Potensi antibakteri infusa dan ekstrak etanol daging buah kemlaka [Phyllanthus emblica L.] terhadap staphylococcus aureus - USD Repository

  

POTENSI ANTIBAKTERI INFUSA DAN EKSTRAK ETANOL

DAGING BUAH KEMLAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP

Staphylococcus aureus

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Christina Alfi NIM : 028114147

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Tuhan…. Engkau menyelidiki dan mengenal aku Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri

  Engkau mengerti pikiranku dari jauh… Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring Segala jalanku Kau maklumi… Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan…

  Sesungguhnya semuanya telah Kau ketahui, ya Tuhan... Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku… Dan Engkau menaruh tangan Mu keatasku…

  

Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi…

Tidak sanggup aku mencapainya

(Mazmur 139:1-6)

Aku melupakan apa yang telah di belakangku…

  Dan aku mengarahkan diri pada apa yang di hadapanku, Dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah… Yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3:13-14) Tuhan, engkau mengetahui segala keinginanku…

  Dan keluhku pun tidak tersembunyi bagi Mu….(Mazmur 38:10)

FirmanMu…

Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu

Aku akan melakukannya…(Yoh 14:14)

  Aku tahu… Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit… Ada waktunya….(Pengkotbah 3:1)

Ini waktunya….

  

Dengan penuh kerendahan hati, karya sederhana ini aku persembahkan untuk :

JESUS, My Saviour & My Master, My Very Best Friend & My Everything,

Mama dan Papa tersayang,

My bro’ Aan and All Of My Sisters

  

Sahabat-sahabatku tercinta,

Almamaterku

  

INTISARI

  Buah kemlaka (Phyllanthus emblica L.) adalah salah satu buah yang banyak digunakan sebagai obat tradisional terutama di India. Salah satu penggunaan buah kemlaka secara tradisional adalah sebagai obat diare. Kandungan kimia utama dalam buah kemlaka adalah polifenol termasuk di dalamnya tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap bakteri S. aureus, untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus dan untuk mengetahui kandungan kimiawi dalam infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka yang diduga aktif sebagai antibakteri.

  Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni rancangan acak lengkap pola satu arah. Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan dengan Metode Difusi menggunakan paper disk, sedangkan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol dan infusa buah kemlaka dilakukan dengan metode dilusi padat. Analisis statistik dilakukan dengan Uji t (t-Test).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan infusa buah kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol adalah 1,5% dan infusa adalah 4%. Berdasarkan uji kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT ) menggunakan fase diam Silika Gel GF 254 dan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100 : 11 :11 : 27) serta dideteksi dengan sinar UV 254 dan UV 365 didapat harga Rf untuk ekstrak etanol 0,83, sedangkan untuk infusa didapat harga Rf 0,82. Setelah disemprot dengan FeCl didapat bercak berwarna hitam kebiruan sehingga didapat

  3 kemungkinan senyawa yang aktif sebagai antibakteri adalah tanin.

  Kata kunci: Antibakteri, Infusa, Ekstrak Etanol, Buah Kemlaka, S. aureus, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Kromatografi Lapis Tipis (KLT ).

  

ABSTRACT

  One of plants, which the society uses as traditional medicine especially in India is kemlaka (Phyllanthus emblica L.). It can be used traditionally as diarrhea medicine. The main chemical content of kemlaka is polyphenol including tannin.

  This research is aimed to know antibacterial activity and Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of infusion and etanol exstract of kemlaka against S. aureus, and also to know the chemical content in infusion and etanol exstract of kemlaka which is assumed has an antibacterial activity against S. aureus.

  This research was a pure experimental using two ways complete random design. Antibacterial activity was determined by diffusion method using paper

  

disk whereas the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum

  Bacterisidal Concentration (MBC) of etanol extract and infusion of kemlaka was identified by dilution method. t-test was used to analyzed the data.

  The result showed that etanol extract and infusion of kemlaka possesed an antibacterial activity against S. aureus. The MIC of etanol extract was 1,5 % and the MIC of infusion was 4 %. Qualitative determination using Thin Layer Chromathography (TLC), applying Silica Gel GF 254 as stationary phase and etil acetate : formic acid : acetate acid : water (100 : 11 :11 : 27) as mobile phase. Yield Rf was 0,83 for etanol exstract and 0,82 for infusion. When the spot was introduced to FeCl

  3 , it turned blue black, indicating that the spot contain tannin.

  Key words: Antibacterial potency, Infusion, Etanol extract, Kemlaka, S. aureus, Minimum Inhibitory Concentration (MIC), Minimum Bacterisidal Concentration (MBC), Thin Layer Chromatography (TLC).

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi yang berjudul POTENSI ANTIBAKTERI INFUSA DAN EKSTRAK ETANOL

  

DAGING BUAH KEMLAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP

Staphylococcus aureus.

  Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) pada program studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak dalam hal materi, motivasi, doa, pengarahan dan bimbingan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

  1. Papa Lukas Rismanto, Mama Debora Winarni dan Adik Aan dan Hanna, om dan bulik tercinta, terima kasih atas dukungan doa dan kasih sayang yang tiada habisnya.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi.

  4. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi.

  5. Ibu Yustina Sri Hartini, M. Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan untuk skripsi ini

  6. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M. Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan untuk skripsi ini.

  7. Mas Wagiran, Mas Sarwanto, Mas Sigit dan Mas Andre serta semua laboran yang telah membantu selama penelitian.

  8. Sahabat-sahabatku Wira, Puri, Meita, Fretty, Santi, Vero, Hen, Arya, Ciput, Yuni, Kristin. Terima kasih untuk setiap masukan, semangat, kesedihan, keceriaan yang selalu kalian bagikan denganku.

  9. Teman-temanku Leni, Nana, Via, Rendeng, Alin, kelas C kelompok E dan F angkatan 2002. Terima kasih buat tahun-tahun yang indah.

  10. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Sinta, Ayu, Prima, Didit. Terima kasih untuk semua bantuan dan kerjasama selama pengerjaan skripsi.

  11. Teman-teman KKNku, Ntry, Kak Ima, Mamas, Lena, Dwi, Andre, Mas Eka.

  12. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula dengan skripsi ini yang jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dan kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Yogyakarta, Februari 2007 Penulis

  Christina Alfi

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………....................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….. v

  INTISARI………………………………………………………………… vi

  

ABSTRACT ……………………………………………………………….. vii

  KATA PENGANTAR……………………………………………………. viii DAFTAR ISI……………………………………………………………... xi DAFTAR TABEL………………………………………………………... xiv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... xvi BAB I. PENGANTAR………………………………………………….....

  1 A. Latar belakang…………………………………………………………

  1

  1. Permasalahan…………………………………………………….. 2 2. Keaslian Penelitian……………………………………………….

  3 3. Manfaat Penelitian………………………………………………..

  3 B. Tujuan Penelitian……………………………………………………...

  3 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………….

  4 A. Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)……………………………………

  4 1. Keterangan Botani………………………………………………..

  4 2. Deskripsi Tanaman……………………………………………….

  4

  3. Kandungan Kimia………………………………………………...

  16 A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………….

  19

  19 1. Determinasi Tumbuhan…………………………………………..

  2. Alat……………………………………………………..………... 18 D. Tata Cara Penelitian…………………………………………………...

  18

  18 1. Bahan ………………………………………………………….....

  17 C. Bahan dan Alat Penelitian…………………………………………….

  16 2. Definisi Operasional……………………………………………...

  16 1. Variabel Penelitian……………………………………………….

  16 B. Variabel dan Definisi Operasional…………………………………….

  14 I. Hipotesis……………………………………………………………… 15 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………...

  5

  13 H. Landasan Teori………………………………………………………..

  12 G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)……………………………………...

  11 2. Metode Dilusi…………………………………………………….

  10 1. Metode Difusi…………………………………………………….

  E. Ampisilin……………………………………………………………... 10 F. Metode Pengujian Potensi Antibakteri………………………………..

  D. Staphylococcus aureus………………………………………………... 8

  C. Penyarian……………………………………………………………... 7

  B. Tanin………………………………………………………………….. 6

  4. Kegunaan………………………………………………………… 6

  2. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan…………………………...... 19

  3. Pembuatan Serbuk………………………………………………… 19

  4. Penyiapan Bahan Uji………………………………………………. 19

  5. Pengujian Potensi Antibakteri……………………………………... 21

  6. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode Dilusi…………..... 22

  7. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)………………… 23

  8. Analisis Hasil……………………………………………………… 23

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………...... 25 A. Determinasi Tanaman………………………………………………….. 25 B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan…………………………………. 25 C. Pengujian Potensi Antibakteri Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Paperdisk………………………… 27 D. Penentuan KHM dan KBM Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka terhadap S. aureus dengan Metode Dilusi Padat……………………...... 29 E. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ekstrak Etanol buah Kemlaka dengan

  Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)……………………………… 32

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 37 A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 37 B. Saran……………………………………………………………………. 37 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 38 LAMPIRAN………………………………………………………………... 40 BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………... 54

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji………………...... 20 Tabel

  II Rerata Diameter Zona Hambat Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus…………………………………………. 28

  Tabel

  III Rerata Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus……………………………...... 28

  Tabel IV Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Infus terhadap Pertumbuhan S. aureus dengan menggunakan Metode Dilusi Padat………………………………………... 30

  Tabel V Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Ekstrak Etanol terhadap Pertumbuhan S. aureus dengan menggunakan Metode Dilusi Padat…………………….….. 30

  Table VI Hasil Identifikasi Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Metode KLT…………………………..................... 35

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Skema Tata Cara Penelitian………………………………... 24 Gambar 2. Profil Kromatografi Infus dan Ekstrak Etanol Buah

  Kemlaka dengan Deteksi Warna FeCl

  3 …………………...... 36

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman Kemlaka (P. emblica L.)……

  40 Lampiran 2. Tanaman Kemlaka (P. emblica L.)………………………..

  41 Lampiran 3. Buah Kemlaka (P. emblica L.)…………………………….

  42 Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk….... 43

  Lampiran 5. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk………………………………………………………… 44

  Lampiran 6. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Dilusi Padat………..... 45

  Lampiran 7. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Dilusi Padat………………………………………………………... 46

  Lampiran

  8. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Streak Plate………………………………………………………... 47

  Lampiran

  9. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM)

  Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Streak Plate……………………………................... 48

  Lampiran 10. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi UV 254 nm………………………………………… 49

  Lampiran 11. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi UV 365 nm………………………………………… 50

  Lampiran 12. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi FeCl ………………………………………............. 51

3 Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Infus Terhadap

  S. aureus ……………………………..……………………... 52

  Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Terhadap S. aureus……………………………..…………... 53

BAB I PENGANTAR A. Latar belakang Saat ini pengobatan tradisional merupakan salah satu pilihan masyarakat

  dalam mengatasi permasalahan kesehatan maupun masalah penyakit, seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada umumnya bakteri menginfeksi manusia melalui makanan sehingga mengganggu proses pencernaan makanan. Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat biasa menjadi pilihan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami.

  Kemlaka (Phyllanthus emblica L.) tersebar luas di Asia. Kemlaka di India dipercaya sebagai salah satu tanaman yang sangat bermanfaat karena buahnya dianggap sakral, bergizi, dan berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Buah kemlaka merupakan salah satu mycrobalans yang dikenal dengan baik sebagai astringent dan sebagai zat penyamak (Anonim, 2003).

  Kemlaka digunakan sebagai obat untuk gangguan pencernaan. Selain itu, kemlaka secara tradisional dapat dengan cepat digunakan untuk mengatasi gangguan vitiligo, tumor abdominal, asam lambung, pembengkaan akibat jatuh (edema), demam, sakit kepala, batuk, penyakit cacingan,anemia, epistasis, diare, dan masih banyak lagi kegunaan yang lainnya (Anonim, 2003).

  Salah satu kandungan utama dalam buah kemlaka adalah tanin. Adanya porsi tanin yang besar pada buah dapat menjelaskan beberapa manfaat dari buah

  2003). Tanin juga berfungsi sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri, antikanker, dan anti karsinogenik (Duke, 1992 ).

  Gangguan pencernaan sebagian besar disebabkan oleh patogenesis bakteri. Bakteri penyebab gangguan pencernaan ini diantaranya adalah Staphylococcus

  

aureus. S. aureus adalah bakteri patogen gram positif, berbentuk bulat biasanya

  tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur (Jawetz dkk, 2001).

  Dalam penelitian ini, untuk dapat memberikan kajian ilmiah simplisia buah kemlaka sebagai antibakteri maka digunakan bentuk sediaan infus dan ekstrak etanol. Digunakan infus karena menyesuaikan dengan penggunaan selama ini di masyarakat sebagai obat diare dalam bentuk infus. Sedangkan diujikan pula ekstrak etanol dengan harapan dapat menyari tanin yang diduga sebagai senyawa antibakteri dalam buah kemlaka.

  Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus yang yang ditunjukkan dengan diameter zona hambat, Kadar Hambat Minimal (KHM), dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).

1. Permasalahan

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

  a. Apakah infus dan ekstrak etanol buah kemlaka mempunyai potensi antibakteri terhadap bakteri S.aureus? b. Berapa besar Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal c. Kandungan kimia apa yang ada dalam buah kemlaka yang diduga aktif sebagai antibakteri?

  2. Keaslian penelitian

  Sejauh ini dari penelusuran pustaka dan jurnal yang diperoleh, belum pernah dilakukan uji antibakteri infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap bakteri S. aureus.

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka dan kandungan senyawa dalam buah kemlaka yang berkhasiat antibakteri.

  b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif penggunaan buah kemlaka sebagai obat yang berkhasiat antibakteri.

B. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. mengetahui potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap bakteri S. aureus.

  2. mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus

  3. mengetahui kandungan kimia dalam buah kemlaka yang diduga aktif

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)

  1. Keterangan botani

  Kemlaka merupakan tanaman yang termasuk dalam familia Euphorbiaceae, dengan genus Phyllanthus L., dan mempunyai nama spesies Phyllanthus emblica L. (Anonim, 2005).

  Di beberapa negara, kemlaka dikenal dengan nama yang beraneka ragam, antara lain: emblic mycrobalan (English), Malacca tree (English), (English), Melaka, Asam melaka, Amlaka (Malaya), Ma-

  Indian gooseberry

Kham-Pom ( Thailand), Mak-Kham-pom (Laos), Kam Lam atau Kam Lam Ko

  (Kamboja), Bang ngot (Vietnam selatan), Chu me (Vietnam utara), Neli (Philipina) (Anonim, 1987). Kemlaka, malaka, balangka, karsinta (Indonesia)

  b (Anonim, 2000 ).

  2. Deskripsi tanaman

  Kemlaka adalah tanaman yang hidup liar di hutan, ladang, dan tempat-

  b

  tempat lain yang memiliki hawa panas (Anonim, 2000 ). Tumbuh tersebar di Asia Tenggara dan negara-negara lainnya terutama di daerah India. Di Jawa umumnya terdapat hingga pada ketinggian ± 1200 m di atas permukaan laut, terutama di dalam semak-semak rumput (Heyne, 1987).

  Kemlaka merupakan jenis pohon meranggas atau tanaman yang sangat lambat dan tingginya 10-19 m dengan batang berwarna abu-abu yang besarnya 15-28 cm (Heyne, 1987). Daun berwarna hijau, letaknya berseling, bentuk daun sederhana, utuh dan menyirip, ujung daun tumpul, lonjong, 12-20

  a

  x 2-5 mm (Anonim, 2000 ). Bunganya kecil, berwarna kuning kehijau- hijauan, berbunga selama bulan Oktober (Anonim, 1989), bunga tidak sempurna, uniseksual atau biseksual, berumah satu, tumbuh di ketiak

  a

  (Anonim, 2000 ), biasanya bunga jantan tumbuh di bagian pangkal ranting dengan bunga betina di atasnya (Anonim, 1987), memiliki enam buah kelopak bunga tetapi tidak memiliki daun mahkota, bunga bersari dengan tiga benang sari, memiliki dua kepala putik dan bakal buah yang berada di bagian atas,

  a memiliki tiga daun buah (Anonim, 2000 ).

  Buahnya berdaging, bulat kecil dengan diameter 1,5-2 cm, berwarna

  a

  hijau muda, licin atau halus, dan dapat dimakan (Anonim, 2000 ). Buah

  b

  rasanya sepat, asam-asam, dan pahit (Anonim, 2000 ). Bijinya kecil dan

  a

  berwarna coklat muda. (Anonim, 2000 ), kurang lebih ada enam biji yang terkandung dalam masing-masing buah. (Anonim, 1987).

3. Kandungan kimia

  Kandungan kimia dalam buah kemlaka adalah kalsium, karbohidrat, asam galat, asam glutamat, Magnesium, fosfor, phyllemblic acid, protein, silika, sodium, sukrosa, sulfur, tanin, vitamin C, seng (Anonim, 1999). Kandungan kimia yang terdapat pada buah yang telah dikeringkan antara lain: karbohidrat (meliputi serat, gula/gum), polifenol, mineral (kalsium, magnesium, potassium, sodium, seng, besi), protein, lemak, residual moisture (Anonim, 2003)

4. Kegunaan

  Kegunaan dari tanaman ini, antara lain: buahnya dapat dimakan, untuk memberikan makanan yang bergizi, menjaga efek penuaan dibandingkan obat- obat yang lain, meredakan beberapa penyakit ringan, memberi peningkatan pada daya intelegensi dan perasaan. Kemlaka juga dapat dengan cepat mengatasi vitiligo, tumor abdominal, asam lambung, pembengkaan (edema), pucat, demam kronik, sakit di dada, sakit kepala, diare, batuk, gonorrhea, epistasis, sebagai ekspektoran, cacingan, anemia, asma, memperlancar aliran darah, menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol (Anonim, 2003 ).

B. Tanin

  Tanin dinamakan juga asam tanat atau asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Tanin terdiri dari sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa (Harborne, 1987).

  Tanin merupakan senyawa yang sangat kompleks, biasanya terdapat sebagai campuran polifenol yang sangat sulit dikristalkan. Tanin dengan air membentuk larutan koloidal, mempunyai reaksi asam dan rasanya sangat sepat. Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air, dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal. Tanin larut pula dalam pelarut organik yang polar, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, tetapi tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti benzen dan kloroform. Larutan tanin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan asam mineral atau garam (Robinson, 1991).

  Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, tanin lainnya juga dapat meracuni hati (Robinson, 1991).

  Tanin juga berfungsi sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri, antikanker, dan anti karsinogenik (Duke, 1992 ).

B. Penyarian

  Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dalam pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut (Anonim, 1986).

  Penyarian serbuk simplisia dilakukan dengan secara berturut-turut menggunakan pelarut penyari berbeda-beda polaritasnya, umumnya dari yang nonpolar hingga yang polar. Masing-masing pelarut secara selektif akan memisahkan senyawa-senyawa dalam simplisia (Sudjadi, 1981).

  1. Infusa Infusa adalah cara penyarian simplisia nabati dengan air pada suhu

  o

  90 C selama 15 menit. Infus dibuat dengan cara simplisia dengan derajat halus yang cocok dicampur dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan dalam

  o sambil sekali-kali diaduk. Infus diserkai selagi panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas sampai diperoleh volume yang dikehendaki (Anonim, 1986).

  2. Perkolasi Adalah penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi gaya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).

  Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan Zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986).

  C.

  

Staphylococcus aureus

S. aureus termasuk dalam familia Microccaceae, yaitu sel gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur.

  Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai perbenihan dan mempunyai bervariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

  o o o

  suhu 37

  C, tapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20 C-25

  C). S

  

aureus merupakan bakteri anaerob fakultatif yang bersifat patogen dengan

  memfermentasi manitol dan laktosa, bersifat proteolitik, memproduksi koagulase pigmen warna kuning emas, lipase, bersifat haemolitik dan tumbuh pada media yang mengadung NaCl 0,9%. S. aureus biasanya ditemukan pada kulit dan membran serta dapat menimbulkan penyakit tertentu. Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya bisul, borok, serta nanah pada luka, tetapi peka terhadap antibiotik golongan beta laktam serta peka terhadap fenol dan devirat fenol lainnya (Jawetz dkk, 2001). merupakan salah satu mikroorganisme yang menyebabkan

  S. aureus

  gastroenteritis dengan cara memproduksi toksin. Enterotoksin dari S. aureus berfungsi pada penerimaan di usus yang meneruskan impuls ke pusat medula.

  Enterotoksin ini merupakan zat yang dapat larut, suatu protein dengan BM

  4 3,5.10 , tahan terhadap pendidihan selama 30 menit atau enzim-enzim usus.

  Gejala klinis gastroenteritis yang disebabkan oleh S. aureus adalah gejalanya tiba- tiba muntah hebat sampai 24 jam. Terjadi pada orang yang makan makanan yang sama, nausea hebat, muntah-muntah dan diare, tidak ada demam (Budianto, 2003).

E. Ampisilin

  Ampisilin merupakan suatu antibiotik golongan beta laktam derivat penisilin semisintetik dengan spektrum luas. Ampisilin memiliki aktivitas bakterisid terhadap bakteri Gram (+) maupun bakteri Gram (-) dengan mekanisme menghambat pembentukan dinding sel, bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan cara osmosis, maka dinding sel bakteri yang tidak sempurna itu akan pecah dan bakteri akan mati.

  Penisilin dan derivat penisilin lainnya tidak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatik lain seperti kloramfenikol dan eritromisin kecuali sulfonamid.

  Khasiat Ampisilin terhadap bakteri Gram (+) lebih ringan dibanding penisilin yang memiliki spektrum sempit.

  Efek samping yang sering ditimbulkan antara lain alergi kulit (kemerah- merahan) dan diare yang kemungkinannya disebabkan oleh absorbsinya yang kurang baik (Tan & Rahardja, 1991).

  F.

  

Metode Pengujian Potensi Antibakteri

  Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk bakteri, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes (Anonim, 1995).

  Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat membunuh bakteri (bacteriocide). Kadar minimal yang diperlukan untukl menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bacteriostatic menjadi bacteriocide bila kadar antibakterinya ditingkatkan (Anonim, 1995).

  1. Metode Difusi Prinsip metode difusi adalah pengukuran potensi antimikroba berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan mikroba karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz dkk, 1996). Metode difusi meliputi :

  a. Cara Kirby Bouwer Cara ini dilakukan dengan cara memulaskan suspensi mikroba

  6

  dengan konsentrasi tertentu umumnya 10 Colony Forming Unit (CFU)/ml pada permukaan media hingga merata. Kertas disk yang mengandung antibiotik diletakkan di atas media lalu diinkubasi pada suhu

  o

  37 C selama 18-24 jam, setelah itu dibaca hasilnya. Potensi antimikroba ditentukan dengan mengukur diameter zona hambatan yang terbentuk (Hugo & Russel, 1987).

  b. Cara sumuran Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bouwer. Setelah biakan siap, dibuat sumuran dengan diameter tertentu dan tegak lurus dengan permukaan media. Ke dalam sumuran ini diteteskan larutan uji lalu

  o c. Cara Pour Plate Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan suspensi bakteri

  o

  dengan agar base pada suhu 50 C dicampur sampai homogen, kemudian dituang di atas media Muller Hinton Agar (MHA) dan dibiarkan membeku. Disk antibiotic diletakkan di atasnya, kemudian inkubasi pada

  o suhu 37 C selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca seperti Kirby Bouwer.

  2. Metode Dilusi Prinsipnya adalah larutan uji diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi bakteri dalam media. Untuk dilusi padat, tiap konsentrasi larutan uji dicampurkan ke dalam media agar. Setelah menjadi padat kemudian ditanami kuman (Hugo & Russel, 1987).

  Prosedur uji dilusi digunakan untuk mencari Kadar Hambat Minimal (KHM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh mikroba (Anonim, 1993).

  Pada dilusi, masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi makroba dalam media cair kemudian diinkubasi dan diamati pertumbuhan mikroba uji yang tampak berdasarkan kekeruhan media (Jawetz dkk, 2001). Media yang berisi konsentrasi obat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba terlihat memiliki kekeruhan yang paling tipis dibandingkan dengan konsentrasi obat yang tidak menghambat pertumbuhan. berupa media yang tidak tampak adanya pertumbuhan mikroba. Potensi antimikroba dapat ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah yang dapat menghambat atau membunuh mikroba (Jawetz dkk, 1996).

G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

  KLT adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal) setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).

  Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).

  Pemisahan komponen-komponen yang ada dapat digunakan bermacam- macam pelarut dari polar sampai non polar, misal: air, methanol, etanol, aseton, etil asetat, dietil eter, kloroform atau beberapa campuran (Stahl, 1985). Silika gel paling banyak digunakan sebagai fase diam. Selain itu, yang dapat pula digunakan sebagai fase diam antara lain: aluminium oksida, cellite, selulosa, kalsium hidroksida, damar penukar ion, magnesium fosfat, poliamida dan campuran dua bahan di atas (Harbone, 1987).

  Identifikasi senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi warna, tapi lazimnya untuk identifikasi menggunakan harga Rf dan hRf. Harga Rf dinyatakan sebagai perbandingan awal. Harga Rf berkisar antara 0.00 dan 1.00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. Harga hRf adalah angka Rf dikalikan dengan faktor 100 (hundred), menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1985).

H. LANDASAN TEORI

  Kemlaka digunakan untuk obat gangguan pencernaan. Selain itu, kemlaka secara tradisional dapat dengan cepat digunakan untuk mengatasi diare, tumor abdominal, cacingan dan masih banyak lagi kegunaan lainnya (Anonim, 2003).

  Salah satu kandungan utama dalam buah kemlaka adalah tanin. Adanya porsi tanin yang besar pada buah dapat menjelaskan beberapa manfaat dari buah kemlaka contohnya pengobatan pada gangguan intestinal seperti diare (Anonim, 2003). Tanin juga berfungsi sebagai antibakteri, anti kanker dan anti karsinogenik (Duke, 1992).

  S. aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang menyebabkan

  gastroenteritis dengan cara memproduksi toksin (Budianto, 2003). S. aureus merupakan bakteri anaerob fakultatif bersifat patogen. Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya bisul, borok, nanah pada luka, tetapi peka terhadap antibiotik golongan beta laktam serta peka terhadap fenol dan derifat fenol lainnya (Jawetz dkk, 2001).

I. HIPOTESIS

  Infus dan ekstrak etanol buah kemlaka yang mengandung senyawa aktif tanin mempunyai potensi antibakteri terhadap S. aureus serta ada perbedaan potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka pada konsentrasi terkecil dengan kontrol negatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni sederhana

  dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

  a. Variabel bebas adalah variasi konsentrasi infus dan ekstrak etanol buah kemlaka. Konsentrasi infus masing-masing: 10%; 15%; 20% dan konsentrasi ekstrak etanol masing-masing: 2,5 %; 5%; 7,5 %.

  b. Variabel tergantung adalah diameter zona hambat pertumbuhan S. aureus.

  c. Variabel pengacau terkendali adalah : media penanaman bakteri, suhu

  o

  inkubasi 37 C dan lama inkubasi 24 jam, suspensi bakteri 0,5 ml, suhu

  o

  pengeringan oven 50

  C, diameter paper disk 5 mm, volume infus dan ekstra etanol yang dijenuhkan ke paper disk sebanyak 20 µl , kepadatan

  8

Dokumen yang terkait

Perbandingan aktivitas dan mekanisme penghambatan antibakteri ekstrak air dengan ekstrak etil asetat gambir (uncario gambir roxb) terhadap bakteri staphylococcus epiderwidis, streptococcus mutans dan streptococeus pyogenes

4 30 100

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 96% kulit batang kayu Jawa (lannea coromandelica) terhadap bakteri staphylococcus aureus, escherichia coli, helicobacter pylori, pseudomonas aeruginosa.

32 209 72

Efektivitas ekstrak bawang dayak (eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus

0 6 50

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (edigera elatior) sebagai pangan fungsional terhadap staphylococcus aureus dan escherichia coli

0 45 83

Uji efek antihiperlipidemia ekstrak etanol buah parijoto : medinilla speciosa blume terhadap kolesterol total, trigliserida, dan vldl pada tikus putih jantan

9 65 124

Uji efektifitas ekstrak madu karet dalam menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus

0 24 46

Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) terhadap Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus

1 11 8

Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus

0 0 6

Pengaruh kombinasi ekstrak etanol herba cecendet (Physalis angulata l.) dengan beberapa antibiotik terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Klebsiella pneumonie

0 0 6