Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba : Kajian Tindak Tutur

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batak Toba merupakan salah satu sub suku etnik adat Batak, disamping
terdapat sub suku lainnya, yaitu Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak,
Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Salah satu yang menjadi ciri pembeda
antara puak atau sub etnis diatas adalah bahasa dan letak geografisnya.
Etnik Batak Toba sebagai etnik kebudayaan memiliki kebiasaan
melaksanakan upacara atau ritual adat. Pada prinsipnya kegiatannya tersebut
bersifat sakral dan sangat melekat dalam setiap proses kehidupan bagi
masyarakatnya. Menurut Burner upacara adat etnik Batak Toba dikenal dengan
istilah yaitu sisoli-soli do adat, artinya setiap anggota etnik adalah satu kesatuan
bergotong royong dan berpartisipasi dalam upacara adat.
Menurut Simatupang bukunya Adat dan Budaya Batak Toba (2016:3)
prinsip upacara adat kebudayaan etnik Batak Toba berpegang teguh pada prinsip
Dalihan Na Tolu sebagai deep culture atau budaya yang mengakar bagi orang
Batak merupakan alas biak berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam berbagai bentuk dan tingkat adat istiadat, pergaulan, kegiatan sosial
kemasyarakatan lainnya dalam rangka mengaktualisasikan adat dan budaya Batak
Toba.
Dalihan Na Tolu merupakan komponen dasar dalam adat istiadat etnik

Batak Toba. Sebagai komponen dasar, istilah ini disebut sebagai suatu lambang
yang diasosiasikan dengan sistem sosial Batak yang juga mempunyai arti sebagai
tiga penopang,

yakni Hula-Hula (wife giving party), Dongan Sabutuha

1

Universitas Sumatera Utara

(collateral), dan Boru (wife receiving party). Olehnya dalam pelaksanaan upacara
adat Batak Toba konsep Dalihan Na Tolu selalu digunakan untuk mengatur posisi
adat etnik tersebut.
Dalam pelaksanaan upacara adat, selain terdapat unsur Dalihan Natolu
sebagai sistem sosialnya, dalam kaitan ini bahasa memiliki peranan yang sangat
penting. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan
gagasan, pikiran, maksud dan tujuan kepada orang lain. Sebagai salah satu
manifestasi kebudayaan, penggunaan bahasa Batak Toba tidak dapat dipisahkan
dari keduanya, karena merupakan satu kesatuan yang melekat.


Bahasa Batak Toba terus berkembang dan berfungsi sebagai alat
komunikasi, pendukung, dan lambang etnik Batak Toba. Fungsi tersebut dapat
diamati melalui kegiatan-kegiatan anggota etnik dalam berkomunikasi antar
sesamanya. Mengungkap maksud dan isinya seorang penutur bahasa sering
menyampaikannya melalui upacara adat. Salah satu upacara adat yang lahir, hidup
dan berkembang di tengah-tengah etnik Batak Toba dan diwariskan secara turuntemurun salah satunya adalah upacara memasuki rumah baru.

Upacara adat memasuki rumah baru bagi etnik Batak Toba disebut
Mangompoi Jabu. Dahulu, upacara tersebut merupakan suatu ritual adat yang
sakral dan sangat melekat bagi etnik Batak Toba. Kegiatan tersebut
diinterpretasikan sebagai ungkapan rasa syukur bilamana memiliki rumah baru
sebagai bagian dari peradatan. Upacara ini dalam suatu keluarga hanya sekali
dilakukan sampai Sari Matua/ Saur Matua (penghujung usia). Rumah yang baru
ditempati tersebut melibatkan unsur Dalihan Na Tolu.

2

Universitas Sumatera Utara

Sitorus (2009) Hal yang perlu dikerjakan dalam pelaksanaan pada upacara

Mangompoi Jabu:

1. Mamboan Tumpak (barang pemberian) yaitu masing-masing ada yang
membawa uang “hepeng”, makanan hasil tanaman “parbue pir”, dan
menjujung beras “mangkunti eme”.
2. Manjalo Haroro Hulahula yaitu : Menyambut kedatangan pihak
pemberi istri.
3. Pasahat Tudu-Tudu Sipanganon yaitu: menyampaikan pemberian
makanan.
4. Pasahat Ulos yaitu : Memberikan ulos oleh pihak Hulahula.
5. Marbagi Jambar yaitu pemberian jatah makanan.
6. Marhata Sigabegabe yaitu musyawarah pihak yang terlibat.
Kalimat merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
informasi, gagasan, ide dalam kebudayaan. Kalimat sebagai satuan bahasa
mengandung arti sebagai rentetan kata yang disusun secara sistematis berdasarkan
kaidah pembentukannya. Menurut Richards (dalam Rahardi 2007:71) setiap kata
dalam rentetan itu memiliki makna sendiri-sendiri dan urutan kata-kata itu
menentukan jenis-jenis kalimatnya. Berdasarkan nilai komunikatifnya, kalimat
dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) kalimat
berita (deklaratif), (2) kalimat perintah (imperatif), (3) kalimat tanya (interogatif),

(4) kalimat seruan (eksklamatif), dan (5) kalimat penegas (empatik).
Penelitian ini memuat tentang Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu
Etnik Batak Toba : Kajian Tindak Tutur. Dalam penelitian ini akan dijelaskan
kalimat imperatif apa saja yang digunakan dalam upacara mangompoi jabu pada
etnik Batak Toba beserta makna dan fungsinya. Kalimat imperatif dalam upacara
mangompoi jabu lebih dominan digunakan pada saat pelaksanaan upacara adat
ini. Kalimat imperatif yang disampaikan dapat berupa suruhan yang tegas, serta
permohonan yang sangat halus yang bersifat tuturan langsung dan tidak langsung.
3

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan kalimat imperatif yang dipakai bervariasi seperti permintaan
tolong dengan nada halus, ajakan, dan suruhan untuk melaksanakan atau
mengerjakan tugas atau peran dalam adat. Atas dasar hal tersebutlah penulis
mengkaji kalimat imperatif sebagai salah satu objek kajian penelitian. Lokasi
penelitian berada di Kabupaten Samosir. Peneliti membatasi pengertian upacara
adat mangompoi jabu pada upacara adat yang terdapat pada Toba Holbung sesuai
dengan objek penelitian yang berasal dari daerah Samosir.
Penulis memilih judul “Kalimat Imperatif


Upacara Mangompoi Jabu

Etnik Batak Toba : Kajian Tindak Tutur”, penulis tertarik untuk mengenal,
mengetahui, dan memahami suatu upacara adat Batak Toba dari sisi tuturannya.
Keinginan ini timbul karena adanya rasa cinta dan tanggung jawab atas kelestarian
upacara adat tersebut terlebih untuk memahami secara linguis fungsi dan makna
tuturan imperatif. Upacara adat mangompoi jabu dalam hal ini adalah upacara
adat Batak Toba, yang menurut pengamatan penulis jarang dilaksanakan dan
diteliti oleh para ahli maupun lainya.
Sangat disayangkan upacara adat ini dalam sisi tuturan percakapan dalam
acara adat belum diteliti dan ditindaklanjuti secara serius. Selanjutnya, karena
sebahagian dari beberapa daerah asal suku Batak Toba, upacara adat Mangompoi
Jabu telah bergeser secara nilai-nilai karena perkembangan zaman yang serba
instan. Faktor-faktor tersebutlah yang menarik perhatian penulis untuk memilih
upacara Mangompoi Jabu sebagai objek penelitian.

4

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.

Kalimat imperatif apa saja yang digunakan dalam upacara Mangompoi Jabu
etnik Batak Toba?

2.

Fungsi kalimat imperatif pada upacara Mangompoi Jabu etnik Batak Toba?

3.

Makna kalimat imperatif pada upacara Mangompoi Jabu etnik Batak Toba?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.


Mendeskripsikan kalimat imperatif apa saja yang digunakan dalam upacara
Mangompoi Jabu etnik Batak Toba.

2.

Menjelaskan apa fungsi kalimat imperatif upacara Mangompoi Jabu Etnik
Batak Toba.

3.

Menjelaskan apa makna kalimat imperatif upacara Mangompoi Jabu Etnik
Batak Toba.

1.4 Manfaat Penelitian
Berikut manfaat dari penelitian ini diantaranya:
1.

Menambah wawasan pengetahuan dan informasi tentang kalimat imperatif
pada upacara Mangompoi Jabu etnik Batak Toba.


2.

Sebagai bahan referensi penelitian berikutnya tentang kalimat imperatif pada
upacara Mangompoi Jabu etnik Batak Toba.

3.

Sebagai bahan bacaan dan kepustakaan Departemen Sastra Daerah, Program
Studi Sastra Batak, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

5

Universitas Sumatera Utara

4.

Merupakan cara melestarikan budaya Batak Toba khususnya dalam kalimat
imperatif pada upacara Mangompoi Jabu etnik Batak Toba.

6


Universitas Sumatera Utara