Penerapan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Dalam Menganalisis pengendalian Persediaan Padi

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan
2.1.1 Pengertian Persediaan
Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi
setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri. Kejadian tersebut dapat
berupa ketersediaan barang yang overload (melampaui kebutuhan) atau sebaliknya
kekurangan barang dalam memenuhi permintaan. Pada dasarnya analisis persediaan
berkenaan dengan teknik mendapatkan tingkat persediaan yang optimal dengan
menjaga keseimbangan biaya yang tidak terduga.
Persediaan

merupakan

suatu

model

yang


umum

digunakan

untuk

menyelesaikan masalah yang berkait dengan usaha pengendalian barang dalam suatu
aktivitas perusahaan. Ciri khas dari model perusahaan adalah solusi optimalnya
difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang serendah mungkin.
Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah
komponen, material, atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk
digunakan atau dijual.
Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process),
barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Menurut Kusuma (1999) persediaan didifenisikan sebagai bahan atau barang
yang disimpan untuk digunakan atau dijual dalam pada periode mendatang.
Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk di proses, komponen
yang diproses, barang jadi yang di simpan untuk dijual.


Universitas Sumatera Utara

8

Menurut Ristono (2009) persediaan adalah suatu teknik yang berkaitan
dengan penetapan terhadap besarnya persediaan bahan yang harus diadakan untuk
menjamin kelancaran dalam kegiatan operasi produksi, serta menetapkan jadwal
pengadaan dan jumlah pemesanan bahan baku yang seharusnya dilakukan oleh
perusahaan. Penetapan jadwal dan jumlah pemesanan yang harus dipesan merupakan
pernyataan dasar yang harus terjawab dalam pengendalian persediaan.
Persediaan merupakan sumberdaya yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan pada saat ini atau masa depan. Salah satu persoalan manajemen
yang potensial adalah persediaan. Persediaan terdiri dari empat jenis, yaitu persediaan
bahan mentah, persediaan dalam proses, persediaan barang pemeliharaan, dan
persediaan barang jadi. Fungsi dari persediaan adalah untuk menjaga keseimbangan
permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukannya
persediaan, menghindari inflasi dan perubahan harga, menghindari kekurangan stok
karena cuaca, kekurangan pemasok, masalah mutu, dan pengiriman, serta menjaga
operasi agar berjalan lancar (Susanto, 2009).

Persediaan diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan
barang (bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir, dll) yang
secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer-stock) untuk
manghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung.

2.1.2 Sistem Persediaan
Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola
masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana
untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme
sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat
persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan yang harus
diisi, dan beberapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan
dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen, dan bahan

Universitas Sumatera Utara

9

baku secara optimal, dalam kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang optimal.
Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu

biaya penyimpanan , biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan.
Keputusan dalam pengedalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan
kedalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif.
Secara kuantitatif, variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan
adalah sebagai berikut:
1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat.
2. Kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan.
3. Berapa jumlah persediaan pengaman.
4. Bagaimana mengendalikan persediaan.
Secara kualitatif, masalah pesediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian
persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah sebagai
berikut:
1. Jenis barang apa yang dimiliki.
2. Di mana barang tersebut berada.
3. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan.
4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item.

2.1.3 Penyebab dan Fungsi Persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya
persediaan adalah sebagai berikut:

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang
tidak dapat di penuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya.
Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan
pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.

Universitas Sumatera Utara

10

2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat
permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu
kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu
produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang
cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan.
Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
3. Keinginan untuk melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan
keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya
operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi
barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau konsumen.

Menurut Yamit, 1999 Ada empat faktor yang dijadikan fungsi dari persediaan,
yaitu :
1. Faktor waktu
Menyangkut lamanya proses produksi atau distribusi sebelum barang jadi
sampai kepada konsumen.
2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier
Menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan agar tidak menghambat
proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen.
3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan
Disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin,
keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai aspek lainnya.
4. Faktor ekonomis
Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah
dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang
paling ekonomis.

Universitas Sumatera Utara

11


Menurut Rangkuti, 1995 ada tiga fungsi dari persediaan yaitu:
1. Fungsi Decoupling
Persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan
agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam
hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan
agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga
“kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan yang
diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuationstock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan
sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar, dibandingkan biaya- biaya yang timbul karena
besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan
dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu

permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan
musiman (seasional inventories).

Universitas Sumatera Utara

12

2.1.4 Jenis- Jenis Persediaan
Assauri, S (1993) mengemukakan bahwa persediaan dibedakan atau dikelompokkan
menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu:
1. Persediaan bahan baku (Raw materials Stock), yaitu persediaan dari
barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Barang
dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau
perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang
menggunakannya.
2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/
komponen stock) yaitu persediaan barang–barang yang terdiri dari parts
yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan
(supplies stock) yaitu persediaan barang–barang atau bahan–bahan yang

diperlukandalam proses produksi atau yang digunakan dalam proses
produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan
dalam bekerjanya

2.1.5 Komponen-Komponen Biaya Persediaan
Masalah utama yang ingin dicapai oleh pengendalian persediaan adalah
meminimumkan biaya operasi total perusahaan. Jadi, ada dua keputusan yang perlu
diambil dalam hal ini, yaitu : (1) berapa jumlah yang harus dipesan setiap kali
pemesanan, dan (2) kapan pemesanan itu harus dilakukan.
Dalam menentukan jumlah yang dipesan pada setiap kali pemesanan, pada
dasarnya harus dipertemukan dua titik ekstrim yaitu memesan dalam jumlah yang
sebesar-besarnya untuk meminimumkan ordering cost, dan memesan dalam jumlah
yang sekecil-kecilnya untuk meminimumkan carryng cost. Kedua titik ekstrim ini

Universitas Sumatera Utara

13

mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan perusahaan. Hasil yang terbaik
akan diperoleh dengan mempertemukan keduanya.

Berbagai macam biaya yang perlu diperhitungkan di saat mengevaluasi
masalah persediaan. Di antara biaya-biaya tersebut, ada tiga kelompok utama, yaitu :
1. Biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya pengadaan (procurement cost)
Ordering cost merupakan total biaya pemesanan

dan pengadaan bahan

sehingga siap untuk dipergunakan atau diproses lebih lanjut. Dengan kata lain,
mencakup

pula

biaya-biaya

pengangkutan,pengumpulan,

pemilikan,

penyusunan, dan penempatan di gudang. Sampai kepada biaya-biaya
manajerial dan klerikal yang berhubungan dengan pemesanan sampai

penempatan bahan/barang di gudang. Untuk dapat membedakan secara tegas
antara kedua macam biaya tersebut (ordering cost dan procurement cost)
dapat dilihat dari sifat “fixed-variable” biaya-biaya yang dikeluarkan pada
waktu pemesanan. Seringkali total kedua biaya tersebut bervariasi menurut
jumlah barang yang dipesan.
Total biaya pemesanan dapat dikelompokan menjadi dua. Pertama, kelompok
biaya pemesanan yang bersifat “fixed”, yang tidak tergantung pada jumlah
barang yang dipesan. Kedua, kelompok bidang pemesanan yang bersifat
“variable”, yang tergantung pada jumlah barang yang dipesan. Bagian yang
bersifat fixed disebut ordering cost, sedangkan yang bersifat variable disebut
procurement cost.
Biaya-biaya pemesanan meliputi :
1. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
2. Biaya transportasi
3. Biaya telepon
4. Biaya administrasi (biaya surat-menyurat)
5. Biaya pengepakan dan penimbangan
6. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan

Universitas Sumatera Utara

14

7. Biaya pengiriman ke gudang
8. Biaya utang lancar, dan sebagainya
2. Biaya penyimpanan (holding cost atau carryng cost)
Holding cost atau carryng cost timbul karena perusahaan menyimpan
persediaan. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs) terdiri atas
biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan.
Biaya penyimpanan perperiode akan semakin besar apabila kuantitas bahan
yang dipesan semakin banyak, atau rata–rata persediaan semakin tinggi.
Biaya- biaya penyimpanan meliputi :
1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin
ruangan dan sebagainya)
2. Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu alternative pendapatan atas
dana yang diinvestasikan dalam persediaan)
3. Biaya gudang
4. Biaya penghitungan fisik
5. Biaya asuransi persediaan
6. Biaya pajak persediaan

2. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost)
Shortage cost timbul apabila ada permintaan terhadap barang yang kebetulan
sedang tidak tersedia di gudang dan biaya ini timbul akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan pemesanan. Untuk barang-barang tertentu,pemesan dapat diminta
untuk menunda pembeliannya atau dengan kata lain pemesan diminta untuk
menunggu. Dalam hal ini shortage cost yang timbul selain biaya ekstra untuk
membuat lagi barang yang dipesan, juga berupa berkurangnya kepercayaan
pemesan apabila pesanan terlambat dipenuhi. Tetapi, untuk barang kebutuhan
sehari-hari pemesan tidak dapat diminta untuk menunda pembeliannya atau
diminta untuk “back order”. Dalam hal ini perusahaan akan kehilangan

Universitas Sumatera Utara

15

pelanggan karena ia akan segera mencari barang yang dibutuhkannya di
perusahaan lain.
Biaya-biaya yang termasuk biaya kehabisan atau kekurangan bahan yaitu :
1. Kehilangan penjualan
2. Kehilangan pelanggan
3. Biaya pemesan khusus
4. Biaya ekspedisi
5. Terganggunya operasi
6. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.

2.2 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung
berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta kapan saatnya mulai
mengadakan pemesanan kembali. Pengendalian persediaan adalah salah satu fungsi
manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapkan metode kuantitatif. Konsep
ini dapat diterapkan baik untuk industri skala kecil maupun industri skala besar
(Rangkuti, 1996).
Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan menentukan
tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang kelancaran dan efektivitas
serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan. Pengendalian persediaan perlu
diperhatikan karena berkaitan dengan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan
sebagai akibat adanya persediaan. Sehingga persediaan yang ada harus seimbang
dengan kebutuhan, karena persediaan yang berlebih beresiko menimbulkan kerusakan
pada produk dan biaya penyimpanan yang tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila
terlalu sedikit akan mengganggu kelancaran produksi,oleh karena itu, perlu adanya
keseimbangan didalam pengadaan persediaan sehingga dapat menekan biaya-biaya
seminimal mungkin serta proses produksi dapat berjalan lancar. Pengendalian

Universitas Sumatera Utara

16

pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya
yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat adanya persediaan (Ristono, 2009).

2.3 ModelEconomic Order Quantity (EOQ)
2.3.1 Pengertian Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ford Harris dari Westinghouse pada
tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi para pakar persediaan untuk
mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan lainnya. Metode ini
dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi
atau pemesanan barang.
Jika suatu barang dipesan dari pemasok, berapa pun jumlah barang yang
dipesan, biaya pemesanan (telepon, pengiriman, administrasi, dan lain-lain). Besarnya
selalu sama. Artinya, biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah pemesanan
melainkan pada berapa kali jumlah pemesanan.
Jika suatu barang diproduksi, perusahaan harus men „set up‟ mesin dan
fasilitas produksi lainnya, harus membuat rencana, dan lain-lain yang biaya tersebut
tidak akan berbeda untuk jumlah produksi yang berbeda.
Fakta lainnya, ada biaya yang berubah jika jumlah unit yang diproduksi atau
dipesan berubah. Biaya ini berbanding lurus dengan jumlah yang diproduksi.
Termasuk dalam kategori ini adalah harga barang, biaya penyimpanan, biaya
penampungan, dan lain-lain.
Menurut Gitosudarmo, (2002:101) EOQ merupakan volume atau jumlah
pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian.
Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan
(pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat
diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal.

Universitas Sumatera Utara

17

EOQ adalah jumlah pesanan yang dapat meminimumkan total biaya
persediaan, pembelian yang optimal. Untuk mencari berapa total barang yang tetap
untuk dibeli dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu
periode (Yamit, 1999)
Ada dua keputusan dasar dalam EOQ (Agustian et al, 2014), yaitu:
1. Berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan pada saat bahan baku
tersebut perlu dibeli kembali (Replenisment Cyle).
2. Kapan perlu dilakukan pembelian kembali (Reorder Point).
Metode EOQ klasik memberikan bentuk analisis persediaan paling mendasar.
Model ini memberikan sarana untuk menentukan berapa jumlah yang harus dipesan
(kuantitas pesanan) dan kapan pemesanan harus dilakukan sehingga biaya-biaya yang
berhubungan dengan persediaan dapat diminimalisir. Asumsi dasar atas model-model
ini adalah bahwa permintaan diketahui dengan pasti dan bersifat konstan (Limansyah,
2011).
Dengan demikian, secara matematis biaya total persediaan dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Biaya Total Persediaan = Biaya Pembelian + Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan
+ Biaya Kekurangan

(2.1)

Misalkan permintaan akan suatu barang adalah konstan sepanjang waktu dengan
tingkat D unit pertahun, biaya yang dikeluarkan ketika sebuah pesanan diajukan
adalah P, biaya penyimpanan perunit barang pertahun adalah s, harga beli perunit
adalah H, dan tingkat persediaan tertinggi terjadi ketika jumlah pesanan Q unit
dikirim.

Universitas Sumatera Utara

18

Gambar 2.1 Biaya Persediaan
Sumber. (Rangkuti,1995)
Karena dalam model persediaan barang EOQ diasumsikan tidak terjadi
kekurangan barang dan biaya pembelian tidak berpengaruh seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.1, maka persediaan (2.1) menjadi:
Biaya Total Persediaan = Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan

(2.2)

Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan ketika sebuah pesanan
diajukan, sehingga besarnya biaya pemesanan selama setahun adalah

(2.3)

=
Keterangan:
: Biaya pembelian
: Frekuensi Pemesanan dalam Setahun
: Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan
: Jumlah pemesanan ekonomis

Universitas Sumatera Utara

19

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan
barang selama barang tersebut disimpan, sehingga besarnya biaya penyimpanan
selama setahun adalah

(2.4)
Keterangan:
: Biaya penyimpanan perunit barang
: Rata-rata banyaknya barang yang disimpan
: Jumlah pemesanan ekonomis

Dengan mensubtitasikan persamaan (2.3) dan (2.4) kedalam persamaan (2.2),
maka diperoleh biaya total persediaan untuk model persediaan barang EOQ adalah
(2.5)
Selanjutnya untuk mencari nilai Q sehingga diperoleh biaya total persediaan yang
minimum, maka haruslah

. Diperoleh

(

)

(

)

(2.6)

Universitas Sumatera Utara

20

Jadi agar biaya total persediaan menjadi minimum, maka jumlah pesanan yang harus
diajukan perusahaan adalah


unit.

2.3.2 Menentukan Jumlah Pemesanan yang Ekonomis (EOQ)
Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat
secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan (Rangkuti, 1995).
Adapun asumsi yang harus dipenuhi dalam metode EOQ, yaitu :
1. Tingkat permintaan datang secara konstan, berulang-ulang dan diketahui.
2. Tidak diperbolehkan terjadinya kehabisan persediaan.
3. Bahan yang dipesan dan diproduksi pada satu waktu.
4. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan.
5. Barang yang dipesan tunggal.
Tetapi dalam kenyataannya asumsi-asumsi di atas tidak dipenuhi semuanya,
karena kondisi dan keadaan yang terkadang bisa terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu
metode EOQ mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi dan
keadaan dari perusahaan itu sendiri. Secara umum, metode EOQ dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Keterangan:



: Biaya setiap kali memesan
: tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan
: biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan

Universitas Sumatera Utara

21

2.3.3 Menentukan Jumlah Persediaan pengaman (safety Stock)
Persediaan Pengaman (safety Stock) adalah suatu pencegahan terhadap stockout
(persediaan habis Di gudang). Faktor-faktor yang mempengaruhi stockout tersebut
seperti permintaan yang berubah-ubah.
Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
atau

(2.7)

Keterangan:
: Safety factor yang digunakan oleh perusahaan
: Standar deviasi permintaan
: Persediaan pengaman

2.3.4Menentukan Saat Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Salah satu asumsi model EOQ adalah bahwa suatu pemesanan diterima dalam
tenggang waktu tidak lama setelah pemesanan barang dilakukan. Apabila antara
pemesanan barang dengan datangnya barang yang dipesan tidak selalu sama
(tenggang waktunya tidak pasti), maka perlu ditentukan kapan pemesanan kembali
barang dilaksanakan agar resiko perusahaan dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam menetukan saat pemesanan kembali dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut:
(2.8)
Keterangan:
: Reorder Point
: jumlah permintaan (per unit) dalam waktu yang ditentukan

Universitas Sumatera Utara

22

: lead Time
: persediaan pengaman

2.3.5 Menentukan Persediaan Maksimal
Besarnya persediaan maksimal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Fitriani et
al, 2014)
(2.9)
Keterangan:
: Maximum inventory
: persediaan pengaman
: Economic Order Quantity

2.3.6 Menentukan Total Biaya persediaan
Dan untuk mendapatkan total biaya persediaan (Rangkuti, 1995) merumuskan :
(2.10)
Keterangan:
: Biaya total persediaan
: jumlah permintaan (per unit ) dalam waktu yang ditentukan
: Economic Order Quantity
: biaya pemesanan dalam sekali pemesan dilakukan
:

Biaya

penyimpanan

dalam

waktu

yang

ditentukan

Universitas Sumatera Utara