Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 0-6 Bulan Di Kota Langsa

(1)

EFFECT OF INTERNAL AND EXTERNAL FACTORS OF MOTHERS ON THE ADMINISTRATION OF SUPPLEMENTARY FOOD FOR

INFANT OF 0-6 MONTHS OLD IN THE CITY OF LANGSA

T H E S I S

BY

SAFRINA SALIM 087032006/AKK-GM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA

0-6 BULAN DI KOTA LANGSA

T E S I S

Oleh

SAFRINA SALIM 087032006/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA

0-6 BULAN DI KOTA LANGSA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAFRINA SALIM 087032006/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 0-6 BULAN DI KOTA LANGSA

Nama Mahasiswa : Safrina Salim Nomor Induk Mahasiswa : 087032006

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si) (Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 17 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si Anggota : 1. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes 3. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL IBU TERHADAP PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA

0-6 BULAN DI KOTA LANGSA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2011

Penulis,


(7)

ABSTRAK

Makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi yang berusia 0-6 bulan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi terhambatnya tumbuh kembang optimal pada bayi. Pemberian makanan pendamping ASI pada masa ini akan menurunkan Cakupan ASI Eksklusif. Cakupan ASI Eksklusif di kota Langsa masih rendah 39,87% (tahun 2009) sementara target nasional 80%. Hal ini diduga terkait dengan faktor internal (pengetahuan, sikap, motivasi) dan faktor eksternal (dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dan sosial budaya) ibu.

Penelitian ini merupakan penelitian survai explanatory yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal ibu terhadap pemberian MP-ASI. Populasi adalah 1.002 ibu, yang mempunyai anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa Tahun 2010. Sampel sebanyak 270 ibu yang diambil dengan multistage sampling. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi logistik.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel pengetahuan (p=0,002), motivasi (p=0,008), dukungan keluarga (p=0,007), peran petugas kesehatan (p=0,032) dan sosial budaya (p=0,013) merupakan variabel yang berpengaruh terhadap makanan pendamping ASI.

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk menyosialisasikan ASI Eksklusif kepada ibu, keluarga dan masyarakat serta berperan aktif dalam melakukan pendataan, pemantauan, pengawasan serta kerjasama petugas kesehatan dengan kader, tokoh masyarakat, lintas sektor dan lintas program terhadap pencapaian cakupan ASI Eksklusif.


(8)

ABSTRACT

Complementary feeding for infants of 0-6 months years old is one of the factors that affect optimal growth and development in infants. Provision of complementary feeding at this time will reduce the scope of exclusive breast feeding. The scope of exclusive breastfeeding in the city of Langsa was still low 39.87% (in 2009) while the national target of 80%. This is apparently related to internal factors of mother (knowledge, attitude, motivation) and external factors (family support, the role of health workers and social-cultural).

This research was an explanatory survey research that aimed to analyze the influence of internal and external factors of mothers on the provision of complementary feeding. The population were 1002 women, who had children aged 0-6 months in the city of Langsa in 2010. The sample amount of 270 mothers were taken by multistage sampling. Data were obtained by using questionnaires and analyzed with logistic regression.

The statistical analysis showed that the variables of knowledge (p = 0.002), motivation (p = 0.008), family support (p = 0.007), the role of health workers (p = 0.032) and socio-culture (p = 0.013) were variables that influenced on the complementary feeding.

It is suggested to health worker to socialize exclusive breastfeeding to the mother, family and community and play an active role in conducting the data collection, monitoring, supervision and collaboration with a cadre, community leaders, across sectors and programs toward the achievement of the scope of exclusive breast feeding.

Keywords: family support, complementary feeding, exclusive breastfeeding


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu terhadap Pemberian MP-ASI pada Anak Usia 0-6 Bulan di Kota Langsa Tahun 2010’’

Selama proses penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K).

Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, kepada Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si dan Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, dan Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku komisi pembanding yang telah bersedia menjadi


(10)

pembanding yaitu dan telah memberikan kritikan dan saran serta bimbingan demi kesempurnaan tesis ini.

Tak terhingga terima kasih saya ucapkan kepada keluarga yang telah memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.

Selanjutnya terima kasih penulis kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Maret 2011


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Safrina Salim dilahirkan di Meulaboh pada tanggal 16 Maret 1967 dan menikah dengan Drs. Diswan MD dan telah dikaruniai 3 (tiga) anak yaitu Dilfan Marhadi, Diva Delfisna dan Firas Al-Wafi.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Madrasah Ibtidayah tamat tahun 1980. Tahun 1983 penulis menamatkan Sekolah Menengah Pertama negeri 2 Blang Pidie, dan menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan di Meulaboh tahun 1983. Pada tahun 1990 Penulis menamatkan Program Pendidikan Bidan di Banda Aceh, tahun 2004 Penulis menamatkan Akademi Kebidanan di Banda aceh dan terakhir tahun 2008 Penulis menamatkan Sarjana Kesehatan Masyarakat di Banda aceh.

Penulis memulai karir sebagai Kepala Seksi Kesehatan Keluarga di Dinas Kesehatan Kota Langsa tahun 2004-2007. Tahun 2007-2008 menjadi Kepala Bidang Kesehatan Sosial dan Kepala Bidang Kesehatan Keluarga di Dinas Kesehatan Kota Langsa tahun 2008-2009, dan mulai tahun 2009 sampai sekarang menjabat Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Makanan Pendamping ASI ... 8

2.2. Pola Konsumsi Makanan Pada Bayi... 11

2.3. Prasyarat Pemberian Makanan Tambahan ASI ... 12

2.4. Faktor Yang Memengaruhi Pemberian MP-ASI ... 14

2.5. Landasan Teori ... 21

2.6. Kerangka Konsep ... 23

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis Penelitian ... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3. Populasi dan Sampel... 25

3.4. Metode Pengumpulan data ... 27

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 29

3.6. Metode Pengukuran ... 30

3.7. Metode Analisis Data ... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.2. Karakteristik Responden ... 37

4.3. Pengetahuan Responden... 38


(13)

4.6. Dukungan Keluarga... 39

4.7. Peran Petugas Kesehatan... 40

4.8. Sosial Budaya ... 40

4.9. Pemberian MP-ASI ... 41

4.10. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemberian MP-ASI .. 42

4.11. Hubungan Sikap Responden dengan Pemberian MP-ASI ... 42

4.12. Hubungan Motivasi Responden dengan Pemberian MP-ASI ... 43

4.13. Hubungan Dukungan Keluarga Responden dengan Pemberian MP-ASI... 44

4.14. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Responden dengan Pemberian MP-ASI ... 44

4.15. Hubungan Sosial Budaya Responden dengan Pemberian MP-ASI 45 4.16. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Pemberian MP-ASI... 46

BAB 5. PEMBAHASAN ... 49

5.1. Faktor Internal ... 49

5.2. Faktor Eksternal... 51

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Kecamatan ... 27

3.2 Variabel, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur... 28

4.1 Gambaran Luas Kota Langsa ... 34

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 35

4.3 Gambaran Pengetahuan Responden ... 36

4.4 Gambaran Sikap Responden... 37

4.5 Gambaran Motivasi Responden... 37

4.6 Gambaran Dukungan Keluarga ... 38

4.7 Gambaran Peran Petugas Kesehatan ... 38

4.8 Gambaran Sosial Budaya Responden... 39

4.9 Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ... 39

4.10 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden dengan Pemberian MP-ASI Ibu. 40 4.11 Tabulasi Silang Sikap Responden dengan Pemberian MP-ASI Ibu... 41

4.12 Tabulasi Silang Motivasi Responden dengan Pemberian MP-ASI Ibu... 41

4.13 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Responden dengan Pemberian MP-ASI Ibu ... 42

4.14 Tabulasi Silang Peran Petugas Kesehatan Responden dengan Pemberian MP-ASI Ibu ... 43


(15)

4.15 Tabulasi Silang Sosial Budaya Responden dengan Pemberian MP-ASI

Ibu ... 43 4.16 Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal dalam Pemberian MP-ASI Ibu... 45


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 58 2. Surat Keterangan Izin Penelitian... 62 3. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 64


(18)

ABSTRAK

Makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi yang berusia 0-6 bulan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi terhambatnya tumbuh kembang optimal pada bayi. Pemberian makanan pendamping ASI pada masa ini akan menurunkan Cakupan ASI Eksklusif. Cakupan ASI Eksklusif di kota Langsa masih rendah 39,87% (tahun 2009) sementara target nasional 80%. Hal ini diduga terkait dengan faktor internal (pengetahuan, sikap, motivasi) dan faktor eksternal (dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dan sosial budaya) ibu.

Penelitian ini merupakan penelitian survai explanatory yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal ibu terhadap pemberian MP-ASI. Populasi adalah 1.002 ibu, yang mempunyai anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa Tahun 2010. Sampel sebanyak 270 ibu yang diambil dengan multistage sampling. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi logistik.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel pengetahuan (p=0,002), motivasi (p=0,008), dukungan keluarga (p=0,007), peran petugas kesehatan (p=0,032) dan sosial budaya (p=0,013) merupakan variabel yang berpengaruh terhadap makanan pendamping ASI.

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk menyosialisasikan ASI Eksklusif kepada ibu, keluarga dan masyarakat serta berperan aktif dalam melakukan pendataan, pemantauan, pengawasan serta kerjasama petugas kesehatan dengan kader, tokoh masyarakat, lintas sektor dan lintas program terhadap pencapaian cakupan ASI Eksklusif.


(19)

ABSTRACT

Complementary feeding for infants of 0-6 months years old is one of the factors that affect optimal growth and development in infants. Provision of complementary feeding at this time will reduce the scope of exclusive breast feeding. The scope of exclusive breastfeeding in the city of Langsa was still low 39.87% (in 2009) while the national target of 80%. This is apparently related to internal factors of mother (knowledge, attitude, motivation) and external factors (family support, the role of health workers and social-cultural).

This research was an explanatory survey research that aimed to analyze the influence of internal and external factors of mothers on the provision of complementary feeding. The population were 1002 women, who had children aged 0-6 months in the city of Langsa in 2010. The sample amount of 270 mothers were taken by multistage sampling. Data were obtained by using questionnaires and analyzed with logistic regression.

The statistical analysis showed that the variables of knowledge (p = 0.002), motivation (p = 0.008), family support (p = 0.007), the role of health workers (p = 0.032) and socio-culture (p = 0.013) were variables that influenced on the complementary feeding.

It is suggested to health worker to socialize exclusive breastfeeding to the mother, family and community and play an active role in conducting the data collection, monitoring, supervision and collaboration with a cadre, community leaders, across sectors and programs toward the achievement of the scope of exclusive breast feeding.

Keywords: family support, complementary feeding, exclusive breastfeeding


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa.

Usia 0-24 bulan merupakan masa dimana bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan cepat (Roesli, 2005). Pada masa ini sering di istilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal, sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Pada tumbuh kembang anak, makanan merupakan kebutuhan yang terpenting. Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 1995). Pada masa balita, anak sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat sehingga


(21)

tinggi. Hasil pertumbuhan menjadi dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa balita. Gizi kurang atau gizi buruk pada bayi dan anak-anak terutama pada umur kurang dari 5 tahun dapat berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan otak (Ahmad Djaeni, 2000).

Target di atas dapat dilakukan dengan sejumlah kegiatan yang bertumpu kepada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Penerapan perilaku Keluarga Sadar Gizi, keluarga didorong untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dan memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan.

Pada periode pemberian MP-ASI, bayi bergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Menurut data WHO (2000,) menyatakan lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar.

Kebiasaan pemberian makanan bayi yang tidak tepat, salah satunya adalah pemberian makanan yang terlalu dini. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2002, diketahui bahwa 32% ibu yang memberikan makanan tambahan terlalu dini kepada bayinya yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur nasi, pisang, dan 69% terhadap bayi yang berumur 4-5 bulan.

Pemberian makanan terlalu dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan seperti diare, muntah, dan sulit buang air besar. Cott (2003) mengatakan


(22)

bahwa dalam pemberian makanan bayi perlu diperhatikan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya.

Hasil penelitian yang dilakukan Irawati (2007), peneliti pada Pusat Pelatihan dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan, diperoleh bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapat makanan pendamping ASI dengan usia kurang dari 1 bulan.

Penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, ditemukan bahwa praktek pemberian makan pada bayi sebelum usia 1 bulan mencapai 32,4% dan pada usia tersebut didapatkan sebesar 66,7% jenis makanan yang diberikan adalah pisang (Depkes, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2001) di Provinsi Jawa Tengah dan

Jawa Barat, sebanyak 77% responden memberikan makanan prelaktal dan 23%

langsung memberikan ASI saja kepada bayinya.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2006) menunjukkan bahwa 56,80% ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini pada bayi 0-6 bulan dan sebesar 43,20% ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (Litbangkes, 2007).

Suhardjo (1999) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi antara lain faktor kesehatan bayi, faktor kesehatan ibu, faktor pengetahuan, faktor pekerjaan, faktor petugas kesehatan, faktor budaya dan faktor ekonomi.


(23)

Data Dinas Kesehatan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (2008) menunjukkan bahwa 51,13% ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini pada bayi 0-6 bulan dan sebesar 48,87% ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini.

Data Dinas Kesehatan Kota Langsa (2009) menunjukkan bahwa 60,13% Ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini pada bayi 0-6 bulan dan sebesar 39,87% ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini.

Adapun salah satu strategi yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan dalam pemberian makanan pendamping ASI yaitu dengan dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu kepada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Penerapan perilaku Kadarzi, keluarga didorong untuk memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu relatif tidak bermasalah. Pada keluarga miskin, pendapatan yang rendah menimbulkan keterbatasan pangan di rumah tangga yang berlanjut kepada rendahnya jumlah dan mutu ASI yang diberikan kepada bayi dan anak.

Salah satu tidak tercapainya cakupan ASI Eksklusif dan tingginya pemberian MP-ASI terlalu ini dikarenakan rendahnya pengetahuan serta dorongan sikap dan motivasi ibu tentang ASI Eksklusif dan MP-ASI serta dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dalam keluarga dan masyarakat. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI terlihat dari diberikannya susu formula dan makanan pendamping ASI dari pabrikan atau lokal.


(24)

Beberapa faktor di atas merupakan refleksi dari beberapa asumsi faktor internal dan eksternal determinan perilaku. Faktor-faktor itu berpengaruh terhadap pencapaian suatu program kesehatan, seperti perilaku tidak proaktif dalam hal memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Survei pendahuluan menunjukkan bahwa dari 20 orang ibu yang mempunyai bayi dan menyusui, hanya 2 ibu (10%) yang berhasil memberikan ASI eksklusif dengan alasan mereka telah pernah mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif sewaktu memeriksakan kehamilan pada dokter kandungan dan si ibu mempunyai motivasi yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif kepada anaknya, sedangkan 18 ibu lainnya tidak berhasil menjalankan program ASI eksklusif kepada bayinya disebabkan berbagai hambatan di antaranya 5 bayi pada hari pertama telah diberikan susu formula dengan alasan ASI baru keluar pada hari ketiga pasca persalinan, 7 bayi menjelang bulan kedua telah diselingi dengan MP-ASI (nasi campur pisang wak) oleh Keluarga (nenek bayi) dengan alasan ASI saja kebutuhan bayi tidak mencukupi karena pertumbuhan bayi semakin hari semakin bertambah, 3 bayi menjelang usia tiga bulan mulai dirasakan susu formula dengan alasan sewaktu ibunya bekerja nanti si bayi yang ditinggal akan terbiasa dengan pengganti ASI sehingga kebutuhan bayi tercukupi, 3 ibu mengatakan ASI nya tidak mencukupi (sedikit) sehingga si bayi rewel dan si ibu harus mengikuti pola kebiasaan yang sudah turun temurun dikeluarga seperti pantang minum banyak (takut perut si ibu kebesaran) si ibu dianjurkan minum jamu agar tubuh ibu nantinya kembali seperti sedia kala.


(25)

Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka di Kota Langsa perlu dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh faktor internal dan eksternal ibu dalam pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa sehingga permasalahan ini diangkat untuk diteliti dan diharapkan dapat menyusun perencanaan strategi untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan pemanfaatan pemberian MP-ASI sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan serta dapat menurunkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada bayi dan balita 15%, dan menurunkan prevelensi balita pendek menjadi 32% serta peningkatan umur harapan hidup menjadi 72 tahun berdasarkan target pencapaian SPM Kota Langsa yang akan datang serta jaminan pemeliharan kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor internal (pengetahuan, sikap, dan motivasi) dan eksternal (dukungan keluarga, peran petugas kesehatan, dan sosial budaya) ibu terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor internal (pengetahuan, sikap, dan motivasi) dan eksternal (dukungan keluarga, peran petugas kesehatan, dan sosial budaya) ibu terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa tahun 2010.


(26)

1.4. Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh faktor eksternal (dukungan keluarga, peran petugas

kesehatan, dan sosial budaya) ibu terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa tahun 2010.

Ha : Ada pengaruh faktor eksternal (dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dan sosial budaya) ibu terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6

bulan di Kota Langsa tahun 2010.

Ho : Tidak ada pengaruh faktor internal (pengetahuan, sikap, dan motivasi) ibu terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa tahun 2010.

Ha : Ada pengaruh faktor internal (pengetahuan, sikap, dan motivasi) ibu terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa tahun 2010.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Langsa maupun jajaran

dalam upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif pada anak usia 0-6 bulan, dan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan.

b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).

Makanan tambahan berarti memberi makanan lain selain ASI dimana selama periode pemberian makanan tambahan seorang bayi terbiasa memakan makanan keluarga. Pemberian makanan tambahan merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Proses ini juga dibutuhkan keterampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).


(28)

2.1.1. Makanan Tambahan yang Baik

Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energy, protein dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan fosfat), bersih dan aman, tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau toksin, tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras yang membuat bayi tersedak, tidak terlalu panas, tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Rosidah, 2004).

2.1.2. Waktu yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan

Air Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu untuk petumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahan mulai diberikan umur enam bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang dan mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut : a) seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan


(29)

nutrisi anak, b) anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat, c) risiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI, d) makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah dan sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat

lambung penuh tapi memberikan nutrient sedikit, e) ibu mempunyai risiko lebih

tinggi untuk hamil kembali (Ariani, 2008)

Akibat dari kurang menyusui dan resiko pemberian makanan tambahan terlalu lambat, a) anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi

kesenjangan energy dan nutrient, b) anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh

lambat, c) pada anak risiko malnutrisi dan deficiency mikro nutrient meningkat.

2.1.3. Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Tambahan

Pemberian MP-ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, menyesuaikan kemampuan alat kerja dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo, 1999).

Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah resiko masaalah gizi, defisiensi zat gizi mikro (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat), menyediakan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi

kesenjangan energi dengan nutrient, memelihara kesehatan, mencegah penyakit,


(30)

mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001).

Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendidikan. Bayi diajar mengunyah dan menelan makanan padat, makanan tidak diberi pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul, pengenalan pemberian makanan lebih mudah sebelum gigi keluar, gusi bayi bengkak dan sakit maka akan sulit memberikan makanan tambahan (Suhardjo, 1999).

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat, kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketidak tertarikan pada makanan (Ariani, 2008).

2.2. Pola Konsumsi Makanan Pada Bayi

Tahun pertama, khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi, pertumbuhan fisik yang berlangsung dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan cepat. ASI harus merupakan makanan utama pada masa ini. Biasanya makanan tambahan terhadap bayi diperlukan pada semester kedua untuk mempertahankan pertumbuhan anak pada kecepatan yang sama, umumnya ini berarti antara umur empat sampai enam bulan.


(31)

Memperkenalkan makanan tambahan pada umur empat sampai enam bulan ini disebabkan karena alasan psikologis dan psikososial.

ASI harus merupakan makanan satu-satunya (eksklusif) untuk bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Makanan tambahan pertama diberikan adalah terutama untuk memberikan tambahan energi serta untuk memulai proses pendidikan dan akulturasi, kebutuhan makanan tambahan yang meningkatkan agar campuran ASI dan makanan tersebut dapat memberikan energi dan protein yang diperlukan anak. Pada suatu saat makanan tambahan secara keseluruhan menggantikan peran ASI, dalam hal ini berarti si bayi disapih atau tidak menyusui lagi pada ibunya sebaiknya hal ini dilakukan bila bayi telah berumur dua tahun.

Selama proses penyapihan tersebut, makanan tambahan yang diberikan harus mengandung nilai kalori dan kadar protein yang cukup tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Pada masa kini makanan tambahan untuk bayi tersebut banyak diproduksi oleh industri dan mudah diperoleh di pasaran. Masaalah ekonomi untuk memperoleh produk tersebut, makanan orang dewasa yang terdiri dari serealia, umbi-umbian dan kacang-kacangan serta sayuran dan buah-buahan dapat diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi.

2.3. Prasyarat Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) akan berkontribusi pada perkembangan optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat. Sebagai panduan


(32)

pemberian MP-ASI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan empat hal berikut diantaranya: a) saat yang tepat pemberian makanan pada bayi merupakan upaya pengenalan bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI), makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), makanan agak kasar, hingga makanan padat (makanan orang dewasa) pada usia diatas 12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu penyerapan zat gizi, sebaliknya, pengenalan yang terlambat akan meningkatkan resiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan makanan yang dianjurkan biasanya diperoleh tidak hanya dari tenaga kesehatan, tetapi juga internet, majalah dan buku mengenai pemberian makan pada anak, serta informasi yang tercantum pada KMS, b) adekuat (mencukupi). Makanan yang diberikan harus mengandung kalori, protein, dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup. Secara sederhana, ini berarti memberikan makanan yang tidak hanya sekedar menyenangkan anak, tetapi secara seimbang juga memberikan kecukupan zat gizi lain untuk pertumbuhan dan perkembangannya misalnya pemberian nasi dan kerupuk saja, walaupun secara kalori tidak kekurangan dan tidak akan membuat seseorang lapar, namun nilai gizinya perlu dipertanyakan karena asupan protein dan mikronutrien terabaikan, c) bersih dan aman. Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak.


(33)

2.4. Faktor yang Memengaruhi Pemberian MP-ASI

2.4.1.Faktor Internal

Faktor internal adalah beberapa faktor yang memengaruhi dari dalam si individu untuk melakukan sesuatu. Adapun yang menjadi faktor internal meliputi pengetahuan, sikap, dan motivasi.

2.4.1.1. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melaukukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif seperti “tahu, memahami, aplikasi, analisa sintesis dan evaluasi.” Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Roesli (2000), bahwa hambatan utama tercapainya ASI eksklusif dan pemanfaatan MP-ASI yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif dan MP-ASI pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik pada bayinya dan seorang bayi akan kehilangan


(34)

sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal, pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian pisang atau nasi lembek sebagai tambahan ASI di pedesaan. Azwar (2003), menyatakan bahwa rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dimulai dari masa persalinan sampai pasca melahirkan berdampak terhadap sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan berperan besar terhadap seseorang melakukan tindakan artinya tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap kebutuhan baik untuk dirinya maupun orang lain. Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah mayoritas akan acuh tak acuh dengan kondisi bayinya sebaliknya ibu dengan tingkat pengetahuan lebih biasanya akan sangat peduli terhadap kondisi anaknya baik itu terhadap pemberian ASI ekslusif maupun sampai pemberian makanan pendamping ASI.

2.4.1.2. Sikap Ibu

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Cardno dalam Notoatmodjo (2003), membatasi sikap sebagai hal yang memerlukan predisposisi yang nyata dan variabel disposisi lain untuk memberi respons terhadap objek sosial dalam interaksi dengan situasi dan mengarahkan serta memimpin individu dalam bertingkah laku secara terbuka.


(35)

Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaan dan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, akan tetapi sebagai salah satu predisposisi tindakan untuk perilaku. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional.

Krech dalam Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa sikap menggambarkan suatu kumpulan keyakinan yang selalu mencakup aspek evaluatif sehingga selalu dapat diukur dalam bentuk baik dan buruk atau positif dan negatif. Selanjutnya Mucchielli dalam Notoatmodjo (2003) menegaskan sikap sebagai suatu kecenderungan jiwa atau perasaan yang relatif terhadap kategori tertentu dari objek, orang atau situasi.

Menurut Fathurahman (2004), menyatakan bahwa, sikap ibu dapat memengaruhi sebahagian besar bayi pernah diberikan MP-ASI pada kelompok umur 0-1 bulan dan umur 2-3 bulan. Secara keseluruhan ada perbedaan pemberian MP-ASI pada bayi di perkotaan dan pedesaan. Jenis MP-ASI yang diberikan di perkotaan umumnya berupa susu/makanan formula, sedangkan di pedesaan adalah makanan tradisional.

2.4.1.3. Motivasi

Secara umum motivasi sering diartikan dengan istilah dorongan dari diri sendiri. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk


(36)

manusia untuk bertingkah laku, didalam perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai dengan motivasi (niat). Oleh karena itu dilihat dari pendapat ini motivasi adalah merupakan sejumlah

proses-proses psikologika. Terjadinya peristiwa kegiatan sukarela (volunteer) yang

diarahkan ketujuan tertentu, baik yang bersifat internal maupun eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi. Motivasi dapat menjadikan manusia lebih semangat dan kreatif dalam menjalankan sesuatu.

Berdasarkan penelitan yang dilakukan Diana Nurafifah (2007) menyatakan bahwa dalam pemberian ASI eksklusif, sebagian ibu tidak mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga mereka tidak mempunyai motivasi untuk menyusui bayinya. Hal ini terlihat dari sebahagian ibu telah memberikan makanan pendamping air susu ibu (PASI) sejak dini dianggap sebagai suatu hal yang baik agar bayi cepat tumbuh besar, gemuk dan tidak sakit.

2.4.2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah beberapa faktor yang memengaruhi dari luar si individu untuk melakukan sesuatu. Adapun yang menjadi faktor eksternal meliputi dukungan keluarga, peran petugas kesehatan, dan sosial budaya.


(37)

2.4.2.1. Dukungan Keluarga

Sarafino (2003) mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan dan sumber

dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram.

Taylor (1995), mengungkapkan bahwa keluarga dan perkawinan adalah sumber dukungan sosial yang paling penting. Dukungan keluarga berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman, dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan memengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis.

Bagian dari keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui yaitu suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya, mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu (Roesli, 2007).


(38)

Suami dan anggota keluarga lainnya dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok. Pengertian suami tentang peranannya yang sangat penting ini merupakan langkah pertama mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif dan hal ini merupakan suatu investasi yang berharga. Hubungan yang baik antara seorang ayah dan bayinya merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak di kemudian hari (Roesli, 2007).

Kelompok ibu-ibu yang sehat dan produksi ASI-nya bagus, sebetulnya yang paling memungkinkan dapat memberikan ASI dengan baik, tetapi banyak faktor yang memengaruhinya, antara lain faktor keluarga dan kekerabatan. Tidak semua suami atau orang tua akan mendukung pemberian ASI, misalnya, suami merasa tidak nyaman apabila istrinya menyusui. Pada waktu seorang ibu melahirkan, keluarga besar atau kerabatnya berdatangan untuk membantu merawat ibu dan bayinya. Pada saat itu mereka memberikan makanan/minuman pada usia yang sangat dini.

2.4.2.2. Peran Petugas Kesehatan

Ibu yang mempunyai masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui sehingga tercapai ASI eksklusif. Petugas kesehatan atau relawan yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam


(39)

ibu dalam memahami hal-hal berikut : a) pemberian ASI dapat meringankan beban ekonomi keluarga karena tidak perlu memberi susu formula dan menyediakan semua perangkat yang diperlukan serta mengerjakan hal-hal untuk menyediakan susu formula secara baik yang terjaga keamanan dan keberhasilannya, b) memahami masalah yang mungkin dihadapi dan mengatasinya karena sudah melihat peragaan cara-cara mengatasi masalah menyusui, seperti puting susu lecet, sindroma ASI kurang, bingung puting, bayi rewel, dan lain-lain, c) memperoleh bukti bahwa perkembangan bayi yang diberi ASI memuaskan, d) memahami bahwa bayi yang disusui jarang megalami penyakit seperti diare, infeksi saluran pernafasan, atau biasanya dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (Suliastriani, 2004).

Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu meyusui dengan baik dan benar, manfaat ASI eksklusif dan pemberiaan MP-ASI secara baik dan tepat, sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004).

2.4.2.3 Sosial Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat (Taylor, 2002). Menurut Soemardjan (2009), sosial budaya adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang


(40)

berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan.

Faktor budaya setempat dan pengetahuan sendiri serta sistem nilai sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil dalam memberikan makan tambahan pada usia 0-6 bulan (Syafrudin, 2009).

Roesli (2000) menyatakan, mitos tentang menyusui ASI yang terjadi di masyarakat adalah : 1) menyusui akan merubah bentuk payudara ibu, 2) menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu, 3) ASI tidak cukup pada hari-hari pertama, sehingga bayi perlu makanan tambahan, 4) Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif, 4) payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI, 5) ASI pertama keluar harus dibuang karena kotor, 6) ASI dari ibu kekurangan gizi, kualitasnya tidak baik.

Menurut Parinasia (2004), seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan sosialnya mempunyai kebiasaan yang mempunyai “budaya susu formula/botol”, ibu-ibu atau wanita muda di daerah tersebut tidak mempunyai sikap positif terhadap menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari.

2.5. Landasan Teori

Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun (baduta) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan, bayi dan anak usia 12-24


(41)

bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya yang sejalan dengan bertambahan umur, sebab bertambah umur bertambah pula kebutuhan gizinya, pada usia ini bayi harus diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi juga perlu diperhatikan waktu pemberian, frekuensi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan pemberian MP-ASI.

Di dalam keluarga peranan ibu sangat penting dalam melaksanakan pemberian MP-ASI. Penanganan yang baik yang dilakukan oleh ibu dalam pemberian MP-ASI kepada bayinya berpotensi untuk mencapai bayi yang sehat baik dalam pertumbuhan dan perkembangannya. kenyataannya masih banyak terjadi masalah pemberian MP-ASI pada bayi dan hal tersebut didasari oleh banyak faktor terutama dari faktor perilaku ibu sendiri.

Perilaku ibu yang tidak sesuai ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendasari timbulnya perilaku. Menurut teori Green, yang mendasari timbulnya

perilaku ibu tersebut dikelompokkan menjadi faktor predisposing, enabling dan

reinforcing. Faktor-faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan budaya. Tingkat pendidikan ibu yang rendah diasumsikan akan menyebabkan tingkat pengetahuan ibu juga rendah. Pengetahuan mengenai MP-ASI terdiri dari waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MP-ASI.

Faktor budaya yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. Faktor pendukung dimana hal yang memudahkan ibu dalam pemberian makanan


(42)

pendamping juga mendasari tindakan ibu. Tingkat ketersediaan bahan makanan dalam lingkungan (pasar) akan mendorong ibu dalam mendapatkan dan mengolah bahan makanan tersebut menjadi makanan pendamping bagi bayinya. Informasi yang diperoleh dari media massa akan mendasari ibu dalam memilih jenis makanan pendamping baik tenaga puskesmas maupun posyandu akan mendorong ibu untuk berperilaku berdasarkan informasi yang didapat dari mereka. Sikap dan tindakan petugas yang mendukung akan menimbulkan minat pada ibu.

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 0- 6

BULAN Faktor Internal

a. Pengetahuan

b. Sikap

c. Motivasi

Faktor Eksternal

a. Dukungan keluarga

b. Peran Petugas

c. Sosial Budaya

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat kita lihat bahwa faktor internal yaitu pengetahuan, sikap dan motivasi dan juga fakor eksternal yaitu dukungan keluarga, dukungan petugas, dan sosial budaya akan memengaruhi terhadap


(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan survey dengan tipe explanatory research untuk

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dipilih di Kota Langsa karena masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, data profil dinas kesehatan Kota Langsa tahun 2009 di ketahui bahwa terdapat sebanyak 60,13% ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan, berdasarkan hasil survey pendahuluan diketahui dari 20 orang ibu yang mempunyai bayi dan menyusui hanya 2 ibu (10%) yang berhasil memberikan ASI Eksklusif .

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan diawali dari bulan April dan di akhiri bulan September 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan yang terdapat di Kota Langsa yang berjumlah 1.002 bayi (Data PWS KIA bidang pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Langsa, 2010)


(44)

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang terdapat di Kota Langsa. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Lemeshow, 2003 ) :

n = ) 1 ( ) 1 ( ). 1 ( 2 / 1 2 2 2 / 1 2             N d N P P Keterangan :

Z21-α-/2 = Tingkat kepercayaan 95% =1.96 P = Proporsi dari MP ASI = 60%

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kesalahan (5%)

n = ) 6 , 0 1 )( 6 , 0 ( ) 96 , 1 ( ) 1 1002 ( ) 05 , 0 ( ) 1002 )( 6 , 0 1 )( 6 , 0 ( ) 96 . 1 ( 2 2 2     n = ) 4 , 0 )( 6 , 0 )( 8416 , 3 ( ) 1001 )( 0025 , 0 ( ) 1002 )( 4 , 0 )( 6 , 0 )( 8416 , 3 (  = 92198 , 0 025 , 2 83 , 923  = 4245 , 3 83 , 923

= 269.77 ≈ 270 Ibu

Dari rumus di atas diperoleh untuk jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 270 sampel.


(45)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap (multistage sampling) :

1. Tahap pertama, penentuan lokasi penelitian dilakukan pada 5 kecamatan yang

dilakukan secara proportional random sampling (pengambilan sampel dari

masing-masing strata dilakukan berdasarkan perimbangan).

2. Tahap kedua, dari masing-masing kecamatan dipilih secara purposive sampling

desa yang mempunyai anak bayi dengan proporsi tinggi.

3. Tahap ketiga, setelah itu dari masing-masing desa terpilih, sampel diambil dari ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan secara acak (simple random sampling).

Tabel. 3.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kecamatan

Kecamatan Populasi Sampel

Langsa Barat 173 47

Langsa Timur 149 40

Langsa Kota 270 73

Langsa Baro 213 57

Langsa Lama 197 53

Total 1002 270

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan sebagai berikut : a) Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi pengetahuan, sikap, motivasi, dukungan keluarga, dukungan petugas dan sosial budaya.


(46)

b) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan, puskesmas yang berisi catatan atau dokumen ibu-ibu yang baru melahirkan maupun sedang menyusui. Data sekunder meliputi jumlah bayi berusia 0-6 bulan, jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif dan bayi 0-6 bulan yang telah diberikan MP-ASI.

3.4.1. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan pada ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dengan jumlah responden 30 orang. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel pada analisis reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

Setelah semua pertanyaan valid berdasarkan uji validitas, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas data dicari

dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat

ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan relialibel (Sugiyono, 2004). Nilai r Tabel dalam penelitian ini menggunakan critical value of the product moment pada taraf signifikan 95%.


(47)

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah :

Variabel Jumlah

Pertanyaan Hasil Ukur Alat Ukur Skala Ukur

Pemberian MP-ASI 1 a. Ya (Tidak baik)

b. Tidak (Baik) Kuesioner Ordinal

Pengetahuan 8 a. Baik

b. Tidak Baik Kuesioner Ordinal

Sikap 8 a. Baik

b. Tidak Baik Kuesioner Ordinal

Motivasi 6 a. Baik

b. Tidak Baik Kuesioner Ordinal

Dukungan keluarga 3 a. Baik

b. Tidak Baik Kuesioner Ordinal

Peran Petugas 7 a. Baik

b. Tidak Baik Kuesioner Ordinal

Sosial Budaya 4 a. Baik

b. Tidak Baik Kuesioner Ordinal

3.5.2. Definisi Operasional

1. Pemberian MP-ASI adalah Makanan yang diberikan kepada bayi usia 0-6 bulan selain ASI.

2. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui serta pemahaman ibu terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan.

3. Sikap adalah respon atau tanggapan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada anak usia 0-6 bulan.

4. Motivasi adalah dorongan/keinginan ibu untuk memberikan makanan tambahan pada anak usia 0-6 bulan.

5. Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan oleh keluarga baik moril maupun materil terhadap pemberian makanan tambahan pada anak usia 0-6 bulan.


(48)

6. Peran petugas adalah bantuan yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap ibu dalam pemberian makanan tambahan pada anak usia 0-6 bulan.

7. Sosial budaya adalah faktor budaya setempat dalam pemberian makanan tambahan pada anak usia 0-6 bulan.

3.6. Metode Pengukuran Variabel 1) Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen (pemberian MP-ASI) didasarkan pada skala ordinal dari 1 item pertanyaan dengan alternatif jawaban :

1. Ya (skor 0) dikategorikan “tidak baik” 2. Tidak (skor 2) dikategorikan “baik”

2) Pengukuran Variabel Independen 1. Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal dari 8 item pertanyaan dengan alternatif jawaban :

1. Jawaban “a” diberi skor 2 2. Jawaban “b” diberi skor 1 3. Jawaban “c” diberi skor 0 Selanjutnya dikategorikan menjadi :

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (skor 8) 2. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < median (skor 8)


(49)

2. Sikap

Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 8 item

pertanyaan dengan alternatif jawaban : 1. Setuju (skor 2)

2. Tidak Setuju (skor 1)

Selanjutnya dikategorikan menjadi :

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (skor 12) 2. Tidak Baik, jika responden memperoleh skor < median (skor 12)

3. Motivasi

Pengukuran variabel motivasi didasarkan pada skala ordinal dari 6 item

pertanyaan dengan alternatif jawaban : 1. Ya (skor 1)

2. Tidak (skor 2)

Selanjutnya dikategorikan menjadi:

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (skor 9) 2. Tidak Baik, jika responden memperoleh skor < median (skor 9)

4. Dukungan Keluarga

Pengukuran variabel dukungan keluarga didasarkan pada skala ordinal dengan 3 item pertanyaan, jika responden jawaban “a” diberi skor 2, jawaban “b” diberi skor 1 dan jawaban “c” diberi skor 0. Dengan total skor yaitu 6. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :


(50)

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (skor 3) 2. Tidak Baik, jika responden memperoleh skor < median (skor 3)

5. Peran Petugas Kesehatan

  Pengukuran variabel petugas kesehatan didasarkan pada skala ordinal dari 7

item pertanyaan dengan alternatif jawaban : 1. Ya (skor 2)

2. Tidak (skor 1)

Selanjutnya dikategorikan menjadi:

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (skor 10,5) 2. Tidak Baik, jika responden memperoleh skor < median (skor 10,5)

6. Sosial Budaya

Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 4 item

pertanyaan dengan alternatif jawaban : 1. Setuju (skor 1)

2. Tidak Setuju (skor 2) Selanjutnya dikategorikan menjadi:

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (skor 6)


(51)

3.7. Metode Analisis Data a. Analisa Univariat

yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel–variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Chi Square untuk melihat ada hubungan yang bermakna antara faktor internal dan faktor eksternal ibu terhadap pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Kota Langsa Tahun 2010 dengan tingkat kepercayaan 0,05.

c. Analisa Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel yang paling dominan antara variabel independen (pengetahuan, sikap, motivasi, dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dan sosial budaya ibu) terhadap variabel dependen (pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa). Adapun uji statistik yang digunakan adalah regresi logistic (Uyanto, 2009).


(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Kota Langsa

Setelah Kota Langsa lepas dari Kabupaten Aceh Timur tahun 2001, struktur perekonomian dibangun atas perdagangan, industri, dan pertanian. Sejak lama Langsa dikenal sebagai pusat perdagangan dan jasa, khususnya hasil bumi dari Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan paling banyak dari Medan, Sumut.

Kota Langsa merupakan kota pesisir yang memiliki garis pantai 16 km. Penduduk yang sangat heterogen –Aceh, Jawa, melayu dan Gayo Batak sehingga menyebabkan Kota Langsa memiliki banyak kemiripan dengan Medan.

Langsa merupakan kota kecil dengan keramaian yang terpusat di dua titik. Jalan Teuku Umar sebagai pusat pertokoan dan pasar tradisional selalu ramai sejak pagi sampai malam hari. Demikian juga Jalan Ahmad Yani, jalan protokol dua jalur yang membelah kota ini selalu dipadati warga.


(53)

4.1.2. Geografis

yaitu Kecamatan Langsa Kota, Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Baro dan Kecamatan Langsa Lama. dengan jumlah penduduk keseluruhan adalah 113.837 jiwa.

Tabel 4.1. Gambaran Luas Kota Langsa

Kecamatan Luas (Km2)

Langsa Kota Langsa Barat Langsa Lama Langsa Baruh Langsa Timur

43,62 40,06 49,67 63,49 65,57

Total 262,41 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Langsa 2008

Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Langsa Timur sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Langsa Kota.

Secara geografis wilayah Kota Langsa mempunyai luas wilayah 262,41 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Batas Utara : Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka

2. Batas Selatan : Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang

3. Batas Timur : Kabupaten Aceh Tamiang


(54)

4.2 Karakteristik Responden

Adapun yang menjadi variabel karakteristik dalam penelitian ini antara lain umur, pendidikan, umur bayi, suku dan pekerjaan. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini :

Tabel 4.2 Deskripsi Karakteristik Responden

No Karakteristik Ibu (n) (%)

1 Umur

a. < 25 tahun 74 27,4

b. ≥ 25 tahun 196 72,6

Total 270 100

2 Pendidikan

A SD 49 18,1

B SLTP 57 21,1

C SLTA 137 50,7

D D3/S1 27 10,0

Total 270 100

3 Umur Bayi

A 0 58 21,5

B 1 96 35,6

C 2 47 17,4

D 3 21 7,8

E 4 25 9,3

F 5 23 8,5

Total 270 100

4 Suku

A Aceh 157 56,3

B Jawa 69 25,6

C Melayu 41 15,2

D Batak 8 3,0

Total 270 100

5 Pekerjaan

A Ibu Rumah Tangga 146 54,1

B PNS 22 8,1

C Wiraswasta 102 37,8


(55)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui menurut kelompok umur, sebagian

besar ibu berusia ≥ 25 tahun yaitu sebanyak 196 ibu (72,6%), dan mayoritas

berpendidikan menamatkan SLTA yaitu sebanyak 137 ibu (50,7%).

Berdasarkan umur bayi mayoritas ibu mempunyai bayi dengan umur 1 bulan yaitu sebanyak 96 ibu (35,6%), dan berdasarkan suku mayoritas responden dengan suku Aceh yaitu sebanyak 157 ibu (56,3%) dan mayoritas responden dengan pekerjaan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 146 (54,1%).

4.3. Pengetahuan Responden

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 174 ibu (64,4 %) dan yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 96 (35,6 %) ibu terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan. Selanjutnya dapat dilihat secara keseluruhan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3 Gambaran Pengetahuan Responden

No Pengetahuan (n) (%)

1 Baik 174 64,4

2 Tidak Baik 96 35,6

Total 270 100

4.4. Sikap Responden

Distribusi data dari penelitian berdasarkan sikap yang dilakukan didapat bahwa responden dalam kategori tidak baik berjumlah 137 ibu (50,7 %) dan kategori sikap responden yang baik berjumlah 133 ibu (49,3 %) terhadap pemberian MP-ASI


(56)

pada anak usia 0-6 bulan. Selanjutnya dapat dilihat secara keseluruhan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4. Gambaran Sikap Responden

No Sikap (n) (%)

1 Baik 133 49,3

2 Tidak Baik 137 50,7

Total 270 100

4.5. Motivasi

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden dapat diperoleh bahwa berdasarkan motivasi dikelompokkan menjadi 2 kategori. Hal ini dapat dilihat motivasi yang tidak baik sebanyak 208 ibu (77,0 %) terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan. Selanjutnya dapat dilihat secara keseluruhan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5. Gambaran Motivasi Responden

No Motivasi (n) (%)

1 Baik 62 23,0

2 Tidak Baik 208 77,0

Total 270 100

4.6. Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dukungan keluarga secara keseluruhan terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan dikategorikan baik dan tidak baik dimana sebagian besar dukungan keluarga pada kategori tidak baik yaitu 208 ibu


(57)

responden berperan besar terhadap pemberian MP-ASI kepada bayi. Selanjutnya dapat dilihat secara keseluruhan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6. Gambaran Dukungan Keluarga

No Dukungan Keluarga (n) (%)

1 Baik 62 23,0

2 Tidak Baik 208 77,0

Total 270 100

4.7. Peran Petugas Kesehatan

Distribusi data responden berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar peran petugas kesehatan sebanyak 256 ibu (94,8 %) dalam kategori baik dan selebihnya 14 ibu (5,2 %) dalam kategori tidak baik terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan. Artinya dalam upaya penanggulangan pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan petugas kesehatan sudah bekerja keras mempromosikan ASI Ekslusif lebih baik dari pada susu formula. Selanjutnya dapat dilihat secara keseluruhan pada tingkat peran petugas kesehatan melalui tabel dibawah ini :

Tabel 4.7. Gambaran Peran Petugas Kesehatan

No Peran Petugas Kesehatan (n) (%)

1 Baik 256 94,8

2 Tidak Baik 14 5,2


(58)

4.8. Sosial Budaya

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden berdasarkan sosial budaya dikelompokkan menjadi 2 kategori. Berdasarkan analisis univariat terlihat bahwa responden dengan kategori tidak baik yaitu 233 ibu (86,3 %) dan kategori baik yaitu 37 ibu (13,7 %). Selanjutnya dapat dilihat secara keseluruhan responden berada pada tingkat sosial budaya melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.8. Gambaran Sosial Budaya

No Sosial Budaya (n) (%)

1 Baik 37 13,7

2 Tidak Baik 233 86,3

Total 270 100

4.9. Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI adalah sesuatu yang diberikan oleh responden kepada bayinya. Selanjutnya dapat diihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.9. Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

No Pemberian MP-ASI (n) (%)

1 Tidak Baik 147 54,4

2 Baik 123 45,6

Total 270 100

Berdasarkan Tabel 4.9. di atas, diketahui mayoritas ibu telah memberikan MP-ASI sejak dini, diketahui dari 270 ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan terdapat 147 ibu atau (54,4%) dalam pemberian MP-ASI (Tidak baik) dan selebihnya 123 ibu


(59)

(45,6%) yang mempunyai bayi 0-6 bulan tidak (baik) memberikan MP-ASI. Kondisi pemberian MP-ASI dini di Langsa masih tinggi dibandingkan dengan persentase yang ditemukan di Pemerintah Aceh yaitu sekitar 51,13%, hal ini menunjukkan masih banyak pengaruh faktor eksternal dan internal ibu terhadap pemberian MP-ASI dini di Kota Langsa.

4.10. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemberian MP-ASI

Hasil analisis bivariat setelah dilakukan tabulasi silang dan uji statistic chi-square dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Pengetahuan Responden dengan Pemberian MP-ASI Pemberian MP-ASI

Tidak baik Baik

Jumlah Pengetahuan

N % N % N %

P sig.

Baik 108 62,1 66 37,9 174 100

Tidak Baik 39 40,6 57 59,4 96 100 11,470 0,001

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, di ketahui dari 174 ibu yang berpengetahuan baik terdapat sebanyak 108 ibu (62,1%) terhadap pemberikan MP-ASI kategori “tidak baik,” selebihnya 66 ibu (37,9%) dengan kategori “baik” hal ini menunjukkan kondisi ibu yang berpengetahuan tinggi di Kota Langsa tidak dapat menunjukkan peningkatan pemberian ASI Eksklusif pada bayi disebabkan oleh faktor pekerjaan, sosial budaya dan lain-lain. Hasil analisis bivariat (chi-square test) menunjukkan


(60)

bahwa nilai p (0,001) < p 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan.

4.11. Hubungan Sikap Responden dengan Pemberian MP-ASI

Hasil analisis bivariat setelah dilakukan tabulasi silang dan uji statistic chi-square dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Sikap Responden dengan Pemberian MP-ASI Pemberian MP-ASI

Tidak Baik Baik

Jumlah Sikap

N % N % N %

P sig.

Baik 68 51,1 65 48,9 133 100

Tidak Baik 79 57,7 58 42,3 137 100 1,162 0,282

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, di ketahui dari 133 ibu yang memiliki sikap baik sebanyak 68 ibu (51,1%) yang melakukan pemberian MP-ASI kategori “tidak baik” selebihnya 65 ibu (48,9%) dengan kategori “baik” pada pemberian MP-ASI. Hasil analisis bivariat (chi-square test) menunjukkan bahwa nilai p (0,282) > p 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan.

4.12. Hubungan Motivasi Responden dengan Pemberian MP-ASI

Hasil analisis bivariat setelah dilakukan tabulasi silang dan uji statistic chi-square dapat dilihat pada tabel berikut :


(61)

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Motivasi Responden dengan Pemberian MP-ASI Pemberian MP-ASI

Tidak Baik Baik

Jumlah Motivasi

N % N % N %

P sig.

Baik 25 40,3 37 59,7 62 100

Tidak Baik 122 58,7 86 41,3 208 100 6,471 0,011

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, di ketahui dari 62 ibu yang memiliki motivasi baik sebanyak 25 ibu (40,3%) yang melakukan pemberian MP-ASI pada kategori “tidak baik” selebihnya 37 ibu (59,7%) dengan kategori “baik” pada pemberian MP-ASI. Hasil analisis bivariat (chi-square test) menunjukkan bahwa terdapat nilai p (0,011) < p 0,05 artinya adanya hubungan yang signifikan antara motivasi ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan.

4.13. Hubungan Dukungan Keluarga Responden dengan Pemberian MP-ASI Hasil analisis bivariat setelah dilakukan tabulasi silang dan uji statistic chi-square dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13. Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Responden dengan Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI

Tidak Baik Baik

Jumlah Dukungan

Keluarga

N % N % N %

P sig.

Baik 45 72,6 17 27,4 62 100


(62)

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, di ketahui dari 62 ibu yang mempunyai dukungan keluarga baik diketahui sebanyak 45 ibu (72,6%) dengan kategori “tidak baik” pada pemberian MP-ASI, selebihnya 17 ibu (27,4%) dengan kategori “baik” pada pemberian MP-ASI. Hasil analisis bivariat (chi-square test) bahwa terdapat nilai p (0,001) < p 0,05 artinya adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI.

4.14. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Responden dengan Pemberian MP-ASI

Hasil analisis bivariat setelah dilakukan tabulasi silang dan uji statistic chi-square dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Peran Petugas Kesehatan Responden dengan Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI

Tidak Baik Baik

Jumlah Peran

Petugas Kesehatan

N % N % N %

P sig.

Baik 144 56,3 112 44,0 256 100

Tidak Baik 3 21,4 11 78,6 14 100 6,489 0,011

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dari 256 ibu dengan peran petugas kesehatan yang baik diketahui sebanyak 144 ibu (56,3%) dengan kategori “tidak baik” pada pemberian MP-ASI, selebihnya 112 ibu (44,0%) dengan kategori “baik” pada pemberian MP-ASI. Hasil analisis bivariat (chi-square test) bahwa terdapat hubungan


(63)

yang signifikan antara peran petugas kesehatan dengan pemberain MP-ASI yaitu nilai p (0,011) < p 0,05.

4.15. Hubungan Sosial Budaya Responden dengan Pemberian MP-ASI

Hasil analisis bivariat setelah dilakukan tabulasi silang dan uji statistic chi-square dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Sosial Budaya Responden dengan Pemberian MP- ASI

Pemberian MP-ASI

Tidak Baik Baik

Jumlah Sosial

Budaya

N % N % N %

P sig.

Baik 31 95,7 6 4,3 37 100

Tidak Baik 116 49,8 117 50,8 233 100 14,880 0,000

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, di ketahui untuk kategori sosial budaya dari 37 ibu pada kategori baik diketahui sebanyak 31 ibu (95,7%) dengan kategori “tidak baik” pada pemberian MP-ASI, selebihnya 6 ibu (4,3%) dengan kategori “baik” pada pemberian MP-ASI. Hasil analisis bivariat (chi-square test) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sosial budaya dengan pemberian MP-ASI yaitu nilai p (0,000) < p 0,05.


(64)

4.16. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Pemberian MP-ASI Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh (baik faktor internal maupun eksternal) terhadap pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan di Kota Langsa. Dalam uji ini semua variabel yang berhubungan (signifikan) pada uji bivariat α = 5 % (0,05) akan dimasukkan secara bersama-sama ke dalam uji multivariat. Uji yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah Uji Regresi Logistik. Namun sebelum uji multivariat dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemilihan variabel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji multivariat. Uji yang dilakukan untuk memilih variabel ini adalah uji bivariat dengan menggunakan Uji Regresi Logistik.

Dalam penelitian ini terdapat enam variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, motivasi, dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dan sosial budaya. Variabel dependen dalam peneitian ini adalah pemberian MP-ASI. Variabel yang terpilih/memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji multivariat, ditentukan dari hasil analisis uji bivariat dimana bila hasil analisis bivariat didapat nilai p value < 0,25 maka variabel tersebut akan dimasukkan ke dalam uji multivariat dan sebaliknya bila nilai p value > 0,25 maka variabel itu tidak dimasukkan atau dikeluarkan dari uji multivariat. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.16 dibawah ini :


(65)

Tabel 4.16. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal dalam Pemberian MP-ASI

No. Variabel B P-Value

Konstanta 1,810 0,23

1 Pengetahuan -0,873 0,002

2 Motivasi -0,830 0,008

3 Dukungan Keluarga 0,942 0,007

4 Peran Petugas Kesehatan -1,480 0,032

5 Sosial Budaya -1,217 0,013

Dari hasil analisis multivariat pada tabel 4.16. di atas diketahui bahwa 5 variabel yang menunjukkan pengaruh terhadap pemberian MP-ASI. Variabel tersebut yaitu pengetahuan p(0,002) < 0,05, motivasi p(0,008) < 0,05, dukungan keluarga p(0,007) < 0,05, peran petugas kesehatan p(0,032) < 0,05, dan sosial budaya p(0,013) < 0,05. Sedangkan dari kelima variabel tersebut yang menjadi variabel yang paling dominan yaitu dukungan keluarga dengan nilai β (0,942).

Berdasarkan tabel 4.16. dapat di peroleh model regresi logistik adalah sebagai berikut :

1+e (1,810 - 0,873 Pengetahuan - 0,830 Motivasi + 0,942 Dukungan Keluarga - 1,480 Petugas Kesehatan – 1,217 Sosial Budaya)

1 F (z) =

Ket :

F (z) = Variabel Dependen (pemberian Makanan Pendamping ASI)

α = Konstanta regresi Logistik


(66)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Faktor Internal

5.1.1. Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian MP-ASI

Pengetahuan merupakan hasil tahu terhadap sesuatu. Dari hasil penelitian diketahui pengetahuan responden terhadap pemberian MP-ASI mayoritas adalah baik. Hasil analisis multivariat setelah dilakukan uji statistik dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI

dengan p= 0,002, artinya pengetahuan ibu yang baik akan mendorong ibu untuk

memberikan ASI Eksklusif sampai anak berusia 6 bulan.

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Loanita di Kabupaten Tangerang (2002) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI. Notoatmodjo (2003) menjelaskan, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers (1974) menguraikan, seseorang yang berperilaku baru melalui tahapan-tahapan kesadaran, tertarik, menilai, mencoba, dan mengadopsi perilaku tersebut sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah proses pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku (tindakan) individu atau masyarakat. Pengetahuan itu


(67)

sendiri sebahagian besar diperoleh dari pendengaran dan penglihatan (Notoatmodjo, 2003).

Peningkatan pengetahuan kesehatan akan menentukan seseorang untuk berperilaku baik dalam memelihara kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan adalah promosi

kesehatan berupa social sport, antara lain dengan penyebarluasan informasi

kesehatan.

5.1.2. Pengaruh Motivasi Ibu terhadap Pemberian MP-ASI

Motivasi adalah bentuk dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu dan biasanya lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap ibu untuk melakukannya. Hasil analisis multivariat setelah dilakukan uji statistik dengan uji regresi logistik

menunjukkan bahwa motivasi ibu berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI dengan p

= 0,008.

Hasil penelitian menemukan bahwa motivasi ibu mayoritas berada pada kategori tidak baik. Artinya keinginan ibu untuk memberikan MP-ASI kepada bayi usia 0-6 bulan sangat besar. ibu beranggapan bahwa jika tidak diberikan MP-ASI pada bayi maka bayinya akan merasakan kelaparan.

5.2 Faktor Eksternal

5.2.1. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemberian MP-ASI

Hasil analisis multivariat setelah dilakukan uji statistik dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap pemberian


(68)

MP-ASI dengan p = 0,007. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Manik (2007) yang menunjukkan adanya pengaruh keluarga terhadap pola pemberian makan pada anak balita di Kabupaten Dairi. Hasil penelitian menemukan bahwa dukungan keluarga ibu terhadap pemberian MP-ASI mayoritas berada pada kategori tidak baik dan selebihnya berada pada kategori baik.

Peran dukungan keluarga dalam pemberian MP-ASI sangat dibutuhkan, artinya keluarga berperan dalam pola pengurusan anak khususnya dalam pengurusan bayi. Pada keluarga yang bersifat paternalistik, keluarga yang dimaksud bertanggung jawab dalam pengurusan bayi adalah para perempuan dari anggota keluarga yang memiliki bayi. Untuk itu upaya pemberdayaan perempuan merupakan suatu keharusan agar program pemberian MP-ASI yang bergizi dan seimbang dapat berhasil.

Menurut Utomo dalam Surjadi dkk (2001), upaya memberdayakan perempuan juga harus diperhatikan mengingat pemberdayaan yang bersifat partial dapat menimbulkan aspek-aspek yang negatif. Kondisi yang mungkin terjadi apabila perubahan hubungan kekuasaan pada perempuan, ternyata tidak menjamin terjadinya perubahan dalam level lainnya, seperti keluarga. Hal ini disebabkan, pada berbagai budaya di Indonesia, peran perempuan masih menjadi sub-ordinat dari peran kaum laki-laki dan masih banyaknya bias gender pada proses pengasuhan bayi, yaitu hanya perempuan yang bertanggung jawab dalam proses pengasuhan bayi.


(1)

Variables in the Equation

-,873 ,280 9,732 1 ,002 ,418

-,830 ,313 7,021 1 ,008 ,436

,942 ,349 7,282 1 ,007 2,565

-1,480 ,690 4,597 1 ,032 ,228

-1,217 ,492 6,110 1 ,013 ,296

1,810 ,798 5,141 1 ,023 6,109

tahu(1) motivasi(1) dukunngan(1) petugas(1) sbtotk(1) Constant Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: tahu, motivasi, dukunngan, petugas, sbtotk. a.

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases 1. P1 1,8667 ,4342 30,0 2. P2 1,8333 ,4611 30,0 3. P3 1,9000 ,4026 30,0 4. P4 1,8333 ,4611 30,0 5. P5 1,8667 ,4342 30,0 6. P6 1,9000 ,4026 30,0 7. P7 1,8667 ,4342 30,0 8. P8 1,9000 ,3051 30,0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

SCALE 14,9667 8,9989 2,9998 8

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted P1 13,1000 6,7138 ,9318 ,9547

P2 13,1333 6,6713 ,8878 ,9576

P3 13,0667 6,8230 ,9575 ,9536

P4 13,1333 6,6713 ,8878 ,9576

P5 13,1000 6,7828 ,8966 ,9569

P6 13,0667 6,8230 ,9575 ,9536

P7 13,1000 6,7828 ,8966 ,9569


(2)

Reliability Coefficients

N of Cases = 30,0 N of Items = 8

Alpha = ,9640

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. S1 1,3667 ,4901 30,0 2. S2 1,3333 ,4795 30,0 3. S3 1,3667 ,4901 30,0 4. S4 1,3333 ,4795 30,0 5. S5 1,4000 ,4983 30,0 6. S6 1,4000 ,4983 30,0 7. S7 1,4333 ,5040 30,0 8. S8 1,4000 ,4983 30,0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 11,0333 11,6195 3,4087 8

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted S1 9,6667 8,8506 ,8671 ,9427

S2 9,7000 9,1828 ,7595 ,9495

S3 9,6667 8,8506 ,8671 ,9427

S4 9,7000 9,5276 ,6291 ,9574

S5 9,6333 8,7920 ,8729 ,9423

S6 9,6333 8,9299 ,8198 ,9458

S7 9,6000 8,5241 ,9655 ,9360


(3)

Reliability Coefficients

N of Cases = 30,0 N of Items = 8

Alpha = ,9521

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. M1 1,4667 ,5074 30,0 2. M2 1,4000 ,4983 30,0 3. M3 1,4667 ,5074 30,0 4. M4 1,3667 ,4901 30,0 5. M5 1,4667 ,5074 30,0 6. M6 1,5000 ,5085 30,0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 8,6667 7,4023 2,7207 6

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted M1 7,2000 4,9931 ,9489 ,9340

M2 7,2667 5,1678 ,8767 ,9425

M3 7,2000 4,9931 ,9489 ,9340

M4 7,3000 5,3207 ,8144 ,9494

M5 7,2000 5,4069 ,7365 ,9582

M6 7,1667 5,2471 ,8140 ,9496


(4)

Alpha = ,9537

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases 1. DK1 ,9667 ,8899 30,0 2. DK2 ,9000 ,9229 30,0 3. DK3 ,6667 ,8841 30,0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 2,5333 6,1195 2,4738 3

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted DK1 1,5667 2,7368 ,8799 ,8064 DK2 1,6333 2,5851 ,9040 ,7826 DK3 1,8667 3,2230 ,6663 ,9800

Reliability Coefficients

N of Cases = 30,0 N of Items = 3 Alpha = ,9055


(5)

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases 1. PPK1 1,9000 ,3051 30,0 2. PPK2 1,8667 ,3457 30,0 3. PPK3 1,9000 ,3051 30,0 4. PPK4 1,9333 ,2537 30,0 5. PPK5 1,9667 ,1826 30,0 6. PPK6 1,9333 ,2537 30,0 7. PPK7 1,9333 ,2537 30,0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

SCALE 13,4333 2,5299 1,5906 7

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted PPK1 11,5333 1,7057 ,9172 ,8911

PPK2 11,5667 1,7023 ,7848 ,9091

PPK3 11,5333 1,8437 ,7158 ,9142

PPK4 11,5000 1,8448 ,9006 ,8957

PPK5 11,4667 2,1885 ,5703 ,9265

PPK6 11,5000 2,0517 ,5693 ,9264

PPK7 11,5000 1,8448 ,9006 ,8957

Reliability Coefficients N of Cases = 30,0 N of Items = 7 Alpha = ,9212


(6)

Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases 1. SB1 1,3333 ,4795 30,0 2. SB2 1,3333 ,4795 30,0 3. SB3 1,3667 ,4901 30,0 4. SB4 1,3333 ,4795 30,0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

SCALE 5,3667 2,7230 1,6501 4

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted SB1 4,0333 1,4816 ,8666 ,7913

SB2 4,0333 1,6195 ,7158 ,8517

SB3 4,0000 1,4483 ,8769 ,7857

SB4 4,0333 1,8264 ,5144 ,9251

Reliability Coefficients N of Cases = 30,0 N of Items = 4 Alpha = ,8780


Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

1 11 111

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 1 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0 - 6 BULAN DI KELURAHAN JUNGKE KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR.

0 1 9

Pengaruh Karakteristik, Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian Mp-asi Dini Pada Bayi Usia &lt;6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

0 0 13

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 30

FAKTOR – FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP - ASI) PADA BAYI USIA 0 – 6 BULAN DI DESA SIMONGAGROK DAWARBLANDONG MOJOKERTO

0 0 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPM NURTILA PALEMBANG

0 0 6

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

0 0 7

ANALISA FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM USIA 6 BULAN DI DESA SEMINGKIR KECAMATAN RANDUDONGKAL

0 0 16