Sejarah Perjalanan Demokrasi di Indonesi

Sejarah Perjalanan Demokrasi di Indonesia
Nasional
Author admin - October 29, 2014
0
Demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan negara, dimana sistem tersebut
mengizinkan rakyat “memimpin” diwakili oleh badan-badan negara demi mewujudkan
kedaulatan rakyat. demokrasi di Indonesia sendiri sebenarnya sudah muncul sejak zaman
penjajahan Belanda dimana pada masa itu banyak orang-orang dari kaum elit yang
disekolahkan oleh Belanda dan banyak membaca tentang pemerintahan luar negeri sehingga
mereka terekspos pada sistem demokrasi negara barat.
Perjalanan Demokrasi di Indonesia
Pada masa Orde Lama yang berlangsung dari awal tahun 1950, mulai terjadi banyak
perpecahan pada sistem sosial di Indonesia menyusul berakhirnya perjuangan bersama untuk
menjaga kemerdekaan Indonesia. Perpecahan tersebut menyerang hampir seluruh lini mulai
dari kultur, moral, tradisi, kekristenan, Marxisme, dan ketakutan bahwa masyarakat Jawa
akan mendominasi dunia politik. Karena perbedaan ini, beberapa gerakan separatis mulai
muncul dan menentang republik Indonesia, seperti misalnya Darul Islam yang ingin
mendirikan Negara Islam Indonesia dan melakukan serangan gerilya pada tahun 1948 hingga
1962. Di Maluku juga terjadi hal yang sama, dimana masyarakat Ambon yang pada masa itu
adalah bekas tentara Hindia Belanda menuntut kemerdekaan terhadap Republik Maluku
Selatan. Hal yang sama juga muncul di Sumatera dan Sulawesi pada tahun 1955 dan 1961.


Perjalanan demokrasi di Indonesia dimulai dengan Demokrasi Liberal yang diterapkan pada
tahun 1950 dimana saat itu terjadi banyak sekali pergantian kabinet, dimana kabinet paling
sukses hanya dapat berjalan 2 tahun. Bahkan, pemilihan umum pertama yang dilangsungkan
pada tahun 1955 gagal membawa kestabilan politik pada Indonesia.

Pada Oktober 1956, Soekarno melakukan kunjungan resmi ke Republik Rakyat Tiongkok
dimana ia terpukau dengan perkembangan yang ada disana setelah perang sipil. Soekarno
berkesimpulan bahwa hal ini dipengaruhi oleh kemampuan Mao Zedong untuk memimpin,
dimana sentralisasi kekuatannya sangat kontras dengan kekacauan politik di Indonesia.
Setelah pulang dari kunjungan tersebut pada 30 Oktober 1956, Soekarno membicarakan
konsep barunya tentang sistem pemerintahan yang baru dimana 2 hari sebelumnya ia
meminta partai-partai politik untuk dikubur. Awalnya, partai-partai tersebut menolak, tapi
setelah diberi tahu bahwa mereka tidak harus dihancurkan, Partai Komunis Indonesia (PKI)
memberikan dukungan mereka pada Soekarno.
Pada 21 Februari 1957, Soekarno membeberkan detil rencananya. Ia menekankan bahwa
pada tingkat pedesaan, pertanyaan-pertanyaan harus diselesaikan dengan tujuan mencapai
kosensus. Model pengambilan keputusan ini lebih cocok dengan Indonesia dibandingkan
demokrasi ala barat. Dengan sistem yang kemudian menjadi tonggak sejarah demokrasi di
Indonesia bernama Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno menggambarkan bahwa ia akan

memimpin para tetua desa pada level nasional.
Demokrasi terpimpin dicetuskan oleh Soekarno karena beberapa Sebab:


Alasan keamanan, yaitu beberapa gerakan separatis yang menyebabkan
ketidakstabilan politik pada masa demokrasi liberal.



Alasan ekonomi, dimana penggantian kabinet saat demokrasi liberal diterapkan
menimbulkan banyak perbedaan program, sehingga sektor ekonomi terhambat
pembangunannya.



Alasan politik, dimana gagalnya penyusunan UUD yang beri demi menggantikan
UUDS 1950.

Yang menjadi awal dari masa ini adalah Soekarno memerintahkan untuk kembali
menggunakan UUD 1945 dan meninggalkan UUDS 1950. Perintah tersebut tentu saja menuai

banyak protes dari anggota konstituante, meski tak sedikit juga yang setuju. Demi
menyelesaikannya dengan adil, diadakan sebuah pemungutan suara oleh seluruh anggota
dengan hasil 269 suara setuju untuk kembali menggunakan UUD ’45, dan 119 tidak setuju.
Hasil voting yang berat sebelah itu menyimpulkan bahwa perintah Soekarno akan
dilaksanakan.
Masa demokrasi terpimpin ini dipenuhi dengan kerjasama orang-orang atas PKI dengan
kaum borjuis, dimana mereka menekan pergerakan yang dilakukan oleh para buruh dan juga
petani-petani yang ada di Indonesia. Hal yang dilakukan oleh para borjuis dan pimpinan PKI
ini gagal dan banyak efek domino yang terjadi seperti turunnya pendapatan ekspor, devisa
yang terus turun cadangannya, inflasi yang terus melonjak naik, hingga korupsi yang terus
terjadi. Terjadinya semua itu mendorong banyaknya demonstrasi yang digerakkan oleh para
buruh, mahasiswa dan petani.
Pada 30 September 1965, terjadi sebuah insiden yang diberi nama “Gerakan 30 September”
(G30S) yang menewaskan 6 perwira TNI yang paling senior saat itu. Setelah aksi ini ditutup
dengan pembersihan komunis yang menewaskan 500.000 jiwa dan secara total
menghancurkan PKI, Soekarno terpaksa melakukan transfer kekuatan politik dan militer
kepada Soeharto. Soeharto akhirnya resmi ditunjuk sebagai presiden pada tahun 1968.

Meski naiknya Soeharto membawa kestabilan di bidang ekonomi dan politik, terjadi
perubahan lagi dalam sejarah demokrasi di Indonesia dimana partai politik disederhanakan

menjadi hanya tiga kekuatan besar yaitu: Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang adalah
gabungan dari NU, PSSI, PERTI, dan Parmusi; Partai Demokrasi Indonesia (PDI), gabungan
Partai Katolik, Parkindo, IPKO, PNI, Partai Murba, dan Golongan Karya (Golkar). Ini
dilakukan untuk memberikan kestabilan bangsa dan negara karena pada masa Orde Lama
terlalu banyak perbedaan pandangan politik hingga menyebabkan perpecahan yang hebat.
Selama pemerintahan Orde Baru juga terjadi 6 kali pemilu yang masing-masing diadakan
selama 5 tahun sekali mulai dari 1971 hingga 1997.
Sejarah demokrasi di Indonesia terus berlanjut hingga di masa reformasi. Masa ini diawali
dengan mundurnya presiden Soeharto dan digantikan BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Demokrasi pada era ini berlangsung terus menerus melanjutkan tradisi pada masa Orde Baru,
yaitu setiap 5 tahun sekali. Meski begitu, jumlah partai yang ada semakin bertambah seiring
waktu dan total partai terbanyak dalam pemilu adalah pada tahun 2009 yaitu 38 parpol
nasional ditambah 6 parpol lokal di Aceh.
Ternyata cukup berliku ya perjalanan demokrasi di Indonesia, semoga artikel diatas dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Selain itu semoga sistem demokrasi yang
kita gunakan sekarang ini dapat mencerminkan asas dari sistem demokrasi yang sebenarnya.
Mari bersama-sama kita dukung dan mengawasi kinerja pemerintahan yang ada, karena
dalam demokrasi rakyatlah yang punya andil besar dalam kemajuan sebuah Negara. Akhir
kata Terima kasih telah mengunjungi Kumpulan Sejarah.
Share


Search for:

Headline


Sejarah Pembuatan Patung Liberty



Sejarah Pembangunan Menara Eiffel



Sejarah Perang Mu’tah – 3.000 Pasukan Muslim Melawan 200.000 Pasukan Romawi



Sejarah Keberadaan Gereja di Indonesia – Tempat Ibadah Umat Kristen




Sejarah Asal Usul Batu Hajar Aswad

© Copyright