenis ketrampilan yang dimiliki adalah alat pengukur kemampuan teknisnya. Menurut UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik didalam maupun diluar hubungan kerja. Program latihan kerja perlu diprioritaskan baik dalam rangka menghadapi eraglobalisasi dan persaingan dunia, maupun untuk mengatasi dampak krisis ekonomi mengurangi pengangguran. Dalam melaksanakan pelatihan kerja itu sendiri hendaknya diarahkan ke sektor-sektor lapangan kerja yang banyak menyerap tenaga kerja sehingga pelatihan kejuruaan yang diikuti akan membantu menjamin angkatan kerja dapat bekerja. Upaya pengembangan sumber tenaga kerja merupakan tanggung jawab bersama dari semua sektor terkait mencakup instansi pemerintah, swasta, industri serta organisasi profesi lainnya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai salah satu komponen yang bertanggungjawab mempersiapkan sumber daya manusia yang


(17)

berkualitas, menempuh berbagai cara dan menetapkan berbagai kebijakan di bidang ketenagakerjaan. Dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan pihak swasta dalam salah satu kebijakannya yaitu mendirikan Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ). LLK-UKM dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP. 88/MEN/1997 tanggal 20 Mei 1997 berkedudukan sebagai unit pelaksana teknis di bidang pelatihan tenaga kerja. LLK-UKM berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan secara teknis fungsional mendapat pembinaan oleh Direktorat Jendral Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja.

Mengacu pada kebijakan tersebut diatas, seiring masuknya era otonomi daerah, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang mendirikan Unit Pelaksana Teknis Dinas Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UPTD LLK-UKM). UPTD LLK-UKM Deli Serdang bertugas melaksanakan pelatihan bagi tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Angkatan Kerja di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2009 sampai 2012 menurut kelompok usia 15 tahun sampai 65 tahun keatas

Tahun Angkatan Kerja Lapangan Kerja Penganggur 2009 751.404 orang 645.977 orang 121.727 orang 2010 921.134 orang 820.978 orang 100.160 orang 2011 922.210 orang 821.934 orang 100.276 orang 2012 923.410 orang 823.598 orang 101.311 orang


(18)

Dari tabel di atas dapat kita lihat pertumbuhan Angkatan Kerja tahun 2009-2012 bertambah dari tahun ke tahun, yang disusul juga dengan jumlah pengangguran setiap tahunnya. UPTD LLK-UKM Deli Serdang menjadi salah satu solusi angkatan kerja untuk menerima pendidikan dan pelatihan kerja yang nantinya akan menjadi bekal bagi mereka untuk bekerja. UPTD LLK-UKM Deli Serdang sebagai lembaga pelatihan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta pelatihan dengan bekal keterampilan dan keahlian yang tepat dengan pasar kerja bertugas untuk menyelenggarakan berbagai macam latihan keterampilan dalam rangka penyediaan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Tujuannya adalah peserta pelatihan setelah lulus dari pelatihan dapat langsung bekerja baik swasta atau mendirikan usaha mandiri. Orientasi dari UPTD LLK-UKM Deli Serdang adalah bagaimana menghasilkan output berupa tenaga kerja yangberkualitas, berkompeten dan produktif dalam persaingan pasar kerja.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja Pada Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang”.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:

“Apakah Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Kerja Pada Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil Menengah (LLK-UKM) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang Sudah Efektif?”

Untuk mengkaji rumusan masalah diatas kita dapat melihat dari sub-sub bagian yang akan menjawab efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga kerja Pada Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK-UKM) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang dibawah ini :

1. Bagaimana Pemahaman Informan mengenai Pelatihan Tenaga Kerjapada LLK UKM?

2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang?

3. Apa saja jenis pelatihan yang diberikan dalam pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang? 4. Bagaimana kesesuian pelatihan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam pelaksanaan

pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang?

5. Apakah pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang sudah efektif?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penelitiannya. Adapun tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemahaman informan mengenai Pelatihan Tenaga Kerja pada LLK UKM.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk melihat jenis pelatihan yang diberikan dalam pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang.

4. Untuk melihat kesesuian pelatihan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang.

5. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan pelatihan tenaga kerja pada LLK-UKM Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan wahana untuk melatih dan mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan kemampuan berfikir melalui karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.


(21)

2. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dalam menambah kajian maupun referensi bagi mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian ini dengan objek yang sama. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan evaluasi

bagi Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil Menengah (LLK-UKM) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger (dalam Singarimbun, 1995:37), teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjukan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial menjadi obyek penelitian.

Menurut Arikunto (2002: 92), kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian.

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan teori-teori sebagai pedoman kerangka berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk melakukan penelitian dan dari teori yang digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.


(22)

1.5.1 Konsep Efektivitas 1.5.1.1 Definisi Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani Pasolong (2007:4), efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dandigunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan katasasaran tercapai karena adanya proses kegiatan.

Kata efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi, karena keduanya memilki arti yang berbeda walaupun dalam berbagi pengunaankata efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan.

Kamus Ilmiah Populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektifitas merupakan salah satu dimensi dariproduktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Robbins dalam Tika P. (2008:129) memberikan definisi efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Maksudnya adalah efektivitas merupakan suatu standar pengukuran untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.


(23)

Secara nyata Stoner (Kurniawan, 2005:106) menekankan pentingnya efektivitas dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut Mullins dalam Rukman (2006:14), efektif itu harus terkait dengan pencapaian tujuan dan sasaran suatu tugas dan pekerjaan dan terkait juga dengan kinerja dari proses pelaksanaan suatu pekerjaan.

Menurut H. Emerson seperti yang dikutip Soewarno Handayaningrat (1994:16), memberikan definisi bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya.

Sedangkan Georgopolous dan Tannenbaum dalam bukunya yangberjudul Efektivitas Organisasi (1985:50), mengemukakan bahwa efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk, atau manajemen organisasi. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input) maupun keluaran (output). Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan efektif bila kegiatan bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan dapat memberikan hasil yang bermanfaat.


(24)

“Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi disebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya”.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penekanan dari pengertian efektivitas berada pada pencapaian tujuan. Ini berarti dapat dikatakan efektif apabila tujuan atau sasaran yang dikehendaki dapat tercapai sesuai dengan rencana semula dan menimbulkan efek atau dampak terhadap apa yang diinginkan atau diharapkan. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

. Sumaryadi ( 2005 : 105) berpendapat bahwa organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional.

Dengan demikian, pada dasarnya efeketivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional yang telah ditetapkan. Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang atau oganisasi menghasilkan keluaran (out-put) sesuai dengan yang diharapakan. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan diatas, ada empat hal yang merupakan unsur-unsur efektivitas yaitu :


(25)

1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Ketepatan waktu, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapai tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Manfaat, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan ini memberikan manfaat bagi masyarakat sesuai kebutuhan.

4. Hasil, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil.

Rohman (2008:119) mengatakan bahwa untuk dapat mengetahui efektivitas kegiatan suatu organisasi publik dapat diukur melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini memusatkan perhatian dalam mengukur efektivitas pada aspek output, yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi publik dalam mencapai tingkat out-put yang direncanakan. Sasaran-sasaran yang dianggap penting dalam kinerja suatu organisasi adalah efektivitas, efisiensi, produktivitas, keuntungan, pengembangan, stabilitas, dan kepemimpinan.

2. Pendekatan Sumber (system resource approach )

Pendekatan ini mengukur efektivitas sisi in-put, yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi publik dalam mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai performasi yang baik. Indikator yang dipergunakan dalam pendekatan ini adalah kemampuan untuk memanfaatkan dan


(26)

menginterpretasikan lingkungan, dan juga kemampuan organisasi untuk bereaksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan juga kemampuan organisasi untuk bereaksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3. Pendekatan Proses (process approach)

Pendekatan ini menekankan pada aspek internal organisasi publik, yaitu dengan mengukur efektivitas layanan publik melalui berbagai indikator internal organisasi, seperti efisiensi dan iklim organisasi. Adapun indikator-indikatornya adalah komunikasi, desentralisasi, pengembalian keputusan dan sebagainya.

4. Pendekatan Integratif (Integrative Approach)

Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan di atas yang muncul sebagai akibat adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing pendekatan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konsep efektivitas organisasi merupakan tingkat sejauh mana organisasi berhasil melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsinya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai tepat waktu dan berkualitas dengan mengoptimalkan seluruh alat-alat dan sumber daya yang tersedia.

1.5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Steers (1985:209) mengidentifikasi ada empat rangkaian variabel yang berhubungan dengan efektivitas, yaitu:


(27)

1. Ciri Organisasi

Struktur dan teknologi organisasi dapat mempengaruhi segi tertentu dari efektivitas, dengan berbagaicara. Mengenai struktur, ditentukan bahwa meningkatnya produktifitas dan efisiensi sering merupakan hasil dari meningkatnya spesialisasi fungsi, ukuran organisasi, sentralisasi pengambilan keputusan, dan formalisasi.

Teknologi juga dapat berakibat atas tingkat efektifitas selanjutnya, walaupun mungkin tidak secara langsung. Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa variasi teknologi berinteraksi dengan struktur dalam pengaruhnya terhadap keberhasilan organisasi. Artinya, efektivitas jelas dipelancar bila susunan struktur sumberdaya organisasi sedemikian rupa, sehingga paling cocok untuk menangani teknologi yang dipakai.

2. Ciri Lingkungan

Di samping kiri organisasi lingkungan luar dan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh atas efektivitas. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat bergantung pada tiga variabel kunci:

a. Tingkat keterdugaan lingkungan,

b. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan, c. Tingkat rasionalisasi organisasi.

Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan semakin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.


(28)

Faktor pengaruh penting yang ketiga atas efektifitas adalah para pekerja itu sendiri. Pada hakekatnya, para anggota organisasi mungkin merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi.

Sarana pokoknya untuk mendapat dukungan yang diperlukan ini dari pekerja adalah dengan mengintegrasikan tujuan pribadi dengan sasaran organisasi. Jika pekerja dapat memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan pribadi dengan kerja mencapai sasaran organisasi, adalah logis untuk membuat asumsi bahwa baik keterikatan pada organisasi manapun prestasi kerjaakan meningkat. Di pihak lain, jika para pegawai dihadapkan pada situasi dimana tujuan pribadi mereka bertentangan dengan sarana organisasi, usaha para pekerja akan diteroboskan dengan mudah dengan akibat jumlah energi yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan efektivitas berkurang.

4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

Terdapat beberapa mekanisme khusus untuk meningkatkan efektivitas organisasi yaitu meliputi penetapan tujuan strategi, pemanfaatan sumberdaya secara efisien, struktur birokrasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta penyuluhan dan inovasi pembangunan.

Berdasarkan sifatnya, organisasi cenderung dalam kesatuan yang komplit, yang berusaha mengalokasikan sumberdayanya secara rasional demi tercapainya tujan. Semakin rasional suatu organisasi, makin besar kemajuan yang diperoleh kearah tujuan, maka organisasi makin efektif pula.


(29)

1.5.1.3 Pengukuran Efektivitas Organisasi

Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat keluaran tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut karena pencapaian hasil (outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu) dalam bentuk pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang dihasilkan baik, maka efektivitasnya baik pula.

Menurut pendapat David Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey (elib.unikom.ac.id.2011) menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut :

1. Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output).

2. Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektifitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

3. Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan.


(30)

4. Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi.

Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat Cambell (elib.unikom.ac.id.2011) menyebutkan beberapa ukuran efektifitas, yaitu:

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi.

2. Produktifitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan.

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik.

4. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut.

5. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi.

6. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan masalalunya.

7. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu.

8. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian waktu.

9. Semangat kerja yaitu adanya perasaaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaaan memiliki.


(31)

10.Motivasi artinya adanya kekuatan yang muncul dari setiap individu untuk mencapai tujuan.

11.Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan.

12.Keluasan adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan.

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan diatas, maka ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/ kegiatan berhasil melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa ukuran daripada efektifitas harus adanya suatu perbandingan antara masukan dan keluaran, ukuran daripada efektifitas harus adanya tingkat kepuasan dan adanya penciptaan hubungan kerja yang kondusif serta intensitas yang tinggi, artinya ukuran daripada efektifitas adanya keadaan rasa saling memiliki dengan tingkatan yang tinggi.

1.5.2 Pelatihan Tenaga Kerja 1.5.2.1 Defenisi Pelatihan

Menurut Carrell dan Kuzmits (1982:282) mendefinisikan pelatihan sebagai proses sistematis dimana karyawan mempelajari pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kemampuan (ability) atau perilaku terhadap


(32)

Menurut Siagian (1998:184) pelatihan dapat membantu karyawan membuat keputusan yang lebih baik, meningkatkan kemampuan di bidang kerjanya sehingga dapat mengurangi stres dan menambah rasa percaya diri. Adanya tambahan informasi tentang program yang diperoleh dari pelatihan dapat dimanfaatkan sebagai proses penumbuhan intelektualitas sehingga kecemasan menghadapi perubahan di masa-masa mendatang dapat dikurangi.

1.5.2.2 Tujuan dan Fungsi Pelatihan

Hamalik (2001:13) mengatakan bahwa fungsi pelatihan adalah memperbaiki kinerja (performance) para peserta. Selain itu pelatihan juga bermanfaat untuk mempersiapkan promosi ketenagakerjaan pada jabatan yang lebih rumit dan sulit, serta mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan kepengawasan atau manajemen.

Menurut Hamalik (2001:16) mengatakan pelatihan bertujuan untuk:

1. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki keterampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi dilapangan.

2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, profesional, beretos kerja yang tinggi dan produktif.

3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, nilai, dan pengalamannya masing-masing (individual).

4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang mmiliki derajat relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pembangunan.


(33)

1.5.2.3 Metode Pelatihan

Metode pelatihan adalah strategi dan metode yang digunakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan kurikulum pelatihan yang berkenaan dengan interaksi antara pelatih dan peserta latihan, yang pada gilirannya diharapkan terjadi perubahan perilaku pada diri para peserta bersangkutan setelah dilaksanakannya proses pelatihan tersebut.

Ada tiga hal yang sangat essensial perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan metode pelatihan, ialah perencanaan pelatihan, metode pelatihan, dan media pelatihan. Rencana pelatihan disusun berdasarkan kurikulum pelatihan yang mengacu pada perkembangan kemampuan (kompetensi) para peserta. Metode pelatihan adalah cara-cara dan teknik komunikasi yang digunakan oleh pelatih dalam menyajikan dan melaksanakan proses pembelajaran. Media pelatihan adalah berbagai alat dan teknik komunikasi sebagai alat dalam pelaksanaan proses pembelajaran, baik oleh pelatih maupun oleh para peserta. Pemilihan dan penggunaan metode dan media komunikasi pembelajaran tersebut perlu mempertimbangkan hal-hal, sebagai berikut:

1. Tujuan pelatihan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang menitik beratkan pada perubahan perilaku peserta.

2. Bahan yang akan disampaikan, berupa materi pelajaran yang disusun dalam garis-garis besar program pembelajaran.

3. Waktu yang tersedia, sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

4. Kemampuan pelatihan menggunakan metode dan media komunikasi dalam proses pembelajaran.


(34)

Ada dua sistem dalam pelatihan ini menurut Hamalik (2001:63) yaitu: 1. Sistem satu arah. Tanggung jawab untuk mentransferkan informasi terletak pada

pelatih. Para peserta bersikap pasif terhadap apa, bagaimana, perlu tidaknya komunikasi itu, tidak ada balikan efektif dari pihak peserta kepada pelatih kecuali menunjukan rasa senang atau tidak senang. Pola ini berorientasi pada isi materi bukan pada tujuan yang hendak dicapai.

2. Sistem dua arah. Pada sistem ini terdapat pola balikan untuk memeriksa apakah peserta menerima informasi dengan tepat. Jika sudah, maka pelatih akan memodifikasi cara penyajiannya, dan apabila sambutan peserta ternyata belum tepat, maka pelatih akan memodifikasi sambutan tersebut.

1.5.3 Tenaga Kerja

1.5.3.1 Defenisi Tenaga Kerja

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1996 tentang ketentuan pokok ketenagakerjaan yang memberikan pengertian: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.”

Dari pengertian tersebut tampak perbedaan yaitu dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan revisi dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun1969 tentang Ketenagakerjaan tidak lagi memuat kata-kata baik


(35)

di dalam maupun di luar hubungan kerja dan adanya penambahan kata sendiri pada kalimat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat. Pengurangan kata di dalam maupun di luar hubungan kerja pada pengertian tenaga kerja tersebut sangat beralasan karena dapat mengacaukan makna tenaga kerja itu sendiri seakan-akan ada yang di dalam dan ada pula di luar hubungan kerja tidak sesuai dengan konsep tenaga kerja dalam pengertian yang umum. Demikian halnya dengan penambahan kata sendiri dan masyarakat karena barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk diri sendiri. Dengan demikian sekaligus menghilangkan kesan bahwa selama ini tenaga kerja hanya bekerja untuk orang lain dan melupakan dirinya sendiri.

Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia, didalamnya meliputi buruh, karyawan, dan pegawai. Secara deskriptif perbedaan antara buruh, karyawan, dan pegawai adalah:

a. Buruh

Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik secara lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.

b. Karyawan

Karyawan adalah mereka yang bekerja pada suatu badan usaha atau perusahaan, baik swasta maupun pemerintahan dan diberikan imbalan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat harian, mingguan, maupun bulanan yang biasanya imbalan tersebut diberikan secara mingguan. c. Pegawai (Pegawai Negeri)


(36)

Pegawai adalah mereka yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam perundang-undanagan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas jabatan negeri atau tugas negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Sastrohadiwiryo, 2003:27).

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 1 memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pelaksanaan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan yang dijamin haknya.

Berhubung dengan hal tersebut maka Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 merupakan Undang-Undang pokok mengenai tenaga kerja yang mengatur hak-hak tenaga kerja, yaitu:

a. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminatif untuk memperoleh pekerjaan.

b. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminatif dari pengusaha.

c. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai denga bakat, minat, dan kemampuan melalui pelatihan kerja.

d. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan ditempat kerja.


(37)

e. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam dan di luar negeri.

f. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.

g. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: 1. Keselamatan dan kesehatan kerja

2. Moral dan kesusilaan dan

3. Perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

h. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

i. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.

j. Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

k. Dalam mewujudkan pelaksanaan hak dan kewajiban pekerja/buruh dan pengusaha, pemerintah wajib melaksanakan pengawasan dan penegakan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

l. Mogok kerja sebagai dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan.


(38)

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Berperan dalam menyelenggarakan urusan perintahan yang berkenaan dengan ketenagakerjaan dan transmigrasi yang dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan pelatihan tenaga kerja di LLK-UKM Deli Serdang.

Dengan demikian Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat merupakan suatu badan atau organisasi pemerintah yang dapat menjadi komando utama dalam pelatihan tenaga kerja. Karena usaha pelatihan tenaga kerja di LLK-UKM merupakan kewenangan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Maka keberadaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang sedang membangun khususnya masyarakat Kabupaten Deli Serdang memegang peranan yang amat penting yang artinya efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga kerja di LLK-UKM dilapangan tidak terlepas dari besarnya peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam melakukan tugasnya tersebut.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Daerah yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten. Adapun tugas pokoknya adalah melaksanakan sebahagian kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang dalam bidang ketenagakerjaan dan transmigrasi.

Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang mempunyai fungsi sebagai berikut:


(39)

a. Pelaksanaan pendataan dan penyusunan data base tenaga kerja daerah tentang jumlah angkatan kerja yang bekerja dan pengangguran.

b. Pelaksanaan jejaring terhadap perusahaan dalam rangka program perluasan kesempatan kerja.

c. Pelaksanaan penyusunan informasi bursa tenaga kerja.

d. Pelaksanaan peningkatan kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan.

e. Pelaksanaan dan pengendalian penyusunan kebijakan standarisasi terhadap lembaga penyalur tenaga kerja.

f. Pelaksanaan kegiatan padat karya produktif malalui program perluasan kesempatan kerja kepada masyarakat pengangguran.

g. Pelaksanaan penyelesaian prosedur perselisihan hubungan industrial.

h. Pelaksanaan peningkatan penyelesaian prosedur pemberian perlindungan hukum dan jaminan sosial ketenaga kerjaan.

i. Pelaksanaan peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

j. Pelaksanaan monitoring dan pemetaan dalam rangka norma ketenaga kerjaan. k. Pelaksanaan sosialisasi Undang-Undang ketenagakerjaan terhadap pekerja,

pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh.

l. Pelaksanaan penyuluhan terhadap pekerja terburuh bagi anak dengan melibatkan elemen masyarakat dan pengusaha berdasarkan kebijakan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.


(40)

n. Pelaksanaan pelatihan peningkatan kualitas dan produktivitas kerja berbasis masyarakat dan Mobile Trainning Unit (MTU).

o. Pelaksanaan pembinaan umum dan tehnis dalam rangka peningkatan profesionalisme tenaga pelatih swasta dan instruktur BLK.

1.5.5 Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah

Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah adalah Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bertugas menyediakan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan bakat dan minat peserta itu sendiri serta potensi yang ada di desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat/potensi yang ada di desa menuju kehidupan masyarakat sejahtera melalui usaha mandiri. Kegiatan pelatihan keterampilan yang dilaksanakan oleh UPTD LLK-UKM adalah dengan sistem pelatihan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas melalui:

a. Pelatihan Institusional

b. Pelatihan Mobile Training Unit (MTU)

Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Deli Serdang mempunyai fungsi yaitu:

a. Melaksanakan kebijakan teknis dibidang LLK-UKM.

b. Melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang LLK-UKM.

d. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum yang meliputi kesekretariatan, program, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan organisasi dibidang LLK-UKM.


(41)

e. Merumuskan petunjuk teknis operasional dibidang pelatihan. f. Merumuskan pengembangan kurikulum pelatihan.

g. Menyusun program kerja dengan pihak pengusaha dalam rangka kerjasama dibidang pelatihan.

h. Memberikan pelayanan dan informasi kepada masyarakat tentang program latihan kerja.

i. Melakukan mediator bagi pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja yang terlatih.

j. Melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan pelatihan.

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai dengan tugas dan fungsi dibidang tenaga kerja dan transmigrasi.

1.6 Teoritical Mapping

Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji tentang pelatihan tenaga kerja.

Penelitian Khori Probosemi (2011) menyimpulkan kebutuhan pelatihan karyawan bidang pelayanan sudah memuaskan para karyawan PT Taspen Bogor. Penelitian Ruwaidah menyimpulkan pelatihan dominan terhadap variabel produktivitas kerja karyawan. Penelitian Ayu Ningsih menyimpulkan program pelatihan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.

Penelitian Hasri Handayani menyimpulkan sistem informasi pelatihan tenaga kerja DINAKERTRANS Kab.Subang sudah baik. Penelitian Ahmad Arifin menyimpulkan model pelatihan yaitu diberikan bekal keterampilan dan diberikan


(42)

kemudahan dalam mencari kerja khususnya di luar negeri. Penelitian Rony Salinding menyimpulkan pelaksanaan pelatihan yang diadakan PT. Erajaya Swasembada Cabang Makassar dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Untuk melihat selengkapnya dari penelitian-penelian diatas dapat dilihat tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 1.1 Teoritical Mapping Nama peneliti &

judul

Perumusan masalah

Hipotesis Metode penelitian

Hasil penelitian

KHORI

PROBOSEMI / ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN KARYAWAN BIDANG PELAYANAN PADA PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG

BOGOR Tahun 2011 1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan karyawan pada Bidang Pelayanan? 2. Bagaimana tingkat pengetahuan , keterampila n serta sikap yang dimiliki karyawan Bidang Pelayanan dilihat dari Kemampua

- Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

a. Pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh PT Taspen (Persero) Kantor Cabang

Bogor hanya berdasarkan formulir yang disediakan oleh perusahaan bagi

karyawan yang ingin mengajukan pelatihan, serta berdasarkan ketetapan dari

kantor pusat apabila ada materi baru yang perlu disampaikan untuk karyawan.

Hal tersebut tidak menunjukkan

kesenjangan kinerja antara KKJ dan KKP


(43)

n Kerja Jabatan (KKJ) dan Kemampua n Kerja Pribadi (KKP)? 3. Bagaimana kebutuhan pelatihan bagi karyawan PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor Bidang Pelayanan, serta jenis pelatihan yang perlu dilakukan berdasarkan analisis KKJ dan KKP?

sehingga tidak dapat menentukan suatu prioritas kebutuhan pelatihan.

b.Tingkat

pengetahuan,keterampila n serta sikap yang dimiliki karyawan PT Taspen (Persero) Kantor

Cabang Bogor berdasarkan hasil KKJ

untuk setiap

subjek analisis mendapatkan kategori peringkat tinggi. Pada KKP untuk bidang

penetapan klim pada subjek analisis pelayanan peserta, dan

pengelolaan data

peserta dan pemasaran hasilnya mendapatkan kategori peringkat sedang, artinya

karyawan masih membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap dalam pekerjaannya. Sedangkan untuk bidang data

peserta dan pemasaran hasilnya yaitu subjek analisisnya mendapatkan kategori

peringkat tinggi, dapat dikatakan bahwa hasil pekerjaannya umumnya tanpa

memerlukan


(44)

puas dengan

dirinya, dan tidak memerlukan bimbingan dari orang yang lebih ahli, dan oleh

orang lain dipandang sebagai ahli/dapat melatih.

c. Kebutuhan pelatihan yang berdasarkan analisis KKJ dan KKP yang mengacu

pada uraian pekerjaan karyawan PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor,

pada karyawan bidang penetapan klim yaitu pelatihan untuk meningkatkan

teknik pelayanan peserta, dan manajemen pengelolaan data peserta, sedangkan

untuk karyawan bidang data peserta dan pemasaran yaitu pelatihan untuk

meningkatkan

manajemen pengelolaan data peserta.

Ruwaidah / PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITA S KERJA KARYAWAN PT.WIRA MUSTIKA INDAH

a. Apakah variabel pelatihan yang terdiri atas materi pelatihan, pelatih dan metode pelatihan H1: Diduga bahwa ada pengaruh materi pelatihan terhadap produktivitas kerja secara parsial Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyebark an kuesioner dengan

1. Berdasarkan hasil uji F, maka dapat

diketahui bahwa variabel bebas yang

terdiri dari materi pelatihan (X1),

pelatih (X2), dan metode pelatihan


(45)

( pabrik paku dan kawat Indonesia )

mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel produktivita s kerja karyawan? b. Apakah variabel pelatihan yang terdiri atas materi pelatihan, pelatih dan metode pelatihan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel produktivita s kerja karyawan? c. Variabel pelatihan manakah yang paling dominan terhadap variabel H2: Diduga bahwa ada pengaruh pelatih terhadap produktivitas kerja secara parsial H3: Diduga bahwa ada pengaruh metode pelatihan terhadap produktivitas kerja secara parsial H4: Diduga bahwa ada pengaruh pelatihan terhadap produktivitas kerja secara parsial H5: Diduga bahwa ada pengaruh materi pelatihan, pelatih, metode pelatihan dan pelatihan terhadap produktivitas kerja pendekatan kuantitatif

(X3) secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat,

yaitu produktivitas kerja (Y). Hal ini

dibuktikan dari nilai F hitung yang

lebih besar dari F tabel.

2. Berdasarkan hasil uji t, maka dapat

diketahui bahwa variabel bebas yang

terdiri dari materi pelatihan (X1),

pelatih (X2), dan metode pelatihan

(X3) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat,

yaitu produktivitas kerja (Y). Hal ini

dibuktikan dari nilai t hitung masingmasing variabel bebas yang lebih

besar dari t tabel. 3. Berdasarkan hasil uji regresi linier

berganda, maka dapat diketahui


(46)

produktivita s kerja karyawan? secara simultan (PT.Wira mustika Indah) Karyawan Pelatihan Materi pelatihan Pelatih Metode pelatihan Partisipasi dalam training Produktivitas (X2) merupakan variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap

variabel terikat (Y). Hal ini

ditunjukkan dengan nilai koefisien

standardized (β),

dimana pelatih

(X2), memiliki nilai koefisien

standardized (β)

tertinggi dibandingkan dengan kedua variabel bebas lainnya. Ayu Ningsih/ Apakah program pelatihan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan?

Ho: tidak ada pengaruh antara program pelatihan terhadap produktivitas kerja Ha: terdapat pengaruh antara program pelatihan terhadap produktivitas kerja Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyebark an kuesioner dengan pendekatan kuantitatif

H0 : r ≤ 0= pelatihan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan. > 0 = pelatihan

berpengaruhsignifikan terhadapproduktifitask erja karyawan. Hasri Handayani/ SISTEM 1.Bagaimana Sistem

- Metode penelitian

1. sistem informasi yang ada di


(47)

INFORMASI PELATIHAN

KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG Informasi yang sedang berjalan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Subang khususnya bagian Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD). 2.Bagaimana merancang sistem informasi pelatihan agar dapat mempermud ah dalam pengolahan data pelatihan. 3.Bagaimana implementai Sistem Informasi Pelatihan yang dibangun dalam bahasa visual basik. 4.Bagaiman a pengujian Sistem Informasi yang dapat membantu unit pelaksana teknis Dinas dalam membuat laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif DINAKERTRANS Kab. Subang sang baik.

2. sistem merancang pelatihan sudah baik sehingga para calon peserta dengan mudah mendapat informasi mengenai pelatihan yang akan dilakukan. 3. sistem informasi pelatihan sudah sangat baik.

4. pengujiannya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.


(48)

pelatihan Ahmad Arifin/ Pelatihan Tenaga Kerja Luar Negeri Dalam Meningkatkan Kualitas Kerja Melalui Program KeterampilanDi Balai Latihan Kerja Luar Negeri.

1.Bagaimana model pelatihan calon TKI yang ada di BLKLN? 2.Apa faktor pendorong dan penghambat calon TKI keluar negeri?

- Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

1. model pelatihan yaitu diberikan bekal keterampilan dan diberikan kemudahan dalam mencari kerja khususnya di luar negeri.

2. faktor pendorong yaitu faktor ekonomi. Sedangkan faktor penghambat yaitu banyak TKI yang belum memiliki keterampilan dalam bekerja. RONY SALINDING/ ANALISIS PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITA S KERJA KARYAWAN PADA PT. ERAJAYA SWASEMBADA CABANG MAKASSAR Apakah pelaksanaan pelatihan yang diadakan PT. Erajaya Swasembad a Cabang Makassar dapat meningkatk an produktivita s kerja karyawan?

H01 : Tidak ada hubungan antara metode pelatihan (X1) dengan peningkatan produktivitas kerja karyawan (Y). H02 :Tidak ada hubungan antara isi pelatihan (X2) dengan peningkatan produktivitas kerja karyawan (Y). H03 :Tidak ada Metode Kualitatif dan kuantitatif.

Pelaksanaan pelatihan

berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan terutama variabel metode. Hal ini

membuktikan bahwa

pelatihan karyawan sangat berpengaruh

terhadap tingkat produktivitas kerja karyawan. Dalam hal ini

karyawan telah memahami yang menjadi pekerjaan dan tugas

mereka sehingga dalam pelaksanaannya dapat sesui dengan yang


(49)

hubungan antara kemampuan instruktur (X3) dengan peningkatan produktivitas kerja

karyawan (Y).

perusahaan.

I.7 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (2008: 33), konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.

Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga kerja merupakan suatu ukuran untuk melihat tindakan yang dilakukan oleh LLK-UKM dalam melaksanakan pelatihan tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu sebuah pelatihan untuk membantu orang yang putus sekolah maupun yang ingin bekerja tapi tidak memiliki keterampilan, yang dapat mereka peroleh dengan mengikuti pelatihan. Indikator untuk melihat suatu program efektif yaitu pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat, dan hasil. Sedangkan indikator untuk melihat keefektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga kerja di LLK UKM yaitu pelaksanaan pelatihan, jenis pelatihan, kesesuaian pelatihan dengan kebutuhan tenaga kerja, dan hasilnya. Hasil yang dimaksud yaitu out put, dan out


(50)

come. Hasil output adalah hasil yang dilihat dengan peserta diakhir pelatihan diberikan sertifikat yang menerangkan bahwa mereka sudah pernah mengikuti pelatihan di LLK UKM, sedangkan hasil outcome adalah hasil yang dilihat secara nyata melalui mereka dapat bekerja dengan perusahaan, dan mereka juga dapat membuka usaha mandiri yang nantinya akan membuka lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI

Bab ini menguraikan tentang gambaran dan karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi.


(51)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisika hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokemen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan tetang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan.


(52)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti secara sistematis. Penelitian kualitatif menyajikan data yang dikumpulkan terutama dalam bentuk kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih dari pada sekedar angka atau frekuensi. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (H.B Sutopo, 2002:111). Dengan demikian metode ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba menganalisis untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.


(53)

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Loka Latihan Kerja-Usaha Kecil dan Menengah (LLK-UKM) yang beralamat di Jalan Antara Bakaran Batu dan pihak-pihak lain yang terkait. Alasan pemilihan lokasi penelitian yaitu karena dilihat dari jumlah pengangguran dan angkatan kerja dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal populasi dan sampel. Menurut Suyanto (2005: 172), informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:

1. Informan Kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan kunci, yaitu : a. Kepala LLK-UKM b. Sub. Bagian tata usaha


(54)

2. Informan Utama, yaitu :

a. Peserta yang mengikuti pelatihan 3. Informan Tambahan, yaitu:

a. Pengajar

b. Lulusan dari LLK-UKM

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan berkenaan dengan topik penelitian.


(55)

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, literature, internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetisi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

b. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

2.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan dan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Moleong (2006: 274), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam satuan yang kemudian dikatagorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirnya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.


(56)

2.6 Etika Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki resiko yang dapat merugikan atau membahayakan subjek penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Jacob 2004:201).

Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami oleh pembaca yaitu menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kegiatan yang ditimbulkan (balancing harms and benefits).


(57)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi yang cukup menjanjikan. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan Deli berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.

Kabupaten Deli Serdang mengelilingi tiga “daerah kota madya” yaitu Kota Medan yang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Binjai dan Kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan beberapa kabupaten yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas daerah 6.400 Km² terdiri dari 33 kecamatan dan 902 kampung.

Daerah ini, sejak berbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena Kota Medan, Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa


(58)

waktu lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 Km²

Kota Medan menjadi pusat pemerintahan, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah Kota Medan adalah “Tanah Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an, pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Deli Serdang.

Kabupaten ini kembali mengalami perubahan pada tahun 2004 baik secara geografis maupun administrasi pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka luas wilayahnya sekarang menjadi 2.497,72 Km² terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan yang terhampar mencapai 3.34 % dari luas Sumatera Utara.

Kabupaten Deli Serdang dihuni penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Melayu, Karo, Simalungun, Jawa, Batak, Minang, Cina, Aceh dan pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha, dengan total jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya (LPP) sebesar 2,74% dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa perkilometer persegi.

Dalam gerak pembangunannya, motto Kabupaten Deli Serdang yang tercantum dalam Lambang Daerahnya adalah “Bhineka Perkasa Jaya” yang


(59)

memberi pengertian : dengan masyarakatnya yang beraneka ragam suku, agama, ras, dan golongan bersatu dalam kebhinekaan secara kekeluargaan dan gotong royong membangun semangat kebersamaan, menggali, dan mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya sehingga menjadi kekuatan dan keperkasaan untuk mengantarkan masyarakat kepada kesejahteraan dan kejayaan sepanjang masa.

3.1.1 Sejarah Kabupaten Deli Serdang

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 sebelum ini, Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbangungan (lebih kurang 38 Km dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi).

Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar Negara Sumatera Timur ( NST) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk Negara Republik Indonesia. Para pendukung NST membentuk Permusyawaratan Rakyat se-Sumatera Timur menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional.

Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan NRI, sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tidak bersedia.


(60)

Akhirnya Pemerintah NRI meminta kepada RIS untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang yang beribukota di Lubuk Pakam.

3.1.2 Lokasi Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak diantara 2 Lintang Utara dan antara 98 Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km dari luas Provinsi Sumatera Utara, dengan batas-batas Selat Sumatera di sebelah Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

3.2 Gambaran Umum LLK UKMKabupaten Deli Serdang

3.2.1 Visi dan Misi LLK UKM VISI :

Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat melalui peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja yang mandiri dalam rangka meningkatkan lapangan kerja untuk mendukung Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang (Aman Berusaha, Tenang Bekerja, Tersedia Tenaga Kerja yang Terampil)


(61)

MISI:

UPTD LLK-UKM Lubuk Pakam Dinas Tenaga Kerja dan Kabupaten Deli Serdang memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pelatihan dan keterampilan :

1. Pelatihan institusional untuk pencari kerja bagi pemuda–pemudi putus sekolah yang bertujuan membekali keterampilan bagi pencari kerja untuk memasuki dunia usaha.

2. Pelatihan non institusional (MTU) yang di laksanakan di desa – desa kecamatan, di lembaga permasyarakatan maupun pondok pesantren yang bertujuan untuk peningkatan produktifitas bagi masyarakat petani atau nelayan, sedangkan untuk lembaga permasyarakatan dan pondok pesantren merupakan pembekalan keterampilan.

3. Pelatihan kerja sama dengan pihak ke III program PKL/ PSG bagi sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan kualitas kelulusan untuk mendukung kegiatan pelajaran praktikum di sekolah yang bersangkutan

3.2.2 Uraian Tugas dan Fungsi Pokok LLK UKM Kabupaten Deli Serdang Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Deli Serdang mempunyai fungsi yaitu:

1. Melaksanakan kebijakan teknis dibidang LLK-UKM.

2. Melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.


(62)

3. Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang LLK-UKM.

4. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum yang meliputi kesekretariatan, program, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan organisasi dibidang LLK-UKM.

5. Merumuskan petunjuk teknis operasional dibidang pelatihan. 6. Merumuskan pengembangan kurikulum pelatihan.

7. Menyusun program kerja dengan pihak pengusaha dalam rangka kerjasama dibidang pelatihan.

8. Memberikan pelayanan dan informasi kepada masyarakat tentang program latihan kerja.

9. Melakukan mediator bagi pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja yang terlatih.

10.Melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan pelatihan.

11.Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai dengan tugas dan fungsi dibidang tenaga kerja dan transmigrasi.


(1)

6. Ahmad Yadi, Belum Bekerja

Saudara Ahmad Yadi ini sama seperti saudara Sri Ramadani yang mengikuti pelatihan Institusional yang dilaksanakan dilingkungan LLK UKM, dia mengetahui informasi ini yaitu dari temannya yang mengajak dia ikut mengikut i pelatihan untuk menambah kegiatan yang selama ini dihabiskan berdian diri dirumah. Untuk fasilitas yang disediakan LLK UKM untuk menunjang pelatihan ini sudah dapat dikatakan cukup dari gedung, alat dan bahan untuk praktek lengkap yang sudah dipersiapkan dengan matang, sehingga kami bisa langsung belajar. Gedungnya juga layak, bersih, dan suasana lingkungannya cukup nyaman jauh dari kebisingan kendaraan.

Instrukturnya juga asik tidak terlalu serius dalam menerangkan dan sangat jelas dalam menjelaskan pelajaran, kami juga dapat mentimak baik-baik apa yang diberikan para instruktur. Materi yang diberikan sudah sesuai dengan apa yang saya harapkan yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam dunia kerja saat ini. Pelatihan dilakukan setiap hari dimulai dari Pukul 07.30 WIB sampai 16.00 WIB. Untuk biaya tidak ada sama sekali yang dikeluarkan karena semua biaya gratis, kita datang belajar dengan sungguh-sungguh karena semua sudah disediakan sampai alat tulis telah disediakan pihak LLK UKM. Untuk kedepannya dia ingin membuka usaha sendiri, kecil-kecilan agar ilmu yang diperoleh tidak percuma begitu saja.

7. Aprianus, Wiraswasta

Sama juga saudara Aprianus ini mengikuti pelatihan yang Pelatihan Institusional dilingkungan LLK UKM, awalnya dia mengetahui tetangga yang sudah pernah mengikuti pelatihan di LLK UKM sebelumnya, sehingga dia tertarik


(2)

mengikuti jejak tetangganya ini, karena biaya tidak ada kita mendapatkan ilmu dan dia ingin sekali memiliki usaha sendiri yang di dirikannya. Untuk fasilitas yang telah disediakan cukup lengkap dan para instruktur sangat bersahabat sekali dengan peserta sehingga peserta ini santai belajarnya dan ilmunya juga sampai ke peserta dan peserta dapat mempraktekannya.

Untuk materi yang diberikan instruktur sudah sesuai untuk menghadapi dunia kerja saat ini. pelatihan dilakukan dari Pukul 07.30 WIB sampai 16.00 WIB. Pernah saudara Aprianus tidak menyangka kalau waktu pelatihan telah usai karena asiknya pelajaran yang diterimanya, sehingga dia betah belajar di LLK UKM disamping instruktur yang ramah juga karena lokasinya sangat nyaman.

Untuk kendala yang dia dirasakan saat belajar di LLK UKM tidak ada melainkan kendala berasal dari dirinya sendiri dikarekan jarak rumah dengan LLK UKM cukup jauh yang membuatnya lebih awal berangkat agar diterlambat sampai di LLK UKM kerena setiap hari mereka di absen 2 kali setiap harinya.

8. Heru Saputra, Belum Bekerja

Saudara Heru Saputra ini sama dengan yang sebelumnya kalau dia adalah peserta dari Pelatihan Institusional, dia mengetahui mengenai info ini rumahnya dilokasi LLK UKM, alasannya mengikuti pelatihan ini yaitu ingin bekerja atau membuka usaha sendiri. Karena dia tinggal di lokasi LLK UKM sehingga dia mengetahui bahwa fasilitas sudah lengkap dan cukup membuat para peserta nyaman belajar di LLK UKM. Tamatan dari sini juga sudah banyak yang dikatakan berhasil atau mampu untuk memanfaatkan ilmu yang diperolehnya.

Sejauh ini menurut dia cara instruktur dalam menyampaikan materi sudah sangat jelas dan tidak membosankan, sehingga dia dapat menyerap pelajaran dan


(3)

mempraktekannya. Mengenai materi pelajarannya sudah sesuai seperti yang diharapkan untuk bekal di dunia kerja nantinya. Pelajaran dimulai dari Pukul 07.30 WIB sampai 16.00 WIB, selama itu tidak hanya belajar saja tetapi ada juga waktu istirahatnya agar peserta tidak bosen belajar terus-terusan, waktu istirahat dari Pukul 12.00 WIB samapi 13.00 WIB.

Kendala yang dihadapi dalam pelatihan ini tidak ada karena semua telah disediakan, alat tulis dan praktek, bahkan peserta dapat uang makan siang yang akan dibagikan pada akhir pelatihan. Tidak ada biaya yang dipungut dalam pelatihan ini, untuk evaluasi dilaksanakan diakhir pelatihan untuk melihat keseriusan peserta dalam mengikuti pelatihan.

C. Informan Tambahan: 1. Ibu Roslina, PNS

Ibu Roslina merupakan bagian fungsional dari LLK UKM yang tugasnya sebagai instruktur di dalam pelatihan ini. Menurut beliau pelatihan merupakan program pemerintah dalam upaya mengurangi pengangguran di Kabupaten Deli Serdang. Dimana tujuan dari Pelatihan Tenaga Kerja yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang pada LLK UKM ini adalah untuk menyediakan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan bakat dan minat peserta itu sendiri serta potensi yang ada di desa dalam pemberdayaan masyarakat/ potensi yang ada di desa menuju kehidupan masyarakat sejahtera melalui usaha mandiri. Dalam pelatihan ini masyarakat tidak hanya dijadikan sebagai objek saja akan tetapi menjadikan masyarakat sebagai subjek atau pelaku utama dalam mengurangi angka pengangguran.


(4)

Sebagai instruktur mereka telah membuat sendiri materi yang akan dipelajari selama pelatihan, materi pelajaran bebas dari instruktur yang diharapkan dapat dipahami peserta dan mempraktekannya. Mengenai bagaimana proses pelaksanaanya sama sepeti yang dikatakan oleh bapak Bisner Banjarnahor S.Pd, ditanya mengenai hasil dari kegiatan pelatihan ini sudah efektif untuk mengurangi angka pengangguran karena LLK UKM memiliki tim pemantau ke lapangan apakah peserta yang sudah selesai benar-benar bekerja di perusahaan atau dengan membuka usaha mandiri. Untuk sejauh ini sudah banyak yang dapat bekerja atau menciptakan lapangan pekerjaan dari usaha mandiri yang mereka ciptakan.

Mengenai kendala yang dihadapi sebagai instruktur tidak ada karena mereka telah lama sebagai instruktur, kendala dari peserta yaitu ada juga peserta ini tidak mau tahu apa yang diajarkan mereka tidak seruis mengikuti pelatihan, mengenai peralatan prakteknya walaupun tidak baru lagi pihak LLK UKM mengupayakan untuk merawat dan memperbaiki jika ada yang rusak.

2. Ok Ma’ruf, Instruktur LPKS

Bapak Ok Ma’ruf adalah instruktur dari Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) yang dipercayai dapat membantu LLK UKM dikarenakan kekurangan instruktur yang ahli dan bapak Ok Ma’ruf telah lama bekerja di LLK UKM. Pelatihan menurut beliau yaitu mengajar dan melatih masyarakat agar lebih kreatif dan dapat membuka lapangan pekerjaan yang dari sini dapat mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Deli Serdang. Materi yang akan diajarkan kami telah membuat sendiri buku ajar kami sendiri yang sudah sesuai dengan apa yang diharapkan peserta untuk mengahdapi dunia kerja saat ini.


(5)

Proses pelatihan beliau tidak mengetahui bagaimana detailnya, mereka diminta pihak LLK UKM untuk bekerja setiap adanya pelatihan di LLK UKM. Mengenai hasil dari kegiatan ini sudah sesuai dengan harapan peserta dimana yang tadinya peserta tidak tahu dan tidak bisa, sekarang mereka sudah tahu dan bisa untuk mempraktekannya. Pelatihan ini sudah dapat dikatakan efektif dikarenakan telah banyak peserta yang belajar di LLK UKM sekarang dapat bekerja di perusahan yang membutuhkan tenaga dan memciptakan lapangan pekerjaan dikarenakan mereka telah memiliki keahlian yang dapat mengurangi angka pengangguran.

3. Ibu Lasmini, Wiraswasta

Ibu Lasmini ini merupakan tamatan dari LLK UKM ini dimana beliau sekarang sudah dapat menciptakan lapangan pekerjaan dengan membuka usaha sendiri, dimana sebagai sampingannya beliau ikut juga sebagai asisten dari ibu Roslina, jika ibu ini berhalangan hadir untuk mengajar beliau menghubungi ibu Lasmini untuk menggantikannya mengajar. Menurut beliau pelatihan yaitu mengajarkan kita yang tadinya tidak bisa sekarang bisa, yang harus dibarengi dengan niat dari diri sendiri untuk mau belajar.

Selama beliau mengikuti pelatihan ini banyak sekali manfaat yang beliau rasakan dan didukung dengan instruktur yang sangat berteman membuat suasana kelas tidak membosankan. Kendalanya dari diri sendiri untuk dapat fokus dalam mengikuti pelajaran, dari pihak LLK UKM tidak ada kendala dimana biaya gratis, dan selesai pelatihan diberikan uang makan selama kita ikut pelatihan.

Menurut beliau pelatihan LLK UKM ini sudah dapat dikatakan efektif dimana tamatannya dapat mandiri, dimana ini yang diharapkan pihak LLK UKM


(6)

untuk mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Deli Serdang. Beliau sanangat senang dan bangga karena sekarang dia bisa membuka usaha sendiri yang bisa sedikit penyerap pengangguran di desanya.