Pengalaman remaja yang mengalami perbedaan agama pada orang tua - USD Repository

PENGALAMAN REMAJA YANG MENGALAMI PERBEDAAN AGAMA PADA ORANG TUA

  SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.) Program Studi Psikologi Oleh:

  Ellenora Winengku Asih NIM: 029114106

  PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2011

  

PERNYATAAN

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 29 Januari 2011 Penulis

  Ellenora Winengku Asih

  

PENGALAMAN REMAJA YANG MENGALAMI PERBEDAAN AGAMA

PADA ORANG TUA

Ellenora Winengku Asih

ABSTRAK

  

Pernikahan beda agama adalah pernikahan yang sangat rentan ketegangan atau

masalah, sedangkan pernikahan ini merupakan munculnya keluarga baru dimana

akan menghasilkan keturunan. Remaja merupakan individu yang rentan masalah

karena adanya masa peralihan menuju tahap kedewasaan. Remaja juga akan

mengalami banyak pengalaman didalam keluarga yang orang tuanya beda

agama. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus yang bertujuan

penelitian yang ingin mempeoleh pemahaman secara utuh tentang pengalaman

remaja yang mengalami perbedaan agama pada orang tuanya. Subjek penelitian

adalah remaja akhir dengan usia 18-23 tahun. Jumlah subjek terdiri dari 3 orang

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode pengumpulan

data dilakukan dengan wawancara terhadap subyek dan juga observasi. Hasil

penelitian menggambarkan bahwa pernikahan beda agama tidak selalu

menghasilkan ketegangan atau masalah pada remaja. Pola asuh serta pola

pendidikan agama sangat penting dan mempengaruhi perkembangan remaja.

  Kata Kunci: remaja, pernikahan beda agama, keluarga.

  

THE EXPERIENCE OF TEENAGER WHOSE PARENTS ARE HOLDING

ON A DIFFERENT RELIGION

Ellenora Winengku Asih

ABSTRACT

  

A marriage which is based on a different religion is a marriage which easily

creates a high tense and problem between them, while it is a triger of a new

family where they can have descendant which later when they have grown into a

teenager, they have to make a decision to believe on whose religion. Teenagers

are individual which are very vulnerable on facing a problematic situation

because their age is a transformation time from innocent into maturity. They also

experience many problems that occur within their family, between their parents

whose holding on a different religion. This thesis is a qualitative case research

which goal is to get a fully understanding about the experience of teenager on

facing a parents with a different religion. The suject of this research is a teenager

between 18-23 years old and there is three teenagers wich are appropriate whit

some terms that have been accepted. The data collection method will be done with

interview and observation. The result of this research will show a clear

description about a family which based on a different religion. It does not always

produce a tense or problem. Parenting and education about the religion really

have an effect on the teenager’s growth.

  Key words: teenager, marriage with different religion, family.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ellenora Winengku Asih NIM : 029114106

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  “Pengalaman Remaja Yang Mengalami Perbedaan Agama Pada Orang Tua” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media cetak lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Januari 2011 Yang menyatakan,

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah astu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Proses dari awal hingga akhir pembuatan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang dengan terbuka memberikan bantuannya. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

  1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Unuversitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini.

  2. Bapak V. Didik Suryo H. S.Psi., M.Si. , selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing peneliti dari awal hingga akhir dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu MM. Nimas Eki S. S.Psi, Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan ‘sayap’ mungilnya yang kuat.

  4. Segenap dosen fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu peneliti selama ini hingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini.

  5. Para subjek penelitian yang telah membantu peneliti hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  6. Para karyawan fakultas psikologi ( ibu Nanik, mas Gandung, pak Gie, mas

  7. Bapak Thomas R. Mintarjo yang selalu membantu dalam tawa dan semangat hidupnya dan Ibu Maria Magdalena Marsini yang mengajarkan tentang arti sebuah kesabaran dan tidak bosan-bosannya berdoa didalam kesakitannya untuk mendukung dan mendorong peneliti hingga dapat menyelesaikan penyusunan skrispsi ini. Salam sayang selalu.

  8. Keluarga besarku, Fx. Awan Prio S., Maria Dewi Lestari N., Teresa Kezia Andari S., Gilbertus Hezkia Rowan S., Rama Budhisatwa, Theresia R.

  Widuri, Kristophorus Evan Wira P. Dan Krista Aiko Nathania untuk dukungan, doa, kritikan, tangisan dan keceriaan selama penulis menyelesaikan penelitian ini.

  9. Teman-teman fakultas psikologi yang telah banyak membantu penulis selama kuliah, Teye, Dyane, Cyl, Tisa, Ian, Hany, Dhoni, Windra, Donat, Ei, Bagonk. Terima kasih untuk perhatian dan proses yang kita lalui selama ini.

  10. Sahabat-sahabat terbaikku, Adjie untuk cerita-ceritanya yang menguatkan, Santi untuk keceriaan selama 21 tahun ini, Inug “nduTku” yang mengajarkan artinya sebuah perasaan dengan logika, Um Ben nuwun untuk jatuh bangun bersamanya, Mitae yang telah merawat dengan sabar selama peneliti pengobatan dan terapi.

  11. Keluarga-keluarga kecilku Gupta dan Amsyong, pakcik Indra, makcik Dita, om ate, tante Eva, Ino dan Ristha, Mitae, Chemel, Titan, um Dhe, um Ben, Elak, Cik Lan, Iik, Elsa dan Dona. Matur nuwun untuk “sayap-

  12. Teman-teman di Paduan Suara Fakultas Psikologi “Angel Voice”, Paduan Suara Mahasiswa “Cantus Firmus” dan Konco Kenthel Choir. Terima kasih atas keceriaan, semangat, tawa dan sedih.. kalian tempat katarsis yang mujarab! Spesial buat mas Mbong, nuwun mas sudah menjadi bapak, kakak dan sahabat yang bijak selama ini.

  13. Yosephine Dian H., Martha Hesti S., Maria Vini P., Maria Fatima K. dan Martinya untuk selalu menemani peneliti dengan berbagai kisah hidup dalam kebersamaan satu atap.

  14. Anjar Setyo Nugroho yang selalu mendampingi disaat susah dan senang selama proses penyelesaian penelitian ini. Matur nuwun um selalu mengingatkan dan mengajarkanku artinya berserah pada Gusti Yesus, untuk sebuah perjalanan yang melengkapi hidupku.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................ ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI................................................... iii HALAMAN MOTTO................................................................................… iv HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................... vi ABSTRAK.................................................................................................… vii ABSTRACT................................................................................................ viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH................. ix KATA PENGANTAR................................................................................. x DAFTAR ISI............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xviii

  BAB I (PENDAHULUAN)…………………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah............................................. 1 B. Rumusan Permasalahan.............................................. 5 C. Tujuan Penelitian........................................................ 5 D. Manfaat Penelitian...................................................... 6

  1. Manfaat Praktisnya.............................................. 6

  2. Manfaat Teoritisnya............................................ 6

  BAB II (LANDASAN TEORI)…………………………………………….. 7 A. Remaja........................................................................ 7

  3. Remaja Dalam Keluarga..................................... 12

  E. Kerangka Pemikiran................................................... 18

  D. Pandangan Remaja Tentang Pernikahan Beda Agama.......................................................................... 17

  3. Pernikahan Beda Agama..................................... 15

  2. Agama Pada Masyarakat..................................... 14

  1. Agama Pada Keluarga......................................... 13

  C. Agama Dalam Keluarga............................................. 13

  b. Dimensi Pola Asuh....................................... 11

  1. Definisi Remaja................................................... 7

  a. Pengertian Pola Asuh................................... 10

  2. Pola Asuh............................................................. 10

  1. Pengertian Keluarga............................................ 9

  B. Remaja Dalam Keluarga............................................. 9

  3. Tugas Perkembangan Remaja............................. 8

  2. Ciri-Ciri Penting Remaja..................................... 8

  BAB III (METODE PENELITIAN)………………………………………... 20 A. Jenis Dan Metode Penelitian...................................... 20 B. Subyek Penelitian....................................................... 21 C. Fokus Penelitian......................................................... 22

  E. Analisis Data.............................................................. 25

  1. Organisasi Data................................................... 25

  2. Koding................................................................. 26

  F. Pemeriksaan Keabsahaan Data................................... 27

  BAB IV (HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN)…………………. 28 A. Proses Penelitian......................................................... 28 B. Hasil Penelitian : Kasus I............................................ 29

  1. Deskripsi Subyek................................................. 29

  2. Deskripsi Relasi Dalam Keluarga....................... 30

  3. Sumber Ketegangan Atau Masalah..................... 33

  4. Pengalaman Mengatasi Masalah......................... 36

  5. Dampak Yang Dirasakan..................................... 39

  6. Kesimpulan.......................................................... 41

  C. Hasil Penelitian : Kasus II.......................................... 43

  1. Deskripsi Subyek................................................. 43

  2. Deskripsi Relasi Dalam Keluarga........................ 44

  3. Sumber Ketegangan Atau Masalah...................... 47

  4. Pengalaman mengatasi masalah.......................... 50

  5. Dampak Yang Dirasakan..................................... 53

  6. Kesimpulan.......................................................... 56

  D. Hasil Penelitian : Kasus III......................................... 58

  1. Deskripsi Subyek................................................. 58

  3. Sumber Ketegangan Atau Masalah..................... 62

  4. Pengalaman Mengatasi Masalah......................... 64

  5. Dampak Yang Dirasakan..................................... 65

  6. Kesimpulan.......................................................... 66

  E. Tabel Perbandingan.................................................... 68

  F. Pembahasan................................................................ 73

  BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN)…………………………………… 78 A. Kesimpulan................................................................. 78 B. Keterbatasan Penelitian............................................... 78 C. Saran........................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................... 82

  DAFTAR TABEL Tabel I. Identitas Subyek Penelitian…………………………….

  21 Tabel II. Panduan Wawancara..………………………………….

  24 Tabel III. Aspek-aspek Yang Diungkap.........................................

  26 Tabel IV. Tabel Perbandingan Subyek..............……………… .....

  68

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Transkrip Verbatim Wawancara Subjek I.………………. 82 Lampiran II Transkrip Verbatim Wawancara Subjek II …..………….. 95 Lampiran III Transkrip Verbatim Wawancara Subjek III..…………….. 109 Lampiran IV Catatan Pengalaman.............................……………........... 119

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini banyak muncul pernikahan beda agama di Indonesia, dikarenakan adanya hasil dari heterogenitas dari satu populasi

  penduduk (Bossard& Boll, 1957). Pernikahan beda agama dimana dalam satu keluarga antara suami dan istri menpunyai agama yang berbeda satu sama lain. Hal ini yang terjadi didalam keluarga besar peneliti, dimana dalam tiap-tiap keluarga yang orang tuanya beda agama mempunyai pola asuh serta pengajaran yang berbeda- beda, namun tetap memunculkan masalah- masalah yang ada didalam keluarga tersebut terutama anak-anak hasil pernikahan mereka. Seperti yang dialami oleh saudara sepupu peneliti, dia berbeda agama dengan suaminya. Mereka memiliki 2 orang anak, yang pertama laki-laki dan yang kedua perempuan. Sang ayah sangat menginginkan anak-anaknya mengikuti agamanya, dia memaksakan untuk anak-anaknya beribadah bersamanya, mengetahui agamanya, serta mengikuti apa saja tentang agamanya. Sang ayah tidak mengijinkan istrinya untuk memberikan hal yang sama kepada anak-anak mereka. Ketika beranjak remaja, anak pertamanya ingin berpindah agama mengikuti agama sang ibu. Ayah dan adiknya tidak menyetujuinya, sehingga memunculkan masalah-masalah, seperti sang ayah bersikap keras

  Hubungan antara kakak dan adik menjadi kurang harmonis dan jarang sekali melakukan komunikasi sebagaimana mesti hubungan saudara. Sang kakak juga berpikiran kenapa agama yang berbeda menjadi sebuah masalah, kenapa sang ayah selalu menginginkan anak-anaknya sama dengannya tanpa pernah memikirkan keinginan anak-anaknya dan beberapa hal lainnya. Terkadang hal tersebut yang menginspirasi anak pertamanya tidak akan melakukan apa yang ayahnya lakukan jika ia punya anak kelak.

  Kiranya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap individu. Keluarga adalah sebuah dasar pondasi yang kuat untuk pembentukan kepribadian individu. Pola- pola yang diterapkan pada sebuah keluarga memiliki kekuatan pengaruh sosialisasi yang besar karena dalam keluarga sendiri akan terjadi interaksi antara orang tua dan anak, dimana orang tua bertanggung jawab dalam membimbing, mendidik, mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk pencapaian kedewasaan anak tersebut, sesuai dengan norma- norma yang berlaku didalam masyarakat. Interaksi antara orang tua dan anak ini disebut juga sebagai pola pengasuhan orang tua. Menurut Gunarsa (2002) pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik (makan,minum,pakaian,dan sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar

  Pola pengasuhan orang tua akan sangat berpengaruh bagi perkembangan individu terutama bagi kaum remaja, untuk memilih atau penetapan agama, karena pada masa inilah perkembangan individu mengalami tekanan yang hebat. Menurut G. S. Hall (Santrock., 2003) bahwa remaja adalah masa antara 12-23 tahun dan penuh dengan topan dan tekanan, remaja sebagai masa goncangan yang ditandai dengan konflik perubahan suasana hati. Pada masa remaja inilah identitas dirinya mulai terbentuk, dimana ia mencari jati dirinya yang dimulai dari lingkup keluarga. Pola pengasuhan pada keluarga sangat berpengaruh dalam proses pencarian jati dirinya.

  Pernikahan beda agama adalah pernikahan yang sangat rentan konflik. Agama yang menjadi dasar bagi setiap individu sebagai falsafah hidup atau solusi setiap masalah. Setiap agama memiliki nilai-nilai dan aturan yang berbeda-beda walaupun secara universal, setiap agama itu baik. Agama menjelaskan manusia cara memandang dunia seharusnya berjalan. Ajaran setiap agama itu baik namun tetap saja perbedaan- perbedaan nilai-nilai yang ada secara spesifik berbeda. Menurut Durkheim (dalam Paramitha, 2002) agama mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat, dimana agama memenuhi keperluan pribadi secara berkala, menegakkan dan memperkuat perasaan serta ide kolektif yang menjadikan ciri dan inti sebuah persatuan. Namun Durkheim juga berpendapat (dalam Paramitha, 2002) bahwa agama juga mempunyai disfungsi pula, adanya pertentangan dari perbedaan agama tersebut bisa membahayakan dan menimbulkan ketegangan atau masalah.

  Begitu pula dalam sebuah pernikahan yang dibangun dalam dua agama yang berbeda, perbedaan dalam konsep, aturan, nilai-nilai dan pengamalannya. Ketika pasangan memilki keyakinan agama yang berbeda, mereka dapat mengalami misscomunication, kesalah pahaman, rasa marah dan bahkan rasa bersalah. Hal ini yang dapat menimbulkan ketegangan atau masalah yang terjadi dalam keluarga terutama dalam diri anak hasil perkawinan beda agama.

  Dalam kasus ini akan diangkat mengenai pengalaman-pengalaman keluarga yang mengalami perbedaan agama pada orang tuanya, yang cenderung akan menjadi permasalahan bagi anak. Ketegangan atau masalah yang akan timbul dalam keluarga beda agama ini karena adanya perbedaan- perbedaan tentang pengetahuan, keyakinan, serta pendapat pada diri anak terutama ketika ia masuk ketahapan remaja. Ketegangan atau masalah yang akan muncul biasanya akan berakibat dampak yang positif maupun negatif dalam kehidupan remaja. Biasanya bisa berpengaruh pada pribadi maupun kehidupan sosialnya. Ketegangan atau masalah membuat anak menghadapi situasi- situasi rasional atau sesuatu yang realistik. Misalnya ketika seorang anak berkembang dalam sebuah keluarga yang beda agama, tentang pemilihan agama atau bagaimana mengkondisikan dirinya ketika berada di keluarga besar yang beda

  Masalah-masalah dalam pernikahan beda agama kerap kali terjadi, dan banyak konflik atau masalah yang ada mengakibatkan terganggunya komunikasi dalam keluarga.

  Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti ingin melihat bagaimana pengalaman-pengalaman remaja yang berkembang di dalam atau yang mengalami keluarga beda agama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Menurut Punch (dalam Poerwandari,2005), studi kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas, meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas.

B. Rumusan Permasalahan

  Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman- pengalaman remaja yang mengalami perbedaan agama orang tua di dalam keluarganya ? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mendapatkan pemahaman tentang gambaran pengalaman-pengalaman apa saja yang terjadi pada remaja yang mengalami perbedaan agama pada orang tua didalam keluarganya”.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktisnya

  Dengan diperolehnya pemahaman tentang pengalaman- pengalaman remaja yang mengalami atau berkembang didalam keluarga yang orang tuanya memiliki agama yang berbeda , di harapankan sebagai rujukan atau referensi dan bahan masukan yang berguna dalam membina keluarga yang beda agama.

2. Manfaat Teoritisnya

  Memberikan sumbangan ilmiah secara teoritis (pengetahuan) bagi perkembangan disiplin ilmu psikologi khususnya psikologi keluarga, dan psikologi perkembangan serta dapat memberikan sumbangan informasi untuk penelitian lebih lanjut, khususnya tentang permasalahan pernikahan atau keluarga beda agama.

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Definisi Remaja Masa remaja merupakan masa yang sangat menarik untuk dibahas

  lebih lanjut. Masa dimana adanya transisi dari anak-anak menuju masa dewasa, dan pada masa inilah yang menentukan kematangan individu untuk melangkah ke tahap perkembangan selanjutnya yaitu masa dewasa.

  G. S. Hall (Santrock, 2003) berpendapat bahwa remaja adalah masa antara 12-23 tahun dan masa penuh dengan topan dan tekanan. Remaja sebagai masa goncangan yang ditandai dengan konflik perubahan suasana hati. Menurut Witherington (Hamalik, 1995), remaja dibagi menjadi remaja awal (12-15 tahun) dan remaja akhir (15-18 tahun), sedangkan menurut Gilmer, remaja dibagi menjadi pre adolescent (10-13 tahun), adolescent awal (14-17 tahun) dan adolescent akhir (18-21 tahun).

  Remaja adalah mereka yang meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dan masa pembentukan tanggung jawab (Basri, 1995). Pada masa inilah individu belum bisa dikatakan dewasa dan sudah bukan anak-anak lagi, menurut Aristoteles (Santrock, 1996) bahwa remaja adalah individu yang rentang usianya 12-21 tahun yang beranjak matang dan mulai membentuk kemampuan untuk memilih atau lebih mandiri.

  Dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang mengalami perubahan menuju masa kedewasaan atau kematangan diri karena adanya perubahan lingkungan serta tugas-tugas yang membutuhkan bimbingan serta dukungan dari orang tua.

  2. Ciri-ciri Penting Remaja

  Menurut Mapiare (1982) ciri-ciri penting seorang remaja adalah : a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat.

  b. Citra diri dan sikap pandangan yang lebih realistis.

  c. Menghadapi masalah secara lebih matang.

  d. Perasaan menjadi lebih tenang.

  3. Tugas Perkembangan Remaja

  Menurut Karl C.Garrison (Mapiare, 1982) tugas-tugas perkembangan remaja pada umumnya, sebagai berikut : a. Menerima keadaan jasmani perkembangan menuju dewasa dan harus dibarengi oleh perkembangan sikap dan citra diri.

  b. Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya antara 2 jenis kelamin. c. Menerima keadaan sesuai jenis kelamin dan belajar hidup seperti kaumnya.

  d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

  e. Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan dengan ekonomi atau keuangan.

  f. Mendapatkan perangkat nilai-nilai hidup dan falsafah hidup.

B. Remaja Dalam Keluarga 1. Pengertan Keluarga

  Kelompok yang paling dekat dengan manusia adalah kelompok keluarga, dimana keluarga diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang, sosialisasi dan perlindungan kepada anak-anak, dan mendidik mereka sampai mandiri (Soekanto, 2004). Di dalam keluargalah pertama kali anak-anak mendapatkan pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual.

  Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan, atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Sedangkan Morgan (Sitorus, 1988) menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu grup sosial dan ikatan kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua-anak) sekaligus. Namun secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka.

  Bila ditinjau berdasarkan Undang-undang no.10 tahun 1972, keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak karena ikatan darah maupun hukum.

  Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka pengertian keluarga adalah kumpulan individu yang dihubungkan dengan pertalian darah, hubungan kekerabatan, perkawinan, dan hukum yang hidup bersama dan memiliki tempat tinggal bersama.

2. Pola Asuh

a. Pengertian Pola Asuh

  Seperti yang kita ketahui lingkungan yang paling dekat dan tempat dimana anak berinteraksi pertama kali adalah lingkungan keluarganya. Hal pokok yang ada didalam lingkungan keluarga adalah pola asuh keluarga karena pola asuh ini dapat mempengaruhi perkembangan anak.

  Olson (dalam Setiawan, 1996) mengemukakan bahwa fungsi keluarga bagi remaja adalah memberikan contoh rasa memiliki, kemampuan berkomunikasi. Hetherington dan Parke (dalam Setiawan, 1996) berpendapat bahwa interaksi remaja dengan orang tuanya akan dijadikan model bagi remaja dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

  Menurut Gunarsa (2002) pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, dan sebagainya) dan kebutuhan psikologi (afeksi atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Huxley (dalam Soekanto, 2004) pola asuh merupakan cara dimana orang tua menyampaikan atau menetapkan kepercayaan mereka tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik atau buruk.

  Pengasuhan orang tua terhadap anak juga menekankan faktor komunikasi yang bertujuan agar baik anak maupun orang tua dapat mengeluarkan pendapat, ide-ide yang dapat mengakrabkan hubungan keduanya.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan serangkaian interaksi orang tua dengan anak baik secara fisik, psikologi, dan norma- norma masyarakat agar anak dapat selaras dengan lingkungan sosialnya.

b. Dimensi Pola asuh

  Menurut Adiana (1988) ada empat dimensi dalam pengasuhan anak, yaitu: i. Dimensi kontrol yaitu dimensi dimana orang tua akan mengawasi tingkah laku anak-anak agar sesuai dengan norma. ii. Dimensi tuntutan yaitu dimensi dimana menggambarkan keinginan orang tua terhadap anak-anak. iii. Dimensi kejelasan komunikasi antara orang tua dan anak yaitu dimensi kejelasaan hubungan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. iv. Dimensi pemeliharaan terhadap anak yaitu dimensi yang mengatur pemeliharaan dan perawatan bagi perkembangan anak.

3. Remaja Dalam Keluarga

  Pada permulaan masa remaja, individu umumnya tidak memiliki pengetahuan untuk mengambil keputusan yang tepat dan dewasa dalam semua bidang hidup (Santrock, 2002). Ketika remaja, mereka akan menuntut otonomi, disini peran keluarga sangat penting terutama orang tua yang bijaksana akan melepaskan kendali-kendali dimana nantinya remaja akan mengambil keputusannya sendiri namun tetap dibimbing dan diarahkan agar pengambilan keputusannya dapat masuk akal.

  Adanya keterkaitan terus menerus antara orang tua dan remaja dalam keluarga ketika remaja bergerak menuju dan memperoleh otonominya (Santrock, 2002), karena remaja masih belum mantap dengan untuk membimbing mereka untuk mencapai cita-cita atau memenuhi harapan-harapan.

C. Agama Dan keluarga

1. Agama Pada Keluarga

  Pendidikan agama dalam keluarga menempati posisi yang strategis ditengah-tengah kehidupan keluarga, karena keluarga merupakan lembaga dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah bersatu dan ini merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat (Karsayuda, 2006).

  Tak bisa disangkal, sebagian besar masyarakat kita mendapatkan agama dari orang tuanya, dan akan mewariskan agamanya dikemudian hari. Ada semacam aturan tidak tertulis, bahwa seorang anak secara otomatis mewarisi agama orang tuanya. Dengan demikian pastinya orang tua merasa berhak dan berkewajiban untuk mewariskan agama pada anaknya.

  Uwes (2001) mengatakan bahwa masa depan kualitas kehidupan suatu generasi, terkait dan sangat dipengaruhi oleh suasana kehidupan keluarga masa kini, keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, karena keluargalah yang mengawali perkembangannya baik secara jasmani maupun rohani.

  Pendidikan agama dalam keluarga bisa melalui kebiasaan- kebiasaan baik maupun melalui perilaku baik yang dilaksanakan oleh

  Jadi dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan tempat awal dimana individu membangun perkembangan pengetahuan dan pendidikan agama.

2. Agama Pada Masyarakat

  Agama memainkan perannya yang sentral dalam hal kultur maupun kehidupan sosial kemasyarakatannya melalui nilai-nilai luhur yang diajarkannya. Menurut Mubarrak (2008) nilai luhur yang paling banyak dan relevan dengan sosial kemasyarakatan adalah nilai spiritual yang tetap menjaga agar masyarakat tetap konsisten dalam menjaga stabilitas lingkungan, serta nilai kemanusiaan yang mengajarkan manusia agar dapat saling mengerti satu sama lain, serta dapat saling bertenggang rasa.saling memahami antar masyarakat merupakan langkah awal yang bagus untuk membentuk masyarakat yang madani.

  Dalam kehidupan bermasyarakat, agama memegang peranan yang sangat besar dan penting. Keberadaan agama ditengah-tengah masyarakat tidak dapat diabaikan. Agama mengatur tentang bagaimana membentuk masyarakat yang madani. Agama juga yang mampu menciptakan kerukunan dalam kultur masyarakat yang majemuk. Seperti yang kita ketahui bahwa tidaklah mudah hidup dalam suatu perbedaan, setiap perbedaan, utamanya perbedaan pendapat dalam masyarakat dapat memicu timbulnya perselisihan atau permasalahan. Disinilah posisi agama memainkan peranannya yang penting sebagai penegak hukum dan menjaga masyarakat agar saling menghormati satu sama lain.

3. Pernikahan Beda Agama

  Pernikahan adalah puncak dari hubungan intim antar jenis, dimana kedua belah pihak saling membagi pengalaman dan perasaan serta pikiran, sehingga pasangan yang sudah menikah cukup lama mempunyai kemiripan dalam sikap, sifat, minat dan nilai- nilai (Pearson&Lee dalam Sarwono, 1996). Pernikahan antara dua individu yang memeluk agama berbeda disebut interfaith marriage, mixed marriage,mixed faith

  marriage, atau interreligious marriage ( Robinson, 2005).

  Pernikahan beda agama menurut Mandra dan Artadi (dalam Eoh,1996) pernikahan beda agama adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang masing-masing berbeda agama dan mempertahankan perbedaannya itu sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar KeTuhanan Yang Maha Esa.

  Pernikahan berbeda agama masih menjadi pro dan kontra. Sampai saat ini banyak masyarakat Indonesia yang belum menerima adanya dua agama dalam sebuah pernikahan, masih banyak pertentangan yang terjadi karena pernikahan beda agama dimata hukum Indonesia bukan merupakan pernikahan yang sah. Berikut adalah pandangan masing- a. Pernikahan beda agama menurut pandangan agama Islam.

  Islam mengajarkan umatnya untuk hidup lurus, dalam hidayah Allah, maka dari itulah seorang muslim dilarang menikah dengan orang musyrik (Surah al Baqarah ayat 221). Dalam Islam satu-satunya kemungkinan adalah pria muslim menikah dengan wanita non muslim.

  b. Pernikahan beda agama menurut pandangan agama Katolik.

  Agama Kristen Katolik secara tegas menyatakan, perkawinan antara orang Katolik dengan penganut agama lain adalah tidak sah (Kanonik: 1086). Gereja memberikan dispensasi dengan persyaratan yang ditentukan hukum Gereja (Kanonik 1125). Dispensasi akan diberikan oleh Uskup dengan syarat sebagai berikut : i. Pihak yang beragama Katolik berjanji akan tetap setia pada iman

  Katolik, berusaha memandikan dan mendidik anak-anak secara Katolik. ii. Pihak yang tidak beragama Katolik berjanji menerima perkawinan secara Katolik dan tidak menceraikan pihak yang beragama Katolik, tidak menghalangi pihak yang beragama Katolik melaksanakan imannya, dan bersedia mendidik anak- anaknya secara agama Katolik.

  c. Pernikahan beda agama menurut pandangan agama Kristen.

  Agama Kristen Protestan mengajarkan kepada umatnya mencari pasangan hidup yang seagama. Menyadari adanya kehidupan bersama melangsungkan perkawinan dengan orang-orang. Perkawinan beda agama dapat dilangsungkan di Gereja menurut hukum Gereja Kristen apabila pihak yang bukan beragama Kristen menyatakan tidak keberatan secara tertulis, kesediaan pihak bukan Kristen untuk menikah di Gereja dan anak-anak dididik secara Kristen.

  d. Pernikahan beda agama menurut pandangan agama Hindu.

  Dalam agama Hindu, suatu perkawinan dapat disahkan jika mempelai itu telah menganut agama yang sama, agama Hindu.

  Perkawinan dengan penganut agama lain dilarang didalam agama Hindu. Jika kedua mempelai berbeda agama, pedende tidak dapat memberkati, kecuali pihak yang bukan Hindu telah di-suddhi-kan (disahkan) sebagai pemeluk agama Hindu, dan menandatangani Sudi Vadhani (surat pernyataan masuk agama Hindu).

  e. Pernikahan beda agama menurut pandangan agama Budha.

  Agama Budha sebagai ajaran yang lebih banyak memperhatikan ajaran dan amalan moral dengan menitik beratkan pada kesempurnaan diri manusia, tidak mengatur secara khusus perkawinan beda agama. Agama Budha tidak membatasi umatnya untuk nikah dengan penganut agama lain menurut hukum yang berlaku.

D. Pandangan Remaja Tentang Pernikahan Beda Agama

  Erikson dalam Santrock (1996) percaya bahwa kehidupan remaja diatur oleh peraturan yang mengikat karena masa remaja merupakan masa pencarian jati diri, padahal banyak orang tua yang menerapkan pemaksaan dan menekankan remaja untuk mengikuti aturan-aturan yang dibuat. Orang tua berusaha menjadikan remajanya bertingkah laku seperti orang dewasa dalam waktu yang relatif singkat, padahal remaja sangat tidak ingin ditentang atau diatur.

  Masa peralihan tersebut merupakan masa yang berat, remaja sangat membutuhkan dukungan atau orang yang dapat mengerti perkembangannya.

  Remaja menginginkan jika orang tua yang beda agama tetap bisa menjalin kedekatan antara dirinya dengan orang tua, keluarga seperti layaknya keluarga umum lainnya, remaja menginginkan adanya masukan-masukan dari orang tua yang berguna bagi perkembangannya menuju pribadi yang lebih dewasa dan juga tidak tergantung orang tua lagi bukan kekangan-kekangan yang diterapkan oleh orang tua (http.pangandaran info.com ).

E. Kerangka Pemikiran Pernikahan beda agama semakin meningkat jumlahnya di Indonesia.

  Pernikahan beda agama adalah hasil dari heterogenitas dalam populasi penduduk (Bossard & Boll, 1957). Selain itu alasan lainnya adalah meningkatnya toleransi dan juga penerimaan antara pemeluk agama yang berbeda serta interaksi dengan kelompok yang mempunyai latar belakang berbeda ( Duvall & Miller, 1985 ).

  Pernikahan beda agama ini akan menimbulkan konflik dari masalah keuangan, anak-anak, sampai pada masalah pada keluarga pasangan (Atwater, 1985). Sebuah keluarga yang orang tuanya memiliki perbedaan agama rentan untuk terjadi adanya masalah-masalah, menurut beberapa ahli mengatakan bahwa pernikahan beda agama akan memunculkan masalah- masalah, seperti latar belakang agama, hubungan dengan keluarga, pelaksanaan ibadah, seksualitas, kehidupan sehari-hari, menghadapi masalah pada anak (dalam Paramitha, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Penelitian ini mengunakan metode pendekatan kualitatif yang

  berbentuk studi kasus. Menurut Punch (dalam Poerwandari,2005) studi kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas, meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas.

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Denzin dan Lincoln (dalam Creswell, 1997) menyatakan bahwa metode kualitatif adalah berbagai metode yang berfokus pada permasalahan subjek dengan melibatkan interpretasi dan pendekatan yang alamiah/natural. Hal ini berarti bahwa penelitian kualitatif mempelajari sesuatu secara alami dan berusaha mencoba untuk mengartikan kesimpulan umum/fenomena yang diartikan oleh orang banyak. Penelitian kualitatif mendasarkan diri pada kekuatan narasi dalam mengungkapkan realitas sosial yang diteiliti (Poerwandari, 2005). Oleh karenanya, penelitian kualitatif akan menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan lain sebagainya (Poerwandari, 2005).

  Penelitian kualitatif yang berbetuk studi kasus ini digunakan dalam pemahaman utuh tentang pengalaman remaja yang mengalami ketegangan atau masalah dalam keluarga yang orang tuanya beda agama.

B. Subjek Penelitian

  Pemilihan subjek dalam penelitian kualitatif didasarkan pada kriteria sebagai berikut (Sarantoks, dalam Poerwandari, 2005) : a. Tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, tetapi pada kasus- kasus yang sesuai dengan masalah penelitian.

  b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya.

  c. Lebih menekankan pada kecocokan konteks. Subjek yang dilibatkan pada penelitian ini adalah remaja akhir yang usianya antara 18-23 tahun. Jumlah subyek yang terlibat sebanyak 3 orang dimana kedua orang tua subyek memiliki agama yang berbeda.

  Tabel I. Indentitas Subjek Penelitian No. Keterangan Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

  1. Nama ASN YDS TA

  2. Usia 20th 20th 21th

  3. Agama Kristen Katolik Islam

C. Fokus Penelitian

  Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Pola asuh atau pendidikan pada pernikahan beda agama: Pola asuh atau pendidikan orang tua pada pernikahan beda agama merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, dan sebagainya) dan kebutuhan psikologi (afeksi atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya, dimana orang tua memiliki perbedaan agama dalam keluarga.

  2. Pengalaman- pengalaman remaja didalam keluarga yang beda agama : a. Relasi remaja baik dengan keluarga inti maupun dengan keluarga besar.

  b. Sumber-sumber ketegangan atau masalah yang ada pada remaja.

  c. Bagaimana remaja mengatasinya ketika mendapatkan ketegangan atau masalah tersebut.

  d. Dampak yang didapatkan remaja setelah mengalami ketegangan atau masalah tersebut.

  Hal-hal tersebut dapat digunakan untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman remaja yang berkembang atau mengalami pertanyaan didalam proses wawancara remaja yang mengalami kejadian tersebut.

D. Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna- makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Banister dkk, dalam Poerwandari 2005). Jenis wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

  a. Wawancara informal. Dalam penelitian ini proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan- pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah(Patton, dalam Poerwandari 2005).

  Dalam wawancara ini subjek yang diajak berbicara mungkin tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai. Wawancara ini juga digunakan pada saat peneliti sedang berinteraksi dengan anggota keluarga subjek.

  b. Wawancara dengan pedoman umum. Dalam proses sangat umum, yang mencantumkan isu- isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek- aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek- aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan (Patton, dalam Poerwandari 2005). Berikut ini adalah pedoman wawancara pada saat peneliti akan melakukan penelitian :

  Tabel II. Panduan Wawancara

  Panduan Wawancara Judul : Pengalaman Remaja Yang Mengalami Perbedaan Agamama Pada Orang Tua.

  Waktu/ Tempat wawancara : Tanggal : Interviewee : Pertanyaan: