Peran Komunikasi Internal dalam Meningkatkan Team Work Engagement

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arus globalisasi yang semakin meningkat mendorong setiap organisasi
untuk semakin berkembang, dan membawa tantangan baru bagi organisasi
untuk tetap mempertahankan eksistensinya ditengah persaingan yang semakin
kompetitif. Dalam persaingan ini, organisasi memerlukan sebuah kekuatan
dan sistem dalam dunia usaha yaitu memiliki sumber daya manusia. Sumber
daya manusia merupakan aset terpenting dalam sebuah organisasi, karena
manusia merupakan aset yang unik dan satu - satunya aset yang bernyawa
yang memiliki kompetensi dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas serta
kewajibannya secara lebih baik (Riza, 2014).
Setiap organisasi berusaha untuk dapat mengembangkan sumber daya
manusia yang ada di dalamnya agar dapat maksimal dalam bekerja dan secara
bersama-sama mencapai tujuan organisasi (Rahajeng, 2012). Organisasi juga
harus menyadari bahwa semakin kompetitifnya lingkungan bisnis mereka,
maka organisasi harus meningkatkan loyalitas karyawan. Ketika karyawan
sudah terikat (engaged) dengan suatu perusahaan maka karyawan memiliki
suatu kesadaran terhadap bisnis. Kesadaran akan bisnis perusahaan ini yang
membuat karyawan akan memberikan seluruh kemampuan terbaiknya
terhadap perusahaan (Nusatria, 2011). Hal ini merupakan ciri utama dari suatu

keberhasilan organisasi dalam sumber daya manusia yaitu terdapatnya work
engagement pada organisasi (Lintangsari, Yusuf & Priyatama, 2012).
1
Universitas Sumatera Utara

Menurut Schaufeli dan Bakker (2003) work engagement merupakan
suatu keadaan emosional yang persisten, yang karakteristiknya terdapat ada
tingkatan yang lebih tinggi pada kesenangan, aktivitasi pekerjaan dan mampu
menangani tuntutan pekerjaan mereka. Work engagement kemungkinan besar
ada dalam sebuah tim. Didalam tim, individu dapat memahami dan mengamati
perilaku rekan kerja mereka. Ketika orang-orang berinteraksi secara teratur,
perilaku mereka dapat diamati dan dipahami oleh individu (Costa, Passos &
Bakker, 2014).
Tim yang memiliki persepsi sama dalam situasi atau kondisi yang sama
ini disebut level of team engagement. Contohnya, Sutton (1991) mengatakan
bahwa ketika anggota tim mengekspresikan emosi mereka dengan jelas, maka
akan mempermudahkan mereka (tim) untuk menilai keadaaan afektif anggota
yang lain. Hal ini akan membentuk persepsi tim yang sama karena didasarkan
pada informasi yang jelas. Pada waktu bersamaan, ketika team work
engagement menampilkan emosi positif, ini akan membantu/memperkuat

persepsi tim dan akan memberikan dampak positif (energi dan antusiasme)
pada tim, maka hal ini disebut level of team work engagement tinggi.
Sedangkan level of team work engagement rendah dikatakan ketika tim
memiliki motivasi kerja yang rendah, tingkat ketekunan dan kinerja yang
rendah, hal inilah yang nantinya akan mengakibatkan terjadinya konflik antar
tim, feedback dan orientasi yang tidak sesuai yang diharapkan anggota tim,
kritikan dari pimpinan yang agresif cenderung membuat anggota tim menjadi
depresi (Costa, Passos & Bakker, 2014).

2
Universitas Sumatera Utara

Team work engagement adalah suatu kondisi positif, pemenuhan, dan
motivasi yang muncul secara bersamaan dari pekerjaan yang berhubungan
dengan kesejahteraan. Team work engagement sendiri memiliki komponen
yang dikarakteristikan melalui team vigour, team dedication, team absorption
dan komponen ini merupakan multidimensi yang ditandai dengan dimensi
afektif dan kognitif (Schaufeli & Bakker, 2010). Individu yang memiliki
keterikatan kerja akan memiliki semangat yang tinggi, antusiasme dalam
bekerja dan mereka seringkali terhanyut dengan pekerjaannya, sehingga

pekerja memiliki kinerja dan produktivitas yang tinggi (Xanthoupoulou,
Bakker & Fishbach, 2013) dan individu yang tidak memiliki keterikatan kerja
akan menunjukkan kinerja yang rendah, kurangnya usaha dan kaku (May,
Gilson & Harter, 2004).
Sebuah studi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
work engangement diukur pada tingkat kolektif dan organisasi dan
menunjukkan hasil positif pada tim. Menurut Torrente, Salanova, Llorens, &
Schaufeli (2011) meneliti pada individu yang bekerja dalam kelompok/tim,
dimana hasilnya menunjukkan bahwa kegiatan engangement (yaitu, pekerjaan
dan tugas) meningkatkan pengaruh positif kolektif (yaitu, kenyamanan,
antusiasme, kepuasan). Team work engagement cenderung menampilkan
emosi positif saat bekerja, seperti kenikmatan dan kebanggaan, dan secara
aktif terlibat dalam proses tim (Marks, Mathieu, & Zaccaro, 2001). Ketika
suatu tim sudah terikat (engaged) terhadap perusahaan maka tim akan menjadi

3
Universitas Sumatera Utara

lebih produktif dan memiliki keinginan untuk tetap bertahan pada tim
(Schaufeli & Bakker, 2010).

Hayase

(2002)

menyatakan kunci

utama

dalam

meningkatkan

engagement pada perusahaan adalah komunikasi. Komunikasi pada tim
merupakan usaha-usaha untuk melakukan interaksi dan pertukaran informasi
yang terjadi antar anggota tim dalam mencapai tujuan bersama (Goldhaber,
1993). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Marks, Mathieu, & Zaccaro
(2001) yang menyatakan suatu keberhasilan tim dalam mencapai tujuan,
tergantung bagaimana cara anggota tim berinteraksi satu sama lain dalam
menyelesaikan pekerjaannya dan tim yang dapat mengurangi, konflik, mencari
solusi yang baru dan mau menerima pendapat yang berbeda maka hal ini

sangat baik dalam mengembangkan team work engagement (Naumann &
Bennett, 2000).
Adanya kesalahan dalam berkomunikasi atau kurangnya komunikasi,
pada interaksi antar anggota tim, ini akan memberikan dampak yang kurang
menguntungkan bagi organisasi, sebab kondisi yang tidak harmonis tersebut
akan mengganggu terlaksananya tugas-tugas teknis dalam mencapai tujuan
tim dan dapat menurunkan level of team work engagement (Bobek, Daugherty
& Radtke, 2012). Level of team engagement dapat meningkat ketika terjadinya
perubahan seperti adanya pemimpin baru yang dapat mengkomunikasikan
dengan baik bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah, menetapkan suatu
tujuan dengan jelas, dan membawa suasana lebih energik/ kondusif.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam team work engagement tidak

4
Universitas Sumatera Utara

langsung terjadi hal ini tergantung pada peristiwa perubahan interaksi pada
anggota tim (Costa, Passos & Bakker, 2014). Oleh karena itu untuk
membangun engagement diperlukan sebuah komunikasi internal (Ariani,
2015).

Komunikasi yang terjadi dua arah secara timbal balik merupakan
komunikasi efektif dalam mencapai kesuksesan suatu organisasi yang dapat
dipengaruhi oleh kapabilitas dan kompetensi dari kerja sama antar tim dalam
organisasi (Nurrohim & Anatan, 2009). Dalam hal ini, komunikasi yang
efektif merupakan komunikasi internal. Di mana komunikasi internal dapat
mencapai suatu efektivitas dalam proses komunikasi kerja dan membawa
harmoni di organisasi, serta dapat menerima informasi penting yang benar
untuk pekerjaan mereka pada waktu yang tepat (Rahajeng, 2012). Effendy
(2004) menyatakan bahwa komunikasi internal adalah pertukaran informasi
timbal balik secara horizontal dan vertikal antara atasan dan bawahan di dalam
perusahaan

yang

menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi

dan

manajemen). Komunikasi internal memiliki tiga kategori yaitu komunikasi
horizontal, komunikasi vertikal dan komunikasi diagonal.

Yates (2006) mengatakan bahwa komunikasi internal merupakan
pendorong utama dari engagement. Komunikasi internal dapat meningkatkan
kemampuan intelektual dan kreativitas individu yang bermanfaat bagi
organisasi (Mishra, Boynton & Mishra 2014). Seperti, pada saat bekerja sama
dalam tim, diperlukan proses komunikasi yang kuat, memiliki keterampilan
dan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan fokus pada

5
Universitas Sumatera Utara

pekerjaannya. Sebaliknya tim yang bekerja sama tetapi tidak dapat
berkomunikasi dengan baik akan menghambat pekerjaan mereka (Bobek,
Daugherty, & Radtke, 2012). Menurut Saks (2006) komunikasi yang jelas dan
intensif akan meningkatkan engagement.
Papalexandris dan Galanaki (2009) menyatakan bahwa engagement
dipengaruhi oleh komunikasi internal. Berdasarkan penelitian Bobek,
Daugherty & Radtke (2012) di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa
lebih dari 70% tim dalam penelitiannya dapat menyelesaikan tantangan yang
diberikan. Dalam penelitian ini faktor utama penyelesaian masalah yang
dihadapi oleh tim adalah karena adanya kerja sama tim dan komunikasi yang

berjalan baik pada saat tantangan berlangsung. Menurut Beaubien & Baker
(2006) adanya pengaruh kerja sama yang baik dalam cara kerja tim dapat
meningkatkan team work engagement dalam organisasi. Tim yang
berkerjasama untuk menyelesaikan tugas, dan kerjasama ini akan terwujud
dengan maksimal, jika ada komunikasi yang baik dalam tim.
Dari uraian diatas, komunikasi merupakan hal yang penting dalam
membangun hubungan antar atasan-bawahan, sesama anggota tim. Team work
engagement sendiri bukan merupakan hal yang mudah untuk dipertahankan.
mengingat loyalitas dan komitmen begitu sulit untuk didapatkan atau dimiliki.
Komunikasi merupakan hal yang penting dalam menciptakan suatu hubungan
yang baik, terutama dalam usaha menciptakan work engagement pada tim.
Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas dapat dilihat betapa
pentingnya peran komunikasi internal dalam meningkatkan team work

6
Universitas Sumatera Utara

engagement, oleh karena itulah penulis tertarik mengambil judul “Peran
Komunikasi Internal Dalam Meningkatkan Team Work Engagement ”.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada peran komunikasi internal dalam meningkatkan team work
engagement ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada peran komunikasi internal dalam
meningkatkan team work engagement.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diaharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis, adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat mengenai
peran komunikasi internal dalam meningkatkan team work engagement
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang psikologi, khususnya
dalam Psikologi Industri dan Organisasi.

7

Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi
mengenai

tingkat

komunikasi

internal dan tingakat

team

work

engagement.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
1. Bab I : Pendahuluan
Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab II : Landasan Teori
Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan
permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
komunikasi internal dan team work engagement.
3. Bab III : Metode Penelitian
Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu
identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen dan
alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel dan metode
analisis data.

8
Universitas Sumatera Utara

4. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan
Berisikan mengenai tentang gambaran umum subjek penelitian, uji asumsi,
hasil utama penelitian, hasil tambahan penelitian dan pembahasan
mengenai hasil penlitian.
5. Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisikan mengenai kesimpulan yang dapat diberikan dari hasil penelitian
serta saran metodologis dan saran praktis.

9
Universitas Sumatera Utara