BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Problem based learning 1. Pengertian Metode Problem based learning - EFEKTIVITAS METODE PROBLEM BASED LEARNING DALAM KEMAMPUAN PENGEMBANGAN PARAGRAF NARASI (Studi Quasi Eksperimen di SMP Negeri 2 Purwokerto) - repository pe

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Problem based learning 1. Pengertian Metode Problem based learning Menurut Sujana (2010: 85), metode problem based learning

  disebut juga sebagai pemecahan masalah yang bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir. Problem

  based learning dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai

  dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan. Menurut Gulo (2002: 111), metode problem based learning disebut sebagai strategi belajar-mengajar penyelesaian masalah yang merupakan bagian dari strategi inkuiri dengan penyelesaian masalah secara nalar.

  Sugiyono (2008: 3) mengatakan bahwa metode problem based

  learning (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode

  mengajar, tetapi juga mengajak berpikir untuk mengidentifikasi permasalahan sampai dapat menarik kesimpulan. Pembelajaran melalui metode problem based learning sebagai metode pembelajaran yang menekankan terhadap proses pembelajaran di dalam kelas dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada. Dalam metode ini, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mencermati materi yang hendak disampaikan dengan guru mencermati permasalahan-permasalahan

  19 yang sedang dihadapi mereka. Setelah itu, peserta didik diminta untuk mencatat permasalahan yang terkait dengan materi, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut.

  Menurut Suharyono (1991: 56), dasar dari metode problem based

  

learning ini adalah mendorong untuk berpikir secara sistematis dengan

  menghadapkannya kepada masalah-masalah. Jika anak-anak telah terlatih dalam metode ini, diharapkan agar ia dapat menggunakan dalam situasi- situasi problematik dalam hidupnya. Metode ini memusatkan kegiatan kepada murid, jadi berbeda dengan metode ceramah yang memusatkan pada guru.

  Menurut Sujana (2010: 89), metode problem based learning menganjurkan agar peserta didik pertama menghadapi masalah, diikuti dengan proses penyelidikan yang berpusat pada siswa. Problem based

  

learning menjadi suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan

  dimana siswa dihadapkan dengan kondisi masalah. Dari masalah yang sederhana, menuju kepada masalah yang sulit/muskil.

  Dalam menggunakan metode ini, disarankan agar dalam pelaksanaan melalui metode ini peserta didik dibiasakan percaya pada diri sendiri untuk mengatasi kesulitan/masalah yang sedang dihadapinya. Metode pemecahan masalah (problem based learning) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama- sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

  Pada kaitan ini, tugas dari guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda di antara mereka. Goleman (2000: 89) mengatakan dalam rangka memecahkan masalah, guru harus menemukan data-data yang pasti berdasarkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh peserta didik. Permasalahan itu tidak diselesaikan oleh guru, melainkan diselesaikan bersama sehingga benar-benar ada kesadaran untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan baik, sesuai dengan kebutuhan.

  Pembelajaran dengan menggunakan metode problem based

  

learning berlangsung secara alamiah dalam bentuk menemukan dan

  mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan sekadar mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Peserta didik terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide kreatif.

  Menurut Taufiq Amir (2010: 83) proses penerapan metode problem

  

based learning bukan semata-mata prosedur, tetapi penerapan metode

problem based learning adalah bagian dari belajar mengelola diri sebagai sebuah kecakapan hidup. Adapun kecakapan yang diperlukan agar proses penerapan metode problem based learning dapat berjalan secara maksimal antara lain kecakapan memilih sumber pelajaran, kecakapan membaca dengan cerdas, dan kecakapan membuat perencanaan studi.

  Kecakapan memilih sumber pelajaran, artinya bahwa seorang siswa dituntut untuk dapat menemukan berbagai sumber pembelajaran secara lebih mandiri. Dengan kemampuan ini tentunya siswa akan dilatih agar meningkatkan rasa ingin tahunya secara lebih mendalam terhadap suatu permasalahan yang ada.

  Kecakapan membaca dengan cerdas memiliki maksud bahwa proses membaca bukan hanya sekedar memahami isi bacaan, namun lebih dari itu siswa dituntut untuk mengingat dan mampu menghubungkan isi bacaan tersebut dengan konteks yang ada disekitar siswa. Hal ini dimaksudkan dengan proses membaca cerdas tersebut daya kreativitas siswa akan terasah dan berkembang secara baik.

  Kecakapan membuat perencanaan studi memiliki tujuan agar siswa terbiasa dengan jadwal-jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga siswa siap baik secara mental maupun jasmani. Dengan adanya perencanaan tersebut akan melatih siswa untuk memiliki komitmen dan target dalam suatu proses pembelajaran.

  Menurut Slameto (2003: 4), metode dalam belajar-mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses belajar-mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman. Metode ini merupakan metode efektif di mana seseorang memerankan karakter orang lain dan memcoba berpikir atau berbuat dengan sudut pandang orang yang diperankannya. Dalam metode problem

  

based learning tugas guru adalah mengatur strategi belajar, membantu

  menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Peserta didik harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

  Ahmadi dan Widodo (2004: 77) mengatakan bahwa kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh faktor intelgensia yang rendah saja (kelainan mental), tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Kesulitan belajar juga disebabkan oleh adanya situasi dan kondisi yang kurang menyenangkan sehingga KBM tidak berjalan dengan baik. Situasi dan kondisi inilah yang harus dicermati oleh guru agar KBM dapat berjalan dengan lancar.

  Untuk dapat menyelesaikan masalah dengan baik, maka praktik dari metode problem based learning harus membedakan penyebab terjadinya masalah dengan cara: mengidentifikasi masalah pada pembelajaran, membentuk masalah ekstern atau masalah intern pada pembelajaran, menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan masalah- masalah pembelajaran, serta menentukan alternatif pemecahan masalah- masalah pembelajaran.

  Aktivitas belajar bagi peserta didik, tidak selamanya dapat berlangsung dengan normal dan sesuai dengan rencana. Adakalanya belajar berjalan dengan lancar, adakalanya belajar membutuhkan proses yang sangat rumit dalam menuju hasil optimal. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit mengadakan konsentrasi. Kenyataan tersebut sering muncul dalam KBM yang banyak menjadikan guru merasa frustasi. Dalam hal ini, sesungguhnya setiap peserta didik tidaklah sama. Perbedaan ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar murid. Dalam keadaan murid tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut “kesulitan belajar”.

  Agar pembelajaran sesuai dengan prinsip tersebut, guru perlu dengan jeli untuk mencermati materi pelajaran dan kemampuan peserta didik dalam memahami. Di sinilah, guru dituntut untuk membelajarkan peserta didik dengan memandang sebagai subjek belajar, yaitu dengan cara guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan cara mencermati kemampuan mereka.

  Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar. Pertama, faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri murid itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh fisik dan rohani.

  Kondisi fisik peserta didik dalam belajar sangat berpengaruh terhadap kesuksesan belajar. Hal yang menghambat belajar peserta didik secara fisik, yaitu (1) karena sakit (2) karena kurang sehat (3) karena cacat tubuh. Adapun kesulitan belajar karena rohani, yaitu (1) intelegensi (2) bakat (3) minat (4) motifasi (5) faktor kesehatan mental, dan (6) tipe khusus seorang murid. Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang muncul bukan dari peserta didik. Faktor eksternal, disebabkan oleh tiga hal, Pertama Faktor Keluarga, yaitu (1) faktor orang tua (2) suasana rumah/keluarga (3) keadaan ekonomi keluarga. Kedua Faktor Sekolah, yaitu (1) guru (2) faktor alat (3) Kondisi gedung (4) kurikulum (5) waktu sekolah dan disiplin kurang. Ketiga Faktor Mass Media dan lingkungan sosial, yaitu TV, Surat Kabar, Majalah, Buku Komik, teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.

  Metode problem based learning tepat digunakan bila pelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa berfikir ilmiah dan analitis. Dalam hal ini, proses belajar-mengajar dimaksudkan untuk melatih keberanian peserta didik, dan rasa tanggung jawab dalam menghadapi kehidupan yang menantang. Peserta didik diarahkan mendorong berfikir mandiri dan berdikasi. Hal itu bertujuan agar peserta didik mampu menumbuhkan wawasan/harizon yang luas tentang berbagai pengetahuan dan wawasan.

  Pembelajaran dengan menggunakan metode problem based

  

learning menekankan pada suatu proses belajar-mengajar di dalam kelas,

  di mana peserta didik terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Pembelajaran dengan menggunakan metode problem based

  

learning bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk

  menjawab suatu pertanyaan. Proses pembelajaran ini mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Sebuah metode pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak dilakukan dengan teliti oleh guru. Guru juga harus memahami cara-cara melakukan dengan langkah yang jelas.

  Kesistematisan berpikir ini terlukis dalam langkah-langkah yang ditempuhnya.

2. Langkah-langkah Metode Problem based learning

  Gibbs (1992: 56) mengatakan bahwa metode pembelajaran selalu memiliki langkah-langkah agar implementasinya jelas. Langkah-langkah itu adalah pandangan konkrit terhadap praktik pembelajaran yang harus dilakukan dengan setahap demi setahap. Langkah-langkah suatu metode pembelajaran akan dapat berjalan dengan baik apabila dicermati dengan seksama. Problem based learning memiliki langkah-langkah untuk diterapkan di dalam proses belajar-mengajar sebagai berikut ini.

  a.

  Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari peserta didik sesuai dengan taraf kemampuannya di dalam proses belajar mengajar.

  b.

  Sebelum menindaklanjuti, perlu untuk mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh peserta didik.

  c.

  Guru harus menemukan data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. d.

  Guru perlu menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

  Jawaban inilah yang menjadi dasar data akan diperoleh.

  e.

  Guru perlu untuk menguji kebenaran dari jawaban sementara. Dalam langkah ini, peserta didik harus berusaha untuk memecahkan masalah sehingga benar-benar tetap/siap. Untuk menguji kebenaran ini diperlukan adanya metode seperti demonstrasi, tugas, diskusi dan sebagainya.

  f.

  Guru harus menetapkan metode sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi oleh peserta didik.

  g.

  Pada akhirnya, harus ada kesimpulan dari permasalahan yang sedang dihadapi. Peserta didik harus mampu untuk menyimpulkan permasalahan tersebut.

  Langkah-langkah tersebut harus dicermati agar tidak terjadi kegagalan. Guru harus melakukannya dengan teliti untuk mencermati setiap permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam proses pembelajaran menggunakan metode problem based learning dibutuhkan acuan yang baik yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sehingga nantinya pembelajaran dapat berlangsung seperti yang diharapkan dan seperti yang telah direncanakan oleh peneliti.

  Oleh karena itu langkah-langkah seperti yang telah dituliskan di atas kemudian dilaksanakan dalam pembelajaran sesuai dengan Recana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi pengembangan paragraf narasi siswa kelas VII SMP sebagai berikut

  

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

I. IDENTITAS

  Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Purwokerto Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : VII/2 Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit (80 menit X 2 pertemuan)

  STANDAR KOMPETENSI 1.

  Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi.

  KOMPENTENSI DASAR

1.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi.

  INDIKATOR 1.

  Mampu mengubah kalimat langsung dalam wawancara menjadi kalimat tidak langsung.

2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi .

II. TUJUAN PEMBELAJARAN 1.

  Mampu mengubah kalimat langsung dalam wawancara menjadi kalimat tidak langsung.

2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi.

  III. MATERI PEMBELAJARAN 1.

  Cara mengubah teks wawancara ke bentuk paragraf narasi dan implementasinya.

  IV. METODE PEMBELAJARAN 1.

   Ceramah 2. Pemberian tugas 3. Problem Based Learning (PBL)

  IV. LANGKAH PEMBELAJARAN No. Kegiatan Waktu Metode

  1. Kegiatan Awal 40 menit Ceramah • Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.

  • Guru melakukan pratest

  Pemberian tugas

  • Siswa membuat kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

  Ceramah

  2. Kegiatan Inti 110 menit PBL a.

  Eksplorasi

  • Siswa mengkliping teks wawancara dari berbagai sumber.
  • Siswa mencari dan mengklasifikasikan masalah yang ada yaitu mengubah jenis kalimat langsung ke dalam kalimat tidak langsung dan juga masalah membuat atau mengembangkan paragraf narasi dari suatu teks dialog.(langkah pertama PBL)
  • Berdiskusi cara mengubah kalimat langsung dalam teks wawancara menjadi kalimat tidak langsung dari berbagai sumber.
  • Berdiskusi cara penulisan kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung dari berbagai sumber sebagai bentuk data pembelajaran dengan difasilitasi oleh guru.
  • Berdiskusi tentang teks narasi dari
berbagai sumber sebagai bentuk data pembelajaran dengan difasilitasi oleh guru. (langkah kedua dan ketiga PBL) b. Elaborasi

  • Siswa memaparkan teknik mengubah kalimat langsung dalam teks wawancara menjadi kalimat tidak langsung.
  • Siswa memaparkan teknik mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi.
  • Guru memberikan penjelasan dan gambaran jawaban sementara terhadap hasil kerja siswa. (langkah keempat PBL)
  • Guru mengoreksi hasil kerja siswa dan memberikan catatan permasalahan yang masih ditemukan untuk disempurnakan oleh siswa. Kekurangan ataupun permasalahan yang ada dalam pengembangan paragraf narasi meliputi lima aspek yaitu Organisasi, Pengembangan ide yang logis: isi, Tata bahasa, Tanda baca, Ejaan dan mekanisme, dan Gaya, kualitas ekspresi (langkah kelima PBL)
  • Siswa melakukan diskusi sesuai dengan arahan guru untuk menyelesaikan masalah yang ada untuk mendapatkan solusi dan jawaban yang sempurna. (langkah keenam PBL) c.

  Konfirmasi

  • Siswa menyimpulkan hasil diskusi (langkah ketujuh PBL).
  • Guru memberikan umpan balik terhadap jalannya diskusi.
  • Guru memberikan Pascatest kepada siswa 3. Kegiatan Akhir 10 menit Ceramah.
  • Guru mengadakan refleksi tentang pelajaran yang telah dilaksanakan
  • Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa
IV. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1.

  Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Kelas VII 2. Teks wawancara 3. Teks narasi V.

  PENILAIAN

  a. : Tes Tertulis Teknik b.

  Bentuk Instrumen : Tes Uraian dan Pemberian Tugas

  c. : Pra Test dan Pasca Test Soal Instrumen

  Soal Pra Test (Mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi)

  Kerjakan soal-soal berikut! ( Teks wawancara di bawah ini untuk soal nomor 1 dan 2 ) Teks wawancara 1

  Perhatikan teks wawancara dibawah ini !

  Wartawan : “ Apakah probiotik itu ? “ Narasumber : “ Probiotik adalah suplementasi bakteri baik yang hidup di usus manusia. “ Wartawan : “ Lalu, apakah prebiotik itu ? “ Narasumber : “Prebiotik adalah makanan untuk bakteri baik yang hidup di usus manusia. “ Wartawan : “ Jadi, Berbeda ya antara probiotik dengan prebiotik. “ Narasumber :“ Tentu berbeda. Probiotik itu bakteri, sedangkan prebiotik makanan untuk bakteri. “

  Wartawan :“ Bakteri kok malah diberi makanan, apa tidak berbahaya? “ Narasumber : “ Tentu tidak. Bakteri yang diberi makan kan bakteri yang baik. Pemberian prebiotik akan meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus. Pertumbuhan bakteri baik akan menekan pertumbuhan bakteri jahat dalam tubuh manusia. “

  Pertanyaan !

  1. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi 4 (empat) paragraf narasi sesuai dengan EYD yang benar!

  2. Berilah judul yang sesuai untuk teks narasi yang kalian buat dalam teks wawancara di atas ! Teks wawancara 2 Kerjakan soal-soal berikut! ( Teks wawancara di bawah ini untuk soal nomor 1 dan 2 )

  Perhatikan teks wawancara di bawah ini !

  Wartawan : “ Apakah bapak menyaksikan peristiwa kebakaran rumah ini ? “ Pak Lukito : “ Ya, bahkan saya yang pertama kali memberi tahu kepada pemiliknya. “ Wartawan : “ Kapan kebakaran itu terjadi ? “

  Pak Lukito : “ Kebakaran terjadi sejak pukul 13.00, saat saya lewat dari hajatan tetangga desa. “ Wartawan : “ Apa penyebabnya, pak ? “ Pak Lukito : “ Mungkin pembantu lupa mematikan kompor, sebab api berasal dari dapur. “ Wartawan : “ Apakah ada korban ? “ Pak Lukito : “ Tidak ada semua penghuni rumah selamat. “ Pertanyaan !

  1. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi 4 (empat) paragraf narasi sesuai dengan EYD yang benar!

  2. Berilah judul yang sesuai untuk teks narasi yang kalian buat dalam teks wawancara di atas ! Teks wawancara 3 Kerjakan soal-soal berikut! ( Teks wawancara di bawah ini untuk soal nomor 1 dan 2 )

  Perhatikan teks wawancara di bawah ini !

  Rudi : “ Pak, mengapa manusia dilarang menebang hutan secara liar ? “ Pak Guru :“ Ya, apabila hutan itu gundul, maka akan banyak bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir. “

  Rudi :“Oh .... lalu untuk mencegah bencana alam sebaiknya manusia bagaimana, pak ? “ Pak Guru :“ Manusia harus menjaga alam ini, khususnya dengan cara melestarikan hutan dan tidak merusaknya. “ Rudi :“ Bagaimana cara melestarikannya, pak ? “ Pak Guru :“ Menjaga hutan, yaitu dengan tidak melakukan penebangan secara liar. Sedangkan melestarikan, yaitu dengan menanam kembali/reboisasi. “

  Rudi :“ Bagaimana kalau manusia tidak mau menjaga hutan, Pak ? “

  Pak Guru :“ Ya, pada saatnya akan terjadi bencana alam terjadi di negeri ini. “ Pertanyaan !

  1. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi 4 (empat) paragraf narasi sesuai dengan EYD yang benar!

  2. Berilah judul yang sesuai untuk teks narasi yang kalian buat dalam teks wawancara di atas !

  Teks wawancara 4 Kerjakan soal-soal berikut! ( Teks wawancara di bawah ini untuk soal nomor 1 dan 2 )

  Perhatikan teks wawancara di bawah ini !

  Maharani : “ Maaf bu mengganggu, bolehkah saya mewawancarai ibu ? “ Bu Lukito : “ Boleh silahkan. “ Maharani : “ Dalam sehari dapat menjual berapa mangkok mie ayam, dan berapa harga satu mangkoknya ? “ Bu Lukito : “ Dalam sehari dapat menjual 20-30 mangkok mie ayam, satu manggoknya seharga Rp 5.000,00. “ Maharani : “ Berapa modal ibu dalam sehari, dan berapa omset/pemasukan ibu dalam satu hari? “ Bu Lukito : “ Modalnya dalam sehari sekitar Rp 70.000,00. dan omset/pemasukan dalam satu hari berkisar antara Rp

  100.000,00-Rp 159.000,00, kalau ada pesanan bisa mencapai Rp 200.000,00-Rp 300.000,00“ Maharani : “ Bagaimana menghadapi persaingan ? “ Bu Lukito : “ Cara menghadapi persaingan adalah membuat harga lebih murah dari pada mie ayam yang lai, khususnya pelajar ada paket hemat, memperhatikan rasa makanan, dan melayani dengan ramah. “ Pertanyaan !

  1. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi 4 (empat) paragraf narasi sesuai dengan EYD yang benar!

  2. Berilah judul yang sesuai untuk teks narasi yang kalian buat dalam teks wawancara di atas !

  Soal Pasca Test (Mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi)

  Kerjakan soal-soal berikut! ( Teks wawancara di bawah ini untuk soal nomor 1 dan 2 ) Teks wawancara 1

  Perhatikan teks wawancara di bawah ini !

  Wartawan : “ Apakah anda sependapat dengan pernyataan generasi muda masa kini mulai melupakan kesenian daerah? “ Narasumber : “ Dikatakan sependapat, saya tidak. Dikatakan tidak sependapat, saya juga sependapat. Saya rasa generasi muda tidak melupakan kesenian daerah, tetapi tidak terlalu mengenal kesenian daerah. Oleh karena itu,perlu adanya upaya memperkenalkan kesenian daerah kepada generasi muda. Hal inilah yang sulit.”

  Wartawan : “ Mengapa memperkenalkan kesenian daerah kepada generasi muda dianggap sebagai Hal yang sulit ? “ Narasumber : “ Jelas sulit, karena ada sedikit pihak yang berusaha memperkenalkan kesenian daerah kepada generasi muda.“ Wartawan : “ Bagaimana caranya supaya generasi muda mengenal kesenian daerah? “ Narasumber : “ Agar generasi muda mengenal kesenian daerah harus ada organisasi, instansi, atau keluarga yang berusaha memperkenalkan generasi nuda terhadap kesenian daerah . “ Pertanyaan !

  1. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi 4 (empat) paragraf narasi sesuai dengan EYD yang benar!

  2. Berilah judul yang sesuai untuk teks narasi yang kalian buat dalam teks wawancara di atas ! Teks wawancara 2 Kerjakan soal-soal berikut! ( Teks wawancara di bawah ini untuk soal nomor 1 dan 2 )

  Perhatikan teks wawancara di bawah ini !

  Wartawan : “Menurut anda, sebenarnya apa manfaat tari tradisional itu?” Narasumber : “Salah satu manfaat dari tari tradisional adalah meningkatkan kepercayaan diri penari. Saya bisa jamin bahwa orang yang pintar menari memiliki kepercayaan diri tinggi. Selain itu, dengan menari, aura kita muncul.”

  Wartawan : “Bagaimana dukungan pemerintah terhadap eksistensi tari tradisional?” Narasumber : “Saya berterimakasih kepada pemerintah. Dalam kesempatan tertentu, ada saja bantuan mereka terhadap guru kami dan kesenian pada umumnya.”

  Wartawan : “Menurut anda, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menjaga eksistensi tari tradisional ini?” Narasumber : “Saya kira tidak ada cara lain, selain memulainya dari bangku sekolah, khususnya SD. Kalau selama seni tari menjadi kegiatan ekstrakulikuler pilihan, pemerintah harus menjadikan seni tari sebagai ekstrakulikuler utama.

  Biarlah ekstrakulikuler yang lain menjadi pilihan.” Pertanyaan !

  1. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi 4 (empat) paragraf narasi sesuai dengan EYD yang benar!

  2. Berilah judul yang sesuai untuk teks narasi yang kalian buat dalam teks wawancara di atas ! Teks wawancara 3 Kerjakan soal-soal berikut! ( Teks wawancara di bawah ini untuk soal nomor 1 dan 2 )

  Perhatikan teks wawancara di bawah ini ! Pewawancara :“Berbicara soal tari,saya melihat bahwa seni tari mulai diminati masyarakan Sulsel.Menurut anda bagaimana? ” Narasumber : “Saya sependapat dengan pendapat Anda. Minat masyarakat akan tari dapat dilihat dalam acara pengantin dan peresmian suatu bangunan. Pada acara tersebut masyarakat Sulsel sudah mau menghargai kesenian tradisional, khususnya tari. Dalam berbagai acara, mereka sudah mau melibatkan seni tari.” Pewawancara: “Sulsel kan kaya dengan seni tradisional. Sejauh ini tari apa saja yang masih eksis atau masih sering dipertunjukan?”

  Narasumber : “Tari yang sering depertunjukan adalah tari Mandar, tari Pajoge, tari Praja, tari Pagellu. Tari-tarian tersebut juga harus dilestarikan.”

  Pewawancara: “Adakah tantangan yang dihadapi dalam me- ngembangkan tari tradisional?” Narasumber : “Meskipun masyarakan Sulsel sudah mulai menghargai tari tradisional,tetapi ada saja tantangan untuk mengembangkan tari tradisional. Misalnya kadang-kadang ada orang yang berpendapat kok tari-tarian terus yang dipertunjukan.Ada juga yang berpendapat bahwa tari tradisional itu tidak mengikuti perkembangan zaman.”

  Pewawancara: “Apakah pendapat tari tradisional ketinggalan zaman dapat menghambat perkembangan tari tradisional?” Narasumber : “Dapat. Itu sangat kami rasakan dalam perkembangan tari tradisional. Banyak remaja atau anak-anak enggan belajar tari tradisional karena malu dicap ketinggalan zaman. Padahal, tari tradisional sama sekali tidak ketinggalan zaman.”

  Pertanyaan !

  1. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi 4 (empat) paragraf narasi sesuai dengan EYD yang benar!

  2. Berilah judul yang sesuai untuk teks narasi yang kalian buat dalam teks wawancara di atas !

  Teks wawancara 4 Kerjakan soal-soal berikut!

  Kutipan wawancara berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 1 dan 2.

  Wartawan : “Bagaimana mental anak ketika menghadapi lingkungan baru?” Kak Seto : “Orang tua harus mempersiapkan mental anak. Misalnya menceritakan kegiatan yang akan dilakukan anak di

  Sekolah. Saat masuk Sekolah ia tidak akan kaget,termasuk dalam menghadapi pelajaran yang akan diterimanya.” Wartawan : “Apa dampak orang tua yang bersikap pesimisdengan tetap tinggal dan menemani anak belajar di kelas?” Kak Seto : “Orang tua yang bersikap demikian dapat mengganggu proses kemandirian anak dalam beradaptasi serta menghambat sosialisasi dengan lingkungan dan teman- teman barunya.”

  Wartawan : “Perilaku apakah yang dilakukan oleh anak ketika takut dan cemas?” Kak Seto : “Anak-anak yang takut dan cemas mungkin akan mengekspresikan lewat berbagai kemunduran perilaku, seperti mengisap ibu jari, ngompol, merengek-rengek, atau justru menarik diri , dan marah tana sebab.”

  Wartawan : ”Apa yang dilakukan orang tua jika menghadapi anak seperti itu?” Kak Seto : “Orang tua hendaknya tidak membalas perilaku anak tersebut dengan emosi, tetapi tetap tenang dan menghibur anak dengan kata-kata yang menentramkan.”

  Pertanyaan !

  1. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi 4 (empat) paragraf narasi sesuai dengan EYD yang benar!

  2. Berilah judul yang sesuai untuk teks narasi yang kalian buat dalam teks wawancara di atas ! Mengetahui Purwokerto, Juni 2011 Kepala SMP Negeri 2 Purwokerto Guru Mata Pelajaran Daud Dwi Sudarto., M.Pd. Eko Yuli Iriyani W., S. Pd.

  NIP 196509191988031014 NIM 0920104013.

3. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Problem Based

  Learning

  Dalam sebuah metode pembelajaran, selalu ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan sudah menjadi hal yang wajar di dunia ini. Kelebihan suatu metode pembelajaran merupakan hal yang diinginkan dan menjadi impian. Adapun untuk kekurangan dari suatu metode pembelajaran menjadi hal yang harus diminimalisir agar dampak negatif itu tidak terlalu parah.

  a.

  Kelebihan Metode Problem based learning Sujana (2010: 86) mengatakan bahwa metode problem based

  learning juga memiliki kelebihan yang harus dicermati. Kelebihan itu

  adalah sebagai berikut ini: 1) metode ini dapat menjadikan proses belajar mengajar menjadi lebih relevan dengan kebutuhan yang dihadapi oleh peserta didik;

  2) proses belajar-mengajar melalui metode ini akan dapat membiasakan peserta didik mampu menghadapi permasalahan yang muncul tidak hanya ketika proses pembelajaran itu berlangsung saja. Peserta didik menjadi lebih analitis dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya; dan

  3) metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif dan menyeluruh. Dalam proses aplikasi metode ini, peserta didik banyak melakukan hal-hal yang berpengaruh dengan mental untuk menyoroti permasalahan dalam rangka memecahkannya.

  b.

  Kekurangan Metode Problem based learning Menurut Sujana (2010: 86) ada beberapa kekurangan yang dimiliki oleh metode problem based learning, yakni sebagai berikut.

  1) susah untuk menentukan permasalahan yang sesuai dengan tingkat kesulitan berpikir peserta didik. Ada pengetahuan dan wawasan dari peserta didik yang tidak sama;

  2) proses belajar dengan menggunakan metode ini akan memerlukan waktu yang cukup lama; dan

  3) mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar. Hal ini merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik.

B. Kemampuan Pengembangan Paragraf 1. Pengertian Paragraf

  Alwi (2003: 828) mengatakan bahwa paragraf adalah bagian dalam suatu karangan yang mengandung ide pokok dan penulisannya dimulai dengan alinea baru. Keraf (1994: 62) mengemukakan bahwa: Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari suatu kesatuan kalimat saja. Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.

  Akhadiah (1999: 144) memberikan batasan mengenai paragraf dengan sangat singkat, yaitu paragraf adalah karangan yang paling pendek (singkat). Definisi paragraf yang singkat juga dikemukakan oleh Poerwadarminta (1981: 33), yaitu satuan kecil dalam karangan yang setingkat lebih besar daripada kalimat.

  Adapun Ramlan (1993: 1) juga pernah mengemukakan bahwa paragraf adalah bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya.

  Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah bagian dari karangan yang terbatas pada suatu ide pokok yang terdiri atas suatu kalimat atau lebih dan saling berhubungan serta membentuk satuan informasi serta penulisannya dimulai dengan garis baru.

2. Pengertian Paragraf Narasi

  Menurut Semi (2003: 29), narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Adapun menurut Keraf (2000: 136), paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa paragraf narasi adalah paragraf yang berusaha untuk menyampaikan informasi peristiwa secara kronlogis dalam rangkaian yang saling berkaitan.

  Menurut Keraf (2000: 135), dalam paragraf narasi terdapat tiga unsur utama yaitu tokoh-tokoh, kejadian, dan latar ruang atau waktu.

  Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni narasi fiksi dan narasi nonfiksi.

  Narasi fiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif. Narasi fiksi disebut juga narasi sugestif. Contohnya: novel dan cerpen. Narasi nonfiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa- peristiwa faktual, suatu yang ada dan benar-benar terjadi. Narasi ini disebut juga narasi ekspositori. Contohnya biografi dan laporan perjalanan.

  Menulis paragraf narasi erat kaitannya dengan teknik pengembangan suatu kalimat dengan gaya bercerita. Menurut Tarigan, (1986: 188-189) mengembangkan kalimat dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan, melengkapi kalimat, memperbaiki susunan kalimat, memperluas kalimat dan transormasi dengan bercerita. Hal ini dilakukan untuk menjadikan suatu ide yang hendak disampaikan menjadi jelas untuk dipahami oleh pembaca.

  Menurut Akahdiah (2000: 61) pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni kemampuan memerinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas melalui bentuk cerita. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan- gagasan penjelas akan menjadi informasi tambahan di dalam suatu paragraf narasi.

  Menurut Semi (2003: 45), gagasan utama paragraf narasi akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat secara kronologis.

  Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai, antara lain ditentukan oleh gagasan atau masalah yang hendak dikemukakan. Misalnya, apabila gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (naratif) atau proses. Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab-akibat suatu kejadian, maka pola yang dipilih adalah pola kausalitas. Pilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikannya.

  Dalam pandangan Keraf (2000: 135) bahwa dalam paragraf narasi, penulis mengemukakan sejumlah cerita, antara lain bahwa pembaca harus menjadi seorang pengamat manusia. Untuk meyakinkan pembaca atas ceritanya itu, penulis mengemukakan sejumlah alasan bahwa dengan menjadi seorang pengamat manusia, akan memiliki kemampuan dalam mengembangkan hubungan positif dengan orang lain.

3. Menulis sebagai Bahan Pembelajaran di Sekolah

  Di sekolah, menulis adalah suatu keterampilan yang akan berkembang jika dilatihkan secara terus-menerus atau lebih sering. Dari mulai mengenal huruf sampai dengan memahami kata, kalimat juga paragraf hingga pada akhirnya menjadi karangan. Semua itu dilakukan setahap demi setahap dari jenjang paling rendah (sekolah dasar). Kemampuan menuls tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui proses pembelajaran yang cukup panjang sehingga menjadi keterampilan.

  Hal ini memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat dan berkembang secara cepat.

  Dalam pandangan secara umum, menulis menjadi aktivitas komunikasi secara tidak langsung dengan dapat ditandai dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, peserta didik yang mampu menulis dengan mudah dipahami susunan kalimatnya merupakan peserta didik yang dapat berkomunikasi dengan baik pula.

  Selain itu, kegiatan menulis dapat menandai suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan yang baik dilakukan oleh peserta didik untuk sacara produktif memunculkan ide dan gagasan. Dengan menulis, berarti peserta didik sedang bergumul dengan proses kreatif sehingga kreativitasnya semakin meningkat. Ketika ia menulis, berarti peserta didik menciptakan sesuatu, yang juga berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, mengalami keraguan dan kebingungan, sampai akhirnya menemukan pemecahan masalah dan saran-saran secara kreatif. Ketika proses kreatif tersebut semakin dilatih, maka peserta didik akan semakin mudah untuk mengalihkan keahliannya kepada bidang lain yang juga membutuhkan solusi secara kreatif.

  Dalam praktik, harus diakui bahwa menulis adalah pelibatan perasaan dan pengetahuan seseorang secara total. Artinya, dalam menulis kita dituntut untuk kreatif dalam memberdayakan pengetahuan dan perasaan. Harus dipahami bahwa pengetahuan dan perasaan merupakan unsur pokok bagi seseorang untuk memunculkan ide menjadi tulisan. Menurut Koentjaraningrat (2005: 26), merupakan penentu dari kepribadian seseorang. Oleh karena kepribadian adalah susunan pengetahuan dan perasaan seseorang yang menentukan perilaku atau tingkah lakunya. Dengan demikian, kegiatan menulis ini berkaitan dengan kepribadian, yaitu “kepribadian yang kreatif”. Tanpa memiliki kepribadian yang kreatif, maka seseorang tidak akan suka dan hobi menulis.

  Menulis sebagai kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Kemampuan memunculkan kepekaan pada diri peserta didik inilah yang menjadikan adanya tindakan kreatif pada diri seseorang. Adanya tindakan kreatif ini muncul dengan semangat belajar pada peserta didik. Kondisi kejiwaan peserta didik dalam belajar akan sangat berpengaruh terhadap sukses dan tidaknya pembelajaran. Peserta didik akan mengingat-ingat sekaligus memahami atas fenomena yang diterima melalui panca indra. Keadaan ini haruslah dilakukan dengan keadaan senang. Kondisi senang dalam pembelajaran hendaknya bisa diciptakan dengan baik oleh guru dengan memberikan harapan nyata atas pembelajaran yang dilakukan.

  Menurut Mulyasa (2007: 7), peserta didik melakukan sesuatu karena ada yang diperjuangkan. Usaha dan perjuangan pada tingkahlaku peserta didik berbeda dengan lainnya karena yang diperjuangkan oleh peserta didik adalah sesuatu yang ditentukan sendiri dan menjadi pilihan hidupnya di masa yang akan datang. Dalam hal inilah, motivasi belajar menjadi sangat penting untuk memacu kreativitas dan nalar berpikir yang dilakukan dengan menulis.

  Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 16), peranan guru dalam sebuah pembelajaran adalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didik agar semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi pertama adalah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul dari dalam peserta didik itu sendiri, misalnya ingin mendapat manfaat praktis dari pelajaran, ingin mendapat penghargaan dari teman terutama dari guru, ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti "mampu berbuat". Motivasi kedua mengacu kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong munculnya gairah belajar, seperti lingkungan sosial yang membangun dalam kelompok, lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetisi, termasuk fasilitas belajar yang memadai dan membangkitkan minat.

  Djuroto dan Suprijadi (2003: 53) mengatakan bahwa dalam pelajaran menulis di sekolah, kemampuan berbahasa yang baik merupakan kegiatan yang bersifat intelektual karena dapat mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk bahasa. Terlebih lagi, apabila merujuk pada kemampuan menyusun paragraf (baca; menulis). Menulis adalah kegiatan yang menghendaki pikiran dan perasaan seseorang untuk fokus mengali dan mengkaji hal atau fenomena yang akan ditulisnya. Di sinilah, orang yang mampu memahami bahasa dengan baik mampu menyampaikan gagasan dengan baik pula. Oleh karena itu, kemampuan menyusun karangan merupakan kreativitas yang tidak dapat terbantahkan lagi.

  Dalam praktiknya, kemampuan menulis harus dimulai sejak dini. Pada masa anak duduk di sekolah merupakan perkembangan yang sangat bagus untuk menggali kemampuan berbahasa yang baik. Pada taraf ini, dapat diidentifikasikan kemampuan peserta didik berbahasa dengan baik dapat menjadikan dirinya sukses kelak. Menulis sebagai pembelajaran dapat mendorong kreativtas untuk mengembangkan gagasan dan pemikiran.

  Namun demikian, kemampuan menulis harus dipahami konvensi- konvensinya. Dengan adanya pemahaman ini, akan menjadikan peserta didik mudah memahami karangan ataupun pola pengembangan paragraf yang baik dan tidak. Karangan ataupun pola pengembangan paragraf yang baik ditulis dengan bahasa yang baik pula. Oleh karena itu, dalam beberapa perlombaan mengarang ataupun menulis ilmiah, bahasa menjadi penilaian tersendiri mengenai mutu dari tulisan tersebut. Bahasa menjadi pertimbangan penting yang tidak dapat dielakkan.

  Materi pembelajaran (bahan ajar) di sekolah merupakan salah satu komponen dan sistem pembelajaran yang sangat penting dalam membentuk peserta didik mencapai standar kompetensi, juga kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi pelajaran bahasa Indonesia di sekolah akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar. Penilaian adalah penerapan berbagai macam cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informai tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau keterampilan kompetansi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Melalui penilaian, proses pembelajaran akan diketahui tingkat pencapaian prestasi pendidikan, baik lingkup sekolah, daerah maupun wilayah.

  Agar proses pembelajaran dapat berfungsi secara optimal —untuk membantu peserta didik agar mencapai standar kompetensi—, maka diperlukan analisis dan seleksi materi pembelajaran. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi dengan tepat dan disesuaikan dengan strategi penyampaian, media, dan cara mengevaluasinya. Bahan ajar yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Dengan bahan ajar, guru diharapkan mampu menjadi fasilitator yang baik bagi peserta didik. Fungsi dari materi pembelajaran bahasa Indonesia adalah memberikan bekal kemampuan berbahasa Indonesia yang dibutuhkan dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Menulis menjadi bagian dari kemampuan dasar. Untuk meningkatkan kemampuan dasar ini, ditetapkan juga dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tentang pengembangan diri sebagai kreativitas yang harus dimiliki oleh peserta didik. Mulyasa (2007: 283) mengatakan bahwa pengembangan diri merupakan salah satu komponen KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pandidikan khusus.

  a.

  Tujuan Pengajaran Menurut Mulyasa (2007: 285), pengembangan diri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode pembelajaran, tetapi dengan mengacu pada permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Hal ini berarti bahwa usaha untuk melatih peserta didik dalam menulis harus melihat permasalahan yang sedang mereka hadapi.

  b.

  Tujuan Pendidikan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan DasarPendidikan lanjut Tingkat Pertama bertujuan untuk :

  Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

  Adapun prinsip pengembangan dalam KTSP

  a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Pengembangan yang dilakukan terhadap peserta didik dengan menyesuaikan potensi yang dimilikinya. Setiap peserta didik memiliki potensi sesuai dengan pengalaman masa lalu yang dapat dikembangkan untuk kreatif. Secara eksistensial, mereka butuh pengarahan dari guru untuk memahami potensi yang mereka miliki, terkait juga dengan lingkungannya. Kebanyakan dari peserta didik sebenarnya butuh pengarahan, hanya saja mereka tidak berani mengutarakan secara langsung. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi peserta didik yang harus dipecahkan oleh guru agar mereka pada akhirnya bisa kreatif sesuai dengan potensi yang dimiliki sebagai suatu kebutuhan.

  b. Beragam dan terpadu Pengembangan yang dilakukan oleh guru hendaknya tidak hanya dalam satu elemen saja. Guru perlu untuk menciptakan variasi, baik dari segi cara maupun tujuan. Hal ini agar peserta didik tidak bosan atau jenuh (yang berarti proses belajar mengajar berjalan monoton). Dalam menciptakan variasi untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, maka guru harus memiliki konsep yang jelas sehingga pengembangan itu dapat berjalan dengan maksimal. Guru harus senantiasa memberikan pengawasan dan pengarahan pada peserta didik.

  c.

  Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Dalam rangka melakukan pengembangan terhadap kemampuan peserta didik, maka guru juga harus menyesuaikan dengan perkembangan ilmu teknologi dan seni. Pengembangan dengan mengacu pada hal ini agar saat peserta didik menjadi bagian dari masyarakat dapat berguna sepenuhnya. Pada hakikatnya, pengembangan suatu kemampuan dari peserta didik adalah untuk digunakan sebagai anggora masyarakat, maka respons terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni harus diperhatikan dengan seksama.

  d.

  Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan terhadap kemampuan peserta didik tidak hanya bersifat teoritik saja, melainkan juga aplikatif. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dibutuhkan teori-teori saja. Masyarakat membutuhkan kerja mekanik yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Oleh karena itu, peserta didik akan semakin tertantang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Mereka selalu termotivasi karena merasa dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. e.

  Menyeluruh dan berkesinambungan Pengembangan yang dilakukan oleh guru tidak hanya dilakukan terhadap satu atau dua dari peserta didik saja. Guru harus bijak untuk mengembangkan peserta didik secara bersama-sama dengan potensi yang dimiliki masing-masing. Akan tetapi, hal ini tidak dilakukan hanya sekali saja. Guru harus melakukannya secara terus-menerus sebagai proses untuk melihat perubahan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik saja.

  f.

  Belajar sepanjang hayat Dinamika kehidupan senantiasa berubah dan berkembang sehingga selalu ada kebaruan-kebaruan yang berbeda. Pengembangan kreativitas harus diarahkan kepada peserta didik untuk dilakukan terus-menerus sepanjang usia. Hal ini sesuai dengan pepatah bahwa “belajar itu sampai ke liang lahat,” yang artinya bahwa proses untuk belajar dilakukan sampai dengan umur habis.

  g.