Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Pantai, Selam dan Snorkeling di Pulau Berhala Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

6

TINJAUAN PUSTAKA

Pulau-Pulau Kecil
Pulau kecil mempunyai luas area kurang dari atau sama dengan 10.000
km2, dengan jumlah penduduk kurang dari atau sama dengan 200.000 orang.
Secara ekologis terpisah dari pulau induk (mainland island), memiliki batas fisik
yang jelas, dan terpencil dari habitat pulau induk sehingga bersifat insular.
Alternatif batasan pulau kecil juga berlandaskan pada kepentingan hidrologi
(ketersediaan air tawar), ditetapkan oleh para ilmuwan batasan pulau kecil adalah
pulau dengan ukuran kurang dari 1.000 km2 atau lebarnya kurang dari 10 km2.
Pulau berukuran antara 1.000–2.000 km2 memiliki karakteristik dan permasalahan
yang sama dengan pulau yang ukurannya kurang dari 1.000 km2, sehingga
diputuskan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) (1991) bahwa batasan pulau kecil adalah pulau dengan luas area
kurang dari 2.000 km2. Secara umum pulau kecil memiliki karakteristik
biogeofisik yang menonjol sebagai berikut (Bengen dan Pariwono, 2002) :
a. Habitat pulau induk terpisah dengan sumberdaya air tawar yang terbatas,
dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil.
b. Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal, baik alami maupun akibat

kegiatan manusia, seperti badai dan gelombang besar serta pencemaran.
c. Sumberdaya endemik yang bernilai ekologis tinggi.
d. Area perairan lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari daratan
utamanya.

Universitas Sumatera Utara

7

Pengembangan pariwisata di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil harus
direncanakan dan dikembangkan secara ramah lingkungan dengan tidak
menghabiskan atau merusak sumber daya alam dan sosial, namun dipertahankan
untuk pernanfaatan yang berkelanjutan. Identifikasi ekosistem kritis (critical
ecosystem) serta penentuan ambang batas (carrying capacity) di pesisir dan pulau
pulau kecil sangat penting dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata
dengan

pendekatan

lingkungan


hidup

dan

pembangunan

berkelanjutan.

Pelaksanaan pariwisata bahari akan berhasil apabila memenuhi komponen yang
terkait kelestarian lingkungan alam, kesejahteraan penduduk yang mendiami
wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan
komunitas dengan area pengembangannya (Nancy, 2007).
Definisi dan Kriteria Wisata
Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk
kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata. Pariwisata merupakan
kegiatan perpindahan atau perjalanan orang secara temporer dari tempat biasanya
mereka bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan dalam
perjalanan atau di tempat tujuan (Yulianda, 2007).

Ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang
dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Ekowisata merupakan wisata
berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan
sumber daya alam atau lingkungan dan industri kepariwisataan. Sedangkan
Yulianda (2007) mendefinisikan ekowisata merupakan bentuk baru dari
perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami dan berpetualang, serta dapat

Universitas Sumatera Utara

8

menciptakan industri pariwisata. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan
dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokkan wisata pantai dan wisata
bahari. Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan
sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga,
menikmati pemandangan dan iklim.
Fandeli (2000) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan wisata bahari
atau wisata pantai adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari
potensi bentang laut (sea scape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape).
Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dikembangkan dari wisata pantai adalah

rekreasi pantai, panorama, penginapan, berenang, berjemur, olahraga pantai
(volley pantai, jalan pantai, dan lempar cakram), berperahu, memancing, dan
wisata mangrove. Pengembangan dan perencanaan wisata pantai diperlukan
pertimbangan yang meliputi angin, gelombang laut, arus laut, pasang surut,
bentuk pantai, bentuk butir pasir, biota pantai, dan bahaya tsunami.
Ekowisata
Ekowisata dapat didefenisikan sebagai suatu konsep pengembangan
pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya
pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan yang konservatif, sehingga memberikan manfaat
ekonomi kepada masyarakat setempat. Selanjutnya pada pertemuan ekowisata
pada bulan Juli 1996 di Bali yang diselenggarakan oleh Indekom sebagai
Lokakarya nasional ekowisata yang melahirakan forum Masyarakat Ekowisata
Indonesia (MEI) rumusan ekowisata yang disepakati dari pertemuan itu adalah
kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami

Universitas Sumatera Utara

9


atau daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain
untuk menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman
dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam serta peningkatan
pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan ekowisata (Satria, 2009).
Ekowisata merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk
menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam atau lingkungan dan
industri

kepariwisataan.

Ekowisata

adalah

wisata

yang

berbasis


pada

memperbolehkan orang untuk menikmati lingkungan alam dalam arah yang sesuai
dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Sedangkan Buckley (1996),
menyatakan ada 4 gambaran perjalanan yang umumnya berlabelkan ekowisata
yaitu (a) wisata berbasis alamia, (b) kawasan konservasi sebagai pendukung
obyek wisata, (c) wisata yang sangat peduli dengan lingkungan, (d) wisata yang
berkelanjutan.
Konsep

pengelolaan

ekowisata

tidak

hanya

beriorientasi


pada

keberlanjutan tetapi lebih dari pada itu yakni mempertahankan nilai sumberdaya
dan manusia. Nilai-nilai tersebut terjaga agar pengusahaan ekowisata tidak
melakukan eksploitasi sumberdaya alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam
dan budaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan fisik, pengetahuan dan
psikologis pengunjung. Dengan demikian, ekowisata bukan menjual tempat
(destinasi) atau kawasan melainkan filosofi. Hal inilah yang membuat ekowisata
mempunyai nilai lestari dan tidak mengenal kejenuhan pasar (Yulianda, 2007).
Fandeli (2000) menyatakan bahwa Sumberdaya ekowisata terdiri dari
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi

Universitas Sumatera Utara

10

komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan,
wisata dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktifitas wisata yang ditujukan pada
pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya
sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan
wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan
perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.
Kesesuaian Kawasan dan Daya Dukung Ekowisata
Kesesuaian ekologi ekowisata bahari adalah suatu kriteria sumberdaya dan
lingkungan yang disyaratkan atau dibutuhkan bagi pengembangan ekowisata
bahari. Pengembangan ekowisata yang berbasis pada ketersedian potensi
sumberdaya hayati suatu kawasan sangat ditentukan oleh kesesuaian secara
ekologis. Wisata bahari seperti wisata selam dan snorkeling sangat didukung oleh
kesesuaian ekosistem terumbu karang yang sehat dan berada dalam kondisi yang
bagus, yang akan menjadi objek dan daya tarik oleh wisatawan (Satria, 2009).
Daya dukung dapat diartikan sebagai kondisi maksimum suatu ekosistem
untuk menampung komponen biotik (makhluk hidup) yang terkandung di
dalamnya, dengan tetap memperhitungkan faktor lingkungan dan faktor lainnya
yang berperan di alam. Daya dukung ekosistem tidak memiliki ukuran yang
mutlak dalam menampung semua kegiatan manusia karena berbagai variabel yang
menentukan. Daya dukung ekosistem tersebut sangat bervariasi dan sangat
tergantung pada tingkat pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia.


Universitas Sumatera Utara

11

Kemampuan daya dukung setiap kawasan berbeda-beda sehingga
perencanaan pariwisata di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil secara spatial
akan bermakna dan menjadi penting. Daya dukung wisata bahari secara umum
meliputi (Nancy, 2007):
a. Daya dukung ekologis, yang merupakan tingkat maksimal penggunaan suatu
kawasan.
b. Daya dukung fisik, yang merupakan jumlah maksimum penggunaan atau
kegiatan yang dapat diakomodir tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan
kualitas. Daya dukung fisik diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan
pengunjung.
c. Daya dukung sosial, yang merupakan batas tingkat maksimum dalam jumlah
dan tingkat penggunaan yang akan menimbulkan penurunan dalam tingkat
kualitas pengalaman atau kepuasan pengunjung kawasan tujuan wisata.
d. Daya


dukung

rekreasi,

yang

merupakan

konsep

pengelolaan

yang

menempatkan kegiatan rekreasi dalam berbagai objek yang terkait dengan
kemampuan kawasan.
Yulianda (2007) menyatakan wisata pantai terdiri atas dua kategori yaitu
rekreasi dan wisata mangrove. Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi
mempertimbangkan 10 parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter
kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi antara lain kedalaman perairan, tipe

pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai,
penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar seperti yang
ditampilkan pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

12

Tabel 1. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi
No.

Parameter

1.

Kedalaman
Perairan (m)
Tipe Pantai

5

0-3

4

5

Pasir
putih

Lebar Pantai
(m)
Material
Dasar
Perairan
Kecepatan
Arus (m/dtk)

5

2.

3.
4.

5.
6.
7.

8.

Kemiringan
Pantai (o)
Kecerahan
Perairan
(m)
Penutupan
Lahan Pantai

Bobot Kategori Skor

Kategori Skor
S2
>3-6
3

Kategori Skor Kategori Skor
S3
N
>6-10
2
>10
1

4

Pasir
putih,
sedikit
karang

3

2

Lump
ur,
berbau
, terjal

1

>15

4

10-25m

3

Pasir
hitam,
berkaran
g,
sedikit
terjal
3-45

1

3

>10

4

>5-10

3

3-2

Keterangan :
Nilai maksimum = 156
S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 80 - 100 %
S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 60 -