Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Desa Binjai Kota Medan Tahun 2016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi
WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara
mengembangkan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk,
maka pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Usaha ke arah
itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa
bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes
dan PT Jamsostek yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima
pensiun, veteran, dan pegawai swasta.Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,
pemerintah pusat memberikanjaminan melalui skema Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) dan pemerintah daerah dengan Jaminan Kesehatan
Daerah
(Jamkesda).Namun
demikian,
skema-skema
tersebut
masih
terfragmentasi, terbagi-bagi sehingga biaya kesehatan dan mutu pelayanan
menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 dikeluarkan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini mengamanatkan bahwa program
jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan
Kesehatan
melalui
suatu
badan
penyelenggara
jaminan
sosial.
Badan
penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24
9
Universitas Sumatera Utara
10
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan Kesehatan
yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak
1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai program JKN.
Pada tahap awal kepersertaan program JKN yang dimulai 1 Januari 2014
terdiri daripeserta PBI JKN (pengalihan dari program Jamkesmas), anggota TNI
dan PNS di lingkunganKementerian Pertahanan dan anggota keluarganya,
anggota POLRI dan PNS di lingkunganPOLRI, dan anggota keluarganya, peserta
asuransi kesehatan sosial dari PT. Askes (Persero)beserta anggota keluarganya,
peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari PT. (Persero)Jamsostek dan
anggota keluarganya, peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang
telahberintegrasi dan peserta mandiri (pekerja bukan penerima upah dan pekerja
penerima upah).Tahap selanjutnya sampai dengan tahun 2019 seluruh penduduk
menjadi peserta JKN (Kemenkes, 2015).
2.2
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2.2.1
Pengertian JKN
Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2013).
Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah suatu program pemerintah
dan masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan
yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat
Universitas Sumatera Utara
11
hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Tujuan penyelenggaran JKN ini adalah
untuk memberikan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan akan
pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 2).
2.2.2
Prinsip JKN
Dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN pada Pasal 19 ayat 1 dan
bagian penjelasan, JKN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
1. Prinsip asuransi sosial meliputi:
a. Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan sakit,
yang tua dan muda, serta beresiko tinggi dan rendah;
b. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta penerima upah
atau suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta yang tidak menerima upah;
c. Dikelola dengan prinsip nirlaba, artinya pengelolan dana digunakan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan disimpan
sebagai dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan kualitas layanan.
2. Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah
dibayarkan.
2.2.3
Manfaat JKN
Dalam Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Tahun
2013, manfaat JKN terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa
pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Ambulans hanya diberikan diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas
Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
12
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan
preventif meliputi pemberian pelayanan:
a. Penyuluhan kesehatan perseorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat
b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis
tetanus dan Hepatitis B (DPTHB), Polio, dan Campak.
c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko
penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif,
masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi:
a. Tidak sesuai prosedur;
b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;
c. Pelayanan bertujuan kosmetik;
d. General checkup, pengobatan alternatif;
e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi;
f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana;
Universitas Sumatera Utara
13
g. Pasien Bunuh Diri/Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk
menyiksa diri sendiri/Bunuh Diri/Narkoba.
2.2.4
Pelayanan JKN
Pelayanan kesehatan yang dimaksud disini sesuai dengan Buku
Pegangan Sosialisasi JKN dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Tahun 2013
sebagai berikut.
a. Jenis Pelayanan: Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh
peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta
akomodasi dan ambulans (manfaat non medis).
b. Prosedur Pelayanan: Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan
pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Bila peserta memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh
fasilitas
kesehatan
tingkat
pertama,
kecuali
dalam
keadaan
kegawatdaruratan medis.
c. Kompensasi Pelayanan: Bila di suatu daerah belum tersedia fasilitas
kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis
sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang
dapat berupa:penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau
penyediaan fasilitas kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya
digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
d. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan: Penyelenggara pelayanan kesehatan
meliputi semua fasilitas kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Universitas Sumatera Utara
14
dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan
rekredensialing.
2.2.5
Pembiayaan JKN
1. Tarif
Pelaksanaan tarif pelayanan program Jaminan Kesehatan Nasional
didasarkan pada tarif Indonesian-Case Based Groups atau yang disebut Tarif INACBG’s dimana besarab pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada
pengelompokan diagnosis penyakit (Kemenkes RI, 2013).
Tarif pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
meliputi:
a) Tarif kapitasi yaitu rentang nilai yang besarnya untuk setiap fasilitas
kesehatan tingkat pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial
yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Tarif kapitasi diberlakukan bagi fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan komprehensif kepada
peserta program jaminan kesehatan berupa rawat jalan tingkat pertama.
b) Tarif non kapitasi yaitu nilai besaran yang sama bagi seluruh fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan
kepada peserta program jaminan kesehatan berupa rawat inap tingkat
pertama dan pelayanan kebidanan dan neonatal (Kemenkes RI, 2013).
Universitas Sumatera Utara
15
2. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan). Dalam
program JKN ini Iuran Peserta PBI dibayar oleh Pemerintah, Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iurannya dibayar oleh Peserta
yang bersangkutan.Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan
melalui Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan
perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu
jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).Setiap Pemberi Kerja
wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi
tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan).Apabila tanggal
10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif
sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar
oleh Pemberi Kerja. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan
Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN
sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal ini terjadi kelebihan atau
kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis
Universitas Sumatera Utara
16
kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran
diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan BPJS
Kesehatan.
3. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada fasilitas kesehatan
tingkat pertama secara pra upaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang
terdaftar di fasilitas kesehatan tingkat pertama (Perpres No. 12 Tahun 2013 pasal
39).Dalam hal fasilitas kesehatan tingkat pertama di suatu daerah di suatu daerah
tidak memungkinkan, mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua
fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah
tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS Kesehatan diberi
wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang berhasil
guna.
Fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit) menggunakan sistem
pembayaran berdasarkan Indonesian Case Based Group’s (INA CBG’s).Besaran
kapitasi dan INA CBG’s ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali
oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan
uraian pemerintahan di bidang keuangan. Selain itu berdasarkan Perpres No.12
Tahun 2013 pasal 40 menjelaskan bahwa:
1) Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang
tidak menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan
Universitas Sumatera Utara
17
penggantian biaya yang ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan
kepada BPJS Kesehatan.
2) BPJS Kesehatan memberikan pembayaran kepada fasilitas kesehatan
setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
3) Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan
kesehatan kepada peserta.
Tarif kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit)
menerima sejumlah pembayaran per periode waktu (bulanan) yang dibayar
dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas tingkat pertama berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan.Tarif kapitasi untuk setiap fasilitas kesehatan tingkat
pertama disesuaikan dengan rentang nilai yang besarannya ditetapkan berdasarkan
seleksi dan kredensial yang dilakukan oleh BPJS.Selain itu, tarif kapitasi ini
diberlakukan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan
pelayanan kesehatan komprehensif kepada peserta program jaminan kesehatan
berupa rawat jalan tingkat pertama.
2.3
Kepesertaan JKN
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta tersebut
meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan bukan PBI JKN dengan rincian
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
18
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta;
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang
menerima upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah
c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun;
Universitas Sumatera Utara
19
d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan
f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e
yang mampu membayar iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c;
e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang
mendapat hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari peserta;
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria:
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain.
Universitas Sumatera Utara
20
5) WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
6) Hak dan kewajiban Peserta
Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan identitas Peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
7) Prosedur pendaftaran Peserta
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
b. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat
mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban
untuk membayar iuran dan melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS
Kesehatan dengan menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah domisili dan
atau pindah kerja.
Masa berlaku kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama
yang bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta dan status
kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau meninggal dunia.
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap, yaitu tahap
pertama mulai 1 Januari 2014, kepersetaannya paling sedikit meliputi: PBI
Universitas Sumatera Utara
21
Jaminan Kesehatan, anggota TNI/PNS di Lingkungan Kementerian Pertahanan
dan anggota keluarganya, anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota
keluarganya, peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota
keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan
anggota keluarganya. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang
belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1
Januari 2019.
2.4
Puskesmas
2.4.1
Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Permenkes, 2014).
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat
sedangkan Upaya Kesehatan Perseorangan (UPK) adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit
dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes, 2014).
2.4.2
Tujuan Puskesmas
Universitas Sumatera Utara
22
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
dalam Pasal 2, pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;
c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan kecamatan sehat.
2.4.3
Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Adapun prinsip penyelenggaraan Puskesmas berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas meliputi :
a. Paradigma Sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian Masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
23
d. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
budaya dan kepercayaan.
e. Teknologi Tepat Guna
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
f. Keterpaduan Dan Kesinambungan
Puskesmas
mengintegrasikan
dan
mengoordinasikan
penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta
melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen
Puskesmas.
2.4.4
Tugas, Fungsi, Dan Wewenang Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya,
Puskesmas juga menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a.
Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b.
Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
24
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama, mempunyai beberapa wewenang dalam Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM), yaitu:
a.
Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b.
Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c.
Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d.
Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e.
Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f.
Melaksanakan
peningkatan
kompetensi
sumber
daya
manusia
Puskesmas;
g.
Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h.
Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i.
Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit (Permenkes, 2014).
Puskesmas
juga
mempunyai
beberapa
wewenang
dalam
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
25
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
kelompok dan masyarakat;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi;
f. Melaksanakan rekam medis;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan;
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan (Keputusan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas).
2.4.5
Upaya Kesehatan Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.Upaya kesehatan
yang
dimaksud
harus
dilaksanakan
secara
terintegrasi
dan
berkesinambungan.Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
Universitas Sumatera Utara
26
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi;
a. Pelayanan promosi kesehatan;
b. Pelayanan kesehatan lingkungan;
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. Pelayanan gizi; dan
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas
untuk
mendukung
pencapaian
standar
pelayanan
minimal
kabupaten/kota bidang kesehatan sedangkan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam
bentuk:
a. Rawat jalan;
b. Pelayanan gawat darurat;
c. Pelayanan satu hari (one day care);
d. home care; dan/atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pendanaan di Puskesmas bersumber dari:
a. Anggaran Penghasilan dan Belanja Daerah (APBD);
b. Anggaran Penghasilan dan Belanja Negara (APBN);
Universitas Sumatera Utara
27
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Pengelolaan dana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permenkes, 2014).
2.5
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Levey dan Loomba (1973) menjabarkan pelayanan kesehatan adalah
setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok ataupun masyarakat.Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat
hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan
seberapa jauh seseorang menempuh pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).
2.5.1
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pemanfaatan
Pelayanan
Kesehatan
Menurut WHO (1984) dalam Notoatmojdo (2012) menyebutkan bahwa
beberapa faktor perilaku yang mempengaruhi pelayanan kesehatan adalah
1. Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap
obyek/kesehatan :
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, yakni berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Sikap menggambarkan perasaan suka/tidak suka terhadap obyek dan
sering berasal dari pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Seseorang yang dianggap sebagai referensi
Perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap
penting
3. Sumber daya (resource)
Sumber daya mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, dan tenaga.Semua itu
berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.
4. Kebudayaan berupa norma-norma yang ada di masyarakat yang menghasilkan
suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Menurut
Anderson
(1974)
dalam
Muzaham
(2007),
yang
menggambarkan model sistem kesehatanpenggunaan pelayanan kesehatan tediriri
dari 3 faktor utama, yaitu :
1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics)
Fungsi dari karakteristik ini dapat menggambarkan fakta bahwa tiap
individu mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan
yang berbeda-beda. Ciri-ciri individu tersebut digolongkan dalam 3 kelompok
yaitu:
a. Ciri demografi yaitu, jenis kelamin, umur, status perkawaninan.
b. Struktur sosial yaitu, pendidikan, pekerjaan, suku, dan sebagainya.
c. Manfaat-manfaat kesehatan seperti, keyakinan bahwa pelayanan
kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit (termasuk
stress dan kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan).
Setiap
individu/orang
mempunyai
perbedaan
karakteristik
mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai
perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
29
Setiap individu mempunyai perbedaan struktur social, mempunyai
perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola
penggunaan pelayanan kesehatan.
Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan
kesehatan.
2. Karakteristik kemampuan(enabling characteristics)
Karakteristik ini menggambarkan kondisi yang memungkinkan orang
memanfaatkan pelayanan kesehatan karena walaupun mempunyai predisposisi
untuk menggunakan pelayanan kesehatan namun tidak akan menggunakannya,
kecuali jika ia mampu menggunakannya. Kemampuan tersebut berasal dari
keluarga (misalnya: penghasilan dan simpanan/tabungan, asuransi kesehatan atau
sumber lainnya) dan dari komunitas (misalnya: tersedianya fasilitas dan tenaga,
lamanya menunggu pelayanan serta lama waktu yang digunakan untuk mencapai
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut/lokasi pemukiman). Jadi, pengguna
pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan konsumen untuk
membayar.
3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan enabling dapat terwujud bila hal itu dirasakan
sebagai kebutuhan.Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk
menggunakan pelayanan kesehatan, jika factor predisposisi dan enabling itu ada.
Kebutuhan dibedakan menjadi 2 karakter yaitu dirasa atau perceived (subyek
assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).
Universitas Sumatera Utara
30
Perceived need dapat diukur dengan perasaan subyektif terhadap
penyakit (misalnya: jumlah hari sakit, gejala-gejala sakit yang dialami dan laporan
tentang keadaan kesehatan umum). Sedangkan evaluated merupakan evaluasi
klinis
terhadap penyakit yakni penilaian beratnya penyakit dari dokter yang
merawatnya biasanya berdasarkan keluhan-keluhan yang mungkin memerlukan
pengobatan, dari hasil pemeriksaan dan diagnosa.
2.6
KERANGKA KONSEP
Menurut Anderson (1974) dalam Muzaham (2007) :
Faktor Predisposisi
1.
2.
3.
4.
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Sikap
Faktor Pemungkin
1. Keterjangkauan
2. Penghasilan
Pemanfaatan Puskesmas
Faktor Kebutuhan
1. Kondisi Kesehatan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara
31
2.6
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka konsep,
maka hipotesis penelitian ini terdapat pengaruh faktor predisposisi (meliputi
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap) dan faktor pemungkin (meliputi
keterjangkauan dan penghasilan) dan faktor kebutuhan (kondisi kesehatan)
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di Puskesmas Desa Binjai Kota Medan Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi
WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara
mengembangkan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk,
maka pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Usaha ke arah
itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa
bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes
dan PT Jamsostek yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima
pensiun, veteran, dan pegawai swasta.Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,
pemerintah pusat memberikanjaminan melalui skema Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) dan pemerintah daerah dengan Jaminan Kesehatan
Daerah
(Jamkesda).Namun
demikian,
skema-skema
tersebut
masih
terfragmentasi, terbagi-bagi sehingga biaya kesehatan dan mutu pelayanan
menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 dikeluarkan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini mengamanatkan bahwa program
jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan
Kesehatan
melalui
suatu
badan
penyelenggara
jaminan
sosial.
Badan
penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24
9
Universitas Sumatera Utara
10
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan Kesehatan
yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak
1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai program JKN.
Pada tahap awal kepersertaan program JKN yang dimulai 1 Januari 2014
terdiri daripeserta PBI JKN (pengalihan dari program Jamkesmas), anggota TNI
dan PNS di lingkunganKementerian Pertahanan dan anggota keluarganya,
anggota POLRI dan PNS di lingkunganPOLRI, dan anggota keluarganya, peserta
asuransi kesehatan sosial dari PT. Askes (Persero)beserta anggota keluarganya,
peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari PT. (Persero)Jamsostek dan
anggota keluarganya, peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang
telahberintegrasi dan peserta mandiri (pekerja bukan penerima upah dan pekerja
penerima upah).Tahap selanjutnya sampai dengan tahun 2019 seluruh penduduk
menjadi peserta JKN (Kemenkes, 2015).
2.2
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2.2.1
Pengertian JKN
Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2013).
Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah suatu program pemerintah
dan masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan
yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat
Universitas Sumatera Utara
11
hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Tujuan penyelenggaran JKN ini adalah
untuk memberikan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan akan
pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 2).
2.2.2
Prinsip JKN
Dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN pada Pasal 19 ayat 1 dan
bagian penjelasan, JKN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
1. Prinsip asuransi sosial meliputi:
a. Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan sakit,
yang tua dan muda, serta beresiko tinggi dan rendah;
b. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta penerima upah
atau suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta yang tidak menerima upah;
c. Dikelola dengan prinsip nirlaba, artinya pengelolan dana digunakan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan disimpan
sebagai dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan kualitas layanan.
2. Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah
dibayarkan.
2.2.3
Manfaat JKN
Dalam Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Tahun
2013, manfaat JKN terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa
pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Ambulans hanya diberikan diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas
Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
12
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan
preventif meliputi pemberian pelayanan:
a. Penyuluhan kesehatan perseorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat
b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis
tetanus dan Hepatitis B (DPTHB), Polio, dan Campak.
c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko
penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif,
masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi:
a. Tidak sesuai prosedur;
b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;
c. Pelayanan bertujuan kosmetik;
d. General checkup, pengobatan alternatif;
e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi;
f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana;
Universitas Sumatera Utara
13
g. Pasien Bunuh Diri/Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk
menyiksa diri sendiri/Bunuh Diri/Narkoba.
2.2.4
Pelayanan JKN
Pelayanan kesehatan yang dimaksud disini sesuai dengan Buku
Pegangan Sosialisasi JKN dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Tahun 2013
sebagai berikut.
a. Jenis Pelayanan: Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh
peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta
akomodasi dan ambulans (manfaat non medis).
b. Prosedur Pelayanan: Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan
pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Bila peserta memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh
fasilitas
kesehatan
tingkat
pertama,
kecuali
dalam
keadaan
kegawatdaruratan medis.
c. Kompensasi Pelayanan: Bila di suatu daerah belum tersedia fasilitas
kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis
sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang
dapat berupa:penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau
penyediaan fasilitas kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya
digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
d. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan: Penyelenggara pelayanan kesehatan
meliputi semua fasilitas kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Universitas Sumatera Utara
14
dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan
rekredensialing.
2.2.5
Pembiayaan JKN
1. Tarif
Pelaksanaan tarif pelayanan program Jaminan Kesehatan Nasional
didasarkan pada tarif Indonesian-Case Based Groups atau yang disebut Tarif INACBG’s dimana besarab pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada
pengelompokan diagnosis penyakit (Kemenkes RI, 2013).
Tarif pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
meliputi:
a) Tarif kapitasi yaitu rentang nilai yang besarnya untuk setiap fasilitas
kesehatan tingkat pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial
yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Tarif kapitasi diberlakukan bagi fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan komprehensif kepada
peserta program jaminan kesehatan berupa rawat jalan tingkat pertama.
b) Tarif non kapitasi yaitu nilai besaran yang sama bagi seluruh fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan
kepada peserta program jaminan kesehatan berupa rawat inap tingkat
pertama dan pelayanan kebidanan dan neonatal (Kemenkes RI, 2013).
Universitas Sumatera Utara
15
2. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan). Dalam
program JKN ini Iuran Peserta PBI dibayar oleh Pemerintah, Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iurannya dibayar oleh Peserta
yang bersangkutan.Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan
melalui Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan
perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu
jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).Setiap Pemberi Kerja
wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi
tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan).Apabila tanggal
10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif
sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar
oleh Pemberi Kerja. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan
Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN
sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal ini terjadi kelebihan atau
kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis
Universitas Sumatera Utara
16
kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran
diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan BPJS
Kesehatan.
3. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada fasilitas kesehatan
tingkat pertama secara pra upaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang
terdaftar di fasilitas kesehatan tingkat pertama (Perpres No. 12 Tahun 2013 pasal
39).Dalam hal fasilitas kesehatan tingkat pertama di suatu daerah di suatu daerah
tidak memungkinkan, mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua
fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah
tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS Kesehatan diberi
wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang berhasil
guna.
Fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit) menggunakan sistem
pembayaran berdasarkan Indonesian Case Based Group’s (INA CBG’s).Besaran
kapitasi dan INA CBG’s ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali
oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan
uraian pemerintahan di bidang keuangan. Selain itu berdasarkan Perpres No.12
Tahun 2013 pasal 40 menjelaskan bahwa:
1) Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang
tidak menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan
Universitas Sumatera Utara
17
penggantian biaya yang ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan
kepada BPJS Kesehatan.
2) BPJS Kesehatan memberikan pembayaran kepada fasilitas kesehatan
setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
3) Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan
kesehatan kepada peserta.
Tarif kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit)
menerima sejumlah pembayaran per periode waktu (bulanan) yang dibayar
dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas tingkat pertama berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan.Tarif kapitasi untuk setiap fasilitas kesehatan tingkat
pertama disesuaikan dengan rentang nilai yang besarannya ditetapkan berdasarkan
seleksi dan kredensial yang dilakukan oleh BPJS.Selain itu, tarif kapitasi ini
diberlakukan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan
pelayanan kesehatan komprehensif kepada peserta program jaminan kesehatan
berupa rawat jalan tingkat pertama.
2.3
Kepesertaan JKN
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta tersebut
meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan bukan PBI JKN dengan rincian
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
18
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta;
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang
menerima upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah
c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun;
Universitas Sumatera Utara
19
d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan
f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e
yang mampu membayar iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c;
e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang
mendapat hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari peserta;
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria:
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain.
Universitas Sumatera Utara
20
5) WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
6) Hak dan kewajiban Peserta
Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan identitas Peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
7) Prosedur pendaftaran Peserta
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
b. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat
mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban
untuk membayar iuran dan melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS
Kesehatan dengan menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah domisili dan
atau pindah kerja.
Masa berlaku kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama
yang bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta dan status
kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau meninggal dunia.
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap, yaitu tahap
pertama mulai 1 Januari 2014, kepersetaannya paling sedikit meliputi: PBI
Universitas Sumatera Utara
21
Jaminan Kesehatan, anggota TNI/PNS di Lingkungan Kementerian Pertahanan
dan anggota keluarganya, anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota
keluarganya, peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota
keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan
anggota keluarganya. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang
belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1
Januari 2019.
2.4
Puskesmas
2.4.1
Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Permenkes, 2014).
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat
sedangkan Upaya Kesehatan Perseorangan (UPK) adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit
dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes, 2014).
2.4.2
Tujuan Puskesmas
Universitas Sumatera Utara
22
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
dalam Pasal 2, pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;
c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan kecamatan sehat.
2.4.3
Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Adapun prinsip penyelenggaraan Puskesmas berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas meliputi :
a. Paradigma Sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian Masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
23
d. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
budaya dan kepercayaan.
e. Teknologi Tepat Guna
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
f. Keterpaduan Dan Kesinambungan
Puskesmas
mengintegrasikan
dan
mengoordinasikan
penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta
melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen
Puskesmas.
2.4.4
Tugas, Fungsi, Dan Wewenang Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya,
Puskesmas juga menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a.
Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b.
Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
24
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama, mempunyai beberapa wewenang dalam Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM), yaitu:
a.
Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b.
Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c.
Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d.
Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e.
Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f.
Melaksanakan
peningkatan
kompetensi
sumber
daya
manusia
Puskesmas;
g.
Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h.
Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i.
Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit (Permenkes, 2014).
Puskesmas
juga
mempunyai
beberapa
wewenang
dalam
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
25
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
kelompok dan masyarakat;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi;
f. Melaksanakan rekam medis;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan;
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan (Keputusan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas).
2.4.5
Upaya Kesehatan Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.Upaya kesehatan
yang
dimaksud
harus
dilaksanakan
secara
terintegrasi
dan
berkesinambungan.Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
Universitas Sumatera Utara
26
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi;
a. Pelayanan promosi kesehatan;
b. Pelayanan kesehatan lingkungan;
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. Pelayanan gizi; dan
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas
untuk
mendukung
pencapaian
standar
pelayanan
minimal
kabupaten/kota bidang kesehatan sedangkan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam
bentuk:
a. Rawat jalan;
b. Pelayanan gawat darurat;
c. Pelayanan satu hari (one day care);
d. home care; dan/atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pendanaan di Puskesmas bersumber dari:
a. Anggaran Penghasilan dan Belanja Daerah (APBD);
b. Anggaran Penghasilan dan Belanja Negara (APBN);
Universitas Sumatera Utara
27
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Pengelolaan dana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permenkes, 2014).
2.5
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Levey dan Loomba (1973) menjabarkan pelayanan kesehatan adalah
setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok ataupun masyarakat.Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat
hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan
seberapa jauh seseorang menempuh pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).
2.5.1
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pemanfaatan
Pelayanan
Kesehatan
Menurut WHO (1984) dalam Notoatmojdo (2012) menyebutkan bahwa
beberapa faktor perilaku yang mempengaruhi pelayanan kesehatan adalah
1. Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap
obyek/kesehatan :
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, yakni berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Sikap menggambarkan perasaan suka/tidak suka terhadap obyek dan
sering berasal dari pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Seseorang yang dianggap sebagai referensi
Perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap
penting
3. Sumber daya (resource)
Sumber daya mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, dan tenaga.Semua itu
berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.
4. Kebudayaan berupa norma-norma yang ada di masyarakat yang menghasilkan
suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Menurut
Anderson
(1974)
dalam
Muzaham
(2007),
yang
menggambarkan model sistem kesehatanpenggunaan pelayanan kesehatan tediriri
dari 3 faktor utama, yaitu :
1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics)
Fungsi dari karakteristik ini dapat menggambarkan fakta bahwa tiap
individu mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan
yang berbeda-beda. Ciri-ciri individu tersebut digolongkan dalam 3 kelompok
yaitu:
a. Ciri demografi yaitu, jenis kelamin, umur, status perkawaninan.
b. Struktur sosial yaitu, pendidikan, pekerjaan, suku, dan sebagainya.
c. Manfaat-manfaat kesehatan seperti, keyakinan bahwa pelayanan
kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit (termasuk
stress dan kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan).
Setiap
individu/orang
mempunyai
perbedaan
karakteristik
mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai
perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
29
Setiap individu mempunyai perbedaan struktur social, mempunyai
perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola
penggunaan pelayanan kesehatan.
Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan
kesehatan.
2. Karakteristik kemampuan(enabling characteristics)
Karakteristik ini menggambarkan kondisi yang memungkinkan orang
memanfaatkan pelayanan kesehatan karena walaupun mempunyai predisposisi
untuk menggunakan pelayanan kesehatan namun tidak akan menggunakannya,
kecuali jika ia mampu menggunakannya. Kemampuan tersebut berasal dari
keluarga (misalnya: penghasilan dan simpanan/tabungan, asuransi kesehatan atau
sumber lainnya) dan dari komunitas (misalnya: tersedianya fasilitas dan tenaga,
lamanya menunggu pelayanan serta lama waktu yang digunakan untuk mencapai
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut/lokasi pemukiman). Jadi, pengguna
pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan konsumen untuk
membayar.
3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan enabling dapat terwujud bila hal itu dirasakan
sebagai kebutuhan.Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk
menggunakan pelayanan kesehatan, jika factor predisposisi dan enabling itu ada.
Kebutuhan dibedakan menjadi 2 karakter yaitu dirasa atau perceived (subyek
assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).
Universitas Sumatera Utara
30
Perceived need dapat diukur dengan perasaan subyektif terhadap
penyakit (misalnya: jumlah hari sakit, gejala-gejala sakit yang dialami dan laporan
tentang keadaan kesehatan umum). Sedangkan evaluated merupakan evaluasi
klinis
terhadap penyakit yakni penilaian beratnya penyakit dari dokter yang
merawatnya biasanya berdasarkan keluhan-keluhan yang mungkin memerlukan
pengobatan, dari hasil pemeriksaan dan diagnosa.
2.6
KERANGKA KONSEP
Menurut Anderson (1974) dalam Muzaham (2007) :
Faktor Predisposisi
1.
2.
3.
4.
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Sikap
Faktor Pemungkin
1. Keterjangkauan
2. Penghasilan
Pemanfaatan Puskesmas
Faktor Kebutuhan
1. Kondisi Kesehatan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara
31
2.6
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka konsep,
maka hipotesis penelitian ini terdapat pengaruh faktor predisposisi (meliputi
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap) dan faktor pemungkin (meliputi
keterjangkauan dan penghasilan) dan faktor kebutuhan (kondisi kesehatan)
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di Puskesmas Desa Binjai Kota Medan Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara