HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AKHIR
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AKHIR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Francisca Okvi Widyaningrum
099114022
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
“Berusaha Dengan Maksimal, Berdoa, Dan Tuhan Akan Memberikan Segala Hal Indah Pada Waktunya ” Francisca Okvi W. “Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlak sanalah semua rencanamu” Amsal 16:3
“Impossible means I’m Possible!” anonymous
“Do The Best and Let God Do The Rest” anonymous
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA TUHAN YESUS YANG SELALU MENDAMPINGI DAN MEMBANTU SAYA DALAM SETIAP PROSESNYA, BAPAK DAN IBUK SAYA TERCINTA, SERTA KAKAK SAYA TERSAYANG.
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF PADA
REMAJA AKHIR
Francisca Okvi Widyaningrum
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan perilakuasertif pada remaja akhir. Penelitian ini menggunakan 170 subjek dengan rentang usia 17-21
tahun yang masuk dalam kategori remaja akhir. Hipotesis dalam penelitian ini terdapat hubungan
kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada remaja akhir. Alat pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian ini adalah skala Likert yang meliputi skala kecerdasan emosi dan skala perilaku
asertif. Koefisien reliabilitas dari skala kecerdasan emosi adalah 0.920 dan koefisien reliabilitas
pada skala perilaku asertif adalah 0.927. Jumlah item yang lolos seleksi pada skala kecerdasan
emosi adalah 53, sedangkan pada skala perilaku asertif terdapat 51 item yang lolos seleksi.
Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment. Koefisien korelasi yang diperoleh
pada penelitian ini adalah 0.769 dengan probabilitas 0.000 (p<0.01). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada
remaja akhir. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki remaja
akhir maka akan semakin tinggi pula perilaku asertif yang dimiliki, begitu juga dengan
sebaliknya.Kata kunci: kecerdasan emosi, perilaku asertif, remaja akhir.
RELATION OF EMOTIONAL INTELLIGENCE AND ASSERTIVE
BEHAVIOR TO LATE ADOLESCENCE
Francisca Okvi Widyaningrum
ABSTRACT
This research aimed to know the positive relation between emotional intelligence and
assertive behavior to late adolescence. This research involved 170 subjects; there were 17-21
years old adolescence which categorized as late adolescence. The researcher proposed a
hypothesis that there were relations between emotional intelligence and assertive behavior to
late adolescence. The instruments used were Likert scale that included emotional intelligence
scale and assertive behavior scale. The reliability coefficient of the emotional intelligence scale
was 0.920 and assertive behavior’s reliability coefficient was 0.927. The emotional intelligence
scale consists of 53 good items, whereas assertive behavior scale consists of 51 good items. The
research used Product Moment correlation technique. Coefficient correlation (r) obtained in this
study was 0.796 with probability by 0.000 (p<0.01). The r esult of this research showed that
emotional intelligence had relations with assertive behavior for late adolescence. The researcher
concluded that high emotional intelligence came high assertive behavior or vice versa.Keywords: emotional intelligence, assertive behavior, late adolescence
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses pengerjaan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis memohon maaf apabila masih terdapat hal- hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
2. Iselaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Dosen pembimbing skripsi saya bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si yang dengan sabar selalu membimbing saya dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih pak atas segala bimbingan dan bantuan yang sudah banyak diberikan kepada saya selama pengerjaan skripsi
4. Ibu selaku dosen pembimbing akademik kelas A yang telah banyak membantu saya selama proses kuliah berlangsung
5. Terima kasih saya ucapkan untuk dosen penguji saya dan ibu Debri Pristinella, M.Si yang telah memberi masukan dalam skripsi saya.
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi atas semua ilmu dan pengalaman yang diberikan serta dibagikan kepada saya selama melaksanakan proses perkuliahan.
7. Terima kasih sebesar-besarnya untuk Bapak dan Ibuk saya yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu saya dalam pengerjaan skripsi ini.
Bapak Ibuk saya yang tiada henti menanyakan kapan skripsi saya akan selesai. Terima kasih sudah menjadi orang tua yang luar biasa sabar dan menjadi panutan yang baik bagi saya. Orang tua yang selalu mengajarkan saya untuk selalu membagikan kasih dan berbagi kepada orang lain. This is
for you, my parents! I love you so much!
8. Satu-satunya kakak saya tersayang, mas Bowo yang sering menanyakan progres skripsi saya. Terima kasih selalu menjadi kakak yang super sekali buat saya. Kakak yang selalu mengajarkan saya untuk tetap rendah hati dan selalu bekerja keras. Kelak saya akan sukses seperti yang selalu kita obrolkan mas! hehe
You’re the best brother ever! Thanks a bunch.. hugs!
9. Teman-teman sepermainan saya yang terdekat selama di Jogja: Brigit, Manik, Mery, Vivin, Fheny dan Jeanet. Terima kasih untuk semangat, doa dan bantuannya selama ini. Teman-teman yang selalu menjadi tempat saya berkeluh kesah selama di Jogja. Semua kebersamaan kita ini akan selalu saya kenang. Kelak kita kan bertemu lagi disaat kita semua sudah jauh lebih sukses. I will miss you all, ciwik-ciwik! Hugs!
10. Teman-teman yang memberikan banyak pelajaran bagi diri saya pribadi: Andreana Savany, Tofan Gustyawan, Martha Hesty, Gracia Hoyi, Albertus Agung Catur Sunu, David Widyantoro, Debora Ratri dan masih banyak lagi.
Kalian adalah orang-orang yang mengajarkan saya untuk lebih dewasa dan tangguh dalam menjalani kehidupan ini. Terima kasih banyak untuk semua hal yang sudah dibagikan kepada saya.
11. Seluruh penghuni kos Ceria, terimakasih sudah sering menghibur saya dikala jatuh bangun galau kehidupan di Jogja, hehe. Saya akan rindu sekali untuk “nggosip” dan berbagi cerita sampai larut malam disana. Buat saya Ceria dan isinya bukan hanya sebuah Rumah tapi juga Keluarga kedua saya.
Maturnuwun sanget!
12. Seluruh teman-teman saya di Staff PMB dan Humas Sanata Dharma, especially staff angkatan 2012 : Yuan, Oscar, Putra, Eka, Leza, Harni, Bayu dan lain-lain. Saya belajar banyak selama di Humas bagaimana cara bersikap professional saat bekerja. Terima kasih untuk semua pengalaman yang dibagikan.
13. Teman-teman Staff PPKM 1 2012 dan 2013. Kalian adalah keluarga yang menyenangkan sekaligus partner kerja yang sangat baik. Kalian selalu hebat di mata saya. Tetap Rendah Hati karena kita Luar Biasa!
14. Seluruh teman-teman Psikologi Sanata Dharma angkatan 2009. Spesial untuk teman-teman kelas A, Angel, Lana, Leza, Odil, Wayan, Leo, Adi, Samira, Tata dan masih banyak lagi. Kesuksesan kita ada di depan mata. Semangat! Tuhan memberkati selalu.
15. Terima kasih untuk Adrian Adendrata yang menjadi salah satu motivasi saya.
Seseorang yang selalu saya kagumi dalam segala hal. Seseorang yang selalu saya harapkan menjadi my future person. Semoga kita segera bertemu di kesempatan yang lebih baik.
Thank you so much.. you’re very special.. Kiranya Tuhan Yesus yang akan membalas dan memberi berkat kepada semua orang yang membantu saya selama proses penyusunan skripsi ini.
Terima kasih untuk segalanya.
Penulis Francisca Okvi W
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... . i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ..ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... ..x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ... xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
1. Teoritis ............................................................................................ 7
2. Praktis ............................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 9 A. Perilaku Asertif .................................................................................. 9
E. Hipotesis ............................................................................................. 24
1. Skala Kecerdasan Emosi ................................................................ 30
F. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 29
E. Metode Pengambilan Sampel ............................................................. 28
D. Subjek Penelitian ................................................................................ 28
2. Perilaku Asertif ............................................................................... 27
1. Kecerdasan Emosi .......................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 26 A. Jenis Penelitian ................................................................................... 26 B. Identifikasi Variabel ........................................................................... 26 C. Definisi Operasional ........................................................................... 26
D. Dinamika Hubungan Kecerdasan Emosi dan Perilaku Asertif ......... 22
1. Definisi Perilaku Asertif ................................................................. 9
C. Remaja Akhir...................................................................................... 20
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi ..................................................... 18
1. Definisi Kecerdasan Emosi ............................................................ 16
B. Kecerdasan Emosi .............................................................................. 16
4. Penghalang Individu Berperilaku Asertif ....................................... 16
3. Aspek-aspek Perilaku Asertif ......................................................... 13
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif ...................... 11
2. Skala Perilaku Asertif ..................................................................... 31
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................................. 33
1. Validitas Skala ................................................................................ 33
2. Seleksi Item .................................................................................... 34
3. Reliabilitas ...................................................................................... 37
H. Metode Analisis Data ......................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 39 A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 39 B. Deskripsi Subjek ................................................................................. 40 C. Hasil Penelitian ................................................................................... 41
1. Uji Normalitas ................................................................................ 41
2. Uji Linearitas .................................................................................. 42
3. Uji Hipotesis ................................................................................... 43
4. Analisis Data Tambahan ................................................................. 45
D. Pembahasan ........................................................................................ 49
E. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 54 A. Kesimpulan ....................................................................................... 54 B. Saran ................................................................................................. 54
1. Bagi Subjek Penelitian Remaja Akhir ............................................ 54
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................ 54 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 55 LAMPIRAN ..................................................................................................... 58
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi ............................................... 30 Tabel 2. Pemberian Skor Skala Kecerdasan Emosi ...................................... 31 Tabel 3. Blue Print Skala Perilaku Asertif .................................................... 32 Tabel 4. Pemberian Skor Skala Perilaku Asertif .......................................... 32 Tabel 5. Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosi ........................................ 35 Tabel 6. Distribusi Item Skala Perilaku Asertif ............................................ 36 Tabel 7. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Rentang Usia ............................. 41 Tabel 8. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 41 Tabel 9. Haisil Uji Normalitas ...................................................................... 42 Tabel 10. Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 43 Tabel 11. Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi ............................................ 43 Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 44 Tabel 13. Hasil Sumbangan Variabel Kecerdasan Emosi ............................. 44 Tabel 14. Rumus Norma Kategorisasi .......................................................... 45 Tabel 15. Deskripsi Mean dan SD pada Subjek Pelajar ............................... 45 Tabel 16. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi pada Pelajar .................. 45 Tabel 17. Kategorisasi Tingkat Perilaku Asertif pada Pelajar ...................... 46 Tabel 18. Deskripsi Mean dan SD pada Subjek Mahasiswa ......................... 47 Tabel 19. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa ........... 47
Tabel 20. Kategorisasi Tingkat Perilaku Asertif pada Mahasiswa ............... 48 Tabel 21. Deskripsi Statistik Kecerdasan Emosi .......................................... 48 Tabel 22. Deskripsi Statistik Perilaku Asertif ............................................... 49
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini terdapat banyak fenomena mengenai perilaku remaja akhir
ketika berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan sosial. Fenomena yang terjadi pada remaja akhir di Indonesia cenderung mengarah kepada fenomena yang berhubungan dengan emosi yang berperan ketika remaja melakukan suatu perilaku dalam berinteraksi dengan orang lain.
Sebagai contoh dalam sebuah artikel konsultasi psikologi sebuah majalah diceritakan seorang remaja yang merasa kesulitan untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan. Remaja tersebut menuturkan bahwa sebenarnya dirinya adalah orang yang ekspresif dan meledak-ledak, namun saat ini ia hanya dapat memendam perasaan dan memilih untuk diam ketika menghadapi suatu masalah. Hal ini menyebabkan dirinya merasa tidak nyaman akibat memendam emosi yang sedang dia rasakan (Reina, Femina no:43/XL, 2012).
Terdapat juga artikel konsultasi psikologi lain yang menceritakan pengalaman seseorang yang merasa kesulitan untuk menolak permintaan orang lain. Orang tersebut sangat sulit mengatakan tidak dan cenderung untuk menuruti apa yang diminta orang lain. Hal tersebut sering ia lakukan walaupun permintaan orang lain tersebut merepotkan dan belum tentu dapat dia lakukan (Aisah, Femina no:13/XL, 2012).
Fenomena sosial lain mengenai perilaku remaja akhir ketika berhubungan dengan orang lain juga terlihat pada perilaku siswa-siwa SMA di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu muncul berita di televisi maupun media massa lainnya yang menyebutkan bahwa di Indonesia marak terjadi tawuran yang dilakukan oleh pelajar SMA. Salah satu peristiwa tawuran yang menjadi topik pembicaraan adalah tawuran antara pelajar SMA di Jakarta yaitu antara pelajar SMA 70 dan pelajar SMA 6. Tawuran ini memberikan dampak negatif bagi pelajar di Indonesia. Hal ini dikarenakan tawuran tersebut memakan 1 nyawa korban pelajar dari SMA 6 (http:megapolitan.kompas.com)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, 1995, tawuran didefinisikan sebagai suatu perkelahian yang dilakukan secara beramai-ramai atau perkelahian massal. Tawuran juga diartikan sebagai perkelahian massal antara kelompok pelajar yang biasanya laki-laki yang merupakan suatu perilaku kekerasan (Mansoer, dalam Fakhrurrozi, 2012). Terdapat sebuah penelitian yang menjelaskan bahwa perilaku tawuran dipengaruhi oleh perilaku agresif yang dimiliki remaja ketika menghadapi suatu masalah (Oesman, 2010). Remaja yang memiliki perilaku agresif cenderung mendominasi orang lain dan kurang memiliki perilaku asertif yang merupakan perilaku untuk mencari solusi ketika menghadapi masalah (Hidayat & Lyrawati, 2008). Remaja tersebut memutuskan untuk melakukan tawuran dalam menyelesaikan masalahnya.
Terdapat penelitian lain yang menjelaskan beberapa tahun belakangan ini banyak pelajar SMA yang tidak bisa mengendalikan emosi diri mereka. Hal tersebut membuat mereka kehilangan kontrol dan membuat mereka terlibat dalam sebuah tawuran. Penelitian ini menjelaskan bahwa perilaku tawuran yang terjadi pada remaja juga berhubungan dengan kemampuan remaja dalam mengelola emosi (Fakhrurrrozi,2012).
Fenomena-fenomena tersebut memperlihatkan bahwa masih banyak orang yang kurang memiliki kemampuan perilaku asertif. Fenomena pertama dan kedua menjelaskan mengenai seseorang kesulitan untuk mengungkapkan emosi yang dia rasakan maupun menolak permintaan orang lain. Hal tersebut membuat individu merasa sangat tidak nyaman ketika harus menyimpan perasaan tidak menyenangkan yang dia alami. Individu cenderung untuk menahan apa yang dia rasakan, walaupun sebenarnya mereka merasa tidak nyaman dengan apa yang dialami. Perilaku-perilaku tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat individu yang kurang memiliki kemampuan asertif yaitu tidak bisa mengungkapkan secara jujur apa yang dirasakan dan diinginkan.
Fenomena sosial mengenai tawuran menunjukkan bahwa remaja pelaku tawuran kurang memiliki perilaku asertif. Mereka banyak melakukan tawuran karena didominasi oleh perilaku agresi yang mereka miliki (Fakhrurrrozi,2012). Remaja tersebut juga kurang memiliki kemampuan untuk mengelola emosi secara lebih adaptif sehingga pada akhirnya mereka terlibat dalam suatu tawuran. Di sisi lain, remaja yang melakukan perilaku tawuran dipengaruhi oleh adanya solidaritas dengan kelompok (peer group) yang sama-sama kurang dapat mengelola emosi dalam menghadapi masalah. Saat remaja akhir bertemu dengan teman yang memiliki persamaan nasib dan situasi saat menghadapi masalah membuat remaja dan kelompoknya memutuskan untuk menyelesaikan masalahnya dengan melakukan tawuran (Oesman, 2010).
Perilaku asertif adalah perilaku untuk menjalin suatu hubungan yang setara dengan orang lain. Dalam berhubungan individu diharapkan dapat mengungkapkan dan mengekspresikan secara jujur mengenai apa yang diinginkan dan dirasakan. Perilaku ini juga dilakukan tanpa mengganggu dan menyakiti orang lain (Alberti dan Emmons, 1987). Selain itu, perilaku asertif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan mempertahankan hak-hak yang dimiliki dengan tegas (Cozby, 1983 dalam Nashori, 2000).
Perilaku asertif merupakan salah satu bagian dari kompetensi interpersonal. Kompetensi interpersonal adalah kompetensi yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan suatu komunikasi yang efektif. Remaja sangat membutuhkan kompetensi interpersonal. Mereka membutuhkan hubungan dekat dengan orang lain terlebih lingkungan sosialnya. Remaja yang kurang memiliki kompetensi interpersonal akan mengalami kesulitan untuk memiliki kedekatan dengan orang lain. Hal ini membuat remaja tersebut hanya memiliki sedikit teman. Ketika kompetensi interpersonal sulit dilakukan, maka remaja juga akan mengalami kesulitan ketika beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya (Buhrmester, 1990).
Setiap individu khususnya remaja sangat penting untuk memiliki perilaku asertif. Perilaku ini dapat membuat seseorang memiliki suatu kebebasan untuk menunjukkan suatu perasaan positif bagi orang lain. Selain itu perilaku asertif juga dapat membangun suatu komunikasi yang lebih positif ketika berhubungan dengan orang lain (Alberti dan Emmons, 1987). Dengan melakukan perilaku asertif, seseorang dapat efektif dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan hubungan interpersonal. Komunikasi secara langsung dan terbuka yang merupakan bagian dari perilaku asertif memungkinkan seseorang untuk menerima sebuah pesan tanpa gangguan. Hal tersebut sangat penting dilakukan untuk memelihara hubungan interpersonal dalam lingkungan sosial (Pipas dan Jaradat 2010).
Semua fenomena sosial yang sudah dijelaskan menunjukkan bahwa emosi selalu memiliki peran ketika seseorang melakukan suatu perilaku termasuk ketika seseorang melakukan suatu perilaku asertif. Penjelasan ini didukung oleh hasil penelitian yang menjelasakan bahwa salah satu hal yang berkontribusi pada perilaku asertif adalah kecerdasan emosi (Akbari dan Lengkong,2012).
Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengetahui apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Selain itu kemampuan ini juga membantu individu untuk mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain (Goleman, 1999). Kecerdasan emosi juga didefinisikan sebagai suatu kemampuan individu dalam memproses informasi yang berhubungan dengan emosi secara akurat dan efisien. Individu yang memiliki kecerdasan emosi memiliki kemampuan untuk mengerti, memahami dan meregulasi emosi secara adaptif baik pada diri sendiri maupun orang lain (Mayer & Salovey, 1997 ; Mayer & Salovey, 1990; Schutee, 1998 dalam Schutte, N.S., Malouff, J.M., Bobik, Chad., Coston, T.D., Greeson, Cyndy., Jedlica, Christina., Rhodes, Emily & Wendorf, Greta , 2001).
Terdapat penelitian sebelumnya mengenai kecerdasan emosi yang bertujuan melihat kontribusi kecerdasan emosi terhadap perilaku asertif pada remaja di SMP 1 Al-Ikhlas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki kontribusi sebesar 30,3% terhadap perilaku asertif pada siswa SMP (Akbari dan Lengkong, 2012).
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan dapat dilihat bahwa terdapat dampak buruk bagi individu yang kurang memiliki perilaku asertif.
Individu yang kurang memiliki perilaku asertif kurang mampu untuk mengekspresikan emosi dan perasaan yang sebenarnya mereka alami. Mereka cenderung menahan apa yang sebenarnya ia rasakan.
Fenomena mengenai remaja dalam melakukan perilaku ketika berhubungan dengan lingkungan sosial membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku asertif pada remaja. Pada penelitian ini perilaku asertif pada remaja akhir akan dikaitkan dengan kecerdasan emosi. Peneliti ingin melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada remaja akhir.
Penelitian ini menggunakan subjek yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Subjek yang digunakan adalah individu yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir baik pelajar maupun mahasiswa. Hal ini dikarenakan masa remaja akhir erat hubungannya dengan perubahan emosi. Tegangan emosi yang dialami pada tahap remaja akhir lebih kompleks dan lebih sering terjadi dibandingkan remaja awal. Dibandingkan masa remaja awal, remaja akhir banyak mengalami masalah yang berhubungan dengan orang lain seperti masalah adaptasi dengan lingkungan sosial maupun dengan pasangan (Hurlock, 1957).
Emosi yang muncul pada remaja akhir adalah emosi yang cenderung negatif seperti marah, cemburu, perasaan takut, khawatir dan lain-lain. Selain itu remaja akhir sering dihadapkan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan perasaan dan emosi yang menuntut mereka untuk dapat menyelesaikannya secara efektif (Santrock, 2007). Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini juga berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan teknik analisis data product moment.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada remaja akhir.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada remaja akhir.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang ilmu psikologi sosial. Khususnya terkait dengan pengetahuan menngenai hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku asertif yang terjadi pada remaja akhir
2. Praktis
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada subjek penelitian remaja akhir baik pada pelajar maupun mahasiswa dengan memiliki kemampuan meregulasi emosi dan berperilaku asertif, remaja akhir dapat membentuk hubungan interpersonal yang baik dalam lingkungan sosial. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai tingkat kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada pelajar maupun mahasiswa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Definisi Perilaku Asertif Setiap individu memerlukan kemampuan untuk dapat mengatasi
setiap permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. Individu memerlukan suatu kemampuan untuk dapat berperilaku secara jujur sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan. Untuk dapat melakukan hal tersebut mereka membutuhkan suatu kemampuan berperilaku asertif.
Pengertian perilaku asertif adalah perilaku untuk menjalin suatu hubungan yang setara dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, individu diharapkan dapat mengungkapkan dan mengekspresikan secara jujur mengenai apa yang diinginkan dan dirasakan. Perilaku ini juga dilakukan tanpa mengganggu atau merugikan orang lain (Alberti dan Emmons, 1987).
Selain itu perilaku asertif didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan mempertahankan hak-hak yang dimiliki dengan tegas (Cozby, 1983 dalam Nashori 2000). Individu yang melakukan perilaku asertif akan mengekspresikan perasaan yang dialami tanpa suatu paksaan. Perilaku ini juga dilakukan tanpa tanpa menyakiti dan melanggar hak-hak orang lain
Perilaku asertif juga merupakan suatu kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan jelas dan spesifik, sekaligus peka terhadap kebutuhan yang dimiliki oleh orang lain. Individu yang melakukan perilaku ini memiliki kepekaan akan reaksi yang mungkin muncul dalam suatu peristiwa. Individu yang memiliki perilaku ini berani untuk memiliki pendapat yang berbeda dan mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain, namun juga tetap menghormati pendapat yang disampaikan orang lain (Stein dan Bokk, 2000).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku individu untuk mengungkapkan perasaan secara jujur. Pengungkapan perasaan secara jujur ini dilakukan secara tegas dan dilandasi oleh hak-hak yang dimiliki. Individu yang memiliki kemampuan asertif juga memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku yang mungkin akan muncul dalam suatu peristiwa. Individu tersebut juga mengetahui bahwa yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan merupakan keinginan dirinya sendiri. Selain itu perilaku asertif mendorong seseorang untuk berani memiliki pendapat yang berbeda dari orang lain. Perilaku asertif ini dilakukan tanpa menyakiti dan mengganggu orang lain.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif menurut Rathus dan Nevid (1983) dalam Rosita (2010) antara lain :
a. Jenis kelamin Pada umumnya perempuan lebih sulit untuk melakukan perilaku asertif. Perbedaan ini terlihat ketika perempuan merasa lebih sulit mengungkapkan perasaan secara jujur dibanding laki-laki. Sedangkan laki-laki memiliki sikap-sikap yang maskulin , yaitu kuat, asertif, kompetitif dan ambisius.
b. Harga diri Keyakinan seseorang dapat memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar. Individu yang memiliki keyakinan atau kepercayaan diri yang positif cenderung mampu untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan terhadap orang lain secara jujur.
c. Kebudayaan Setiap kebudayaan memiliki aturan dan batasan-batasan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu perilaku.. Batas-batas perilaku yang ada sesuai dengan usia, jenis kelamin dan status sosial seseorang dalam lingkungan. Perbedaan ini akan mempengaruhi seseorang untuk dapat berperilaku asertif.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Riyanti (1987) dalam Setyadi (2004) pada mahasiswa Batak dan Jawa di DIY menunjukkan adanya perbedaan mengenai perilaku asertif yang dilakukan. Mahasiswa Batak lebih asertif dibandingkan mahasiswa Jawa. Hal tersebut bisa dilihat sebagai salah satu faktor bahwa budaya mempengaruhi seseorang untuk berperilaku asertif.
d. Tingkat pendidikan Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi dapat memiliki pola berpikir yang luas. Hal ini membuat individu tersebut memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dan memiliki sikap yang lebih terbuka.
e. Tipe kepribadian Respon individu ketika menghadapi masalah akan selalu berbeda. Hal ini dapat terjadi karena respon individu tersebut dapat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki. Sebagai contoh terdapat orang yang memiliki tipe kepribadian introvert. Individu tersebut cenderung pasif dan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini membuat individu juga sulit untuk bersikap terbuka ketika berinteraksi dengan orang baru.
f. Situasi lingkungan sekitar Individu dalam berperilaku juga dipengaruhi oleh keadaan suatu lingkungan tertentu. Hal tersebut yang akan mempengaruhi individu untuk dapat berperilaku terbuka atau menahan perasaan yang sedang dialami. g. Kecerdasan Emosi Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Akbari dan
Lengkong, 2012 yang bertujuan untuk melihat kontribusi kecerdasan emosi terhadap perilaku asertif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memberi sumbangan sebesar 30,3% terhadap perilaku asertif.
3. Aspek-aspek Perilaku Asertif
Perilaku asertif memiliki beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut merupakan hal-hal yang terkandung dalam perilaku asertif. Berikut ini adalah beberapa aspek perilaku asertif yang diungkapkan oleh Alberti dan Emmons, 1987 antara lain :
a. Mendukung kesetaraan dalam hubungan interpersonal Perilaku ini bertujuan untuk mendapatkan suatu keseimbangan dalam melakukan hubungan interpersonal. Individu diharapkan untuk memperoleh perlakuan yang sama tanpa merasa dirugikan satu sama lain. Individu yang memiliki perilaku asertif memahami bahwa setiap manusia memiliki persamaan derajat dalam berinteraksi dengan orang lain. Ketika melakukan hubungan interpersonal diharapkan individu tidak ada yang merasa dirugikan, sehingga tercipta suatu hubungan yang setara antar individu. b. Bertindak sesuai dengan kepentingan dan minat Kemampuan untuk membuat keputusan pribadi mengenai karir, hubungan dengan orang lain, gaya hidup dan manajemen waktu. Perilaku ini bertujuan untuk mencapai tujuan hidup yang diinginkan dengan motivasi yang dimiliki oleh individu. Individu yang memiliki perilaku asertif bertindak sesuai dengan hal yang diminati. Individu dapat menentukan arah hidupnya sesuai dengan dirinya sendiri. Selain itu kemampuan ini juga membuat individu untuk berani secara jujur meminta bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan bantuan.
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi Kemampuan ini meliputi keberanian seseorang untuk mengucapkan kata tidak atau menolak pada hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Individu mampu untuk mempertahankan hak- hak mereka tanpa melanggar hak dan kebutuhan orang lain (Adams, 1995). Selain itu individu yang memiliki kemampuan ini dapat menanggapi suatu kritik tanpa menggunakan emosi negatif seperti marah. Kemampuan ini juga digunakan seseorang untuk mempertahankan suatu pendapat yang diungkapkan.
d. Mengekspresikan perasaan secara terbuka dan nyaman Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami secara terbuka baik perasaan negatif atau perasaan positif (Adams, 1995). Individu tersebut juga mampu mengungkapkan afeksi dan respons-respons positif lainnya terhadap orang lain secara terbuka (Corey, 2007). Hal-hal yang diungkapkan dapat meliputi seluruh isi pikiran, perasaan serta kebutuhan yang terdapat pada dirinya sendiri. Perilaku ini dilakukan secara spontan, tanpa perasaan cemas, ragu-ragu maupun perasaan takut.
e. Tidak menghalangi hak-hak orang lain Kemampuan ini dilakukan untuk mengungkapkan suatu ekspresi tanpa memberikan kritik yang tidak adil pada orang lain.
Dalam berhubungan dengan orang lain individu menghindari perilaku yang menyakiti dan mengintimidasi orang lain. Individu yang memiliki kemampuan ini mengetahui bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama dalam mengungkapkan pendapatnya. Mereka menghargai setiap individu dengan segala hak dan pendapatnya masing-masing.
Dengan demikian perilaku asertif memiliki beberapa aspek. Aspek tersebut antara lain adalah mendukung kesetaraan dalam hubungan interpersonal, bertindak sesuai kepentingan dan minat serta mampu mempertahankan hak-hak pribadi. Selain itu terdapat juga aspek mengekspresikan perasaan secara terbuka dan nyaman dan tidak menghalangi hak-hak orang lain.
4. Penghalang Individu Berperilaku Asertif
Menurut Alberti dan Emmons, 1987, terdapat beberapa hal yang menjadi penghalang seseorang kurang memiliki perilaku asertif, yaitu : a. Banyak orang yang kurang menganggap bahwa berperilaku asertif merupakan tindakan yang tepat untuk dilakukan.
b. Banyak orang yang memiliki kecemasan dan ketakutan yang tinggi untuk bertindak asertif c. Individu memiliki kemampuan yang kurang dalam mengekspresikan diri.
B. Kecerdasan Emosi 1. Definisi Kecerdasan Emosi Kecerdasan manusia banyak dilihat dari beberapa bagian.
Beberapa ahli psikologi pada era 1980 mengungkapkan bahwa ada beberapa macam kecerdasan yang dimiliki seorang individu (Sternberg, 1985 dalam Weiner dan Craighead 2010). Salah satu kecerdasan yang dimiliki individu adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengetahui apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Selain itu kemampuan ini juga membantu individu untuk mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan saat berhubungan dengan orang lain (Goleman, 1999).
Beberapa ahli seperti Schutte, Malouf, Bobik, Coston, Greeson, Jedlica, Rhodes dan Wenrdorf (2001) mengemukakan bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi memiliki kemampuan untuk mengerti, memahami dan meregulasi emosi secara adaptif baik pada diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi merupakan kesatuan kemampuan non kognitif, kompetensi dan keterampilan yang dapat berpengaruh pada kemampuan untuk kesuksesan dalam menghadapi tuntutan serta tekanan yang terdapat pada lingkungan sekitar (Bachrach, 2004). Kecerdasan emosi bertujuan untuk menjaga hubungan dengan orang lain serta mempromosikan pertumbuhan personal individu (Stys dan Brown, 2004; Lynn, 2002).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan non kognitif dalam mengelola dan meregulasi emosi secara lebih adaptif baik pada diri sendiri maupun ketika berhubungan dengan orang lain. Individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosi mampu untuk memahami dan mengerti emosi yang sedang dialami. Kemampuan ini membantu individu untuk dapat mengenali apa yang sedang dirasakan. Kecerdasan emosi bertujuan untuk menjaga hubungan interpersonal dengan individu lain
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi memiliki beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut membentuk seseorang untuk memiliki keterampilan kecerdasan emosi dalam dirinya. Berikut ini adalah aspek-aspek yang diungkapkan oleh Goleman, 1999 yaitu : a. Kesadaran diri :
Kesadaran diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dia rasakan. Selain itu individu yang memiliki kesadaran diri juga dapat mengenali kelebihan maupun kekurangan yang ada pada dirinya. Hal tersebut dapat digunakan sebagai tolok ukur yang realistis terhadap diri sendiri. Kemampuan ini digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Individu yang memiliki kesadaran diri juga memiliki kepercayaan diri yang besar.
Selain itu, kesadaran diri merupakan suatu komponen yang membutuhkan penguasaan dalam mengelola emosi. Kesadaran diri menuntut seseorang untuk dapat memahami dan memprediksi reaksi emosi yang muncul dari situasi tertentu (Lynn, 2002).
b. Pengaturan diri Kemampuan ini membantu individu dalam mengatasi emosi supaya dapat berdampak positif bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pengaturan diri dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu masalah. Kemampuan ini membuat individu dapat mengendalikan emosi yang ada dalam dirinya dengan baik. Pengaturan diri memungkinkan seseorang untuk bisa berfikir sebelum melakukan tindakan dan peka terhadap situasi yang ada. Selain itu individu yang memiliki kemampuan ini dapat mengatasi tekanan emosi yang muncul dalam dirinya. Emosi positif maupun emosi negatif yang muncul akan disalurkan dengan cara yang lebih produktif (Lynn, 2002).
c. Motivasi diri Motivasi diri merupakan kemampuan untuk mendorong diri dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan ini memiliki manfaat untuk mengambil inisiatif dalam bertindak. Individu yang memiliki motivasi diri dapat melakukan suatu perilaku dengan lebih efektif. Kemampuan ini juga membuat seseorang dapat mengatasi kegagalan dalam dirinya. Kecemasan dan sikap frustasi juga dapat diatasi jika individu tersebut memiliki motivasi diri yang baik.
d. Empati Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Individu yang memiliki empati mampu melihat suatu peristiwa dengan menggunakan perspektif orang lain. Perilaku ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya ketika berhubungan dengan orang lain. Empati melibatkan pemikiran kognitif dan emosi. Selain itu, empati juga membutuhkan suatu logika dan pemikiran tertentu ketika seseorang melihat suatu peristiwa dari sudut pandang orang lain (Lynn, 2002). e. Keterampilan sosial Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk dapat mengendalikan emosi ketika berhubungan dengan orang lain.
Keterampilan ini dapat membuat individu mampu berinteraksi dengan baik dan bersikap bijaksana ketika melakukan hubungan interpersonal dalam lingkungan. Kemampuan ini juga mencakup kemampuan individu untuk dapat mengatur suatu relasi yang baik dan membentuk jaringan-jaringan sosial dengan lingkungan sekitar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi memiliki beberapa aspek. Aspek tersebut antara lain kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan sosial.
C. Remaja Akhir
Remaja merupakan suatu bagian dalam tahap perkembangan manusia. Masa remaja didefinisikan sebagai masa transisi dari periode anak- anak menuju periode dewasa. Masa ini ditandai dengan perubahan biologis, lingkungan dan pengalaman berinteraksi dengan orang lain (Santrock, 2007).
Masa remaja dibagi menjadi 2 bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Remaja awal meliputi rentang usia 13 sampai 16 tahun dan remaja akhir meliputi rentang usia 17 sampai 21 tahun (Hurlock, 1957).
Sarwono (2007) mengungkapkan bahwa masa remaja akhir ditandai dengan pencapaian lima hal, antara lain: a. Remaja akhir memiliki minat yang lebih mantap terhadap fungsi-fungsi intelek pada dirinya b. Memiliki ego pada diri sendiri yang digunakan untuk dapat berhubungan dengan dengan orang lain c. Mengalami perubahan secara biologis dan memiliki identitas seksual yang sudah tidak bisa berubah lagi d. Sikap egosentrisme remaja yang memusatkan perhatian terhadap diri sendiri sudah beralih menjadi keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain
e. Remaja akhir sudah memiliki suatu pemisah antara diri pribadinya (private self ) dengan masyarakat umum (the public).
Remaja juga erat kaitannya dengan munculnya perubahan emosi. Remaja sering mengalami fluktuasi emosi atau emosi yang belum stabil dan tidak menentu. Munculnya emosi pada remaja akhir berlangsung lebih sering dibanding masa sebelumnya (Rosenblum & Lewis, 2003 dalam Santrock 2007). Masalah-masalah yang beragam yang belum pernah dialami sebelumnya juga sering muncul pada masa ini. Masalah yang beragam menuntut mereka untuk dapat menyelesaikannya dengan cara yang tepat.
Remaja cenderung untuk menggunakan emosi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Namun masih banyak remaja yang kurang dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Hal tersebut menyebabkan remaja rentan untuk mengalami dampak negatif seperti depresi, perasaan marah, kurang mampu meregulasi emosi dan pada akhirnya dampak tersebut dapat memicu munculnya masalah-masalah lain di bidang akademis, lingkungan, kenakalan remaja dan lain lain (Santrock, 2007)