Aplikasi Metode Economic Order Quantity (EOQ) Untuk Mengoptimalkan Persediaan Bahan Bakar Minyak (Studi Kasus PT. Kereta Api (PERSERO) Medan)

(1)

APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) UNTUK MENGOPTIMALKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK

(STUDI KASUS PT. KERETA API (PERSERO) MEDAN)

SKRIPSI

RIO OLOAN SITOMPUL 060803061

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) UNTUK MENGOPTIMALKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK

(STUDI KASUS PT. KERETA API (PERSERO) MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RIO OLOAN SITOMPUL 060803061

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) UNTUK MENGOPTIMALKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK (STUDI KASUS PT. KERETA API (PERSERO) MEDAN)

Kategori : SKRIPSI

Nama : RIO OLOAN SITOMPUL Nomor Induk Mahasiswa : 060803061

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan,

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si NIP. 19500321 198003 1 001 NIP. 19530303 198303 1 002

Diketahui/ Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Tulus, M.Si


(4)

PERNYATAAN

APLIKASI METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) UNTUK MENGOPTIMALKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK

(STUDI KASUS PT. KERETA API (PERSERO) MEDAN)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

RIO OLOAN SITOMPUL 060803061


(5)

PENGHARGAAN

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih, dan bimbingan-Nya serta perlindungan-Nya, yang memampukan penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si dan Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si selaku Dosen pembimbing atas arahan, nasehat, motivasi, dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Drs. Rosman Siregar, M.Si dan Drs. Djakaria Sebayang selaku Dosen pembanding yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Dra. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU, Bapak dan Ibu Dosen di Departemen Matematika FMIPA USU, dan Staf administrasi Departemen Matematika FMIPA USU. Terima kasih kepada Bobby sebagai sahabat terbaik dan selalu menemani penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi, kepada Wesley atas motivasi dan arahan-arahannya kepada penulis untuk memperbaiki penulisan skripsi, kepada Marvel, Gindo, Endang, meskipun telah berada di luar kota Medan mereka tetap memberikan dorongan kepada penulis untuk tetap semangat mengerjakan skripsi, kepada teman-teman dari Pasar 1 dan sekitarnya: Ferdinan, Yuda, Christian, Herlin, Sastro, Basra, Ria yang juga tetap sedia membantu penulis dalam penyusunan skripsi, kepada Tina dan Hotmauli atas kesediaan mesin printernya kepada penulis, dan juga kepada teman-teman Mahasiswa matematika stambuk 2006 yang lainnya, buat persahabatan, kebersamaan, dan dukungan, serta motivasinya bagi penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Abang dan Kakak stambuk atas nasehat dan bantuannya selama di perkuliahan, dan juga kepada adik-adik stambuk, terkhusus adik stambuk 2009 yang banyak memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda P. Sitompul dan Ibunda R. Simanjuntak atas doa, kasih sayang, kepercayaan, serta dukungan moril dan materil, yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk tetap semangat dalam perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku Meilani Sitompul atas omelan-omelannya kepada penulis, juga kepada adikku Depi Janita Sitompul dan Edwin Damenta Sitompul atas doa dan dukungannya selama ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tuhan membalas segala kebaikan yang sudah diberikan, dan biarlah kasih dan kemurahan Tuhan yang senantiasa menyertai kita.


(6)

ABSTRAK

PT. Kereta Api (Persero) Medan penting untuk melakukan pengawasan atas persediaan bahan baku BBM. Kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan dalam persediaan bahan baku BBM. Persediaan yang optimal ini memerlukan perencanaan berapa besar bahan baku yang harus dibeli, kapan bahan baku dibeli agar proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan baku. Dengan melakukan analisis dan pengkajian terhadap kasus persediaan bahan baku BBM di PT. Kereta Api (Persero) Medan dengan metode Economic Order Quantity

maka pembelian persediaan bahan baku yang optimal untuk setiap pemesanan oleh perusahaan pada tahun 2008 adalah sebanyak 469.211,0349 liter, tahun 2009 sebanyak 554.759,0608 liter, dan tahun 2010 sebanyak 565.030,5282 liter dengan biaya total persediaan sebanyak: Rp.36.285.395,2965 pada tahun 2008, Rp.35.781.959,4195 pada tahun 2009, dan Rp.38.139.560,65 pada tahun 2010.


(7)

APLICATION METHODS OF ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) TO OPTIMIZE FUEL INVENTORY

(CASE STUDY : PT. KERETA API (PERSERO) MEDAN)

ABSRACT

PT. Kereta Api (Persero) Medan important to watch over the fuel inventory. This can help to achieve the efficiency use of fuel inventory. This optimal inventory need planning of how much and when to buy the fuel inventory so production process are not disrupted due the shortage of fuel inventory. By doing the analysis and research of cases of fuel inventory at PT. Kereta Api (Persero) Medan with Economic Order Quantity Methods so the purchases of fuel inventory is optimal for each order in 2008 as much as 469.211,0349 liters, in 2009 as much as 554.759,0608 liters, and in 2010 as much as 565.030,5282 liters, with a total inventory cost as much: Rp.36.285.395, 2965 in 2008, Rp.35.781.959, 4195 in 2009, and Rp.38.139.560, 65 in 2010.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak v Abstract vi Daftar Isi vii

Daftar Gambar ix Daftar Tabel x Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Pembatasan Masalah 3 1.4 Tinjauan Pustaka 4

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Manfaat Penelitian 6 1.7 Metode Penelitian 6 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Fungsi Pengendalian. 8

2.2 Tujuan Pengendalian Persediaan 9

2.3 Komponen-Komponen Biaya Persediaan. 10 2.3.1 Biaya Pembelian (Purchasing Cost) 10

2.3.2 Biaya Pengadaan (Procurement Cost) 11

2.3.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost) 11

2.3.4 Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost) 12

2.4 Model-Model Persediaan 13

2.5 Metode Economic Order Quantity (EOQ) 14

2.5.1 Perumusan Metode EOQ 15

2.5.2 Persediaan Pengaman (Safety Stock) 17

2.5.3 Pemesanan Kembali (Reorder Point) 17

2.5.4 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory) 18

2.5.5 Total Inventory Cost 18

Bab 3 PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data 19

3.2 Pengolahan Data 20

3.2.1 Pemakaian Bahan Baku BBM pada PT. Kereta Api (Persero 20 Medan) 3.2.2 Biaya Pemesanan 23

3.2.3 Biaya Penyimpanan 23

3.2.4 Economic Order Quantity (EOQ) 24


(9)

3.2.6 Pemesanan Kembali (Reorder Point) 26

3.2.7 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory) 27 3.2.8 Biaya Total Persediaan (Total Inventory Cost) 28 3.3 Hubungan antara dan Maximum

Inventory pada PT. Kereta Api (Persero) Medan 30

Bab 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan 34

4.2 Saran 35

Daftar Pustaka 36


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2 Grafik Model Persediaan EOQ 14

Gambar 3.1 Grafik Model Persediaan Tahun 2008 31

Gambar 3.2 Grafik Model Persediaan Tahun 2009 32


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pemakaian Bahan Baku BBM tahun 2008 20

Tabel 3.2 Pemakaian Bahan Baku BBM tahun 2009 21

Tabel 3.3 Pemakaian Bahan Baku BBM tahun 2010 22

Tabel 3.4 Biaya Pemesanan BBM pada PT. Kereta Api (Persero) Medan 23


(12)

ABSTRAK

PT. Kereta Api (Persero) Medan penting untuk melakukan pengawasan atas persediaan bahan baku BBM. Kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan dalam persediaan bahan baku BBM. Persediaan yang optimal ini memerlukan perencanaan berapa besar bahan baku yang harus dibeli, kapan bahan baku dibeli agar proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan baku. Dengan melakukan analisis dan pengkajian terhadap kasus persediaan bahan baku BBM di PT. Kereta Api (Persero) Medan dengan metode Economic Order Quantity

maka pembelian persediaan bahan baku yang optimal untuk setiap pemesanan oleh perusahaan pada tahun 2008 adalah sebanyak 469.211,0349 liter, tahun 2009 sebanyak 554.759,0608 liter, dan tahun 2010 sebanyak 565.030,5282 liter dengan biaya total persediaan sebanyak: Rp.36.285.395,2965 pada tahun 2008, Rp.35.781.959,4195 pada tahun 2009, dan Rp.38.139.560,65 pada tahun 2010.


(13)

APLICATION METHODS OF ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) TO OPTIMIZE FUEL INVENTORY

(CASE STUDY : PT. KERETA API (PERSERO) MEDAN)

ABSRACT

PT. Kereta Api (Persero) Medan important to watch over the fuel inventory. This can help to achieve the efficiency use of fuel inventory. This optimal inventory need planning of how much and when to buy the fuel inventory so production process are not disrupted due the shortage of fuel inventory. By doing the analysis and research of cases of fuel inventory at PT. Kereta Api (Persero) Medan with Economic Order Quantity Methods so the purchases of fuel inventory is optimal for each order in 2008 as much as 469.211,0349 liters, in 2009 as much as 554.759,0608 liters, and in 2010 as much as 565.030,5282 liters, with a total inventory cost as much: Rp.36.285.395, 2965 in 2008, Rp.35.781.959, 4195 in 2009, and Rp.38.139.560, 65 in 2010.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang. Perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan penting yang mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan, baik itu perusahaan dagang, perusahaan pabrik ataupun perusahaan jasa, karena mempunyai nilai yang cukup besar dan mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi.

Barang-barang tidak selamanya tersedia setiap saat. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa pada suatu waktu perusahaan tidak dapat memenuhi keinginan konsumen yang membutuhkan barang atau jasa yang diproduks i. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan. Ketiadaan bahan baku dalam suatu perusahaan akan mengakibatkan terhentinya proses produksi. Sementara itu kelebihan persediaan bahan baku akan mengakibatkan semakin besarnya pengeluaran perusahaan karena adanya penyimpanan bahan baku tersebut. Oleh karena itu, tersedianya persediaan bahan baku untuk keperluan produksi merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan.

Dalam menyediakan bahan baku, perusahaan harus terlebih dahulu merencanakan berapa jumlah yang harus dibeli. Untuk memenuhi kebutuhan proses


(15)

produksi dalam jangka panjang perusahaan harus membeli bahan baku dalam jumlah yang besar dan menyimpannya di gudang. Pembelian bahan baku dalam jumlah yang besar dapat menguntungkan perusahaan karena selain akan mendapatkan potongan harga, juga akan mengatasi masalah kehabisan bahan baku. Sementara itu jumlah persediaan bahan baku yang terlalu besar akan berakibat pada membengkaknya biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin besar barang yang ada di gudang, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk penyimpanannya.

Perusahaan penting untuk melakukan pengawasan atas persediaan bahan baku. Kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan dalam persediaan bahan baku. Tetapi perlu diketahui bahwa hal ini tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko yang timbul akibat adanya persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil, melainkan hanya mengurangi resiko sekecil mungkin. Persediaan yang optimal merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan bahan baku. Persediaan yang optimal ini memerlukan perencanaan berapa besar bahan baku yang harus dibeli, kapan bahan baku dibeli agar proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan baku.

Setiap perusahaan selalu berusaha untuk menentukan kebijakan penyediaan bahan baku yang tepat, dalam arti tidak menganggu proses produksi dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Salah satu metode yang digunakan untukj mengatasi hal ini adalah metode Economic Order Quantity . Metode paling banyak digunakan saat ini karena mudah dalam penggunaannya. Model persediaan ini menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut (Nasution, 2008 : 134):

a. Hanya satu item barang yang diperlukan

b. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu)

c. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (inteneously) atau tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah (tak terhingga).

d. Waktu lead time bersifat konstan.

e. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.


(16)

f. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (storage). g. Tidak ada quantity discount.

Berdasarkan pengamatan penulis, pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan PT. Kereta Api (Persero) Medan hanya berdasarkan perkiraan kebutuhan untuk kegiatan operasional dan cenderung relatif tetap setiap periode pembeliannya. Pada kenyataannya, pemakaian BBM yang terjadi bersifat fluktuatif atau berubah-ubah setiap waktunya. Misalnya pemakaian BBM pada PT. Kereta Api (Persero) Medan pada hari Sabtu dan Minggu akan lebih besar dari hari biasa karena pada hari tersebut Kereta Api juga digunakan untuk pengangkutan bahan baku maupun hasil produksi suatu perusahaan. Selain itu, pemakaian BBM saat hari libur juga akan lebih besar dari hari biasa karena terjadi lonjakan penumpang. Berdasarkan hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa pemakaian bahan baku BBM pada PT. Kereta Api (Persero) Medan setiap periodenya masih berubah-ubah (fluktuatif) sehingga persediaan BBM belum efisien.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka model sangat tepat untuk diaplikasikan pada penentuan persediaan bahan bakar minyak (BBM) pada PT. Kereta Api (Persero) Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah menentukan dan meningkatkan efisiensi persediaan bahan baku BBM yang optimal dengan metode Economic Order Quantity ( ) pada PT.Kereta Api (Persero) Medan dari tahun 2008 s/d 2010.

1.3Pembatasan Masalah

Sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki penulis, maka pada permasalahan tulisan ini dibatasi sebagai berikut:


(17)

a. Menentukan persediaan bahan baku BBM yang optimal pada PT. Kereta Api (Persero) Medan.

b. Data atau informasi periode tahun 2008 s/d 2010 dari PT. Kereta Api (Persero) Medan perihal:

1. Jumlah pemakaian BBM tiap bulan

2. Biaya dan lamanya tenggang waktu pemesanan BBM tiap tahun.

3. Besarnya biaya penyimpanan (Carrying Cost) tiap liter persediaan bahan baku BBM.

c. Pada PT. Kereta Api (Persero) Medan yaitu: 1. Jumlah Kereta Api yang beroperasi tetap. 2. Tidak terjadi penambahan gerbong kereta api.

3. Tidak adanya penambahan jalur rel kereta api yang baru.

1.4 Tinjauan Pustaka

Pada berbagai perusahaan, persediaan bahan baku memegang peranan penting dalam menunjang operasi (kegiatan) perusahaan atau organisasi tersebut. Menurut Matz (1994: 229) pengendalian persediaan yang efektif harus:

a. Menyediakan bahan dan suku cadang yang dibutuhkan bagi operasi yang efisien dan lancar.

b. Menyediakan cukup banyak persediaan dalam periode kekurangan persediaan (musiman, siklus atau pemogokan), dan dapat mengantisipasi perubahan harga.

c. Menyiapkan bahan dengan waktu dan biaya penanganan yang minimum serta melindunginya dari kebakaran, pencurian, dan kerusakan selama bahan tersebut ditangani

d. Mengusahakan agar jumlah persediaan yang tidak terpakai, berlebih, atau yang rusak sekecil mungkin dengan melaporkan perubahan produk secara sistematik, dimana perubahan tersebut mungkin akan mempengaruhi bahan suku cadang.

e. Menjamin kemandirian persediaan bagi pengiriman yang tepat waktu kepada pelanggan.


(18)

f. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada pada tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.

Dua masalah yang dihadapi suatu sistem dalam mengelola persediaannya (Nasution, 2008: 116) adalah sebagai berikut:

a. Masalah Kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain:

1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat 2. Kapan pemesanan atau pembuatan barang harus dilakukan 3. Berapa jumlah persediaan pengamanannya

4. Metode pengendalian persediaan mana yang paling tepat

b. Masalah Kualitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan seperti:

1. Jenis barang apa yang dimiliki 2. Dimana barang tersebut berada

3. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan

4. Siapa saja yang menjadi pemasok (supplier) masing-masing item.

Tujuan pengendalian persediaan (Assauri, 1998: 177) dapat diartikan sebagai usaha untuk:

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses produksi terhenti.

b. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.


(19)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah persediaan bahan baku BBM dan biaya total persediaan yang optimal menurut metode Economic Order Quantity ( ) pada PT. Kereta Api (Persero) Medan tahun 2008 s/d 2010.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui jumlah persediaan bahan baku BBM dan biaya total persediaan yang optimal menurut metode Economic Order Quantity ( ) pada PT. Kereta Api (Persero) Medan tahun 2008 s/d 2010.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan dalam mengambil keputusan dalam hal pengadaan persediaan BBM yang optimal.

1.6Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian literatur dan studi kasus. Adapun langkah-langkah yang diambil adalah:

a. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh berasal dari hasil pengamatan, pencatatan, wawancara dan diskusi dari PT. Kereta Api (Persero) Medan yang berlokasi di Jl Prof HM Yamin SH No. 14 dengan No. Telp : (0614) 533012.

Data yang dikumpulkan adalah:

1. Data jumlah pemakaian bahan baku BBM periode 2008 s/d 2010. 2. Data biaya pemesanan bahan baku BBM periode 2008 s/d 2010.

3. Data biaya penyimpanan (carrying cost) bahan baku BBM periode 2008 s/d 2010.


(20)

b. Pengolahan Data

Selanjutnya dengan data yang telah memenuhi persyaratan, maka akan dihitung jumlah persediaan dan biaya total persediaan yang optimal menurut metode Economic Order Quantity ( ) pada PT. Kereta Api (Persero) Medan tahun 2008 s/d 2010.


(21)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Fungsi Pengendalian Persediaan

Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang jadi di pasaran akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan akan mengakibatkan perusahaan kehilangan mereka, sedangkan kelebihan persediaan akan menimbulkan biaya ekstra (biaya penyimpanan dan lain-lain), di samping resiko kerusakan karena penyimpanan barang yang terlalu lama. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian persediaan yang efektif sangat diperlukan oleh suatu perusahaan. (Subagyo, 1984: 205)

Oleh karena itu pengendalian persediaan pada hakikatnya mencakup dua fungsi yang berhubungan sangat erat yaitu: (Siagian, 2006: 16)

a. Perencanaan persediaan

Aspek perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan disediakan atau diproduksi dan sumber terbaik pengadaan barang-barang.

b. Pengawasan persediaan Aspek pengawasan yaitu:

1. Bilamana dan berapa kali pesanan atau produksi dilaksanakan. 2. Berapa banyak pesanan atau produksi tersebut.


(22)

Fungsi pengendalian persediaan ditentukan oleh berbagai kondisi yaitu: (Subagyo, 1984: 206)

a. Bila jangka waktu pengiriman relatif lama maka perusahaan perlu persediaan bahan baku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama jangka waktu pengiriman. Atau pada perusahaan dagang, persediaan barang dagangan harus cukup untuk melayani permintaan langganan selama jangka waktu pengiriman barang dari penyedia atau produsen.

b. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar daripada yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena membeli dan memproduksi dalam jumlah yang besar pada umumnya lebih ekonomis. Karena sebagian barang/bahan yang belum digunakan disimpan sebagai persediaan.

c. Apabila permintaan barang bersifat musiman sedangkan tingkat produksi setiap saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut dengan membuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti fluktuasi permintaan. Tingkat produksi yang konstan umumnya lebih disukai karena biaya-biaya untuk mencari dan melatih tenaga kerja baru, upah lembur, dan sebagainya (bila tingkat produksi berfluktuasi) akan lebih besar daripada biaya penyimpanan barang di gudang (bila tingkat persediaan berfluktuasi).

d. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang/bahan pengganti atau biaya kehabisan barang/bahan (stock out cost) relatif besar.

2.2Tujuan Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan dijalankan untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan pada persediaan tersebut yaitu untuk menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontonuitas produksi dengan biaya yang ekonomis.


(23)

Dari pengertian di atas, maka tujuan pengendalian persediaan adalah sebagai berikut: (Ristono, 2009: 5)

a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat. b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang berakibat terhentinya proses produksi. c. Untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat

mengakibatkan biaya pemesanan menjadi lebih besar.

e. Menjaga agar persediaan di gudang tidak berlebihan, karena dapat mengakibatkan meningkatnya resiko dan juga biaya penyimpanan di gudang.

2.3Komponen-Komponen Biaya Persediaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya system persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari: (Nasution, 2008: 121)

2.3.1 Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini bias disebut sebagai quantity discount atau price break dimana harga barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli banyak.

Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan ke dalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1 tahun) konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi berapa banyak barang yang harus dipesan.


(24)

2.3.2 Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang, yaitu:

a. Biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk sekali pesan.

b. Biaya pembuatan (setup cost)

Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbu dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.

2.3.3 Biaya penyimpanan (Holding Cost)

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliput i:

a. Biaya Modal

Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan memiliki ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suatu bunga bank. Oleh karena itu biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam suatu biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.

b. Biaya Gudang

Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.


(25)

c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai persentasenya.

d. Biaya Kadaluarsa (Absolence)

Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model sepeti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.

e. Biaya Asuransi

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.

f. Biaya Administrasi dan Pemindahan

Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.

2.3.4 Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)

Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehiggan beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari:


(26)

a. Kuantitas tidak dapat dipenuhi

Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan.

b. Waktu Pemenuhan

Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapat keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang.

c. Biaya Pengadaan Darurat

Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan.

2.4Model-Model Persediaan

Model persediaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (Taha, 1982)

a. Model Deterministik

Model deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan pesanan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya. Model ini dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Deterministik Statis

Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode diketahui secara pasti dan bersifat konstan.


(27)

2. Deterministik Dinamik

Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode diketahui secara pasti, tetapi bervariasi dari satu periode ke periode lainnya.

b. Model Probabilistik

Model probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya, sehingga perlu didekati dengan distribusi probabilitas. Model ini dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Probabilistik Stationary

Pada model ini tingkat permintaaan bersifat random, dimana probability density function dari permintaan tidak dipengaruhi oleh waktu setiap periode.

2. Probabilistik Nonstationary

Pada model ini tingkat permintaaan bersifat random, dimana probability density function dari permintaan bervariasi dari satu periode ke periode lainnya.

2.4Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Model ini diarahkan untuk menemukan jumlah pesanan yang memenuhi total biaya persediaan minimal dengan mempertimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, sehingga diharapkan tidak ada kekurangan persediaan. Metode ini dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang diproduksi sendiri.


(28)

2.4.1 Perumusan Metode EOQ

Model Persediaan ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Hanya satu barang yang diperhitungkan.

b. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui, relatif tetap dan terus menerus.

c. Barang yang dipesan diasumsikan langsung dapat tersedia atau berlimpah. d. Waktu tenggang (lead time) bersifat konstan.

e. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

f. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaa. g. Tidak ada quantity discount.

Secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut (Nasution, 2008: 135)

Tingkat Persediaan titik saat pesanan

diterima (reorder point)

Q

Q-Dt

rata-rata persediaan = Q/2

Waktu(t)

Gambar 2 Grafik Model Persediaan EOQ

Dalam metode EOQ digunakan beberapa notasi sebagai berikut: D = jumlah pemesanan barang suatu periode (unit/tahun) d = tingkat kebutuhan per unit waktu (unit/tahun)

S = biaya pemesanan (rupiah)

T = periode/waktu pemesanan (tahun) t = waktu satu putaran produksi (tahun)


(29)

C = harga barang (rupiah)

H = biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun) Q = jumlah pemesanan (unit)

F = frekuensi pemesanan (kali/tahun) L = waktu tenggang atau lead time (hari) TC = total biaya persediaan (rupiah/tahun)

Merujuk pada (Eddy Herjanto, 1999: 175):

Frekuensi Pesanan = jumlah pemesanan barang suatu periode / jumlah pemesanan

=

Biaya Pemesanan Pertahun = frekuensi pesanan x biaya pesanan =

Biaya Penyimpanan Pertahun = persediaan rata-rata x biaya penyimpanan =

Total Biaya Pertahun (TC) = biaya pemesanan pertahun + biaya penyimpanan pertahun

=

terjadi bila biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan, maka

2DS =

=

adalah yaitu jumlah pemesanan yang memberikan total biaya persediaan yang optimal.


(30)

2.4.2 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan.

Batas toleransi ( ) yang digunakan oleh perusahaan adalah 5% di atas perkiraan dan 5% di bawah perkiraan. Dengan dua batas toleransi tersebut pada Tabel Standar Deviasi Normal maka nilai Standar Normal Deviasi ( ) yang digunakan adalah 1,65.

Dengan Rumus : Dimana :

= Safety Stock = Standar deviasi

=

= banyaknya data

(Eddy Herjanto, 1999 : 182)

2.4.3 Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Saat harus diadakan pemesanan kembali sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan tepat waktu (di mana persediaan di atas persediaan pengaman sama dengan nol). Titik pemesanan ulang dapat ditetapkan dengan menjumlahkan penggunaan selama waktu tenggang ditambah dengan persediaan pengaman.

Dengan Rumus: Dimana:

= titik pemesanan ulang (reorder point) = tingkat kebutuhan persediaan per hari = = waktu tenggang (lead time)


(31)

2.4.4 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory)

Persediaan maksimal merupakan jumlah persediaan yang paling banyak yang boleh ada di gudang. Besarnya persediaan maksimal atau maximum inventory yang ada di gudang dapat dicari dengan menjumlahkan kuantitas persediaan menurut dengan jumlah persediaan pengaman (safety stock).

Dengan Rumus: Dimana:

= Maximum Inventory ( Eddy Herjanto, 1999: 183)

2.4.5 Total Inventory Cost

Merupakan keseluruhan dari biaya persediaan yang dikeluarkan , Dengan Rumus: =


(32)

BAB 3

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan selama 3 hari yaitu sejak tanggal 11 sampai dengan 13 Mei 2011, sesuai dengan izin yang diberikan oleh Direktur PT. Kereta Api (Persero) Medan. Dan lokasi penelitian ditetapkan pada PT. Kereta Api (Persero) Medan berlokasi di Jl Prof HM Yamin SH No. 14 Medan dengan No. Telp : (0614) 533012. Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan yang akan digunakan dalam menganalisis data selanjutnya.

Data yang diperoleh berasal dari hasil pengamatan, pencatatan, wawancara dan diskusi adalah:

a. Data pemakaian Bahan Bakar Minyak (dalam hal ini berupa Solar) periode tahun 2008 s/d 2010.

b. Data biaya pemesanan bahan baku BBM periode tahun 2008 s/d 2010.

c. Data biaya penyimpanan bahan baku BBM selama periode tahun2008 s/d 2010. Dalam hal ini tidak dikenakan biaya sewa gudang karena perusahaan mempunyai gudang sendiri. Biaya penyimpanan diperoleh dari biaya perawatan, pajak , dan lain-lain.

d. Data biaya pemesanan bahan baku BBM selama periode tahun2008 s/d 2010 yang meliputi biaya bongkar, biaya pembuatan faktur, biaya ekspedisi dan administrasi.


(33)

3.2Pengolahan Data

3.2.1 Pemakaian Bahan Baku BBM pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

a. Tahun 2008

Tabel 3.1 Pemakaian Bahan Baku BBM tahun 2008

Bulan Penggunaan (liter) Harga Pembelian (rupiah) 1 554.338 4.300 2.383.653.400 2 473.181 4.300 2.034.678.300 3 499.840 4.300 2.149.312.000 4 490.227 4.300 2.107.976.100 5 501.258 4.300 2.155.409.400 6 490.045 4.300 2.107.193.500 7 496.375 4.300 2.134.412.500 8 486.089 4.300 2.090.182.700 9 466.745 4.300 2.007.003.500 10 501.115 4.300 2.154.794.500 11 460.720 4.300 1.981.096.000 12 496.840 4.300 2.136.412.000 Jumlah 5.916.773 25.442.123.900 Rata-rata 493.064,4167 2.120.176.991,67 Sumber: PT. Kereta Api (Persero) Medan

Dari tabel 3.1 dapat diketahui pemakaian BBM pada tahun 2008 mengalami fluktuasi yaitu jumlah pemakaian BBM berbeda disetiap periode waktunya. Pemakaian terendah terjadi di bulan November yaitu sebanyak 490.045 liter, sedangkan pemakaian terbesar terjadi di bulan Januari yaitu sebanyak 554.338 liter. Total pemakaian BBM pada tahun 2008 adalah sebesar 5.916.773 liter dengan pembelian sebesar Rp.25.442.123.900,00.


(34)

b. Tahun 2009

Tabel 3.2 Pemakaian Bahan Baku BBM tahun 2009

Bulan Penggunaan (liter) Harga Pembelian (rupiah) 1 499.830 4.300 2.149.269.000 2 439.680 4.300 1.890.624.000 3 486.400 4.300 2.091.520.000 4 459.580 4.300 1.976.194.000 5 494.360 4.300 2.125.748.000 6 497.480 4.300 2.139.164.000 7 509.050 4.300 2.188.915.000 8 520.603 4.300 2.238.592.900 9 466.810 4.300 2.007.283.000 10 496.710 4.300 2.135.853.000 11 470.590 4.300 2.023.537.000 12 497.250 4.300 2.138.175.000 Jumlah 5.838.343 25.104.874.900 Rata-rata 486.528,5833 2.092.072.908,3333 Sumber: PT. Kereta Api (Persero) Medan

Dari tabel 3.2 dapat diketahui pemakaian BBM pada tahun 2009 juga masih mengalami fluktuasi. Pemakaian terendah terjadi di bulan Februari yaitu sebanyak 439.680 liter, sedangkan pemakaian terbesar terjadi di bulan Agustus yaitu sebanyak 520.603 liter. Total pemakaian BBM pada tahun 2009 adalah sebesar 5.838.343 liter dengan pembelian sebesar Rp.25.104.874.900,00.


(35)

c. Tahun 2010

Tabel 3.3 Pemakaian Bahan Baku BBM tahun 2010

Bulan Penggunaan (liter) Harga Pembelian (rupiah) 1 469.410 4.500 2.112.345.000 2 445.490 4.500 2.004.705.000 3 487.350 4.500 2.193.075.000 4 487.480 4.500 2.193.660.000 5 509.220 4.500 2.291.490.000 6 496.420 4.500 2.233.890.000 7 522.670 4.500 2.352.015.000 8 538.730 4.500 2.424.285.000 9 505.000 4.500 2.272.500.000 10 540.650 4.500 2.432.925.000 11 494.120 4.500 2.223.540.000 12 506.250 4.500 2.278.125.000 Jumlah 6.002.790 27.012.555.000 Rata-rata 500.232,50 2.251.046.250.00 Sumber: PT. Kereta Api (Persero) Medan

Dari tabel 3.3 dapat diketahui pemakaian BBM pada tahun 2010 juga mengalami fluktuasi. Pemakaian terendah terjadi di bulan Februari yaitu sebanyak 445.490 liter, sedangkan pemakaian terbesar terjadi di bulan Oktober yaitu sebanyak 540.650 liter. Total pemakaian BBM pada tahun 2010 adalah sebesar 6.002.790 liter dengan pembelian sebesar Rp.27.012.555.000,00.


(36)

3.2.2 Biaya Pemesanan pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar hingga sampainya barang di gudang. Dalam hal ini biaya pemesanan perushaan meliputi biaya ekspedisi, biaya administrasi, biaya pembuatan faktur dan biaya bongkar.

Tabel 3.4 Biaya Pemesanan per Pesanan BBM pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

Jenis Biaya Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 B. Ekspedisi dan Adm Rp. 450.000,00 Rp. 450.000,00 Rp. 485.000,00 B. Pembuatan faktur Rp. 325.000,00 Rp. 325.000,00 Rp. 350.000,00 B. Bongkar Rp. 950.000,00 Rp. 925.000,00 Rp. 960.000,00 Jumlah Rp. 1.725.000,00 Rp. 1.700.000,00 Rp. 1.795.000,00 Sumber: PT. Kereta Api (Persero) Medan

3.2.3 Biaya Penyimpanan pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

Biaya penyimpanan (H) merupakan biaya yang terkait dengan proses penyimpanan bahan baku di gudang. Biaya ini meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah persediaan BBM yang disimpan, begitu juga sebaliknya akan mengalami penurunan jika persediaan BBM yang disimpan juga berkurang. Biaya penyimpanan pada PT. Kereta Api (Persero) Medan adalah sebesar 1,5 % dari harga persediaan BBM per liternya, yaitu sebesar Rp. 64,5 pada tahun 2008, Rp 64,5 juga pada tahun 2009, dan Rp. 67,5 pada tahun 2010.


(37)

3.2.4 Economic Order Quality (EOQ)

Perhitungan EOQ pada PT. Kereta Api (Persero) Medan adalah sebagai berikut:

1. EOQ tahun 2008

=

=

=

= 562.564,2682 = 562.564 liter

Dari perhitungan di atas , pembelian bahan baku yang optimal untuk sekali pesan oleh perusahaan pada tahun 2008 adalah sebanyak 469.211,0349 liter dengan frekuensi sebesar = 10.5175 atau 11 kali.

Jumlah uang pada pembelian yang optimal pada tahun 2008 adalah

562.564 liter x Rp 4.300 = Rp. 2.419.025.200

2. EOQ pada tahun 2009

=

=

=

= 554.759,0608 = 554.759 liter

Dari perhitungan di atas , pembelian bahan baku yang optimal untuk sekali pesan oleh perusahaan pada tahun 2009 adalah sebanyak 469.211,0349 liter dengan frekuensi sebesar = 10,5241 atau 11 kali.

Jumlah uang pada pembelian yang optimal pada tahun 2009 adalah


(38)

3. EOQ pada tahun 2010 =

=

=

= 565.030,5282 = 565.031 liter

Dari perhitungan di atas , pembelian bahan baku yang optimal untuk sekali pesan oleh perusahaan pada tahun 2010 adalah sebanyak 469.211,0349 liter dengan frekuensi sebesar = 10.6238 atau 11 kali.

Jumlah uang pada pembelian yang optimal pada tahun 2010 adalah

565.031 liter x Rp 4.500 = Rp. 2.542.639.500

3.2.5 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Perhitungan Persediaan Pengaman dilakukan untuk melindungi atau menjaga perusahaan dari kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan.

1. Safety Stock Tahun 2008

Dari Tabel Deviasi 2008 diperoleh nilai standar deviasi normal pada tahun 2008 adalah = 22.652,3908.

Maka besarnya safety stock pada tahun 2008 adalah = x

= 1,65 x 22.652,3908

= 37.376,4448 = 37.376 liter

Jadi, persediaan pengaman yang harus disediakan oleh PT. Kereta Api pada tahun 2008 adalah 37.376 liter.


(39)

2. Safety Stock Tahun 2009

Dari Tabel Deviasi 2008 diperoleh nilai standar deviasi normal pada tahun 2008 adalah = 22.001,8480.

Maka besarnya safety stock pada tahun 2009 adalah = x

= 1,65 x 22.001,8480

= 36.303,0493 = 36.303 liter

Jadi, persediaan pengaman yang harus disediakan oleh PT. Kereta Api pada tahun 2009 adalah 36.303 liter.

3. Safety Stock Tahun 2010

Dari Tabel Deviasi 2010 diperoleh nilai standar deviasi normal pada tahun 2010 adalah = 25.958,3616.

Maka besarnya safety stock pada tahun 2009 adalah = x

= 1,65 x 25.958,3616

= 42.831,2966 = 42.831 liter

Jadi, persediaan pengaman yang harus disediakan oleh PT. Kereta Api pada tahun 2010 adalah 42.831 liter.

3.2.6 Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Perusahaan melakukan pemesanan kembali yaitu disaat sebelum persediaan yang ada di gudang habis. Hal ini diperlukan karena tidak selamanya pesanan bahan baku dapat segera terkirim atau terpenuhi oleh pihak pemasok, sehingga diperlukan waktu tenggang atau lead time.

Reorder Point diperoleh dengan memperhitungkan lead time ( ) dan tingkat kebutuhan per hari (d). merupakan hasil kali L dan d ditambah dengan persediaan pengaman (safety stock). Pada PT. Kereta Api Medan lamanya lead time adalah hanya 1 hari, pemesanan kembali bahan baku BBM akan langsung dapat


(40)

tersedia keesokan harinya dikarenakan bahan baku dipesan langsung dengan menggunakan lokomotif yang biasanya menarik rangkaian BBM dari Dipo BBM Pertamina Labuan yang berdekatan dengan Stasiun Labuan.

1. Reorder Point Tahun 2008 =

= ( x 1) + 37.376

= (16.435,4806 x 1) + 37.376

= 53.811,4806 = 53.811 liter.

2. Reorder Point Tahun 2009

= ( x 1) + 36.303

= (16.217,6194 x 1) + 36.303

= 52.520,6194 = 52.521 liter.

3. Reorder Point Tahun 2010

= ( x 1) + 42.831

= (16.674,4167 x 1) + 42.831

= 59.505,4167 = 59.505 liter.

3.2.7 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory)

Persediaan Maksimal merupakan persediaan yang paling banyak yang boleh ada di gudang. Maximum Inventory diperlukan uantuk menghindari jumlah persediaan yang berlebihan di gudang, sehingga tidak menimbulkan biaya yang lebih besar untuk penyimpanan persediaan tersebut.


(41)

Besarnya persediaan maksimal atau maximum inventory yang ada di gudang dapat dicari dengan menjumlahkan kuantitas persediaan menurut EOQ dengan jumlah persediaan pengaman (safety stock).

1. Maximum Inventory Tahun 2008

= +

= 37.376 + 562.564 = 599.940 liter.

2. Maximum Inventory Tahun 2009

= +

= 36.303 + 554.759 = 591.062 liter.

3. Maximum Inventory Tahun 2010

= +

= 42.831 + 565.031 = 607.862 liter.

3.2.8 Biaya Total Persediaan (Total Inventory Cost)

Perhitungan Biaya Total Persediaan menurut metode EOQ (Economic Order Quantity) pada PT. Kereta Api (Persero) Medan adalah sebagai berikut:

1. Total Inventory Cost tahun 2008 =

=

=


(42)

2. Total Inventory Cost tahun 2009 =

=

=

= Rp. 35.781.959,4195

3. Total Inventory Cost tahun 2010 =

=

=

= Rp. 38.139.560,6523

Sebagai perbandingan, maka Biaya Total Persediaan menurut perusahaan adalah sebagai berikut:

1. =

= (493.064,4167 x 64,5) + (12 x 1.725.000) = 31.802.654,8772 + 20.700.000

= Rp. 52.502.654,8772

=

= (486.528,5833 x 64,5) + (12 x 1.700.000) = 31.381.093,6229 + 20.400.000

= Rp. 51.781.093,6229

=

= (500.232,50 x 67,5) + (12 x 1.795.000) = 33.765.693,75 + 21.540.000


(43)

Adapun perbandingan perusahaan dengan menurut metode dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.6 Perbandingan Perusahaan Dengan menurut Metode .

Tahun TIC Perusahaan TIC EOQ Selisih

2008 Rp. 52.502.654,8772 Rp. 36.285.395,2965 Rp. 16.217.259,5807 2009 Rp. 51.781.093,6229 Rp. 35.781.959,4195 Rp. 15.999.134,2034 2010 Rp. 55.305.693,75 Rp. 38.139.560,65 Rp. 17.166.133,1 Jumlah Rp.159.589.442,2501 Rp. 110.206.915,366 Rp. 49.382.526,8841

Dari tabel dapat dilihat bahwa Total Inventory Cost menurut metode EOQ lebih baik dari metode yang digunakan oleh perusahaan, karena terbukti lebih optimal. Pada tahun 2008, penghematan yang dapat dilakukan adalah sebesar Rp. 16.217.259,5807 yang diperoleh dari selisih biaya total persediaan menurut perusahaan tahun 2008 dengan biaya total persediaan menurut metode EOQ tahun 2008. Penghematan pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 berturut-turut sebesar Rp. 15.999.134,2034 dan Rp. 17.166.133,10. Jadi, jumlah biaya total persediaan yang dapat dihemat pada tahun 2008 hingga 2010 yaitu sebesar Rp. 49.382.526,8841.

3.3 Hubungan antara dan Maximum Inventory pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

Dari pengolahan data diperoleh hubungan dan Maximum Inventory pada PT. Kereta Api (Persero) Medan pada tahun 2008, 2009 dan 2010:

1. Tahun 2008

Perusahaan melakukan pemesanan kembali bahan baku BBM sebanyak 53.811 liter dengan lead time 1 hari pada saat persediaan pengaman (safety stock) sebanyak 37.376 liter. Jumlah pembelian optimum yang harus dilakukan perusahaan adalah sebanyak 562.564 liter agar tidak melebihi Maximum Inventory 599.940 liter.


(44)

Secara grafis, model persediaan pada tahun 2008 dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model Persediaan Tahun 2008

2. Tahun 2009

Perusahaan melakukan pemesanan kembali bahan baku BBM sebanyak 52.521 liter dengan lead time 1 hari pada saat persediaan pengaman (safety stock) sebanyak 36.303 liter. Jumlah pembelian optimum yang harus dilakukan perusahaan adalah sebanyak 554.759 liter agar tidak melebihi Maximum Inventory 591.062 liter.

Secara grafis, model persediaan pada tahun 2008 dapat digambarkan sebagai berikut:


(45)

Gambar 3.2 Model Persediaan Tahun 2009

3. Tahun 2010

Perusahaan melakukan pemesanan kembali bahan baku BBM sebanyak 59.505 liter dengan lead time 1 hari pada saat persediaan pengaman (safety stock) sebanyak 42.831 liter. Jumlah pembelian optimum yang harus dilakukan perusahaan adalah sebanyak 565.031 liter agar tidak melebihi Maximum Inventory 607.862 liter.

Secara grafis, model persediaan pada tahun 2010 dapat digambarkan sebagai berikut:


(46)

(47)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data menurut Metode Economic Order Quantity pada PT. Kereta Api (Persero) Medan diperoleh kesimpulan:

1. Pembelian bahan baku yang optimal untuk sekali pesan oleh perusahaan pada tahun 2008 adalah sebanyak 469.211 liter, tahun 2009 sebanyak 554.759 liter, dan tahun 2010 sebanyak 565.031 liter dengan frekuensi pemesanan yang sama pada tiap tahunnya yaitu sebanyak 11 kali.

2. Perusahaan melakukan pemesanan kembali (Reorder Point) disaat persediaan di gudang yang tinggal yaitu: sebanyak 53.811 liter pada tahun 2008, 52.521 liter pada tahun 2009, dan 59.505 liter pada tahun 2010. Dengan persediaan pengaman pada tahun 2008, 2009, dan 2010 berturut-turut sebanyak 37.376 liter, 36.303 liter dan 42.831 liter.

3. Total Biaya Persediaan menurut metode yaitu sebanyak: Rp.36.285.395,2965 pada tahun 2008, Rp.35.781.959,4195 pada tahun 2009, dan Rp.38.139.560,65 pada tahun 2010 dan dibandingkan dengan total biaya persediaan menurut perusahaan yaitu dapat menghemat biaya dengan total sejumlah Rp.49.382.526,8841 selama periode tahun 2008 s/d 2010.


(48)

4.2Saran

PT. Kereta Api (Persero) Medan sebaiknya mempertimbangkan kembali kebijakan dalam menentukan persediaan bahan baku BBM dengan menggunakan metode Economic Order Quantity karena terbukti lebih efisien dan jika tidak terjadi perubahan pada batasan-batasan masalah pada perusahaan, maka perusahaan dapat menentukan persediaan optimal pada dari metode pada periode tahun sebelumnya.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. 1986. Manajemen Produksi: Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Assauri, Sofjan. 1988. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Buffa S,Elwood dan Rakesh K. Sarin, 1996. Manajemen Operasi / Produksi Modern. Terjemahan N. Agus Maulana MSM. Jakarta : Binarupa Aksara

Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Grasindo

Matz, Adolph. 1994. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Jilid I. Jakarta: Erlangga

Nasution, Arman H. dan Prasetyawan, Yudha. 2008. Perencanaan & Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siagian, P. 2006. Penelitian Operasional : Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Subagyo, Pangestu. Asri, Marwan. dan Handoko, T. Hani. 1984. Dasar-Dasar Operation Research. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung

Taha, Hamdy A. 1982. Operation Research an Introduction. New York: MacMillan Publishing Co, Inc.


(50)

Lampiran 3. Mencari Nilai Standar Deviasi Tahun 2008, 2009 dan 2010

Tabel Deviasi Tahun 2008

Bulan

1 554338 493064.4167 61273.5833 3754452014.5069

2 473181 493064.4167 -19883.4167 395350258.3403

3 499840 493064.4167 6775.5833 45908529.5069

4 490227 493064.4167 -2837.4167 8050933.3403

5 501258 493064.4167 8193.5833 67134807.8403

6 490045 493064.4167 -3019.4167 9116877.0069

7 496375 493064.4167 3310.5833 10959962.0069

8 486089 493064.4167 -6975.4167 48656437.6736

9 466745 493064.4167 -26319.4167 692711693.6736

10 501115 493064.4167 8050.5833 64811892.0069

11 460720 493064.4167 -32344.4167 1046161289.5070

12 496840 493064.4167 3775.5833 14255029.5069

Jumlah 5916773 6157569724.9167

Standar Deviasi =

=

= 22652.3908

Safety Stock (SS) = x

= 1,65 x 22652.3908


(51)

Tabel Deviasi Tahun 2009

Bulan

1 499830 486528.5833 13301.4167 176927685.3403

2 439680 486528.5833 -46848.5833 2194789760.3403

3 486400 486528.5833 -128.5833 16533.6736

4 459580 486528.5833 -26948.5833 726226143.6736

5 494360 486528.5833 7831.4167 61331087.0069

6 497480 486528.5833 10951.4167 119933527.0069

7 509050 486528.5833 22521.4167 507214208.6736

8 520603 486528.5833 34074.4167 1161065871.1736

9 466810 486528.5833 -19718.5833 388822528.6736

10 496710 486528.5833 10181.4167 103661245.3403

11 470590 486528.5833 -15938.5833 254038438.6736

12 497250 486528.5833 10721.4167 114948775.3403

Jumlah 5838343 5808975804.9167

Standar Deviasi =

=

= 22001.8480

Safety Stock (SS) = x

= 1,65 x 22001.8480


(52)

Tabel Deviasi Tahun 2010

Bulan

1 469410 500232.5 -30822.5 950026506.25

2 445490 500232.5 -54742.5 2996741306.25

3 487350 500232.5 -12882.5 165958806.25

4 487480 500232.5 -12752.5 162626256.25

5 509220 500232.5 8987.5 80775156.25

6 496420 500232.5 -3812.5 14535156.25

7 522670 500232.5 22437.5 503441406.25

8 538730 500232.5 38497.5 1482057506.25

9 505000 500232.5 4767.5 22729056.25

10 540650 500232.5 40417.5 1633574306.25

11 494120 500232.5 -6112.5 37362656.25

12 506250 500232.5 6017.5 36210306.25

Jumlah 6002790 8086038425.00

Standar Deviasi =

=

= 25958.3616

Safety Stock (SS) = x

= 1,65 x 25958.3616


(53)

Lampiran 4. Kurva dan Tabel Standar Deviasi Distribusi Normal

Kurva Standar Deviasi Normal Tabel Standar Deviasi Distribusi Normal


(1)

4.2Saran

PT. Kereta Api (Persero) Medan sebaiknya mempertimbangkan kembali kebijakan dalam menentukan persediaan bahan baku BBM dengan menggunakan metode Economic Order Quantity karena terbukti lebih efisien dan jika tidak terjadi perubahan pada batasan-batasan masalah pada perusahaan, maka perusahaan dapat menentukan persediaan optimal pada dari metode pada periode tahun sebelumnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. 1986. Manajemen Produksi: Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Assauri, Sofjan. 1988. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Buffa S,Elwood dan Rakesh K. Sarin, 1996. Manajemen Operasi / Produksi Modern. Terjemahan N. Agus Maulana MSM. Jakarta : Binarupa Aksara

Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Grasindo

Matz, Adolph. 1994. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Jilid I. Jakarta: Erlangga

Nasution, Arman H. dan Prasetyawan, Yudha. 2008. Perencanaan & Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siagian, P. 2006. Penelitian Operasional : Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Subagyo, Pangestu. Asri, Marwan. dan Handoko, T. Hani. 1984. Dasar-Dasar Operation Research. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta


(3)

Lampiran 3. Mencari Nilai Standar Deviasi Tahun 2008, 2009 dan 2010

Tabel Deviasi Tahun 2008

Bulan

1 554338 493064.4167 61273.5833 3754452014.5069

2 473181 493064.4167 -19883.4167 395350258.3403

3 499840 493064.4167 6775.5833 45908529.5069

4 490227 493064.4167 -2837.4167 8050933.3403

5 501258 493064.4167 8193.5833 67134807.8403

6 490045 493064.4167 -3019.4167 9116877.0069

7 496375 493064.4167 3310.5833 10959962.0069

8 486089 493064.4167 -6975.4167 48656437.6736

9 466745 493064.4167 -26319.4167 692711693.6736

10 501115 493064.4167 8050.5833 64811892.0069

11 460720 493064.4167 -32344.4167 1046161289.5070

12 496840 493064.4167 3775.5833 14255029.5069

Jumlah 5916773 6157569724.9167

Standar Deviasi =

=

= 22652.3908

Safety Stock (SS) = x

= 1,65 x 22652.3908 = 37376.4448


(4)

Tabel Deviasi Tahun 2009

Bulan

1 499830 486528.5833 13301.4167 176927685.3403

2 439680 486528.5833 -46848.5833 2194789760.3403

3 486400 486528.5833 -128.5833 16533.6736

4 459580 486528.5833 -26948.5833 726226143.6736

5 494360 486528.5833 7831.4167 61331087.0069

6 497480 486528.5833 10951.4167 119933527.0069

7 509050 486528.5833 22521.4167 507214208.6736

8 520603 486528.5833 34074.4167 1161065871.1736

9 466810 486528.5833 -19718.5833 388822528.6736

10 496710 486528.5833 10181.4167 103661245.3403

11 470590 486528.5833 -15938.5833 254038438.6736

12 497250 486528.5833 10721.4167 114948775.3403

Jumlah 5838343 5808975804.9167

Standar Deviasi =

=

= 22001.8480

Safety Stock (SS) = x

= 1,65 x 22001.8480 = 36303.0492


(5)

Tabel Deviasi Tahun 2010

Bulan

1 469410 500232.5 -30822.5 950026506.25

2 445490 500232.5 -54742.5 2996741306.25

3 487350 500232.5 -12882.5 165958806.25

4 487480 500232.5 -12752.5 162626256.25

5 509220 500232.5 8987.5 80775156.25

6 496420 500232.5 -3812.5 14535156.25

7 522670 500232.5 22437.5 503441406.25

8 538730 500232.5 38497.5 1482057506.25

9 505000 500232.5 4767.5 22729056.25

10 540650 500232.5 40417.5 1633574306.25

11 494120 500232.5 -6112.5 37362656.25

12 506250 500232.5 6017.5 36210306.25

Jumlah 6002790 8086038425.00

Standar Deviasi =

=

= 25958.3616

Safety Stock (SS) = x

= 1,65 x 25958.3616 = 42831.2966


(6)

Lampiran 4. Kurva dan Tabel Standar Deviasi Distribusi Normal

Kurva Standar Deviasi Normal