BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATENKOTA - DOCRPIJM 262ad2ea63 BAB VIBAB VI

BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN/KOTA Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang

  optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, ,yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga, tatalaksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan, dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1 Kerangka Kelembagaan

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota yakni :

  a. Undang-Undang Nomor 32Tahun2004 tentangPemerintahan Daerah;

  b. Peraturan Pemerintah Nomor 38Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan;

  c. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah ;

  d. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014;

  e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand

  Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

  f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengaruh Utamaan Gender dalam Pembangunan Nasional; g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014 Tentang Standar

  Pelayanan Minimum Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

  h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; i. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan; j. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan

  Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

  6.1.1 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

  Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah Kota Payakumbuh yang menangani bidang Cipta Karya.

  6.1.2 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas,dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.Untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dibutuhkan kelembagaan yang ada. Kemampuan kelembagaan sendiri merupakan manajemen yang dibutuhkan untuk mempersiapkan, melaksanakan dan memelihara suatu rencana tindakan pengembangan kelembagaan pemerintah daerah, baik pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten/kota. Juga merupakan alat operasional yang dipergunakan untuk mengembangkan kelembagaan dan sumber daya manusia, terutama untuk mendukung pelaksanaan RPIJM bidang Cipta Karya.

  1. Peraturan Daerah sebagai Dasar Pembentukkan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Payakumbuh di Bidang Cipta Karya. Pemerintah Kota Payakumbuh dalam pembentukkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan, khususnya dalam Bidang Cipta Karya telah ditetapkan dengan beberapa Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota Payakumbuh, yaitu :

a. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 1986 Tentang Pembentukan PDAM Kota Payakumbuh.

  Perda ini dibuat sebagai dasar dalam pembentukan PDAM Kota Payakumbuh sebagai Badan Usaha milik daerah Kota Payakumbuh, yang sebelumnya bernama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kota Payakumbuh yang dibentuk melalui SK

  Menteri Pekerjaan Umum Nomor 021/KPTS/CK/III/1981. Pembentukan PDAM Kota Payakumbuh melalui Perda 03 Tahun 1986 yang kemudian disyahkan oleh Gubernur Sumatera Barat melalui SK Nomor 188.342-427-1986 tanggal 31 Desember 1986, sehingga sejak tahun 1986 pengelolaan air bersih diserahkan ke PDAM Kota Payakumbuh.

  b.

  Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah.

  Dalam Perda ini dibentuk Organisasi Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh yang terdiri atas : (1). Sekreatriat Daerah Kota Payakumbuh. (2). Sekretariat DPRD Kota Payakumbuh. (3). Inspektorat Kota Payakumbuh. (4). 18 (delapan belas) Dinas, yaitu : Dinas Pendidikan; Dinas Kesehatan; Dinas Pekerjaan

  Umum dan Penataan Ruang; Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Satuan Polisi Pamong Praja; Dinas Sosial; Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian;

  Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk; Dinas Ketahanan Pangan; Dinas Lingkungan Hidup; Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil; Dinas Perhubungan; Dinas Komunikasi dan Informatika; Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan; Dinas Perpustakaan dan Kearsipan; Dinas Pertanian. (5). 3 (tiga) Badan yaitu : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Badan Keuangan Darerah; Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. (6). 5 (lima) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Payakumbuh Barat; Kecamatan Payakumbuh Timur; Kecamatan Payakumbuh Utara; Kecamatan Payakumbuh Selatan dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori.

  

c. Peraturan Walikota Payakumbuh Nomor 05 Tahun 2007 Tentang Struktur

Organisasi dan Tata Kerja PDAM Kota Payakumbuh

  Dalam Peraturan ini dibentuk Organisasi dan Tata Kerja PDAM Kota Payakumbuh yang terdiri atas : 1) Badan Pengawas, terdiri atas :

  a) Pembina

  b) Wakil Pembina

  c) Ketua Dewan Pengawas d) Sekretaris Dewan Pengawas

  e) Anggota Dewan Pengawas 2) Direktur 3) Bagian Administrasi dan Keuangan 4) Bagian Teknik 5) Bagian Pelayanan Langganan

2. Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Uraian Serta Tata Kerja Perangkat daerah Bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kota Payakumbuh.

  a. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)

  Bappeda Kota Payakumbuh memiliki Tugas Pokok dan Fungsi yang berhubungan dengan urusan bidang Kecipta-karyaan adalah melakukan koordinasi penyusunan kebijakan, pengendalian pelaksanaan dan penggorganisasian evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah serta pengkoordinasian perencanaan kerja sama pembangunan daerah.

  b. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memiliki tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan urusan Bidang Kecipta-karyaan adalah menyelenggarakan penyusunan program kerja, penyusunan perencanaan serta melaksanakan kegiatan bidang Cipta Karya, seperti trotoar/jalur pedistrian, melaksanakan koordinasi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan tata ruang.

  c. Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan Pemukiman

  Dinas Tata Ruang dan Kebersihanmemiliki tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan urusan Bidang Kecipta-karyaan adalah perumahan dan permukiman kumuh, drainase dan tata bangunan.

  d. Dinas Lingkungan Hidup

  Kantor Lingkungan Hidup memiliki tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan urusan Bidang Keciptakaryaan adalah melaksanakan perencanaan teknis, penyelenggaraan, pengawasan, pengelolaan lingkungan hidup dan penanggulangan dampak lingkungan serta melaksanakan koordinasi penyusunan dan pengawasan pelaksanaan AMDAL, UKL/UPL dan pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3), melaksanakan koordiasi penanganan kebersihan, persampahan dan sanitasi.

  e. PDAM Kota Payakumbuh

  PDAM Kota Payakumbuh sebagaimana Peraturan Walikota Payakumbuh Nomor

  05 Tahun 2007 memiliki tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan pengelolaan air bersih di Kota Payakumbuh.

  f. UPT Pemadam Kebakaran

  UPT Pemadam Kebakaran sebagaimana Peraturan Walikota Payakumbuh Nomor

  31 Tahun 2011 memiliki tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan penanggulangan bencana daerah khususnya kebakaran.

6.1.3 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tatalaksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tatalaksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan didalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada table berikut,dapat dicantumkan penjabaran peran masing- masing instansi dalam pembangunan bidang CiptaKarya.

  Tabel 6.1

Hubungan Kerja Instansi Bidang CiptaKarya

  Unit yang

  Peran Instansi dalam Pembangunan

  membidangi

  No. Instansi Bidang Cipta Karya

  bidang Cipta Karya Koordinator penyusunan kebijakan, pengendalian pelaksanaan dan pengorganisasian evaluasi

  Bidang Infrastruktur dan

1. Bappeda pelaksanaan perencanaan

  Pengembangan Wilayah pembangunan daerah serta koordinator perencanaan kerjasama pembangunan daerah Penyelenggara penyusunan program kerja, penyusunan perencanaan serta pelaksana kegiatan-kegiatan

  Bidang Cipta Karya, dan

  2. Dinas PUPR bidang cipta karya, seperti sektor

  Bidang Penataan Ruang trotoar/pedestrian; drainase dan, pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan tata ruang

  Dinas Perumahan Tata bangunan Koordinator Bidang Perumahan, dan Rakyat Kawasan perencanaan serta dan sanitasi Bidang Prasarana dan

  3. Pemukiman sektor perumahan dan permukiman Sarana Umum Kawasan

  kumuh; Pemukiman Pelaksana perencanaan teknis, pelaksanaan, pengawasan, pengelolaan lingkungan hidup dan penanggulangan dampak lingkungan Bidang Pengawasan

  Dinas Lingkungan serta koordinator penyusunan dan Lingkungan Hidup; dan 4. Hidup pengawasan pelaksanaan AMDAL, Bidang Penataan

  UKL/UPL dan pengelolaan limbah Lingkungan Hidup pelaksana koordinasi penganganan kebersihan, persampahan bahan beracun dan berbahaya (B3)

  PDAM Kota Pengelolan air minum dan air bersih 5.

  Bagian Teknik PDAM

  Payakumbuh Kota Payakumbuh Satuan Polisi Pelaksana pengelolaan UPTD Penanggulangan

6. Pamong Praja penanggulangan bahaya kebakaran Kebakaran

  Sumber : Hasil Analisis, 2014

  Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja,perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

6.1.4 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitastetapi juga kualitas.

6.2 Kerangka Regulasi

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah Kota Payakumbuh yang menangani bidang Cipta Karya.

6.2.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dibutuhkan kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan kelembagaan sendiri merupakan manajemen yang dibutuhkan untuk mempersiapkan, melaksanakan dan memelihara suatu rencana tindakan pengembangan kelembagaan pemerintah daerah Kota Payakumbuh. Selain itu juga merupakan alat operasional yang dipergunakan untuk mengembangkan kelembagaan dan sumber daya manusia, terutama untuk mendukung pelaksanaan RPI2JM bidang Cipta Karya di Kota Payakumbuh. Adapun kelembagaan daerah yang ada di kota Payakumbuh yang terkait langsung untuk mempersiapkan, melaksanakan dan memelihara pelaksanaan RPIJM bidang Cipta Karya tersebut adalah : (a)BAPPEDA, (b)Sekretariat Daerah, (c) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, (d) Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, (e) Dinas Kesehatan, DPPKA, (f) Dinas Lingkungan Hidup dan SKPD terkait lainnya. Struktur organisasi dan kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani Bidang Cipta Karya di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh dibentuk berdasarkan atas 3 (tiga) Peraturan Daerah (Perda) Kota Payakumbuh, yaitu: a. Perda Nomor 3 Tahun 1986 tentang Pembentukan PDAM Kota Payakumbuh.

  b. Perda Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

  Daerah Kota Payakumbuh. Berdasarkan struktur yang ada sekarang, bidang keciptakaryaan masih belum mendapat dukungan secara maksimal terutama dari sisi perencanaan, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya kegiatan yang mendukung struktur yang ada di Bappeda Kota Payakumbuh sesuai tugas pokok dan fungsi, yaitu perencanaan sarana dan prasarana fisik perkotaan dan penataan ruang yang berada pada bidang fisik dan prasarana Bappeda.

  Keberadaan instansi yang ada di Pemerintah Kota Payakumbuh dalam pembangunan bidang keciptakaryaan terkait erat satu sama lain. Gambaran hubungan keterkaitan ini terlihat dari siklus penyelenggaraan tugas keciptakaryaan tersebut dari fungsi sebagai berikut:

Tabel 6.3 Hubungan Keterkaitan Penyelenggaraaan Pembangunan Cipta Karya

  Instansiyang Fungsi Tugas Pokok Terlibat

  • Menampung Usulan Masyarakat PUPR, PERKIM/ dalam pembangunan keciptakaryaan

  Cipta Karya

  • Menyusun, Menyelaraskan dengan dokumen RPIJM

  Perencanaan

  • Menyelenggarakan Musrenbang Bappeda - Menyelaraskan dengan dokumen perencanaan jangka menengah
  • Menampung usulan masyarakat dalam DPRD pembangunan keciptakaryaan
  • Memuat pembangunan bidang keciptakaryaan dalam dokumen KUA dan PPAS

  Bappeda

  • Membahas bersama dokumen KUA/

  PPAS dan RAPBD dengan DPRD selaku TAPD

  • Memuat usulan pembangunan

  Penganggaran keciptakaryaan dalam dokumen

  RAPBD DPPKA

  • Membahas bersama dokumen KUA/

  PPAS dan RAPBD dengan DPRD selaku TAPD

  • Membahas dan menetapkan bersama DPRD dokumen KUA/ PPAS dan RAPBD bersama TAPD

  Pelaksanaan/ PUPR, PERKIM/

  • Melaksanakan Program/ Kegiatan

  

Pengawasan Cipta Karya Pembangunan Keciptakaryaan secara

  Instansiyang Fungsi Tugas Pokok Terlibat

  swa kelola ataupu pihak ketiga

  • Melakukan Pengawasan terhadap pelaksanaan program/ kegiatan bidang keciptakaryaan serta melibatkan pihak ketiga
  • Mengeluarkan dokumen pencairan DPPKA anggaran untuk pelaksanaan program/ kegiatan bidang keciptakaryaan
  • Mengeluarkan dokumen pencairan anggaran untuk pelaksanaan program/

  KPKN kegiatan bidang keciptakaryaan yang berasal dari dana APBN

  • Melakukan evaluasi terhadap PUPR, PERKIM/ pencapaian kinerja pembangunan

  Bidang Cipta bidang keciptakaryaan sesuai dokumen Karya

  RPIJM

  • Melakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan bidang keciptakaryaan

  Evaluasi Bappeda

  sesuai sasaran pembangunan tahunan dan jangka menengah (visi daerah)

  • Mengevaluasi pelaksanaan APBD dan pencapaian RPJMD (visi kota) yang

  DPRD dilaksanakan oleh pemerintah kota (walikota)

  Sumber : Hasil Analisis, 2014

  Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi struktur organisasi kelembagaan perangkat daerah Kota Payakumbuh, khususnya yang terkait langsung dengan bidang Cipta Karya adalah :

  1. Keterbatasan anggaran operasional yang tersedia pada masing-masing SKPD yang terlibat dalam penanganan pengelolaan kegiatan bidang Cipta Karya. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kinerja SKPD terkait dalam mewujudkan pelayanan, perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan yang dijalankan SKPD terhadap tugas pokok dan fungsi yang dibebankan kepada SKPD tersebut.

  2. Kewenangan yang kurang jelas pelaksanaan fungsi dari SKPD terkait dalam pengelolaan bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Dinas Tata Ruang dan Kebersihan yang menjalankan 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi regulasi dan fungsi pelaksana pelayanan. Fungsi regulasi dilaksanakan dengan membuat dan menjalankan aturan-aturan daerah yang mengatur pelaksanaan tugas dan layanan SKPD tersebut, sedangkan fungsi pelaksana pelayanan juga dilakukan karena Dinas Tata Ruang dan Kebersihan bertindak selaku operator pelayanan di bidang kebersihan dan pertamanan, seperti operator pengelolaan persampahan.

  3. Keterlibatan peran serta masyarakat dan lembaga non-pemerintah dalam pengelolaan bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pengelolaan program dan kegiatan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah yang dilaksanakan melalui pendekatan yang berbasis masyarakat dengan cara membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (LSM). Keterlibatan peran serta kelembagaan masyarakat dapat juga dilihat dari pembentukan Forum Kota Sehat yang berperan dalam bidang kesehatan termasuk sanitasi yang berkaitan dengan Keciptakaryan. Begitu juga dengan lembaga turunannya di tingkat kecamatan dan kelurahan, yaitu Forum Komunikasi Kecamatan dan Pokja Kelurahan Sehat. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam kelembagaan dalam keorganisasian perangkat daerah yang terkait dengan bidang keciptakaryaan, yaitu :

  

a. Masih belum optimalnya peran kelembagaan yang ada, termasuk keterbatasan dalam

sarana dan prasarana.

  Kelembagaan yang menangani bidang keciptakaryaan masih bertumpu pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya Bidang Cipta Karya. Hal ini terjadi karena belum terjalinnya kerjasama yang simultan dengan SKPD terkait lainnya, seperti Bappeda, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan PDAM. Di samping itu terdapat kekurangjelasan dalam tupoksi SKPD, seperti antara Dinas PUPR dengan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman serta Dinas Lingkungan Hidup, sehingga sering menjadikan masalah tersendiri. Ini juga berakibat pada kapasitas dan beban kerja salah satu SKPD yang sangat besar dan tidak seimbang sementara personil, sarana serta prasarana masih terbatas.

  

b. Masih kurangnya koordinasi dan sinergitas antara stakeholder yang terkait dalam

bidang keciptakaryaan.

  Berkaitan dengan permasalahan kurangnya koordinasi dan sinergitas antara stakeholder yang terkait, ini diakibatkan belum terbangunnya kesamaan persepsi terhadap program, tugas dan tanggung jawab masing-masing.

  6.2 .2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  

a. Gambaran Peraturan Daerah Terhadap Tugas Pokok dan Fungsi Instansi yang

Menangani Bidang Keciptakaryaan.

  Struktur organisasi pemerintahan Kota Payakumbuh yang menangani bidang Cipta Karya yang dibentuk melalui beberapa Peraturan Daerah juga telah dilengkapi dengan Uraian Tugas Pokok dan Fungsi dari SKPD yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota Payakumbuh.

  Gambaran Organisasi Bidang Cipta Karya Pemerintah Kota Payakumbuh terkait dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007.

  Secara umum struktur organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Payakumbuh yang mengelola Bidang Cipta Karya sudah melingkupi seluruh sektor layanan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 6.4 Beberapa Sektor Layanana Bidang Cipta Karya

  N o

Sektor Layanan Instansi Yang Terlibat

  1. Bappeda

  2. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  3. Dinas Peruamahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman

1. Sektor Bangkim

  5. Dinas Pertanian

  6. Dinas Sosial

  7. Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian

  8. UPTD Pemadam Kebakaran 2.

  Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  1. Bappeda

  2. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  3. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman

  4. Dinas Lingkungan Hidup

  4. Dinas Lingkungan Hidup

  5. UPTD Pemadam Kebakaran

  1. Bappeda

  2. Dinas Pekerjaan Umum dan

  Sektor Penataan

  Penataan Ruang

  3. Lingkungan

  3. Dinas Perumahan Rakyat dan

  Permukiman

  Kawasan Pemukiman

  4. Dinas Lingkungan Hidup

  1. Bappeda

  2. Dinas Pekerjaan Umum dan

  4. Sektor Air Bersih Penataan Ruang

  3. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

  Sumber : Hasil Analisis, 2014

6.2.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM BidangCipta Karya. Sumber daya manusia yang tersedia dalam mengelola bidang keciptakaryaan di Kota Payakumbuh baik kuantitas dan juga kualitas secara umum belum memenuhi kebutuhan ideal yang diharapkan.

  Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Payakumbuh dalam manajemen SDM perangkat daerah terkait dengan pengelolaan bidang Cipta Karya adalah :

  1. Belum terpenuhinya kebutuhan SDM SKPD yang menangani kegiatan Bidang Cipta Karya, baik dari segi jumlah maupun kualitas SDM-nya.

  2. Minimnya peningkatan pengetahuan Pegawai SKPD dalam menjalankan tugas akibat dari kurangnya keikutsertaan Pegawai SKPD dalam mengikuti pelatihan- pelatihan teknis terkait Bidang Cipta Karya. Faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM SKPD yang mengelola kegiatan Bidang keCipta-Karyaan, adalah :

  1. Faktor Internal SDM Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dan dapat dikontrol oleh yang bersangkutan, sepertimoral dan tingkah laku, keahlian dan kemampuan, pendidikan, kerjasama tim dan motivasi kerja.

  2. Faktor Eksternal SDM

  Merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang, seperti jenis dan jumlah pekerjaan yang dilaksanakan, material dan alat, data dan informasi, metode kerja, kepemimpinan, serta kontrol dan pengawasan.

6.2.4 Analisis SWOT Kelembagaan

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (

  strengths), kelemahan (weaknesses),

  peluang ( opportunities), dan ancaman ( threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategiS-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategiS-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategiW-T). Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tatalaksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub- bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOTdiharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Tabel 6.6 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan

  Faktor PELUANG(O) ANCAMAN (T) External a.Data dan Informasi

  a. Beban Tugas

  Faktor

  b. Kepemimpinan

  b. Kontrol dan

  Internal

  c. Metode Kerja pengawasan

  KEKUATAN(S) StrategiSO (Kuadran1) StrategiST (Kuadran2)

  a. Kerjasama  Peningkatan  Pembagian Kelembagaan koordinasi kewenangan tugas dan

  b. Kemampuan dan kelembagaan tanggung jawab kerja Keahlian

   Peningkatan kapasitas yang sesuai tupoksi

  c. Tingkat Pendidikan SDM

  StrategiWT(Kuadran4) KELEMAHAN (W)

StrategiWO(Kuadran3)

  a.Motivasi Kerja  Memberikan reward

   Menciptakan budaya dan punishment sesuai

  b. Moral dan Tingkah kerja yang lebih baik dengan prestasi kerja

  Laku

  c. Komunikasi

  Sumber : Hasil Analisis, 2014

  Inventarisasi faktor-faktor yang mempengaruhi kelembagaan organisasi SKPD Pemerintah Kota Payakumbuh yang terkait dengan pengelolaan Bidang keCipta-Karyaan, yaitu :

  1. Faktor Kekuatan, terdiri atas :

  a. Kerjasama Kelembagaan Merupakan kemampuan kelembagaan yang terkait dalam mengelola dan memaksimalkan efektifitas dan efisiensi lembaga untuk mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan sinergisitas, pengakuan peran dan fungsi kelembagaan secara keseluruhan.

  b. Kemampuan dan Keahlian Meliputi kemampuan dalam perencanaan kerja, manajemen kerja, pengelolaan SDM, kemampuan administrasi, evaluasi dan pelaporan serta penguasaan teknologi.

  b. Tingkat Pendidikan Merupakan pendidikan formal dari jalur pendidikan yang sistematis, terstruktur, bertingkat dan berjenjang yang dimulai dari sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sarjana Muda (Diploma), Sarjana (S1), dan Pascasarjana (S2/S3) atau yang setaraf dengannya dan termasuk kegiatan-kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi dan latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

  2. Faktor Kelemahan, terdiri atas :

  a. Motivasi Kerja Merupakan harapan yang ingin dicapai dengan menggunakan upaya tertentu untuk mencapai produk kinerja yang diinginkan (ekspetasi) dan menggunakan instrumen tertentu untuk mencapai hasil tertentu (instrumental) serta manfaat hasilnya bagi lembaga-lembaga yang terkait.

  b. Moral dan Tingkah Laku Merupakan cara, sikap dan perilaku seseorang/lembaga dalam menentukan apa yang akan dilaksanakan dan bagaimana cara melaksanakannya untuk mencapai tujuan dan harapan yang diinginkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang mempengaruhinya.

  c. Komunikasi Kemampuan komunikasi seseorang/lembaga dengan orang/lembaga lain akan sangat mempengaruhi hubungan kerja, suasana kerja, keefektifan dan keefisienan kerja serta hasil kerja yang diharapkan.

  3. Faktor Peluang, terdiri atas :

  a. Data dan Informasi Ketersediaan data dan informasi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan dapat membantu seseorang/lembaga dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan harapan yang telah ditetapkan.

  b. Kepemimpinan Kepemimpinan yang diharapkan adalah kepemimpinan yang diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, mampu mengelola diri sendiri, orang lain dan lembaga yang bekerjasama dengannya, sehingga memberikan manfaat bagi diri sendiri, orang lain maupun lembaga tempat kerjanya.

  c. Metode Kerja Metode kerja yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan akan sangat mempengaruhi hasil akhir kerja yang sesuai dengan ketepatan, ketelitian dan kewaspadaan kerja ditetapkan atau diharapkan. Metode kerja yang digunakan sangat dipengaruhi oleh tingkat risiko, tingkat kesalahan dan dan kegagalan kerja.

  4. Faktor Ancaman, terdiri atas :

  a. Beban Tugas Meliputi jenis dan jumlah pekerjaan/kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang/lembaga, khususnya yang terkait dengan Bidang keCipta-Karya-an.

  b. Kontrol dan Pengawasan Kontrol dan pengawasan kerja dilaksanakan mulai dari tahap pra-persiapan (konsep), perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap operasional dan pemeliharaan.

  Perumusan strategi berdasarkan kolaborasi faktor-faktor analisis kelembagaan SKPD Pemerintah Kota Payakumbuh yang terkait dengan pengelolaan Bidang keCipta-Karyaan, yaitu :

  1. Strategi SO (Kuadran 1) Langkah-langkah pengembangan yang dapat dilaksanakan pada Kuadran 1 ini, adalah :

  a. Peningkatan koordinasi kelembagaan

  Peningkatan koordinasi kelembagaan dapat dilakukan dengan cara membentuk Tim Kota yang menangani urusan Bidang Cipta Karya dengan melibatkan semua pihak di Kota Payakumbuh baik dari unsur Pemerintah Kota Payakumbuh, Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun masyarakat secara keseluruhan.

  b. Peningkatan kapasitas SDM

  Peningkatan kapasitas SDM kelembagaan yang menangani urusan Bidang Cipta Karya antara lain dengan cara melaksanakan atau mengikuti pelatihan dan bimbingan teknis yang mendukung pelaksanaan program/kegiatan bidang kecipta- karyaan.

  2. Strategi ST (Kuadran 2) Langkah pengembangan yang dapat dilaksanakan pada Kuadran 2 ini adalah dengan cara pembagian kewenangan tugas dan tanggung jawab kerja yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kelembagaan/instansi yang terkait dengan pengelolaan urusan Bidang Cipta Karya di Kota Payakumbuh.

  3. Strategi WO (Kuadran 3) Langkah pengembangan yang dapat dilaksanakan pada Kuadran 3 ini adalah dengan cara menciptakan budaya kerja yang baik, dengan cara menciptakan hubungan kerja yang baik, suasana kerja yang harmonis dan saling menghormati, sehingga petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sebagai aturan dan arahan kerja yang digunakan menjadi efektif dan efisien untuk dilaksanakan.

  4. Strategi WT (Kuadran 4) Langkah pengembangan yang dapat dilaksanakan pada Kuadran 4 ini adalah dengan cara memberikan penghargaan (reward) kepada pihak yang melaksanakan urusan Bidang Cipta Karya dengan baik dan memberikan hukuman (punishment) kepada pihak yang melaksanakan urusan Bidang Cipta Karya deng tidak/kurang baik.

  6.2.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

  Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah Kota Payakumbuh yang menangani Bidang CiptaKarya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

  6.2.5 Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Dalam rangka meningkatkan peran dan kinerja kelembagaan dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan sarana dan prasarana bidang Cipta Karya, maka ada beberapa hal yang dapat direncanakan, yaitu :

  1. Perlu dilakukan penguatan kapasitas kelembagaan yang ada, seperti pelatihan, workshop terhadap personil yang ada baik kelembagaan di tingkat Kota maupun di tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

  2. Peningkatan koordinasi antar kelembagaan yang terkait, sehingga tercipta keterpaduan dan kerja sama dalam pelaksanaan dan pemeliharaan.

  3. Perlu dilakukan advokasi yang berkelanjutan terhadap kelembagaan non pemerintah dan masyarakat.

  6.2.5 Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Dalam rangka meningkatkan peran dan kinerja kelembagaan dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan sarana dan prasarana bidang Cipta Karya, maka ada beberapa hal yang dapat direncanakan, yaitu :

  1. Agar sarana dan prasarana yang telah dibangun dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup lama, maka perlu dibentuk lembaga pengelola sarana di tingkat masyarakat penerima manfaat dalam bentuk KSM di bawah koordinasi Lurah dan LPM.

  2. Membuat kebijakan yang memungkinkan peran serta dan partisipasi kelembagaan yang terkait dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

6.2.6 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel berikut :

Tabel 6.7 Pelatihan Bidang Cipta Karya

  No JenisPelatihan

  BimbinganTeknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1 Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 BimbinganTeknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  3 BimbinganTeknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

  Training of Trainers(TOT)Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan

  4

  dan Lingkungan Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan

  5 Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit.PBL

  Peningkatan Kapasitas SDM Dit.PBL bekerja sama dengan Pusat Pembinaan

  7 Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

  

9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

  Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan

10 Pengamanan

  PembinaanTeknis PeningkatanKemampuanAparatur NegaradalamTanggap

  11 DaruratBencana

  

12 PembinaanTeknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker(PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional