Analisis Integrasi Pasar Kubis (Brassica Oleracea) Antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kubis
Kubis atau kol sebenarnya merupakan tanaman semusim atau lebih yang
berbentuk perdu.Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas-ruas.Sebagai bekas
tepat duduk daun.Tanaman ini berakar tunggang dengan akar sampingnya sedikit
tetapi dangkal.Daunnya lebar berbentuk bulat telur dan lunak.Daun yang muncul
terlebih dahulu menutup daun yang muncul kemudian, demikian seterusnya
hingga membentuk krop daun bulat seperti telur dan padat berwarna
putih.Bunganya tersusun dalam tandan dengan mahkota bunga berwarna kuning
spesifik.Tanaman kubis sukar berbunga di Indonesia karena perlu suhu rendah
antara 5-10o C selama satu bulan lebih.Buahnya padat seperti polong.Polong
muda berwarna hijau setelah tua berwarna kecoklatan dan mudah pecah.Biji yang
banyak tersebut menempel pada dinding bilik tengah polong (Sunarjono, 2004).
Menurut Widayati, 1999 Kubis merupakan tanaman yang daun-daunnya tumbuh
membentuk roset sehingga berbentuk seperti kepala atau telur. Bentuk kepala
dapat bulat, bulat pipih, atau bulat meruncing.Warnanya pun dapat putih, hjau

atau merah.
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta

Universitas Sumatera Utara

12

Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Capparales
Famili: Brassicaceae
Genus: Brassica
Spesies: Brassica oleracea var. capitata L.
2.1.2 Syarat Tumbuh
Tanaman kubis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik hampir di semua jenis
tanah. Baik tanah yang bertekstur ringan sampai berat, dengan keasaman tanah

yang optimal berkisar 6-6,5. Sebagian besar dari jenis kubis telur menghendaki
iklim yang lembab dan dingin.Suhu optimum untuk pertumbuhan kubis berkisar
antara 15-25oC.Tanaman kubis tumbuh baik di daerah yang memiliki ketinggian
tempat antara 700-2000 meter, tetapi ada varietas-varietas yang dapat tumbuh dan
memberikan hasil yang cukup baik di dataran rendah (Sutarya dan Gerard, 1995).
2.1.3 Benih dan Bibit
Untuk mendapatkan bibit tanaman yang baik, maka biji-biji kubis disemaikan
terlebih dahulu di bedengan persemaian.Caranya adalah mula-mula dibuatkan
tempat persemaian yang tanahnya diberi pupuk kandang yang dicampur dengan
tanah dengan perbandingan 1:1, dan diberi atap plastik yang miring kearah
barat.Kemudian benih ditaburkan pada persemaian secara merata dan ditutup tipis
dengan tanah.Selanjutnya bedengan ditutup mulsa daun pisang. Persemaian harus
dijaga supaya keadaannya tetap lembabakan tetapi jangan terlalu basah, karena
bibit kubis mudah terserang hama (Sutarya dan Gerard, 1995).

Universitas Sumatera Utara

13

2.1.4 Hama dan Penyakit

Gejala, plutella: daun berwarna putih dan berlubang-lubang. Serangan sering
terjadi apabila hujan turun rintik-rintik, terutama pada waktu malam
hari.Crocidolomia dan Heliothis; daun kubis berlubang-lubang sampai kebagian
dalam krop. Pengendalian Plutella: melakukan penyemprotan dengan insektisida
selektif antara lain Dipel, Thuricide atau Bactopene apabila telah ditemukan ratarata 5 ulat pada 10 tanaman. Ulat tanah Agrotis.Bercak ungu Alternaria. Gejala:
pada daun tua terdapat bercak-bercak berwarna kelabu gelap. Pada cuaca lembab
akan terdapat sebagai bulu-bulu halus kebiruan di pusat bercak. Pengendalian:
menggunakan benih sehat, penyemprotan dengan fungisida Difolatan atau
lainyang dianjurkan. Busuk hitam Xanthomonas, gejala bakteri ini menginfeksi
daun mulai dari pinngiran daun hingga ke bagian pangkal daun sehingga daun
berwarna kuning kecoklat-coklatan menyerupai huruf V. urat-urat daunnya
berwarna kehitaman dan pertumbuhannya kerdil dan kadang-kadang membusuk.
Penyakit ini dapat tersebar melalui biji kubis atau penanaman secara berturut-turut
pada lahan yang sama. Pengendalian dengan mencabut tanaman yang terserang,
merendam biji-biji kubis dalam air sebelum disemaikan pada suhu 50oC selama 30
menit (Sutarya dan Gerard, 1995).
2.1.5 Panen dan Pasca Panen
Tanaman dapat dipungut setelah kropnya betul-betul padat, yakni kira-kira
tanaman berumur 70-80 hari dari sejak tanam. Pemungutan jangan sampai
terlambat, sebab kropnya akan pecah sehingga kualitasnya menurun. Tanaman

yang baik dapat menghasilkan 30-40 ton/ha, tergantung pada varietasnya.Dalam
pemungutan hasil sebaiknya menggunakan pisau yang tajam, dan kubis diletakkan

Universitas Sumatera Utara

14

dengan hati-hati di tempat penumpulan hasil.Pemilihan kubis caranya bermacammacam, ada yang berdasarkan kepadatan, besarnya krop, berat krop.Keragaman
juga penting dalam pemasaran karena dapat menentukan harga.
Kubis yang telah dipanen disimpan sementara pada rak-rak sebelum, teras diberi
tepung kapur untuk mencegah pembusukan oleh bakteri Erwinia.Kemasan
biasanya terbuat dari bambu atau bahan-bahan lain seperti karton, Jala, karung
goni, atau kotak kayu.Ukuran kemasan bermacam-macam dari 30 kg sampai 150
kg. Namun seringkali kubis yang baru dipanen langsung ditaruh/disusun dalam
bak truk yang ditutup terpal, untuk kemudian diangkut ke kota-kota besar
(Sutarya dan Gerard, 1995).
2.1.6 Kandungan Gizi
Kubis menjadi salah satu jenis sayuran pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Gizi yang terdapat pada kubis dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Kandungan Gizi di Setiap 100 gram Kubis

No.
Nutrisi
1.
Air (%)
2.
Energi (Kal)
3.
Protein (g)
4.
Lemak (g)
5.
Karbohidrat (g)
6.
Serat (g)
7.
Abu (g)
8.
Kalsium (mg)
9.
Fosfor (mg)

10.
Besi (mg)
11.
Natrium (mg)
12.
Kalium (mg)
13.
Vitamin A (mg)
14.
Tiamin (mg)
15.
Riboflavin (mg)
16.
Niacin (mg)
17.
Ascorbic acid (mg)
(Ashari, 1995).

Jumlah
92,1

25,0
1,7
0,2
5,3
0,9
0,7
64,0
26,0
0,7
8,0
209,0
75,0
0,05
0,05
0,30
62,0

Universitas Sumatera Utara

15


Kubis sangat kaya vitamin A. selain itu, gizi lain yang dikandung kubis antara lain
Kalsium (Ca), Kalium (K), fosfor (P), dan zat besi (Fe). Vitamin B1 dan B3 juga
terdapat di dalam sayuran ini. Dalam 100 g bahan mentah kubis terdapat 24 kalori
(Widayati, 1999).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pasar
Pasar merupakan tempat terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan
menggunakan alat pemuas kebutuhan yang berupa jasa atau barang, dimana
terjadi pemindahan hak milik antar penjual dan pembeli (Sudiyono, 2002).
Pasar menjadi penting artinya bagi produk pertanian karena tujuan dibangunnya
pasar yaitu untuk memberikan kesempatan kepada konsumen untuk membeli
produk pertanian dengan harga yang terjangkau dan agar fluktuasi harga yang
terjadi di pasar grosir merefleksikan harga di tingkat pasar eceran (Supari, 2001).
2.2.2 Pemasaran
Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan rencana, penetapan harga,
promosi, dan distribusi ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan/sasaran individu dan organisasi (Mc daniel dan Roger, 2001).
Suatu saluran pemasaran dapat dilihat sebagai suatu kanal yang besar atau saluran
pipa yang di dalamnya mengalir sejumlah produk, kepemilikan, komunikasi,

pembiayaan dan pembayaran, dan resiko yang menyertai mengalir ke
pelanggan.Secara formal, suatu saluran pemasaran merupakan suatu struktur
bisnis dari organisasi yang saling bergantung yang menjangkau dari titik awal
suatu produk sampai ke pelanggan dengan tujuan memindahkan produk ke tujuan
konsumsi akhir (Lamd dkk, 2001).

Universitas Sumatera Utara

16

Menurut Soekartawi (2001), beberapa sebab terjadinya mata rantai pemasaran
hasil pertanian yang panjang dan produsen (petani) sering dirugikan adalah
sebagai berikut:
1. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna
2. Lemahnya informasi pasar
3. Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar
4. Lemahnya sisi produsen (petani) utuk melakukan penawaran
5. Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan
melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun temurun.
2.2.3


Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan
pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir serta
mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga
pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh
komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan
konsumen (Sudiyono, 2004).
Aspek pemasaran menurut Soekartawi (2001) merupakan aspek yang penting.
Bila mekanisme pemasaran berjalan dengan baik, maka semua pihak yang terlibat
akan diuntungkan. Oleh karena itu, peranan lembaga pemasaran yang biasanya
terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pegumpul, broker, eksportir,importer,
atau lainnya sangatlah penting. Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara
berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian atau
lemahnya komposisi pasar yang sempurna akan menentukan mekanisme pasar.

Universitas Sumatera Utara

17


Saluran pemasaran berfungsi untuk menggerakkan barang dari produsen ke
konsumen.Saluran pemasaran mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan
kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari mereka yang memerlukan
atau menginginkannya.Anggota saluran pemasaran melaksanakan sejumlah fungsi
kunci. Beberapa fungsi (fisik, hak milik, promosi) membentuk aliran aktivitas ke
depan dari perusahaan kepada pelanggan; fungsi lain (pemesanan dan
pembayaran) membentuk aliran ke belakang dari pelanggan perusahaan. Akan
tetapi, fungsi lain (informasi, negosiasi, keuangan dan resiko) terjadi dalam dua
arah (Kotler dan Kevin, 2009).
Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produkproduk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis yang dipasarkan.
Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran adapula yang
melibatkan hanya sedikit lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses
pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran
adalah sebagai berikut:
Tengkulak

pedagang besar

agen penjualan

pengecer

Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam menyampaikan komoditi pertanian dari
produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran
(Sudiyono, 2004).
Pemasaran pertanian merupakan bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya,
tetapi dapat dianggap sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri.Anggapan ini
didasarkan pada karakteristik produk pertanian serta subyek dan obyek pemasaran
pertanian itu sendiri. Batas ruang lingkup pemasaran pertanian perlu dilakukan

Universitas Sumatera Utara

18

sebab pemasaran pertanian dapat mencapai spectrum yang lebih luas daripada
pemikiran yang ada saat ini (Sudiyono,2004).
Fungsi-fungsi saluran pemasaran yang dilaksanakan oleh perantara:
Fungsi transaksi yaitu menghubungi dan mempromosikan, menghubungi calon
pelanggan, mempromosikan produk, dan meminta pesanan. Bernegosiasi:
menentukan seberapa banyak barang atau jasa yang dibeli dan dijual, jenis
transportasi yang digunakan, kapan dikirim, dan metode serta waktu pembayaran.
Fungsi Logistik, distribusi fisik: mengangkut dan menyortir barang untuk
mengatasi perbedaan sementara dan tempat. Menyimpan, memelihara persediaan
dan melindungi barang. Menyortir: mengatasi perbedaan kuantitas dan keragaman
produk dengan sorting out yaitu memilah suatu pasokan heterogen ke dalam
persediaan homogen yang terpisah. Akumulasi yaitu menggabungkan persediaan
yang serupa ke dalam suatu pasokan homogen yang lebih besar.Alokasi yaitu
memecah pasokanyang homogen ke dalam lot yang lebih kecil lagi.Keragaman
yaitu mengkombinasi produk ke dalam kumpulan atau keragaman yang
diinginkan pembeli tersedia di satu tempat.
Fungsi fasilitasi, meneliti: mengumpulkan informasi tentang anggota saluran dan
pelanggan lainnya. Pembiayaan, memberikan kredit dan jasa keuangan lainnya
guna memudahkan aliran barang melalui saluran guna menjangkau konsumen
akhir (Lamb dkk, 2001).

Universitas Sumatera Utara

19

2.2.4 Margin Pemasaran
P

Sr
Sf
Pr
M
Pf

Dr
Df

0
Q*

Q

Gambar 2.1 Kurva penawaran permintaan primer dan turunan serta margin
pemasaran
Sumber: Sudiyono, 2004
Keterangan :
Pr

= harga tingkat pengecer

Pf

= harga tingkat petani

Sr

= penawaran tingkat pengecer

Sf

= Penawaran tingkat petani

Dr

= permintaan tingkat pengecer

Df

= permintaan tingkat petani

Q*

= jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

Gambar 2.1

menginformasikan kurva permintaan primer yang berpotongan

dengan kurva penawaran turunan, membentuk harga di tingkat pengecer Pr.
Sedang kurva permintaan turunan berpotongan dengan kurva penawaran primer
membentuk harga di tingkat petani Pf. Margin pemasaran sama dengan selisih

Universitas Sumatera Utara

20

harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M = Pr-Pf). Perlu
diperhatikan, penentuan margin pemasaran cara ini harus dipenuhi asumsi bahwa
jumlah produk yang ditransaksi di tingkat petani sama dengan jumlah produk
yang ditransaksikan di tingkat pengecer yaitu sebesar Q*.
Berdasarkan uraian dengan menggunakan gambar 1 dapat diukur nilai margin
pemasaran (VM) yang dinikmati oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran komoditi pertanian ini. Nilai margin pemasaran merupakan hasil
kali antara perbedaan harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani
dengan jumlah yang ditransaksikan. Secara matematis nilai margin dapat ditulis:
VM = (Pr-Pf). Q*
Dimana:
VM

= nilai margin pemasaran

2.2.5 Integrasi Pasar
Integrasi pasar adalah sampai seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas
pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga
pemasaran lain. Oleh karena itu, keterpaduan pasar dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: adanya perbedaan harga antara pasar lokal dan pasar acuan,
lemahnya informasi pasar seperti mengenai informasi tentang harga, banyaknya
lembaga pemasaran, transportasi yang tidak lancar, sifat produk-produk prtanian
(perishability, bulkiness dan transformability) dan lokasi produksi (dataran rendah
dan dataran tinggi). Jenis keterpaduan pasar ada dua yaitu vertikal dan
horizontal.Keterpaduan pasar secara horizontal meliputi keterpaduan pasar sesama

Universitas Sumatera Utara

21

daerah konsumen, sedangkan keterpaduan pasar secara vertikal merupakan
keterpaduan antara daerah produsen dan konsumen akhir.
Integrasi pasar merupakan penggabungan antara beberapa lembaga pemasaran
yang secara fungsional dan ekonomi menjadi satu kesatuan dalam sistem
pemasaran.Analisis perilaku pemasaran ini terdapat duan pendekatan integrasi
yaitu integrasi secara vertikal dan integrasi secara horizontal.Intgrasi vertikal
untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten, dan pasar
provinsi bahkan pasar nasional.Analisis integrasi pasar vertikal ini mampu
menjelaskan kekuatan tawar-menawar antara petani dengan lembaga pemasaran
(Humairoh, 2008).
Keterpaduan pasar terjadi apabila terdapat informasi yang memadai dan informasi
ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lain. Dengan demikian
perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat dengan segera tertangkap
oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama (Sitorus, 2003).
Dalam integrasi jangka pendek berarti perubahan harga di pasar sangat
ditransmisikan secara penuh ke pasar lokal dalam suatu periode waktu.Dalam
integrasi jangka panjang secara tidak langsung mengimplementasikan bahwa ada
keseimbangan jangka panjang dimana harga adalah konstan tanpa pengaruh
stokastik (Handayani dan Minar, 2000).
Keterpaduan pasar digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pembentukan
harga suatu komoditi pada suatu tingkatan lembaga pemasaran, dan dipengaruhi
oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya.Untuk menganalisa integrasi

Universitas Sumatera Utara

22

pasar terdapat dua pendekatan integrasi yang dapat digunakan yaitu pendekatan
integrasi vertikal dan integrasi horisontal.
1.

integrasi vertikal digunakan untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal,
kecamatan, kabupaten dan pasar provinsi, bahkan pasar nasional. Analisis
integrasi vertikal ini mampu menjelaskan kekuatan tawar menawar antara
petani dengan lembaga pemasaran.

2.

Integrasi horizontal digunakan untuk melihat apakah mekanisme harga pada
tingkat pasar yang sama, misalnya antar pasar desa, berjalan secara serentak.
Alat yang digunakan adalah korelasi harga antara pasar satu dengan pasar
yang lainnya.

Sedangkan untuk menganalisis keterpaduan pasar terdapat bebarapa cara. Metode
yang digunakan untuk melakukan anailisis keterpaduan pasar ada empat metode
yaitu: koefisien korelasi, kointegrasi, model yang dikembangkan Ravalion dan
model IMC. Dari empat metode tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan
masing-masing dari model tersebut.Berikut ini merupakan kekurangan dan
kelebihan dari metode yang digunakan untuk menganalisis keterpaduan pasar.
Koefisien kotrelasi dan kointegrasi mempunyai kelebihan mudah dalam
menganalisa dan biayanya lebih murah.Tetapi kelemahan dalam model ini adalah
hanya bisa untuk mengukur keterpaduan jangka panjang.
Model ravallion sesuai untuk menganalisis keterpaduan jangka pendek dan juga
sesuai untuk mingguan ataupun bulanan, tetapi tidak cocok untuk menganalisis
keterpaduan jangka panjang.Kekurangan dari model ini adalah asumsi bahwa ada
satu pasar pusat yang dikelilingi beberapa pasar local sehingga perlu pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

23

tentang struktur pasar dan memerlukan dua kali perhitungan.Derajat keterpaduan
pasar juga tidak dapat diukur dengan model ini.
IMC dari Timmer lebih sensitive daripada Model Ravallion karena IMC dapat
menunjukkan derajat integrasi pasar. Selain itu hanya memerlukan satu kali
perhitungan dan tidak perlu persyaratan lain.
2.2.6 Harga
Dipandang secara luas, dapat dikatakan bahwa harga adalah jumlah nilai yang
dipertukarkan para konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan barang-barang
dan jasa-jasa.Secara historical, harga-harga ditentukan oleh para pembeli dan para
penjual yang saling melakukan tawar menawar. Para penjual biasanya meminta
harga lebih tinggi, dibandingkan dengan harga yang menurut perkiraan mereka
akan dicapai, dan para pembeli menawar dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan harga yang menurut perkiraan mereka akan dibayar mereka.
Melalui proses tawar menawar mereka akhirnya akan tiba pada harga yang cocok
(Winardi, 1992).
Pada dasarnya harga suatu produk merupakan biaya produksi ditambah
keuntungan atau biaya resiko.Biaya produksi meliputi semua biaya yang
dikeluarkan dari saat pembukaan lahan sampai pengangkutan, bahkan ada yang
menambahkan dengan biaya perencanaan (Soetriono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

24

2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh:
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama

Rahayuningsih
(2009)

Dani Listiyorini
(2008)

Judul
Penelitian

Tujuan
Penelitian

Analisis
Keterpaduan
Pasar Tomat
(Lycope
rsicumes
culentum)
Antara Pasar
Tawangmang
u Kabupaten
Karanmgany
ar dengan
Pasar Legi
Kota
Surakarta
Analisis
Keterpaduan
Pasar
Komoditas
Cabai Merah
di Kabupaten
Brebes

Untuk
Mengetahui
tingkat
Keterpaduan
Jangka Pendek
Antara Pasar
Tawangmangu
Di Kabupaten
Karanganyar
Dengan Pasar
Legi Kota
Surakarta

Untuk
Mengetahui
Keterpaduan
Pasar Cabai
Merah Dalam
Jangka Pendek
antara Pasar
Induk dengan
Pasar Eceran di
Kabupaten
Brebes

Metode
Peneliti
an
Model
IMC
(Index
Of
Market
Conecti
on)

Metode
IMC
(Index
Of
Market
Conecti
on)

Hasil Penelitian

Keterpaduan Pasar
Tomat Dalam Jangka
Pendek Antara Pasar
Tawangmangu
Dengan Pasar Legi
Rendah, Ditunjukkan
Dengan Nilai IMC
Yang Lebih Dari Satu
Yaitu 1,19

Hasil Penelitian
Menunjukkan Bahwa
Besarnya Nilai IMC
Dari Analisis Regresi
Antara Pasar Sengon
dan Pasar Brebes
serta Pasar Sengon
dengan Pasar
ketanggungan yaitu
sebesar 0,09 dan 0,23
yang Artinya
keterpaduan pasar
dalam jangka pendek
tinggi artinya
perubahan harga yang
Terjadi Di Pasar
sengon
ditransmisikan ke
pasar brebes dan
pasar ketanggungan
secara langsung dan
segera.

Universitas Sumatera Utara

25

Nama
Fajar
Martha D
(2009)

Bagus Eko
Prasetyo
(2010)

Judul
Penelitian
Analisis
Keterpaduan
Pasar Buncis
antara Pasar
Tawangmang
u Kabupaten
Karanganyar
dengan Pasar
Legi Kota
Surakarta

Tujuan
Penelitian
Untuk
Mengetahui
Tingkat
Keterpaduan
Pasar Buncis
dalam Jangka
Pendek antara
Pasar
Tawangmang
u Kabupaten
Karanganyar
dengan Pasar
Legi Kota
Surakarta

Metode
Penelitian
Metode
Deskriptif
Analitis.
IMC (Index
Of Market
Conection)

Analisis
Keterpaduan
Pasar Cabai
Rawit antara
Pasar Legi
dengan Pasar
Gede dan
Pasar
Nusukan di
Kota
Surakarta

Untuk
Mengetahui
Tingkat
Keterpaduan
Pasar
Komoditas
Cabai Rawit
Secara
Vertikal
dalam Jangka
Pendek antara
Pasar Legi
dengan Pasar
Gede dan
Pasar
Nusukan di
Kota
Surakarta

IMC (Index
Of Market
Conection)

Hasil Penelitian
Keterpaduan Pasar
Buncis dalam
Jangka Pendek
antara Pasar
Tawangmangu
Kabupaten
Karanganyar
dengan Pasar Legi
Kota Surakarta
Rendah, Hal ini
ditunjukkan dengan
Nilai IMC yaitu
2,06 yang berarti
bahwa sedikit
informasi tentang
Perubahan Harga
yang Terjadi di
Pasar Legi yang
Ditransmisikanke
Pasar
Tawangmangu.
Hasil Penelitian
Menunjukkan
Bahwa Hasil
Analisis Regresi
Mengenai
Keterpaduan Cabai
Rawit antara Pasar
Legi dengan Pasar
Gede Maupun
antara Pasar Legi
dengan Pasar
dengan Pasar
Nusukan di Kota
Surakarta diperoleh
Nilai IMC Sebesar
0, Berarti Tidak
Terjadi
Keterpaduan Pasar
Secara Vertikal
dalam Jangka
Pendek

Universitas Sumatera Utara

26

2.4 Kerangka Pemikiran
Pemasaran kubis dinilai kurang fisien karena melibatkan banyak pedagang
perantara, informasi yang tersedia untuk semua pihak masih relatif kurang,
kemudian kelemahan dalam mencari dan menentukan peluang pasar serta belum
kuatnya segmentasi pasar.Hal ini menyebabkan adanya margin atau perbedaan
harga di tingkat produsen dan di tingkat konsumen yang cukup besar, serta tidak
adanya keterpaduan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen.
Menurut Azzaino (1982), keterpaduan pasar menekankan pada keterkaitan harga
antar berbagai tingkat lembaga tataniaga dalam mengalokasikan komoditas dari
produsen ke konsumen yang disebabkan karena adanya perubahan tempat, waktu
maupun bentuk komoditas. Efisiensi harga dapat dicerminkan oleh besarnya
koefisien korelasi harga.Kunci dari keadaan efisiensi tersebut adalah adanya
sebaran dan ketersediaan informasi pasar yang lancar serta akurat.Hubungan
harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen
akhir dapat didekati dengan pendekatan korelasi harga dan model keterpaduan
pasar yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan dilanjutkan Heytens (1986).
Menurut Heytens (1986), bahwa dalam suatu pasar yang terintegrasi secara
efisien, akan selalu terdapat korelasi positif diantar harga dilokasi pasar yang
berbeda. Dua pasar dikatakan terpadu apabila perubahan harga dari satu pasar
disalurkan ke pasar lain. Keterpaduan dapat terjadi apabila terdapat informasi
pasar memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar
lainnya.

Universitas Sumatera Utara

27

Produsen Kubis

Kabupaten Karo

Pasar Induk Medan

Integrasi Pasar

Integrasi Pasar horizontal

Integrasi pasar vertikal

Jangka pendek

Jangka panjang

IMC

IMC ≥ 1

Keterpaduan jangka
pendek rendah

IMC ˂ 1

Keterpaduan jangka
pendek tinggi

Keterangan:
: Menyatakan Mekanisme Proses atau Tahapan
: Tidak diamati
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

28

2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh perubahan harga kubis yang terjadi di Pasar induk Medan
terhadap harga kubis yang terjadi di Kabupaten Karo.
2. Tingkat keterpaduan harga kubis antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk
Tuntungan Medan dalam jangka pendek tinggi.

Universitas Sumatera Utara