BAB II TINJAUAN TEORI - Nelly Yanu Kusumastuti BAB II

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjaun Medis 1. Kehamilan a. Definisi Kehamilan Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

  dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2014;hHal.213).

  Manuaba, dkk (2012) memberikan definisi kehamilan secara berbeda. Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel ) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm .

  Kesimpulan yang dapat ditarik dari dua pengertian diatas, Kehamilan adalah hasil konsepsi dengan bertemunya sel sperma dan

  11 ovum, terjadi fertilisasi (pembuahan) dan implantasi hingga terbentuk janin serta mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

  b.

  Perubahan Fisiologis pada ibu hamil 1)

  Sistem Reproduksi

  a) Uterus

  Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung jani,plasenta dan caian amnion rata – rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 1 bahkan dapat mencapai 20 1 atau lebih dengan berat rata – rata 1100 g (Prawirohardjo, 2014;Hal. 175).

  b) Serviks

  Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar – kelenjar serviks (Prawirohardjo, 2014;Hal,177). c) Ovarium

  Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi meksimal selama 6 -7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo,2014;Hal.178).

  d) Vagina dan perineum

  Selama kehamilan peningatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kultdan otot –otot di perineum dan vulva , sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunggulan yang dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel –sel otot polos. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikatdan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertamhab panjangnya dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku sepatu (Prawirodardjo,2014;Hal.178). e) Payudara

  Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya lebih lunak. Setelah bulan kedua akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum. Kolustrum berasal dari

  • – kelenjar kelanjar asinus yang mulai bersekresi (Prawirodardjo,2014;Hal.178).

  a) Sistem perkemihan

  Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan elektrolit dan asam-basa,engatur volume cairan ekstrasel, mengeluaran sampah metabolism, dan menyimpan nutrient yang sangat penting (Hutahean, 2013;Hal.48).

  c.

  Perubahan Psikologis 1)

  Perubahan psikologis Trimester I (Periode penyesuaian)

  a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya b)

  Kadang muncul penolakan, penawaran, kekecewaan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja

  c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil d)

  Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan seksama e) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan

  (Sulistyawati,2010. Hal;77). 2)

  Perubahan psikologis Trimester II (Periode Kesehatan yang baik) a)

  Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi b)

  Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

  c) Merasa gerakan anak

  d) Merasa terlepas dari ketidaknyaman dan kekhawatiran

  e) Libido meningkat

  f) Hubungan social wanita meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu g)

  Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran baru (Sulistyawati, 2010. Hal;76-77). 3)

  Perubahan Psikologi Trimester III (Periode Penantian dengan penuh kewaspadaan) a)

  Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik b)

  Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu c)

  Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatiran akan keselamatannya d) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

  e) Merasa kehilangan perhatian

  f) Perasaan mudah terluka

g) Libido menurun (Sulistyawati,2010.Hal;77).

  d.

  Proses Kehamilan Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,dan tumbuh – kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,dkk, 2010;Hal. 75). 1)

  Ovulasi Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba, dkk,2010;Hal.75). 2)

  Spermatozoa Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatozoa berasal dari primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua,menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa (Manuaba,dkk, 2010;Hal.76).

  3) Konsepsi

  Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperrti uraian di bawah ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan matarantai fertilisasi atau konsepsi (Manuaba,dkk, 2010;Hal.77). 4)

  Proses Nidasi atau Implantasi Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozo, terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua seterusnya. Nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke-6 sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula ke dalam endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda Hartman (Manuaba, dkk, 2010;Hal.82).

  5) Pembentukan Plasenta

  Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vill korealis.

  Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat di antara amnion dan embrio padat dan berkembangan menjadi tali pusat (Manuaba, dkk, 2010;Hal.82).

  e.

  Diagnosis Kehamilan Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:

  1) Usia kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 g bila berakhir disebut keguguran

  2) Usia kehamilan 29 sampai 36 minggu bisa terjadi persalinan disebut prematuritas.

  3) Usia kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut aterm

  4) Usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau postdatism (serotinus)

  Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu triwulan pertama (0 sampai 12 minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), dan triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu) . Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Manuaba, dkk, 2010;Hal. 107).

  f.

  Tanda dan Gejala Awal Kehamilan 1)

  Tanda dugaan Kehamilan Berikut ini adalah tanda – tanda dugaan adanya kehamilan:

  a) Amenorhea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi.

  b) Mual dan Muntah (emesis) . Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness.

  c) Ngidam, Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam d)

  Sikope atau Pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susuna saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu. e) Payudara tegang . Pengaruh estrogen – Progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama f)

  Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandungan kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.

  g) Konstipasi dan Obstipasi. Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

  h) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi

  (Kloasma gravidarum) pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi aerola mammae, putting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), disekitar pipi (Kloasma gravidarum). i)

  Epulis, Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil. j)

  Varises atau penampakan pembuluh darah vena.Karena pengaruh dari estrogen dan progesterone terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembulluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis dan payudara penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan (Manuaba dkk, 2010;Hal.107).

  2) Tanda tidak pasti kehamilan

  Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh :

a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil.

  b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda

  Chadwicks, Tanda Piscaseck, Kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement.

  c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif . Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

  d) Tanda pasti kehamilan

  Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui :

  a) Gerakan janin dalam rahim

  b) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian janin

  c) Denyut jantung Janin. Di dengar dengan stetoskep Laenec, alat kardiotokografi, alat Doppler.Dilihat dengan ultrasonografi.

  Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk kerangka janin, ultrasonografi (Manuaba dkk, 2010;Hal. 109).

  g.

  Klasifikasi Masa Kehamilan Kehamilan Menurut Prawirohadjo (2014) diklasifikasi dalam 3

  Trimester yaitu : 1)

  Trimester ke-1, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu)

  2) Trimester ke-2 dari bulan ke-4 sampai 6 bulan (13-27 minggu)

3) Trimester ke-3 dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (28-40 minggu) .

  h.

  Gejala dan tanda bahaya selama kehamilan : 1)

  Perdarahan Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 20 minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa (Prawirohardjo, 2014;Hal.282). 2)

  Preeklampsia Pada umunya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering diasosiasikan dengan preeclampsia. Gejala dan tanda lain dari preeclampsia adalah sebagai berikut : a)

  Hiperrefleksia (Iritabilitas susunan saraf pusat)

  b) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik dengan pengobatan umum c)

  Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau atau berkunang-kunang d)

  Nyeri epigastrik

  e) An nyeri Oliguria (luaran kurang dari 500 ml/24 jam)

  f) Tekanan darah sistolik 20 – 30 mmHg dan diastolic 10 – 20 mmHg diatas normal g) Proteinurin

h) Edema menyeluruh (Prawirohardjo, 2014;Hal.283).

  3) Nyeri hebat di Daerah Abdominolpelvikum

  Bila hal tersebut di atas terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga dan diserta dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini, maka diagnose nya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan (revealed) maupun tersembunyi (concealed).

  a) Trauma Abdomen

  b) Preeklamsia

  c) Tinggi fundus uteri lebih sulit teraba

  d) Bagian – bagian janin sulit teraba

  e) Uterus tegang dan nyeri

  f) Janin mati dalam rahim

  Gejala dan Tanda lain yang harus diwaspadai :

  a) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan

  b) Disurai

  c) Menggigil atau demam

  d) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya

  e) Uterus lebih besaratau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya (Prawirohardjo, 2014;Hal.284). i.

  Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care (Pelayanan antenatal) adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melaui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010;Hal. 278).

  1) Standar Asuhan minimal kehamilan 10T :

  a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

  b) Pengukuran Tekanan Darah

  c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

  d) Pengukuran tinggi puncak rahim (Fundus uuteri)

  e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi f)

  Pemberian Tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan g)

  Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

  h) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling termasuk keluarga berencana) i)

  Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (HB), Pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya) j)

  Tatalaksana kasus (Dinas kesehatan Indonesia, 2016;Hal.103- 104). j.

  Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Kebijakan program WHO, Pemeriksaan kehamilan dilaksanakan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu:

Tabel 2.1 Kunjungan ANC

  Kunjungan Waktu Alasan Trimester I Sebelum 14 Mendeteksi masalah yang dapat ditangani

  • minggu sebelum membahayakan jiwa.

  Mencegah masalah seperti : tetanus

  • neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya.
  • Membangun hubungan saling percaya. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan
  • menghadapi komplikasi. Mendorong perilaku sehat (nutrisi,
  • kebersihan, olahraga, istirahat, seks,dsb).

  Trimester II 14-28 Sama dengan TM I ditambah :

  • minggu kewaspadaan khusus terhadap hipertensi dalam kehamilan Trimester 26-36 Deteksi kehamilan ganda
  • III minggu Deteksi kelainan letak atau kondisi yang

  • Setelah 36 memerlukan persalinan di RS.

  minggu Sumber : (Rukiyah, dkk., 2009;Hal.6).

  k.

  Asuhan Antenatal Care Terintegasi Pelayanan antenatal care terintegrasi adalah pelayanan antenatal care yang diintegrasikan dengan pelayanan program lain yaitu gizi, imunisasi, IMS, HIV, TB, Kusta, Malaria dengan pendekatan yang responsive gender dan untuk menghindari kemungkinan kehilangan kesempatan yang ada (Tri Andika dll,2015). 1)

  Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) 2)

  Antisipasi Defisiensi gizi dalam kehamilan (Andika) 3)

  Pencegahan dan pengobatan IMS / ISR dalam kehamilan (PIDK) 4)

  Eliminasi sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusiae 5)

  Pencegahan dan penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT) 6)

  Pencegahan Malaria dalam kehamilan (PMDK) 7)

  Penatalaksanaan TB dalam kehamilan (TB-ANC) dan kusta

  8) Pencegahan Kecacingan dalam kehamilan (PKDK) l.

  Komplikasi Akibat langsung Kehamilan 1)

  Hiperemesis Gravidarum Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam, 2012;Hal.141).

  2) Toksemia Gravidarum

  a) Pre-Eklampsia

  Merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.

  b) Eklampsia

  Eklampsia dalam bahasa yunani berarti “Halilintar” karena serangan kejang-kejang timbul tiba- tiba seperti petir(Rustam,2012;Hal. 146).

  3) Abortus (Keguguran) dan kelainan dalam Tua kehamilan

  Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Rustam,2012;HAL.150). 4)

  Kelainan Letak Kehamilan (Kehamilan Ektopik) Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim

  (Rustam, 2012;hal.159).

  5) Mola Hidatidosa

  Adalah jontot-jontot korion yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan (Rustam,2012;Hal.167).

  6) Penyakit dan Kelainan Plasenta dan Tali pusat

  Plasenta normal beratnya kira-kira 500 gram atau 1/6 dari berat badan janin, diametrnya rata – rata 15-20 cm dengan ketebalan 2,5 cm (Rustam, 2012;Hal. 171).

  a) Infark plasenta

  Adalah jaringan putih keras berukurab kecil sampai beberapa cm persegi baik pada permukaan maternal maupun pada permukaan fetal plasenta (Rustam, 2012;Hal.171).

  7) Air ketuban dan kelainannya

  a) Oligo hidramnion

  Adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu lebih kecil dari ½ liter (Rustam, 2012;Hal.175).

  b) Hidramnion

  Adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kurang lebih dari 2 liter (Rustam, 2012;Hal. 175).

  8) Kehamilan ganda

  Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih (Rustam, 2012;Hal. 179).

2. PERSALINAN a.

  Definisi Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan lahir biasa. Pelahiran (delivery) adalah momentum kelahiran janin sejak kala II (Akhir kala I). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2012;Hal.69).

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, dkk, 2010;Hal.164).

  b.

  Jenis – Jenis Persalinan 1)

  Menurut cara persalinan :

  a) Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. b) Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi kaesarea (Mochtar, 2012;Hal.69)

  2) Menurut Umur Kehamilan dan BB bayi

  a) Abortus (Keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable) – berat janin di bawah 1000 g – tua kehamilan di bawah 28 minggu.

  b) Partus prematurus adalah persalinan (pengeluaran ) hasil konsepsi pada kehamilan 28- 36 minggu,janin dapat hidup tetapi premature,berat janin antara 1000-2500 g.

  c) Partus matures atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37 – 40 minggu,janin matur, berat badan di atas

  2500 g.

  d) Partus postmature (serotinus) adalah persalina yang terjadi 2 minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.

  e) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat cepat, mungkin di kamar mandi, di atas becak dan sabagainya f)

  Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalpelvik (Rustam, 2012;Hal.69) c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi jalannya Persalinan

  Faktor- faktor Penting dalam Persalinan

  1) Passenger (Isi Kehamilan)

  Faktor passenger terdiri atas 3 komponen yaitu janin, air ketuban dan plasenta.

  a) Janin

  Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

  b) Air ketuban

  Waktu persalinan air ketuban membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian selaput anak yang di atas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.

  c) Plasenta

  Plasenta juga harus melewati jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal.

  2) Passage (Jalan Lahir)

  Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina).

  Meskipun jaringan lunak, khususnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditetukan sebelum persalinan dimulai. 3)

  Power (Kekuatan) Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna.

  4) Psikis (Psikologis)

  Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas”kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bagga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebegai suatu “keadaan yang belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata. 5)

  Penolong (Bidan) Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberika dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan maupun fisik (Marmi, 2012;Hal. 27). d.

  Tanda Gejala menjelang Persalinan Tanda dan Gejala menjelas persalinan antara lain sebagai berikut :

  1) Lightening

  Yaitu penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan. Lightening menyebabkan tinggi fundus uteri menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan delapan bulan (Varney, 2008;Hal. 672)

  2) Perubahan Serviks

  Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan (Varney, 2008;Hal. 672).

  3) Kontraksi

  Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan (Varney, 2008;Hal. 672)

  4) Bloody show

  Yaitu plak lendir disekresi serviks sebagai hasil poliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody show (Varney, 2008;Hal. 672)

  5) Lonjakan energy

  Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum mulainya persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Umumnya para wanita ini merasa energi selama beberapa jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari (Varney, 2008;Hal. 672). 6)

  Gangguan Saluran Cerna Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan untuk mencerna, mual dan muntah, diduga hal –hal tersebut merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini. Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut (Varney, 2008;Hal. 672).

  e.

  Kala Persalinan Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu : 1)

  Persalinan Kala I Persalinan kala I waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercapur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar kanalis serviks akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.

  Kala pembukaan dibagi menjadi atas 2 fase :

  a) Fase Laten

  Fase Laten adalah pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm,lamanya 7-8 jam .

  b) Fase Aktif

  Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase.

  (1) Peroide akselarasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm

  (2) Periode Dilatasi maksimal (steady: selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

  (3) Periode deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

  Dalam buku-buku proses membuknya serviks disebut dengan berbagai istilah, melembek (softening), menipis (thinned out), terobliterasi (obliterated), mendatar dan tertarik ke atas (effaced dan taken up) dan membuka (dilatation) (Rustam Mochtar, 2012;Hal.71) f. Asuhan Sayang Ibu

  Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat mengungah emosi ibu dan keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu (JNPK-KR, 2014: Hal. 54) Asuhan yang dapat diberikan pada Kala I : (1)

  Bantulah ibu dala persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan (a)

  Berikan dukungan dan yakinkan dirinya (b)

  Berilah informasi mengenai proses kemajuan persalinannya (c)

  Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitive terhadap perasaanya (2)

  Jika ibu tersebut tampak gelisah, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan : (a)

  Lakukan perubahan posisi (b)

  Posisi sesuai dengan keinginan, tetapi jika ibu ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri (c)

  Sarankan ia untuk berjalan (d)

  Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok punggungnya (e)

  Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya (f)

  Ajarkan kepada ibu teknik bernapas (3)

  Menjaga hak privasi ibu dalam persalinan (4)

  Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilakukan dan hasil pemeriksaan

  (5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah BAB & BAK

  (6) Ibu bersalin biasanya merasa panas, atasi dengan menggunakan kipas angina atau AC

  (7) Berikan cukup minum untuk mencegah dehidrasi

  (8) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

  (9) Pemantauan pada kala I (Marmi, 2012;Hal.161).

Tabel 2.2 Pemantauan pada kala I

  Parameter Fase Laten Fase Aktif Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit

  (Marmi, 2012;Hal:162) 2)

  Persalinan Kala II(Pengeluaran Janin) Pada kala pengeluaran janin,his terkoordinasi kuat,cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot- otot dasar panggul yang melalui lengkung reflex menimbulkan rasa mengedan.karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan,vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin,akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh daban janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam , pada multi ½ - 1 Jam (Rustam Mochtar, 2012;hal.73).

Tabel 2.3 Waktu saat persalinan

  Primi Multi Kala I 13 jam 7 jam Kala II 1 jam ½ jam Kala III ½ jam ¼ jam Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ Jam

  3) Persalinan Kala III Setelah bayi lahir, ontraksi rahim beristirahat sebentar .

  Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya.

  Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri (Rustam Mochtar, 2012;hal.73).

  a) Bentuk pelepasan plasenta

  1) Schultze

  Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta lahir diikuti oleh pengeluaran darah.

  2) Duncan

  Lepasnya plasenta dari derah tepi sehingga terjadi perdarahan dan diikuti oleh pelepasan plasentanya.

  3) Bentuk Kombinasi pelepasan plasenta (Manuaba, dkk, 2010;Hal.189). b) Tekhnik memastikan pelepasan plasenta:

  1) Kustner

  Yaitu tali pusat dikencangan, tangan di tekankan di atas simpysis, bila tali pusat masuk kembali, berarti plasenta belum lepas. 2)

  Klien Parturien disuruh mengejan, sehingga tali pusat ikut serta turun atau memanjang .

  3) Strassman

  Yaitu dengan Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok – ketok, bila getarannya sampai pada tali pusat berarti plasenta belum lepas. 4)

  Perasat Manuaba Tangan kiri memegang uterus pada segen bawah rahm, sedangkan tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat

  5) Plasenta dilahirkan secara Crede dengan drongan pada fundus uteri (Manuaba, dkk,2010;Hal.189).

  c) Tanda pelepasan Plasenta

  1) Terjadi kontraksi rahim, sehingga rahim membulat, keras dan terdorong ke atas

  2) Plasenta di dorong kearah segmen bawah rahim

  3) Tali pusat bertambah panjang

  • –rata normal 250 cc,biasanya 100-300 cc . Apabila perdarah lebih dari 500 cc sudah dianggap abnormal dan harus idcari penyebabnya (Rustam, 2012;Hal.81).

  (5) Uri dahn selaput ketuban harus lengkap

  Ibu mempunyai keinginan untuk meneran b.

  Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II a.

  60 langkah persalinan menurut Prawirohardjo, 2014 : 341-347 : Melihat tanda dan gejala kala dua yaitu : 1.

  g.

  (7) Bayi dalam keadaan baik (Rustam,2012;Hal.82).

  (6) Keadaan umum ibu

  (4) Luka – luka

  4) Terjasi perdarahan mendadak (Manuaba, dkk, 2010;Hal.191).

  (3) Kandung kemih

  (2) Perdarahan

  (1) Kontraksi rahim

  a) Observasi pasca persalinan :

  Kehilangan darah biasanya disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan ribekan pada serviks dan perineum. Jumlah perdarahan rata

  4) Persalinan Kala IV (Kala pengawasan) Darah yang keluar harus ditakar sebaik – baiknya.

  Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/vaginanya. c.

  Perenium menonjol.

  d.

  Vulva vagina dan sfingter anal membuka Menyiapkan pertolongan persalinan 2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  3. Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.

  4. Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.

  5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan meletakkan kembali ke partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

  Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik 7. Membersihkan vulva dan perenium, menekannya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi)

  8. Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi

  9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

  Mencuci kedua tangan.

  10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran

  11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan.

  b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran 12.

  Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman) 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: a)

  Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran c)

  Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

  d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

  e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f) Menganjurkan asupan cairan peroral.

  g) Menilai DJJ setiap 5menit

  h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan unutuk meneran. i)

  Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. j)

  Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera`Persiapan pertolongan kelahiran bayi 14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  15. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

  16. Membuka partus set.

  17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

  a) Menolong kelahiran bayi

  b) Lahirnya kepala 18.

  Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dab tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir

  19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih.

  20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

  a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya

  21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Lahir bahu.

  22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kea rah luar hingga bahu anterior muncul di bawah akus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perenium, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat di lahirkan.menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kalahiran kaki

  Penanganan bayi baru lahir 25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di atas perut ibudengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

  26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.

  27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu)

  28. Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

  29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

  30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

  31. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  32. Membritahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik 33.

  Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

  34. Memindahkan klem pada tali pusat.

  35. Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

  36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut.

  Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  a.

  Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

  37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kea rah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawan arah pada uterus.

  a.

  Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

  (1) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:

  (a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M. (b)

  Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu. (c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (d)

  Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

  (e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

  38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

  a.

  Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

  39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)

  40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  Melakukan Prosedur Pasapersalinan 42.

  Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain bersih dan kering.

  44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati kelilin tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

  45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

  46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.

  47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

  48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

  49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

  a.

  2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan.

  b.

  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

c. Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

  d.

  Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan tonia uteri.

  e.

  Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi local dan menggunakan teknik yang sesuai.

  50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bahgaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  51. Mengevaluasi kehilangan darah.

  52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam perttama pascapersalinan dan setiap 30 menit jam kedua setelah pascapersalinan.

  a.

  Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam kedua jam pertama pascapersalinan

  b.

  Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

  53. Menempatkan semua pralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

  54. Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tinggat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.

  Membantu ibu memakaikan pakaian yang bersih dan kering.

  56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

  Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan makanan yang diinginkan.

  57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan utuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

  58. Mencelupkan sarung tangan kotor de dalam larutan klorin 0,5 %, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya daklam larutan klorin 0,5 % delama 10 menit.