Uji Kebugaran El eu s in e i n di ca( L) Ga e r tn. Bio t ip resisten (ESU1) - glifosat dan sensitif (ESU0) - glifosat

14

PENDAHULUAN
Latar belakang
Gulma merupakan salah satu permasalahan utama pada perkebunan kelapa
sawit. Moenandir (1985) mengatakan penurunan produksi tanaman budidaya
akibat kehadiran gulma dapat mencapai 20 - 80 % bila tidak dilakukan
pengendalian, maka dari itu upaya pengendalian terhadap pertumbuhan gulma
perlu dilakukan. Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang
kehidupan. Padabidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil
tanaman. Penurunan kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi
gulma dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur
hara, ruang tumbuh dan udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat. Pertumbuhan tanaman yang terhambat akan menyebabkan hasil
menurun. Di Indonesia penurunan hasil akibat gulma diperkirakan mencapai 1020%.
Eleusine indica (L.) Gaertn merupakan salah contoh gulma yang
keberadaannya dapat ditemukan hampir di semua pertanaman ataupun budidaya
tanaman, terutama pada areal perkebunan tanaman tahunan seperti kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq. L.). Keberadaan gulma ini cukup mengganggu pada areal
produksi yang meliputi tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum
menghasilkan (TBM) serta pada areal pembibitannya, khususnya pada main

nursery. Sedangkan pada pre nursery masih dapat diabaikan karena populasinya
masih dapat ditolerir (Sianturi, 2001).
Penggunaan herbisida untuk mendukung produktivitas pertanian dunia
masih dominan (49,6%) dibandingkan dengan jenis pestisida lainnya. Tiga bahan

Universitas Sumatera Utara

15

aktif herbisida paling luas digunakan adalah glifosat (N-phosnomethyl glycine),
paraquat (paraquat dichloride), dan 2,4-D (dichloro phenoxyacetic acid). Nilai
ekonomi herbisida pada sektor pertanian sangat besar, terutama pada pertanian
sangat intensif yang menggunakan tenaga kerja minimal. Glifosat dinyatakan
mempunyai keefektifan yang sangat baik untuk mengendalikan beragam jenis
gulma (berdaun lebar maupun berdaun sempit) dan dikategorikan aman terhadap
pengguna dan lingkungan. Namun, akibat penggunaannya yang sangat intensif,
terus menerus dan cenderung berlebihan, maka akhir-akhir ini telah dilaporkan
adanya gulma yang menjadi tahan terhadap glifosat. Salah satu upaya untuk
mengurangi tekanan terhadap munculnya gulma yang tahan adalah dengan
menggunakan jenis herbisida berlainan silih berganti atau mencampurkan dua

atau lebih jenis herbisida berbeda jenis ( Supriadi, 2012).
Herbisida memiliki efektivitas yang beragam. Berdasarkan cara kerjanya,
herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena herbisida, dan
herbisida sistemik mematikan setelah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh
bagian gulma. Menurut jenis gulma yang dimatikan ada herbisida selektif yang
mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit, dan herbisida non selektif yang
mematikan banyak jenis gulma atau spektrum lebar (Fadhly dan Tabri, 2007).
Pengendalian gulma pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai
teknik pengendalian termasuk diantaranya pengendalian secara manual (tenaga
manusia dilengkapi dengan peralatan kecil), memanfaatkan tanaman penutup
tanah (leguminous cover crop), mekanis, ekologis, solarisasi, biologis,
menggunakan bahan kimia (herbisida) dan teknik budidaya lainnya. Kekurangan
dari masing-masing teknik pengendalian dapat diperkecil dengan menerapkan

Universitas Sumatera Utara

16

konsep pengendalian gulma secara terpadu (integrated weed management) yaitu
memadukan


cara-cara

pengendalian

yang

kompatibel

satu

sama

lain

(Purba, 2009).
Beberapa metode pengendalian gulma telah dilakukan di perkebunan, baik
secara metode manual, mekanis, kultur teknis, biologis, maupun metode kimiawi
dengan menggunakan herbisida, bahkan bergabung menjadi beberapa metode
sekaligus (Barus, 2003).

Teknik pengendalian gulma yang umum dilakukan di PTPN IV Kebun
Adolina adalah pengendalian manual, yaitu dengan memakai garuk dan
pembabatan serta pengendalian kimiawi dengan menggunakan herbisida sistemik
pada TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan TM (Tanaman Menghasilkan).
Dengan cara kimiawi pengendalian gulma pada areal tanaman dilakukan secara
menyeluruh, sehingga semua areal disemprot. Hal ini dimaksudkan untuk
menekan pertumbuhan gulma pada areal pertanaman. Setelah 26 tahun
menggunakan glifosat pada areal kelapa sawit , gulma menjadi resisten, glifosat
tidak lagi efektif untuk mengendalikan E.indica.
Uji fitness merupakan salah satu uji untuk mengetahui perbedaan
kuantifikasi antara fitness gulma rentan dengan gulma resisten yang memiliki
sistem ekologi yang lebih baik terhadap resistensi, dan jugasalah satu strategi
pengelolaan gulma untuk mengeksploitasi sifat-sifat yang mengakibatkan kinerja
ekologiberkurang.Pengujian ini berupaya untuk membandingkan pertumbuhan
dari suatu populasi yang rentan dengan fenotipe gulma resisten herbisida dari
populasi gulma tunggal (Villa-aiub et al., 2005).

Universitas Sumatera Utara

17


Tujuan Penelitian
Penelitian

bertujuan

untuk

mengetahui

biotip

kebugaran

Eleusine indica ( L. ) Gaertn biotip resisten – biotip sensitif - glifosat bila
ditanam secara bersama ( persaingan ).
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan kebugaran ( fitness)

antara E. indica biotip resisten


(ESU1) - dibanding dengan biotip sensitif (ESU0) - glifosat.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai dasar untuk teknologi manajemen
E. indica biotip resisten (ESU1) - dan sensitif (ESU0) - glifosat pada kondisi tanpa
herbisida, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara