Pengaruh Konseling Menyususi terhadap Motivasi dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI pada Bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro Tahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi
sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan
indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua
pihak

untuk

memelihara,

meningkatkan

dan

melindungi

kesehatan


demi

kesejahteraan masyarakat. Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Periode 2 tahun
pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi pada periode ini bersifat
permanen dan tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya
terpenuhi (Dinkes Aceh, 2009).
Status gizi erat kaitannya dengan tingginya angka kesakitan dan kematian
bayi/balita, menurut SDKI 2007, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebesar
34/1000 kelahiran hidup, penyebabnya adalah 42% diare, 24% pneumonia, 9%
meningitis/ensefalitis, 7% kelainan saluran pencernaan, 6% kelainan jantung
kongenital dan hidrosefalus, 4%, sepsis, 3% tetanus dan 5% lain-lain. Mengingat
penyebab permasalahan status gizi bayi/balita adalah terkait dengan masalah perilaku,
maka setiap petugas kesehatan dituntut untuk mempunyai keterampilan konseling
(Depkes, 2007).

1

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan status gizi

anak/bayi adalah dengan melaksanakan Strategi Nasional Peningkatan Pemberian
ASI dan MP-ASI yaitu mulai menyusu dalam 1 jam setelah lahir, menyusu secara
eksklusif sampai usia 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
mulai usia 6 bulan dan meneruskan menyusu sampai usia 2 tahun atau lebih
(Kemenkes, 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF merekomendasikan
menyusui eksklusif (exsclusive breastfeeding) sejak lahir selama 6 bulan pertama
hidup anak dan tetap disusui bersama pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian ASI secara eksklusif
merupakan salah satu upaya menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi dan
balita, disamping itu pemberian ASI eksklusif juga dapat mengurangi resiko penyakit
akut dan kronis termasuk diare, penyakit infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran
kemih, otitis media dan asma (Depkes,2007).
Banyak keuntungan yang diperoleh dengan memberikan ASI ekslusif, namun
demikian sebagian besar ibu di banyak negara mulai memberi bayi makanan dan
minuman buatan sebelum 6 bulan dan banyak yang berhenti menyusui jauh sebelum
anak berumur 2 tahun. Penelitian Megawati (2005), menemukan bahwa praktik
pemberian ASI eksklusif di wilayah perkotaan dan pinggiran perkotaan masih rendah
yakni berkisar 20-30%. Rendahnya praktik pemberian ASI ekslusif ini disebabkan
oleh pengetahuan ibu tentang ASI dan ASI eksklusif yang kurang.


Data Riskesdas tahun 2010 menunjukan bahwa cakupan pemberian ASI
eksklusif di Indonesia sebesar 15,3% dan tahun 2013 cakupan ASI eksklusif sebesar
30,2%, walaupun mengalami peningkatan tetapi cakupan ini masih jauh di bawah
standar yaitu sebesar 80%. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir atau Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) juga masih jauh dari harapan yaitu sebesar 29,3% tahun 2010
dan ditahun 2013 meningkat menjadi 34,5%. Selama menunggu ASI keluar maka
bayi telah diberikan makanan prelakteal yaitu susu formula. Tahun 2010 sekitar
44,4% bayi telah diberikan makanan prelakteal dan ditahun 2013 sedikit mengalami
penurunan yaitu sebesar 43,6% bayi diberikan makanan prelakteal (Kemenkes RI,
2013).
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Provinsi Aceh juga masih rendah
yaitu sebesar 27% ditahun 2012 dan meningkat ditahun 2013 menjadi 48,8%.
Rendahnya cakupan ini dipengaruhi oleh budaya memberikan makanan dan minuman
terlalu dini kepada bayi baru lahir, pengetahuan keluarga tentang ASI sangat minim
disamping kurangnya dukungan dari petugas kesehatan karena adanya propaganda
susu formula (Dinkes Aceh, 2013).
Di Kota Langsa cakupan pemberian ASI masih jauh dibawah target Nasional
yaitu sebesar 60,9%, sedangkan di Puskesmas Langsa Baro cakupan pemberian ASI
Eksklusif sebesar 51,2% (Dinkes Kota Langsa, 2013). Pada survei awal dilakukan
terhadap 10 orang ibu menyusui diwilayah kerja puskesmas Langsa Baro diketahui

bahwa ada anggapan dimasyarakat kalau pemberian ASI eksklusif tidak akan
berhasil, penyapihan sering dilakukan setelah bayi berumur 2 bulan dengan alasan

anak lebih sehat dan gemuk jika diberi susu pabrikan dibanding ASI jadi ibu tidak
merasa bersalah untuk tidak memberi ASI, ASI sedikit dan encer, orang tua yang
tinggal bersama keluarga ibu menyusui menyarankan agar segera memberikan
makanan padat pada bayi, ibu merasa ASI saja tidak cukup untuk bayi karena bayi
rewel dan sering menangis dan ibu harus kembali bekerja disamping ada alasan lain
yang sebenarnya dapat diatasi jika ibu mendapat dukungan dari konselor yang
berperan aktif dalam memecahkan masalah yang dialami ibu. Menurut WHO (2003)
menyatakan bahwa dukungan yang diberikan seorang konselor merupakan hal yang
paling efektif dalam meningkatkan durasi ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian Nurafifah (2007) ditemukan bahwa rendahnya
pemberian ASI eksklusif kepada bayi disebabkan karena pengetahuan dan motivasi
yang rendah, sedangkan penelitian Ambarwati (2012) menyatakan bahwa praktik
pemberian ASI eksklusif lebih tinggi pada ibu ibu-ibu yang diberi konseling
menyusui (39,5%) dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak diberi konseling
menyusui (19,6%).
Menyusui merupakan sebuah proses yang harus dilalui setiap ibu pasca
persalinan dan sangat besar manfaatnya, peneliti medis telah membuktikan bahwa

ASI

memiliki

berbagai

keunggulan

yang

tidak

tergantikan

dengan

makanan/minuman/susu manapun. Menyusui meski terdengar sederhana tapi
pelaksanaannya sangat sulit, kurangnya pengetahuan, motivasi ibu yang rendah, sikap
negatif ibu dan tidak adanya dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan
menyebabkan kegagalan menyusui. Konseling merupakan salah satu bentuk


dukungan petugas kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan, motivasi dan
sikap positif ibu.
Karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dan setiap bayi berhak
mendapatkan ASI maka pemerintah membuat suatu peraturan tentang pemberian ASI
eksklusif yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 33 tahun 2012. Pasal 5
PP tersebut mengatur tentang tanggung jawab pemerintah Kabupaten/Kota dalam
program pemberian ASI eksklusif menyatakan bahwa pemerintah Kabupaten/Kota
harus melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI eksklusif,
menyediakan tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat
sarana umum lainnya, menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan
edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI eksklusif (Kemenkes, 2013).
Pada kenyataannya PP no 32 tahun 2012 ini belum berjalan dengan maksimal,
seperti masih terbatasnya tenaga konselor ASI di fasilitas kesehatan dan tempat
sarana umum lainnya dan belum terlaksananya kegiatan edukasi, sosialisai, advokasi
dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, tidak tersedianya pojok ASI
di fasilitas kesehatan dan tempat umum, masih terbatasnya poster atau leaflet tentang
ASI dan MP-ASI dan tenaga kesehatan yang melakukan pemerikasaan kepada ibu
hamil tidak ada memberikan penjelasan dan anjuran untuk memberikan ASI eksklusif
merupakan penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang
pengaruh konseling menyusui terhadap motivasi dan sikap ibu memberi ASI pada
bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro tahun 2015.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini adalah “rendahnya motivasi dan sikap ibu untuk memberikan ASI pada
bayi sehingga peneliti ingin mengetahui apakah konseling menyusui berpengaruh
terhadap motivasi dan sikap ibu tentang pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan di
Kecamatan Langsa Baro tahun 2015”.

1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh konseling menyusui terhadap motivasi dan sikap
ibu tentang pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro.

1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh konseling menyusui terhadap motivasi ibu tentang pemberian ASI
pada bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro.
2. Ada pengaruh konseling menyusui terhadap motivasi ibu tentang pemberian ASI
pada bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro.


1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan
dalam rangka penyusunan program bagi Dinas Kesehatan mengenai konseling yang
dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk meningkatkan motivasi dan sikap ibu
untuk memberikan ASI pada bayi sehingga pada akhirnya dapat meningkaatkan
cakupan pemberian ASI eksklusif.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 0-6 Bulan Di Kota Langsa

3 47 108

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0- 12 Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

3 10 60

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

1 11 111

Pengaruh Konseling Menyususi terhadap Motivasi dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI pada Bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro Tahun 2015

0 1 17

Pengaruh Konseling Menyususi terhadap Motivasi dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI pada Bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Konseling Menyususi terhadap Motivasi dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI pada Bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro Tahun 2015

0 1 26

Pengaruh Konseling Menyususi terhadap Motivasi dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI pada Bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro Tahun 2015

0 0 4

Pengaruh Konseling Menyususi terhadap Motivasi dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI pada Bayi 0-6 bulan di Kecamatan Langsa Baro Tahun 2015

0 0 40

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 30

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN

0 0 6