RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT LUQMAN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA - Test Repository

RELEVANSIKONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

  ' PENDIDIKAN DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam

Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)

  

SKRIPSI

  DISUSUN O LEH : W ID IY A TM O K O AGUS N U G RO H O

  

111 03 025

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2008

  DEPARTEMEN A G A M A Rl SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara P elajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298)323433. 323706

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara: W idiyatm oko Agus Nugroho dengan Nom or Induk Mahasiswa 111 03 025 yang beijudul: RELEVANSI KONSEP PEN DID IK AN AKHLAK DALAM S U R A T LU Q M A N DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PEN DID IK AN DI INDONESIA telah dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: R ab u , 19 M aret 2008 M yang bertepatan dengan tanggal 11 Rabbi* ul Awal H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilm u Tarbiyah.

  19 Maret 2008 M .

  • Salatiga, 11 Rabbi'ul Awal 1429 H.

  PANITIA UJIAN D r. H. M uh. Saerozi. M . Ag

  DEPARTEM EN AG AM A Rl SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara P elajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  

D E K L A R A S I

<Uil

  Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi m ated yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar refrensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 01 Maret 2008 Penulis

  Widivatmoko AN NIM. 11103 025

  DEPARTEM EN A G A M A Rl SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  Dr. H. Muh Saerozi, M. Ag

  Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga

  Salatiga, 01 Maret 2008

  NOTA PEMBIMBING Kepada Yth.

  Lampiran : 3 ( tiga) Eksemplar

  Ketua STAIN Salatiga

  Hal : Naskah Skripsi di

  Sdr. Widiyatmoko AN

  Salatiga

  Assalamu ’alaikum Wr. Wb

  Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Widiyatmoko Agus Nugroho NIM : 111 03 025 Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI

  Judul : RELEV ANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SU RAT LUQMAN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA.

  Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan. Demikian harap menjadikan perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Pembimbing

  Dr. H. Muh. Saerozi, M.A» NIP. 150 247014

  

MOTTO

“A T R U L Y F R IE N D 'S I S P E R SO N W HO S A ID T H E TR U E TO US, A N D

N O T A P E R S O N W HO ST R A IG H T E N OUR W O RD S”

  

Kebahagiaatt yang hakiki adalah mampu taat kepada Sang

Maha Hidup.

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda Suparm in dan Ibunda tercinta (N inik Sri M ulyani dan Partimah).

2. Bapak dan Ibu mertua tercinta.

  

3. Istriku M ustaghfiroh Indyah TW dan p eri kecilku tercinta A fifa Sachiko

Yuwahhida, yang telah banyak memberi inspirasi dalam penulisan ini

  

4. Saudara-saudaraku, M asku Sujatmiko, yang telah banyak memberikan

dukungan, dem i tercapainya cita-cita ini, adik-adikku; Wahyu, dan Tyas, yang selalu menghibur dalam kepenatan.

  

5. B pk KH. M uhsin Al-H afidz, yang telah memberikan pengarahan lahir dan

bathin.

  

6. B pk Dr. H Muh. Saerozi, M. Ag, yang telah memberikan bimbingan, dan

support dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

  7. B pk M ukti Ali, B pk Yahya, yang banyak memberi saran dan supportnya.

  

8. M y best friend's. T. M N asir (Gutet), Zazuli “Iz u l”, S. Pdl, Am ir D avid

(Badrun) S. Pdl, Murjaya, S. P d l (Palembang), dan sem ua teman-teman Tarbiyah khususnya P A I angkatan 2003 yang sam a-sam a berjuang bersama di STAIN Salatiga.

  

9. Sahabat-sahabat PM II yang selalu berjuang bersam a (mas Sinyow, kang

Agung, kang Huda, cak Faiz, kang Dhomir, mas Arief, mas Atenk, dan yang lain ya n g tidak dapat penulis sebutkan satu p er satu)

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan sal am semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbingan melalui ajaran-ajarannya.

  Alham dulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan

  judul “RELEVANSI KO N SEP PEN DID IK AN A K H LA K DALAM

  S U R A T LU Q M A N

  DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PEN DID IK AN DI INDONESIA” telah selesai. Skripsi ini merupakan sal ah satu syarat guna memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

  Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi.

  Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

  2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag

  3. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Fatchurrahman, M.Pd

  4. Pembimbing Skripsi, Dr. H. Muh. Saerozi, M. Ag, atas segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

  5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah member! motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

  Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempumaan dan terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara urn urn. AMIN.

  Salatiga, 01 Maret 2008 Penulis

  W idivatmoko AN NIM. I l l 03 025

  

DAFTARISI

  

  

  

  

  

  

  

  BAB III : NILAI DASAR PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR'AN

  

  B. Ayat dari Surat Luqman yang Merupakan Esensi Pendidikan

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV : RELEV ANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT LUQMAN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN

  

  

  

  

  

  

  

  B. Aplikasi Pendidikan Akhlak dalam Sistem Pendidikan Nasional..79

  

  2. Peningkatan kualitas pendidik agama dalam

  

  

  

  

  

   Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Q ur'an secara harfiah berarti "bacaan sempuma" yang merupakan

  suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat. Dalam sejarah belum ada yang mampu menandingi dan menyamai Al-Q ur'an. Dimana telah diketahui bahwa bacaan yang terkandung didalamnya begitu sempuma.

  Sehubungan akan hal itu Quraish Shihab (1999:4) mengatakan bahwa, tidak ada bacaan seperti A l-Q ur’an yang di atur tentang cara baca dan masalah etikanya. Tidak ada bacaan yang didalamnya terkandung kosa kata sebanyak 77.439 dengan jumlah huruf 323.015 hu m f yang seimbang dengan kata- katanya, baik antara kata padanannya, maupun antonim dan sinonimnya serta dampaknya.

  Sebagaimana dalam firman-Nya surat Asy-Syura: 17,

  £ jj! ill

  Artinya: Allah menurunkan kitab dengan sebenamya dan (menurunkan) neraca (keadilan, syari'at) (Mahmud Yunus, 1990:437).

  Ini menunjukkan bahwa, Al-Q ur'an yang merupakan sumber ajaran Islam, banyak memberikan petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya.

  Karena itu memahami isi Al-Q ur'an dan kemudian mampu meyakininya sebagai way o f life-nya, sebagai ideologinya, sebagai keyakinan yang dibawa sampai mati, yang mengatasi berbagai hal yang dapat dirasakan dan difikirkan

  2

  benar-benar menjadi "An expression o f the whole man", bagi yang mengharapkan kebahagiaan di dunia dan di akherat kelak, sebagaimana dalana firman-Nya surat Al-Baqarah ayat: 2,

  Artinya: kitab itu (Al-Qur'an) tidak ada keraguan padanya, jadi petunjuk bagi orang-orang yang takwa (Mahmud Yunus, 1990:3).

  Di bidang akhlak, Al-Q ur'an menyerukan pada manusia agar mengarahkan jiw a dan hatinya pada sifat-sifat yang terpuji. Keyakinan ini dapat diperoleh dengan menguji kebenaran ayat-ayatnya, yang sekiranya mampu untuk melakukannya. Secara garis besar, ayat-ayat Allah itu terdiri dari dua macam, yaitu ayat kauniah dan ayat qauliyah. Oleh karena itu sebagai seorang muslim diperintahkan Allah untuk mempelajari alam, beserta isinya dengan metode ilmiah. Akhlak dalam ajaran Islam dibina berdasarkan prinsip-prinsip mengambil sesuatu yang baik menuju kepada yang lebih baik.

  Tidak diragukan lagi, pendidikan melalui tingkah laku yang baik merupakan sarana yang paling efektif dalam upaya memperbaiki diri pribadi maupun umat.

  Mengingat bahwa, manusia adalah makhluk Allah yang paling sempuma dengan bekal akal dan fikiran. Allah hanya menunjuk manusia sebagai khalifah f l l ard, karena selain manusia tidak diberkahi akal dan fikiran oleh Allah SWT. Untuk itulah akal yang memposisikan manusia sebagai makhluk pilihan dan sempuma, dan menjadi penentu yang tidak dimiliki

  3 Salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dal am pendidikan

  adalah akhlak. Sehubungan itu Ramayulis (2005:72) mengatakan bahwa, pendidikan akhlak adalah jiw a pendidikan Islam. Sebab pendidikan akhlak adalah jiw a pendidikan, karena salah satu tujuan tertinggi pendidikan adalah pembinaan akhlak al-karimah.

  Pendidikan akhlak dalam Islam dimulai sejak manusia dilahirkan ke dunia, dan teijadi melalui segi pengalaman hidup. Pembinaan akhlak ini dilakukan secara bertahap, berkelanjutan sesuai dengan perkembangan masing-masing manusia.

  Pada era globalisasi dan modemisasi menjadikan manusia tergantung pada kemajuan teknologi, sehingga masalah agama kurang mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Era globalisasi telah membawa dampak yang sangat jelas, baik yang positif maupun yang negatif. Sisi positifnya berbagai kemajuan IPTEK dan seni menjadikan manusia secara optimal memanfaatkan sumber daya yang ada, sedangkan pada sisi negatifnya terlihat jelas bahwa, berbagai budaya asing masuk di Indonesia tanpa mengenal batas, yang tidak sesuai dengan budaya bangsa ini. Sehingga mengakibatkan penyimpangan (baik dalam masalah pola hidup maupun perilaku) dan juga kemerosotan moral di segala lapisan masyarakat, terlebih pada masalah akhlak generasi muda. Sehubungan itu Haidar Baqir berpendapat dalam Ki

  Supriyoko, dkk (2007:182) bahwa, pendidikan agama yang hingga kini diajarkan pada peserta didik hanya mementingkan aspek kognisi (pengetahuan-intelektual) saja. Hal ini tidak menjadikan peserta didik menjadi

  4

  manusia yang tawadhu'-rendah hati, manusia yang saleh secara individu maupun sosial. Masai ah tersebut (akhlak/moral) yang menjadi tantangan bagi dunia pendidikan masa depan khususnya pendidikan agama.

  Kualitas keberagamaan sangat ditentukan oleh realitas akhlak. Jika dalam syorVat membahas tentang syarat, rukun, syah/tidak, serta halal dan haram, sedangkan pada masalah m u'am allat duniawi, manusia menekankan pada realitas perilaku/akhlak, yaitu tingkah laku pada perbuatan yang dinilai oleh norma-norma yang berlaku. Untuk itulah akhlak yang memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat (interaksi antara satu individu dengan individu yang lain).

  Seorang pendidik, baik orang tua maupun guru berkewajiban membentuk individu yang penuh dengan kepribadian dan akhlak yang mulia.

  Mengingat bahwa pendidikan dasar diperoleh dari pendidikan dalam keluarga. Maka orang tua berkewajiban memberi bekal pendidikan dasar tersebut sedini mungkin. Hal ini senada dengan sabda Rasullullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Tadjab, dkk (1994:51); "Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tua-lah yang menjadikannya yahudi, nasrani, dan majusi".

  Banyak sekali ayat-ayat Al-Q ur'an yang mengandung berbagai disiplin keilmuan seperti, pertanian, fisika, biologi, pendidikan dsb. Dengan akal fikiran diharapkan manusia mampu mempergunakan akal fikirannya untuk memahami dan mengkaji ayat-ayat-Nya. Sehingga timbul manusia yang

  5

  kreatif, inovatif, dan bijaksana untuk menterjemahkan ayat Allah dalam kehidupannya.

  Berbekal perangkat akal fikiran serta metode ilmiah, akan diperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan ini manusia mampu memanfaatkan segala hal (sumber daya manusia maupun sumber daya alam) dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30, Allah menjadikan manusia di bumi ini sebagai khalifah (Mahmud Yunus, 1990:6).

  Sedangkan modal utama sebagai khalifah adalah dengan ilmu. Karena dengan ilmu inilah akan tercapai kemajuan, maka penguasaan ilmu sebagai tulang punggung iman, takwa, dan ilmu pengetahuan serta teknologi mutlak diperlukan.

  Gambaran di atas menunjukkan bahwa, terciptanya keseimbangan yang harmonis antara akal dan kepercayaan, mutlak dibutuhkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan

  Pancasila ini. Artinya bahwa, manusia di beri kebebasan berfikir semaksimal mungkin, akan tetapi perlu disadari pula bahwa, terdapat hal yang harus diyakini namun tidak dapat diadakan penelitian secara logis.

  Dari sini nampaklah tentang pentingnya pendidikan agama (Islam). Di samping memperbincangkan tentang akal dan tentang keyakinan, dalam Islam juga berbicara tentang dunia dan akherat serta perilaku/akhlak manusia.

  Berbicara tentang konsep pendidikan di Indonesia yaitu, antara konsep pendidikan Akhlak dan Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia temyata banyak relevansinya. Tinggal bagaimana dapat memodifikasi

  6

  pendidikan yang ada, tanpa menghilangkan makna nasionalisme ke dal am pendidikan yang Islami.

  Strategi yang diambil adalah dengan fungsionalisasi Al-Q ur'an dan

  

H adits secara maksimal. Sementara itu Achmadi (1984:21) mengatakan dal am

  bukunya "Ilmu Pendidikan" bahwa, diberbagai negara Islam, Saudi Arabia misalnya, yang mana Islam sebagai agama Negara, maka Al-Q ur'an dan

  

H adits dijadikan sebagai sumber ajaran tertinggi bagi seluruh aspek

kehidupan, termasuk pendidikan didalamnya.

  Sementara itu, di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam tidak menjadikan Al-Q ur'an dan H adits sebagai dasar Negara. Namun demikian, bagaimana dapat menfungsionalisasikan Al-Q ur'an dan

  H adits

  secara maksimal di berbagai aspek kehidupan. Media yang paling tepat dan efektif adalah melalui pendidikan. Sehingga, apabila di masa yang akan datang perkembangan masyarakat semakin mengarah kepada hedonisme,

  

sekulerism e , dan individualisme, dan anarkisme, maka umat Islam di

  Indonesia harus mampu mengamankan Dasar Negara, sebagaimana pada waktu terbentuknya Pancasila.

  Salah satu contoh konsep pendidikan dalam Al-Q ur'an adalah surat

  

Luqman. Di dalamnya terkandung beberapa ayat yang mengandung dasar-

  dasar ilmu pendidikan yang sempuma. Sebagaimana Hamka (1979:142) mengatakan bahwa, ada tujuh ayat terkandung di dalam surat Luqman tersimpan dasar-dasar pendidikan yang tidak akan berubah-ubah selama

  7

  manusia masih hidup di dunia ini. Sedangkan Achmadi (1992:59) berpendapat bahwa, manusia seutuhnya dalam konsep pendidikan Islam berarti, perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu, dan kehidupan pribadinya maupun alam sekitamya di mana individu itu hidup.

  Kandungan statemen permasalahan di atas yaitu, era globalisasi dan modemisasi telah menjadikan manusia sangat menggantungkan pada teknologi, sedangkan dampak negatif dari era global adalah kemerosatan akhlak (moral) di semua lapisan masyarakat. Maka pendidikan agama sebagai pilar pendidikan akhlak diharapkan mampu mengatasi krisis moral tersebut. Karena pada dasamya masalah akhlak tidak dapat terwujud tanpa adanya

  intervensi

  dari pendidikan agama. Diharapkan pendidikan agama mampu menjadi benteng dan filte r bagi setiap manusia Indonesia dalam menghadapi era global dewasa ini. Untuk itu penulis berkeinginan mengangkat permasalahan itu dalam penelitian skripsi dengan judul "RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SU RAT LUQM AN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA".

  Sementara yang penulis maksud undang-undang pendidikan adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

  8 B. Rumusan Masalah

  Berangkat dari paparan latar belakang di atas, maka rumusan masalahan yang perlu dituangkan dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana konsep nilai dasar pendidikan yang terkandung dalam A l-

  Qur'an surat Luqm an

  ?

  2. Aspek-aspek pendidikan (Akhlak) apa saja yang terkandung dalam A l-

  Qur'an surat Luqm an ay at 12-19 ?

  3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak dalam surat Luqman dengan perundang-undangan pendidikan di Indonesia ? C. Tujuan Penelitian

  Setelah rumusan masalah ditetapkan, maka tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui secara mendalam tentang nilai-nilai dasar pendidikan yang terkandung dalam Al-Q ur'an surat Luqman.

  2. Untuk mengetahui aspek-aspek pendidikan akhlak yang terdapat dalam Al- Qur'an surat Luqm an 12-19.

  3. Untuk mengetahui relevansi antara nilai-nilai dasar pendidikan akhlak dalam Al-Q ur'an surat Luqman dengan Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia.

  9 D. Manfaat Hasil Penelitian

  Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah untuk:

  1. Secara Teoritis; memperkaya khasanah keilmuan dan pengetahuan tentang pendidikan dengan merujuk pada Al-Q ur'an dan perundang- undangan pendidikan di Indonesia.

  2. Secara Praktis; mendorong kepada pembaca untuk lebih mendalami ilmu pengetahuan dengan merujuk pada dasar ajar an Islam (Al-Qur'an dan Hadits) juga merelevansikan dengan peraturan/undang-undang yang mengatur tentang pendidikan di Indonesia.

  E. Tinjauan Pustaka Sejauh pengetahuan penulis pembahasan serupa pemah dilakukan oleh:

  1. Amir Mahmud (1992) dengan judul “Konsep Pendidikan Islam dalam A l-Q u r’an dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Nasional”.

  Dalam penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui pendidikan yang terkandung dalam wasiat Luqman al-Hakim, yang kemudian untuk mencari relevansi antara pendidikan Islam dengan Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa, pendidikan Islam terdapat kesesuaian dengan pendidikan nasional. Dengan meninjau kembali pada TAP M PR No.

  IV/MPR/1978, yang apabila itu dipilah-pilah akan menjadi unsur Pendidikan Nasional meliputi: a. Meningkatkan keimanan, ketakwaan terhadap Tuhan YME.

  10 b. Meningkatkan kecerdasan.

  c. Meningkatkan ketrampilan.

  d. Mempertinggi budi pekerti.

  e. Memperkuat kepribadian.

  f. Mempertebal semangat kebangsaan.

  g. Menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Sedangkan dal am merelevansikan pendidikan Islam dengan pendidikan nasional ia merujuk pada wasiat Luqm an kepada anaknya.

  Kesimpulannya menyatakan bahwa, antara Pendidikan Islam dan pendidikan nasional mempunyai relevansi yang berkaitan erat.

  2. Sukini (2006) dengan Judul “Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Al-

  Qur ’an". Inti pembahasan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Pendidikan anak.

  b) Pendidikan anak dalam lingkungan keluarga.

  c) Pendidikan akidah akhlak.

  d) Materi pendidikan akhlak anak.

  e) Sumber pendidikan akhlak anak dan metode pendidikan akhlak anak.

  3. Muh. Wahid Supriyadi (2006) dengan judul skripsi “Metode Pendidikan Islam Dalam Surat Luqm an” dari penelitian yang di lakukan, ia (Wahid) menfokuskan pada kajian tentang beberapa metode pendidikan yang terdapat dalam surat Luqman, sedang obyek penelitianya pada ayat 13-19

  18 Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi; latar belakang masalah, rumusan

  masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjanan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

  Bab II Pendidikan Akhlak dalam Sistem Pendidikan Nasional. Berisi: dasar dan tujuan pendidikan nasional, faktor-faktor pendidikan yang meliputi; pendidik, siswa kurikulum dan strategi pendidikan nasional. Pendidikan akhlak dalam Sistem Pendidikan Nasional

  Bab III Nilai Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Q ur'an Surat Luqman, . y * ' v dalam bab ini berisi; tokoh pendidik dalam Al-Q ur'an surat Luqman, tujuh ayat surat Luqman yang merupakan esensi pendidikan akhlak, nilai-nilai dasar pendidikan akhlak dalam surat Luqman; tauhid (akhlak terhadap Allah), akhlak terhadap sesama, birrul walidain, syukur, ibadah, am ar m a'ruf nahi

  \

  mungkar , sangsi moral.

  Bab IV Relevansi Nilai Dasar Pendidikan Islam dalam Surat Luqman dengan Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia berisi; relevansi konsep pendidikan akhlak dalam surat Luqman dengan perundang-undangan pendidikan di Indonesia, aplikasi pendidikan akhlak dalam Sistem Pendidikan Nasional.

  Bab V Penutup, berisi kesimpulan saran dan penutup.

BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa menduduki peranan yang

  sangat penting. Perkembangan, kebangkitan, dan kejayaan serta kelangsungan hidup bangsa akan teijamin melalui pendidikan. Akan tetapi hal-hal tersebut tidak akan tercapai jika sendi-sendi dan pilar pendidikan rapuh.

  Dalam hubungan itu, pendidikan di negara Indonesia dilaksanakan dengan maksud untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai perwujudan dari amanat yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu, “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, d an ...”.

  Sedangkan dalam batang tubuh UUD 1945 dijabarkan cita-cita bangsa melalui pendidikan yang terdapat pada pasal 31 dan sekaligus sebagai dasar konstitusional, yakni: 1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

  2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai.

  3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur undang-undang. *

  20 Ayat pertama, menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia

  menghormati dan melindnngi hak individu yang berkedudukan sebagai warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Ayat kedua menunjukkan, bahwa setiap warga negara wajib untuk mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah berkewajiban membiayainya, serta melaksanakan kewajibannya untuk menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.

  Sebagaimana dal am pembukaan UUD 1945 alenia keempat dengan tegas dan jelas menyatakan bahwa, salah satu faktor pemimpin-pemimpin gerakan kebangsaan menyatakan kemerdekaan dan membentuk pemerintah an negara adalah upaya untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, negara yang berdasarkan pada “Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dal am permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” atau yang dikenal dengan Pancasila.

  Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 2 ditegaskan bahwa: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Depag RI, 2006:8). Sedangkan pada pasal 3 dijelaskan bahwa,

  Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

  21 Serangkaian nilai yang terkandung dal am tujuan pendidikan

  nasional hams mampu diterapkan pada realitas. Agar terwujudnya cita-cita bangsa, yaitu melahirkan warga negara yang bersumberdaya unggul, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, serta menguasai IPTEK, maka pendidikan dikembangkan secara terpadu yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Bila memjuk pada tujuan pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 di atas, untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia, perlu adanya campur tangan pendidikan agama. Untuk itu, kemudian pemerintah Republik Indonesia mengatur dalam Peraturan

  Pemerintah No. 55 Tahun 2007, sebagai wujud dari pelaksanaan pengembangan pendidikan nasional sesuai pasal 12 ayat (4) dan pasal 30 ayat (5) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  Dari pemaparan di atas, tampak sekali posisi iman dan takwa, serta akhlak menjadi prioritas dalam tujuan pendidikan nasional, Dengan demikian antara pendidikan Islam dan pendidikan nasional perlu diberikan tekanan khusus. Oleh karena itu setiap jalur, jenis dan sistem pendidikan harus mempunyai tujuan yang berkesinambungan. Nilai-nilai yang diwujudkan oleh tujuan pendidikan tersebut tidak hanya ditampilkan sekedar slogan/istilah saja. Melainkan, diharapkan mampu menjiwai seluruh isi yang berkaitan dengan pendidikan nasional. Barangkali tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa masalah akhlak-lah yang menjadi tujuan pendidikan.

  22 B. Fungsi Pendidikan Nasional

  Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Depag RI, 2006:5). Sebagaimana telah diketahui, bahwa pendidikan merupakan instrumen yang strategis dal am mencapai tujuan bangsa, terutama dal am mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai instrumen, pendidikan nasional haruslah merupakan pengej awentahan dari dasar negara RI, yaitu UUD 1945 dan Pancasila. Maka pemikiran, penyusunan, pengembangan, dan pembinaan sistem serta programnya harus bersumber dan bertolak dari pancasila dan UUD 1945.

  Dalam sejarah perkembangan dan perubahan sistem pendidikan di Indonesia, secara langsung maupun tidak komponen-komponennya-pun akan mengalami berbagai perubahan. Sesuai dengan perkembangan di era reformasi ini, secara umum menuntut diadakannya berbagai pembenahan dan pembaharuan, termasuk pendidikan didalamnya. Sedangkan dalam pergeseran, adanya perubahan perspektif tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi paradigma manusia sebagai subyek pembangunan secara utuh (PPRI No.

  19, 2005:71). Sehingga dalam fungsinya (pendidikan) akan mengalami perubahan juga. Hal ini dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dealam rangka mencerdaskan bangsa (Depag RI, 2006:8).

  23 Dengan demikian fungsi pendidikan nasional adalah berusaha

  mengembangkan kemampuan peserta didik, serta membentuk watak manusia yang bermartabat. Sedangkan untuk mewujudkan hal tersebut di atas, perpaduan kedua sistem pendidikan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan yang mendasar.

  Azzumardi Azra (1996:3) mengemukakan, bahwa fungsi dasar pendidikan adalah memberikan kaitan antara peserta didik dengan lingkungan yang selalu cepat mengalami perubahan. Di samping itu pendidikan juga berfungsi sebagai instrumen dalam perubahan sosial secara keseluruhan.

  Sehubungan itu, Abdul Rahman (1999:34) mengatakan bahwa,

  

“There are unseparated dialectical relationship between education and

societies. Even so, experience show s that education is more determ ined by

social changes .

  Oleh karena itu pendidikan harus terlibat dalam perubahan. Keterlibatan pendidikan diharapkan tidak hanya sebatas mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, tetapi pendidikan harus mampu berperan sebagai agen perubahan. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan manusia yang berkualitas, yang memiliki kemampuan intelektual, daya nalar tinggi sehingga perkembangan kemampuan itu mampu mengarah dan membentuk watak dan peradaban bangsa.

  24 C. Faktor-Faktor Pendidikan

  1. Pendidik (guru) Dal am upaya pencapaian hasil sebuah pendidikan, faktor pendidik memiliki peran yang sangat penting. Pendidik adalah seorang penyampai ilmu, pemberi nasehat dan teladan bagi anak didiknya. Seorang guru harus memiliki kemampuan dan mempertahankan penampilan sebagai orang yang terbaik di mata anak didiknya. Secara garis besar faktor-faktor yang termuat dal am sistem pendidikan mencakup dasar, tujuan, pendidik, peserta didik dan kurikulum.

  Sedangkan dalam dasar dan tujuan telah penulis paparkan di muka.

  Guru atau pendidik menurut Madyo Ekosusilo dalam Ramayulis (2005:50) adalah seorang yang bertanggung jaw ab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembanagn kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.

  UU No. 20 Tahun 2003 pada pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa "Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan" (Depag RI, 2006:126).

  25 Pemyataan tersebut menjelaskan kedudukan guru dan dosen

  sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesional untuk memenuhi hak warga negara dal am mendapatkan pendidikan yang bermutu

  Kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional, maka masalah tenaga pendidik dan kependidikan di atas diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dijelaskan pada pasal 6 UU No. 14 Tahun 2005 bahwa, kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional yang bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

  Jalaluddin (2001:93) berpendapat bahwa, dalam hubungan dengan dimensi akhlak, maka pelaksanaan pendidikan ditujukan kepada upaya pembentukan manusia yang berakhlak. Tujuan dititik beratkan pada pengenalan terhadap nilai-nilai baik dan mengintemalisasikannya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam perilaku melalui pembiasaan. Sumber utama dari pembentukan akhlak dimaksud adalah ajaran wahyu. Berdasarkan nilai-nilai tersebut

  26

  dan yang buruk, serta mampu mengamalkan dan mempertahankan nilai-nilai akhlak secara berkelanjutan.

  Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, tugas seorang pendidik begitu berat, yang mana harus secara tepat melakukan usaha transfer pengetahuan kepada siswa dengan tujuan memberikan pengertian, pemahaman, dan pengamalan pengetahuan yang diajarkannya. Dalam pandangan Islam, Rasul sebagai pendidik yang mulia, sejalan dengan tujuan Allah mengutus-nya untuk meyempumakan akhlak umat.

  Sementara itu al-Ghazali (t.t: 13) berpendapat dalam kitabnya

  

“Ayyuhal WalacT memberikan devinisi pendidik sebagai orang yang

  bisa mengeluarkan budi pekerti yang buruk dan menganti dengan budi pekerti yang baik. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2007:15), guru adalah suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai seorang guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

  Sebagai mana diketahui bahwa, kewajiban orang tua memberikan pendidikan dasar pada anak-anaknya sebagaimana terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2003 bab IV pasal 7 ayat (2). Namun karena keterbatasan orang tua, maka melimpahkan tanggung jawab tersebut kepada orang lain (pendidik/guru) dalam pengertian pendidikan formal.

  27 Sehubungan dengan itu Zakiah Daradjat (1992:55) berpendapat

  bahwa, adanya pelimpahan tanggung jawab orang tua kepada pendidik disebabkan oleh faktor yang memungkinkan proses pendidikan itu beijalan dengan maksimal. Untuk itu seorang pendidik harus memiliki kualifikasi, kompetensi dan profesional.

  Bila mengacu pada UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Gum dan Dosen, pada masa reformasi ini, maka mensyaratkan kriteria seorang pendidik sebagai berikut: a. Memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program saijana.

  b. Memiliki beberapa kriteria/kompetensi yang meliputi komptensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi perofesioanl (Depag RI, 2006:88).

  Dengan demikian pendidik wajib menunjukkan perilaku sebagai seorang yang dapat menjadi contoh anak didiknya, memiliki pengalaman, memahami perkembangan anak didik, dan memberi tauladan di samping hams menjalankan kegiatan pembelajaran.

  2. Peserta Didik (Siswa) Anak didik adalah obyek pendidikan, anak didik adalah yang hams diajar, dibina, dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia. Bagaimanapun latar belakang atau kondisi seorang anak, ia wajib mendapatkan pendidikan yang bermutu. Untuk itu, wajib ditanamkan padanya dasar-dasar

  28

  keimanan dan nilai-nilai kemuliaan akhlak, sebagaimana yang diharapkan cita-cita luhur bangsa Indonesia.

  Keberhasilan untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara optimal, faktor peserta didik (siswa) harus menjadi perhatian secara khusus. Peserta didik (siswa) harus dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak mengalami banyak hambatan dal am usaha pengembangan potensi anak didik, yaitu manusia yang bersumberdaya unggul dalam segala aspek.

  Sementara yang dimaksud peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Depag RI, 2006:5). Lebih jauh dijelaskan oleh

  Abdul Mujib (1993:177) bahwa, peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologi.

  Adanya perubahan paradigma dalam pendidikan (peran manusia)**. Peserta didik merupakan obyek sekaligus sebagi subyek pendidikan, oleh sebab itu dalam memahami hakekat peserta didik, pendidik harus memahami ciri-ciri umum siswa. Sebagaimana tuntutan dari tujuan pendidikan nasional , yaitu pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Jalaluddin (2001:129) berpendapat bahwa, peserta didik adalah manusia yang membutuhkan

  30

  “Sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada alam sekitar pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi murid- muridnya di dal am dan diluamya, dan sejumlah pengalaman- pengalaman yang lahir dari interaksi-interaksi dengan kekuatan dan faktor-faktor itu” (Omar al-Toumy al-Syaibany, 1979:485- 486).

  Definisi di atas mengandung makna bahwa kurikulum hams di susun sedemikian rupa sehingga tercipta interaksi yang sehat antara pendidikan dan masyarakat, karena fimgsi sekolah mempunyai hubungan yang erat dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, di usahakan agar kurikulum relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini hams diperhatikan, karena relevansi mempakan salah satu patokan dal am pengembangan kurikulum.

  Dalam menyusun kurikulum pendidikan, hams diupayakan untuk mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu umum.

  Kurikulum yang bersumber pada ajar an Islam (Al-Qur’an) yang dikembangkan secara efektif sesuai dengan kondisi masyarakat.

  Kurikulum hams dikembangkan dengan menganut prinsip-prinsip tertentu, yang mempakan kaidah yang menjiwai kurikulum dan di pakai sebagai landasan agar kurikulum dapat memenuhi apa yang diharapkan, baik oleh tujuan pendidikan nasional, masyarakat, sekolah maupun orang tua.

  Pasal 36 UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa; “Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia, dengan memperhatikan: peningkatan keimanan, ketakwaan,

  38

  menyatakan hikmah sejati yang dapat dicapai oleh manusia adalah mengenal Allah, sedangkan puncak hikmah adalah takut kepada Allah, dan syukur merupakan puncak hikmah yang didapati Luqman (Hamka, 1988:172). memberikan penafsiran terhadap kata hikmah, sesuai dengan latar belakang, dan sudut pandang mereka dal am menafsirkan yang berkaitan dengan kata hikmah. Sedangkan makna “hikmah” di atas yang lebih relevan dalam penafsiran ayat:

  Adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan mau-pun perbuatan.

  2. Kemantapan antara ucapan dan perbuatan, yang menjadi sempuma-nya

  3. Ucapan yang dijadikan pelajaran oleh manusia dan disebar-luaskan untuk nasihat dan pelajaran.

  4. Kembali kepada manusia untuk memilih yang terbaik atau yang terburuk pun dinamai hikmah (Quraish Shihab, 2004:121).

  Dari kesimpulan arti “Hikmah” yang menyertai Luqman pada ayat sebut, dapat diyakini betapa dalamnya makna ucapan yang disampaikan oleh

  

Luqman tersebut. Untuk itu penulis mencoba mencari dan mendapatkan nilai-

nilai dasar pendidikan yang terkandung di dalam surat ini.

  Untuk lebih melengkapi tentang jati diri seorang Luqman ini, penulis mengambil suatu riwayat yang menerangkan bahwa ia adalah orang yang banyak merenung, bagus keyakinannya, dicintai Allah dan mencintai-Nya,

  Dari beberapa pendapat di atas, masih banyak para m ufassirin yang Jiwa.

  39

  menyampaikan: Allah SWT menyayangi Luqman, ingatlah bahwa ia diberi hikmah yang kini ada pada dirinya, bukan karena keluarga, harta, kecakapan, atau keturunan. Bahkan ia adalah seorang budak/sahaya dari Habsyi (budak nabi Daud AS yang telah dimerdekakan). ia seorang yang pendiam, wajah menarik, pemikirannya jauh kedepan dan dalam, tidak pemah tidur siang, dan tak seorang-pun melihat kencingnya, meludah, mengeluarkan lendimya.

  Putra-putrinya meninggal dunia, namun ia tidak susah atas kematiannya. Ia banyak mendatangi pertemuan ahli hikmah, berfikir dan mengambil pelajaran.

  Oleh karena itu ia diberi anugerah oleh Allah, berupa "Hikmah" (Ali bin Hasan bin Abd Hasan 1981:169).

  Sedangkan ajaran-ajaran bijak dari Luqman diantaranya sebagai berikut:

  1. Hai anakku, sesungguhnya dunia itu adalah lautan yang dalam, banyak manusia yang tengelam di sana, untuk itu jadikanlah perahumu di dunia dengan takwa kepada Allah, muatannya iman dan layamya tawwakkal.

  Barangkali saja kamu dapat selamat, tapi aku tidak yakin kamu akan selamat.

  2. Hina dalam rangka ketaatan kepada Allah lebih baik daripada membanggakan diri dalam kemaksiatan. Barang siapa menasihati dirinya sendiri niscaya ia memelihara dari Allah. Barang siapa yang dapat menyadarkan orang dengan dirinya, niscaya Allah menambah kemuliaan baginya akan hal itu (al-Maroghi, 1989:145).

  Dengan demikian pembahasan mengenai tokoh pendidikan yang menjadi teka-teki dalam identitasnya, namun memberikan kesan dan teladan bagi setiap muslim, dan berbicara tentang pribadi Luqman dan berbagai ungkapan “Hikmah” ia serta berbagai permasalahannya semua kita serahkan kepada Allah.

  40 B. Ayat dari Surat Luqman yang Merupakan Esensi Pendidikan Akhlak

  Bila menijuk pada surat ini (Luqman) dan di analisa secara mendalam terdapat ayat-ayat yang merupakan esensi pendidikan Islam teratama pada pendidikan akhlak, dan menjadi inspirasi serta dasar-dasar pendidikan bagi setiap muslim, yaitu pada ayat 13 sampai dengan 19.

  Sebagaimana yang dikatakan Hamka (1989:143) dalam tafsir Al-

  Azhar, mengatakan bahwa, tujuh ayat itu (13-19) terdapat dasar-