Bab 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI - DOCRPIJM 4f06884fc7 BAB VIBAB VI Kelembagaan

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  1

Bab 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI

6.1 Kerangka Kelembagaan Kabupaten Biak Numfor

6.1.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/Kota.

  1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

  Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  2

  Pemerintah Daerah.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/Kabupaten.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang.

  Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang. 4 . Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran,serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

  Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  3

  lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.

  Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

  Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  4

  Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  5

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kabupaten.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

  6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta Kewenangan masing-masing.

  7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/Kabupaten. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  6

  beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

  Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kabupaten dengan Perbup/Perwali.

  9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Per Kabupaten

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan per Kabupaten bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan per Kabupaten, yang sesuai dengan fungsi kawasan per Kabupaten merupakan tempat permukiman per Kabupaten, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  7

  kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan per Kabupaten, sedangkan Bupati melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan per Kabupaten.

  L L a a n n d d a a s s a a n n H H u u k k u u m m P P e e n n y y u u s s u u n n a a n n R R e e n n s s t t r r a a B B i i d d a a n n g g C C i i p p t t a a K K a a r r y y a a / / R R e e n n c c a a n n a a A A k k s s i i D D a a e e r r a a h h ( ( R R - - - a a d d ) )

  1

  1

  1 - 1 & & R R P P

  I I J J M M

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

  Pasal 12 (1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:

  a. Pendidikan;

  b. Kesehatan;

  c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;

  d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;

  e. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan f. Sosial.

  Pasal 17 (2) Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  8

  Pusat. (3) Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tidak mempedomani norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

  Pasal 18 (1) Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3). (2) Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

  2. Permen PU No.1/2014 ttg SPM Bid. Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

  Pasal 4 SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas jenis pelayanan dasar, sasaran, indikator, dan batas waktu pencapaian

  Pasal 5 SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan batas waktupencapaian sampai dengan tahun 2019.

  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005

Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan

Minimal

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  9

  Pasal 9 :

  a. Pemerintahan Daerah menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri.

  b. SPM yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

  c. Pemerintahan Daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri

  d. Rencana pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).

  e. Target tahunan pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  10

  Gambar 6.1 Dasar Penyiapan RAD 100-0-100 Th 2015-2019

6.1.2 Kondisi Kelembagaan Kabupaten Biak Numfor

  Kondisi kelembagaan yang ada di Kabupaten Biak Numfor khususnya yang berkaitan dalam pelaksanaan dan penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) adalah instansi-instansi sebagai berikut:

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) • Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU) •

  • Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  11

  BAPPEDA merupakan lembaga atau instansi pemerintah yang memiliki peran sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan di daerah. Peran ini tercermin dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dimana dijelaskan pada Undang-undang tersebut Bappeda memiliki tugas untuk melaksanakan musrembang daerah dan menyusun RPJM Daerah. Berdasarkan hal tersebut maka Bappeda juga memiliki peran dan fungsi yang sangat besar terhadap pelaksanaan dan penyusun RPIJM.

  Secara sistematis mengenai sumber daya manusia, kualitas pendidikan, serta prasarana dan sarana kerja yang ada di unit kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Biak Numfor (BAPPEDA) dapat dijelaskan pada tabel-tabel berikut:

  Tabel 6.1

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  12

  Tabel 6.2 Jabatan Struktural Bappeda Kab.Biak Numfor

  

No Jabatan Struktural Golongan Tingkat Pendidikan

  1 Kepala Bappeda

  IV /b S1

  2 Sekretaris

  III/d S2

  3 Kabid Sosial Budaya

  III/d S2

  4 Kabid Statistik,Pengdl dan Program

  IV /a S2

  5 Kabid Ekonomi

  III/d S2

  6 Kasubag Umum

  III/d SLTA

  7 Kabid Prasarana dan Peng.wilayah

  III/d S2

  8 Kasubbid Prasarana Wilayah

  III/d S1

  9 Kasubbag Kepegawaian

  III/d SLTA

  10 Kasubbid Pertanian

  III/d S1

  11 Kaubbid Keuangan

  III/c DIII 12 kasubbid Peng. Dunia Usaha

  III/d S1

  13 Kasubbid Tata Ruang dan Ling.Hidup

  III/b S2

b. Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU)

  Dinas PU merupakan lembaga atau instansi teknis pemerintah yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan pembangunan khususnya dalam pembangunan fisik di daerah. Peran Dinas PU semakin besar setelah dibuatnya Undang-undang No. 32 tentang Pemerintah Daerah, dimana pada Undang-undang ini Pemerintah Daerah diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengatur daerah termasuk dalam bidang infrastruktur keciptakaryaan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan.

  Berkaitan dengan penyusunan RPIJM ini peran Dinas PU sangat besar, hal ini disebabkan Dinas PU merupakan dinas yang berkaitan secara langsung dalam pelaksanaan fisik yang diusulkan dalam RPIJM. Mengingat peran Dinas PU yang cukup besar, maka kesiapan dari instasi tersebut

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  4

  7

  1

  3

  5

  1

  4

  3

  8

  3 Survey dan Pengendalian √ √

  8

  1

  2

  2

  1

  20

  4 Cipta Karya √ √ √

  13

  2

  2

  6

  6

  1

  7

  3

  5

  15 Umur Tahun Strata Pendidikan Jenis Kelamin Golongan No Bidang

  harus diperhatikan terutama yang berkaitan dengan sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas), sarana dan prasarana serta dukungan pendanaan.

  Secara sistematis mengenai sumber daya manusia, kualitas pendidikan, serta prasarana dan sarana kerja yang ada di unit kerja Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU) Kabupaten Biak Numfor) dapat dijelaskan pada Tabel-tabel berikut:

  Tabel 6.3 Jumlah, Kualitas Karyawan Dan Kebutuhan Pelatihan Dinas Pekerjaan

  2 Perumahan dan Pemukiman √ √

  11

  VI -

  11

  13 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Status Kepegawaian

  I II III IV Pria (orang) Wanita

  (orang) <30 30-39 40-49 >49 <SD (orang)

  SLTA (orang) Sarmud Diploma (orang) Sarjana

  (orang) Honorer (orang) PNS

  (orang)

  1

  2 3 4 5

  6

  7

  8

  9

  10

  12

  3

  13

  14

  15

  16

  17

  18

  1 Bina Marga √ √ √

  17

  3

  1

  14

  4

  1

  6

  Umum Kabupaten Biak Numfor

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  14

  Tabel 6.4 Jabatan Struktural Dinas Pekerjaan Umum Kab.Biak Numfor

c. Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA)

  Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) merupakan salah lembaga atau instansi yang terkait atau berhubungan langsung dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM. Dinas Pendapatan Daerah merupakan dinas teknis yang memiliki peran sebagai pengelola retribusi yang dihasilkan dari pembangunan infrastruktur bidang keciptakaryaan seperti: retribusi sampah, retribusi pengolahan air limbah serta retribusi lainnya yang berkaitan dengan infrastruktur.

  Mengingat peran Dinas Pendapatan Daerah yang cukup besar, maka kesiapan dari instasi tersebut harus diperhatikan terutama yang

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  15

  berkaitan dengan sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas), sarana dan prasarana serta dukungan pendanaan.

  Secara sistematis mengenai sumber daya manusia, kualitas pendidikan, serta prasarana dan sarana kerja yang ada di unit kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Biak Numfor dapat dijelaskan pada Tabel- tabel berikut:

  Tabel 6.5 Jabatan Struktural Dispenda Kab.Biak Numfor

B. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuh kembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  VI -

  16 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

  Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan diuraikan sebagai berikut:

  Tabel 6.6 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

  No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

  1. Bappeda Merumuskan kebijaksanaan, program dan kegiatan pembangunan daerah bidang Perencanaan Wilayah meliputi sumber daya alam dan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman

  Perencanaan Pengembangan dan Wilayah

  2. Dinas PU

  1. Menyusun program atau rencana guna melakukan pengembangan pengembangan perumahan dan permukiman;

  2. Menyusun konsep kebijakan pembinaan teknis dibidang penataan bangunan Kabupaten

  1. Bidang Perumahan dan permukiman

  2. Bidang survey dan pengendalian Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  17 Unit / Bagian Peran Instansi dalam yang Menangani No. Instansi Pembangunan Bidang CK Pembangunan Bidang CK

  dan kawasan khusus,

  3. Bidang Cipta pembangunan perumahan, Karya prasarana lingkungan permukiman, air bersih, drainase, sanitasi dan prasarana lingkungan;

  3. Melaksanakan pembangunan perumahan, prasarana lingkungan permukiman, air bersih, drainase, sanitasi dan prasarana lingkungan

  1. Bidang pengelola retribusi yang dihasilkan Pendataan &

  3. Dispenda dari pembangunan infrastruktur Penetapan bidang keciptakaryaan

  2.Bagian Keuangan

  Gambar 6.2 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  18

C. Kondisi Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya

  Secara umum kondisi Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya sudah memenuhi spesifikasi dan sudah berjalan berdasarkan tupoksi, jumlah pegawai yang ada belum cukup memenuhi kebutuhan.

  Namun secara keseluruhan masih ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh pegawai tertentu yang bukan menjadi tugasnya.

6.1.3 Analisis Kelembagaan

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, maka diuraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Biak Numfor yang menangani bidang Cipta Karya.

A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Sejak Pemerintah Kabupaten Biak Numfor di beri keleluasaan membentuk Lembaga Daerah Otonom menurut kebutuhannya, muncullah lembaga-lembaga daerah menurut kebutuhan masing-masing daerah. Kemudian Terjadi Penggabungan maupun pemisahan lembaga-lembaga daerah agar sinkron dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban maupun hubungan hierarkhi dengan instansi pada level yang lebih tinggi. Dampak dari hal membuat semakin menguatnya koordinasi, integrasi dan Sinkronisasi dalam pelaksanaan program pembangunan.

  Tujuan dari analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  19

  Karya. Keorganisasian perangkat kerja bidang Cipta Karya daerah di Kabupaten Biak Numfor saat ini dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik, dimana tugas dan fungsi organisasi ini dikerjakan sesuai pembagian masing-masing tanggungjawab, namun masih ada masalah umum terkait dengan kinerja kelembagaan ini seperti Kuantitas dan Kualitas Sumber daya manusia yang ada masih jauh dari kebutuhan riil dalam mengemban tugas pokok dan fungsi dinas / lembaga terkait, Terbatasnya Prasarana dan Sarana pendukung seperti alat transportasi, peralatan kantor, peralatan laboratorium teknis dll .

  Analisis deskriptif keorganisasian bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  1. Struktur Organisasi

  • Struktur Organisasi perangkat daerah yang menangani Bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk mendukung program pembangunan khususnya Bidang Cipta Karya di Kabupaten Biak Numfor.
  • Semua jabatan pada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait dengan bidang Cipta Karya telah terisi sehingga tidak ada perangkapan jabatan

  2. Tugas dan Fungsi Organisasi

  • Pembagian tugas dan fungsi antara satuan kerja telah merata demikian pula wewenang dan tanggungjawab sudah jelas

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  20

  • Uraian tugas para pimpinan telah ada yang dirumuskan dalam SK Bupati sehingga telah jelas dan mampu menghindari kemungkinan

  3. Faktor-Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Struktur Organisasi

  • Dari segi struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Biak Numfor sangat dipengaruhi dan tergantung kepada Pemerintah Pusat, dalam arti sepenuhnya mengikuti pedoman yang diberikan oleh pemerintah Pusat.
  • Bertambahnya jumlah penduduk serta kemampuan APBD Kabupaten Biak Numfor sangat mempengaruhi struktur organisasi yang ada

  4. Permasalahan Dalam Keorganisasian

  • Jumlah dan kualitas SDM yang mempunyai kemampuan di bidang Cipta Karya masih kurang dan tidak merata di semua satuan kerja.
  • Koordinasi external antara lembaga terkait dengan bidang Cipta Karya masih kurang
  • Terbatasnya Prasarana dan Sarana pendukung seperti alat transportasi, peralatan kantor, peralatan laboratorium teknis
  • Dalam pengusulan pengadaan personil kepada instansi atasan senantiasa ditekankan persyaratan, khususnya latar belakang keahlian dan pendidikan namun sering terjadi alokasi yang kurang sesuai dengan yang di harapkan
  • Seringnya terjadi mutasi khususnya SDM yang memiliki kemampuan di bidang ke Cipta Karyaan ke instansi di luar bidang ke Cipta Karyaan

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  21

  • Kurangnya sarana dan prasarana bidang Cipta Karya seperti kurangnya sarana angkutan sampah, fasilitas sarana dan prasarana minum
  • Terbatasnya biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya pembangunan untuk sarana dan prasarana sanitasi
  • Kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya sanitasi untuk kesehatan lingkungan dan masyarakat

B. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Dalam ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya, Perda Penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten Biak Numfor dapat dikatakan berjalan sesuai dengan tupoksi dari masing-masing dinas. Hal ini sejalan dengan mekanisme hubungan kerja di dalam dan antar instansi terkait bidang CK yang struktural sesuai tupoksi. Keorganisasian bidang CK di Kabupaten Biak Numfor sudah berjalan sesuai ketentuan dalam PP 41 tahun 2007 dimana Dinas PU terdiri dari 1 sekretariat dan 4 bidang.

  Tujuan analisis ketatalaksanaan kelembagaan bidang Cipta Karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif ketatalaksanaan bidang Cipta Karya di Kabupaten Biak Numfor adalah sebagai berikut:

  1. Perda Penetapan Organisasi Pemerintah

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  • Perda penetapan organisasi sudah menguraikan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada.
  • Koordinasi internal didalam satuan kerja yang ada sudah dilakukan demikian pula halnya koordinasi eksternal antara satuan kerja terkait bidang Cipta karya namun perlu ditingkatkan lagi
  • Organisasi bidang ke Cipta Karya-an sudah mengacu pada PP No. 41 Tahun 2007 dan semua sektor bidang Cipta Karya sudah masuk dalam struktur yang ada seperti bidang pengembangan permukiman penataan lingkungan permukiman, sektor air minum, sektor PLP (air limbah, persampahan dan drainase)
  • Struktur kelembagaan yang ada belum sepenuhnya mengakomodir tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh dinas / lembaga terkait.
  • Koordinasi antar instansi/lembaga dipengaruhi oleh faktor-faktor kemampuan sumber daya manusia, serta prasarana pendukungnya.
  • Adanya kesenjangan kemampuan sumber daya manusia antar intansi/lembaga terkait menghambat terjadinya koordinasi. Demikian pula halnya dengan keterbatasan prasarana mengakibatkan koordinasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
  • Struktur kelembagaan yang ada pada prinsipnya sudah memenuhi standar minimal kelembagaan daerah di Kabupaten Biak Numfor. Yang perlu dikembangkan adalah unit-unit pengelola kegiatan seperti

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  VI -

  22 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  3. Acuan PP No. 41 Tahun 2007

  4. Permasalahan dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  23

  Satuan Kerja (Satker) menurut spesifikasi kegiatannya sehingga pengelolaan kegiatan akan lebih efektif.

  5. Faktor eksternal yang mempengaruhi ketata laksanaan perangkat kerja daerah

  • Adanya tugas-tugas lain dari Kepala Daerah yang dibebankan kepada kepala satuan kerja di luar tugas pokok dan fungsinya.

C. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Sumber Daya Manusia di bidang cipta karya sangat berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2JM Bidang Cipta Karya. Namun sampai saat ini SDM yang ada di Kabupaten Biak Numfor khususnya perangkat kerja daerah bidang CK belum memenuhi kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Karena terbatasnya tenaga teknis yang ada maka tenaga-tenaga tersebut umumnya melaksanakan tugas rangkap disemua Bidang yang ada. Disamping kurang terselenggaranya pelatihan-pelatihan teknis yang relevan dengan bidang tugas para pengelola kegiatan membuat pelaksanaan tugas menjadi tidak optimal.

  Selain itu disiplin dan etos kerja yang rendah disertai kurangnya sarana penunjang menambah terhambatnya kenerja. Akibatnya dampak yang ditimbulkan adalah bahwa produk yang dihasilkannya pun tentunya kurang maksimal

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM Bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  24

  deskriptif Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya di Kabupaten Biak Numfor adalah sebagai berikut:

  1. Ketersediaan SDM

  • SDM sudah tersedia namun belum memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam satuan kerja perangkat daerah khususnya bidang Cipta Karya

  2. Permasalahan dalam manajemen SDM

  • Ketersediaan SDM yang terbatas baik dari segi jumlah dan kualitas
  • Staf teknis yang memahami tugas pokok dan fungsi sangat terbatas
  • Rendahnya tingkat kesejahteraan personil, khususnya tenaga kontrak, tenaga
  • Lemahnya motivasi dan disiplin kerja pegawai.
  • Belum diterapkanya reward bagi pegawai yang berprestasi dan funishment kepada pegawai yang melakukan kesalahan
  • Tidak meratanya kemampuan pegawai serta kurangnya pelatihan/bintek khususnya terkait bidang keciptakaryaan.
  • Adanya aparat daerah yang berprestasi pindah ke instansi lain
  • Droping pegawai tidak sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan yang dibutuhkan

  3. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM

  • Kurangnya pelatihan serta kemauan personil untuk mengembangkan diri dan berusaha untuk tau dan maju khususnya pada hal-hal terkait dengan pekerjaan yang baru

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  25

  • Adanya aturan dari Pemerintahan Pusat terkait dengan penerimaan PNS yang memprioritaskan tenaga honor serta pengadaan tenaga

D. Analisis Swot Kelembagaan

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan untuk menjawab tantangan yang ada (strategi W-T).

  Berdasarkan informasi serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, beberapa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan adalah sebagai berikut ;

  Kekuatan (S)

  • RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  26

  a. Secara kelembagaan, lembaga yang ada dan terkait dengan bidang Cipta Karya mempunyai kewenangan yang kuat karena ditetapkan ber dasarkan Perda b. Tersedianya dokumen perencanaan yg lengkap seperti RPJMD,

  RTRW,RTBL dan RKP2KPKP (Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan)

  c. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu melaksanakan tugas d. Pembagian tugas dan fungsi antara satuan kerja sudah jelas demikian pula wewenang dan tanggungjawab juga sudah jelas e. Uraian tugas para pimpinan telah ada yang dirumuskan dalam SK Bupati mampu menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.

  f. Adanya Uraian Tugas Dalam Menunjang Kinerja Organisasi

  • Kelemahan (W)

  a. Koordinasi external antara lembaga terkait bidang Cipta Karya masih kurang.

  b. Kurangnya koordinasi antara pemerintah Kota/ Pusat dengan pihak swasta (developer) dalam pengembangan, penanganan dan pengelolaan kawasan masih kurang.

  c. Sebagian Struktur Organisasi SKPD Belum Terisi Sesuai Dengan Kebutuhan

  d. Kinerja lembaga pengelola bidang cipta karya belum maksimal

  e. Masih lemahnya Pemahaman Terhadap Tupoksi

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  27

  f. Dukungan dana APBD untuk operasi & pemeliharaan serta pembangunan infrastruktur sangat kurang g. Masih Kurangnya Infrastruktur Terhadap Output Kinerja

  Berdasarkan Bidang Tugas

  h. SDM yang tersedia kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas khususnya dalam bidang Cipta Karya. i. Kurangnya sarana dan prasarana bidang Cipta Karya seperti sarana & prasarana persampahan, air limbah, drainase. j. Jangkauan pelayanan sarana dan prasarana kota belum memadai dan merata. k. Ketersediaan SDM yang terbatas baik dari segi jumlah dan kualitas l. Staf teknis yang memahami tugas pokok dan fungsi sangat terbatas m. Rendahnya tingkat kesejahteraan personil, khususnya tenaga kontrak, tenaga n. Lemahnya motivasi dan disiplin kerja pegawai. o. Belum diterapkanya reward bagi pegawai yang berprestasi dan funishment kepada pegawai yang melakukan kesalahan p. Masih Terdapat Adanya Pelaporan Yang Belum Tepat Waktu q. Adanya aparat daerah yang berprestasi pindah ke instansi lain r. Droping pegawai tidak sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan yang dibutuhkan

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  28 Peluang (O)

  • a. Adanya dukungan dana dari pusat dan provinsi untuk menunjang pengembangan sanitasi

  b. Adanya Dukungan Data dan Iformasi SKPD

  c. Adanya laporan Kinerja Istansi Pemerintah

  d. Tersedianya Publikasi Pembangunan Secara Priodik

  e. Pengembangan SPAM untuk seluruh kota

  f. Adanya kemungkinan kerjasama dengan pengembang, khususnya pengembangan di perumahan baru g. Kesempatan kerjasma dg perusahaan swasta dalam memanfaatkan dana CSR h. Adanya kesempatan untuk mengikuti Bintek/ pelatihan dari pusat terkait dengan tugas pokok dan fungsi i. Adanya kesempatan mendapatkan bantuan hibah dari lembaga donor (Ausaid, INDII, IBRD, ADB, WB) j. Promosi perumahan berwawasan lingkungan

  Ancaman (T)

  • a. Masih adanya Sebahagian Masyarakat Belum Responsip Terhadap Data dan Informasi

  b. Perencanaan Program Diklat clan Penganggaran Belum Terencana Dengan Baik

  c. Indikator Pengukuran Kinerja Setiap SKPD Belum Optimal

  d. Belum Optimalnya Pemanfaatan Data Pembangunan Oleh Instansi Pemerintah

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  29

  e. Bertambahnya jumlah penduduk f. Law Inforcement dalam penegakan hukum terkait lingkungan.

  g. Terbatasnya dana untuk alokasi bidang Cipta Karya

  h. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang Cipta Karya Selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT

  Kelembagaan seperti pada Tabel 6.7 Tabel 6.7

  Matriks Analisis SWOT Kelembagaan

PELUANG (O) ANCAMAN (T) FAKTOR EKSTERNAL

  a. Adanya dukungan dana dari pusat

  a. Masih adanya dan provinsi untuk menunjang Sebahagian pengembangan sanitasi Masyarakat Belum

  b. Adanya Dukungan Data dan Iformasi Responsip Terhadap SKPD Data dan Informasi c. Adanya laporan Kinerja Istansi

  b. Perencanaan Pemerintah Program Diklat clan d. Tersedianya Publikasi Pembangunan Penganggaran Secara Priodik Belum Terencana e. Pengembangan SPAM untuk seluruh Dengan Baik kota c. Indikator

  f. Adanya kemungkinan kerjasama Pengukuran Kinerja FAKTOR dengan pengembang, khususnya Setiap SKPD Belum

  INTERNAL pengembangan di perumahan baru Optimal

  g. Kesempatan kerjasma dg perusahaan

  d. Belum Optimalnya swasta dalam memanfaatkan dana Pemanfaatan Data CSR Pembangunan Oleh

  h. Adanya kesempatan untuk mengikuti Instansi Pemerintah

Bintek/ pelatihan dari pusat terkait

e. Bertambahnya dengan tugas pokok dan fungsi jumlah penduduk

i. Adanya kesempatan mendapatkan

  f. Law Inforcement bantuan hibah dari lembaga donor dalam penegakan (Ausaid, INDII, IBRD, ADB, WB) hukum terkait j. Promosi perumahan berwawasan lingkungan. lingkungan

  g. Terbatasnya dana untuk alokasi bidang Cipta Karya

  h. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang Cipta Karya

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

KEKUATAN (S)

  RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  c. Campaign kepada para pengambil keputusan (DPR) terkait dengan pendanaan sanitasi.

  a. Meningkatkan kinerja pegawai dalam melasanakan fungsi koordinasi dan penyuluhan kepada masyarakat b. Meningkatkan kinerja pembiayaan bidang Cipta karya dg memanfaatkan dana dari masyarakat, swasta/CSR, pemerintah pusat, dan lembaga donor dalam pengembangan sanitasi.

  

e. Campaign kepada pengambil

keputusan terkait (DPR dan eksekutip)

terkait dengan isu2 lingkungan.

  d. Menerapkan program karier pegawai

  

c. Menerapkan reward dan funishment

kepada pegawai.

  

b. Pengadaan pegawai yang memiliki

pendidikan dan kemampuan di bidang

Cipta Karya

  Cipta karya

  c. Sebagian Struktur Organisasi SKPD Belum Terisi Sesuai Dengan Kebutuhan d. Kinerja lembaga pengelola bidang cipta

a. Meningkatkan kinerja lembaga-

lembaga yang terkait dengan bidang

  b. Kurangnya koordinasi antara pemerintah Kota/ Pusat dengan pihak swasta (developer) dalam pengembangan, penanganan dan pengelolaan kawasan masih kurang.

  a. Koordinasi external antara lembaga terkait bidang Cipta Karya masih kurang.

  a. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan swasta dalam menanggulangi masalah sanitasi b. Meningkatkan penegakan hukum bagi masyarakat dan badan hukum yang melakukan pelanggaran peraturan

  VI -

  

d. Meningkatkan disiplin dan motivasi

kerja kepada pegawai dengan

menerapkan sistem reward dan

funishment

e. Penempatan personil yang tepat sesuai

dengan keahlian dan latar belakang

pendidikan

  

c. Memberikan kesempatan seluas-

luasnya kepada pegawai untuk

mengikuti pelatihan/ bimtek

  

b. Meningkatkan sosialisasi kepada

masyarakat, pengembang terkait

dengan isu2 lingkungan.

  

a. Segera menyiapkan

persyaratan/dokumen yang

dibutuhkan pemerintah pusat dan

lembaga donor sebagai persyaratan

untuk mendapatkan bantuan hibah

  f. Adanya Uraian Tugas Dalam Menunjang Kinerja Organisasi

  e. Uraian tugas para pimpinan telah ada yang dirumuskan dalam SK Bupati mampu menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.

  c. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu melaksanakan tugas d. Pembagian tugas dan fungsi antara satuan kerja sudah jelas demikian pula wewenang dan tanggungjawab juga sudah jelas

  b. Tersedianya dokumen perencanaan yg lengkap seperti RPJMD, RTRW,RTBL dan RKP2KPKP (Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan)

  a. Secara kelembagaan, lembaga yang ada dan terkait dengan bidang Cipta Karya mempunyai kewenangan yang kuat karena ditetapkan ber dasarkan Perda

  30 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

KELEMAHAN (W)

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  31 karya belum maksimal c. Memperbaiki kinerja

  e. Masih lemahnya sistem kepegawaian Pemahaman Terhadap yang ada untuk Tupoksi mencegah allokasi

  f. Dukungan dana APBD pegawai yang tidak untuk operasi & sesuai dengan pemeliharaan serta kebutuhan serta pembangunan mutasi yang tidak infrastruktur sangat diinginkan. kurang

  g. Masih Kurangnya Infrastruktur Terhadap Output Kinerja Berdasarkan Bidang Tugas

  h. SDM yang tersedia kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas khususnya dalam bidang Cipta Karya. i. Kurangnya sarana dan prasarana bidang Cipta

  Karya seperti sarana & prasarana persampahan, air limbah, drainase. j. Jangkauan pelayanan sarana dan prasarana kota belum memadai dan merata. k. Ketersediaan SDM yang terbatas baik dari segi jumlah dan kualitas l. Staf teknis yang memahami tugas pokok dan fungsi sangat terbatas m. Rendahnya tingkat kesejahteraan personil, khususnya tenaga kontrak, tenaga n. Lemahnya motivasi dan disiplin kerja pegawai. o. Belum diterapkanya reward bagi pegawai yang berprestasi dan funishment kepada pegawai yang melakukan kesalahan p. Masih Terdapat Adanya Pelaporan Yang Belum

  Tepat Waktu q. Adanya aparat daerah yang berprestasi pindah ke instansi lain r. Droping pegawai tidak RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022

  Kerangka Kelembagaan dan Regulasi

  VI -

  32 sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan yang dibutuhkan

6.1.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan