Analisis Integrasi Pasar Kubis (Brassica Oleracea) Antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan

(1)

Lampiran 1. Keadaan Harga Kubis di Kabupaten karo pada Januari 2014 Desember 2015

Bulan Harga (Rp/Kg)

Januari 2014 1295

Februari 1305

Maret 1352

April 965

Mei 1000

Juni 1038

Juli 1038

Agustus 1113

September 900

Oktober 780

November 1265

Desember 913

Januari 2015 823

Februari 725

Maret 701

April 775

Mei 1193

Juni 2008

Juli 2552

Agustus 1587

September 2278

Oktober 1988

November 3412

Desember 3303


(2)

Lampiran 2. Keadaan harga kubis di Pasar Induk Medan pada Januari 2014 – Desember 2015

Bulan Harga (Rp/Kg)

Januari 2014 1624

Februari 1750

Maret 1743

April 1380

Mei 1783

Juni 1653

Juli 1610

Agustus 1700

September 1450

Oktober 1440

November 2050

Desember 1088

Januari 2015 2708

Februari *) 2406

Maret 1797

April 1941

Mei 2288

Juni 2875

Juli 3678

Agustus 3150

September 3594

Oktober 3788

November 5000

Desember 6513


(3)

Lampiran 3. Perkembangan Harga Kubis di Kabupaten Karo Januari 2014-Desember 2015

Bulan Harga

Absolut/ sebelum dideflasi (Rp/Kg)

IHK Harga Riil

Setelah Dideflasi

(Rp/Kg)

Perkembangan (Rp/Kg)

Januari 2014 1295 135,06 958,33 -

Februari 1305 129,46 1.008,03 49,7

Maret 1352 133,27 1.014,49 6,46

April 965 126,79 761,10 -253,39

Mei 1000 135,01 740,68 -20,42

Juni 1038 131,73 787,97 47,29

Juli 1038 129,00 804,65 16,68

Agustus 1113 133,30 834,96 30,31

September 900 140,38 641,12 -193,84

Oktober 780 122,64 636,01 -5,11

November 1265 129,10 979,86 343,85

Desember 913 127,69 715,01 -264,85

Januari 2015 823 135,53 611,11 -103,9

Februari 725 125,69 576,81 -34,3

Maret 701 120,02 584,07 7,26

April 775 114,20 678,63 94,56

Mei 1193 122,67 972,52 293,89

Juni 2008 122,30 1.641,86 669,34

Juli 2552 121,01 2,108,92 467,06

Agustus *) 1587 100,00 1.587,00 -521,92

September 2278 116,88 1.949,01 362,01

Oktober 1988 106,79 1.861,56 -87,45

November 3412 94,89 3.595,74 1.734,18

Desember 3303 99,79 3.309,95 -285,79

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo Sumatera Utara Keterangan: *) adalah bulan dasar


(4)

Lampiran 4. Perkembangan Harga Kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan Januari 2014-Desember 2015

Bulan Harga

Absolut/ sebelum dideflasi (Rp/Kg)

IHK Harga Riil

Setelah Dideflasi

(Rp/Kg)

Perkembangan (Rp/Kg)

Januari 2014 1624 129,96 1.249,62 -

Februari 1750 126,33 1.385,27 135,65

Maret 1743 127,85 1.363,32 -21,95

April 1380 137,88 1.000,87 -362,45

Mei 1783 132,80 1.342,62 341,75

Juni 1653 140,38 1.177,52 -165,1

Juli 1610 140,66 1.144,60 -32,92

Agustus 1700 143,66 1.183,34 38,74

September 1450 137,49 1.054,62 -128,72

Oktober 1440 136,71 1.053,32 -1,3

November 2050 128,93 1.590,01 536,69

Desember 1088 125,88 864,32 714,31

Januari 2015 2708 124,96 2.167,09 1.302,77

Februari *) 2406 100,00 2.406,00 238,91

Maret 1797 119,58 1.502,76 -903,24

April 1941 123,51 1.571,53 68,77

Mei 2288 125,45 1.823,83 252,30

Juni 2875 126,10 2.279,94 456,11

Juli 3678 130,48 2.818,82 538,88

Agustus 3150 127,56 2.469,43 -349,39

September 3594 124,31 2.891,16 421,73

Oktober 3788 124,43 3.044,28 153,12

November 5000 125,58 3.981,52 937,24

Desember 6513 131,59 4.949,46 967,94

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Keterangan: *) adalah bulan dasar


(5)

Lampiran 5. Data Analisis Regresi antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan

Pt Pt-1 P*t - P*t-1 P*t-1

1008.03 958.33 135.65 1249.62

1014.49 1008.03 -21.95 1385.27

761.1 1014.49 -362.45 1363.32

740.68 761.1 341.75 1000.87

787.97 740.68 -165.1 1342.62

804.65 787.97 -32.92 1177.52

834.96 804.65 38.74 1144.6

641.12 834.96 -128.72 1183.34

636.01 641.12 -1.3 1054.62

979.86 636.01 536.69 1053.32

715.01 979.86 714.31 1590.01

611.11 715.01 1302.77 864.32

576.81 611.11 238.91 2167.09

584.07 576.81 -903.24 2406

678.63 584.07 68.77 1502.76

972.52 678.63 252.3 1571.53

1641.86 972.52 456.11 1823.83

2108.92 1641.86 538.88 2279.94

1587 2108.92 -349.39 2818.82

1949.01 1587 421.73 2469.43

1861.56 1949.01 153.12 2891.16

3595.74 1861.56 937.24 3044.28

3309.95 3595.74 967.94 3981.52

Sumber: Analisis Data Sekunder Dimana:

Pt = harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t Pt-1= harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t-1 P*t = harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t P*t-1= harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t-1


(6)

Lampiran 6. Analisis Regresi Integrasi Pasar antara Kabupaten Karo Dengan Pasar Induk Medan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Harga kubis di Kabupaten

Karo pada bulan t 1435.3913 791.84891 23 Harrga kubis di Kabupaten

Kao pada bulan t-1 1132.5843 711.90121 23 Selisih harga kubis di Pasar

Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t

223.47 487.982 23

Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t-1


(7)

Correlations Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t-1 Selisih harga kubis di Pasar

Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan

bulan t

Harga kubis di Pasar Induk

Tuntungan pada bulan t-1

Pearson Correlation Harga kubis di Kabupaten

Karo pada bulan t 1.000 .831 .491 .767

Harga kubis di Kabupaten

Karo pada bulan t-1 .831 1.000 .333 .854

Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t

.491 .333 1.000 .150

Harga kubis di Pasar Induk

Tuntungan pada bulan t-1 .767 .854 .150 1.000 Sig. (1-tailed) Harga kubis di Kabupaten

Karo pada bulan t . .000 .009 .000

Harga kubis di Kabupaten

Karo pada bulan t-1 .000 . .060 .000

Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t

.009 .060 . .247

Harga kubis di Pasar Induk

Tuntungan pada bulan t-1 .000 .000 .247 . N Harga kubis di Kabupaten

Karo pada bulan t 23 23 23 23

Harga kubis di Kabupaten

Karo pada bulan t-1 23 23 23 23

Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t

23 23 23 23

Harga kubis di Pasar Induk


(8)

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t-1, Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t, Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t-1b

. Enter

a. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .880a .774 .738 405.21795 1.797

a. Predictors: (Constant), Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t-1, Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t, Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t-1

b. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 10674713.290 3 3558237.763 21.670 .000b

Residual 3119830.188 19 164201.589

Total 13794543.478 22

a. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t

b. Predictors: (Constant), Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t-1, Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t, Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t-1


(9)

Residuals Statistics

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 835.5526 3720.1528 1435.3913 696.57321 23 Residual -612.81396 854.84650 .00000 376.57730 23 Std. Predicted Value -.861 3.280 .000 1.000 23

Std. Residual -1.512 2.110 .000 .929 23

a. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 164.987 216.856 .761 .456

Harga kubis di Kabupaten Karo

pada bulan t-1 .474 .254 .426 1.862 .078 .227 4.397

Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t

.480 .195 .296 2.456 .024 .822 1.217

Harga kubis di Pasar Induk

Tuntungan pada bulan t-1 .348 .212 .358 1.643 .117 .250 3.998


(10)

Collinearity Diagnostics

Model

Dimen

sion Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant)

Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t-1

Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan

bulan t

Harga kubis di Pasar Induk

Tuntungan pada bulan t-1

1 1 3.121 1.000 .01 .01 .03 .00

2 .705 2.103 .01 .00 .83 .00

3 .149 4.572 .61 .15 .03 .01

4 .025 11.177 .36 .85 .12 .98


(11)

(12)

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008. Manfaat Kubis/kol Bagi T Diakses 15 April 2016.

Anwar, DrChairilRasahandkk. 1999. RefleksiPertanianTanamanPangandan HortiklturaNusantara. PT PusakaSinarHarapan, Anggota IKAPI. Jakarta.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

Azzaino, Z. 1982. PengantarTataniagaPertanian. BahanKuliahJurusanSosial EkonomiPertanian. InstitutPertanian Bogor.Bogor.BPS. 2015. Sumut DalamAngkaTahun 2015. BPS Sumatera Utara.

BPS. 2015. KabupatenKaroDalamAngkaTahun 2015. BPS Karo.

BPS. 2016. Kecamatan Medan Tuntungan dalam Angka Tahun 2015. BPS Sumatera Utara.

DinasPertanian dan Perkebunan Sumatera Utara. 2016. Data HargadanProduksi KubisTahun 2014- 2015 diMedan Sumatera Utara.DinasPertaniandan PerkebunanSumatera Utara.

DinasPertanian dan PerkebunanKabupatenKaro. 2016. DataHargadan

produksiKubisTahun 2014-2015 diKabupatenKaro.DinasPertaniandan Perkebunan KabupatenKaro.

Eko Bagus Prasetyo. 2010. Analisis Keterpaduan Pasar Cabai Rawit antara Pasar Legi dengan Pasar Nusukan di Kota Surakarta. Fakutas Pertanian SebelasMaret. Surakarta.

Gujarati. 1995.Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.

Gujarati, D.N. 2012. Dasar-DasarEkonometrika.Salema Empat, Jakarta Selatan. Handayani, S. M danMinar, F. 2000. IntegrasiPasarAntar Wilayah dalam

PemasaranUbiKayu di Daerah Yogyakarta.PenelitianKelompokdalamBidangpertanian.UNS

Press.Surakarta.

Heytens, P. J. 1986. Testing Market Integration.Food Research Institute Studies. Vol. XX No.1.Humairoh, H. 2008. AnalisisKeterpaduanPasarSecara VertikalDalamSistemPemasaranGulaKelapa di

KecamatanKabatKabupatenBanyuwangi DiaksesTanggal 15 April 2016.

Humairoh, Hafidoh. 2008. Analisis Keterpaduan Pasar Secara Vertikal Dalam Sistem Pemasaran Gula Kelapa di Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi


(14)

April 2016.

Kotler Philip dan Kevin lane Keller. 2009.ManajemenPemasaran. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kumalawati, E. Analisis Pemasaran Komoditi White Melon di Kabupaten Sragen. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.Lamb C., Charles, W., Hair J.F., dan Mc Daniel, C. 2001. Pemasaran, Edisi 1. Salemba empat. Jakarta.

Lamb, dkk. 2001.PemasaranBuku 2.SalembaEmpat. Jakarta.

Limbong dan Sitorus. 1987. PengantarTataniagaPertanian. Diktat.JurusanIlmu IlmuSosialEkonomiPertanian. FakultasPertanian. InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Listiyorini Dani. 2008. Analisis Keterpaduan Pasar Komoditas Cabai Merah di Kabupaten Brebes. Fakutas Pertanian Sebelas Maret. Surakarta.

Marta Fajar D. 2009. Analisis Keterpaduan Pasar Buncis antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi Kota Surakarta. Fakutas Pertanian

Sebelas Maret. Surakarta.

McDaniel Carl dan Roger Gates. 1999. RisetPemasaranKontemporer. Salemba Empat. Jakarta.

Rahayuningsih. 2009. Analisis Keterpaduan Pasar Tomat (Lycopersicumes culentum) Antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi KotaSurakarta. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ravallion, M. 1986. Testing Market Intregation.Journal of Agricultural Economics.AmericanAgricultural Economic.

Sitorus, E. 2003.KeterpaduanPasar Tuna Segar Benoa/Bali Indonesia dan Sentral Pasar TunaTokyo Jepang tanggal 21 Maret 2016.

Soekartawi. 2001. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudiyono, Armand. 2004. PemasaranPertanian. PenerbitanUniversitas MuhammadiyahMalang.

Sudiyono, A. 2002.PemasaranPertanian.UMM Press.Malang.

Supriana, Tavi. 2016. MetodePenelitianSosialEkonomi.USU press. Medan. Sutarya R dan G. Grubben.1995.PedomananBertanamaSayuranDataran


(15)

Malang.

Tukan, J. M., Yulianti., Roshetko J. M., dan Darusman D. 2004. Pemasaran Kayu dari Lahan Petani di Propinsi Lampung.

04.PDF. Diakses pada tanggal 10 April 2016.

WidayatiEtiNovary. 1999. PenanganandanPengelolaanSayuran Segar. PT PenebarSwadaya,Anggota IKAPI. Jakarta.

Winardi. 1992.HargadanPenetapanHargadalamBidangPemasaran (Marketing). CiptaAdityaBakti. Bandung.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilakukan secara sengaja(purposive) dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu , yaitu daerah Kabupaten Karo dimana Kabupaten Karo merupakan daerah penghasil kubis terbesar di Sumatera Utara dengan harga produsen sementara Pasar induk Tuntungan Medan dipilih karena merupakan tempat penyaluran kubis dari Kabupaten Karo dengan harga konsumen.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diproleh dari beberapa instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumutera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, dan literatur-literatur yang mendukung penelitian.

3.3Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan hipotesis satu yaitu: ada pengaruh perubahan harga kubis yang terjadi di Pasar Induk Medan terhadap perubahan harga kubis yang terjadi di Kabupaten Karo, maka dilakukan dengan menggunakan uji t dimana uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Dalam penelitian ini yang menjadi vaiabel terikat atau variabel tidak bebas adalah harga di Kabupaten Karo dan variabel bebas atau variabel tidak terikat adalah harga kubis di Kabupaten karo pada bulan lalu (bulan t-1) selisih harga kubis di Pasar Induk Medan pada bulan sekarang (bulan t) dengan bulan


(17)

lalu (bulan 1) serta harga kubis di Pasar Induk Medan pada bulan lalu (bulan t-1). Dengan menggunakan perumusan sebagai berikut:

T hit = ��

�� (��) Keterangan:

bi = koefisien regresi

Se (bi) = standar error penduga koefisen regresi Dengan hipotesis:

H0 : b1 = 0 H1 :b1≠ 0

T tabel = t (α/2 ; n-k) Dengan kriteria:

Jika t hitung ˂ t tabel: H 1ditolak maka, maka tidak ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Jika t hitung ˃ t tabel: H1 diterima, maka ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya.

Untuk mengetahui tingkat integrasi pasar kubis antara Kabupaten karo dengan Pasar Induk Medan maka dilakukan analisis secara statistik terhadap data sekunder dengan menggunakan model IMC (Index of Market Connection) dengan pendekatan model Autoregressive Distributed Lag Model.

Untukmenghitungindeksketerpaduanpasarperludiketahuiperkembanganhargadariw aktukewaktusertapenyebaranharga yang terjadi di Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan.Metode IMC (Index of Market Connection) dengan pendekatan model Autoregressive Distributed Lag Model.


(18)

digambarkan sebagai berikut: Pt = b1 (Pt-1) + b2(P*t-P*t-1) + b3(P*t-1) Keterangan:

Pt = harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t P*t = harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t Pt-1= harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t-1 P*t-1= harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t-1 b1 = koefisien regresi Pt-1

b2 = koefisien regresi P*t-P*t-1 b3 = koefisien regresi P*t-1

Atau bisa dilihat dalam persamaan berikut: Y = b1 (X1) + b2 (X2) + b3 (X3)

Dimana:

Y = harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t X1 = harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t-1

X2 = selisih harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t dengan harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t-1

X3 = harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t-1 b1 = koefisien regresi Pt-1

b2 = koefisien regresi P*t-P*t-1 b3 = koefisien regresi P*t-1

Untuk mengetahui besarnya pengaruh harga di tingkat produsen dan di tingkat konsumen yaitu dengan menggunakan Indeks Hubungan Pasar (IHP) atau Index of Market Connection (IMC)


(19)

IMC = �1

�3 Dimana:

b1= koefisien regresi Pt-1 b3 = koefisien regresi P*t-1 Kriteria:

a. Jika nilai IMC < 1, maka integrasi pasar semakin tinggi. Hal ini menunjukkan harga di Pasar Induk Medan adalah faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya harga di Kabupaten Karo dan mempengaruhi pembentukan harga di pasar tersebut.

b. Jika ≥ 1, maka integrasi pasar rendah. Hal ini menunjukkan harga di pasar Induk Medan tidak sepenuhnya ditransformasikan ke Kabupaten Karo. Faktor utama yang menyebabkan terbentuknya harga di Kabupaten Karo hanyalah kondisi di Pasar Kabupaten Karo itu sendiri.

3.4 Pengujian Model

Pengujian model dilakukan dengan menggunakan uji F, R2 dan uji t untuk melihat apakah perubahan yang terjadi di Kabupaten Karo mempengaruhi terhadap perubahan harga yang terjadi di Pasar Induk Tuntungan Medan.

1. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya, dengan rumus:

F = ��� (�−1)

��� �−�

� Keterangan:

ESS = jumlh kuadrat regresi RSS = jumlah kuadrat residual


(20)

n = jumlah sampel k = jumlah variabel F tabel = F (α; k-1 ;n-k) Dengan hipotesis:

H0 : bi=0 (bi=b1=b2=b3=0)

H1 : minimal salah satu bi bernilai tidak nol bi≠0 (bi/b2/b3≠0)

Dengan kriteria:

Jika F hitung ˂ F tabel : H0 diterima, maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Jika F hitung ˃ F tabel: H1 diterima, maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Gujarati, 1995)

2. Uji t

Uji t dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara individual, dengan menggunakan perumusan sebagai berikut: T hit = ��

�� (��) Keterangan:

bi = koefisien regresi

Se (bi) = standar error penduga koefisen regresi Dengan hipotesis:

H0 : b1 = 0 H1 :b1≠ 0


(21)

Jika t hitung ˂ t tabel: H 1ditolak maka, maka tidak ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Jika t hitung ˃ t tabel: H1 diterima, maka ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya (Gujarati, 1995).

3. Uji R2

Nilai R2 menyatakan presentase variabel-variabel tak bebas bisa dijelaskan oleh variabel bebas yang dimasukkan dalam variabel bebas yang dimasukkan delam model. Nilai R2 dihitung dengan rumus:

R2 =���

���

Dimana:

ESS = jumlah kuadrat regresi TSS = jumlah kuadrat total

Nilai R2 terletak antara 0 sampai 1.Semakin nilai R2 (mendekati 1) maka semakin erat hubungan antar variabel bebas dan variabel tak bebasnya.

3.5 Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonearitas

Multikolonearitas adalah suatu keadaan dimana terdapat hubungan atau kolerasi linear yang sempurna diantara beberapa atau semuanya dari variabel-variabel yang menjelaskan.Apabila dua atau lebih variabel bebas berhubungan satu dengan yang lainya maka tidak dapat ditetapkan sumbangan variabel tadi secara individual. Ada atau tidaknya multikolonearitas dapat diketahui dengan menggunakan matriks korelasi yaitu hubungan antara berbagai variabel bebas yang dimasukkan dalam model. Jika nilai Pearson Correlation (PC) < 0,8 dan


(22)

nilai Eigenvalue (Colinearity Diagnostik) mendekati nol maka model yang diestimasi tidak terjadi multikolonearitas (Gujarati, 2006).

b. Uji Autokolerasi

Autokolerasi merupakan korelasi antar anggota seri obsevasi yang disusun menurut urutan tempat atau autokorelasi pada dirinya sendiri.Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan analisis statistik Durbin Watson (DW).Uji DW dilakukan untuk melihat apakah pada persamaan terdapat autokorelasi (salah satu penyimpangan asumsi klasik). Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah sebagai berikut:

(1) d < dl

Tolak H0 (koefisien autokorelasi lebih besar dari nol) berarti ada autokorelasi positif.

(2) d > 4 - dL

Tolak H0 (koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol) berarti ada autokorelasi negatif

(3) dU < d < 4 - dU

Terima H0 (tidak ada autokorelasi) (4) dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL Tidak dapat disimpulkan (Gujarati, 2006).

3.6 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertia dan penafsiran dalam penelitian ini maka dibuatlah beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut:


(23)

3.6.1 Definisi Operasional

1. Integrasi pasar merupakan analisis yang menunjukkan bahwa perubahan harga di suatu pasar (sebagai pasar acuan) mempengaruhi pembentukan harga di pasar lainnya (sebagai pasar lokal). Dua pasar dikatakan terpadu apabila perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan ke pasar lainnya.

2. Produsen kubis adalah pemilik tanaman kubis.

3. Pasar merupakan lokasi secara fisik dimana terjadi kegiatan jual beli barang atau jasa antara pedagang dan pembeli serta terjadi pemindahan hak milik. 4. Pasar lokal (pasar tingkat produsen) adalah tempat dimana petani menjual

kubis.

5. Pasar acuan (pasar tingkat konsumen) adalah pasar acuan/tujuan perdagangan dimana pasar ini menerima kubis dari pasar lokal.

6. Harga kubis di tingkat produsen adalah harga yang diterima oleh produsen kubis yang menjual kubis ke pasar lokal.

7. Harga kubis di tingkat konsumen adalah harga beli kubis oleh konsumen . 8. Harga absolut adalah nilai yang diwujudkan dalam rupiah sebelum dilakukan

pendeflasian dengan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK)

9. Harga absolut kubis di pasar lokal adalah harga bulanan kubis yang berlaku di Kabupaten Karo yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg) sebelum dilakukan pendeflasian dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). 10. Harga absolut kubis di pasar acuan adalah harga bulanan kubis yang berlaku

di Pasar Induk Medan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg) sebelum dilakukan pendeflasian dengan nila Indeks Harga Konsumen (IHK).


(24)

11. Harga riil kubis di pasar lokal adalah harga bulanan kubis yang berlaku dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg) setelah dilakukan pendeflasian dengan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK).

12. Harga riil kubis di pasar acuan adalah harga bulanan kubis yang berlaku di Pasar Induk Tuntungan Medan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg) setelah dilakukan pendeflasian dengan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK).

13. Harga kubis adalah harga riil kubis.

14. IMC ˂ 1 artinya adalah semakin tinggi tingkat integrasi pasar. 15. IMC ≥ 1 artinya tingkat integrasi pasar rendah.

16. Waktu yaitu saat berlakunya harga dihitung dalam satuan waktu.

17. Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.

18. Integrasi secara horizontal adalah mekanisme harga pada tingkat pasar yang sama, misalnya antar pasar desa berjalan secara serentak.

19. Integrasi pasar secara vertikal adalah keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten dan pasar provinsi, bahkan pasar nasional.

3.6.2 Batasan operasional

1. Daerah penelitian dilakukan di Kabupaten Karo dan Pasar Induk Medan. 2. Data yang diamati adalah data sekunder harga bulanan kubis di Kabupaten

Karo dan Pasar Induk Tuntungan Medan. 3. Waktu penelitian tahun adalah 2016.


(25)

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Kabupaten Karo

4.1.1 Keadaan Alam Letak Geografis

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan 97055’-98038’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh Darusalam)

Kabupaten karo terletak pada ketinggian 280-1.420 Meter di atas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut:

a. Daerah ketinggian 280-500 Meter dari permukaan laut seluas 46.462 Ha (21,84%)

b. Daerah ketinggian 500-1.000 Meter dari permukaan laut seluas 84,892 Ha (39,91%)

c. Daerah ketinggian 1.000-1.400 Meter dari permukaan laut seluas 70.774 Ha (33,27%)


(26)

d. Daerah ketinggian ≥ 1.400 Meter dari permukaan laut seluas 10.597 Ha (4,98%)

4.1.2 Keadaan Iklim (Suhu, Musim, Angin, Curah Hujan)

a. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 16,40C-23,90C, dengan kelembapan udara pada tahun 2010 rata-rata setinggi 84,66 persen, tersebar antara 61,8 persen sampai dengan 87,8 persen.

b. Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei.

c. Pada tahun 2010 ada sebanyak 155 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata kecepatan angina 18,76 knot.

d. Arah angina terbagi 2 (dua) arah/gerak angin yang berhembus: - Dari arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret

- Dari arah Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September.


(27)

4.1.3 Keadaan Penduduk

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rumah Tangga Pertanian Menurut Kecamatan Tahun 2015

No Kecamatan Penduduk Rumah

Tangga

RT Pertanian

% RT Pertanian

1. Mardinding 17684 4631 3934 88,11

2. Laubaleng 18359 5044 4247 87,24

3. Tigabinanga 20626 6083 4724 80,55

4. Juhar 13726 4416 4057 95,30

5. Munte 20404 6055 5208 89,21

6. Kutabuluh 10972 3565 3052 88,80

7. Payung 11232 3381 2775 85,15

8. Tiganderket 13659 4010 3457 89,40

9. Simpang Empat 19707 5624 4738 87,57

10. Naman Teran 13263 3561 3015 87,85

11. Merdeka 13794 3623 2187 62,63

12. Berastagi 66635 16587 5779 36,14

13. Kabanjahe 44091 11079 3796 35,54

14. Tigapanah 30388 8564 6977 84,50

15. Dolat Rayat 8599 2326 1737 77,44

16. Merek 18712 4738 3899 85,35

17. Barusjahe 22904 6655 5882 92,66

Jumlah total 365755 99945 69474 72,10

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Dari tabel 4.1 dapat dilihat jumlah penduduk yang paling banyak berada di Kecamatan Berastagi yaitu sebanyak 66.635 jiwa dan yang paling rendah berada di Kecamatan Dolat Rayat yang hanya memiliki jumlah penduduk sebanyak 8.599. Sama halnya dengan jumlah rumah tangga yang paling banyak mayoritas berada di daerah Kecamatan Berastagi dan yang paling sedikit berada di Kecamatan Dolat Rayat. Rumah tangga pertanian yang paling tinggi berada di Kecamatan Tigapanah dan yang paling rendah berada di Kecamatan Dolat Rayat.


(28)

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Per Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Rasio

Mardinding 9 279 9 322 18 601 99,54

Laubaleng 9 588 9 803 19 391 97,81

Tigabinanga 10 608 10 721 21 329 98,95

Juhar 6 908 6 969 13 877 99,12

Munte 10 344 10 328 20 672 100,15

Kutabuluh 5 497 5 627 11 124 97,69

Payung 5 732 5 869 11 601 97,66

Tiganderket 6.704 7 053 13 757 95,05

Simpang Empat

9.994 10 015 20 009 99,79

Naman Teran 7.098 6 853 13 951 103,58

Merdeka 7 596 7 562 15 158 100,45

Berastagi 23 909 24 141 48 050 99,04

Kabanjahe 34 627 36 263 70 890 95,49

Tigapanah 16 065 16 435 32 500 97,75

Dolat Rayat 4 472 4 575 9 047 97,75

Merek 10 062 9 593 19 655 104,89

Barusjahe 11 332 11 678 23 010 97,04

Jumlah 2014 189 815 192 807 98,45

2013 180 535 363 755 98,53

2012 178 073 358 823 98,52

Sumber: Karo Dalam Angka, 2015

Jumlah penduduk dari tahun 2012-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya hal tersebut dapat diperhatikan dari jumlah penduduk laki-laki jumlah penduduk perempuan berapa jumlah total dan sex rasio setiap kecamatan di Kabupaten Karo, untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada tabel di atas.

4.1.4 Pertanian

Sektor pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian Kabupaten Karo. Peranan sektor ini terhadap PDRB Karo pada tahun 2014 sekitar 56,61 persen untuk harga berlaku. Sektor pertanian dekelompokkan menurut sub sektor tanaman pengan, perkebunan, peternakan, perikanan dan sektor kehutanan.

Sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman pangan meliputi padi/palawija dan holtikultura. Sub sektor perkebunan, pada umumnya usaha perkebunan di


(29)

Kabupaten Karo adalah usaha perkebunan rakyat. Jenis tanaman yang biasa ditanam ialah kemiri, kopi, kelapa, tembakau, coklat, kelapa sawit, cengkeh, dan aren. Sub sektor peternakan pada umumnya diusahakan oleh rakyat yang bertujuan untuk dikonsumsi dan juga menambah pendapatan rumah tangga. Ternak yang umum dipelihara masyarakat karo adalah sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, kelinci dan itik. Sub sektor perikanan pada umumnya diusahakan di sawah sebagai kolam dan di danau bagi Kecamatan Merek. Sub sektor kehutanan, di Kabupaten Karo terdapat hutan lindung seluas 64.147 Ha yaitu daerah Kawasan Leuser. Sedangkan hutan suaka alam ada 22.684 Ha, hutan produksi terbatas ada 9.345 Ha, hutan produksi ada seluas 7.106 Ha.

a. Data luas panenan tanaman pangan dicatat dari seluruh kecamatan setiap bulan oleh aparat Dinas Pertanian Tanaman Pangan di kecamatan, kecuali luas panenan buah-buahan yang dilaporkan setiap triwulan.

b. Data luas panenan produksi sayuran yang dicatat adalah yang dipanen sekaligus.

c. Produksi per hektar padi, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dieroleh melalui sampel survey ubian laporan petugas lapangan.

d. Pelaksana ubinan disesuaikan dengan waktu panen.

e. Bentuk produksi padi dan palawija adalah: padi dalam bentuk gabah kering giling , jagung dalam bentuk pipilan kering, ubi kayu dan ubi jalar dalam bentuk keadaan ubi basah dan kacang-kacangan dalam bentuk kacang kering.


(30)

f. Perhitungan produksi padi dan palawija ini merupakan kerjasama antara Ditjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian dan BPS sampai ke daerah yang dilakukan melalui estimasi.

g. Data statistik kehutanan, peternakan, perikanan dan perkebunan rakyat bersumber dari kanwil/dinas yang bersangkutan.

4.1.5 Pemerintahan

Sistem pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah penghulu, yang menjalankan pemerintahan di kampong (kuta) menurut adat. Terbentuknya suatu kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri (Merga taneh/simantek Kuta), ada Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta (Anak Beru Taneh)serta ada Kalimbubu Simantek Kuta (Kalimbubu Taneh).

Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17 kecamatan dan 269 desa/kelurahan yaitu: 1. Kecamatan Kabanjahe, sebanyak 8 desa dan 5 Kelurahan

2. Kecamatan Berastagi, sebanyak 6 Desa dan 4 Kelurahan 3. Kecamatan Tigapanah, sebanyak 26 Desa

4. Kecamatan Dolat Rayat sebanyak 7 Desa 5. Kecamatan Merek, sebanyak 19 Desa 6. Kecamatan Barusjahe, sebanyak 19 Desa 7. Kecamatan Simpang Empat, sebanyak 17 Desa 8. Kecamatan Naman Teran sebanyak 14 Desa 9. Kecamatan Merdeka sebanyak 9 Desa 10. Kecamatan Payung, sebanyak 8 Desa


(31)

11. Kecamatan Tiganderket sebanyak 17 Desa 12. Kecamatan Kutabuluh, sebanyak 16 Desa 13. Kecamatan Munte, sebanyak 22 Desa 14. Kecamatan Juhar, sebanyak 25 Desa

15. Kecamatan Tigabinanga, sebanyak 19 Desa dan 1 Kelurahan 16. Kecamatan Laubaleng, sebanyak 15 Desa

17. Kecamatan Mardingding, sebanyak 12 Desa

4.1.6 Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu daerah.Semakin tinggi dan semakin merata tingkat pendidikan suatu daerah, semakin maju daerah tersebut.Pada tahapan tertentu tingkat pendidikan dapat meningkatan status sosial dalam kehidupan penduduk.Pemerataan kesempatan pendidikan senantiasa diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari tingkat pendidikan terendah sampai jenjang tertinggi.Ketersediaan fasilitas pendidikan di Kabupaten Karo masih jauh dari yang diharapkan baik dari jumlah gedung sekolah, jumlah tenaga pendidik (guru), dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.

Tingkat partisipasi sekolah erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Semakin sejahtera penduduk suatu daerah, maka tingkat partisipasi sekolah juga akan semakin tinggi. Penyebab utama rendahnya angka partisipasi sekolah (putus sekolah) adalah tingkat perekonomian keluarga yang kurang mendukung karena sebagian besar penghasilan masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan (makanan) disamping faktor-faktor lainnya.


(32)

Tingginya tingkat pendidikan dalam suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sumber daya manusia daerah tersebut.Salah satu indikator meningkatnya kualitas sumber daya manusia suatu daerah dapat dilihat dari tingginya tingkat pendidikan penduduknya. Untuk saat ini gambaran pendidikan di Kecamatan Kabanjahe dapat dilihat dari bertambahnya jumlah sekolah negeri maupun swasta, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama hingga Sekolah Menengah Umum Atas.

4.1.7 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana Kabupaten Karo pada saat ini sudah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Umum di Kabupaten Karo Tahun 2015

No Uraian Jumlah

1. Rumah Sakit Rumah Bersalin 21

2. Puskesmas Pembantu 230

3. Laboratorium 3

4. Puskesmas 19

5. Balai Pengobatan 54

6. Tempat Praktek Dokter 21

7. Tempat Praktek Bidan 55

8. Posyandu 396

9. Sekolah Dasar 285

10. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama 68

11. Sekolah Menengah Umum 24

12. Sekolah Menengah Kejuruan 14

13. Sekolah Madrasah Ibtidaiyah 9

14. Universitas 1

Sumber: Kabupaten Karo Dalam Angka, 2015

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana umum di Kabupaten Karo pada tahun 2015 sudah lengkap mulai dari jumlah yang paling banyak yaitu posyandu kemudian sekolah dasar hingga universitas.


(33)

Tabel 4.4 Banyaknya Rumah Ibadah di Kabupaten Karo Tahun 2014

No. Uraian Jumlah

1. Mesjid 183

2. Gereja Kristen Protestan 615

3. Gereja Kapel/Katolik 162

4. Pura 6

5. Vihara 1

Sumber: Kabupaten Karo Dalam Angka, 2015

Kabupaten Karo memiliki sarana dan prasarana rumah ibadah yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Karo, hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.4 di atas.

4.2 Medan Tuntungan 4.2.1 Letak dan Geografis

Kecamatan Medan Tuntungan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor di sebelah Utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur. Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 29,87 km2.

4.2.2 Pemerintahan

Kecamatan Medan Tuntungan yang dipimpin oleh seorang camat, saat ini terdiri dari 9 kelurahan yang terbagi atas 76 lingkungan dan 211 blok sensus.

4.2.3 Penduduk dan Tenaga Kerja

Kecamatan Medan Tuntungan dihuni oleh 85.613 orang penduduk dimana penduduk terbanyak berada di kelurahan Mangga yakni sebanyak 31.796 orang. Jumlah penduduk terkecil di kelurahan Sidomulyo yakni sebanyak 2.033 orang Bila dibandingkan antara jumlah penduduk serta luas wilayahnya, maka kelurahan Mangga merupakan kelurahan terpadat yaitu 11.356 jiwa tiap km2, lebih padat apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.


(34)

Tabel 4.5 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Uraian Jumlah

1. Pegawai Negeri 1.359

2. Pegawai Swasta 3.413

3. ABRI 153

4. Petani 2.065

5. Nelayan 0

6. Pedagang 1.670

7. Polisi 422

8. Lainnya 1.125

Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka, 2016

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian mayoritas penduduk Kecamatan Medan Tuntungan pada tahun 2015 adalah pegawai swasta, diikuti dengan mata pencaharian sebagai petani.

Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Uraian Jumlah

1. Rumah Sakit 7

2. Puskesmas 2

3. Pustu 4

4. BPU 10

5. Poskesdes 9

6. Posyandu Lansia 7

7. Posyandu 42

8. PAUD 28

9. TK Negeri 0

10. TK Swasta 27

11. SD Negeri 21

12. SD Swasta 18

13. SMA Negeri 2

14. SMA Swasta 8

15. SMK Negeri 0

16. SMK Swasta 4

Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka, 2016

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan pada tahun 2015 memiliki rumah sakit, puskesmas, pustu, BPU, poskesdes posyandu lansia dan lain-lain hal ini menunjukkan bahwa sarana dan sarana di Kecamatan Medan Tuntungan lengkap atau memadai.


(35)

Tabel 4.7 Banyaknya Sarana Ibadah Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Uraian Jumlah

1. Mesjid 52

2. Langgar 12

3. Gereja 65

4. Vihara 0

5. Kuil/Pura 0

Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka, 2016

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Tuntungan memiliki sarana dan prasarana rumah ibadah.Keberadaan sarana ibadah tersebut mendukung dan menunjang kegiatan masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan.

Tabel.4.8 Jumlah Pasar, Kelompok Pertokoan, Swalayan, dan Mall Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015

No. Uraian Jumlah

1. Pasar 5

2. Kelompok Pertokoan 5

3. Swalayan 26

4. Mall 0

Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka, 2016

Pasar Induk Tuntungan, merupakan satu-satunya pasar induk di Kota Medan setelah dipidahkan dari Pasar Sentral yang sebelumnya berada di Medan Timur tepatnya di Pusat kota Jl. Sutomo, Pasar Induk. Pasar Induk Tuntungan Medan beralamat di Jl. Bunga Turi, Keluarahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan dibangun diatas lahan seluas 12 Ha.Pengoperasian Pasar Induk sayur dan buah diresmikan pada tanggal 19 Juni 2015.Memiliki luas lahan sekita 12 ha.Sama seperti kegiatan pasar tardisional lainnya, Pasar Induk Tuntungan Medan juga menyediakan berbagai kebutuhan pokok dalam rumah tangga.


(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Kubis merupakan produk pertanian yang masuk dalam kategori sayuran.Kubis merupakan salah satu jenis sayuran pokok yang banyak dikomsumsi oleh

masyarakat.Kubis itu sendiri merupakansalahsatukomoditasandalandalamperdagangan di KabupatenKaro.Kubis hampirdibudidayakan di setiapkecamatan di

KabupatenKarokecualidi KecamatanMardinding, Lau Balang, TigaBinanga,

Juhar, danKutaBuluh.Kecamatan yang paling banyakmengahasilkankomoditaskubisadalahKecamatanSimpangEmpat.

Faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya harga kubis adalah sebagai berikut:

1. produsen dengan dasar biaya produksi yang dikeluarkan

2. konsumen dengan daya beli dan dasar-dasar kebutuhan atau selera

3. pemerintah dengan peraturan atas ketentuan harga sebagai pengendali tata harga pasar.

- Keadaan perekonomian - Permintaan dan penawaran - Elastisitas permintaan - persaingan

Dalam penelitian integrasiPasar kubis antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan ini menggunakan data bulanan selama 24 bulan yaitu pada Bulan Januari 2014 sampai dengan Bulan Desember 2015 yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo dan Dinas Pertanian dan


(37)

Perkebunan Sumatera Utara. Penduga dalam penelitian ini yaitu bahwa hargakubisdi Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) akan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan lalu (bulan t-1), selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t dengang bulan t-1 serta harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan lalu (bulan t-1).

Harga bulanan kubis yang akan diteliti dideflasi terlebih dahulu dengan nilai IHK (Indeks Harga Konsumen) sebelum analisis dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan pengaruh inflasi yang terjadi, serta untuk mendapatkan harga riil. Nilai IHK yang digunakan pada penelitian ini yaitu berpatokan pada tahun dasar yaitu tahun 2012 dengan nilai IHK 100.


(38)

Tabel 5.1 Keadaan Harga Kubis di Tingkat Produsen (KabupatenKaro) danKonsumen (Pasar Induk Tuntungan Medan)

No Bulan Harga di

Kabupaten Karo (Tingkat

Produsen Rp/Kg)

Harga di Pasar Induk Medan (Tingkat Konsumen Rp/Kg) Perbedaan Harga (Rp/Kg)

1. Januari 2014 1295 1624 329

2. Februari 1305 1750 445

3. Maret 1352 1743 391

4. April 965 1380 415

5. Mei 1000 1783 783

6. Juni 1038 1653 615

7. Juli 1038 1610 572

8. Agustus 1113 1700 587

9. September 900 1450 550

10. Oktober 780 1440 660

11. November 1265 2050 785

12. Desember 913 1088 175

13. Januari 2015 823 2708 1885

14. Februari 725 2406 1681

15. Maret 701 1797 1096

16. April 775 1941 1166

17. Mei 1193 2288 1095

18. Juni 2008 2875 867

19. Juli 2552 3678 1126

20. Agustus 1587 3150 1563

21. September 2278 3594 1316

22. Oktober 1988 3788 1800

23. November 3412 5000 1588

24. Desember 3303 6513 3210

Sumber: Diolah dan Diadopsi dari lampiran 1 dan 2

Dari Tabel 5.1dapatdiketahuiperkembanganhargakubis di Kabupaten Karo dan harga di Pasar Induk Tuntungan Medan cukup berfluktuasi, kadangkala terjadi peningkatan dan kadangkala terjadi penurunan harga. Pada umumnya kenaikan harga akan meningkatkan jumlah penawaran dan mengurangi jumlah permintaan. Kenaikan harga kubis yang paling tinggi yaitu pada Bulan Desember dimana permintaan akan kubis tinggi sementara ketersediaan akan barang tersebut sedikit.


(39)

Tabel 5.2 Perkembangan Harga Kubis di Kabupaten Karo pada Bulan Januari 2014 – Desember 2015

Bulan Harga

Absolut/ sebelum dideflasi (Rp/Kg)

IHK Harga Riil

Setelah Dideflasi

(Rp/Kg)

Perkembangan (Rp/Kg)

Januari 2014 1295 135,06 958,33 -

Februari 1305 129,46 1.008,03 49,7

Maret 1352 133,27 1.014,49 6,46

April 965 126,79 761,10 -253,39

Mei 1000 135,01 740,68 -20,42

Juni 1038 131,73 787,97 47,29

Juli 1038 129,00 804,65 16,68

Agustus 1113 133,30 834,96 30,31

September 900 140,38 641,12 -193,84

Oktober 780 122,64 636,01 -5,11

November 1265 129,10 979,86 343,85

Desember 913 127,69 715,01 -264,85

Januari 2015 823 135,53 611,11 -103,9

Februari 725 125,69 576,81 -34,3

Maret 701 120,02 584,07 7,26

April 775 114,20 678,63 94,56

Mei 1193 122,67 972,52 293,89

Juni 2008 122,30 1.641,86 669,34

Juli 2552 121,01 2,108,92 467,06

Agustus *) 1587 100,00 1.587,00 -521,92

September 2278 116,88 1.949,01 362,01

Oktober 1988 106,79 1.861,56 -87,45

November 3412 94,89 3.595,74 1.734,18

Desember 3303 99,79 3.309,95 -285,79

Sumber: Analisis Data Sekunder Keterangaan: *) adalah bulan dasar

Data dari Tabel 5.2 dapat digunakan untuk menggambarkan grafik perubahan harga kubis di Kabupaten Karo periode Januari 2014- Desember 2015. Berikut grafik perubahan harga kubis di Pasar Roga Kabupaten Karo:


(40)

Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Harga Absolut dan Harga Riil Kubis di Kabupaten Karo pada Bulan Januari 2014- Desember 2015

Dari Gambar 5.1 dapat diperhatikan bagaimana perkembangan harga absolut dan harga riil kubis di Kabupaten Karo.Dalam periode tersebut harga kubis mengalami fluktuasi.Grafik tersebut menggambarkan bahwa harga kubis paling tinggi terjadi pada Bulan November 2015, sedangkan untuk harga terendah terjadi pada Bulan Maret 2015.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Harga Riil Kubis Harga Absolut kubis


(41)

Tabel 5.3 Perkembangan Harga Kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada Bulan Januari 2014 – Desember 2015

Bulan Harga

Absolut/ sebelum dideflasi (Rp/Kg)

IHK Harga Riil

Setelah Dideflasi

(Rp/Kg)

Perkembangan (Rp/Kg)

Januari 2014 1624 129,96 1.249,62 -

Februari 1750 126,33 1.385,27 135,65

Maret 1743 127,85 1.363,32 -21,95

April 1380 137,88 1.000,87 -362,45

Mei 1783 132,80 1.342,62 341,75

Juni 1653 140,38 1.177,52 -165,1

Juli 1610 140,66 1.144,60 -32,92

Agustus 1700 143,66 1.183,34 38,74

September 1450 137,49 1.054,62 -128,72

Oktober 1440 136,71 1.053,32 -1,3

November 2050 128,93 1.590,01 536,69

Desember 1088 125,88 864,32 714,31

Januari 2015 2708 124,96 2.167,09 1.302,77

Februari *) 2406 100,00 2.406,00 238,91

Maret 1797 119,58 1.502,76 -903,24

April 1941 123,51 1.571,53 68,77

Mei 2288 125,45 1.823,83 252,30

Juni 2875 126,10 2.279,94 456,11

Juli 3678 130,48 2.818,82 538,88

Agustus 3150 127,56 2.469,43 -349,39

September 3594 124,31 2.891,16 421,73

Oktober 3788 124,43 3.044,28 153,12

November 5000 125,58 3.981,52 937,24

Desember 6513 131,59 4.949,46 967,94

Sumber: Analisis Data Sekunder Keterangan : *) adalah bulan dasar

Berdasarkan dari Tabel diketahui bahwa harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan berfluktuasi. Ini terjadi karena jumlah ketersediaan kubis di Pasar Induk Tuntugan medan tidak sama setiap bulan. Harga riil kubis tertiggi terjadi pada Bulan Desember 2015 yaitu Rp 4.949,46/Kg. hal ini disebabkan menurunnya pasokan dan meningkatnya permintaan konsumen terhadap kubis pada saat hari raya. Sedangkan harga kubis yang palin rendah terjadi pada Bulan Desember 2014 yaitu sebesar Rp 1088/Kg.


(42)

Dari data Tabel 5.3 tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan grafik perubahan harga riil kubis di Pasar Induk Tuntungan pada Bulan Januari 2014 – Desember 2015.Berikut grafik perubahan harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan.

Gambar 5.2. Grafik Perkembangan Harga Absolut dan Harga Riil Kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan Januari 2014- Desember 2015

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat diketahui bahwa harga kubis pada periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2015 mengalami fluktuasi. Selama periode tersebut harga tertinggi adalah pada Bulan Desember 2015 dan harga yang paling rendah terjadi pada Bulan Desember 2014.

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis regresi akan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2), nilai adjusted R2 , nilai F hitung, nilai t hitung, dan nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas (b1, b2, b3). Berikut ini adalah hasil analisis dari harga riil kubis antara Kabupaten Karo dan Pasar Induk Medan.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Harga Riil Kubis Harga Absolut Kubis


(43)

Tabel 5.4 Hasil Analisis Regresi Integrasi Pasar Kubis antara Kabupaten Karo dan Pasar Induk Medan

Variabel Bebas Koefisi en Regresi T hitun g T tabel 5% proba bilitas F hitung F tabel 5% Proba bilitas R2 Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t-1

0,474 1.862 2,08 5

0,078 21,670* 3,10 0.000 0,774

Selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t

0,480* 2.456 0,024 0,00

Harga kubis di Pasar Induk

Tuntungan pada bulan t-1

0,348* 1.643 0,117 0,000

Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 4 Keterangan: * = nyata pada tingkat kepercayaan 95% Dari Tabel 5.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 digunakan untuk menngetahui kesesuaian model yang digunakan.Nilai R2 untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dalam menerangkan variabel tidak bebasnya. Hasil analisis regresi antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan didapat nilai koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,774 atau 77,4 %. Nilai ini berarti bahwa harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) dapat diterangkan oleh variabel bebasnya sebesar 77,4 % yang dimasukkan dalam model, sedangkan sisanya 22,6 % diterangkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti di dalam model.


(44)

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya pada tingkat signifikansi (α)

tertentu. Berdasarkan Tabel 5.4 analisis varian harga kubis di Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan didapatkan nilai F hitung sebesar 21,670 dengan tingkat signifikansi 0,000. F hitung lebih besar dari F tabel (3,10), maka model regresi secara keseluruhan tepa digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil ini mengidinkasikan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

c. Uji t

Uji t merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel tak bebasnya pada tingkat

signifikansi (α) tertentu.Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa variabel

bebas yang berpengaruh terhadap harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) adalah selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan lalu (bulan t-1) dengan bulan sekarang (bulan t).sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sebelumnya (bulan t-1) dan harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan sebelumnya (bulan t-1)

Variabel selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan sebelumnya (bulan t-1) dengan bulan sekarang (bulan t) mempunya nilai t hitung 2,456 yang nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai koefisien regresi 0,480. Tanda koefisien yang positif ini memberi petunjuk adanya hubungan searah antara selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan


(45)

sebelumnya (bulan t-1) dengan bulan sekarang (bulan t) dengan harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t).berarti apabila ada peningkatan perubahan selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan sekarang ( bulan t) dengan bulan sebelumnya (bulan t-1) sebesar satu satuan maka harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t akan naik sebesar 0.480 satuan.

d. Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson. Hasil analisis model ini memberikan nilai Durbin Watson sebesar 1.797, nilai tersebut kemudian

dibandingkan dengan nilai d pada tingkat α = 5% didapatkan nilai du =1,65

sehingga diperoleh nilai yaitu du < d < 4-du yaitu sebesar (1,65 < 1,797 < 2,35) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.

e. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil analisis regresi antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan, antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas, hal ini terlihat dari Pearson Corelation kurang dari 0,8.

f. Uji Heteroskedastisitas

Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan metode grafik, yaitu dengan melihat diagram pencar (scatterplot). Dari diagram scatterplot dapat telihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola yang teratur, tetapi menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.


(46)

5.2.1 Pengaruh Perubahan Harga Kubis di Pasar Induk Medan terhadap Harga Kubis di Kabupaten Karo

Untuk membuktikan hipotesis satu maka digunakan uji t yaitu untuk melihat atau mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Dimana dalam penelitian ini variabel tidak bebas adalah harga yang terjadi di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) dengan variabel bebasnya adalah harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan lalu (bulan t-1), selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t dengang bulan t-1 serta harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan lalu (bulan t-1).

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t

Uji t merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel tak bebasnya pada tingkat

signifikansi (α) tertentu.

Dari hasil analisis regresi diperoleh bahwa variabel bebas selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada pada bulan sekarang (bulan t) dengan Bulan sebelumnya (bulan t-1) diperoleh thitung > ttabel yaitu thitung = 2,456 dan ttabel = 2.085

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta

Tolerance VIF 1 (Constant)

164.98 7

216.856 .761 .456

Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t-1

.474 .254 .426 1.862 .078 .227 4.397

Selisih harga kubis di Pasar Induk

Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t

.480 .195 .296 2.456 .024 .822 1.217

Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t-1


(47)

dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak yang artinya ada pengaruh perubahan harga kubis yang terjadi di Pasar Induk Medan terhadap perubahan harga kubis di Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis pertama dapat diterima.

5.2.2 Tingkat Integrasi Pasar Kubis Secara Vertikal Dalam Jangka Pendek antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan

Untuk membuktikan hipotesis yang kedua maka digunakan Metode IMC (Index of Market Connection) dengan pendekatan model Autoregressive Distributed Lag Model.

digambarkan sebagai berikut: Pt = b1 (Pt-1) + b2(P*t-P*t-1) + b3(P*t-1)

Dari hasil ananlisis diperoleh b1 = 0,474, b2 =0,480 dan b3=0,348 maka dapat dilihat dalam persamaan sebagai berikut:

Pt = 0,474 (Pt-1) +0,480 (P*t-P*t-1) + 0,348 (P*t-1)

Hasil regresi antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan tersebut dapat digunakan untuk tingkat integrasi pasar dengan melihat nilai IMC (Index of Market Connection) dengan perumusan sebagai berikut:

IMC = �1

�3 Dimana:

b1= koefisien regresi Pt-1 b3 = koefisien regresi P*t-1

Dari perbandingan nilai koefisien regresi variabel harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu sebelumnya (waktu -1) dengan harga di Pasar Induk Medan pada waktu sebelumnya (waktu t-1) dapat diketahui nilai IMC sebagai berikut:


(48)

IMC = 0,474

0,348 = 1,362

Nilai IMC yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh lebih besar daripada satu sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat integrasi pasar kubis antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan adalah rendah atau perubahan harga yang terjadi di Pasar Induk Medan hanya sedikit ditransmisikan ke Kabupaten Karo.

Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis kedua dari penenlitian ini yaitu diduga tingkat integrasi pasar kubis antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan dalam jangka pendek adalah tinggi ditolak.


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) dipengaruhi oleh selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan sekarang (bulan t) dengan bulan sebelumnya (bulan t-1).

2. Besarnya nilai IMC antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan adalah sebesar 1,362, artinya tingkat integrasi pasar kubis dalam jangka pendek rendah.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keterpaduan pasar antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan adalah harga kubis yang terjadi di Kabupaten Karo tidak sepenuhnya ditransmisikan ke Pasar Induk Tuntungan Medan. Berdasaran hasil analisis tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini bahwa diduga integrasi pasar kubis dalam jangka pendek antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan tinggi tidak dapat diterima.

6.2 Saran

Dengan melihat integrasi pasar yang rendah antar Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan maka saran peneliti adalah:

1. Petani diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi perubahan harga kubis yaitu dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi antara petani dengan pedagang ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan jaringan


(50)

sistem informasi sehingga petani dapat segera mengetahui harga di pasar konsumen.

2. Lembaga pemasaran diharapkan lebih efektif dalam melaksanakan pemasaran kubis serta meminimalisir biaya pemasaran dan pengambilan keuntungan yang efisien sehingga produsen dan konsumen tidak dirugikan.


(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kubis

Kubis atau kol sebenarnya merupakan tanaman semusim atau lebih yang berbentuk perdu.Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas-ruas.Sebagai bekas tepat duduk daun.Tanaman ini berakar tunggang dengan akar sampingnya sedikit tetapi dangkal.Daunnya lebar berbentuk bulat telur dan lunak.Daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang muncul kemudian, demikian seterusnya hingga membentuk krop daun bulat seperti telur dan padat berwarna putih.Bunganya tersusun dalam tandan dengan mahkota bunga berwarna kuning spesifik.Tanaman kubis sukar berbunga di Indonesia karena perlu suhu rendah antara 5-10o C selama satu bulan lebih.Buahnya padat seperti polong.Polong muda berwarna hijau setelah tua berwarna kecoklatan dan mudah pecah.Biji yang banyak tersebut menempel pada dinding bilik tengah polong (Sunarjono, 2004).

Menurut Widayati, 1999 Kubis merupakan tanaman yang daun-daunnya tumbuh membentuk roset sehingga berbentuk seperti kepala atau telur. Bentuk kepala dapat bulat, bulat pipih, atau bulat meruncing.Warnanya pun dapat putih, hjau atau merah.

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae

Subkingdom :Tracheobionta Super Divisi :Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta


(52)

Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Capparales Famili: Genus:

Spesies: Brassica oleracea var. capitata L.

2.1.2 Syarat Tumbuh

Tanaman kubis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik hampir di semua jenis tanah. Baik tanah yang bertekstur ringan sampai berat, dengan keasaman tanah yang optimal berkisar 6-6,5. Sebagian besar dari jenis kubis telur menghendaki iklim yang lembab dan dingin.Suhu optimum untuk pertumbuhan kubis berkisar antara 15-25oC.Tanaman kubis tumbuh baik di daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 700-2000 meter, tetapi ada varietas-varietas yang dapat tumbuh dan memberikan hasil yang cukup baik di dataran rendah (Sutarya dan Gerard, 1995).

2.1.3 Benih dan Bibit

Untuk mendapatkan bibit tanaman yang baik, maka biji-biji kubis disemaikan terlebih dahulu di bedengan persemaian.Caranya adalah mula-mula dibuatkan tempat persemaian yang tanahnya diberi pupuk kandang yang dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1, dan diberi atap plastik yang miring kearah barat.Kemudian benih ditaburkan pada persemaian secara merata dan ditutup tipis dengan tanah.Selanjutnya bedengan ditutup mulsa daun pisang. Persemaian harus dijaga supaya keadaannya tetap lembabakan tetapi jangan terlalu basah, karena bibit kubis mudah terserang hama (Sutarya dan Gerard, 1995).


(53)

2.1.4 Hama dan Penyakit

Gejala, plutella: daun berwarna putih dan berlubang-lubang. Serangan sering terjadi apabila hujan turun rintik-rintik, terutama pada waktu malam hari.Crocidolomia dan Heliothis; daun kubis berlubang-lubang sampai kebagian dalam krop. Pengendalian Plutella: melakukan penyemprotan dengan insektisida selektif antara lain Dipel, Thuricide atau Bactopene apabila telah ditemukan rata-rata 5 ulat pada 10 tanaman. Ulat tanah Agrotis.Bercak ungu Alternaria. Gejala: pada daun tua terdapat bercak-bercak berwarna kelabu gelap. Pada cuaca lembab akan terdapat sebagai bulu-bulu halus kebiruan di pusat bercak. Pengendalian: menggunakan benih sehat, penyemprotan dengan fungisida Difolatan atau lainyang dianjurkan. Busuk hitam Xanthomonas, gejala bakteri ini menginfeksi daun mulai dari pinngiran daun hingga ke bagian pangkal daun sehingga daun berwarna kuning kecoklat-coklatan menyerupai huruf V. urat-urat daunnya berwarna kehitaman dan pertumbuhannya kerdil dan kadang-kadang membusuk. Penyakit ini dapat tersebar melalui biji kubis atau penanaman secara berturut-turut pada lahan yang sama. Pengendalian dengan mencabut tanaman yang terserang, merendam biji-biji kubis dalam air sebelum disemaikan pada suhu 50oC selama 30 menit (Sutarya dan Gerard, 1995).

2.1.5 Panen dan Pasca Panen

Tanaman dapat dipungut setelah kropnya betul-betul padat, yakni kira-kira tanaman berumur 70-80 hari dari sejak tanam. Pemungutan jangan sampai terlambat, sebab kropnya akan pecah sehingga kualitasnya menurun. Tanaman yang baik dapat menghasilkan 30-40 ton/ha, tergantung pada varietasnya.Dalam pemungutan hasil sebaiknya menggunakan pisau yang tajam, dan kubis diletakkan


(54)

dengan hati-hati di tempat penumpulan hasil.Pemilihan kubis caranya bermacam-macam, ada yang berdasarkan kepadatan, besarnya krop, berat krop.Keragaman juga penting dalam pemasaran karena dapat menentukan harga.

Kubis yang telah dipanen disimpan sementara pada rak-rak sebelum, teras diberi tepung kapur untuk mencegah pembusukan oleh bakteri Erwinia.Kemasan biasanya terbuat dari bambu atau bahan-bahan lain seperti karton, Jala, karung goni, atau kotak kayu.Ukuran kemasan bermacam-macam dari 30 kg sampai 150 kg. Namun seringkali kubis yang baru dipanen langsung ditaruh/disusun dalam bak truk yang ditutup terpal, untuk kemudian diangkut ke kota-kota besar

(Sutarya dan Gerard, 1995).

2.1.6 Kandungan Gizi

Kubis menjadi salah satu jenis sayuran pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat. Gizi yang terdapat pada kubis dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Kandungan Gizi di Setiap 100 gram Kubis

No. Nutrisi Jumlah

1. Air (%) 92,1

2. Energi (Kal) 25,0

3. Protein (g) 1,7

4. Lemak (g) 0,2

5. Karbohidrat (g) 5,3

6. Serat (g) 0,9

7. Abu (g) 0,7

8. Kalsium (mg) 64,0

9. Fosfor (mg) 26,0

10. Besi (mg) 0,7

11. Natrium (mg) 8,0

12. Kalium (mg) 209,0

13. Vitamin A (mg) 75,0

14. Tiamin (mg) 0,05

15. Riboflavin (mg) 0,05

16. Niacin (mg) 0,30

17. Ascorbic acid (mg) 62,0


(55)

Kubis sangat kaya vitamin A. selain itu, gizi lain yang dikandung kubis antara lain Kalsium (Ca), Kalium (K), fosfor (P), dan zat besi (Fe). Vitamin B1 dan B3 juga terdapat di dalam sayuran ini. Dalam 100 g bahan mentah kubis terdapat 24 kalori (Widayati, 1999).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pasar

Pasar merupakan tempat terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas kebutuhan yang berupa jasa atau barang, dimana terjadi pemindahan hak milik antar penjual dan pembeli (Sudiyono, 2002).

Pasar menjadi penting artinya bagi produk pertanian karena tujuan dibangunnya pasar yaitu untuk memberikan kesempatan kepada konsumen untuk membeli produk pertanian dengan harga yang terjangkau dan agar fluktuasi harga yang terjadi di pasar grosir merefleksikan harga di tingkat pasar eceran (Supari, 2001).

2.2.2 Pemasaran

Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan rencana, penetapan harga, promosi, dan distribusi ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan/sasaran individu dan organisasi (Mc daniel dan Roger, 2001). Suatu saluran pemasaran dapat dilihat sebagai suatu kanal yang besar atau saluran pipa yang di dalamnya mengalir sejumlah produk, kepemilikan, komunikasi, pembiayaan dan pembayaran, dan resiko yang menyertai mengalir ke pelanggan.Secara formal, suatu saluran pemasaran merupakan suatu struktur bisnis dari organisasi yang saling bergantung yang menjangkau dari titik awal suatu produk sampai ke pelanggan dengan tujuan memindahkan produk ke tujuan konsumsi akhir (Lamd dkk, 2001).


(56)

Menurut Soekartawi (2001), beberapa sebab terjadinya mata rantai pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen (petani) sering dirugikan adalah sebagai berikut:

1. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna 2. Lemahnya informasi pasar

3. Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar 4. Lemahnya sisi produsen (petani) utuk melakukan penawaran

5. Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun temurun.

2.2.3 Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen (Sudiyono, 2004).

Aspek pemasaran menurut Soekartawi (2001) merupakan aspek yang penting. Bila mekanisme pemasaran berjalan dengan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu, peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pegumpul, broker, eksportir,importer, atau lainnya sangatlah penting. Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian atau lemahnya komposisi pasar yang sempurna akan menentukan mekanisme pasar.


(57)

Saluran pemasaran berfungsi untuk menggerakkan barang dari produsen ke konsumen.Saluran pemasaran mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari mereka yang memerlukan atau menginginkannya.Anggota saluran pemasaran melaksanakan sejumlah fungsi kunci. Beberapa fungsi (fisik, hak milik, promosi) membentuk aliran aktivitas ke depan dari perusahaan kepada pelanggan; fungsi lain (pemesanan dan pembayaran) membentuk aliran ke belakang dari pelanggan perusahaan. Akan tetapi, fungsi lain (informasi, negosiasi, keuangan dan resiko) terjadi dalam dua arah (Kotler dan Kevin, 2009).

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis yang dipasarkan. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran adapula yang melibatkan hanya sedikit lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran adalah sebagai berikut:

Tengkulak pedagang besar agen penjualan pengecer

Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam menyampaikan komoditi pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran (Sudiyono, 2004).

Pemasaran pertanian merupakan bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya, tetapi dapat dianggap sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri.Anggapan ini didasarkan pada karakteristik produk pertanian serta subyek dan obyek pemasaran pertanian itu sendiri. Batas ruang lingkup pemasaran pertanian perlu dilakukan


(58)

sebab pemasaran pertanian dapat mencapai spectrum yang lebih luas daripada pemikiran yang ada saat ini (Sudiyono,2004).

Fungsi-fungsi saluran pemasaran yang dilaksanakan oleh perantara:

Fungsi transaksi yaitu menghubungi dan mempromosikan, menghubungi calon pelanggan, mempromosikan produk, dan meminta pesanan. Bernegosiasi: menentukan seberapa banyak barang atau jasa yang dibeli dan dijual, jenis transportasi yang digunakan, kapan dikirim, dan metode serta waktu pembayaran. Fungsi Logistik, distribusi fisik: mengangkut dan menyortir barang untuk mengatasi perbedaan sementara dan tempat. Menyimpan, memelihara persediaan dan melindungi barang. Menyortir: mengatasi perbedaan kuantitas dan keragaman produk dengan sorting out yaitu memilah suatu pasokan heterogen ke dalam persediaan homogen yang terpisah. Akumulasi yaitu menggabungkan persediaan yang serupa ke dalam suatu pasokan homogen yang lebih besar.Alokasi yaitu memecah pasokanyang homogen ke dalam lot yang lebih kecil lagi.Keragaman yaitu mengkombinasi produk ke dalam kumpulan atau keragaman yang diinginkan pembeli tersedia di satu tempat.

Fungsi fasilitasi, meneliti: mengumpulkan informasi tentang anggota saluran dan pelanggan lainnya. Pembiayaan, memberikan kredit dan jasa keuangan lainnya guna memudahkan aliran barang melalui saluran guna menjangkau konsumen akhir (Lamb dkk, 2001).


(59)

2.2.4 Margin Pemasaran

P

Sr Sf Pr

M

Pf Dr

Df 0

Q* Q

Gambar 2.1 Kurva penawaran permintaan primer dan turunan serta margin pemasaran

Sumber: Sudiyono, 2004 Keterangan :

Pr = harga tingkat pengecer Pf = harga tingkat petani

Sr = penawaran tingkat pengecer Sf = Penawaran tingkat petani Dr = permintaan tingkat pengecer Df = permintaan tingkat petani

Q* = jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

Gambar 2.1 menginformasikan kurva permintaan primer yang berpotongan dengan kurva penawaran turunan, membentuk harga di tingkat pengecer Pr. Sedang kurva permintaan turunan berpotongan dengan kurva penawaran primer membentuk harga di tingkat petani Pf. Margin pemasaran sama dengan selisih


(60)

harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M = Pr-Pf). Perlu diperhatikan, penentuan margin pemasaran cara ini harus dipenuhi asumsi bahwa jumlah produk yang ditransaksi di tingkat petani sama dengan jumlah produk yang ditransaksikan di tingkat pengecer yaitu sebesar Q*.

Berdasarkan uraian dengan menggunakan gambar 1 dapat diukur nilai margin pemasaran (VM) yang dinikmati oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran komoditi pertanian ini. Nilai margin pemasaran merupakan hasil kali antara perbedaan harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Secara matematis nilai margin dapat ditulis:

VM = (Pr-Pf). Q* Dimana:

VM = nilai margin pemasaran

2.2.5 Integrasi Pasar

Integrasi pasar adalah sampai seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lain. Oleh karena itu, keterpaduan pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: adanya perbedaan harga antara pasar lokal dan pasar acuan, lemahnya informasi pasar seperti mengenai informasi tentang harga, banyaknya lembaga pemasaran, transportasi yang tidak lancar, sifat produk-produk prtanian (perishability, bulkiness dan transformability) dan lokasi produksi (dataran rendah dan dataran tinggi). Jenis keterpaduan pasar ada dua yaitu vertikal dan horizontal.Keterpaduan pasar secara horizontal meliputi keterpaduan pasar sesama


(61)

daerah konsumen, sedangkan keterpaduan pasar secara vertikal merupakan keterpaduan antara daerah produsen dan konsumen akhir.

Integrasi pasar merupakan penggabungan antara beberapa lembaga pemasaran yang secara fungsional dan ekonomi menjadi satu kesatuan dalam sistem pemasaran.Analisis perilaku pemasaran ini terdapat duan pendekatan integrasi yaitu integrasi secara vertikal dan integrasi secara horizontal.Intgrasi vertikal untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten, dan pasar provinsi bahkan pasar nasional.Analisis integrasi pasar vertikal ini mampu menjelaskan kekuatan tawar-menawar antara petani dengan lembaga pemasaran (Humairoh, 2008).

Keterpaduan pasar terjadi apabila terdapat informasi yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lain. Dengan demikian perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat dengan segera tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama (Sitorus, 2003).

Dalam integrasi jangka pendek berarti perubahan harga di pasar sangat ditransmisikan secara penuh ke pasar lokal dalam suatu periode waktu.Dalam integrasi jangka panjang secara tidak langsung mengimplementasikan bahwa ada keseimbangan jangka panjang dimana harga adalah konstan tanpa pengaruh stokastik (Handayani dan Minar, 2000).

Keterpaduan pasar digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditi pada suatu tingkatan lembaga pemasaran, dan dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya.Untuk menganalisa integrasi


(62)

pasar terdapat dua pendekatan integrasi yang dapat digunakan yaitu pendekatan integrasi vertikal dan integrasi horisontal.

1. integrasi vertikal digunakan untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten dan pasar provinsi, bahkan pasar nasional. Analisis integrasi vertikal ini mampu menjelaskan kekuatan tawar menawar antara petani dengan lembaga pemasaran.

2. Integrasi horizontal digunakan untuk melihat apakah mekanisme harga pada tingkat pasar yang sama, misalnya antar pasar desa, berjalan secara serentak. Alat yang digunakan adalah korelasi harga antara pasar satu dengan pasar yang lainnya.

Sedangkan untuk menganalisis keterpaduan pasar terdapat bebarapa cara. Metode yang digunakan untuk melakukan anailisis keterpaduan pasar ada empat metode yaitu: koefisien korelasi, kointegrasi, model yang dikembangkan Ravalion dan model IMC. Dari empat metode tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing dari model tersebut.Berikut ini merupakan kekurangan dan kelebihan dari metode yang digunakan untuk menganalisis keterpaduan pasar. Koefisien kotrelasi dan kointegrasi mempunyai kelebihan mudah dalam menganalisa dan biayanya lebih murah.Tetapi kelemahan dalam model ini adalah hanya bisa untuk mengukur keterpaduan jangka panjang.

Model ravallion sesuai untuk menganalisis keterpaduan jangka pendek dan juga sesuai untuk mingguan ataupun bulanan, tetapi tidak cocok untuk menganalisis keterpaduan jangka panjang.Kekurangan dari model ini adalah asumsi bahwa ada satu pasar pusat yang dikelilingi beberapa pasar local sehingga perlu pengetahuan


(63)

tentang struktur pasar dan memerlukan dua kali perhitungan.Derajat keterpaduan pasar juga tidak dapat diukur dengan model ini.

IMC dari Timmer lebih sensitive daripada Model Ravallion karena IMC dapat menunjukkan derajat integrasi pasar. Selain itu hanya memerlukan satu kali perhitungan dan tidak perlu persyaratan lain.

2.2.6 Harga

Dipandang secara luas, dapat dikatakan bahwa harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan para konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan barang-barang dan jasa-jasa.Secara historical, harga-harga ditentukan oleh para pembeli dan para penjual yang saling melakukan tawar menawar. Para penjual biasanya meminta harga lebih tinggi, dibandingkan dengan harga yang menurut perkiraan mereka akan dicapai, dan para pembeli menawar dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang menurut perkiraan mereka akan dibayar mereka. Melalui proses tawar menawar mereka akhirnya akan tiba pada harga yang cocok (Winardi, 1992).

Pada dasarnya harga suatu produk merupakan biaya produksi ditambah keuntungan atau biaya resiko.Biaya produksi meliputi semua biaya yang dikeluarkan dari saat pembukaan lahan sampai pengangkutan, bahkan ada yang menambahkan dengan biaya perencanaan (Soetriono, 2007).


(64)

2.3Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Judul

Penelitian Tujuan Penelitian Metode Peneliti an Hasil Penelitian Rahayuningsih (2009) Analisis Keterpaduan Pasar Tomat (Lycope rsicumes culentum) Antara Pasar Tawangmang u Kabupaten Karanmgany ar dengan Pasar Legi Kota Surakarta Untuk Mengetahui tingkat Keterpaduan Jangka Pendek Antara Pasar Tawangmangu Di Kabupaten Karanganyar Dengan Pasar Legi Kota Surakarta Model IMC (Index Of Market Conecti on) Keterpaduan Pasar Tomat Dalam Jangka Pendek Antara Pasar Tawangmangu Dengan Pasar Legi Rendah, Ditunjukkan Dengan Nilai IMC Yang Lebih Dari Satu Yaitu 1,19 Dani Listiyorini (2008) Analisis Keterpaduan Pasar Komoditas Cabai Merah di Kabupaten Brebes Untuk Mengetahui Keterpaduan Pasar Cabai Merah Dalam Jangka Pendek antara Pasar Induk dengan Pasar Eceran di Kabupaten Brebes Metode IMC (Index Of Market Conecti on) Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Besarnya Nilai IMC Dari Analisis Regresi Antara Pasar Sengon dan Pasar Brebes serta Pasar Sengon dengan Pasar ketanggungan yaitu sebesar 0,09 dan 0,23 yang Artinya

keterpaduan pasar dalam jangka pendek tinggi artinya

perubahan harga yang Terjadi Di Pasar sengon

ditransmisikan ke pasar brebes dan pasar ketanggungan secara langsung dan segera.


(65)

Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Fajar Martha D (2009) Analisis Keterpaduan Pasar Buncis antara Pasar Tawangmang u Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi Kota Surakarta Untuk Mengetahui Tingkat Keterpaduan Pasar Buncis dalam Jangka Pendek antara Pasar Tawangmang u Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi Kota Surakarta Metode Deskriptif Analitis. IMC (Index Of Market Conection) Keterpaduan Pasar Buncis dalam Jangka Pendek antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi Kota Surakarta Rendah, Hal ini ditunjukkan dengan Nilai IMC yaitu 2,06 yang berarti bahwa sedikit informasi tentang Perubahan Harga yang Terjadi di Pasar Legi yang Ditransmisikanke Pasar Tawangmangu. Bagus Eko Prasetyo (2010) Analisis Keterpaduan Pasar Cabai Rawit antara Pasar Legi dengan Pasar Gede dan Pasar Nusukan di Kota Surakarta Untuk Mengetahui Tingkat Keterpaduan Pasar Komoditas Cabai Rawit Secara Vertikal dalam Jangka Pendek antara Pasar Legi dengan Pasar Gede dan Pasar Nusukan di Kota Surakarta

IMC (Index Of Market Conection) Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Hasil Analisis Regresi Mengenai Keterpaduan Cabai Rawit antara Pasar Legi dengan Pasar Gede Maupun antara Pasar Legi dengan Pasar dengan Pasar Nusukan di Kota Surakarta diperoleh Nilai IMC Sebesar 0, Berarti Tidak Terjadi

Keterpaduan Pasar Secara Vertikal dalam Jangka Pendek


(1)

13. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo serta Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan data-data penting bagi penulis.

14. BPS Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu dan menyediakan informasi penting bagi penulis.

15. Seluruh pihak yang bersangkutan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan dan penulisan skripsi ini.

Penulis penyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih dan berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan. Januari 2017


(2)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.2 Tinjauan Pustaka ... 11

2.2 Landasan Teori ... 15

2.3 Peneltian Terdahulu ... 24

2.4 Kerangka Pemikiran ... 26

2.5 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 29

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.3 Metode Analisis Data ... 29

3.4 Pengujian Model ... 32

3.5 Pengujian Asumsi Klasik ... 34

3.6 Definisi dan Batasan Operasional ... 35

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Karo ... 38

4.1.1 Keadaan Alam ... 38

4.1.2 Keadaan Iklim ... 39

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 40

4.1.4 Pertanian ... 41

4.1.5 Pemerintahan ... 43

4.1.6 Keadaan Pendidikan ... 44

4.1.7 Sarana dan Prasarana ... 45

4.2 Medan Tuntungan ... 46

4.2.1 Letak dan Geografis ... 46


(3)

4.2.3 Penduduk dan Tenaga Kerja ... 46 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ... 49 5.2 Analisis Hasil Penelitian ... 55 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 61 6.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Sayuran di Kabupaten Karo Tahun 2014 . 5

1.2 Produksi Tanaman Kubis di Kabupaten Karo pada Tahun 2015 ... 6

1.3 Perkembangan Harga Kubis di Kabupaten Karo pada Tahun 2011-2015 ... 7

2.1 Kandungan Gizi di Setiap 100 gram Kubis ... 14

2.3 Penelitian Terdahulu ... 24

4.1 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rumah Tangga Pertanian Menurut Kecamatan Tahun2015 ... 40

4.2 Jumlah Penduduk Per Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ... 41

4.3 Sarana dan Prasarana Umum di Kabupaten Karo Tahun 201 ... 45

4.4 Banyaknya Rumah Ibadah di Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 46

4.5 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015 ... 47

4.6 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015 ... 47

4.7 Banyaknya Sarana Ibadah Kecamatan Medan Tuntungan Tajun 2015 ... 48

4.8 Jumlah Pasar, Kelompok Pertokoan, Swalayan, dan Mall Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015 ... 48

5.1 Keadaan Harga Kubis di Tingkat Produsen (Kabupaten Karo) dan Konsumen (Pasar Induk Tuntungan Medan) ... 51

5.2 Perkembangan Harga Kubis di Kabupaten Karo Bulan Januari 2014-Desember 2015 ... 52

5.3 Perkembangan Harga Kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada Bulan Januari 2014 Desember 2015 ... 54


(5)

5.4 Hasil Analisis Regresi Keterpaduan Harga Kubis antara Kabupaten Karo dan Pasar Induk Tuntungan Medan ... 56


(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kurva Penawaran Permintaan Primer dan Turunan Serta Margin Pemasaran ... 19 1.1 Kerangka Pemikiran ... 27 5.1 Grafik Perkembangan Harga Absolut dan Harga Riil Kubis diKabupaten Karo pada Bulan Januari 2014- Desember 2015 ... 53 5.2 Grafik Perkembangan Harga Absolut dan Harga Riil Kubis di Pasar Induk Tuntungan