Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba : Kajian Tindak Tutur Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
yang bersifat deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007:4).
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran secara utuh
mengenai suatu hal yang akan diteliti. Penelitian kualtitatif berhubungan dengan
ide, pendapat, dan kepercayaan yang kesemuanya didapatkan melalui bahasa.
3.2
Lokasi dan Sumber Data
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah asal suku Batak Toba yang
menggunakan bahasa Batak Toba dialek Holbung.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh langsung melalui
informan. Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225).
3.3
Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh penulis dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi, 2010).
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan alatperekam suara (tape recorder), kamera digital, serta alat tulis.
21
Universitas Sumatera Utara
Tape recorder digunakan untuk merekam data lisan saat wawancara, kamera
digital digunakan untuk mengambil gambar, serta alat tulis digunakan untuk
mencatat, cacatan tersebut berupa catatan lapangan.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Data yang terkumpul haruslah data lingual yang sahih (valid) dan sekaligus
terandal atau terpercaya (reliable), karena hanya dengan kesahihan dan
keterandalan itu dimungkinkan dilakukan langkah awal analisis yang diharapkan
benar dan tepat (Sudaryanto, 1990).
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan mengunakan tiga
cara yaitu:
a. Metode kepustakaan (library research) yaitu dengan mencari data dari
buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.
b. Observasi
Penulis mengumpulkan data melalui pengamatan langsung pada lokasi
penelitian. Penulis mengamati bagaimana budaya dan bahasa Batak Toba yang
berada Kabupaten Samosir. Serta hasil pengamatan digunakan penulis sebagai
informasi tambahan dalam penelitian.
c. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terbuka. Penulis bertanya langsung kepada informan yang dipilih, yaitu pihakpihak yang berkompeten yang dianggap mampu memberikan gambaran dan
informasi yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam
penelitian ini (Sugiyono, 2009:140).
22
Universitas Sumatera Utara
3.5
Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis
sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain
(Sugiyono, 2009:244).
Dalam metode analisis data ini, penulis menggunakan metode kulitatif
deskriptif. Data yang diperoleh memalui wawancara penelitian akan di analisis
dengan menggunakan analisis desriptif kualitatif yaitu dengan perolehan data
hasil wawancara yang dilakukan dengan informan kemudian dideskripsikan
secara menyeluruh.
Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penulis membuat trakskip hasil wawancara dengan kembali memutar
rekaman terhadap informan.
2. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik
kemudian di transformasikan kedalam catatan.
3. Selanjutnya penulis membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu
mengambil data sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data
yang tidak diperlukan.
4. Melakukan penyajian data yaitu berupa penjelasan dan pengelompokan
berdasarkan kalimat imperatif upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba.
5. Setelah semua data tersaji, permasalahan yang menjadi objek penelitian
dapat dipahami, maka kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan
hasil dari penelitian.
23
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan : (1) Wujud kalimat imperatif, (2)
Fungsi Kalimat Imperatif , (3) Makna kalimat imperatif upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba yang di deskripsikan sebagai berikut :
4.1. Wujud Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba
Realisasi maksud imperatif dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Rahardi (2008:93),
makna pragmatik
imperatif tuturan sangat bergantung oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud
dapat bersifat ektra dan intra linguistik. Dari upacara mangompoi jabu etnik
Batak Toba, peneliti menemukan klasifikasi wujud pragmatik sebagai berikut:
1) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah
Imperatif langsung yang mengandung makna perintah dapat dilihat, misalnya
pada contoh (1), (2), (3) pada bagian berikut. Tuturan makna pragmatik imperatif
perintah bercirikan kalimat yang menggunakan tanda seru, menggunakan kata ma
atau lah dalam kalimat. Perlu dicatat bahwa untuk membuktikan apakah masingmasing tuturan mengandung makna perintah, tuturan itu dapat dikenakan teknik
prafrasa atau teknik ubah wujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis
linguistik struktural. Contoh tuturan pada bagian berikut dapat dipertimbangkan
untuk memperjelas hal ini.
(1)
Pasahaton dengke ! Pasahaton dengke ma sian raja nami raja ni
hulahula tu hasuhuton!
24
Universitas Sumatera Utara
‘Berikanlah ikan itu raja kami! Memberikan ikanlah raja kami raja hulahula
kepada pihak hasuhuton!’
Informasi Indeksial :
Tuturan dari raja parhata dengan semua pihak kerabat dalam upacara
tersebut untuk menerangkan bahwa dalam hal ini hulahula segera untuk
menyerahkan ikan kepada pihak keluarga hasuhuton.
(2). Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu
dongan sahuta! hombar tu adat na masa di luat on.
’ Memintlah kami pengarahan dari dongan tubu, terlebih dari kalian pihak
dongan sahuta! supaya cocok dengan adat yang sesuai dengan acara adat
yang di kampung ini ’.
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang
terdapat pada kalimat tersebut adalah Paidua Nisuhut (Adik Laki-laki Ayah)
dalam percakapan upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, Paidua
Nisuhut memerintahkan atau mempersilahkan untuk menyampaikan katakata arahan nasehat atau pendapat dalam pelaksanan adat .
(3).
Jolo himpu ma jolo hamuna di alaman paima ro jou-jou sian
hasuhuton!
‘ Berkumpullah dulu kalian di halaman sembari menunggu panggilan dari
hasuhuton’.
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (3), mengandung makna perintah. Perintah dibutuhkan
oleh leksikon yang terdapat pada kalimat tersebut adalah penutur (Raja
25
Universitas Sumatera Utara
Hata) dalam percakapan upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba,
memerintahkan atau mempersilahkan pihak keluarga untuk menyambut
semua pihak kerabat yang akan datang dalam ritual tersebut.
Di dalam pemakaian bahasa daerah Batak Toba pada upacara mangompoi
jabu, terdapat beberapa makna pragmatik imperatif perintah yang tidak saja
diwujudkan dengan tuturan imperatif. Imperatif yang demikian dapat disebut
dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna pragmatiknya
melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Contoh
tuturan (4) dan (5) berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan
ini.
(4) pangidoan nami tu hamu hulahula nami dohot tulang nam, mangarade
ma hamu asa ro hami!
‘Permintaan kami kepada hulahula kami dan tulang kami bersiap-siaplah
kalian supaya kami pun datang’.
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang
terdapat pada kalimat tersebut adalah pihak keluarga (hasuhuton) dalam
percakapan
upacara
mengisyaratkan
pihak
mangompoi
(hulahula)
jabu
untuk
pada
etnik
bersiap-siap
Batak
Toba,
sedia
untuk
membimbing pihak keluarga dalam upacara tersebut.
(5) Dos ma rohanta manjalo hata ni pamoruonta didok rohanami
dumenggan ma molo haha parhundul na manjalo.
‘Satulah kiranya hati kita menerima ucapan tersebut yang disampaikan dari
hati kami, lebih baiklah kiranya kalau abang kami yang menerima’.
26
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang
terdapat pada kalimat tersebut adalah pihak (hulahula) dalam percakapan
upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba,
mengisyaratkan
kesemua pihak terkuhus kepada pihak keluarga agar tetap sehati sepikir
dalam memahami maksud penyampaian dari pihak (hulahula).
2) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan
Berdasarkan apa yang dikemukakan Rahardi (2008:96), imperatif bermakna
suruhan ditandai kesantunan bege atau dengar, songonon atau seperti ini, dan
tong ma atau tetaplah kiranya. Dalam upacara mangompoi jabu rtnik Batak Toba,
berikut tuturan (6), (7), (8) yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan
yaitu:
(6) Antong molo songon i, mauliate ma ! molo dos rohanta di dok roha
nami, bege ma! songon on ma parbagi na. Osang-osang, jambar ni hulahula. Di goari ma parbagi na sada-sada.
’Jadi kalau begitu, terima kasihlah! Kalau satu hatinya kita seperti yang
kami sampaikan, dengarkanlah! Beginilah pembagiannya. Dagu-dagu
bagiannya hulahula. Dinamakanlah pembagiannya satu-satu’.
Informasi Indeksial :
Suruhan pada contoh kalimat (4) di atas adalah paidua ni suhut menyuruh
peserta upacara untuk mengambil bagian makanan (marbagi panjambaran)
yang sudah disedikan pihak keluarga (hasuhuton) “bege ma! Songon on ma
parbagi na” adalah suruhan untuk mendengarkan serta menyimak apa yang
pihak paidua ni suhut (adik laki-laki ayah) sampaikan.
27
Universitas Sumatera Utara
(7) Di na pasahat hata pasu gabe, songonon ma partordingna.
‘ Dalam menyampaikan kata-kata berkat, seperti inilah urutannya’
Informasi Indeksial :
Suruhan pada contoh kalimat (5) di atas adalah raja hata menerangkan
urutan aturan pelaksanaan ritual upacara adat oleh mangompoi jabu pada
etnik Batak Toba. Kalimat pragmatik suruhan tersebut ditekankan agar
semua pihak yang terlibat agar memperhatikan urutan pelaksanaan adat
tersebut.
(8) Nuaeng pe di hamu boru nami tong ma mangarade hamu asa hupasahat
hami dengke na huboan hami tu hamu. ‘ Sekarang pun untuk kalian boru
kami tetaplah kalian bersiap-siap supaya kami sampaikan dengke yang kami
bawa kepada kalian.’
Informasi Indeksial :
Suruhan pada contoh kalimat (5) di atas adalah hulahula mengarahkan
kepada pihak keluarga (hasuhuton) untuk tatap kiranya mempersiapkan diri
dalam menyambut pemberian ikan dari pihak (hulahula). Persiapan yang
dimaksud adalah mengambil posisi untuk ritual penyerahan “tudu-tudu
sipanganon” atau ikan yang sudah disediakan.
3) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan
Sesuai dengan teori Rahardi 2008:97), imperatif bermakna permintaan
ditandai dengan penanda kesopanan urupi atau menolong, dan dipangido
dimintakan. Pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, peneliti
menemukan imperatif bermakna permintaan, seperti tuturan (9), (10) yaitu:
28
Universitas Sumatera Utara
(9) Urupi parboru dohot dongan sahuta ma nasida pasahat parbagian
panjambaran!
‘Bantu parboru dan dongan sahuta lah mereka menyampaikan pembagian
panjambaran.’
Informasi indeksial (9) adalah raja parhata (pembicara) meminta kepada
pihak parboru dan dongan sahuta untuk membantu membagi panjambaran
atau daging yang sudah disediakan kepada semua pihak. Panjambaran atau
daging tersebut disediakan berdasarkan porsi yang sudah ditentukan.
(10)
Dipangido ma sahalak martangiang sian horong ni suhut.
‘Dimintakanlah satu orang untuk membawakan doa dari horong ni suhut’’
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (10) adalah raja parhata mempersilahkan dari pihak
keluarga hasuhuton, sebelum marsipanganon atau acara makan bersama
untuk membawa doa makan. Permintaan tersebut ditujukan kepada pihak
keluarga sebagai bentuk rasa syukur atas berkat makanan yang dilimpahkan
Tuhan Yang Maha Esa kepada keluarga khususnya dan semua pihak pada
umumnya.
Dari penelitian, didapatkan bahwa makna imperatif permintaan itu banyak
diungkapkan
dengan
konstruksi
nonimperatif.
Sebagai
contoh
dapat
dipertimbangkan tuturan-tuturan (11), (12), (13) sebagai berikut.
(11) Dihamu raja i hulahula nami dohot tulang nami, ala naung simpul hita
marsipanganon, laos hombar tu tingki tauduti ma muse ulaonta raja nami.
‘Kepada kalian raja hulahula dan tulang kami, karena sudah selesai kita
makan bersama, maka kita lanjutkanlah lagi acara kita raja kami.’
29
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (11) adalah pihak hulahula mempersilahkan kepada
semua pihak untuk segera bersiap-siap melanjutkan kembali acara tersebut
setelah acara makan bersama. “Tauduti ma muse” adalah kalimat pragmatik
permintaan dengan konstruksi nonimperatif, untuk melanjutkan kembali
acara mangompoi jabu tersebut.
(12) Hu pasahat hami ma muse tudutudu ni sipanganon on tu ham, asa boi
pasahaton muna tu angka hasahatan na hombar tu adat ta i.
‘Kami sampaikanlah lagi tudutudu ni sipanganon ini kepada kalian, agar
kalian bisa menyampaikannya kepada setiap penyampaian yang tepat sesuai
dengan adat kita.’
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (12) adalah pihak (hulahula) menyampaikan tudutudu
sipanganon kepada pihak (parboru) agar semua sesuai dengan permintaan
“parboru” terlebih agar tujuan yang sesuai dengan aturan adat.
(13) Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu
dongan sahuta.
‘Kami mintakanlah penjelasan dari dongan tubu, terlebih dari kalian dongan
sahuta.’
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (13) adalah pihak keluarga hasuhuton menyampaikan
permintaan pengarahan agar semua sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
yang sesuai dengan aturan adat. Kata mangido ma hami merupakan tuturan
imperatif bermakna permintaan oleh pihak keluarga untuk diberikan
30
Universitas Sumatera Utara
wejangan atau pengarahan dari pihak semarga terkhusus dari kerabat satu
kampung.
4) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan
Imperatif bermakna permohonan ditandai dengan penanda kesantunan
“mohon” atau “somba”, sekiranya atau “sai” digunakan untuk memperhalus
(Rahardi, 2008:99). Dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba,
imperatif bermakna permohonan yang ditemukan terdapat pada bagian tengah
percakapan. Imperatif bermakna permohonan yang dimaksud (14), (15), (16)
yaitu:
(14) Somba nami tu raja nami, raja ni hulahula, pasahat ma dengke tu
hasuhuton!
‘Sembah kami kepada raja kami, rajanya hulahula, sampaikanlah dengke
kepada hasuhuton!’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (14) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu
permohonan kepada hulahula untuk memberikan ikan (makanan) yang
sudah tersedia untuk diberikan kepada pihak keluarga atau hasuhuton. Kata
somba nami raja nami merupakan tuturan imperatif bermakna permohonan
yang dituturkan kepada pihak hulahula. Secara teknis Raja parhata
(pembicara)
memohon
kepada
pihak
hulahula
untuk
bersedia
menyampaikan ikan (dengke) atau pasahat dengke.
(15) Tubu ma tandiang di topi aek Sibarabara, Sai gok ma jolma diginjang,
gok pinahan ma tombara.
31
Universitas Sumatera Utara
‘Lahirlah pohon pakis di tepi air Sibarabara, Banyaklah orang di atas,
banyak ternaklah dikolong’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (15) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu
permohonan berupa doa dari pihak hulahula, agar pihak hasuhuton
mendapat pertolongan berupa anak cucu yang banyak dan ternak yang
banyak pula. Kata sai gok merupakan tuturan imperatif bermakna
permohonan yang dituturkan oleh pihak hulahula kepada pihak hasuhuton.
(16) Tubu ma simarlasuna, lata ni tobu di holangholangna, Sai hot ma
jabunta on di batuna jala togu di hajongjonganna.
‘Tumbuhlah simarlasuna, bibitnya tebu di antaranya, tetaplah rumah kita ini
pada pondasinya dan di tempat berdirinya.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (16) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu
permohonan berupa doa dari pihak raja parhata atau pembicara, agar pihak
hasuhuton mendapat pertolongan berupa rumah yang sejuk dan kokoh.
Kata sai hot merupakan tuturan imperatif bermakna permohonan yang
dituturkan oleh pihak raja parhata dalam bentuk doa, agar melalui upacara
adat mangompoi jabu tersebut menjadi penopang kebaikan bagi pihak
keluarga.
5) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan.
Fokus utama pada imperatif bermakna desakan adalah intonasi penutur
(Rahardi, 2008:100). Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba imperatif
bermakna desakan bercirikan intonasi keras, dan biasanya diungkapkan dengan
32
Universitas Sumatera Utara
penanda kesantunan ayo, mari atau ‘beta’ sebagai permarkah makna. Selain itu
kadang-kadang digunakan juga kata harap, harus atau ‘arop’, ‘ikhon’ untuk
memberikan penekanan pada maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan
dalam kalimat ini cendrung lebih keras dibandingkan dengan tuturan imperatif
lainnya.
(17) Inkon rade do hamu dongan sahuta nami!
‘Harus kumpulah kalian kerabat sekampung kami!’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (17) mengandung kalimat imperatif bermakna desakan. Yaitu
desakan dari pihak ‘raja parhata’ kepada pihak ‘dongan sahuta’. Terdapat kata
‘ingkon’ atau harus sebagai kalimat imperatif bermakna desakan.
6) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan.
Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya
diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari (Rahardi, 2008:102),
atau beta dalam bahasa Batak Toba. Pada upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba, ditemukan kalimat imperatif bujukan (17), (18), yaitu :
(18) Masuk ma hamu amang inang!
‘Masuklah kalian bapak ibu!
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (18) mengandung imperatif bermakna bujukan. Yaitu bujukan
dari pihak keluarga atau hasuhuton, agar semua pihak kerabat untuk masuk
kedalam rumah agar ritual adat upacara mangompoi jabu dapat
dilaksanakan. Kata Masuk ma merupakan tuturan imperatif bermakna
33
Universitas Sumatera Utara
bujukan yang dituturkan oleh pihak keluarga atau hasuhuton kepada semua
pihak keluarga yang terlibat dalam acara adat.
(19) Pos do roha nami siboto adat siboto uhum do hamu, jala angka na
hombar di parbagi ni parjambaran nunga tung tangkas i diboto hamu
hombar tu bidang ni gokhon muna, bahen hamu ma na uli i!
‘Percayanya hati kami yang tahu adat yang tahu aturannya kalian, dan setiap
sesuai di pembagian panjambaran sudah sangat jelas kalian ketahui sesuai
dengan ke undangan kalian, kalian buatlah yang baik itu!’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (19) mengandung imperatif bermakna bujukan. Yaitu bujukan
dari pihak dongan sahuta atau kerabat satu kampung kepada pihak raja
parhata atau pembicara, tentang pembagian daging atau panjambaran. Kata
pos do roha nami merupakan tuturan imperatif bermakna bujukan yang
dituturkan oleh pihak kerabat satu kampung atau dongan sahuta kepada
pihak raja parhata sebab pembagian daging atau panjambaran sudah pasti
sesuai dengan aturan adat yang berlaku.
7) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan.
Imperatif bermakna imbauan lazimnya digunakan bersama pertikel “lah”
(Rahardi, 2008:103) atau ma dalam bahasa Batak Toba. Pada percakapan upacara
adat mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif bermakna imbauan terdapat
pada kalimat (20), (21) di bawah ini:
(20) Mardangka bulung bira, martampuk bulung labu, mauliate ma di
Tuhanta ai nungnga tipak hamu marjabu.
34
Universitas Sumatera Utara
‘Beranting daun talas, bertangkai daun labu, terima kasihlah di Tuhan
karena sudah resmi kalian punya rumah.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (20) mengandung imperatif bermakna imbauan. Yaitu
imbauan kepada semua pihak kerabat adat, agar kiranya mengucap syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena acara mangompoi jabu sudah selesai
dan berlangsung sukses.
(21) Nunga dipasahat hulahula dohot tulang tu hita taringot di tudutudu ni
sipanganon.
‘Sudah disampaikan hulahula dengan tulang kepada kita teringat di
tudutudu ni sipanganon.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (21) mengandung imperatif bermakna imbauan. Yaitu
imbauan oleh raja parhata atau pembicara, memberikan informasi bahwa
pihak hulahula dan tulang sudah selesai menyampaikan tudutudu
sipanganon.
Maksud atau makna pragmatik imperatif jenis ini dapat pula diwujudkan
dengan bentuk-bentuk tuturan nonimperatif, seperti yang telah disampaikan pada
bagian terdahulu. Berkenaan dengan hal ini tuturan (21) berikut dapat menjadi
contoh.
(22) On pe amang suhut nami, songon ni dok ni si jolojolo tubu i, sai jolo ni
nangnang do asa ni nungnung, sai jolo pinangan do ipe asa sinungkun!
‘Ini pun bapak suhut kami, seperti yang dibilang orang tua dulu, tunggu
berpikir dulu maka diucapkan, tunggu dimakannya baru bertanya.’
35
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (22) mengandung imperatif bermakna imbauan nonimperatif.
Yaitu imbauan nonimperatif dari pihak keluarga atau hasuhuton kepada
semua pihak kerabat, agar kiranya sebulum berkata-kata dalam adat
sebaiknya menyantap makanan terlebih dahulu.
8) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan.
Imperatif persilaan dalam bahasa indonesia menggunakan penanda makna
“silakan” (Rahardi, 2008:104) atau silahkan makan haru allang dalam bahasa
Batak Toba. Dalam percakapan upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba,
imperatif bermakna persilaan terdapat pada kalimat (23) di bawah ini:
(23) Pahundul hamu ma rajanami.
‘ Silahkan duduk raja kam ’.
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (23) pihak keluarga atau hasuhuton mempersilakan kepada
semua pihak kerabat pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba
tersebut untuk duduk ditempat yang sudah disediakan. Kalimat pahundul
merupakan bentuk imperatif persilaan.
Makna pragmatik tuturan imperatif persilaan pada komunikasi upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba dapat ditemukan juga di dalam bentuk tuturan
nonimperatif. Tuturan itu dapat dilihat pada contoh tuturan (23) berikut.
(24) Sititi ma sihoma golanggolang pangarahutna, Ba tung songon dia pe
nuaeng na pinatupa ni suhuttna, ba sai godangma ni pasuna.
‘Sedikit banyaknya yang dihidangkan, yang bagaimanapun semua yang
telah kami sediakan, mudah-mudahan banyak berkatnya.’
36
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (24) pihak keluarga atau hasuhuton mempersilakan kepada
semua pihak kerabat pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba
tersebut untuk makan seadanya yang sudah disediakan.
9) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan.
Makna ajakan ditandai dengan penanda kesantunan mari atau ayo (Rahardi,
2008:106). Dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, kalimat
imperatif bermakna ajakan terdapat pada kalimat (25), (26) di bawah ini:
(25) Beta tauduti ma ulaonta, mangampu ma hasuhuton, parjolo ma boru ni
suhut, ipe asa suhut.
‘Mari kita ikuti acara ini, menyambutlah hasuhuton, terlebih dahululah boru
ni suhut, baru setelah itu suhut.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (25) pihak raja parhata atau untuk mengajak kembali
melanjutkan acara adat kembali karena sebelumnya rehat untuk makan
bersama. Kata beta tersebut merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna
ajakan pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.
(26) Sipaboaon ma tutu siangkup na songon na hundul sidongan na songon
na mardalan.
’Sampaikanlah untuk tetap saling menolong seperti teman yang duduk
dalam perjalanan.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (26) pihak keluarga atau hasuhuton untuk mengajak semua
pihak untuk saling merangkul atau tolong menolong dalam setiap perjalanan
37
Universitas Sumatera Utara
kehidupan. Kata sipaboaon tersebut merupakan bentuk kalimat imperatif
bermakna ajakan pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.
10) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan
izin.
Imperatif dengan makna permintaan izin biasanya ditandai dengan
penggunaan ungkapan penanda kesantunan bermakna mari dan boleh (Rahardi,
2008:107). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif
bermakna izin ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak
Toba pada kalimat (27), (28) yakni :
(27) Alai tahe mangalap hata hami tu haha ni parhundul, boha di roha
muna haha ni parhundul nda denggan do songon i ?
‘Tetapi kami meminta kata-kata kepada haha ni parhundul, bagaimana
dalam hati kalian haha ni parhundul tidak baik yang begitu? ‘
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (27) merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna
permintaan izin pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba. Pihak
hulahula meminta izin kepada pihak parboru untuk menyerahkan tudutudu
sipanganon. Kata denggan do songoni tersebut merupakan bentuk kalimat
imperatif bermakna permintaan izin pada upacara mangompoi jabu etnik
Batak Toba.
(28) Ba molo i do hape amang suhut nami lapatan ni parpunguan ta on, na
uli ma i tutu jala na denggan?.
‘Lah kalau begitunya bapak suhut kami maknanya pertemuan kita ini,
indahnya itu dan yang baik?’
38
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (28) merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna
permintaan izin pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba. Pihak raja
parhata atau pembicara meminta izin kepada pihak keluarga atau hasuhuton
apakah hal yang dimaksud berkenan untuk dijalankan.
11) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif mengizinkan.
Imperatif
bermakna
mengizinkan
lazimnya
menggunakan
penanda
kesantunan silahkan (Rahardi, 2008:108). Namun dalam memaknai hasil
pengolahan
data,
peneliti
menemukan
beberapa
kalimat
dengan
tidak
menggunakan tanda kesantunan, namun dapat dimaknai sebagai pemberian izin.
Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif bermakna
mengizinkan terdapat pada kalimat (29), (30) sebagai berikut:
(29) Nauli jala na denggan, molo nunga tipak hami marjabu.
‘Yang baik dan yang bagus, jika sudah resmi kami punya rumah.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (29) bermakna imperatif mengizinkan, yaitu pihak keluarga
atau hasuhuton memberikan izin untuk melanjutkannya karena selesai
membangun rumah adalah wujud kebahagian bersama (hagabeon).
(30) Gabe ma jala horas, nunga nauli pandohan ni anggi parhundul i,
denggan ma di pature raja ni pamoruon.
‘Baguslah dan horas, sudah bagus yang dikatakan oleh anggi parhundul i,
baiklah kiranya di perbaiki rajanya pamoruon.’
Informasi Indeksial :
39
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat (30) bermakna imperatif mengizinkan, yaitu pihak tulang
memberikan izin untuk pihak hulahula melanjutkannya karena pihak
hulahula sudah tepat menyampaikannya. Kata Gabe ma jala horas
merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna mengizinkan.
12) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan.
Imperatif bermakna larangan ditandai dengan penggunaan kata “jangan”
(Rahardi, 2008:109). Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif
bermakna larangan tidak selalu berbentuk struktural yang ditemukan, seperti pada
kalimat (31), (32) yaitu:
(31) “Adong pe jabu ianggo so na marpahala do jabu i ndang denggan
bongotan i”.
‘Adapun rumah tapi kalau tidak yang terberkatinya rumah itu tidak bagus
untuk ditempati.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (31) merupakan kalimat imperatif bermakna larangan dari
hulahula pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, kalimat
bermakna larangan agar rumah yang dibangun bukan malah menjadi
perselisihan, melainkan menjadi terang buat keluarga.
(32) Alualuhon molo naeng tamba hamu inang dohot damang, unang alang
alangan.
‘Katakanlah jika mau tambah kalian ibu dan bapak, jangan segan.
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (32) merupakan kalimat imperatif bermakna larangan dari
hulahula pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, kalimat
40
Universitas Sumatera Utara
bermakna larangan supaya jangan segan dalam makan bersama bila hendak
tambah. Kata unang merupakan tuturan imperatif bermakna larangan.
13)
Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan.
Imperatif bermakna harapan mengunakan penanda kesantunan harap dan
semoga (Rahardi, 2008:111). Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba
yang ditemui seperti pada kalimat (33), (34) sebagai berikut:
(33) “Sai ma masumasu ma Tuhanta lam di tambai dihami hagabeon dohot
panamotan tu joloan sa on, asa boi dope nian patupa on nami sipanganon
na gumodang jala na tumabo”.
‘Semogalah diberkati Tuhan kita dan semakin ditambahkan kepada kami
kesuksesan dan rezeki yang lebih banyak kedepannya, agar bisa kiranya
kami persiapkan makanan yang lebih banyak dan lebih enak.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (33) merupakan kalimat imperatif bermakna harapan dari
pihak keluarga atau hasuhuton, supaya diberkati Tuhan yang maha kuasa
kita semua karena bisa makan bersama dengan semua keluarga dalam acara
mangompoi jabu tesebut. Kalimat imperatif bermakna harapan ditandai
dengan kata penanda kesantunan “Sai ma”.
(34) Duru ni hauma panuanan ni sanggesangge, sahat ma hamu saurmatua
mangingani jabunta on huhut horas jala gabe.
’Diluarnya ladang tanaman serai, sampailah kamu saurmatua tinggal
dirumah ini dan sehat serta sukses.’
Informasi Indeksial :
41
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat (34) merupakan kalimat imperatif bermakna harapan dari
pihak hulahula supaya rumah tersebut menjadi rumah yang dihuni hingga
kelak mereka tua dan untuk anak cucunya. Kalimat imperatif bermakna
harapan ditandai dengan kata penanda kesantunan “Sahat ma”.
14) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan.
Imperatif bermakna umpatan relatif digunakan dalam komunikasi sehari-hari
(Rahardi, 2008:112). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif,
imperatif bermakna umpatan tidak ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba.
15) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian
ucapan selamat.
Imperatif bermakna pemberian ucapan selamat juga digunakan dalam
komunikasi non formal sehari-hari (Rahardi, 2008:113). Berdasarkan analisis
klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif bermakna pemberian selamat yang
ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, seperti pada
kalimat (35) berikut :
(35)
Sai uli dohot tiar ma tutu panggabean dohot parhorasan di hita
tujoloan, alai boi hamu marulaon mangompoi jabu.’Bagus dan teranglah
tetap panggabean dengan parhorasan di kita kedepannya, sehingga bisa
kalian melaksanakan acara mangompoi jabu.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (35) merupakan kalimat imperatif bermakna pemberian
ucapan selamat dari pihak hulahula sebab bisa melaksanakan upacara adat
mangompoi jabu, disertai dengan doa agar rumah menjadi sukacita buat
42
Universitas Sumatera Utara
pihak keluarga. Kalimat imperatif bermakna pemberian ucapan selamat
ditandai dengan kata penanda kesantunan “sai uli”.
16) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian
ucapan anjuran.
Secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran ditandai dengan
penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya (Rahardi, 2008:114). Berdasarkan
analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif bermakna anjuran yang
ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, seperti pada
kalimat (36) yakni:
(36) Molo boi nian, parjolo ma mandok hata sian hulahula. ‘Kalau bisa
kiranya, terlebih dahululah mengucapkan kata-kata dari hulahula.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (36) merupakan kalimat imperatif bermakna anjuran dari
raja parhata atau pembicara dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba, supaya hulahula mengambil bagian pertama untuk memberikan
sepatah dua patah kata nasehat. Kalimat imperatif bermakna anjuran
tersebut di tandai dengan kata“Molo boi nian”.
17) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian
ucapan ngelulu.
Ngelulu bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun
sebenarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu (Rahardi,
2008:116). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif
bermakna anjuran tidak ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba.
43
Universitas Sumatera Utara
4.2 Fungsi Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba.
Dalam (Rahardi 2008:93) mengatakan makna pragmatik imperatif dalam
bahasa Indonesia dapat diwujudkan dengan tuturan yang bermacam-macam.
Fungsi pragmatik imperatif, itu kebanyakan tidak diwujudkan dengan tuturan
imperatif melainkan tuturan nonimperatif. Dari penelitian, didapatkan bahwa
fungsi pragmatik imperatif banyak diungkapkan dalam tuturan deklaratif, tuturan
interogratif, dan ekspresif. Penggunaan tuturan nonimperatif untuk menyatakan
makna pragmatik imperatif itu, biasanya, mengandung unsur ketidaklangsungan.
Dengan demikian, dalam tuturan-tuturan nonimperatif itu terkandung aspek fungsi
pragmatik imperatif.
a. Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Deklaratif
Dalam (Rahardi 2008:134) mengatakan tuturan pragmatik imperatif dapat
diidentifikasikan pada tuturan imperatif, tuturan pragmatik imperatif itu dapat
juga diidentifikasikan di dalam tuturan deklaratif. Dari penelitian, didapatkan
bahwa pragmatik imperatif pada tuturan deklaratif dapat dibedakan menjadi
beberapa macam yang satu persatu diuraikan pada bagian-bagian berikut:
1) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Suruhan.
Lazimnya, makna imperatif suruhan diungkapkan dengan tuturan imperatif.
Tuturan imperatif yang digunakan untuk menyatakan fungsi suruhan itu,
dapat dilihat pada contoh tuturan-tuturan berikut.
(37) Parjolo ma hupasahat hami tu boru, dungi annon mandok hata ma sian
hita na mardongan tubu.
44
Universitas Sumatera Utara
‘Terlebih dahulu kami sampaikan kepada boru, setelah itu mengucapkan
kata-katalah dari kita yang kerabat semarga.’
Informasi Indeksial :
Dituturkan oleh raja parhata kepada dongan tubu di dalam upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba yang mana giliran dongan tubu untuk
berkata-berkata pada upacara mangompoi jabu.
(38) Jomput ma boras napir tu simanjujung ni suhut i dohot tu sude
iananghonna!
‘Taburlah beras yang elok ke kepalanya suhut itu dan kepada semua anakanaknya.’
Informasi Indeksial :
Dituturkan oleh raja parhata kepada pihak hulahula di dalam upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba untuk menaburkan beras ke kepala pihak
keluarga atau hasuhuton.
(39) Laos udut ma muse mandok hata sian dongan sahuta.
‘Jadi ikutilah lagi penyampaian kata-kata dari dongan sahuta.’
Informasi Indeksial :
Dituturkan oleh raja parhata kepada pihak dongan sahuta di dalam upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba untuk melanjutkan kata-kata.
2) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Ajakan.
Seperti yang telah disampaikan (Rahardi 2008:136) makna imperatif ajakan
sering dituturkan dengan menggunakan tuturan imperatif dengan penanda
45
Universitas Sumatera Utara
kesantunan beta atau ayo. Penggunaan kesantunan yang demikian, dapat
dilihat pada contoh-contoh tuturan () berikut ini.
(40) Antong ganup ma hita pasahathon hata si gabegabe lumobi hata
tangiang tu suhutta keluarga dibagas on.
‘Jadi masing-masing kita menyampaikan kata sigabegabe terlebih kata
tangiang kepada suhut keluarga di tempat ini.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh raja hata pada saat upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba, ajakan untuk mengucapkan pesan doa kepada pihak
keluarga.
3) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Permohonan.
Di depan sudah disampaikan bahwa makna tuturan imperatif permohonan
secara linguistik,
dapat
diidentifikasikan dari
munculnya
penanda
kesantunan mohon. Selain itu, makna imperatif permohonan dapat pula
diungkapkan dengan menggunakan bentuk pasif dimohon. Penggunaan
bentuk pasif itu, lazimnya digunakan dalam kesempatan-kesempatan formal
dan
serimonial.
Tuturan-tuturan
berikut
dapat
dicermati
dan
dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(41) Jumpang ma na ni luluan dapot na jinalahan.
‘Ketemulah yang dicari dapatlah yang diminta.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh pihak hulahula kepada pihak keluarga atau
hasuhuton dalam menyampaikan pesan untuk kesejaterahaan keluarga.
46
Universitas Sumatera Utara
4) Tuturan Deklaratif persilaan yang Menyatakan Makna Pragmatik
Imperatif Persilaan.
Tuturan imperatif yang menyatakan makna persilaan, biasanya ditandai oleh
penanda kesantunan silakan. Untuk maksud-maksud tertentu yang lebih
formal dan seremonial, sering digunakan bentuk pasif dipersilahkan seperti
dapat dilihat dalam contoh tuturan berikut.
(42) Namarngingi : jambar ni Tulang.
‘Yang bergigi : bagiannya tulang.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan raja parhata kepada pihak hulahula dalam upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba, tuturan disampaikan
pada saat
pembagian jambar.
(43) Ihur-ihur : di suhut dohot haha anggi na.
‘Ekor-ekor : kepada suhut dan haha anggi na.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan raja parhata kepada pihak keluarga dan atau
adiknya dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, tuturan
disampaikan pada saat pembagian jambar.
5) Tuturan Deklaratif persilaan yang Menyatakan Makna Pragmatik
Imperatif Larangan.
Imperatif yang bermakna larangan dapat ditemukan pada tuturan imperatif
yang berpenanda kesantunan jangan. Selain itu, imperatif larangan juga
ditandai oleh pemakaian bentuk pasif dilarang, tidak diperkenankan, tidak
47
Universitas Sumatera Utara
diperbolehkan pada tuturan. Berkenaan dengan hal ini , contoh tuturan
berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan.
(44) Diorai do hita molo dang marangkup diulaonta, asa gabe jabu
namarpahala.
‘Dimarahinya kita kalau tidak berteman di adat acara, supaya bagus dan
terbekati rumah.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan larangan dari pihak dongan sahuta kepada pihak
keluarga dalam upacara adat mangompoi jabu etnik Batak Toba. Tuturan
disampaikan sebagai pesan untuk saling tolong menolong atau saling
merangkul baik dalam adat.
b. Pragmatik Imperatif dalam tuturan Interogratif.
Rahardi 2008:136) disampaikan bahwa makna pragmatik imperatif dapat
diwujudkan dengan tuturan deklaratif, hal yang sama ternyata banyak
ditemukan
pula
pada
tuturan-tuturan
yang
konstruksi
interogratif.
Digunakannya tuturan interogratif untuk menyatakan makna pragmatik
imperatif itu, dapat mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup
besar.
1) Tuturan Interogratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Perintah.
Lazimnya, tuturan interogratif digunakan untuk menyatakan sesuatu
kepada si mitra tutur. Dalam kegiatan bertutur yang sebenarnya,
tuturan interogratif dapat pula digunakan untuk menyatakan maksud
atau makna pragmatik imperatif. Makna pragmatik imperatif
48
Universitas Sumatera Utara
perintah, misalnya dapat diungkapkan dengan tuturan interogratif ini.
Berkaitan dengan hal itu perlu dicermati dan dipertimbangkan contoh
tuturan berikut dalam upacara mangompoi jabu.
(45) Ise do mambaen tangiang? sian hulahula ma molo dang adong
sian pangula ni huria.
‘Siapanya yang membuat doa? Dari hulahula lah jika tidak ada dari
pendeta.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan kalimat yang ditanyakan oleh pihak raja hata
kepada semua pihak kerabat, dan di dalamnya terdapat kalimat
perintah untuk pihak hulahula membawa dalam doa.
2) Tuturan Interogratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Ajakan.
(46) “Nunga sahat be sude angka na ginokhon ni suhut, mamungka
hata ma paidua ni suhut”.
‘Sudah sampailah semua yang diundang suhut, kata pembukalah dari
paidua ni suhut.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan kalimat interogratif yang disampaikan oleh
pihak raja hata kepada semua pihak, selanjutnya untuk hasuhuton
pihak keluarga membuka percakapan.
3) Tuturan Interogratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Permohonan.
49
Universitas Sumatera Utara
(47) Adong muse hata sitambahon muna raja nami raja ni dongan
sahuta, Dalan marbatubatu, dalan tu simataniari; sai gok ma jolma
dijabu, sai gok mas ma di lamari. Boti ma hata nami amang suhut.!
‘Ada lagi kata yang mau ditambahkan raja kami dongan sahuta, Jalan
yang berbatu, jalan mata air; banyaklah orang dirumah, banyaklah
emas dilemari. Begitulah kata dari kami bapak suhut!.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan kalimat interogratif yang disampaikan oleh
pihak raja hata kepada pihak dongan sahuta, selanjutnya dongan
sahuta memberikan kata-kata kepada pihak
keluarga untuk
menyampaian pesan.
4) Tuturan Interogratif Yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Persilaan.
(48) Raja Parhata : Nungnga boi ta buhai acara ta on?
‘Sudah bisa kita mulai acara kita ini?
Hasuhuton : Tapaima ma santokin uduran sian dongan tubu. ‘Kita
tunggulah sebentar giliran dari dongan tubu.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan cuplikan percakapan antara raja parhata
kepada pihak hasuhuton pada saat upacara mangompoi jabu mau
dimulai.
c. Pragmatik Imperatif dalam tuturan ekspresif
Rahardi 2008:140) disampaikan bahwa makna pragmatik imperatif dapat
diwujudkan dengan tuturan deklaratif, hal yang sama ternyata banyak
50
Universitas Sumatera Utara
ditemukan
pula
pada
tuturan-tuturan
yang
konstruksi
ekspresif.
Digunakannya tuturan interogratif untuk menyatakan makna pragmatik
imperatif itu, dapat mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup
besar.
1) Tuturan Ekspresif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Perintah.
(49) Jolo mardos roha ma jolo Hahadoli dohot Anggidoli dohot
Dongan Sahuta ise na gabe panise.
‘Tunggu bersepakatlah dulu kalian hahadoli dan anggidoli dengan
kerabat sekampung siapa yang menjadi pembesuk”
Informasi Indeksial :
Tuturan (49) merupakan kalimat ekspresif bermakna perintah, adanya
rasa saling bersepakat untuk saling menyapa, menegur, dan
membesuk. Tuturan tersebut memiliki makna kesenangan bagi pihak
Hahadili dan Dongan Sahuta karena adanya rasa saling berinteraksi.
2) Tuturan Ekspresif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Ajakan.
(50) Mandok Mauliate ma hudok hami tu Debata marhahipason do
hamu sude na huparsangapi hami dohot inanta soripada bolas sahat
tu inganan on.
‘Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan kepada kalian semua yang
kami kasihi bisa berkumpul diacara ini”
Informasi Indeksial :
51
Universitas Sumatera Utara
Tuturan (50) merupakan kalimat ekspresif bermakna ajakan, adanya
rasa gembira dan turut bersyukur bisa berkumpul dalam acara
mangompoi jabu oleh pihak hasuhuton kepada semua kerabat.
Tuturan ekspresif ini bermakna ajakan untuk senantiasa bersykur
kepada
Tuhan
Yang
Maha
Esa
akan
pernyetaannya
bisa
melangsungkan upacara mangompoi jabu.
4.3 Makna Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba.
1. Lokusi
Tindak lokusi pada makna kalimat imperatif ditemukan pada upacara mangompoi
jabu etnik Batak Toba. Seperti pada tuturan (51) menjadi pertimbangan sebagai
berikut.
(51) Osang : jambar ni Hulahula !
‘Dagu ; bagiannya hulahula!
Informasi Indeksial :
Tuturan terjadi pada saat pembagian jambar atau daging oleh pihak raja
parhata atau protokol disampaikan kepada pihak hulahula. Tuturan berupa
tindak tutur lokusi pada kalimat imperatif bermakna persilaan.
Makna : Analisisnya pihak raja parhata atau protokol memberikan
informasi tentang pembagian jambar, maksudnya jelas merupakan persilaan
berupa informasi dari pihak raja parhata untuk menerima jambar atau
daging.
52
Universitas Sumatera Utara
2. Ilokusi
Tindak Ilokusi pada makna kalimat imperatif ditemukan pada upacara mangompoi
jabu etnik Batak Toba. Adapun tuturan (52), (53), dan (54) adalah sebagai berikut.
(52)
Pangidoan nami di hamu hulahula nami dohot tulang nami
mangarade ma hamu asa ro hami pasahat tudutudu ni sipanganon tu
adopan muna.
‘Permintaan kami di kalian hulahula kami dan tulang kami bersiap-siaplah
kalian supaya datang kami menyampaikan tudutudu sipanganon ke hadapan
kalian.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya pemberian tudu-tudu
sipanganon, Tuturan berupa tindak ilokusi pada kalimat imperatif bermakna
permintaan. Tuturan permintaan disampaikan oleh paidua ni suhut atau
pihak kedua keluarga.
Makna : Analisisnya yaitu pihak keluarga menginformasikan sekaligus
meminta agar pihak hulahula mengambil tempat dan mempersiapkan diri
untuk memberikan tudutudu sipanganon.
(53) langsung ma tu hundulan na pinarade ni suhut i.
‘Langsunglah ke tempat duduk yang sudah disediakan oleh suhut.’
Informasi Indeksial :
53
Universitas Sumatera Utara
Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya upacara adat mangompoi
jabu etnik Batak Toba. Tuturan tersebut disampaikan oleh raja hata atau
protokol kepada pihak hasuhuton atau keluarga. Tuturan ini merupakan
tindak ilokusi pada makna kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba.
Makna : Mengarahkan hadirin untuk segera duduk ketempat yang sudah
disediakan, dan bersiap-siap karena acara akan segera dimulai.
(54) laos ta pirpirhon dompak ginjang tolu hali huhut mandok : horas,
horas, horas.
Terus kita hentakkan ke atas tiga kali sambil mengatakan : horas, horas,
horas.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya upacara adat mangompoi
jabu etnik Batak Toba. Tuturan tersebut disampaikan oleh raja hata atau
protokol kepada semua hadirin. Tuturan ini merupakan tindak ilokusi pada
makna kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.
Makna : Mengarahkan hadirin untuk menghentakkan ulos keatas dan
berkata: horas, horas, horas sebagai bentuk ucapan syukur.
4. Perlokusi
Tindak perlokusi pada makna kalimat imperatif ditemukan pada upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba. Adapun tuturan (50) menjadi pertimbangan
sebagai berikut.
54
Universitas Sumatera Utara
(55) Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu
dongan sahuta hombar tu adat na masa di luat on.
‘Memintalah kami pengarahan dari dongan tubu, terlebih dari kalian dongan
sahuta yang sesuai dengan aturan adat yang berlaku dikampung ini.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat pembagian panjambaran atau daging oleh
pihak paidua ni suhut atau keluarga kepada pihak dongan tubu dan dongan
sahuta. Tuturan berupa tindak tutur perlokusi pada kalimat imperatif
bermakna permintaan.
Makna : Analisisnya pihak paidua ni suhut meminta pengarahan kepada
pihak dongan tubu atau dongan sahuta tentang kebijaksanaan membagi
jambar, apakah semua prosesnya sudah sesuai dengan aturan adat dan
kebiasaan di desa tersebut, agar pihak tersebut tidak kecewa dalam
menerima porsi panjambaran atau daging yang dimaksud.
(56) Di poda ni natuatua, adong pe jabu ianggo so na marpahala do jabu i
ndang denggan bongotan i.
‘Pada nasehat orang tua, adapun rumah tapi tidak terberkatinya rumah itu
tidak bagus itu ditempati.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat pihak paidua ni suhut menjawab atau
mangalusi kata-kata nasehat atau poda dari semua pihak kerabat. Tuturan
ini berupa tindak tutur perlokusi pada kalimat imperatif bermakna larangan.
55
Universitas Sumatera Utara
Makna : Analisisnya paidua ni suhut mengambil suatu nasehat berupa
larangan dari nenek moyang, menjelaskan rumah tersebut harus menjadi
kebaikan buat keluarga dan orang lain bukan malah menjadi malapetaka,
sehingga pihak keluarga harus menjadikan rumah tersebut sebagai tempat
namarpahala atau yang bermakna buat keluarga atau orang lain.
(57) Sai manumpak ma amanta Pardenggan Basa i, sai diramoti ma
tongtong jabunta on, asa sai hot bagasta on di batuna, togu di
rangsangrangsang na jala momos di pangarahutna.
‘Kiranya Tuhan pengasih menolong, di lindungi juga rumah kita, supaya
kokoh di pondasinya, kokoh di tempatnya.’
Informasi Indeksial :
Tuturan terjadi pada saat percakapan antara hasuhuton atau pihak keluarga
dengan pihak dongan tubu dan dongan sahuta, tuturan berupa tindak tutur
lokusi pada kalimat imperatif bermakna harapan.
56
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Setelah
melakukan
serangkaian
pengolahan,
penganalisisan,
dan
pembahasan menjawab hipetesis dari penelitian yang peneliti lakukan kesimpulan
penelitian ini, yaitu :
1. Bentuk kalimat imperatif yang digunakan dalam upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba : kajian tindak tutur menunjukkan adanya kesantunan secara
pragmatik dan linguistik. Contoh dalam kalimat permintaan : Santabi ma di hamu
na huparsangapi hami. Mandok hatama sian hasuhuton.
‘Permisilah kepada kalian yang kami hormati. Berkatalah dari pihak keluarga’.
Memberikan kata-kata dari pihak hasuhuton’.
2. Wujud kalimat imperatif dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba
menunjukkan bentuk kesantunan secara pragmatik dan linguistik, dan terdapat
(15) lima belas wujud kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu etnik
Batak Toba dari (17) tujuh belas kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia.
3. Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba menunjukkan (3) tiga fungsi
kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba yakni fungsi
deklaratif, interogratif, dan ekspresif.
4. Pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba mengandung makna
pragmatik imperatif. Seperti lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
57
Universitas Sumatera Utara
5.2
SARAN
Bertitik tolak dari kesimpulan, peneliti menyarankan beberapa hal yang perlu
berkaitan dengan pembelajaran kalimat imperatif upacara mangompoi jabu etnik
Batak Toba: Kajian Tindak Tutur, yaitu :
1. Dalam pelaksanaan upacara adat Mangompoi Jabu pada masyarakat Batak
Toba kalimat imperatif dominan digunakan berdasarkan jenis-jenis kalimat.
Karena tanpa kalimat imperatif pesan dari nilai-nilai pelaksanaan upacara adat
Mangompoi Jabu pada masyarakat Batak Toba dianggap tidak efektif.
2. Diperlukan adanya buku bacaan referensi tentang kalimat imperatif bahasa
Batak Toba khususnya menge
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
yang bersifat deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007:4).
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran secara utuh
mengenai suatu hal yang akan diteliti. Penelitian kualtitatif berhubungan dengan
ide, pendapat, dan kepercayaan yang kesemuanya didapatkan melalui bahasa.
3.2
Lokasi dan Sumber Data
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah asal suku Batak Toba yang
menggunakan bahasa Batak Toba dialek Holbung.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh langsung melalui
informan. Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225).
3.3
Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh penulis dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi, 2010).
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan alatperekam suara (tape recorder), kamera digital, serta alat tulis.
21
Universitas Sumatera Utara
Tape recorder digunakan untuk merekam data lisan saat wawancara, kamera
digital digunakan untuk mengambil gambar, serta alat tulis digunakan untuk
mencatat, cacatan tersebut berupa catatan lapangan.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Data yang terkumpul haruslah data lingual yang sahih (valid) dan sekaligus
terandal atau terpercaya (reliable), karena hanya dengan kesahihan dan
keterandalan itu dimungkinkan dilakukan langkah awal analisis yang diharapkan
benar dan tepat (Sudaryanto, 1990).
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan mengunakan tiga
cara yaitu:
a. Metode kepustakaan (library research) yaitu dengan mencari data dari
buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.
b. Observasi
Penulis mengumpulkan data melalui pengamatan langsung pada lokasi
penelitian. Penulis mengamati bagaimana budaya dan bahasa Batak Toba yang
berada Kabupaten Samosir. Serta hasil pengamatan digunakan penulis sebagai
informasi tambahan dalam penelitian.
c. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terbuka. Penulis bertanya langsung kepada informan yang dipilih, yaitu pihakpihak yang berkompeten yang dianggap mampu memberikan gambaran dan
informasi yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam
penelitian ini (Sugiyono, 2009:140).
22
Universitas Sumatera Utara
3.5
Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis
sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain
(Sugiyono, 2009:244).
Dalam metode analisis data ini, penulis menggunakan metode kulitatif
deskriptif. Data yang diperoleh memalui wawancara penelitian akan di analisis
dengan menggunakan analisis desriptif kualitatif yaitu dengan perolehan data
hasil wawancara yang dilakukan dengan informan kemudian dideskripsikan
secara menyeluruh.
Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penulis membuat trakskip hasil wawancara dengan kembali memutar
rekaman terhadap informan.
2. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik
kemudian di transformasikan kedalam catatan.
3. Selanjutnya penulis membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu
mengambil data sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data
yang tidak diperlukan.
4. Melakukan penyajian data yaitu berupa penjelasan dan pengelompokan
berdasarkan kalimat imperatif upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba.
5. Setelah semua data tersaji, permasalahan yang menjadi objek penelitian
dapat dipahami, maka kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan
hasil dari penelitian.
23
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan : (1) Wujud kalimat imperatif, (2)
Fungsi Kalimat Imperatif , (3) Makna kalimat imperatif upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba yang di deskripsikan sebagai berikut :
4.1. Wujud Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba
Realisasi maksud imperatif dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Rahardi (2008:93),
makna pragmatik
imperatif tuturan sangat bergantung oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud
dapat bersifat ektra dan intra linguistik. Dari upacara mangompoi jabu etnik
Batak Toba, peneliti menemukan klasifikasi wujud pragmatik sebagai berikut:
1) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah
Imperatif langsung yang mengandung makna perintah dapat dilihat, misalnya
pada contoh (1), (2), (3) pada bagian berikut. Tuturan makna pragmatik imperatif
perintah bercirikan kalimat yang menggunakan tanda seru, menggunakan kata ma
atau lah dalam kalimat. Perlu dicatat bahwa untuk membuktikan apakah masingmasing tuturan mengandung makna perintah, tuturan itu dapat dikenakan teknik
prafrasa atau teknik ubah wujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis
linguistik struktural. Contoh tuturan pada bagian berikut dapat dipertimbangkan
untuk memperjelas hal ini.
(1)
Pasahaton dengke ! Pasahaton dengke ma sian raja nami raja ni
hulahula tu hasuhuton!
24
Universitas Sumatera Utara
‘Berikanlah ikan itu raja kami! Memberikan ikanlah raja kami raja hulahula
kepada pihak hasuhuton!’
Informasi Indeksial :
Tuturan dari raja parhata dengan semua pihak kerabat dalam upacara
tersebut untuk menerangkan bahwa dalam hal ini hulahula segera untuk
menyerahkan ikan kepada pihak keluarga hasuhuton.
(2). Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu
dongan sahuta! hombar tu adat na masa di luat on.
’ Memintlah kami pengarahan dari dongan tubu, terlebih dari kalian pihak
dongan sahuta! supaya cocok dengan adat yang sesuai dengan acara adat
yang di kampung ini ’.
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang
terdapat pada kalimat tersebut adalah Paidua Nisuhut (Adik Laki-laki Ayah)
dalam percakapan upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, Paidua
Nisuhut memerintahkan atau mempersilahkan untuk menyampaikan katakata arahan nasehat atau pendapat dalam pelaksanan adat .
(3).
Jolo himpu ma jolo hamuna di alaman paima ro jou-jou sian
hasuhuton!
‘ Berkumpullah dulu kalian di halaman sembari menunggu panggilan dari
hasuhuton’.
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (3), mengandung makna perintah. Perintah dibutuhkan
oleh leksikon yang terdapat pada kalimat tersebut adalah penutur (Raja
25
Universitas Sumatera Utara
Hata) dalam percakapan upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba,
memerintahkan atau mempersilahkan pihak keluarga untuk menyambut
semua pihak kerabat yang akan datang dalam ritual tersebut.
Di dalam pemakaian bahasa daerah Batak Toba pada upacara mangompoi
jabu, terdapat beberapa makna pragmatik imperatif perintah yang tidak saja
diwujudkan dengan tuturan imperatif. Imperatif yang demikian dapat disebut
dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna pragmatiknya
melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Contoh
tuturan (4) dan (5) berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan
ini.
(4) pangidoan nami tu hamu hulahula nami dohot tulang nam, mangarade
ma hamu asa ro hami!
‘Permintaan kami kepada hulahula kami dan tulang kami bersiap-siaplah
kalian supaya kami pun datang’.
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang
terdapat pada kalimat tersebut adalah pihak keluarga (hasuhuton) dalam
percakapan
upacara
mengisyaratkan
pihak
mangompoi
(hulahula)
jabu
untuk
pada
etnik
bersiap-siap
Batak
Toba,
sedia
untuk
membimbing pihak keluarga dalam upacara tersebut.
(5) Dos ma rohanta manjalo hata ni pamoruonta didok rohanami
dumenggan ma molo haha parhundul na manjalo.
‘Satulah kiranya hati kita menerima ucapan tersebut yang disampaikan dari
hati kami, lebih baiklah kiranya kalau abang kami yang menerima’.
26
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang
terdapat pada kalimat tersebut adalah pihak (hulahula) dalam percakapan
upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba,
mengisyaratkan
kesemua pihak terkuhus kepada pihak keluarga agar tetap sehati sepikir
dalam memahami maksud penyampaian dari pihak (hulahula).
2) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan
Berdasarkan apa yang dikemukakan Rahardi (2008:96), imperatif bermakna
suruhan ditandai kesantunan bege atau dengar, songonon atau seperti ini, dan
tong ma atau tetaplah kiranya. Dalam upacara mangompoi jabu rtnik Batak Toba,
berikut tuturan (6), (7), (8) yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan
yaitu:
(6) Antong molo songon i, mauliate ma ! molo dos rohanta di dok roha
nami, bege ma! songon on ma parbagi na. Osang-osang, jambar ni hulahula. Di goari ma parbagi na sada-sada.
’Jadi kalau begitu, terima kasihlah! Kalau satu hatinya kita seperti yang
kami sampaikan, dengarkanlah! Beginilah pembagiannya. Dagu-dagu
bagiannya hulahula. Dinamakanlah pembagiannya satu-satu’.
Informasi Indeksial :
Suruhan pada contoh kalimat (4) di atas adalah paidua ni suhut menyuruh
peserta upacara untuk mengambil bagian makanan (marbagi panjambaran)
yang sudah disedikan pihak keluarga (hasuhuton) “bege ma! Songon on ma
parbagi na” adalah suruhan untuk mendengarkan serta menyimak apa yang
pihak paidua ni suhut (adik laki-laki ayah) sampaikan.
27
Universitas Sumatera Utara
(7) Di na pasahat hata pasu gabe, songonon ma partordingna.
‘ Dalam menyampaikan kata-kata berkat, seperti inilah urutannya’
Informasi Indeksial :
Suruhan pada contoh kalimat (5) di atas adalah raja hata menerangkan
urutan aturan pelaksanaan ritual upacara adat oleh mangompoi jabu pada
etnik Batak Toba. Kalimat pragmatik suruhan tersebut ditekankan agar
semua pihak yang terlibat agar memperhatikan urutan pelaksanaan adat
tersebut.
(8) Nuaeng pe di hamu boru nami tong ma mangarade hamu asa hupasahat
hami dengke na huboan hami tu hamu. ‘ Sekarang pun untuk kalian boru
kami tetaplah kalian bersiap-siap supaya kami sampaikan dengke yang kami
bawa kepada kalian.’
Informasi Indeksial :
Suruhan pada contoh kalimat (5) di atas adalah hulahula mengarahkan
kepada pihak keluarga (hasuhuton) untuk tatap kiranya mempersiapkan diri
dalam menyambut pemberian ikan dari pihak (hulahula). Persiapan yang
dimaksud adalah mengambil posisi untuk ritual penyerahan “tudu-tudu
sipanganon” atau ikan yang sudah disediakan.
3) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan
Sesuai dengan teori Rahardi 2008:97), imperatif bermakna permintaan
ditandai dengan penanda kesopanan urupi atau menolong, dan dipangido
dimintakan. Pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, peneliti
menemukan imperatif bermakna permintaan, seperti tuturan (9), (10) yaitu:
28
Universitas Sumatera Utara
(9) Urupi parboru dohot dongan sahuta ma nasida pasahat parbagian
panjambaran!
‘Bantu parboru dan dongan sahuta lah mereka menyampaikan pembagian
panjambaran.’
Informasi indeksial (9) adalah raja parhata (pembicara) meminta kepada
pihak parboru dan dongan sahuta untuk membantu membagi panjambaran
atau daging yang sudah disediakan kepada semua pihak. Panjambaran atau
daging tersebut disediakan berdasarkan porsi yang sudah ditentukan.
(10)
Dipangido ma sahalak martangiang sian horong ni suhut.
‘Dimintakanlah satu orang untuk membawakan doa dari horong ni suhut’’
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (10) adalah raja parhata mempersilahkan dari pihak
keluarga hasuhuton, sebelum marsipanganon atau acara makan bersama
untuk membawa doa makan. Permintaan tersebut ditujukan kepada pihak
keluarga sebagai bentuk rasa syukur atas berkat makanan yang dilimpahkan
Tuhan Yang Maha Esa kepada keluarga khususnya dan semua pihak pada
umumnya.
Dari penelitian, didapatkan bahwa makna imperatif permintaan itu banyak
diungkapkan
dengan
konstruksi
nonimperatif.
Sebagai
contoh
dapat
dipertimbangkan tuturan-tuturan (11), (12), (13) sebagai berikut.
(11) Dihamu raja i hulahula nami dohot tulang nami, ala naung simpul hita
marsipanganon, laos hombar tu tingki tauduti ma muse ulaonta raja nami.
‘Kepada kalian raja hulahula dan tulang kami, karena sudah selesai kita
makan bersama, maka kita lanjutkanlah lagi acara kita raja kami.’
29
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (11) adalah pihak hulahula mempersilahkan kepada
semua pihak untuk segera bersiap-siap melanjutkan kembali acara tersebut
setelah acara makan bersama. “Tauduti ma muse” adalah kalimat pragmatik
permintaan dengan konstruksi nonimperatif, untuk melanjutkan kembali
acara mangompoi jabu tersebut.
(12) Hu pasahat hami ma muse tudutudu ni sipanganon on tu ham, asa boi
pasahaton muna tu angka hasahatan na hombar tu adat ta i.
‘Kami sampaikanlah lagi tudutudu ni sipanganon ini kepada kalian, agar
kalian bisa menyampaikannya kepada setiap penyampaian yang tepat sesuai
dengan adat kita.’
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (12) adalah pihak (hulahula) menyampaikan tudutudu
sipanganon kepada pihak (parboru) agar semua sesuai dengan permintaan
“parboru” terlebih agar tujuan yang sesuai dengan aturan adat.
(13) Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu
dongan sahuta.
‘Kami mintakanlah penjelasan dari dongan tubu, terlebih dari kalian dongan
sahuta.’
Informasi Indeksial :
Pada contoh kalimat (13) adalah pihak keluarga hasuhuton menyampaikan
permintaan pengarahan agar semua sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
yang sesuai dengan aturan adat. Kata mangido ma hami merupakan tuturan
imperatif bermakna permintaan oleh pihak keluarga untuk diberikan
30
Universitas Sumatera Utara
wejangan atau pengarahan dari pihak semarga terkhusus dari kerabat satu
kampung.
4) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan
Imperatif bermakna permohonan ditandai dengan penanda kesantunan
“mohon” atau “somba”, sekiranya atau “sai” digunakan untuk memperhalus
(Rahardi, 2008:99). Dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba,
imperatif bermakna permohonan yang ditemukan terdapat pada bagian tengah
percakapan. Imperatif bermakna permohonan yang dimaksud (14), (15), (16)
yaitu:
(14) Somba nami tu raja nami, raja ni hulahula, pasahat ma dengke tu
hasuhuton!
‘Sembah kami kepada raja kami, rajanya hulahula, sampaikanlah dengke
kepada hasuhuton!’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (14) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu
permohonan kepada hulahula untuk memberikan ikan (makanan) yang
sudah tersedia untuk diberikan kepada pihak keluarga atau hasuhuton. Kata
somba nami raja nami merupakan tuturan imperatif bermakna permohonan
yang dituturkan kepada pihak hulahula. Secara teknis Raja parhata
(pembicara)
memohon
kepada
pihak
hulahula
untuk
bersedia
menyampaikan ikan (dengke) atau pasahat dengke.
(15) Tubu ma tandiang di topi aek Sibarabara, Sai gok ma jolma diginjang,
gok pinahan ma tombara.
31
Universitas Sumatera Utara
‘Lahirlah pohon pakis di tepi air Sibarabara, Banyaklah orang di atas,
banyak ternaklah dikolong’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (15) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu
permohonan berupa doa dari pihak hulahula, agar pihak hasuhuton
mendapat pertolongan berupa anak cucu yang banyak dan ternak yang
banyak pula. Kata sai gok merupakan tuturan imperatif bermakna
permohonan yang dituturkan oleh pihak hulahula kepada pihak hasuhuton.
(16) Tubu ma simarlasuna, lata ni tobu di holangholangna, Sai hot ma
jabunta on di batuna jala togu di hajongjonganna.
‘Tumbuhlah simarlasuna, bibitnya tebu di antaranya, tetaplah rumah kita ini
pada pondasinya dan di tempat berdirinya.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (16) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu
permohonan berupa doa dari pihak raja parhata atau pembicara, agar pihak
hasuhuton mendapat pertolongan berupa rumah yang sejuk dan kokoh.
Kata sai hot merupakan tuturan imperatif bermakna permohonan yang
dituturkan oleh pihak raja parhata dalam bentuk doa, agar melalui upacara
adat mangompoi jabu tersebut menjadi penopang kebaikan bagi pihak
keluarga.
5) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan.
Fokus utama pada imperatif bermakna desakan adalah intonasi penutur
(Rahardi, 2008:100). Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba imperatif
bermakna desakan bercirikan intonasi keras, dan biasanya diungkapkan dengan
32
Universitas Sumatera Utara
penanda kesantunan ayo, mari atau ‘beta’ sebagai permarkah makna. Selain itu
kadang-kadang digunakan juga kata harap, harus atau ‘arop’, ‘ikhon’ untuk
memberikan penekanan pada maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan
dalam kalimat ini cendrung lebih keras dibandingkan dengan tuturan imperatif
lainnya.
(17) Inkon rade do hamu dongan sahuta nami!
‘Harus kumpulah kalian kerabat sekampung kami!’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (17) mengandung kalimat imperatif bermakna desakan. Yaitu
desakan dari pihak ‘raja parhata’ kepada pihak ‘dongan sahuta’. Terdapat kata
‘ingkon’ atau harus sebagai kalimat imperatif bermakna desakan.
6) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan.
Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya
diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari (Rahardi, 2008:102),
atau beta dalam bahasa Batak Toba. Pada upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba, ditemukan kalimat imperatif bujukan (17), (18), yaitu :
(18) Masuk ma hamu amang inang!
‘Masuklah kalian bapak ibu!
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (18) mengandung imperatif bermakna bujukan. Yaitu bujukan
dari pihak keluarga atau hasuhuton, agar semua pihak kerabat untuk masuk
kedalam rumah agar ritual adat upacara mangompoi jabu dapat
dilaksanakan. Kata Masuk ma merupakan tuturan imperatif bermakna
33
Universitas Sumatera Utara
bujukan yang dituturkan oleh pihak keluarga atau hasuhuton kepada semua
pihak keluarga yang terlibat dalam acara adat.
(19) Pos do roha nami siboto adat siboto uhum do hamu, jala angka na
hombar di parbagi ni parjambaran nunga tung tangkas i diboto hamu
hombar tu bidang ni gokhon muna, bahen hamu ma na uli i!
‘Percayanya hati kami yang tahu adat yang tahu aturannya kalian, dan setiap
sesuai di pembagian panjambaran sudah sangat jelas kalian ketahui sesuai
dengan ke undangan kalian, kalian buatlah yang baik itu!’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (19) mengandung imperatif bermakna bujukan. Yaitu bujukan
dari pihak dongan sahuta atau kerabat satu kampung kepada pihak raja
parhata atau pembicara, tentang pembagian daging atau panjambaran. Kata
pos do roha nami merupakan tuturan imperatif bermakna bujukan yang
dituturkan oleh pihak kerabat satu kampung atau dongan sahuta kepada
pihak raja parhata sebab pembagian daging atau panjambaran sudah pasti
sesuai dengan aturan adat yang berlaku.
7) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan.
Imperatif bermakna imbauan lazimnya digunakan bersama pertikel “lah”
(Rahardi, 2008:103) atau ma dalam bahasa Batak Toba. Pada percakapan upacara
adat mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif bermakna imbauan terdapat
pada kalimat (20), (21) di bawah ini:
(20) Mardangka bulung bira, martampuk bulung labu, mauliate ma di
Tuhanta ai nungnga tipak hamu marjabu.
34
Universitas Sumatera Utara
‘Beranting daun talas, bertangkai daun labu, terima kasihlah di Tuhan
karena sudah resmi kalian punya rumah.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (20) mengandung imperatif bermakna imbauan. Yaitu
imbauan kepada semua pihak kerabat adat, agar kiranya mengucap syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena acara mangompoi jabu sudah selesai
dan berlangsung sukses.
(21) Nunga dipasahat hulahula dohot tulang tu hita taringot di tudutudu ni
sipanganon.
‘Sudah disampaikan hulahula dengan tulang kepada kita teringat di
tudutudu ni sipanganon.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (21) mengandung imperatif bermakna imbauan. Yaitu
imbauan oleh raja parhata atau pembicara, memberikan informasi bahwa
pihak hulahula dan tulang sudah selesai menyampaikan tudutudu
sipanganon.
Maksud atau makna pragmatik imperatif jenis ini dapat pula diwujudkan
dengan bentuk-bentuk tuturan nonimperatif, seperti yang telah disampaikan pada
bagian terdahulu. Berkenaan dengan hal ini tuturan (21) berikut dapat menjadi
contoh.
(22) On pe amang suhut nami, songon ni dok ni si jolojolo tubu i, sai jolo ni
nangnang do asa ni nungnung, sai jolo pinangan do ipe asa sinungkun!
‘Ini pun bapak suhut kami, seperti yang dibilang orang tua dulu, tunggu
berpikir dulu maka diucapkan, tunggu dimakannya baru bertanya.’
35
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (22) mengandung imperatif bermakna imbauan nonimperatif.
Yaitu imbauan nonimperatif dari pihak keluarga atau hasuhuton kepada
semua pihak kerabat, agar kiranya sebulum berkata-kata dalam adat
sebaiknya menyantap makanan terlebih dahulu.
8) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan.
Imperatif persilaan dalam bahasa indonesia menggunakan penanda makna
“silakan” (Rahardi, 2008:104) atau silahkan makan haru allang dalam bahasa
Batak Toba. Dalam percakapan upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba,
imperatif bermakna persilaan terdapat pada kalimat (23) di bawah ini:
(23) Pahundul hamu ma rajanami.
‘ Silahkan duduk raja kam ’.
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (23) pihak keluarga atau hasuhuton mempersilakan kepada
semua pihak kerabat pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba
tersebut untuk duduk ditempat yang sudah disediakan. Kalimat pahundul
merupakan bentuk imperatif persilaan.
Makna pragmatik tuturan imperatif persilaan pada komunikasi upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba dapat ditemukan juga di dalam bentuk tuturan
nonimperatif. Tuturan itu dapat dilihat pada contoh tuturan (23) berikut.
(24) Sititi ma sihoma golanggolang pangarahutna, Ba tung songon dia pe
nuaeng na pinatupa ni suhuttna, ba sai godangma ni pasuna.
‘Sedikit banyaknya yang dihidangkan, yang bagaimanapun semua yang
telah kami sediakan, mudah-mudahan banyak berkatnya.’
36
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (24) pihak keluarga atau hasuhuton mempersilakan kepada
semua pihak kerabat pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba
tersebut untuk makan seadanya yang sudah disediakan.
9) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan.
Makna ajakan ditandai dengan penanda kesantunan mari atau ayo (Rahardi,
2008:106). Dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, kalimat
imperatif bermakna ajakan terdapat pada kalimat (25), (26) di bawah ini:
(25) Beta tauduti ma ulaonta, mangampu ma hasuhuton, parjolo ma boru ni
suhut, ipe asa suhut.
‘Mari kita ikuti acara ini, menyambutlah hasuhuton, terlebih dahululah boru
ni suhut, baru setelah itu suhut.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (25) pihak raja parhata atau untuk mengajak kembali
melanjutkan acara adat kembali karena sebelumnya rehat untuk makan
bersama. Kata beta tersebut merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna
ajakan pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.
(26) Sipaboaon ma tutu siangkup na songon na hundul sidongan na songon
na mardalan.
’Sampaikanlah untuk tetap saling menolong seperti teman yang duduk
dalam perjalanan.’
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (26) pihak keluarga atau hasuhuton untuk mengajak semua
pihak untuk saling merangkul atau tolong menolong dalam setiap perjalanan
37
Universitas Sumatera Utara
kehidupan. Kata sipaboaon tersebut merupakan bentuk kalimat imperatif
bermakna ajakan pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.
10) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan
izin.
Imperatif dengan makna permintaan izin biasanya ditandai dengan
penggunaan ungkapan penanda kesantunan bermakna mari dan boleh (Rahardi,
2008:107). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif
bermakna izin ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak
Toba pada kalimat (27), (28) yakni :
(27) Alai tahe mangalap hata hami tu haha ni parhundul, boha di roha
muna haha ni parhundul nda denggan do songon i ?
‘Tetapi kami meminta kata-kata kepada haha ni parhundul, bagaimana
dalam hati kalian haha ni parhundul tidak baik yang begitu? ‘
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (27) merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna
permintaan izin pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba. Pihak
hulahula meminta izin kepada pihak parboru untuk menyerahkan tudutudu
sipanganon. Kata denggan do songoni tersebut merupakan bentuk kalimat
imperatif bermakna permintaan izin pada upacara mangompoi jabu etnik
Batak Toba.
(28) Ba molo i do hape amang suhut nami lapatan ni parpunguan ta on, na
uli ma i tutu jala na denggan?.
‘Lah kalau begitunya bapak suhut kami maknanya pertemuan kita ini,
indahnya itu dan yang baik?’
38
Universitas Sumatera Utara
Informasi Indeksial :
Pada kalimat (28) merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna
permintaan izin pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba. Pihak raja
parhata atau pembicara meminta izin kepada pihak keluarga atau hasuhuton
apakah hal yang dimaksud berkenan untuk dijalankan.
11) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif mengizinkan.
Imperatif
bermakna
mengizinkan
lazimnya
menggunakan
penanda
kesantunan silahkan (Rahardi, 2008:108). Namun dalam memaknai hasil
pengolahan
data,
peneliti
menemukan
beberapa
kalimat
dengan
tidak
menggunakan tanda kesantunan, namun dapat dimaknai sebagai pemberian izin.
Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif bermakna
mengizinkan terdapat pada kalimat (29), (30) sebagai berikut:
(29) Nauli jala na denggan, molo nunga tipak hami marjabu.
‘Yang baik dan yang bagus, jika sudah resmi kami punya rumah.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (29) bermakna imperatif mengizinkan, yaitu pihak keluarga
atau hasuhuton memberikan izin untuk melanjutkannya karena selesai
membangun rumah adalah wujud kebahagian bersama (hagabeon).
(30) Gabe ma jala horas, nunga nauli pandohan ni anggi parhundul i,
denggan ma di pature raja ni pamoruon.
‘Baguslah dan horas, sudah bagus yang dikatakan oleh anggi parhundul i,
baiklah kiranya di perbaiki rajanya pamoruon.’
Informasi Indeksial :
39
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat (30) bermakna imperatif mengizinkan, yaitu pihak tulang
memberikan izin untuk pihak hulahula melanjutkannya karena pihak
hulahula sudah tepat menyampaikannya. Kata Gabe ma jala horas
merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna mengizinkan.
12) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan.
Imperatif bermakna larangan ditandai dengan penggunaan kata “jangan”
(Rahardi, 2008:109). Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif
bermakna larangan tidak selalu berbentuk struktural yang ditemukan, seperti pada
kalimat (31), (32) yaitu:
(31) “Adong pe jabu ianggo so na marpahala do jabu i ndang denggan
bongotan i”.
‘Adapun rumah tapi kalau tidak yang terberkatinya rumah itu tidak bagus
untuk ditempati.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (31) merupakan kalimat imperatif bermakna larangan dari
hulahula pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, kalimat
bermakna larangan agar rumah yang dibangun bukan malah menjadi
perselisihan, melainkan menjadi terang buat keluarga.
(32) Alualuhon molo naeng tamba hamu inang dohot damang, unang alang
alangan.
‘Katakanlah jika mau tambah kalian ibu dan bapak, jangan segan.
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (32) merupakan kalimat imperatif bermakna larangan dari
hulahula pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, kalimat
40
Universitas Sumatera Utara
bermakna larangan supaya jangan segan dalam makan bersama bila hendak
tambah. Kata unang merupakan tuturan imperatif bermakna larangan.
13)
Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan.
Imperatif bermakna harapan mengunakan penanda kesantunan harap dan
semoga (Rahardi, 2008:111). Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba
yang ditemui seperti pada kalimat (33), (34) sebagai berikut:
(33) “Sai ma masumasu ma Tuhanta lam di tambai dihami hagabeon dohot
panamotan tu joloan sa on, asa boi dope nian patupa on nami sipanganon
na gumodang jala na tumabo”.
‘Semogalah diberkati Tuhan kita dan semakin ditambahkan kepada kami
kesuksesan dan rezeki yang lebih banyak kedepannya, agar bisa kiranya
kami persiapkan makanan yang lebih banyak dan lebih enak.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (33) merupakan kalimat imperatif bermakna harapan dari
pihak keluarga atau hasuhuton, supaya diberkati Tuhan yang maha kuasa
kita semua karena bisa makan bersama dengan semua keluarga dalam acara
mangompoi jabu tesebut. Kalimat imperatif bermakna harapan ditandai
dengan kata penanda kesantunan “Sai ma”.
(34) Duru ni hauma panuanan ni sanggesangge, sahat ma hamu saurmatua
mangingani jabunta on huhut horas jala gabe.
’Diluarnya ladang tanaman serai, sampailah kamu saurmatua tinggal
dirumah ini dan sehat serta sukses.’
Informasi Indeksial :
41
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat (34) merupakan kalimat imperatif bermakna harapan dari
pihak hulahula supaya rumah tersebut menjadi rumah yang dihuni hingga
kelak mereka tua dan untuk anak cucunya. Kalimat imperatif bermakna
harapan ditandai dengan kata penanda kesantunan “Sahat ma”.
14) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan.
Imperatif bermakna umpatan relatif digunakan dalam komunikasi sehari-hari
(Rahardi, 2008:112). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif,
imperatif bermakna umpatan tidak ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba.
15) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian
ucapan selamat.
Imperatif bermakna pemberian ucapan selamat juga digunakan dalam
komunikasi non formal sehari-hari (Rahardi, 2008:113). Berdasarkan analisis
klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif bermakna pemberian selamat yang
ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, seperti pada
kalimat (35) berikut :
(35)
Sai uli dohot tiar ma tutu panggabean dohot parhorasan di hita
tujoloan, alai boi hamu marulaon mangompoi jabu.’Bagus dan teranglah
tetap panggabean dengan parhorasan di kita kedepannya, sehingga bisa
kalian melaksanakan acara mangompoi jabu.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (35) merupakan kalimat imperatif bermakna pemberian
ucapan selamat dari pihak hulahula sebab bisa melaksanakan upacara adat
mangompoi jabu, disertai dengan doa agar rumah menjadi sukacita buat
42
Universitas Sumatera Utara
pihak keluarga. Kalimat imperatif bermakna pemberian ucapan selamat
ditandai dengan kata penanda kesantunan “sai uli”.
16) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian
ucapan anjuran.
Secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran ditandai dengan
penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya (Rahardi, 2008:114). Berdasarkan
analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif bermakna anjuran yang
ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, seperti pada
kalimat (36) yakni:
(36) Molo boi nian, parjolo ma mandok hata sian hulahula. ‘Kalau bisa
kiranya, terlebih dahululah mengucapkan kata-kata dari hulahula.’
Informasi Indeksial :
Contoh kalimat (36) merupakan kalimat imperatif bermakna anjuran dari
raja parhata atau pembicara dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba, supaya hulahula mengambil bagian pertama untuk memberikan
sepatah dua patah kata nasehat. Kalimat imperatif bermakna anjuran
tersebut di tandai dengan kata“Molo boi nian”.
17) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian
ucapan ngelulu.
Ngelulu bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun
sebenarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu (Rahardi,
2008:116). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif
bermakna anjuran tidak ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak
Toba.
43
Universitas Sumatera Utara
4.2 Fungsi Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba.
Dalam (Rahardi 2008:93) mengatakan makna pragmatik imperatif dalam
bahasa Indonesia dapat diwujudkan dengan tuturan yang bermacam-macam.
Fungsi pragmatik imperatif, itu kebanyakan tidak diwujudkan dengan tuturan
imperatif melainkan tuturan nonimperatif. Dari penelitian, didapatkan bahwa
fungsi pragmatik imperatif banyak diungkapkan dalam tuturan deklaratif, tuturan
interogratif, dan ekspresif. Penggunaan tuturan nonimperatif untuk menyatakan
makna pragmatik imperatif itu, biasanya, mengandung unsur ketidaklangsungan.
Dengan demikian, dalam tuturan-tuturan nonimperatif itu terkandung aspek fungsi
pragmatik imperatif.
a. Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Deklaratif
Dalam (Rahardi 2008:134) mengatakan tuturan pragmatik imperatif dapat
diidentifikasikan pada tuturan imperatif, tuturan pragmatik imperatif itu dapat
juga diidentifikasikan di dalam tuturan deklaratif. Dari penelitian, didapatkan
bahwa pragmatik imperatif pada tuturan deklaratif dapat dibedakan menjadi
beberapa macam yang satu persatu diuraikan pada bagian-bagian berikut:
1) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Suruhan.
Lazimnya, makna imperatif suruhan diungkapkan dengan tuturan imperatif.
Tuturan imperatif yang digunakan untuk menyatakan fungsi suruhan itu,
dapat dilihat pada contoh tuturan-tuturan berikut.
(37) Parjolo ma hupasahat hami tu boru, dungi annon mandok hata ma sian
hita na mardongan tubu.
44
Universitas Sumatera Utara
‘Terlebih dahulu kami sampaikan kepada boru, setelah itu mengucapkan
kata-katalah dari kita yang kerabat semarga.’
Informasi Indeksial :
Dituturkan oleh raja parhata kepada dongan tubu di dalam upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba yang mana giliran dongan tubu untuk
berkata-berkata pada upacara mangompoi jabu.
(38) Jomput ma boras napir tu simanjujung ni suhut i dohot tu sude
iananghonna!
‘Taburlah beras yang elok ke kepalanya suhut itu dan kepada semua anakanaknya.’
Informasi Indeksial :
Dituturkan oleh raja parhata kepada pihak hulahula di dalam upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba untuk menaburkan beras ke kepala pihak
keluarga atau hasuhuton.
(39) Laos udut ma muse mandok hata sian dongan sahuta.
‘Jadi ikutilah lagi penyampaian kata-kata dari dongan sahuta.’
Informasi Indeksial :
Dituturkan oleh raja parhata kepada pihak dongan sahuta di dalam upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba untuk melanjutkan kata-kata.
2) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Ajakan.
Seperti yang telah disampaikan (Rahardi 2008:136) makna imperatif ajakan
sering dituturkan dengan menggunakan tuturan imperatif dengan penanda
45
Universitas Sumatera Utara
kesantunan beta atau ayo. Penggunaan kesantunan yang demikian, dapat
dilihat pada contoh-contoh tuturan () berikut ini.
(40) Antong ganup ma hita pasahathon hata si gabegabe lumobi hata
tangiang tu suhutta keluarga dibagas on.
‘Jadi masing-masing kita menyampaikan kata sigabegabe terlebih kata
tangiang kepada suhut keluarga di tempat ini.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh raja hata pada saat upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba, ajakan untuk mengucapkan pesan doa kepada pihak
keluarga.
3) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Permohonan.
Di depan sudah disampaikan bahwa makna tuturan imperatif permohonan
secara linguistik,
dapat
diidentifikasikan dari
munculnya
penanda
kesantunan mohon. Selain itu, makna imperatif permohonan dapat pula
diungkapkan dengan menggunakan bentuk pasif dimohon. Penggunaan
bentuk pasif itu, lazimnya digunakan dalam kesempatan-kesempatan formal
dan
serimonial.
Tuturan-tuturan
berikut
dapat
dicermati
dan
dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
(41) Jumpang ma na ni luluan dapot na jinalahan.
‘Ketemulah yang dicari dapatlah yang diminta.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh pihak hulahula kepada pihak keluarga atau
hasuhuton dalam menyampaikan pesan untuk kesejaterahaan keluarga.
46
Universitas Sumatera Utara
4) Tuturan Deklaratif persilaan yang Menyatakan Makna Pragmatik
Imperatif Persilaan.
Tuturan imperatif yang menyatakan makna persilaan, biasanya ditandai oleh
penanda kesantunan silakan. Untuk maksud-maksud tertentu yang lebih
formal dan seremonial, sering digunakan bentuk pasif dipersilahkan seperti
dapat dilihat dalam contoh tuturan berikut.
(42) Namarngingi : jambar ni Tulang.
‘Yang bergigi : bagiannya tulang.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan raja parhata kepada pihak hulahula dalam upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba, tuturan disampaikan
pada saat
pembagian jambar.
(43) Ihur-ihur : di suhut dohot haha anggi na.
‘Ekor-ekor : kepada suhut dan haha anggi na.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan raja parhata kepada pihak keluarga dan atau
adiknya dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, tuturan
disampaikan pada saat pembagian jambar.
5) Tuturan Deklaratif persilaan yang Menyatakan Makna Pragmatik
Imperatif Larangan.
Imperatif yang bermakna larangan dapat ditemukan pada tuturan imperatif
yang berpenanda kesantunan jangan. Selain itu, imperatif larangan juga
ditandai oleh pemakaian bentuk pasif dilarang, tidak diperkenankan, tidak
47
Universitas Sumatera Utara
diperbolehkan pada tuturan. Berkenaan dengan hal ini , contoh tuturan
berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan.
(44) Diorai do hita molo dang marangkup diulaonta, asa gabe jabu
namarpahala.
‘Dimarahinya kita kalau tidak berteman di adat acara, supaya bagus dan
terbekati rumah.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan larangan dari pihak dongan sahuta kepada pihak
keluarga dalam upacara adat mangompoi jabu etnik Batak Toba. Tuturan
disampaikan sebagai pesan untuk saling tolong menolong atau saling
merangkul baik dalam adat.
b. Pragmatik Imperatif dalam tuturan Interogratif.
Rahardi 2008:136) disampaikan bahwa makna pragmatik imperatif dapat
diwujudkan dengan tuturan deklaratif, hal yang sama ternyata banyak
ditemukan
pula
pada
tuturan-tuturan
yang
konstruksi
interogratif.
Digunakannya tuturan interogratif untuk menyatakan makna pragmatik
imperatif itu, dapat mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup
besar.
1) Tuturan Interogratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Perintah.
Lazimnya, tuturan interogratif digunakan untuk menyatakan sesuatu
kepada si mitra tutur. Dalam kegiatan bertutur yang sebenarnya,
tuturan interogratif dapat pula digunakan untuk menyatakan maksud
atau makna pragmatik imperatif. Makna pragmatik imperatif
48
Universitas Sumatera Utara
perintah, misalnya dapat diungkapkan dengan tuturan interogratif ini.
Berkaitan dengan hal itu perlu dicermati dan dipertimbangkan contoh
tuturan berikut dalam upacara mangompoi jabu.
(45) Ise do mambaen tangiang? sian hulahula ma molo dang adong
sian pangula ni huria.
‘Siapanya yang membuat doa? Dari hulahula lah jika tidak ada dari
pendeta.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan kalimat yang ditanyakan oleh pihak raja hata
kepada semua pihak kerabat, dan di dalamnya terdapat kalimat
perintah untuk pihak hulahula membawa dalam doa.
2) Tuturan Interogratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Ajakan.
(46) “Nunga sahat be sude angka na ginokhon ni suhut, mamungka
hata ma paidua ni suhut”.
‘Sudah sampailah semua yang diundang suhut, kata pembukalah dari
paidua ni suhut.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan kalimat interogratif yang disampaikan oleh
pihak raja hata kepada semua pihak, selanjutnya untuk hasuhuton
pihak keluarga membuka percakapan.
3) Tuturan Interogratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Permohonan.
49
Universitas Sumatera Utara
(47) Adong muse hata sitambahon muna raja nami raja ni dongan
sahuta, Dalan marbatubatu, dalan tu simataniari; sai gok ma jolma
dijabu, sai gok mas ma di lamari. Boti ma hata nami amang suhut.!
‘Ada lagi kata yang mau ditambahkan raja kami dongan sahuta, Jalan
yang berbatu, jalan mata air; banyaklah orang dirumah, banyaklah
emas dilemari. Begitulah kata dari kami bapak suhut!.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan kalimat interogratif yang disampaikan oleh
pihak raja hata kepada pihak dongan sahuta, selanjutnya dongan
sahuta memberikan kata-kata kepada pihak
keluarga untuk
menyampaian pesan.
4) Tuturan Interogratif Yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Persilaan.
(48) Raja Parhata : Nungnga boi ta buhai acara ta on?
‘Sudah bisa kita mulai acara kita ini?
Hasuhuton : Tapaima ma santokin uduran sian dongan tubu. ‘Kita
tunggulah sebentar giliran dari dongan tubu.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini merupakan cuplikan percakapan antara raja parhata
kepada pihak hasuhuton pada saat upacara mangompoi jabu mau
dimulai.
c. Pragmatik Imperatif dalam tuturan ekspresif
Rahardi 2008:140) disampaikan bahwa makna pragmatik imperatif dapat
diwujudkan dengan tuturan deklaratif, hal yang sama ternyata banyak
50
Universitas Sumatera Utara
ditemukan
pula
pada
tuturan-tuturan
yang
konstruksi
ekspresif.
Digunakannya tuturan interogratif untuk menyatakan makna pragmatik
imperatif itu, dapat mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup
besar.
1) Tuturan Ekspresif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Perintah.
(49) Jolo mardos roha ma jolo Hahadoli dohot Anggidoli dohot
Dongan Sahuta ise na gabe panise.
‘Tunggu bersepakatlah dulu kalian hahadoli dan anggidoli dengan
kerabat sekampung siapa yang menjadi pembesuk”
Informasi Indeksial :
Tuturan (49) merupakan kalimat ekspresif bermakna perintah, adanya
rasa saling bersepakat untuk saling menyapa, menegur, dan
membesuk. Tuturan tersebut memiliki makna kesenangan bagi pihak
Hahadili dan Dongan Sahuta karena adanya rasa saling berinteraksi.
2) Tuturan Ekspresif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif
Ajakan.
(50) Mandok Mauliate ma hudok hami tu Debata marhahipason do
hamu sude na huparsangapi hami dohot inanta soripada bolas sahat
tu inganan on.
‘Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan kepada kalian semua yang
kami kasihi bisa berkumpul diacara ini”
Informasi Indeksial :
51
Universitas Sumatera Utara
Tuturan (50) merupakan kalimat ekspresif bermakna ajakan, adanya
rasa gembira dan turut bersyukur bisa berkumpul dalam acara
mangompoi jabu oleh pihak hasuhuton kepada semua kerabat.
Tuturan ekspresif ini bermakna ajakan untuk senantiasa bersykur
kepada
Tuhan
Yang
Maha
Esa
akan
pernyetaannya
bisa
melangsungkan upacara mangompoi jabu.
4.3 Makna Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba.
1. Lokusi
Tindak lokusi pada makna kalimat imperatif ditemukan pada upacara mangompoi
jabu etnik Batak Toba. Seperti pada tuturan (51) menjadi pertimbangan sebagai
berikut.
(51) Osang : jambar ni Hulahula !
‘Dagu ; bagiannya hulahula!
Informasi Indeksial :
Tuturan terjadi pada saat pembagian jambar atau daging oleh pihak raja
parhata atau protokol disampaikan kepada pihak hulahula. Tuturan berupa
tindak tutur lokusi pada kalimat imperatif bermakna persilaan.
Makna : Analisisnya pihak raja parhata atau protokol memberikan
informasi tentang pembagian jambar, maksudnya jelas merupakan persilaan
berupa informasi dari pihak raja parhata untuk menerima jambar atau
daging.
52
Universitas Sumatera Utara
2. Ilokusi
Tindak Ilokusi pada makna kalimat imperatif ditemukan pada upacara mangompoi
jabu etnik Batak Toba. Adapun tuturan (52), (53), dan (54) adalah sebagai berikut.
(52)
Pangidoan nami di hamu hulahula nami dohot tulang nami
mangarade ma hamu asa ro hami pasahat tudutudu ni sipanganon tu
adopan muna.
‘Permintaan kami di kalian hulahula kami dan tulang kami bersiap-siaplah
kalian supaya datang kami menyampaikan tudutudu sipanganon ke hadapan
kalian.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya pemberian tudu-tudu
sipanganon, Tuturan berupa tindak ilokusi pada kalimat imperatif bermakna
permintaan. Tuturan permintaan disampaikan oleh paidua ni suhut atau
pihak kedua keluarga.
Makna : Analisisnya yaitu pihak keluarga menginformasikan sekaligus
meminta agar pihak hulahula mengambil tempat dan mempersiapkan diri
untuk memberikan tudutudu sipanganon.
(53) langsung ma tu hundulan na pinarade ni suhut i.
‘Langsunglah ke tempat duduk yang sudah disediakan oleh suhut.’
Informasi Indeksial :
53
Universitas Sumatera Utara
Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya upacara adat mangompoi
jabu etnik Batak Toba. Tuturan tersebut disampaikan oleh raja hata atau
protokol kepada pihak hasuhuton atau keluarga. Tuturan ini merupakan
tindak ilokusi pada makna kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba.
Makna : Mengarahkan hadirin untuk segera duduk ketempat yang sudah
disediakan, dan bersiap-siap karena acara akan segera dimulai.
(54) laos ta pirpirhon dompak ginjang tolu hali huhut mandok : horas,
horas, horas.
Terus kita hentakkan ke atas tiga kali sambil mengatakan : horas, horas,
horas.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya upacara adat mangompoi
jabu etnik Batak Toba. Tuturan tersebut disampaikan oleh raja hata atau
protokol kepada semua hadirin. Tuturan ini merupakan tindak ilokusi pada
makna kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.
Makna : Mengarahkan hadirin untuk menghentakkan ulos keatas dan
berkata: horas, horas, horas sebagai bentuk ucapan syukur.
4. Perlokusi
Tindak perlokusi pada makna kalimat imperatif ditemukan pada upacara
mangompoi jabu etnik Batak Toba. Adapun tuturan (50) menjadi pertimbangan
sebagai berikut.
54
Universitas Sumatera Utara
(55) Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu
dongan sahuta hombar tu adat na masa di luat on.
‘Memintalah kami pengarahan dari dongan tubu, terlebih dari kalian dongan
sahuta yang sesuai dengan aturan adat yang berlaku dikampung ini.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat pembagian panjambaran atau daging oleh
pihak paidua ni suhut atau keluarga kepada pihak dongan tubu dan dongan
sahuta. Tuturan berupa tindak tutur perlokusi pada kalimat imperatif
bermakna permintaan.
Makna : Analisisnya pihak paidua ni suhut meminta pengarahan kepada
pihak dongan tubu atau dongan sahuta tentang kebijaksanaan membagi
jambar, apakah semua prosesnya sudah sesuai dengan aturan adat dan
kebiasaan di desa tersebut, agar pihak tersebut tidak kecewa dalam
menerima porsi panjambaran atau daging yang dimaksud.
(56) Di poda ni natuatua, adong pe jabu ianggo so na marpahala do jabu i
ndang denggan bongotan i.
‘Pada nasehat orang tua, adapun rumah tapi tidak terberkatinya rumah itu
tidak bagus itu ditempati.’
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi pada saat pihak paidua ni suhut menjawab atau
mangalusi kata-kata nasehat atau poda dari semua pihak kerabat. Tuturan
ini berupa tindak tutur perlokusi pada kalimat imperatif bermakna larangan.
55
Universitas Sumatera Utara
Makna : Analisisnya paidua ni suhut mengambil suatu nasehat berupa
larangan dari nenek moyang, menjelaskan rumah tersebut harus menjadi
kebaikan buat keluarga dan orang lain bukan malah menjadi malapetaka,
sehingga pihak keluarga harus menjadikan rumah tersebut sebagai tempat
namarpahala atau yang bermakna buat keluarga atau orang lain.
(57) Sai manumpak ma amanta Pardenggan Basa i, sai diramoti ma
tongtong jabunta on, asa sai hot bagasta on di batuna, togu di
rangsangrangsang na jala momos di pangarahutna.
‘Kiranya Tuhan pengasih menolong, di lindungi juga rumah kita, supaya
kokoh di pondasinya, kokoh di tempatnya.’
Informasi Indeksial :
Tuturan terjadi pada saat percakapan antara hasuhuton atau pihak keluarga
dengan pihak dongan tubu dan dongan sahuta, tuturan berupa tindak tutur
lokusi pada kalimat imperatif bermakna harapan.
56
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Setelah
melakukan
serangkaian
pengolahan,
penganalisisan,
dan
pembahasan menjawab hipetesis dari penelitian yang peneliti lakukan kesimpulan
penelitian ini, yaitu :
1. Bentuk kalimat imperatif yang digunakan dalam upacara mangompoi jabu
etnik Batak Toba : kajian tindak tutur menunjukkan adanya kesantunan secara
pragmatik dan linguistik. Contoh dalam kalimat permintaan : Santabi ma di hamu
na huparsangapi hami. Mandok hatama sian hasuhuton.
‘Permisilah kepada kalian yang kami hormati. Berkatalah dari pihak keluarga’.
Memberikan kata-kata dari pihak hasuhuton’.
2. Wujud kalimat imperatif dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba
menunjukkan bentuk kesantunan secara pragmatik dan linguistik, dan terdapat
(15) lima belas wujud kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu etnik
Batak Toba dari (17) tujuh belas kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia.
3. Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba menunjukkan (3) tiga fungsi
kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba yakni fungsi
deklaratif, interogratif, dan ekspresif.
4. Pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba mengandung makna
pragmatik imperatif. Seperti lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
57
Universitas Sumatera Utara
5.2
SARAN
Bertitik tolak dari kesimpulan, peneliti menyarankan beberapa hal yang perlu
berkaitan dengan pembelajaran kalimat imperatif upacara mangompoi jabu etnik
Batak Toba: Kajian Tindak Tutur, yaitu :
1. Dalam pelaksanaan upacara adat Mangompoi Jabu pada masyarakat Batak
Toba kalimat imperatif dominan digunakan berdasarkan jenis-jenis kalimat.
Karena tanpa kalimat imperatif pesan dari nilai-nilai pelaksanaan upacara adat
Mangompoi Jabu pada masyarakat Batak Toba dianggap tidak efektif.
2. Diperlukan adanya buku bacaan referensi tentang kalimat imperatif bahasa
Batak Toba khususnya menge