BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kedisiplinan a. Pengertian Kedisiplinan - UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN 3 SAMPANG - repo

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kedisiplinan a. Pengertian Kedisiplinan Disiplin sangat penting diajarkan kepada siswa untuk

  mempersiapkan anak belajar hidup sebagai makhluk sosial. Sutirna (2013:115) menjelaskan bahwa disiplin berasal dari kata disciple yang artinya belajar secara sukarela mengikuti pemimpin dengan tujuan dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Pokok utama disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah pola tertentu yang ditetapkan untuk mengatur perilaku seseorang. Peraturan yang efektif untuk anak adalah peraturan yang dapat dimengerti, diingat, dan diterima. Disiplin menurut Mustari (2014:35-36) adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

  Bentuk kedisiplinan salah satunya adalah mematuhi peraturan sekolah, menyelesaiakan tugas tepat waktu dan berpakaian dengan rapih. Disiplin menurut Suyadi (2013:8) merupakan kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Purwadarminta dalam Unaradjan (2003:9) menjelaskan bahwa disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada.

  9 Kedisiplinan adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Somayeh (2013:306) menyatakan bahwa discipline is

  

aninstrument for realizing the high educational goals that leads to the

students’ growth and progress in every dimension. Jadi, disiplin

  menurut Somayeh (2013:306) adalah instrumen untuk mewujudkan tujuan pendidikan tinggi yang mengarah pada pertumbuhan dan kemajuan siswa di setiap dimensi.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa disiplin merupakan perilaku yang menunjukan bahwa seseorang taat dan patuh terhadap aturan atau tata tertib yang ada di lingkungannya tanpa adanya paksaan. Tujuan dari disiplin yaitu untuk membentuk karakter siswa agar taat dan tertib terhadap peraturan. Kedisiplinan siswa merupakan latihan watak agar siswa dapat menaati tata tertib yang ada di sekolah.

  Disiplin memiliki dua konsep yang berbeda, seperti yang diutarakan oleh Hurlock dalam Unaradjan (2003:11) yaitu disiplin yang mengacu pada konsep negatif dan yang mengacu pada konsep positif. Konsep negatif disiplin berarti pemantauan melalui otoritas eksternal, konsep negatif ini merupakan suatu bentuk pengekangan melalui sesuatu yang tidak disukai atau menyakitkan. Konsep disiplin yang positif sama halnya dengan konseling dan pendidikan yang menekankan perkembangan di dalam, yaitu disiplin diri dan kontrol diri yang mengarah pada motivasi dalam diri. Konsep disiplin yang negatif mengarah pada ketidakmatangan individu, sedangkan yang positif mengarah pada kematangan individu.

b. Cara Membentuk Karakter Disiplin

  Empat hal penting yang harus dipertimbangkan dalam mendisiplinkan siswa menurut Unaradjan (2003:15-16) antara lain : 1) Aturan-aturan (Rules)

  Aturan digambarkan sebagai pola perilaku di rumah, di sekolah, ataupun di masyarakat. Aturan-aturan itu memiliki nilai pendidikan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. 2) Hukuman (Punishment)

  Beberapa fungsi hukuman dalam menanamkan disiplin adalah sebagai berikut : a) Yang bersifat membatasi

  Hukuman akan menghalangi pengulangan perilaku yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

  b) Yang bersifat mendidik Siswa belajar tentang hal baik dan buruk melalui pemberian/tidak diberikannya hukuman ketika siswa bertindak tidak sesuai dengan standar sosial yang berlaku.

  c) Sebagai pembangkit motivasi untuk menghindari perilaku yang ditolak masyarakat. 3) Imbalan (Reward)

  Imbalan merupakan suatu penghargaan untuk hasil baik yang telah dicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi, tetapi bisa juga dalam bentuk kata-kata yang menyenangkan (pujian), senyuman, tepukan, dan belaian. 4) Konsisten

  Konsistensi berarti suatu derajat kesesuaian atau stabilitas (uniformity or stability). Konsistensi harus menjadi ciri dari seluruh segi dalam penanaman disiplin. Hukuman diberikan bagi perilaku yang tidak sesuai dan hadiah untuk yang sesuai. Fungsi konsistensi yang penting dalam disiplin, adalah sebagai berikut : a) Konsistensi dapat meningkatkan proses belajar untuk berdisiplin.

  b) Konsistensi memiliki nilai motivasional yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan yang buruk.

  c) Konsistensi membantu perkembangan siswa untuk hormat pada atauran-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Siswa yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk berperilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibanding dengan siswa yang berdisiplin secara tidak konsisten.

  Taraf perkembangan disiplin menurut Kohlberg dalam Sutirna (2013:116) adalah sebagai berikut:

  a) Disiplin karena ingin disayang atau takut dihukum Contoh: siswa mengikuti peraturan karena ingin disayang orangtua atau orang dewasa. Siswa tidak mempunyai perasaan bersalah jika melakukan pelanggaran.

  b) Disiplin jika kesenangan dipenuhi Contoh: siswa mau tidur siang setelah dibelikan es krim.

  c) Disiplin karena mengetahui ada tuntutan di lingkungan Contoh: siswa semakin memahami ada aturan di luar lingkungannya seperti ke sekolah dengan pakaian seragam.

  d) Disiplin karena sudah ada orientasi terhadap otoritas Contoh: siswa tahu aturan untuk tidak boleh buang sampah sembarangan.

  e) Disiplin karena sudah melakukan nilai-nilai sosial, tata tertib, atau prinsip-prinsip Contoh: siswa mulai dapat memilah yang baik dan yang buruk.

c. Indikator Kedisiplinan Siswa

  Kedisiplinan dalam ruang lingkup sekolah dapat dibangun dan dikembangkan seperti yang dijelaskan Yaumi (2014:93) yaitu mengikuti upacara bendera, berpakaian seragam, melakukan tugas kebersihan, mengumpulkan tugas tepat waktu, datang ke sekolah lebih awal dari jam pelajaran, mengerjakan tugas terstruktur walaupun tidak diperiksa atau belum sampai batas waktu yang ditentukan.

  Indikator kedisiplinan digunakan sebagai acuan untuk mengetahui perilaku siswa terutama perilaku disiplin belajar. Indikator disiplin menurut Kemendiknas (2010:34) yaitu sebagai berikut:

  1) Menyelesaikan tugas pada waktunya. 2) Saling menjaga dengan teman agar semua tugas-tugas kelas terlaksana dengan baik.

  3) Selalu mengajak teman menjaga ketertiban kelas. 4) Mengingatkan teman yang melanggar peraturan dengan kata-kata sopan dan tidak menyinggung.

  5) Berpakaian sopan dan rapih. 6) Mematuhi aturan sekolah.

  Kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam membangun karakter siswa dalam pembelajaran.

  Kedisiplinan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu adanya peran guru untuk mengembangkan perilaku disiplin pada siswa. Perilaku disiplin siswa dapat dilihat dari indikator kedisiplinan sebagai acuan untuk mengetahui perilaku kedisiplinan siswa.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

  Belajar merupakan suatu proses dari perkembangan hidup manusia. Baharuddin dan Wahyuni (2015:13-14) menjelaskan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat.

  Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Trianto (2010:16) mengemukakan bahwa belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.

  Hintzman dalam Syah (2014:88) berpendapat “ learning is a change

  

in organism due to experience which can affect the organism’s

behavior” artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam

  diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

  Belajar adalah proses memperbanyak pengetahuan, menurut Aqib (2010:42-43) belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Siswa diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal. Belajar juga merupakan proses perubahan diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. Hamalik (2014:36) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

  Proses belajar sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Alsa dalam Ghufron dan Risnawati (2013:4) mengemukakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan.

  Belajar menurut Ernest dalam Anitah, dkk (2014:2.4) merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan, dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

  Hamid (2013:137) menyatakan belajar akan menghasilkan perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan terjadi, perlu adanya penilaian. Hasil penilaian terhadap hasil belajar disebut sebagai prestasi belajar.

  Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya melalui belajar. Belajar dapat menambah dan memperoleh pengetahuan, melalui belajar manusia dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Belajar juga dapat meningkatkan prestasi belajar, tanpa belajar manusia tidak dapat mewujudkan cita-citanya.

b. Hakikat Prestasi Belajar

  Prestasi belajar tidak akan diperoleh tanpa usaha yang maksimal, menurut Hamdani (2011:137) prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Hamid (2013:137) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan nilai rapornya. Melalui prestasi belajar, seorang siswa dapat mengetahui kemajuan yang telah dicapai dalam belajar.

  Prestasi Belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar karena menurut Basri (2015:155) belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban.

  Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Okoto (2014:73) mengatakan bahwa Academic achievement of student is the ability of

  the student to study and remember facts and being able to communicate his knowledge orally or in written form even in an examination condition. Prestasi belajar siswa menurut Okoto adalah

  kemampuan siswa untuk belajar dan mengingat fakta dan mampu mengkomunikasikan pengetahuannya secara lisan atau tertulis bahkan dalam kondisi ujian.

  Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpukan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang memuaskan dari sebuah proses belajar. Prestasi belajar merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki dalam diri seseorang untuk dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Prestasi belajar dapat memberikan dorongan terhadap seseorang untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam kegiatan belajar.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

  Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Sumadi Suryabrata dalam Basri (2015:155-156) terdiri atas dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Faktor internal

  Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

  a) Faktor fisiologis, yaitu faktor yang berkaitan dengan kesehatan dan pancaindra.

  b) Faktor psikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain sebagai berikut.

  (1) Inteligensi, yaitu kemampuan menetapkan dan mempertahankan tujuan, untuk mengadakan penyesuaian, untuk mencapai tujuan dengan cara menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. (2) Sikap, yaitu kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap hal-hal tertentu. (3) Motivasi, yaitu penggerak perilaku atau pendorong seseorang untuk belajar. 2) Faktor eksternal

  Faktor eksternal terdiri atas hal-hal berikut:

  a) Faktor lingkungan keluarga, yaitu sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, serta perhatian orangtua dan suasana hubungan antara anggota keluarga. b) Faktor lingkungan sekolah, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru dan siswa, serta kurikulum dan metode mengajar.

  c) Faktor lingkungan masyarakat, yaitu sosial budaya, partisipasi terhadap pendidikan.

3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian IPA

  Sains atau IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang ilmu alam dan hubungannya dengan kehidupan manusia. Susanto (2015:167-168) menjelaskan bahwa Sains dalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan IPA, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap.

  a. IPA sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis.

  b. IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. c. IPA sebagai sikap. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya.

  IPA adalah mata pelajaran yang selalu ada dalam setiap jenjang pendidikan, Trianto (2011:136) mengemukakan bahwa

  IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „science‟. Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dalam bahasa Latin „scientia‟ yang berarti saya tahu. Upaya menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa juga bisa dilakukan melalui mata pelajaran IPA. Sumanji, dkk sebagaimana dikutip oleh Sofyan Sauri dalam Zubaedi (2013:292) mengemukakan bahwa IPA mengandung banyak sekali nilai kehidupan. Proses sains dalam hal ini merupakan proses mempelajari serta mengambil makna pada kehidupan di dunia.

  IPA menurut Wahyana dalam Trianto (2010:136) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

  IPA merupakan suatu ilmu teoretis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala- gejala alam. Aly dan Rahma (2010:18) menjelaskan IPA adalah suatu pengetahuan teoretis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya. Fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi menurut Depdiknas dalam Trianto (2010:138) adalah sebagai berikut: a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

  b. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

  c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang sadar sains dan teknologi.

  d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

  Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala gejala alam dan merupakan salah satu mata pelajaran pada jenjang pendidikan, yang berbeda-beda karakteristik pada setiap jenjangnya.

b. Materi Sumber Daya Alam

  Penelitian ini mengambil materi Sumber Daya Alam pada kelas

  IV semester II, Standar Kompetensi 11, yaitu memahami hubungan antara Sumber Daya Alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Materi sumber daya alam akan dibagi menjadi dua KD yaitu hubungan sumber daya alam dengan lingkungan, hubungan antar sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan.

  Berikut adalah uraian materi yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran selama penelitian: 1) Sumber Daya Alam berdasarkan asalnya

  Hastuti dan Omegawati (2010:178-180) menjelaskan Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Berdasarkan asalnya sumber daya alam berasal dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Contoh sumber daya alam yang berasal dari hewan yaitu ayam, kerbau, sapi, dan berbagai jenis unggas, dan berbagai jenis ikan. Contoh sumber daya alam yang berasal dari tumbuhan yaitu padi, jagung, ketela, sagu, dan kentang. Contoh sumber daya alam yang berasal dari mineral yaitu besi, batubara, dan minyak bumi. 2) Sumber Daya Alam berdasarkan jenis dan Lingkungannya

  Hastuti dan Omegawati (2010:180-181) menjelaskan Sumber daya alam berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua yaitu sumber daya alam hayati dan non hayati. Sumber daya alam hayati yaitu sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup.

  Contohnya: tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Sumber daya alam nonhayati yaitu sumber daya alam yang bukan berasal dari makhluk hidup. Contohnya: sinar matahari, udara, air, dan tanah. Sumber daya alam berdasarkan lingkungannya seperti; sumber daya laut, sungai, hutan dan pegunungan. Berikut ini adalah contoh beberapa sumber daya alam yang dapat diperoleh dari berbagai macam lingkungan, yaitu: a) Sumber daya laut, merupakan sumber daya kehidupan bagi tumbuhan dan hewan. Laut menghasilkan berbagai jenis ikan dan tumbuhan laut.

  b) Sumber daya alam hutan, merupakan sumber kekayaan alam yang bermanfaat bagi manusia. Berikut ini adalah beberapa contoh manfaat hutan antara lain: hutan merupakan tempat menyimpan air, hutan menghasilkan berbagai jenis kayu, hutan dapat melindungi tumbuhan dan hewan, dan hutan dapat dijadikan sebagai tempat wisata.

  c) Sumber daya alam sungai, Sumber daya alam ini terdapat di sungai. Di sungai terdapat berbagai benda yang berguna bagi manusia, misalnya pasir dan batu. Sungai juga dapat dibendung, sehingga airnya dapat dimanfaatkan sebagai irigasi dan pembangkit tenaga listrik.

  d) Sumber daya alam gunung, Gunung menyimpan berbagai kekayaan alam. Selain penghasil sayur-sayuran, gunung juga merupakan penghasil berbagai bahan tambang seperti emas, perak, timah, dan bahan tambang lainnya. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan kehidupannya disebut sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan dengan cara mengelola, memanfaatkan, dan menjaga kelestariannya agar lingkungan tetap seimbang.

  3) Sumber Daya Alam berdasarkan sifatnya dan penggunaan teknologi dalam pemanfaatan sumber daya alam Tim Bina Karya Guru (2011:181-183) menjelaskan Sumber daya alam berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua yaitu sumber daya alam dapat diperbarui dan sumber daya alam tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang memiliki sifat dapat pulih kembali atau tidak akan pernah habis. Contohnya yaitu air, hewan, dan tumbuhan. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang akan habis jika digunakan secara terus menerus. Contohnya : minyak bumi, batu bara, dan gas alam.

  Sumber daya alam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan sumber daya alam secara langsung dilakukan tanpa pengolahan terlebih dahulu.

  Contohnya: udara. Sedangkan secara tidak langsung dilakukan dengan pengolahan terlebih dahulu.

  4) Penggunaan teknologi sederhana, canggih, dan pembuatan tempe serta kertas Tim Bina Karya Guru (2011:183) Sumber daya alam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Teknologi untuk mengolah sumber daya alam dapat berupa teknologi sederhana dan teknologi canggih. Adapun cara pembuatan kertas dan pembuatan gula jawa.

  Kertas dibuat dari kayu sedangkan gula jawa terbuat dari air nira yang dipanaskan sampai mengental.

4. Metode Index Card Match a. Pengertian Metode Pembelajaran

  Metode pembelajaran adalah sesuatu yang harus ada dalam setiap proses pembelajaran, menurut Anitah (2014:5.4) metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif.

  Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun antar antar siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal.

  Fathurrahman dalam Suyadi (2013:15) menjelaskan bahwa metode adalah cara. Dalam pengertian umum, metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  Metode pembelajaran akan mempermudah proses pembelajaran, Zubaedi (2013:188) menjelaskan, metode pembelajaran sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Metode pembelajaran menurut Hamdani (2011:80) adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. dapat diartikan pula sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan dengan baik oleh siswa.

b. Index Card Match

  Metode Index Card Match adalah metode menjodohkan kartu, menurut Suprijono (2010:120) metode Index Card Match merupakan metode “mencari pasangan kartu”, cukup menyenangkan digunakan untuk mengulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Zaini, dkk (2008:67-68) menjelaskan bahwa Metode

  Index Card Match adalah Strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.

  Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas siswa sudah memiliki bekal pengetahuan.

  Metode Index Card Match merupakan metode yang menyenangkan untuk digunakan pada siswa Sekolah Dasar, Silberman (2007:240-241) mengemukakan bahwa Metode Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Metode ini membolehkan siswa untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. Fathurrohman (2015:196- 197) mengatakan bahwa tipe model ini merupakan cara menyenangkan dan mengaktifkan siswa saat ingin meninjau ulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Index Card Match adalah metode pembelajaran yang menyenangkan karena menerapkan cara belajar sambil bermain yang membuat siswa tidak bosan atau jenuh dalam pembelajaran. Metode pembelajaran ini penggunaanya dengan cara memasangkan kartu- kartu tentang materi yang telah dipelajarinya maupun yang sedang diajarkan. Metode ini dipandang sebagai cara aktif dan menyenangkan bag siswa karena menerapkan belajar sambil bermain.

c. Langkah-langkah Metode Index Card Match

  Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode Index

  

Card Match menurut Suprijono (2010:120-121) yaitu sebagai berikut:

  1) Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas. 2) Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. 3) Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. 4) Pada separuh kertas yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan- pertanyaan yang telah dibuat. 5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antar soal dan jawaban. 6) Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban. 7) Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar tidak memberitahu materi yang didapatkan kepada teman yang lain. 8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman- temannya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya. 9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

  Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang telah disebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah metode Index Card Match yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut: 1) Guru mengacak kartu pertanyaan dan jawaban 2) Guru menyampaikan aturan permainan 3) Siswa mendapat masing-masing satu kartu yang disediakan 4) Siswa mencari pasangan kartu 5) Siswa bersama pasangannya membacakan kartu soal dan memberi kuis kepada siswa lainnya 6) Siswa bersama guru mengkonfirmasi jawaban 7) Siswa bersama guru membahas materi pelajaran, dan 8) Siswa bersama guru membuat kesimpulan materi pelajaran.

B. Penelitian yang Relevan

  1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Rumitaningsih pada tahun 2016 dengan judul: Penerapan Metode Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 22 Cakranegara Tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 22 Cakranegara tahun pelajaran 2015/2016. Hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS yang ketuntasan klasikalnya hanya mencapai 56,25% dimana ada 18 siswa dari 32 siswa yang mencapai nilai KKM ≥ 68, sehingga peneliti akan melakukan penelitian dengan menerapkan metode Index Card Match.

  Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Data hasil belajar IPS siswa diperoleh dari hasil evaluasi yang menggunakan tes dengan 10 soal pilihan ganda, sedangkan untuk aktivitas guru dan siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Penerapan

  Metode Index Card Match dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa, hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 22 Cakranegara. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata skor aktivitas guru sebesar 76,5 dengan kategori baik pada siklus I menjadi 94,5 dengan kategori sangat baik pada siklus II. Untuk rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I sebesar 71 dengan kategori cukup aktif meningkat menjadi 90 dengan kategori aktif pada siklus II. Hasil belajar

  IPS siswa mengalami peningkatan dengan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 75% meningkat menjadi 87,5% pada siklus II. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 22 Cakranegra.

  2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ernawati pada tahun 2013 dengan judul: Penerapan Strategi Index Card Match untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Karanglo Tahun 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Karanglo tahun

  pelajaran 2012/2013 dengan menerapkan strategi pembelajaran Index Card Match . Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri

  2 Karanglo, klaten selatan yang berjumlah 23 anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi.

  Teknik validasi data yang digunakan adalah teknik triangulasi, selain itu juga menggunakan teknik analisis data deskriptif komparatif membandingkan nilai tes dengan skor motivasi belajar siswa. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar IPA yang dilihat dari aspek: perhatian anak dalam mengikuti pembelajaran, sebelum tindakan 43% dan sesudah tindakan 87%. Penyelesaian tugas, sebelum tindakan 39% setelah tindakan 83%. Partisipasi aktif, sebelum tindakan 22% setelah tindakan 96%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulakan bahwa penerapan strategi Index Card Match, menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa SD Negeri 2 Karanglo.

C. Kerangka Pikir

  Kondisi awal kelas IV SDN 3 Sampang menunjukkan, jika kedisiplinan dan prestasi belajar siswa masih rendah, terutama pada mata

  pelajaran IPA. Hal tersebut diperkuat dengan informasi dari guru kelas IV SDN 3 Sampang yang memberikan keterangan jika terkadang ada beberapa siswa yang datang tidak tepat waktu, terkadang ada siswa tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, masih banyak siswa yang bermain- main saat pembelajaran, beberapa siswa sering terlihat berpakaian kurang rapih, dan ada beberapa siswa masih belum mematuhi peraturan di kelas. Masalah kedisiplinan tersebut menjadikan pembelajaran di kelas tidak kondusif yang mengakibatkan prestasi belajar siswa juga rendah. Prestasi belajar IPA pada kelas IV SDN 3 Sampang bisa dibilang masih rendah, berdasarkan hasil UTS terakhir, masih terdapat 56,25% siswa yang belum tuntas memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 75.

  Pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas IV SDN 3 Sampang masih kurang menarik perhatian siswa, proses pembelajaran IPA seringkali hanya teori dan hafalan saja. Kondisi tersebut terjadi karena kurangnya penggunaan metode pembelajaran, sehingga dalam penelitian ini peneliti akan melakukan sebuah tindakan dengan menggunakan metode pembelajaran, yaitu menggunakan metode Index Card Match. Metode Index Card Match adalah metode mencari kartu berpasangan, yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan atau yang sedang diajarkan. Metode ini cukup menyenangkan dan menarik karena metode ini menerapkan cara belajar sambil bermain, yang membuat siswa tidak bosan dan jenuh sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa.

  Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk merubah kondisi awal yang berupa kedisiplinan dan prestasi belajar IPA yang rendah menjadi meningkat. Dengan menggunakan metode Index Card Match diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar IPA. Seperti yang tergambar dalam skema berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

  pelajaran IPA materi sumber daya alam

  Tercapainya indikator keberhasilan

  Belum memenuhi indikator keberhasil an

  IPA materi sumber daya alam. REFLEKSI

  pada mata pelajaran

  Index Card Match

  1. Guru menerapkan metode pembelajaran

  SIKLUS II

  pada mata

  Kondisi Akhir Tindakan Kondisi Awal

  Index Card Match

  1. Guru menerapkan metode pembelajaran

  meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar IPA materi Sumber Daya Alam pada siswa kelas IV SDN 3 Sampang. SIKLUS I

  Card Match dapat

  IPA Melalui metode Index

  2. Rendahnya kedisiplinan dan prestasi belajar

  1. Belum menggunakan metode pembelajaran yang inovatif

  Siklus berikutnya

Gambar 2.1 di atas dapat dideskripsikan bahwa pada saat kondisi awal guru belum menggunakan metode pembelajaran yang inovatif. Kedisiplinan

  dan prestasi belajar siswa masih rendah karena guru masih sering menggunakan metode ceramah dan kurang melibatkan siswa pada proses pembelajaran. Tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu menggunakan metode Index Card Match. Metode Index Card

  Match diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar

  siswa. Tindakan dengan menggunakan metode Index Card Match akan diterapkan pada siklus I, jika masih ada kekurangan maka akan disempurnakan pada siklus II. Kondisi akhir yang diharapkan maka kedisiplinan dan prestasi belajar siswa di kelas IV SDN 3 Sampang menjadi meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam PTK diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

  1. Kedisiplinan siswa kelas IV SDN 3 Sampang, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen pada tahun ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran

  IPA materi sumber daya alam dapat ditingkatkan dengan metode Index .

  Card Match

  2. Prestasi belajar siswa kelas IV SDN 3 Sampang, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen pada tahun ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran

  IPA materi sumber daya alam dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode Index Card Match.