Pasar Kawasan Terpadu Hamdan

(1)

BAB II

DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN

II.1. Judul

Judul dari perancangan adalah “Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun - Sumatera Utara” yang merupakan kawasan terpadu multifungsi yang berada di kawasan CBD sebagai wujud dari revitalisasi permukiman kumuh Hamdan.

Sesuai dengan UU No. 4/1992 pasal 27, lingkup penanganan lingkungan permukiman kumuh mencakup hal-hal sebagi berikut:

1. Perbaikan dan pemugaran

Secara konseptual, implementasi prinsip perbaikan dan pemugaran meliputi :

 Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki oleh sebuah kota,

 Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisik lingkungan permukiman yang mengalami degradasi,

 Renovasi adalah melakukan perubahan sebagian atau beberapa bagian dari komponen pembentukan lingkungan permukiman,

 Rekontruksi merupakan upaya mengembalikan suatu lingkungan permukiman sedakat mungkin dari asalnya yang diketahui, dengan menggunakan komponen-komponen baru maupun lama.


(2)

 Preservasi merupakan upaya mempertahankan suatu lingkungan pemukiman dari penurunan kualitas atau kerusakan. Penanganan ini bertujuan untuk memelihara komponen yang berfungsi baik dan mencegah dari proses penyusutan dini (kerusakan), misalnya dengan menggunakan instrument: ijin mendirikan bangunan (IMB). Ketentuan atau pengaturan tentang: Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Garis Sempadan Bangunan, Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai . 2. Peremajaan

Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagian atau keseluruhan lingkungan perumahan dan pemukiman dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan pemukiman baru yang lebih layak dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang optimal sesuai dengan potensi lahannya.

3. Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan

Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan adalah upaya-upaya untuk mencengah, mengendalikan atau mengurangi dampak negatif yang timbul, serta meningkatkan dampak positif yang timbul terhadap lingkungan hunian.

II.2. Tema

II.2.1. Definisi


(3)

segi sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan menjadi masyarakat dengan pola kehidupan yang lebih baik tanpa mengubah karakteristik masyarakatnya.

II.2.2. Interpretasi Tema

Tiga syarat kawasan urban regeneration, yaitu:

1. Urban centre yaitu memiliki jaringan transportasi yang kuat,

terdapat CBD dengan tata guna lahan yang padat dan harga lahan tinggi.

2. Informal settlement yaitu tingkat kemiskinan yang tinggi, lingkungan

kumuh dan tidak sehat, rendahnya kualitas hidup, tingkat kriminalitas yang tinggi

3. Exclusion areas yaitu kurangnya fasiitas lingkungan

Spesifikasi tema urban regeneration adalah sebagai berikut :

1. Desain untuk ruang publik yang inklusif dan aman dalam segala bentuk dari grand intim.

2. Tentukan ruang terbuka hijau dalam rencana pembangunan.

3. Membuat rute pejalan kaki hijau yang komprehensif di sekitar dan / atau di setiap tapak.

4. Berikan prioritas untuk kebutuhan pejalan kaki dan pengendara sepeda dalam pengembangan dan jalan pada tapak.

5. Menyediakan layanan bus.

6. Tentukan maksimum jarak berjalan kaki ke halte bus dan angkutan umum lainnya.

7. Menyediakan fasilitas tempat penyimpanan sepeda yang tersusun dengan baik


(4)

8. Menetapkan standar maksimum tempat parkir satu mobil per hunian bagi semua pembangunan pemukiman baru perkotaan 9. Memberlakukan pembatasan ketat atas penggunaan mobil

pribadi, seperti biaya parker

10.Membangun dan mengembangkan potensi keterampilan di daerah tersebut

11.Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat lokal

12. Memprioritaskan masyarakat lokal ketika melakukan perbaikan lingkungan lokal dan mengembangkan fasilitas masyarakat

13.Menyediakan bangunan sekolah, untuk mengakomodasi peningkatan jumlah murid pada masa depan dengan fasilitas berkualitas tinggi

14.Menciptakan lapangan kerja

II.3. Studi Banding

II.3.1. Studi Banding Perancangan Sejenis 1. Renovasi Kampung Stren Kali Surabaya


(5)

Dalam merenovasi Kampung Stren konsep yang diterapkan adalah prinsip Kampung Jogo Kali. Artinya adalah menjaga kebersihan sungai, menjaga lingkungan kampung yang sehat dan tidak mencemari sungai, menghadapkan bangunan/rumah ke arah sungai, menjaga ikatan social dan budaya kampong.


(6)

2. Revitalisasi China Town Sebagai Kawasan Bersejarah Etnis Tionghoa di Singapura

Gambar II.3. Peta Lokasi China Town di Singapura

Kota tua kawasan bersejarah ini memiliki potensi yang besar dikembangkan dengan memanfaatkan kembali bangunan-bangunan yang sudah ada (adaptive re-use) sesuai fungsi lama atau bahkan fungsi yang sama sekali baru.

Kekayaan arsitektural pada masa lampau adalah nilai lebih dan potensi yang besar. Maka dalam hal ini harus dipertahankan atau dibangun kembali seperti aslinya (restorasi).

Skenario pariwisata yang ditawarkan China Town adalah :

 Menjadi distrik tersebut sebagai lokasi pusat-pusat budaya dan kesenian  Adanya jalan-jalan yang bertema


(7)

Gambar II.4. Kondisi China Town Dari Waktu Ke Waktu

II.3.2. Studi Banding Tema Sejenis 1. New East Manchester


(8)

New East Manchester berada di tepi Manchester City Centre ke batas timur kota atau East Manchester dengan luas lahan lebih dari 1900 ha.

Upaya yang dilakukan untuk meregenerasi kawasan ini adalah sebagai berikut :

 Memasarkan dan mempromosikan daerah

 Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan program sosial dan ekonomi seperti New Deal untuk komunitas tunggal, zona pendidikan, zona kesehatan, zona olahraga, Kelurahan Ancoats, pembaharuan dana dalam pemasaran rumah

 Fokus utama pendanaan public secara efektif - £ 150 m per tahun

 Mengamankan sumber daya public dan sector swasta untuk memberikan program yang komprehensif


(9)

(10)

II.4. Data

II.4.1. Lokasi Perancangan 1. Data Kawasan

Letak geografis daerah adalah sebagai berikut :

Lokasi : Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

Nama Kawasan : Kawasan Pemukiman Kumuh Kampung Hamdan Tipe Kawasan : Kawasan Permukiman Kumuh

Luas Kawasan : 58.665 m2 Luas Wilayah : 265,1 km2

Letak Geografis : 3o 30’ - 3o 43’ LU dan 98o 35’- 98o 44’ BT Batas Wilayah :

a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Kabupaten Deli Serdang.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Iklim : Suhu udara berkisar antara 25º - 33ºC dengan kelembaban sekitar 60 - 95 % dan kecepatan angin antara 10 km/jam


(11)

.

Gambar II.7. Lokasi Kawasan

2. Lokasi Site

Lokasi : Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Luas Area : ± 5,87 Ha

Kasus Perancangan : Kawasan Pemukiman Kumuh Kampung Hamdan Status Perancangan : Tidak nyata

Kontur Lahan : Berkontur


(12)

Gambar II.8. Peta Site

3. Ketentuan Site

 GSB (Garis Sempadan Bangunan) GSB untuk Jl. Ir. Juanda : 15 m GSB untuk Jl. Samanhudi : 15 m GSB untuk Jl. Multatuli : 10 m GSB untuk Sungai Deli : 15 m

 KDB (Koefisien Dasar Bangunan) KDB = 60% x 5,87 ha = 4,322 ha  KLB (Koefisien Lantai Bangunan) KLB = 4,5 x 5,87 ha

= 26,514 ha  KDH (Koefisien Daerah Hijau) KDH = 25% x 5,87 ha


(13)

4. Kriteria Lokasi

Untuk menentukan lokasi perancangan perlunya

mempertimbangkan kriteria-kriteria pada site yang dipilih. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya :

Tabel 1. Kriteria Pemilihan Lokasi Perancangan

NO. KRITERIA LOKASI

1. Tinjauan terhadap

struktur kota

Berada di Kecamatan Medan Maimun,

Kota Medan

2. Pencapaian Dapat diakses dari jalan primer pada

kawasan ini yaitu, Jalan Ir. H. Juanda,

3. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi

perbelanjaan dan bangunan publik lainnya atau disekitar permukiman yang belum ada

4. Peraturan Tanah milik kesultanan.

Nilai lahan cukup tinggi untuk daerah komersial.

Untuk pengembangan kawasan permukiman, pusat pendidikan, perdagangan, dan rekreasi indoor.


(14)

5. Topografi

Site ini memiliki kontur terutama area yang dekat dengan sungai dan

perbedaan setiap konturnya adalah 1 meter.

Gambar II.9. Peta Kontur Site

II.4.2. Isu

 Lingkungan Padat

Kondisi perumahan yang sangat padat dengan jarak hanya 1-2 meter dapat membahayakan masyarakat. Tidak adanya sikulasi keselamatan


(15)

bagian dalam kawasan, sehingga mengakibatkan sangat cepat penyebaran api karena jarak rumah yang sangat rapat dan material rumah yang mudah terbakar.

 Lingkungan Kumuh

Kondisi lingkungan kawasan ini sangat mengenaskan. Kondisi bangunan yang berbatasan dengan jalan memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi perumahan yang berbatasan langsung dengan sungai. Kondisi rumah yang berbatasan langsung dengan sungai hanya berdindingkan triplek, kolom kayu dan atap seng dengan konstruksi yang tidak kokoh sehingga sewaktu- waktu rumah ini dapat roboh. Dan jika terjadi hal ini akan membahayakan dan merugikan pemilik rumah.

Gambar II.10. Foto Kondisi Lingkungan Site

 Lingkungan yang Tidak Sehat

Lingkungan sampah yang berserakan disekitar rumah, kondisi parit yang sangat jorok dan terbuka sehingga akan menyebabkan penyakit. Dikondisi seperti ini masyarakat melakukan aktivitas sehari-hari dan banyak anak-anak bermain.


(16)

Serta ada juga rumah yang sampahnya bukan hanya diluar rumah tetapi didalam rumah juga banyak berserakan sampah.

II.5. Analisa

II.5.1. Analisa Undang-Undang

Gambar II.11. Analisa Undang-Undang

Bangunan pada site banyak yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Banyak pelanggaran yang terjadi seperti pelanggaran GSB antar bangunan yang terlalu rapat, pelanggaran GSB sungai, dan tidak ada ruang terbuka hijau. Hal ini dapat membahayakan karena susahnya akses pemadam kebakaran ke kawasan, jalur evakuasi kebakaran yang tidak sesuai, dan menyebabkan lamanya evakuasi


(17)

II.5.2. Analisa Sosial Budaya

Hubungan sosial masyarakat pada kawasan ini sangat erat, ini merupakan suatu perilaku yang positif dan potensi kawasan. Ini dapat dilihat dari interaksi yang sering terjadi, banyak kegiaan yang dilakukan bersama.

Gambar II.12. Perilaku Positif

Perilaku atau kebiasaan masyarakat yang negatif adalah warga berdagang makanan di sembarang tempat, sungai sebagai tempat pembuangan sampah, dan sungai digunakan sebagai MKCK. Hal ini menyebabkan rusaknya kelestarian Sungai Deli.


(18)

Gambar II.13. Perilaku Negatif


(19)

Gambar II.14.b. Analisa View

Masalah yang terjadi pada view adalah view yang tidak bagus. Terutama pada arah utara, site dibelakangi oleh deretan ruko multatuli.

Potensi view yang ada pada kawasan hamdan ini adalah dibagian barat terdapat sungai dan selatan terdapat JL.Samanhudi dan Jl.Juanda.

Rekomondasi dari sudut pandang view adalah membuat tanaman buffer

pada view yang tidak bagus dan jalur pedestrian di samping jalur hijau sehingga menghasilkan ruang peralihan antara kawasan dan ruko multatuli.


(20)

II.5.4. Analisa Sirkulasi

1. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

Gambar II.15. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

Pedestrian yang terlalu sempit dan dengan kondisi yang buruk. Karena kondisi seperti ini sebaiknya pedestrian didesain kembali dengan memenuhi persyaratan dan kenyamanan.

2. Analisa Sirkulasi Kendaraan

Parkir sembarangan dan jalan terlalu sempit penyebab kemacetan pada JL.Multatuli dan Jl.Samahudi. Untuk mengatasi hal ini contoh tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melebarkan Jl. Multatuli yang lahannya diambil dari site.


(21)

kendaraan yang melaluinya paling sedikit dari pada Jl.Juanda dan Jl.Samanhudi serta untuk menghindari kemacetan. Sedangkan Jl Juanda merupakan jalan arteri primer Kota Medan. Jl.Samanhudi tidak direkomondasikan sebagai entrance utama karena Jl.Samanhudin yang memalui site tidak panjang dan diantara 2 simpang yang berdekatan sehingga dapat memicu kemacetan serta memiliki intensitas kendaraan yang lebih tinggi dari pada Jl.Multatuli.

Gambar II.16. Analisa Sirkulasi Kendaraan

Untuk memudahkan sirkulasi dalam site disarankan diadakannya transfortasi dalam site seperti bus dan tempat pemberhentiannya (halte).

Sirkulasi yang direkomondasian adalah menggunakan sirkulasi radial dengan pusat RTH. Dengan bentuk site seperti ini, menggunakan sirkulasi yang radial akan memudahkan dalam pencapaian setiap fungsi.


(22)

II.5.5. Analisa Kebisingan

Gambar II.17. Analisa Kebisingan

Area yang tingkat kebisingannya paling tinggi adalah area yang berbatasan langsung dengan jalan. Sedangkan area yang tingkat kebisingannya rendah adalah area yang dekat dengan sungai.

Berdasarkan hal tersebut sebaiknya fungsi yang bersifat publik diletakan di daerah yang tingkat kebisingan sedang dan tinggi dan fungsi yang bersifat private diletakan di daerah yang tingkat kebisingan rendah. Untuk meredam kebisingan pada daerah dengan intensitas kebisingan tinggi direkomondasikan penggunaan vegetasi.


(23)

II.6. KONSEP II.6.1. Zoning

Fungsi publik (sekolah, pasar, gedung seni budaya dan gedung olahraga) diletakan dibagian site yang berbatasan langsung dengan jalan. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan akses ke fungsi yang bersifat publik. Fungsi yang bersifat private (rusunawa) diletakan dibagian site yang berbatasan dengan sungai karena untuk memprivatkan fungsi tersebut.


(24)

Gambar II.19. Zoning fungsi

II.6.2. Matriks dan Flowchart

Matriks menunjukan kedekatan dan hubungan antar ruang dan flowhart menunjukan alur masuk ke bangunan.


(25)

II.6.3. Konsep 1. Konsep Sirkulasi

Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki

Konsep sirkulasi pejalan kaki dari Kawasan Terpadu Hamdan adalah pejalan kaki dapat mengakses setiap fungsi dan setiap sudut kawasan. Setiap fungsi dihubungan dengan sirkulasi pejalan kaki. Entrance utama pejalan kaki terletak di Jl.Multatuli. Hal ini dikarenakan intensitas pejalan kaki lebih banyak dari pada Jl. Juanda dan Jl. Samanhudi serta intensitas kendaraan pada Jl.Multatuli yang lebih sedikit.


(26)

 Konsep Sirkulasi Kendaraan

Konsep sirkulasi kendaraan dari Kawasan Terpadu Hamdan adalah radial. Hal ini dikarenakan bentuk site yang tidak berarturan sehingga akan memudahkan pencapaian setiap fungsi.

Gambar II.22. Konsep Sirkulasi Kendaraan

2. Konsep Penataan Kawasan

Penataan posisi fungsi pada site dengan mempertimbangkan akses fungsi dan sifat fungsi itu sendiri.

Fungsi sekolah diletakan dekat pintu utama dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian dan tidak mengganggu aktivitas dalam site. Area parkir sekolah berada di dalam site agar tidak menyebabkan kemacatan pada Jl. Multatuli.


(27)

Area parkir pasar diletakkan sekat dengan akses kendaraan dala site

sehingga akses keluar lebih mudah.

Area RTH sebagai central kawasan dan pedoman orientasi bangunan dan penghubung fungsi-fungsi dalam kawasan serta untuk menciptakan jalur sirkulasi yang jelas.

Fungsi gedung seni budaya diletakan di depan simpang Jl.Juandda agar mudah terlihat dari tiga jalan sehingga menjadi icon kawasan dan memudahkan akses dari gedung olahraga ke taman komunitas serta plaza.

Area parkir umum diletakan pada entrance utama untuk memudahkan akses parkir dari entrance utana dan parkiran mudah diakses dari gedung seni budaya dan gedung olahraga.

Fungsi rusunawa diletakan agak kedalam site dimaksudkan untuk menghindari kebisingan dari jalan, memberikan privasi dan memudahkan akses ke semua sudut site.

Area parkir rusunawa diletakan dekat dengan rusunawa dan entrance pintu 2 dimaksudkan agar memudahkan akses keluar rusunawa dan akses dari rusunawa ke parkiran.

GSB sungai dimanfaatkan sebagai pasar kuliner dan plaza untuk pedagang kaki lima dan dapat menjadi karakter kawasan ini.

Fsungsi gedung olahraga diletakkan dekat dengan rusunawa untuk memudahkan akses ke dan dari fungsi yang berhubungan dengan fungsi ini.


(28)

Gambar II.23. Konsep Penataan Kawasan

3. Konsep Bentukan Massa

Konsep bentukan massa bangunan olahraga yang berbentuk hurup

“U” dimaksudkan untuk menanggapi lapangan dalam gedung dan untuk


(29)

Konsep bentukan massa gedung seni budaya yang diharapkan menjadi icon kawasan. Bentuk lengkung pada gedung seni budaya untuk menanggapi simpang Jl.Juanda. Massa diusahakan membuka lebar pada sungai, hal ini dimaksudkan agar view dapat maksimal ke arah sungai.

Bentuk massa sekolah dibuat memanjang dengan tujuan untuk memaksimalkan cahaya yang masuk ke dalam ruang kelas sehingga lebih hemat energi. Bangunan sekolah juga dibuat terpisah untuk memaksimalkan sirkulasi udara yang masuk ke dalam ruangan.

Konsep bentukan massa pasar mengadopsi konsep solid vs void dimana solid merupakan badan bangunan sedangkan void sebagai paru-paru bangunan yang berperan sebagai vokal sirkulasi udara dan pencahayaan.

Sedangkan konsep bentukan massa rusunawa yang direncanakan per unitnya memiliki modul 6 x 6 meter berdasarkan hal tersebut massa bangunan direncanakan pelantainya 14 unit dengan susunan double loaded. Perletakan yang monoton tidak memunculkan vista yang bagus pada site ini. Sehingga perletakan massa yang maju dan mundur menciptakan vista yang menarik dari berbagai sudut penglihatan, serta memungkinkan angin masuk ke setiap hunian

4. Konsep Ketinggian Bangunan

Pasar memiliki ketinggian 3 lantai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ruang seperti kios, dan area los.


(30)

(1)

II.6.3. Konsep 1. Konsep Sirkulasi

Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki

Konsep sirkulasi pejalan kaki dari Kawasan Terpadu Hamdan adalah pejalan kaki dapat mengakses setiap fungsi dan setiap sudut kawasan. Setiap fungsi dihubungan dengan sirkulasi pejalan kaki. Entrance utama pejalan kaki terletak di Jl.Multatuli. Hal ini dikarenakan intensitas pejalan kaki lebih banyak dari pada Jl. Juanda dan Jl. Samanhudi serta intensitas kendaraan pada Jl.Multatuli yang lebih sedikit.


(2)

 Konsep Sirkulasi Kendaraan

Konsep sirkulasi kendaraan dari Kawasan Terpadu Hamdan adalah radial. Hal ini dikarenakan bentuk site yang tidak berarturan sehingga akan memudahkan pencapaian setiap fungsi.

Gambar II.22. Konsep Sirkulasi Kendaraan

2. Konsep Penataan Kawasan

Penataan posisi fungsi pada site dengan mempertimbangkan akses fungsi dan sifat fungsi itu sendiri.

Fungsi sekolah diletakan dekat pintu utama dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian dan tidak mengganggu aktivitas dalam site. Area parkir sekolah berada di dalam site agar tidak menyebabkan kemacatan pada Jl. Multatuli.


(3)

Area parkir pasar diletakkan sekat dengan akses kendaraan dala site sehingga akses keluar lebih mudah.

Area RTH sebagai central kawasan dan pedoman orientasi bangunan dan penghubung fungsi-fungsi dalam kawasan serta untuk menciptakan jalur sirkulasi yang jelas.

Fungsi gedung seni budaya diletakan di depan simpang Jl.Juandda agar mudah terlihat dari tiga jalan sehingga menjadi icon kawasan dan memudahkan akses dari gedung olahraga ke taman komunitas serta plaza.

Area parkir umum diletakan pada entrance utama untuk memudahkan akses parkir dari entrance utana dan parkiran mudah diakses dari gedung seni budaya dan gedung olahraga.

Fungsi rusunawa diletakan agak kedalam site dimaksudkan untuk menghindari kebisingan dari jalan, memberikan privasi dan memudahkan akses ke semua sudut site.

Area parkir rusunawa diletakan dekat dengan rusunawa dan entrance pintu 2 dimaksudkan agar memudahkan akses keluar rusunawa dan akses dari rusunawa ke parkiran.

GSB sungai dimanfaatkan sebagai pasar kuliner dan plaza untuk pedagang kaki lima dan dapat menjadi karakter kawasan ini.

Fsungsi gedung olahraga diletakkan dekat dengan rusunawa untuk memudahkan akses ke dan dari fungsi yang berhubungan dengan fungsi ini.


(4)

Gambar II.23. Konsep Penataan Kawasan

3. Konsep Bentukan Massa

Konsep bentukan massa bangunan olahraga yang berbentuk hurup

“U” dimaksudkan untuk menanggapi lapangan dalam gedung dan untuk


(5)

Konsep bentukan massa gedung seni budaya yang diharapkan menjadi icon kawasan. Bentuk lengkung pada gedung seni budaya untuk menanggapi simpang Jl.Juanda. Massa diusahakan membuka lebar pada sungai, hal ini dimaksudkan agar view dapat maksimal ke arah sungai.

Bentuk massa sekolah dibuat memanjang dengan tujuan untuk memaksimalkan cahaya yang masuk ke dalam ruang kelas sehingga lebih hemat energi. Bangunan sekolah juga dibuat terpisah untuk memaksimalkan sirkulasi udara yang masuk ke dalam ruangan.

Konsep bentukan massa pasar mengadopsi konsep solid vs void dimana solid merupakan badan bangunan sedangkan void sebagai paru-paru bangunan yang berperan sebagai vokal sirkulasi udara dan pencahayaan.

Sedangkan konsep bentukan massa rusunawa yang direncanakan per unitnya memiliki modul 6 x 6 meter berdasarkan hal tersebut massa bangunan direncanakan pelantainya 14 unit dengan susunan double loaded. Perletakan yang monoton tidak memunculkan vista yang bagus pada site ini. Sehingga perletakan massa yang maju dan mundur menciptakan vista yang menarik dari berbagai sudut penglihatan, serta memungkinkan angin masuk ke setiap hunian

4. Konsep Ketinggian Bangunan

Pasar memiliki ketinggian 3 lantai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ruang seperti kios, dan area los.


(6)