Perencanaan lanskap ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

PERENCANAAN LANSKAP EKOWISATA
PULAU BERHALA SERDANG BEDAGAI
PROVINSI SUMATERA UTARA

MUHAMMAD AGUSMAN LUBIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap
Ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Muhammad Agusman Lubis
NIM A44100045

ABSTRAK
MUHAMMAD AGUSMAN LUBIS. Perencanaan Lanskap Ekowisata Pulau
Berhala Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh SETIA HADI
Pulau Berhala merupakan salah satu dari 92 pulau terkecil di Indonesia. Pulau ini
memiliki luas 44.75 Ha dengan panjang garis pantai sepanjang 700 m. Terdapat
lima objek wisata alami yang ada di pulau ini yaitu, pantai, tombolo, Pulau
Sokong Nenek, Pulau Sokong Seimbang dan hutan. Kelima objek ini sangat
berpotensi untuk mendukung konsep eco-marine tourism yang telah ditetapkan
oleh pemerintah daerah Serdang Bedagai. Penelitian ini diselesaikan dengan
menganalisis beberapa aspek seperti aspek legal, biofisik, wisata dan aspek sosial.
Konsep dari perencanaan ini adalah membuat pulau ini dapat mempertahankan
ekosistemnya, partisipatif dan edukatif. Zona pada tapak dibagi menjadi dua zona
yaitu zona pengembangan wisata sebesar 22. 55 % dan zona konservasi sebesar
77.45%. Area utaman digunakan sebagai kegiatan wisata sedangkan ruang

konservasi hanya digunakan untuk area pelindung.
Kata kunci : ekowisata, konservasi, Pulau Berhala, pulau kecil terluar, wisata
bahari.

ABSTRACT
MUHAMMAD AGUSMAN LUBIS. Ecotourism Landscape Planning in Serdang
Bedagai Berhala Island North Sumatra Province. Supervised by SETIA HADI.
Berhala Island is one of the 92 outermost small islands in Indonesia. The island
has an area about 44.75 Ha and coastline about 700 m. There are five natural
objects of tourism that exist on this island which are the beach, tombolo, Sokong
Nenek Island, Sokong Siembang Island, and the jungle of the island. These
objects have very potential to support the concept of eco-marine tourism which
has been set by the Government of Serdang Bedagai regency. The observation
method of this research will be done by observing some aspects such as legal,
biophysical, tourism, and social aspects. Concept for the planning is to create an
island that can maintain environmental sustainability, participatory, and
educational. Site zoning is divided in two zones, zone of tourist utilization at
22.55% and conservation zone at 77.45%. Main area is used for tourism while
conservation spaces just as protection area.
Key words:


Berhala island, conservation, eco-marine tourism, ecotourism,
outermost small island

PERENCANAAN LANSKAP EKOWISATA
PULAU BERHALA SERDANG BEDAGAI
PROVINSI SUMATERA UTARA

MUHAMMAD AGUSMAN LUBIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap
Ekowisata di Pulau Berhala, Provinsi
Sumatera Utara 2014

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya dan sholawat kepada contoh terbaik bagi
umat manusia dalam menghadapi segala macam cobaan Nabi Muhammad SWT,
sehingga penelitian dengan judul “Perencanaan Lanskap Ekowisata Pulau Berhala
Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara” dapat diselesaikan dengan baik. Karya
ini dibuat dalam rangka penyelesaian studi di Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dalam kesempatan ini sebagai bentuk rasa syukur penulis kepada Allah
SWT, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
kepada:
1. Dr Ir Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing yang memberi bantuan,
dukungan, motivasi dan arahan kepada penulis selama penyelesaian karya
ini.
2. Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSc sebagai dosen pembimbing akademik
sekaligus penguji yang telah memberikan doa, dukungan, nasehat dan

arahan kepada penulis hingga menyelesaikan studinya.
3. Fitriyah Nurul Hidayati Utami, ST MT selaku dosen penguji, terima kasih
atas saran yang membangun bagi penyempurnaan skripsi ini.
4. Orang tua, Syahrul Effendi Lubis dan Ernawati Damanik atas semua kasih
sayang, doa yang tak pernah putus, bantuan bantuan lain yang tidak akan
pernah terbalas. Kakak-kakakku Anda Parlindungan dan keluarga, Andi
Parlindungan dan keluarga, dan Fitri Aprilya Lubis atas doa dan
semangatnya.
5. Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai atas izin dan data yang telah
diberikan kepada penulis.
6. BMKG stasiun Medan dan BMKG stasiun Belawan atas data iklim dan
kelautan
7. Dinas Pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai atas informasi yang
diberikan.
8. Marinir yang bertugas di Pulau Berhala atas informasi langsung yang
diberikan kepada penulis
9. Pinouva Tour and Travel selaku biro perjalanan yang menemani penulis ke
Pulau Berhala, terima kasih atas bantuan dan datanya.
10. Seluruh responden yang telah bersedia penulis wawancara
11. Teman-teman sebimbingan skripsi (Nur Azizah, Tarmizi, Adhrid Rahmad

Fani, M. Reza Rasyid dan Shendi Sahputra)
12. Keluarga besar Lanskap 47 IPB atas waktu dan kenangan bersama yang
telah kita buat (terutama kelompok belajar GM, 3Dara, GPS, Girlband dll).
13. Kakak-kakak ARL 45, ARL 46 dan adik-adik ARL 48 dan ARL 49 terima
kasih atas bantuannya.

Bogor, Oktober 2014

Muhammad Agusman Lubis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ii

DAFTAR GAMBAR

ii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir

2

TINJAUAN PUSTAKA


4

Pulau

4

Wisata dan Ekowisata

4

Perencanaan Lanskap

6

Daya Dukung Lingkungan

7

METODOLOGI


8

Lokasi dan Waktu

8

Batasan Penelitian

8

Alat dan Bahan

8

Metode Penelitian

9

HASIL DAN PEMBAHASAN


16

Kondisi Umum

16

Letak Geografis

16

Kondisi Biofisik

16

Sosial

17

Flora dan Fauna


18

Data dan Analisis

23

Aspek Legal

23

Aspek Wisata

27

Kualitas Visual Lanskap

29

Aksesibilitas

32

Aspek Sosial

33

Aspek Ekologi

35

Sintesis

38

Konsep dan Pengembangan

43

Konsep Lanskap Ekowisata

43

Konsep Ruang

43

Konsep Aksesibilitas dan Sirkulasi

44

Konsep Aktivitas dan Fasilitas

45

Perencanaan Lanskap

45

Rencana Daya Dukung Kawasan

45

Rencana Program dan Perjalanan Wisata

46

Rencana Ruang, Aktivitas dan Fasilitas

47

Rencana Sirkulasi

49

Rencana Lanskap

49

Rencana Program Pelestarian Wisata dan Program Wisata

49

SIMPULAN DAN SARAN

57

Simpulan

57

Saran

57

DAFTAR PUSTAKA

58

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Alat dan bahan
Jenis, bentuk dan data yang dibutuhkan
Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata
Penilaian kesesuaian lahan untuk wisata
Penilaian kesesuaian untuk wisata pantai
Data iklim Pulau Berhala Serdang Bedagai tahun 2013

Data demografi KecamatanTanjung Beringin
Vegetasi yang terdapat di Pulau Berhala Serdang Bedagai
Pemanfaatan dan penjabaran PPKT berdasarkan UU No 62/2010
Peran serta masyarakat menurut UU No 62/2010
Pemanfaatan Pulau Berhala berdasarkan Peraturan Perda No 12
tahun 2006 tentang pengelolaan Pulau Berhala Serdang Bedagai
sebagai kawasan Eco-Marine Tourism
Potensi objek alami di Pulau Berhala Serdang Bedagai
Analisis nilai potensi objek wisata
Jumlah pengunjung pada tahun 2013
Data kelautan Pulau Berhala Serdang Bedagai periode 2013
Skoring aspek biofisik darat untuk kesesuaian lahan wisata
Skoring aspek kelautan untuk kesesuaian lahan pariwisata pantai
Hasil analisis dan pemecahan masalah
Daya dukung kawasan
Rencana perjalanan ekowisata Pulau Berhala
Jenis aktivitas dan fasilitas ekowisata
Rencana program wisata terkait keberlangsungan wisata
dan lingkungan

8
11
11
14
15
17
17
21
24
25
26

27
28
33
36
37
37
38
46
46
48
49

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Kerangka pikir penelitian
Lokasi penelitian
Tahapan perencanaan lanskap
Sebaran flora di Pulau Berhala Serdang Bedagai
Kondisi eksisting Pulau Berhala Serdang Bedagai
Kondisi eksisting fasilitas Pulau Berhala Sedang Bedagai
Kondisi visual Pulau Berhala Serdang Bedagai
Sebaran objek dan atraksi wisata
Kualitas visual lanskap
Aksesibilitas menuju Pulau Berhala Serdang Bedagai
Persentase asal daerah pengunjung
Objek yang menarik di Pulau Berhala Serdang Bedagai
menurut responden
Intensitas curah hujan periode 2013

3
8
11
18
19
20
29
30
31
32
33
34
35

14
15
16

17
18
19
20
21
22
23
24

Peta kesesuaian lahan untuk wisata
Peta komposit
Diagram pengembangan konsep ruang dan sirkulasi ekowisata
Rencana blok
`
Rencana lanskap ekowisata
Peta aktivitas
Ilustrasi aktivitas 1
Perbesaran (blow up 1)
Ilustrasi aktivitas 2
Perbesaran (blow up 2)
Ilustrasi aktivitas 3

39
42
44
45
50
51
52
53
54
55
56

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari
17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas sekitar 3.1 juta
km2 (0.3 juta km perairan teritorial, dan 2.8 juta km2 perairan nusantara) atau 62%
dari luas teritorialnya (Bengen 2001). Sebagian sumberdaya ini belum
dimanfaatkan secara optimal, misalnya saja potensi lestari sumberdaya perikanan
laut sebesar 6.7 ton/tahun baru dimanfaatkan sebanyak 48%. Demikian juga
dengan potensi alam yang dapat dijadikan untuk daerah wisata (Adisasmita
2010).
Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal
penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa
sawit. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang
ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10.74% dibandingkan tahun
sebelumnya, dan menyumbang devisa bagi negara sebesar 7 603.45 juta dolar
Amerika Serikat. Melihat data tersebut, tentu wisata telah menjadi satu kebutuhan
manusia dalam menjalani hidup, ditambah lagi dengan gencarnya promosi wisata
daerah yang dikembangkan oleh pemerintah telah menggeser tren wisata
masyarakat Indonesia untuk lebih memilih wisata dalam negeri.
Salah satu dari pulau yang dapat dikembangkan sebagai daerah wisata
pesisir adalah Pulau Berhala Serdang Bedagai. Pulau ini terdapat di Kecamatan
Tanjung Beringin, Serdang Bedagai. Saat ini pulau ini tengah dikembangkan
menjadi objek wisata andalan Sumatera Utara setelah Danau Toba, Brastagi, dan
Pulau Nias.
Pulau Berhala Serdang Bedagai sebenarnya merupakan kawasan yang
terdiri dari tiga pulau, masing-masing pulau memiliki kekhasan sendiri. Pulau
induk yang menjadi lokasi penginapan dan menara suar didirikan memiliki hutan
yang lebat. Pohon-pohon besar seperti Rengat, Jeluntung dan Meranti menghiasi
pulau seluas 50 ribu meter persegi ini.Hutan yang ada di pulau ini menjadi
habitat bagi berbagai jenis hewan seperti napu (sejenis kancil), biawak, ular, dan
berbagai hewan lainnya. Hal unik di pulau ini adalah pada musim-musim tertentu
berbagai jenis burung bisa sangat ramai mengunjungi pulau. Tidak hanya burung,
pulau ini juga menjadi habitat penyu untuk bertelur pada musimnya.
Saat ini Pulau Berhala Serdang Bedagai mulai dikenal oleh masyarakat
domestik, setiap minggu ada pengunjung yang mengunjungi pulau ini. Pada tahun
2013 tercatat sekitar 700 wisatawan domestik yang mengunjungi pulau ini.
Belum adanya penataan ruang yang tepat dikhawatirkan dapat mengancam
keberlangsungan ekosistem di pulau dan di perairan Pulau Berhala Serdang
Bedagai. Oleh karena itu, salah satu alternatif bentuk perencanaan wisata yang
baik untuk pulau ini adalah perencanaan wisata alam yang konservatif atau lebih
dikenal dengan istilah ekowisata. Bentuk perencanaaan wisata ini sesuai dengan
Pulau Berhala Serdang Bedagai setelah memperhitungkan segala potensi dan
kendala wisata yang ada di pulau ini.

2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan lanskap ekowisata di
kawasan Pulau Berhala Serdang Bedagai untuk keberlanjutan ekosistem di pulau
ini dan kesejahteraan masyarakat yang didapat dari sektor wisata. Tujuan khusus
dari penelitian ini adalah
1. mengidentifikasi dan memetakan ketersediaan objek dan atraksi wisata yang
terdapat di kawasan Pulau Berhala Serdang Bedagai dan sekitarnya.
2. menganalisis dan membuat perencanaan ruang untuk wisata yang
berkelanjutan.
3. merencanakan aktivitas dan fasilitas ekowisata di Pulau Berhala Serdang
Bedagai
4. menyusun rencana lanskap ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai.
Manfaat Penelitian
Penelitian perencanaan ekoswisata di Pulau Berhala Serdang Bedagai ini
diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi akademik, masyarakat, dan
pemerintah daerah setempat.
1. Akademik
Mahasiswa dapat menganalisis dan membuat perencanaan lanskap
ekowisata yang fungsional, estetis, dan bernilai jual tinggi berdasarkan ilmu
yang telah ditekuni selama masa studi dalam usaha pelestarian lingkungan
Pulau Berhala Serdang Bedagai.
2. Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui karakteristik dan potensi tapak dari hasil
penelitian ini sehingga dapat lebih bijaksana dalam mengambil keputusan yang
terkait dengan penggunaan tapak agar tapak tidak rusak atau hancur, serta
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari kegiatan wisata yang akan
dikembangkan.
3. Pemerintah
Pemerintah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dalam perencanaan tata ruang dan wilayah daerah setempat
dalam konteks sebagai daerah tujuan wisata.
Kerangka Pikir
Pulau Berhala Serdang Bedagai adalah pulau yang mulai ramai dikunjungi
oleh wisatawan dan akan dikembangkan menjadi daerah ekowisata untuk
mendukung sektor wisata di Serdang Bedagai. Pengembangan wisata ke arah
ekowisata dikarenakan pulau ini memiliki hutan hujan tropis yang masih alami,
kondisi biota laut yang masih asri, kondisi pantai yang masih alami, dan formasi
batu karang yang masih alami. Jika pulau ini dikembangkan menjadi tempat
wisata, kondisi alami ini harus tetap dijaga agar keberlangsungan ekosistem di
pulau ini tetap lestari.
Perencanaan ekowisata dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu aspek legal,
aspek biofisik, aspek wisata, dan aspek sosial ekonomi. Pada tahap sintesis zonazona dari tiap aspek akan di-overlay untuk menentukan zona potensial wisata dan

3

kawasan preservasi. Kedua zona ini akan menghasilkan tata ruang ekowisata yang
terdiri dari rencana aktivitas dan fasilitas wisata. Hasil sintesis kemudian
diperoleh perencanaan lanskap untuk mendukung kegiatan ekowisata Pulau
Berhala Serdang Bedagai.

Pulau Berhala Serdang Bedagai, Sumatra Utara merupakan pulau yang mulai
dikunjungi oleh masyarakat

Berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata yang berkelanjutan

Aspek Legal
 RTRW
 UU
 Perda

Aspek Wisata
 Ketersediaan
objek dan
atraksi wisata
 Aksesibiltas

Aspek Biofisik:
 Flora dan
Fauna
 Iklim
 Topografi
 Hidrologi
 Geologi
 Oceanografi

Aspek Sosial
 Persepsi
 Keinginan
 Budaya
 Jumlah
Pengunjung

Analisis peraturanperaturan yang
terkait tentang
penggunaan tapak

Analisis
ketersediaan objek
dan atraksi wisata

Analisis kesesuaian
tapak untuk ekowisata

Zona legal

Zona Wisata
Alam

Kawasan
Preservasi

Tata Ruang Ekowisata

Rencana aktivitas

Rencana Fasilitas

Rencana Lanskap Ekowisata di Pulau Berhala Serdang Bedagai

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Pulau
Menurut Kamus lengkap Bahasa Indonesia terbaru, pulau adalah tanah,
daratan yang dikelilingi oleh air. Webster’s New World Dictionary of the
American Language menyebutkan pulau adalah massa daratan, tidak seluas benua
yang dikelilingi oleh air. Menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut
Internasional tahun 1982 (UNCLOS 1982) pasal 121 mendefinisikan pulau
sebagai daratan yang terbentuk secara alami dan dikelilingi oleh air dan selalu
berada di atas permukaan air pada saat pasang naik tertinggi. Dapat disimpulkan,
sebuah pulau tidak boleh tenggelam pada saat air pasang naik. Implikasinya, ada
empat syarat yang harus dipenuhi agar dapat disebut sebagai pulau, yakni (1)
memiliki lahan daratan, (2) terbentuk secara alami dan bukan lahan reklamasi, (3)
dikelilingi oleh air, baik air asin (laut) maupun tawar, seta (4) selalu berada di atas
garis pasang tinggi.
Pulau berdasarkan ukuran dapat dibedakan menjadi pulau besar, pulau
kecil dan pulau sangat kecil. UNESCO pada tahun 1991 menyatakan bahwa pulau
kecil adalah pulau dengan area kurang dari atau sama dengan 2.000 km2 (Bengen
2001). Berdasarkan ukuran luasnya, UNESCO (1991) menetapkan bahwa pulaupulau yang luasnya kurang dari 200 km2 tergolong pulau kecil, sedangkan yang
luasnya kurang dari 100 km2 tergolong pulau sangat kecil. Defenisi lainya
menyebutkan bahwa pulau kecil adalah ruang daratan yang berelevasi di atas
muka air pasanag dari perairan yang mengelilinginya dengan luas kurang dari 100
km2 (BBPT-Proyek Pesisir USAID 1998).
Kriteria baku mengenai pulau kecil di Indonesia tertera pada UndangUndang No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Batasan pulau kecil ini adalah pulau yang memiliki luas lebih kecil atau
sama dengan 2.000km2 beserta ekosistemnya.
Wisata dan Ekowisata
Wisata adalah perjalanan seseorang yang tidak tetap ke tempat diluar ia
biasa hidup normal, baik itu untuk kerja dan tinggal, melakukan aktivitas selama
ia menetap dan fasilitas yang ada dibuat untuk memenuhi kebutuhannya (Gunn
1994). Ekowisata adalah perjalanan ke suatu tempat relatif masih asli (belum
tercemar), dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati
pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang
ada (pernah ada) di tempat tersebut (Adisasmita 2010). Selain itu menurut Hector
Ceballos-Lascurain (1987) dalam Anathasia (2013), ekowisata adalah perjalanan
ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi
(tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati
pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi
budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.
Kemudian rumusan diatas diperpendek dan disempurnakan lagi oleh The
International Ecotourism Society (TIES) pada tahun 1990, ekowisata adalah
perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga
kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.

5

Tim Ekowisata Indonesia menyebutkan bahwa ekowisata berbasis
komunitas merupakan ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh
masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan
ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil
kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi
dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk
mengendalikan kegiatan ekowisata.
Teknik inventarisasi diperlukan dalam menentukan objek wisata. Sasaran
inventarisasi potensi jasa lingkungan adalah potensi wisata alam, potensi
kenekaragaman hayati, potensi sumberdaya air, potensi carbon offset, potensi
objek olah tantangan, potensi wisata religius potensi wisata budaya dan wisata
objek penelitian.
Teknik inventarisasi yang digunakan adalah: (1) studi literatur,
dimaksudkan untuk menghimpun data sekunder yang erat hubungannya dengan
lokasi yang akan dilakukan inventarisasi, (2) penjelajahan lapangan dilaksanakan
pada saat pengumpulan data di lapangan berupa data primer yang diperoleh secara
langsung dari hasil pengamatan, meliputi keadaan fisik dan potensinya, dan (3)
wawancara, dilakukan dalam rangka pengumpulan informasi dalam upaya
kelancaran kerja. Informasi diperoleh dari pejabat instasi terkait dan masyarakat
setempat
Salah satu hal yang penting adalah penilaian objek wisata. Pangesti 2007,
mengidentifikasi beberapa unsur daya tarik objek wisata, kriteria tersebut seperti
berikut:
 Daya tarik wisata darat meliputi (1) keindahan alam, (2) keunikan
sumberdaya alam, (3) banyaknya jenis SDA yang menarik, (4)
keutuhan SDA, (5) kepekaan SDA/ tingkat kerusakannya, (6) jenis
kegiatan wisata alam, (7) kebersihan lokasi, dan (8) keamanan
kawasan.
 Daya tarik wisata pantai meliputi (1) keindahan pantai, (2)
keselamatan/keamanan pantai, (3) jenis dan warna pasir, (4) variasi
kegiatan, (5) kebersihan, (6) lebar pantai (diukur dari sudut terendah),
dan kenyamanan
 Unsur kriteria iklim meliputi (1) pengaruh iklim terhadap lama waktu
kunjungan pengunjung, (2) suhu udara pada musim kemarau, (3)
jumlah bulan kering rata-rata pertahun, dan (4) kelembapan rata-rata
pertahun.
 Unsur ketersediaan air bersih meliputi (1) volume air, (2) Jarak air
bersih dari objek wisata, (3) dapat tidaknya air dialirkan ke objek
wisata, (4) kelayakan dikonsumsi dan (5) ketersediaan.
 Unsur-unsur kriteria keamanan meliputi (1) keamanan pengunjung, (2)
kebakaran, (3) penebangan liar dan (4) perambahan.
World Tourism Organisation (WTO) dan United Nation Environmental
Programme (UNEP) menetapkan kriteria kawasan ekowisata, sebagai berikut :
1. kekhasan atraksi alam (Flagship attraction): tipe hutan, sungai, danau,
keanekaragaman hayati, keunikan spesies tertentu, kemudahan mengamati
flora dan fauna,

6

2.

3.

4.
5.

atraksi pendukung/pelengkap: berenang (air terjun, sungai, pantai), kegiatan
olahraga (jalan kaki, memancing, mendayung), budaya lokal (kesenian,
kebiasaan tradisional), peninggalan sejarah,
aksesibilitas dan infrastruktur: jarak ke bandara internasional atau pusat-pusat
wisata, akses (jalan raya, jalan kereta api, penerbangan, pelabuhan), fasilitas
kesehatan, komunikasi yang memadai,
iklim: cuaca yang mendukung kegiatan rekreasi, banyaknya curah hujan dan
distribusinya, dan
kondisi politik dan sosial: adanya stabilitas sosial politik, terjaminnya
keamanan pengunjung, pengunjung dapat diterima oleh masyarakat lokal.

Tim Ekowisata Indonesia berpendapat bahwa terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam merencanakan kegiatan ekowisata pada suatu tapak.
Hal-hal tersebut adalah
1. Produk Ekowisata
Produk ekowisata yang dikembangkan haruslah sesuai dengan potensi
alam yang ada, potensi pasar, kapasitas masyarakat dan ketersedian sumber
daya lainnya seperti dana dan keahlian.
2. Masyarakat
Dalam merencanakan ekowisata, perlu diperhatikan siapa anggota
masyarakat yang akan terlibat langsung dalam kegiatan tersebut, apakah
masyarakat sekitar sudah mampu? Apabila belum maka perlu diberika
pelatihan dan harus diperhitungkan juga berapa lama masyarakat tersebut harus
dilatih.
3. Instansi
Dalam mengembangkan ekowisata, tentu tidak dapat mengandalkan
sebatas keuangan pribadi saja, oleh karena itu, bila ingin merencanakan
kegiatan ekowisata kawasan regional perlu dipikirkan juga instasi apa yang
akan terlibat didalamnya. Sejauh ini, terdapat beberapa instansi yang sering
terlibat dalam pengembangan ekowisata. Instansi tersebut antara lain dinas
pariswisata, dinas kesehatan, dinas perikanan, badan pengendalian dampak
lingkungan, dinas koperasi dan UKM, dinas perhubungan, dinas kehutanan,
dan dinas industri dan perdagangan.
4. Sarana dan prasarana
Dalam mengembangkan wisata secara umum, tentu pemilihan saran dan
prasarana perlu dipikirkan mengingat hal ini akan berpengaruh besar terhadap
kepuasan pengunjung. Secara umum, sarana dan prasarana yang harus ada di
sebuah lokasi wisata adalah sarana air bersih, transportasi, penginapan,
infomasi dan komunikasi, jalur sirkulasi, makan dan pendamping wisata.
Perencanaan Lanskap
Menurut Crowe (1981) dalam Laurie (1986), perencanaan lanskap adalah
sebuha konsep yang lebih luas dari perencanaan penggunaan lahan, karena
perencanaan lanskap memperhitungkan penampilan sama seperti memperhatikan
penggunaan, kenyamanan. Demikian pula menurut Hackett (1971) dalam Laurie
(1986) bahwa cara kerja perencanaan lanskap dalam menempatkan dan
menyatukan beragam pennggunaan lahan dalam sebuah proses yang didasarkan
kepada pengetahuan teknikal tentang filosofi lanskap dan estetika penampilannya.

7

Nurisjah dan Pramukanto (2012) menyatakan bahwa perencanaan lanskap
adalah salah satu kegiatan utama dalam arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap
merupakan kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui
kegiatan pemecahan masalah dan merupakan proses pengambilan keputusan
jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional estetik
dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam
upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan.
Proses perencanaan lanskap itu sendiri dapat dibagi kedalam empat
langkah, yaitu: (1) survei dan analisis, (2) evaluasi, (3) peraturan atau solusi disain
dan (4) implementasi (Laurie, 1986). Menurut Simond dan Barry (2006) tahapan
perencanaan terdiri atas tahap commissions, research, analysis, synthesis,
construction, dan operation.
Tahap commissions merupakan tahap pertemuan antara pelaksana dan
klien, tahap ini merupakan tahap awal dalam memulai studi dengan mengetahui
keinginan klien dan gambaran pengembangan. Tahap research adalah
pengumpulan data, baik data primer ataupun data sekunder. Data primer yaitu data
yang diperoleh langsung dari tapak seperti data fisik, sumberdaya tapak, kualitas
visual, wawancara dan penyebaran kuesioner pada responden. Data sekunder
adalah data dari hasil studi pustaka. Pada tahap analysis dilakukan analisis tapak
untuk mengetahi potensi dan kendala yang terdapat di tapak. Pada tahap synthesis
dilakukan studi skematik untuk memperoleh alternatif program pengembangan
ruang, kemudian program yang terpilih menjadi acuan dalam pembuatan rencana
konsep.
Daya Dukung Lingkungan
Daya dukung lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai
kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia atau benda hidup
lainnya. Menurut Clark dalam Ketjulan (2010) daya dukung adalah suatu cara
untuk menyatakan batas-batas penggunaan terhadap sumberdaya. Analisis daya
dukung merupakan salah satu pendekatan bahwa alam mempunyai batas
maksimum untuk menerima aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kurun
waktu tertentu. Kajian daya dukung wisata bertujuan untuk menentukan jumlah
maksimum pengunjung wisata yang masih ditolerir suatu kawasan wisata.
Daya dukung lingkungan dihitung berdasarkan perbandingan antara
potensi sumber daya alam yang dimiliki dan kebutuhan yang diperlukan oleh
masyarakat atau kebutuhan yang harus tersedia dalam suatu areal (Somarwoto
dalam Senoaji 2009). Daya dukung lingkungan terdiri dari : daya dukung hutan
dari aspek ekologi, daya dukung wisatawan, daya dukung areal pemukiman, daya
dukung fasilitas dan utilitas, dan daya dukung transportasi. Kesesuaian lahan
ditentukan dengan membandingkan parameter-parameter hasil pengukuran di
lapangan dengan nilai standar atau kriteria yang berlaku.
Parameter yang diukur disesuaikan dengan rencana jenis kegiatan yang
akan dikembangkan. Parameter yang diukur untuk menentukan kesesuaian lahan
untuk kegiatan kelautan, perikanan, dan wisata bahari beberapa parameter yang
diukur adalah : jarak dari pantai, kedalaman pantai, kecepatan arus, kecerahan air
laut, suhu, kondisi gelombang, salinitas, dan sebagainya. Parameter yang diukur
untuk menentukan kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata didarat adalah: suhu,

8

kemiringan lahan, kondisi tanah, ketersedian akomodasi, ketersediaan air bersih
dan sebagainya.

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Pulau Berhala Serdang Bedagai secara geografis berada di Selat Malaka
(Gambar 2) yang berjarak lebih kurang 21 Mil laut dari pantai Timur Sumatera
pada 3º 46‘ 38” LU dam 99° 30’ 03” BT. Pulau ini merupakan lokasi titik
dasar/base point (TD) no. 184 dan titik referensi (TR) no. 124. Penelitian
dilakukan dalam waktu empat bulan, mulai dari bulan Februari 2014 hingga Mei
2014.

Gambar 2 Lokasi penelitian
Sumber: Themyfo 2010
Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi sampai dengan hasil berupa rencana lanskap
ekowisata disertai gambar perbesaran, gambar ilustrasi, peta aktivitas dan fasilitas
rencana lanskap ekowisata di kawasan Pulau Berhala Serdang Bedagai, Sumatera
Utara.
Alat dan Bahan
Penelitian perencanaan lanskap ekowisata ini menggunakan alat dan bahan
untuk mendukung kegiatan baik di lapang maupun dalam mengolah data. Pada
Tabel 1 akan dijabarkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian dan
keterangannya.
Tabel 1 Alat dan bahan
Alat dan Bahan
Alat
Kamera
GPS (Global Positioning System)
Laptop
Pensil, kertas gambar, dan penghapus

Keterangan
Dokumentasi
Penitikan lokasi di lapang
Perekapan dan Pengolahan data
Pencatatan hasil survey dilapang

9

Tabel 1 Alat dan bahan (lanjutan)
Alat dan Bahan
Peta Pulau Berhala Serdang Bedagai
Peta topografi, kemiringan lahan, flora dan
fauna.
Data kependudukan
Data iklim
Data kelautan
Kuesioner

Keterangan
Pemetaan objek dan atraksi wisata
Analisis dan sintesis
Analisis dan sintesis
Analisis dan sintesis
Analisis dan sintesis
Pemahaman dan persepsi masyarakat

Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan adalah metode perencanaan dengan
pendekatan ekologis. Dimulai dengan melakukan dengan penentuan batas
administrasi dan batas ekologis, kemudian menganalisa ketersediaan objek dan
atraksi wisata yang ada pada tapak. Kemudian dilakukan analisis kesesuaian
Pulau Berhala Serdang Bedagai untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata.
Dalam melakukan analisis, persepsi dan preferensi masyarakat setempat juga
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi yang akan dikembangkan. Selanjutnya
menentukan zona-zona yang ideal untuk pengembangan. Setelah daya dukung
diperhitungkan, diperoleh peta perencanaan lanskap pendukung ekowisata di
Kepulauan Berhala Serdang Bedagai yang tidak mengganggu ekosistem alam.
(Gambar 3).
Tahapan Perencanaan
Tahapan perencanaan ini mengacu pada tahapan yang telah dikemukakan
oleh Gold (1980), yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan
perencanaan.
Persiapan
Tahap ini merupakan tahap awal dari penelitian. Ada dua persiapan yang
dilakukan yaitu persiapan administratif dan persiapan teknis. Persiapan
administratif merupakan persiapan perizininan melakukan penelitian sebelum
melakukan pengambilan data yang terdiri dari pembuatan surat pengantar dari
Departemen Arsitektur Lanskap yang ditujukan untuk pihak-pihak terkait yang
akan diambil datanya. Persiapan teknis berupa penyiapan peta pulau,
mempersiapkan alat berupa GPS, pengumpulan informasi awal area penelitian dan
pembagian waktu untuk pengambilan data.
Pengumpulan data
Tahapan ini adalah kelanjutan dari tahapan persiapan, yaitu dilakukan
pengambilan data sesuai dengan acuan konsep awal. Data yang diambil adalah
data yang bersifat ekologis dan teknis yang terbagi dalam data ekologi, data
wisata, dan data sosial-ekonomi. Data yang dikumpulkan berbentuk data primer
dan sekunder. Data primer yang dimaksud adalah data hasil pengamatan langsung
dan hasil data sekunder diperoleh dari studi pustaka, laporan kegiatan, dan
informasi dari dinas yang terkait. Data-data yang akan diperoleh selama kegiatan
dapat dilihat pada Tabel 2.

10

Persiapan

Pengumpulan
data

Perumusan masalah, penetapan tujuan, pengumpulan informasi terkait
permasalahan, dan perizinan dinas terkait

1. Aspek Legal
Luas tapak dan batas administrasi tapak
2. Aspek Ekologi
Topografi, geologi, iklim, flora dan fauna dan oceanografi
3. Aspek wisata
Ketersediaan objek dan atraksi wisata, nilai visual tapak,
4. Aspek Sosial
ketergantungan masyarakat pada tapak, dan potensi pengunjung

Analisis

Analisis peraturan terkait penggunaan tapak
Analisis kesesuaian tapak untuk ekowisata
Analisis ketersedian objek dan atraksi wisata
persepsi dan preferensi masyarakat

Sintesis

Zona Legalitas
Zona Wisata dan
Rekreasi Alam

Tata Ruang Ekowisata

Zona Preservasi

Perencanaan

Rencana Aktifitas dan
Fasilitas

Daya Dukung Lahan

Rencana Lanskap Pendukung Ekowisata di Pulau Berhala
Serdang Bedagai
Gambar 3 Tahapan perencanaan lanskap

11

Tabel 2 Jenis, bentuk, dan data yang dibutuhkan
No

1

2

3

4

Aspek

Jenis Data

Bentuk Data

Sumber Data

Cara pengambilan data

Biofisik

a. Iklim

Tabular

BMKG Medan

Instansi Terkait

b. Tanah dan
Geologi
c. Topografi,
Kemiringan
Lahan

Peta &
deskriptif
Peta

Balitbang Tanah

Instansi Terkait

Balitbang Tanah

Instansi Terkait

d. Flora dan
Fauna
a. Letak, Luas
dan Batas
administrasi
b.Tata guna
Lahan
a. Atraksi dan
Objek Wisata
b. Aksesibiltas
dan Sistem
Transportasi
c. Informasi dan
Promosi
d. Potensi
pengunjung
a. Karakter,
persepsi dan
preferensi
masyarakat
b. Aktivitas dan
Perilaku

Peta &
deskriptif
Peta dan
deskriptif

Tapak, dan LIPI

Lapang, Instansi Terkait

Bappeda Sergai

Instansi Terkait

Bappeda Sergai
Lapang, Studi
Pustaka

Instansi Terkait

Legal

Wisata

SosialMasyarakat

Deskriptif
Deskriptif

Lapang, Studi Pustaka

Deskriptif

Tabular

Lapang, Bappeda
Sergai
Lapang, Bappeda
Sergai

Lapang, Wawancara
Lapang, Wawancara

Tabular
Lapang

Lapang, Wawancara

Deskriptif dan
tabular

Deskriptif

Lapang, Bappeda
Sergai
Lapang, Bappeda
Sergai

Instansi Terkait
Instansi Terkait

Analisis & Sintesis
Analisis yang pertama adalah analisis ketersedian objek dan atraksi wisata
dengan menggunakan metode analisis kuantitatif mengikuti kriteria (Avenzora
2008). Dalam penilaian objek wisata setidaknya perlu untuk menilai tujuh aspek
nilai yang terkait dan berasosiasi dalam potensi suatu objek wisata, yaitu
keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, aksesibilitas, sensitifitas, dan
fungsi sosial (Tabel 3)
Tabel 3 Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata
No
1

Aspek
Keunikan

Indikator
 Bentuk gejala alam tersebut sangat berbeda dengan gejala
alam sejenis pada umumnya
 Warna-warna gejala alam tersebut sangat berbeda dengan
gejala alam sejenis pada umumnya
 Manfaat dan fungsi gejala alam tersebut sangat berbeda
dengan gejala alam sejenis pada umumnya
 Tempat dan ruang gejala alam tersebut sangat berbeda
dengan gejala alam sejenis pada umumnya
 Waktu gejala alam tersebut sangat berbeda dengan gejala
alam sejenis pada umumnya
 Ukuran dimensi gejala alam tersebut sangat berbeda dengan
gejala alam sejenis pada umumnya

Skor
1
1
1
1
1
1

12

Tabel 3 Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata (lanjutan)
No
2

3

Aspek
Kelangkaan

Keindahan



Indikator
Gejala alam tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan
internasional
Gejala alam masuk dalam daftar kelangkaan nasional



Gejala alam tersebut tidak ada di provinsi lain

1



Gejala alam tersebut tidak ada di kabupaten lain

1



Gejala alam tersebut tidak ada di kecamatan lain

1



Pengulangan proses kejadian gejala alam tersebut sangat
langka dalam kurun waktu tertentu
Keindahan komposisi dan nuansa bentuk dari gejala alam
tersebut
Keindahan komposisi dan nuansa warna dari gejala alam
tersebut
Keindahan komposisi dan nuansa dimensi ukuran dari gejala
alam tersebut
Keindahan komposisi dan nuansa gejala alam dari gejala
alam tersebut
Keindahan komposisi dan nuansa visual secara totalitas dari
gejala alam tersebut
Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa
yang dihasilkan gejala alam tersebut
Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati
pengunjung beberapa saat saja pada hari tertentu
Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati
pengunjung pada hari tertentu dalam periode minggu tertentu
Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati
pengunjung pada minggu tertentu dalam periode bulan
tertentu
Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati
pengunjung pada bulan tertentu dalam periode tahun tertentu
Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati
pengunjung pada bulan tertentu dalam periode kondisi tahun
tertentu
Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati
pengunjung pada kelompok umur, fisik, dan status sosial
tertentu.
Peristiwa kejadian alam tersebut tidak terpengaruh oleh
kehadiran sedikit/banyak pengunjung
Kualitas kejadian alam tersebut tidak terpengaruh oleh
kehadiran sedikit/banyak pengunjung
Kuantitas kejadian alam tersebut tidak terpengaruh oleh
kehadiran sedikit/banyak pengunjung
Kehadiran pengunjung untuk menikmati gejala alam tersebut
tidak mempengaruhi terjadinya kejadian fenomena alam lain
disekitarnya
Dalam bentuk kontak fisik tidak akan menyebabkan
berubahnya secara permanen kualitas dan kuantitas gejala
alam tersebut dan gejala alam lainnya.
Daya dukung fisik, ekologis, dan psikologis tidak terganggu

1

Lokasi gejala alam tersebut dapat dijangkau dengan
kendaraan umum dalam waktu maksimal dua jam dari
ibukota kabupaten

1










4

Seasonality








5

Sensitifitas








6

Aksesibilitas



Skor
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1

1

1
1
1
1

1

1

13

Tabel 3 Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata (lanjutan)
No
6

Aspek
Aksesibilitas







7

Fungsi
Sosial

Indikator
Lokasi gejala alam tersebut dapat dijangkau dengan
kendaraan umum dalam waktu maksimal satu jam dari
ibukota kecamatan
Lokasi gejala alam tersebut dapat dijangkau oleh semua jenis
kendaraan roda empat
Pengunjung dapat menjangkau lokasi gejala alam tersebut
tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki
melebihi 2 km
Untuk mencapai lokasi tersebut tersedia kendaraan umum
yang beroperasi setidaknya 16 jam per hari
Lokasi tersebut dapat dicapai dalam segala kondisi cuaca

 Gejala alam tersebut diyakini masyarakat sekitar mempunyai
sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal komunitas yang
tinggal di kawasan tersebut
 Gejala alam tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai
salah satu sumber elemen kehidupan sosial/budaya
keseharian masyarakat sekitar
 Gejala alam tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai
salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara
budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat
 Gejala alam tersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai
salah satu sumber elemen budaya pada upacara budaya
tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat
setempat
 Gejala alam tersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah
satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial
ekonomi keseharian masyarakat setempat
 Gejala alam tersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai
salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat

Skor
1

1
1

1
1
1

1

1

1

1

1

Sumber: Avenzora (2008) dan modifikasi
Seluruh objek wisata diberi nilai berdasarkan kriteria yang ada, setelah itu
dilakukan klasifikasi tiga kategori yaitu daerah dengan objek dan atraksi wisata
yang rendah, sedang dan tinggi berdasarkan interval yang dihitung melalui rumus:

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval yang akan digunakan
yaitu 11. Sehingga daerah yang mendapat skor dari 7-18 masuk dalam kategori
daerah dengan objek wisata rendah, daerah yang mendapat skor 19-30 masuk
dalam kategori daerah dengan objek wisata sedang, daerah yang mendapat skor
31-42 masuk dalam kategori daerah dengan objek wisata tinggi. Hasil dari analisis
ini adalah peta ketersediaan objek dan atraksi wisata.
Analisis kesesuaian tapak untuk ekowisata dilakukan dengan
menggunakan metode analisis kuantitatif. Terdapat dua penilaian yaitu penilaian
kesesuaian lahan untuk wisata darat dan penilaian kesesuaian pantai. Penilaian
terhadap wisata darat mengacu pada SK Menteri Pertanian No. 837 tahun 1980.
Terdapat tiga aspek yang dinilai yaitu kemiringan lahan, kepekaan tanah, dan
intensitas hujan yang dapat dilihat pada Tabel 4. Ketiga aspek ini diberi bobot

14

sesuai dengan besar faktor pengaruh terhadap kesesuaian. Untuk itu kemiringan
lereng dan kepekaan tanah diberi bobot 15 dan intensitas hujan diberi bobot 10.
Penilaian akhir diklasifikasikan menjadi tiga nilai, yaitu sangat sesuai (≥ 120160), sesuai (≥80-3000 (sangat tinggi)

Nilai
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1

Sumber : SK Menteri Pertanian No 837/Kpts/Um/11/1980 da No.683/Kpts/Um/8/1981

. Penilaian terhadap wisata pantai mengacu pada Hardjowigeno dan
Widiatmika (2007), terdapat enam aspek yang dinilai dan dapat dilihat pada Tabel
5. Keenam aspek ini diberi bobot sesuai dengan dominan parameter terhadap
peruntukan. Besarnya pembobotan ditunjukan pada suatu parameter untuk seluruh
evaluasi lahan. Penilaian akhir diklasifikasikan menjadi empat nilai, yaitu sangat
sesuai (≥ 82-100), sesuai (≥63-