HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERILAKU MEMBELI KOMPULSIF (COMPULSIVE BUYING) PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERILAKU

MEMBELI KOMPULSIF (COMPULSIVE BUYING)

PADA REMAJA PUTERI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Agnes Endah Wulandari

NIM: 089114026

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERILAKU

MEMBELI KOMPULSIF (COMPULSIVE BUYING)

PADA REMAJA PUTERI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Agnes Endah Wulandari

NIM: 089114026

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Untuk bisa meluncur maju dengan cepat, dayunglah dengan perlahan”

  • Norman Vincent Peale-

  “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” -Matius 21:22- “ Buah paling manis dari berani bermimpi adalah kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya”

  • Andrea Hirata- “Saya tidak dapat mengatakan seperti apa daya ini.

  Yang saya ketahui adalah daya ini memang ada”

  • -Alexander Graham Bell (1847-1922)-

  Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri

  • -Martin Vanbee-

  SKRIPSI ini kupersembahkan bagi, Tuhan Yesus Kristus

  Yang menjadi sahabat terbaik disetiap kesenangan dan kesulitan yang kutemukan Serta

  Orang-orang terkasihku, yang banyak berkorban untukku dan memberikan cinta serta kasih sayang yang tulus Papa, Mama, Mbak Sari, Mas Kunto

  Keluarga yang sangat kusayangi

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERILAKU MEMBELI

KOMPULSIF (COMPULSIVE BUYING) PADA REMAJA PUTERI

Agnes Endah Wulandari

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan perilaku

membeli kompulsif (compulsive buying) pada remaja puteri. Hipotesis yang diajukan adalah ada

hubungan negatif antara harga diri dan perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada

remaja puteri. Subjek penelitian ini adalah 136 remaja puteri dengan batasan usia 13 tahun sampai

21 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala harga diri dan skala perilaku

membeli kompulsif. Koefisien reliabilitas dari skala harga diri adalah 0.900 dan koefisien

reliabilitas dari skala perilaku membeli kompulsif adalah 0.769. Hasil uji linearitas dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel yaitu variabel harga diri dan perilaku membeli

kompulsif linier karena memiliki probabilitas sebesar 0.002 (p< 0.05). Penelitian ini menggunakan

teknik korelasi Product Moment untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan perilaku

membeli kompulsif pada remaja puteri Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah -0.258 dengan probabilitas 0,001(p < 0.05). Hal ini menunjukkan ada korelasi negatif

antara harga diri dan perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada remaja puteri. Dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi harga diri, maka semakin rendah perilaku membeli kompulsif

pada remaja puteri

: Harga Diri, Perilaku membeli kompulsif (compulsive buying), Remaja puteri

Kata kunci

  

CORRELATION BETWEEN SELF ESTEEM AND COMPULSIVE

BUYING IN GIRLS ADOLESCENT

Agnes Endah Wulandari

ABSTRACT

  This research aim was to find the correlation between self esteem and compulsive buying

in girls adolescent. The hypothesis proposed there was a negative correlation between self esteem

and compulsive buying in girls adolescent. The research subject were 136 girls adolescent from13

to 21 years old. Data collecting was performed by distributing the self esteem scale and

compulsive buying scale. The reliability coefficient of the self esteem scale was 0.900 and

compulsive buying’s reliability coefficient was 0,769. Result of the linearity test in this study

suggesting that two variables, which were self esteem and compulsive buying, was linier since they

have probability by 0.002 (p < 0.05). This research used Product Moment correlation technique

to finding out relationship between self esteem and compulsive buying in girls adolescent.

Coefficient correlation (r) obtained in this study was -0.258 with probability by 0.001 (p < 0.05).

This mean that there was negative correlation between self esteem and compulsive buying in girls

adolescent. It can be concluded that the higher self esteem, the lower compulsive buying in girls

adolescent

  : Self esteem, Compulsive Buying, Girls Adolescent Key words

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Agnes Endah Wulandari Nomor Mahasiswa: 089114026

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Hubungan Antara Harga Diri dan Perilaku Membeli Kompulsif (Compulsive

Buying) Pada Remaja Puteri

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 14 Februari 2012 Yang menyatakan, (Agnes Endah Wulandari)

KATA PENGANTAR

  Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Harga Diri dan

  Perilaku Membeli Kompulsif (Compulsive Buying) pada Remaja Puteri ” ini dapat diselesaikan dengan baik.

  Selama menulis Skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak pihak yang telah memberikan bantuan dengan caranya masing-masing, sehingga Skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. Christina Siwi. H., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik.

  2. Ibu Titik Kristiyani., S. Psi., M. Psi., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  3. Bapak Y. Heri Widodo., S. Psi., M. Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih pak karena telah membagikan ilmunya dan membimbing saya dalam mengerjakan skripsi hingga selesai.

  4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, terima kasih untuk ilmu-ilmunya..

  5. Ibu Nanik, Mas Gandung, Mas Doni, dan Mas Muji, terima kasih untuk keramahan dan pelayanan yang memuaskan.

  6. Pak Gie untuk ketulusan dan kehangatan sapaannya saat berpapasan.

  7. Ibu Andre, selaku Kepala Tata Usaha SMP Budya Wacana yang telah membantu penulis dalam kelancaran teknis penelitian.

  8. Bapak Joko, selaku guru SMA Stella Duce yang telah membantu penulis dalam kelancaran teknis penelitian.

  9. Papa dan Mama yang telah bekerja keras untuk membiayai kuliah penulis dan selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan studi, terima kasih banyak ya Pap-Mom. You are the best for me, hanya karya ini yang bisa kupersembahkan untuk kalian selama aku berada di Jogja. I Love You so Much.

  10. Saudara kandungku Mbak Sari dan Mas Kunto yang selalu menjadi pedoman dan sahabat terbaik yang selalu menghibur. Kalian selalu menjagaku dan selalu menghiburku disaat aku merasa bosan dan saat aku merasa sangat lemah. I Love You so Much.

  11. Sahabatku dalam suka dan duka Giovani Batista Dian Argo, kamu tidak akan pernah tergantikan. Orang yang sangat mengerti aku dan selalu sabar denganku. Ich Liebe Dich.

12. Mbak Yanti’06, Mbak Vivi’06, Mbak Dita’07, Mbak Bernadeta Puteri’07,

  Mbk Jes’05, Mbak Sisil’07, Mbak Sela’07, Mbk Anas’07, dan Mbak Tia’07 yang telah menjawab pertanyaan-pertanyaanku tentang penelitian ini, makasih banyak ya mbak.

  13. Teman-teman terbaikku Desy, Nita, Skolas, Marta, Heni, Ines, Monik, Siska. Makasih banyak ya teman-temanku atas kebersamaan kalian dan perjuangan kita bersama dari Semester I. Ayo cepet nyusul hahah.

  Semangat teman-teman!!

  14. Anak-anak mantan Kos Puteri Ayu, Mbak Ica, Fheni, Novia, Nadia, Heni, Berta, Lia, Rista, Asti, Nona, Wiwik, Rinda, dan Ana. Kalian adalah teman-teman kos yang paling gila hahaha.. terima kasih atas kebersamaannya.

  15. Sepupuku Hidram dan Anton. Kalian selalu menyemangati aku untuk menyelesaikan skripsi ini. Danke Gut.

  16. Teman-teman kecilku Ivan, Caesa, Raindy, Martin, Pipit, Raras, Ratih, Andrew, Yoga dan Rio, kalian juga tidak akan pernah tergantikan. Terima kasih untuk semangatnya dan persahabatan kita selama ini. I Love you all..

  17. Teman-teman Psikologi, Budi, Noni, Vivi, Flavia, Lucy, Ade, Mila, Ayu, Dewi, Berto, Vincent, Dila, Stenly, Sinto, Fani, Adit, Tiwi, Agung, Devi, Puput, Chelly, Flavia, Chike, Mbak Ray, dan seluruh angkatan 2008.

  Thanks for the support.

  18. Teman-temanku Fransiskus Kale Wutun Wadan (Terima kasih atas kebersamaan kita, atas bantuannya dalam menyebarkan skala dan menemani aku mengerjakan skripsi), Boy Torank (Terima kasih atas doanya dan telah mengajarkanku untuk bersikap optimis), Vincentius Hendika Yan Permana (Terima kasih ya sudah menyemangatiku dengan berbagai cara, akhirnya kita bisa wisuda bareng hahaha..), Kak Costa (Terima kasih ya kak disemangatin terus, ayok kak buruan nyusul...semangat!!), Michael (Mike, thanks a lot for your support. You are a very ordinary person)

  Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan Skripsi ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

  Yogyakarta, Februari 2012 Penulis

  Agnes Endah Wulandari

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii HALAMAN MOTTO ............................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................... vii ABSTRACT ............................................................................................. viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............ ix KATA PENGANTAR ............................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................ xiv DAFTAR TABEL .................................................................................... xviii DAFTAR BAGAN .................................................................................. xix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xx BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

  1 B. Rumusan Masalah .........................................................................

  9 C. Tujuan Penelitian .........................................................................

  9 D. Manfaat Penelitian ........................................................................

  9 BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................

  11

  1. Pengertian Remaja .................................................................

  11 2. Rentang Usia Masa Remaja ...................................................

  12 3. Perkembangan Pribadi ............................................................

  13

  4. Beberapa Minat Remaja 17 ………………………... ...................

  5. Tugas-tugas Perkembangan Pada Remaja Puteri ....................

  21

  6. Kesulitan Yang Akan Muncul Dalam Pelaksanaan Tugas Perkembangan ........................................................................

  22 B. Perilaku Membeli Kompulsif .......................................................

  24 1. Pengertian Perilaku Membeli Kompulsif ...............................

  24 2. Gejala Membeli Kompulsif ....................................................

  25 3. Etiologi Perilaku Membeli Kompulsif ...................................

  28 4. Tahapan Perilaku Membeli Kompulsif ..................................

  34 5. Akibat Perilaku Membeli Kompulsif .....................................

  35 C. Harga Diri ....................................................................................

  37 1. Pengertian Harga Diri ............................................................

  37 2. Aspek-aspek Harga Diri .........................................................

  38 3. Perkembangan Harga Diri .......................................................

  40 D. Dinamika Hubungan Antara Harga Diri dan Perilaku Membeli Kompulsif .....................................................................

  42 E. Hipotesis Penelitian .....................................................................

  47 BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................

  48 A. Jenis Penelitian .............................................................................

  48

  C. Definisi Operasional ....................................................................

  48 1. Harga Diri ................................................................................

  48 2. Perilaku Membeli Kompulsif ...................................................

  49 D. Sampling Penelitian ......................................................................

  50 E. Subjek Penelitian .........................................................................

  50 F. Metode Pengumpulan Data ..........................................................

  51 1. Skala Compulsive Buying .........................................................

  51 2. Skala Harga Diri .......................................................................

  52 G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ............................................

  52 1. Estimasi Validitas ..................................................................

  52 2. Seleksi Item .............................................................................

  53 3. Estimasi Reliabilitas ................................................................

  56 H. Teknik Analisis Data ....................................................................

  57 1. Uji Asumsi ..............................................................................

  57 a. Uji Normalitas .....................................................................

  57 b. Uji Linearitas ......................................................................

  57 2. Uji Hipotesis. 57 ………………………………………………....

  BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................

  58 A. Pra Penelitian, Pelaksanaan Penelitian dan Data Demografi .......

  58

  1. Pra

  58 Penelitian ……………………………………. ..................

  2.

  58 Pelaksanaan Penelitian ……………………………………. ....

  3. Data D 59 emografi …………………………………………….. ..

  1. Uji Normalitas ..........................................................................

  60 2. Uji Linearitas ...........................................................................

  61 3. Uji Hipotesis ............................................................................

  61 C. Data Deskriptif .............................................................................

  63 D. Pemba 64 hasan ……………………………………………………..

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

  72 A. Kesimpulan .................................................................................

  72 B. Keterbatasan Penelitian ..............................................................

  72 C. Saran ............................................................................................

  73 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

  74

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Uji Coba ..........................

  54 Tabel 2 Blue Print Skala Harga Diri Setelah Uji Coba.............................

  55 Tabel 3 Blue Print Skala Harga Diri untuk Penelitian Setelah Penyusunan Ulang Nomer Item...................................................

  56 Tabel 4 Data Demografi. ...........................................................................

  59 Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Sebaran. .....................................................

  60 Tabel 6 Hasil Uji Linearitas Hubungan. ...................................................

  61 Tabel 7 Hasil Korelasi Skor Harga Diri dan Perilaku Membeli Kompulsif ....................................................................................

  62 Tabel 8 Tabel Deskripsi Data Penelitian. .................................................

  63 Tabel 9 Tabel Hasil Mean Teoritic dan Mean Empiric. ...........................

  63

  DAFTAR BAGAN Bagan Kerangka Berpikir .........................................................................

  46

  

DAFTAR LAMPIRAN

SKALA PENELITIAN .............................................................................

  79 SKALA HARGA DIRI .............................................................................

  80 SKALA COMPULSIVE BUYING ............................................................

  83 HASIL PENELITIAN .............................................................................

  84 Reliabilitas Skala Harga Diri ....................................................................

  85 Reliabilitas Skala Compulsive Buying ......................................................

  87 Normalitas .................................................................................................

  88 Linearitas ...................................................................................................

  88 Korelasi .....................................................................................................

  89 Korelasi Setiap Aspek ...............................................................................

  90 Deskriptif ..................................................................................................

  91 Uji T ..........................................................................................................

  91

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang tingkat konsumsinya menempati

  urutan ke tujuh di wilayah Asia Pasifik (Cannon, 2006). Pembelanjaan konsumsi komersial di Indonesia senilai US$381 miliar. Angka ini termasuk tinggi untuk daratan Asia Pasifik. Posisi pertama diduduki oleh Jepang yang pembelanjaan konsumsi komersialnya mencapai US$5,4 triliun, Cina diposisi kedua sebesar US$3,6 dan India US$1,9 triliun.

  Tingkat konsumsi yang tinggi tersebut dapat dilihat pada perilaku masyarakat ketika berbelanja di mall. Pada 7 April 2010 Majalah SWA melakukan survei mengenai perilaku belanja masyarakat Jakarta dan sekitarnya yang melibatkan 512 orang. Dari hasil survei didapat bahwa uang yang dibelanjakan 194,500 rupiah per orang per kunjungan. Selain itu, diketahui pembelanjaan uang berdasarkan usia, yaitu: usia sekolah 160.000 rupiah per orang per kunjungan, usia 36-40 tahun 337.000 rupiah per orang per kunjungan, usia diatas 40 tahun 177.000 rupiah per orang per kunjungan.

  Aspek lainnya yang dicari adalah orang yang diajak untuk datang ke mall, yaitu: teman sebanyak 51%, keluarga 39%, dan sendirian sebesar 10%.

  Berdasarkan data tersebut teman menduduki posisi tertinggi dalam proses pembelian individu. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Liu dan Laird sebanyak 64%. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa perilaku pembelian pada remaja awal sebagian besar dipengaruhi oleh teman sebaya dan peran mode.

  Tahapan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh peran teman sebaya adalah tahap remaja. Teman sebaya menjadi faktor yang sangat penting dimasa remaja karena teman sebaya akan membantu memberikan penilaian, perbandingan, dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh remaja yang bersangkutan (Hurlock, 1991).

  Informasi yang dibutuhkan remaja tidak lepas dari minat remaja pada umumnya seperti minat terhadap penampilan diri dan pakaian. Minat pakaian akan bertambah besar pada masa remaja akhir ketika mereka menyadari bahwa penampilan yang menarik berperan penting dalam dukungan sosial (Hurlock, 1991).

  Penampilan yang menarik tidak hanya dilihat dari pakaiannya saja tetapi ada banyak hal lain yang menunjang seperti tas yang bermerek, sepatu dan asesoris seperti anting, kalung, gelang, dan jam tangan. Black & Kuzma (2006) mengatakan bahwa baju, sepatu, makeup, dan perhiasan adalah barang yang paling populer dibeli oleh wanita. Remaja puteri merasa tidak cukup kalau memiliki pakaian, sepatu dan tas dalam jumlah yang terbatas. Mereka ingin terlihat menggunakan pakaian, sepatu dan tas yang berbeda di setiap penampilannya. Dengan adanya tuntutan untuk berpenampilan menawan, mereka akan meluangkan waktu pergi ke mall atau butik untuk berbelanja merasa lebih nyaman dengan diri mereka sendiri, jika mereka menggunakan pakaian yang modis.

  Berbelanja merupakan hal yang wajar dilakukan oleh para remaja puteri, menjadi tidak wajar ketika mereka belanja secara berlebihan. Uni Eropa mengidentifikasi 46% dari orang Scotlandia yang berumur 16-18 tahun menunjukkan kecenderungan awal kearah perilaku membeli yang tidak terkontrol. Mereka dilaporkan tidak sanggup melawan stimuli iklan dan kurang dapat mengontrol kebiasaan membeli yang berlebihan atau membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan (Garces Prieto dalam Dittmar, 2005). Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Niu dan Wang (2009) melibatkan 337 siswa yang berusia 13-20 tahun. Dari penelitian tersebut didapat bahwa subjek yang mempunyai pekerjaan paruh waktu menunjukkan kecenderungan pembelian impulsif.

  Remaja puteri yang terlalu banyak berbelanja barang yang tidak dibutuhkan akan mengalami perilaku membeli kompulsif (compulsive buying).

  Black dan Kuzma (2006) mengatakan bahwa perilaku membeli kompulsif diawali sejak remaja akhir d an dewasa awal. Selanjutnya, O‟Guinn dan Faber

  (1989) juga menyatakan bahwa kecenderungan pembelian kompulsif ada pada individu yang lebih muda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dittmar (2005) yang melibatkan 195 remaja yang berumur 16-18 tahun, ditemukan bahwa individu yang lebih muda cenderung mempunyai perilaku membeli kompulsif.

  Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan Ergin (2010), peneliti penelitian ini berumur 18 tahun ke atas. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif antara usia konsumen dengan kecenderungan pembelian kompulsif. Perilaku membeli kompulsif diawali pada individu yang berusia lebih muda. Selain itu, Coulton (da1998) memperkirakan 12-15 juta mahasiswa prasarjana di United State berpotensi memiliki perilaku membeli kompulsif.

  Black dan Kuzma (2006) mendeskripsikan bahwa perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) sebagai keinginan kompulsif untuk belanja dan hal ini dianggap sebagai kecanduan klinis atau gangguan kontrol impuls karena individu tidak dapat mengendalikan dorongan. Istilah lainnya disebut

  shopaholism, oniomania, compulsive shopping , dan addictive buying.

  Individu yang mengalami compulsive buying mempunyai dorongan yang begitu besar untuk membeli suatu barang, tetapi dorongan tersebut tidak dapat dikontrol oleh individu yang bersangkutan.

  Menurut O‟Guinn dan Faber (1989), individu yang mempunyai perilaku membeli kompulsif tidak bisa mengontrol dirinya untuk membeli suatu barang. Selanjutnya menurut Mc Elroy dan Arnold (dalam Durand & Barlow, 2006) beberapa individu mempunyai dorongan tak-dapat-ditolak dalam tindakan membeli atau berbelanja yang kompulsif.

  Individu yang mempunyai perilaku membeli kompusif (compulsive

  buying ) dapat mengalami berbagai macam kesulitan. Kesulitan yang pertama

  adalah kesulitan finansial. Pada tahun 1996, 87% individu yang mengalami da2001). Sedangkan lebih dari 60% keadaan bangkrut melibatkan orang-orang muda yang berumur dibawah 30 tahun karena penggunaan kartu kredit (Credit Action dalam Dittmar, 2005).

  Selain tagihan kartu kredit, remaja puteri akan meminta uang ke orang tua, memakai uang kuliah, mengutang pada teman, dan melakukan penipuan atau penggelapan. Dalam contoh kasus, Betty Jean Brachie dari Kunkletown telah mendapat hukuman 27 bulan dalam penjara karena menggelapkan 1.5 juta US dollar selama 8 tahun dari kredit union tempat dia bekerja sebagai kepala cabang. Dia menggunakan uang tersebut untuk membeli banyak barang seperti 100 pasang sepatu, lebih dari 3000 buku, dan 58 mantel tanpa tahun). Selain itu, dal am penelitian yang dilakuan O‟Guinn dan Faber

  (1989), individu yang mempunyai perilaku membeli kompulsif mempunyai banyak kartu kredit tetapi mereka tidak membayar secara penuh tagihannya disetiap bulan.

  Selain kesulitan finansial, akan timbul perasaan bersalah dan menyesal. Black dan Kuzma (2006) menyatakan bahwa individu yang mempunyai perilaku membeli kompulsif akan mempunyai perasaan bahagia setelah berbelanja, tapi perasaan ini hanya sementara karena biasanya mereka akan merasa kecewa dan bersalah. Mc Elroy, Keck, Pope, Smith, dan Stakowski (1994) juga mengatakan bahwa individu yang mempunyai perilaku membeli kompulsif akan memunculkan perasaan bersalah atau tidak berguna karena sering membeli barang yang tidak dibutuhkan. Selain itu, menurut

  O‟Guinn atau penyesalan yang mendalam setelah membeli barang yang tidak dibutuhkan. Hasil dari penelitian mereka ditemukan bahwa individu yang mempunyai perilaku membeli kompulsif memperlihatkan secara signifikan angka yang lebih besar tentang penyesalan yang dalam setelah berbelanja.

  Dari wawancara yang dilakukan oleh O‟Guinn dan Faber (1989), didapat adanya perasaan kesepian dan individu akan mengasingkan diri dari orang lain. Individu yang mempunyai perilaku membeli kompulsif akan malu pada perilaku mereka dan merasa bahwa orang lain tidak mengerti dengan masalah mereka.

  Selain itu, pada kasus ini, Ms. A telah menjadi compulsive buying sejak ia berusia 19 tahun ketika pertama kali dia mendapatkan kartu kredit. Ms. A mengatakan bahwa berbelanja memberikannya desakan emosional dimana selalu diikuti oleh perasaan bersalah setelah berbelanja. Selain itu, dia sering mengembalikan atau memberikan barang yang sudah dibeli kepada orang lain (Black dan Kuzma, 2006).

  Kesulitan-kesulitan yang muncul tidak akan dihiraukan oleh individu yang mempunyai perilaku membeli kompulsif karena perilaku ini dapat muncul lagi ketika seseorang sedang mengalami perasaan sedih, sepi, marah, depresi, dan cemas (Engs, tanpa tahun). Hal lainnya yang mempengaruhi individu mempunyai perilaku membeli kompulsif adalah harga diri yang renda.

  Menurut Santrock (2007) harga diri adalah dimensi penilaian yang bahwa harga diri merupakan hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap yang dapat berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga menurut standar dan nilai pribadinya.

  Berne dan Savary (1998) mengemukakan bahwa individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan mengenal dan menerima segala keterbatasan dalam dirinya. Dia tidak merasa malu akan keterbatasan itu, tetapi menjadikannya sebagai tantangan agar individu dapat berkembang. Pandangan yang tidak jauh berbeda diutarakan Michener dan DeLamater (dalam Sari, Rejeki, dan Mujab, 2006) bahwa individu dengan harga diri yang tinggi mempunyai sikap asertif, terbuka, dan memiliki keperayaan terhadap dirinya. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyatakan diri apa adanya sehingga tidak menutupi kelemahan yang ada dalam dirinya.

  Sebaliknya, bila individu memiliki harga diri yang rendah, berarti individu tersebut tidak menerima kekurangan yang ada dalam dirinya. Mereka sulit untuk menghadapi kritik, penolakan, kegagalan, dan malu pada diri mereka sendiri (Bernichon, Cook, dan Brown, 2003). Selanjutnya menurut Berne dan Savary (1988), individu yang merasa mempunyai harga diri yang rendah akan selalu memikirkan tentang kegagalan yang pernah terjadi, mempunyai gambaran diri yang negatif, sering meremehkan kemampunnya sendiri, serta sulit untuk mengatasi rasa takut dan emosi-emosi yang kuat lainnya.

  Menurut pandangan Erikson (dalam Santrock, 2002) remaja memasuki masa pencarian dan pembentukan identitas diri. Remaja yang tidak berhasil membentuk identitas diri dan mengalami krisis identitas akan mengalami kebingungan identitas. Hal ini memungkinkan remaja untuk menarik diri dari lingkungan. Remaja yang menarik diri dari lingkungan salah satunya karena malu terhadap dirinya sendiri, sulit menghadapi kritik, dan sulit menghadapi penolakan. Hal ini merupakan ciri dari remaja yang mempunyai harga diri yang rendah (Bernichon, Cook, dan Brown, 2003).

  Salah satu usaha untuk menaikkan harga diri individu adalah dengan berbelanja. Hal ini sesuai dengan pendapat O‟Guinn and Faber (1989), mereka mengatakan bahwa perilaku membeli kompulsif digunakan untuk menetralkan perasaan atas harga diri yang rendah, sehingga individu akan berfikir bahwa belanja membuat mereka tampak makmur, mempesona, dan lebih menarik.

  Ridgway, Kinney, & Monroe (2008) menunjukkan studi lain dari Mereka menemukan bahwa compulsive buying merata di compulsive buying. US, sekitar 8.9% atau lebih tinggi. Studi diselenggarakan dengan melibatkan 1.200 orang. Hasil studi ditemukan bahwa individu yang mengalami mempunyai harga diri yang rendah dan mempunyai

  compulsive buying

  perasaan negatif yang akan dibebaskan melalui berbelanja. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan Faber and O‟Guinn (1989), mereka mengumpulkan surat dan membaca lebih dari 1000 surat dari individu yang mempunyai perilaku kompulsif. Penelitian tersebut dilakukan di California dan jumlah tersebut, individu yang mempunyai perilaku membeli kompulsif secara signifikan mempunyai skor harga diri yang lebih rendah daripada subjek yang tidak mempunyai perilaku membeli kompulsif.

  Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara harga diri dan perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada remaja puteri.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada hubungan antara harga diri dan perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada remaja puteri? C.

   Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada remaja puteri.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian mengenai hubungan antara harga diri dengan perilaku membeli kompulsif (compulsive buying) pada remaja puteri dapat menjadi sumbangan pengetahuan di bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan dan psikologi sosial.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh subjek penelitian untuk menambah pengetahuan mengenai perilaku membeli kompulsif.

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja Akhir

  1. Pengertian Remaja Gunarsa (1986) mendefinisikan remaja menjadi dua kelompok:

  1. Pubertas (dalam bahasa Latin) adalah perubahan dalam fisik dan psikis pada diri individu. Selain itu juga adanya pelepasan diri dari ikatan emosional dengan orang tua untuk membentuk rencana kehidupan dengan menggunakan sistem nilai sendiri.

  2. Adolescentia (berasal dari bahasa Latin) adalah masa setelah pubertas. Pada masa ini adanya perubahan dalam hubungan individu dengan lingkungan masyarakat individu. Pandangan yang tidak jauh berbeda diutarakan Neidhart (dalam

  Gunarsa, 1986). Ia berpendapat bahwa adolesensia adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu harus bisa menjadi mandiri. Santrock (2007) menambahkan bahwa masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang memperlihatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio- emosional.

  Sedangkan Erikson (dalam Gunarsa, 1986) mengemukakan bahwa merupakan masa terbentuknya perasaan baru mengenai

  adolesensia tetap dikenali oleh orang lain. Anna Freud (dalam Gunarsa, 1986) menambahkan adolesensia adalah masa terjadinya perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan perubahan dalam hubungan dengan orangtua, orang lain, dan cita-cita yang ingin diraih.

  Pandangan berbeda diutarakan Hall (dalam Santrock, 2007). Ia mengemukakan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan stress yang ditandai adanya pergolakan dan konflik suasana hati.

  Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

  adolecensia adalah masa setelah pubertas. Masa ini merupakan masa

  peralihan sehingga akan terjadi perubahan-perubahan pada aspek identitas psikoseksual dan hubungan individu dengan orang lain, serta cita-cita yang ingin diraihnya.

2. Rentangan Usia Masa Remaja

  Menurut Hall (dalam Santrock, 2007) rentang usia remaja antara 12 tahun - 23 tahun.

  Menurut Hurlock (1991) masa puber atau pramasa remaja: 10/12 tahun-13/14 tahun dan masa remaja berkisar 13/14 tahun - 18 tahun.

  Santrock (2007) juga membagi masa remaja menjadi dua yaitu masa remaja awal (early adolescence) dan masa remaja akhir (late adolescence).

  Masa remaja awal berkisar antara 10 tahun-13 tahun, sedangkan masa remaja akhir berkisar antara 18 tahun-22 tahun. Selain itu, Gunarsa (1986)

  adolescentia . Masa pubertas berkisar antara 12 tahun - 15 tahun, sedangkan berkisar antara 17 tahun- 22 tahun. adolescentia

  Secara khusus Liang (dalam Mappiare, 1982) membedakan masa

  puberteit pada wanita dan pria. Pada wanita sebagai berikut: prae puberteit

  12 tahun-13 tahun, puberteit 13 tahun-18 tahun, adolescence 18 tahun- 21 tahun. Sedangkan menurut WHO (dalam Sarwono, 1994) batasan usia remaja wanita adalah antara 10 tahun-20 tahun.

  Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja terdiri dari 2 masa, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Individu ini umurnya berkisar antara 13 tahun - 22 tahun.

3. Perkembangan Pribadi

  Santrock (2007) memaparkan mengenai perkembangan masa remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja puteri, maka yang dibahas pada perkembangan pribadi adalah remaja puteri. Santrock membaginya menjadi dua kelompok, antara lain: a. Perkembangan biologis

  Adanya perubahan di otak yang memungkinkan kemajuan dalam berfikir. Remaja mulai bisa berfikir anstrak, idealistik, dan logis. Remaja mulai berfikir secara lebih egosentris, sering kali memandang dirinya seolah-olah berada di atas pentas, unik dan tak terkalahkan. Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan perubahan fisik yaitu melebarnya pinggul pada wanita, pertambahan berat tubuh, dan pertumbuhan buah dada.

  b. Perkembangan sosio-emosional Perubahan sosio-emosional berlangsung dimasa remaja yang meliputi antara lain: tuntutan untuk mencapai kemandirian, konflik dengan orang tua, dan keinginan lebih banyak untuk meluangkan waktu bersama teman-teman sebaya. Percakapan dengan teman sebaya menjadi lebih intim dan mereka lebih membuka diri. Wanita lebih mempunyai sikap kooperatif dengan teman-temannya. Selain itu, mereka mulai menyadari bahwa mereka akan segera bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan kehidupannya. Hal yang selanjutnya adalah prestasi menjadi hal yang penting dan tantangan akademis meningkat.

  Gunarsa (1986) mempunyai pandangan yang hampir sama dengan Santrock. Ia membagi perkembangan pribadi remaja menjadi tiga kelompok, antara lain: a. Perkembangan fisik

  Pada perkembangan fisik terlihat timbulnya perubahan jasmani. Perubahan fisik yang pesat dan jelas berbeda di bandingkan dengan masa sebelumnya, seperti: perubahan ukuran payudara, tinggi badan, dan bentuk tubuh.b. Perkembangan

  Pada perkembangan yang berkaitan dengan kognitif lebih mengarah ke pemikiran tentang dirinya atau refleksi diri.

  c. Perkembangan sosio-emosional Pada perkembangan ini terlihat adanya beberapa perubahan, antara lain: perubahan dalam hubungan antara anak dan orangtua, dan orang lain dalam lingkungan dekatnya, perubahan dalam perilaku, pengamalan, dan kebutuhan seksual, dan perubahan dalam harapan dan tuntutan orang terhadap remaja. Banyak perubahan dalam waktu yang singkat memungkinkan untuk timbul masalah dalam penyesuaian dan usaha memadukannya.

  Pandangan yang berbeda mengenai perkembangan sosio-emosional tentang remaja diutarakan Erikson (dalam Santrok, 2007). Remaja memasuki tahap identitas versus kebingungan identitas. Individu dihadapkan pada tantangan untuk menemukan siapa diri mereka, bagaimana mereka nantinya dan arah mana yang hendak mereka tempuh dalam hidup. Jika suatu identitas terlalu dipaksakan oleh orangtua dan jika remaja tidak cukup berhasil dalam menjajaki berbagai peran dan mendefinisikan masa depannya secara positif, maka mereka akan mengalami kebingungan identitas.

  Menurut Mappiare (1982) perkembangan pribadi remaja banyak dimasa-masa selanjutnya. Banyak hal yang akan mempengaruhi kepribadian, citra diri, dan rasa percaya diri pada remaja. Hal tersebut antara lain:

  a. Penampakan menyeluruh Dalam pembentukkan pribadi dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik yang kurang seperti cacat dan tubuh yang mudah lemah ataupun kondisi psikis yang lemah seperti rasa malu yang berlebihan dan lemah dalam berfikir.

  Keadaan ini bisa memunculkan masalah seperti rasa rendah diri dihadapan teman sebaya.

  b. Nama atau panggilan Nama atau panggilan yang aneh atau yang tidak sesuai dengan norma kelompok dapat mengurangi rasa percaya diri mereka sehingga remaja akan mengganti nama atau panggilan tersebut.

  c. Pakaian dan perhiasan Pakaian yang tidak memuaskan dapat membuat remaja menarik diri dari pergaulan kelompok. d. Teman-teman sebaya Teman-teman sebaya sangat mempengaruhi remaja dalam melakukan penilaian diri. Penerimaan dari kelompok memperkuat citra diri dan penilaian diri seorang remaja. Selain itu, penolakan dari kelompok akan mengurangi penilaian diri yang positif bagi remaja tersebut.

  e. Keadaan keluarga Keadaan keluarga seperti situasi rumah, pola asuh orang tua, dan hubungan inter anggota keluarga berpengaruh terhadap citra diri remaja yang positif dan rasa percaya diri bagi remaja.

4. Beberapa Minat Remaja

  Remaja mempunyai minat yang pada akhirnya minat ini akan dinilai secara lebih kritis oleh individu yang bersangkutan agar mengetahui mana yang benar-benar penting. Remaja yang sudah melakukan penilaian kritis terhadap minatnya ini cenderung akan menstabilkan minatnya dan membawanya kedalam masa dewasa (Hurlock, 1991). Minat itu antara lain:

  a. Minat rekreasi Pada masa remaja, remaja mulai meninggalkan permainan yang kekanak-kanakkan. Remaja banyak mengalami tekanan dari tugas sekolah dan rumah, pekerjaan sekolah dan pekerjaan rumah, banyak menggunakan waktu dan tenaganya untuk rekreasi. Oleh karena itu, remaja lebih memilih kegiatan yang benar-benar ia sukai. Bentuk rekreasi yang disukai oleh remaja seperti permainan kartu, bersantai sambil mengobrol, merokok, minum-minuman keras, atau obat-obatan terlarang, berpergian bersama teman untuk berlibur dan ingin pergi jauh dari rumah, melakukan hobi yang disenangi diri sendiri seperti memperbaiki motor dan menjahit, membaca majalah dan surat kabar, menonton televisi, mendengarkan lagu dari radio dan kaset, menonton film di bioskop, dan melamun.