BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar - PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII MTs NEGERI BANTARKAWUNG MENGGUNAKAN METODE KOGA (KONTEKSTUAL DAN GAMBAR) - repository perpustakaan

  KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

  Belajar menurut Witherington dalam Aunurrahman (2010 : 35) adalah suatu proses perubahan kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Belajar menurut Gredler (1994 : 1) dalam Aunurrahman ( 2010 : 38 ) adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.

  Kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis mahluk yang lain. Belajar menurut Trianto ( 2008 : 12 ) pada hakekatnya adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu.

  Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar yaitu sebagai proses perubahan kepribadian pada diri seseorang, untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu. yaitu : 1) Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran yang terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, sintesis dan evaluasi. 2) Afektif, yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi- reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

  3) Psikomotorik, yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerak terbimbing, gerak terbiasa, gerakan kompleks, penyesuian, pola gerakan, dan kreativitas. Teori Belajar Menurut Gestalt Prinsip Belajar menurut teori Gesalt (Slameto, 2010 : 9-11) 1)

  Belajar Berdasarkan Keseluruhan Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dari pada bagian- bagiannya. 2)

  Belajar adalah suatu proses perkembangan Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang, berkembang, kesedian mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.

  Siswa sebagai organisme keseluruhan Siswa belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern guru di samping mengajar, juga untuk membentuk pribadi siswa. 4)

  Terjadi transfer Belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuian pertama ialah memperoleh response yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan. Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul- betul maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.

  5) Belajar adalah reorganisasi pengalaman

  Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Belajar baru timbul bila seseorang menemui situasi / soal baru.

  Dalam menghadapi itu ia akan menggunakan pengalaman yang telah dimiliki. Siswa mengadakan analisis reorganisasi pengalamannya. 6)

  Belajar harus dengan insight

  Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat

  pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung problem.

  7) Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa.

  Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Di progresif, siswa diajak membicarakan tentang proyek / unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya. Belajar berlangsung terus-menerus.

  Siswa memperoleh pengetahuan tak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah, dalam pergaulan, memperoleh pengalaman sendiri-sendiri. Karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara hamonis.

b. Prestasi Belajar

  1) Pengertian Prestasi belajar

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:700), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang di berikan oleh guru.

  Menurut winkel (1986:102) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan oleh murid terhadap pertanyaan/ persoalan/ tugas yang di berikan oleh guru.

  Menurut Arifin (2009:12) kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu

  

prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti

  “hasil usaha”. Prestasi belajar pada umumnya berkaitan dengan aspek pengetahuan yang dapat di ketahui melalui evaluasi dan di wujudkan dalam bentuk angka atau nilai raport, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

  Setelah melihat beberapa definisi mengenai prestasi belajar dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah hasil usaha yang diperoleh siswa atas kemampuannya dalam menguasai materi pembelajaran yang telah angka atau nilai raport. Selain itu prestasi belajar memiliki peran atau fungsi yang sangat penting sehingga kita haruslah mengerti dan memahami prestasi belajar dengan baik.

  Fungsi utama prestasi belajar menurut Arifin (2009: 12-13) antara lain:

  a) Prestasi belajar sebagai suatu indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan

  (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.”

c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

  d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indkator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.

  e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  2) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

  Untuk dapat mengetahui prestasi siswa, maka harus memperhatikan faktor-faktor yang ada dalam prestasi belajar. Karena dengan melihat faktor-faktor Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor intern dan faktor Ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang di luar individu.

  1) Faktor internal

  a) Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

  b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang di peroleh terdiri atas faktor intelektif dan faktor non-intelektif. Faktor intelektif meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. Sedangkan faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian terntentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

  2) Faktor eksternal

  Merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang meliputi keadaan keluarga, keadaan sekolah serta keadaan masyarakat a)

  Faktor keluarga, pertama kali anak berkembang adalah di lingkungan keluarga maka dari itu keluarga merupakan faktor penting untuk membuat pertumbuhan anak menjadi lebih baik atau buruk tergantung pada apa yang diberikan kepada anak tersebut, karena anak biasanya akan menirukan apa yang mereka lihat.

  b) Faktor sekolah, sekolah merupakan tempat kedua bagi kehidupan anak karena hampir setengah hari mereka berada dalam lingkungan sekolah, faktor sekolah kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran dan tugas rumah.

  c) Faktor masyarakat, faktor ini yang biasanya memperkenalkan anak kepada sesuatu yang baru baik itu baik maupun buruk anak cendrung melakukan hal yang dianggap baru baginya.

  2. Model Pembelajaran a. Pengertian model pembelajaran

  Jocye & Weil (1980:1) dalam Rusman (2010:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merencang bahan- bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

  Model pembelajaran dapat dijadikan pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

  Menurut Asmani (2011:52) ada beberapa model pembelajaran diantaranya: 1) CTL (Contextual Teaching and Learning). 2) Pendekatan Keterampilan Proses. 3) PAKEM (Pembelajaran, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).

b. Model Pembelajaran Kontekstual 1) Pengertian Pembelajaraan Kontekstual.

  Menurut Nurhadi (2002) dalam Rusman (2011:189) pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

  Johnson (2011:86) mengatakan bahwa ada tiga pilar dalam sistem pembelajaran kontekstual atau CTL, yaitu : a)

  CTL mencerminkan prinsip kesaling-tergantungan. Kesaling-tergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memcahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.

  b) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika

  CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing- masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.

  c) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengoganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha –usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswayang membuat hati mereka senang.

   Komponen Model Pembelajaran Kontekstual

  Pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual atau CTL menurut Ditjen Dikdasmen (2003: 10-19) dalam Komalasari (2010:11-13) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu : konstruktivisme (Construktivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Quetioning), masyarakat belajar (Learning

  

Community) , pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian

sebenarnya (Authentic Assessment).

  a) Konstruktivisme (Construktivism)

  Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.

  Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

  b) Menemukan (Inquiry)

  Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui siklus: (1) Observasi (observation), (2) bertanya (questioning), (3) mengajukan dugaan (hipotesis), (4) pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).

  c) Bertanya (Quetioning)

  Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bagi guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

  d) Masyarakat belajar (Learning Community)

  Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru disarankan untuk selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

  e) Pemodelan (Modelling)

  Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bias ditiru. Guru dapat menjadi model, missal member contoh cara mengerjakan sesuatu. Tetapi guru bukan satu-satunya model, artinya model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, misalnya siswa ditunjuk untuk member contoh pada temannya, atau mendatangkan seseorang di luar sekolah.

  f) Refleksi (Reflection)

  Cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru di terima.

  g) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

  Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil, dan dengan berbagai cara. Penilaian dapat berupa penialain tertulis (pencil and paper test) dan penilaian berdasarkan perbuatan (performace based assessment), penugasan (project), produk (product), atau portofolio (portfolio).

   Strategi Pembelajaran Kontekstual

  Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih dan dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam ruang lingkup tertentu. Strategi pembelajaran mencakup juga pengatursan materi pembelajaran yang akan disampaikan ke peserta didik.

  Berdasarkan Center Of Occupational Research and Development (CORD) dalam Suprijono (20107: 83 – 84) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut :

a) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

  Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna.

  b) Expriencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”. Peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru yang dipelajarinya.

  c) Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.

  d) Cooperating, belajar menekankan pada proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.

  e) Transferring, menekankan terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

   Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual

  Menurut Ziazone (2011) model pembelajaran Kontekstual mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu: Kelebihan :

  a) Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.

  b) Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi.

  c) Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghapdapi suatu permasalahan.

  d) Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan hasil pemikiran.

  e) Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain

  Kelemahan :

  a) Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya.

  b) Membutuhkan banyak biaya.

  c. Media Pembelajaran 1) Pengertian media pembelajaran

  Menurut Ibrahim dan Syaodih (1993:78) dalam Rusman (2011:77) media adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk meyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.

  Menurut Marshal Mcluhan dalam Trianto (2008:163) media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya memengaruhi orang yang tidak penyampai pesan (the carriers of massages) dari beberapa sumber saluran kepenerima pesan (the receiver of the massages).

  Menurut Trianto (2008:163) media pembelajaran dalam arti sempit, bukan hanya meliputi media yang digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran yang terencana. Sedangkan pengertian media pembelajaran dalam arti luas, tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks tetapi juga bentuk sederhana seperti slide, foto, gambar, diagram, objek nyata, dan kunjungan keluar kelas.

  Manfaat menggunakan media pembelajaran diantaranya :

  a) Bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa dan tidak bersifat verbalistik.

  b) Metode pembelajaran lebih bervariasi.

  c) Siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas

  d) Pembelajaran lebih menarik.

  e) Mengatasi keterbatasan ruang. Keuntungan dari media pembelajaran antara lain :

  a) Meningkatkan gairah belajar siswa.

  b) Siswa berkembang menurut minat dan kecepatannya.

  c) Interaksi langsung dengan lingkungan.

  d) Memberi perangsang dan mempersamakan pengalaman.

  e) Menimbulkan persepsi akan sebuah konsep yang sama.

   Media gambar

  Media gambar dalam Ian (2010) adalah media pembelajaran yang termasuk dalam kelompok media grafis. Media gambar paling umum digunakan dalam proses belajar mengajar, karena merupakan media yang sangat umum dan dapat mudah dimengerti oleh peserta didik. Kemudahan dalam mencerna media gambar ini dikarenakan sifatnya yang visual konkrit dan menampilkan objek sesuai dengan bentuk dan wujud aslinya sehingga tidak verbalistik. Seperti media pembelajaran lainnya, media gambar juga memiliki kelebihan dan kelemahan antara lain :

  Kelebihan media gambar

a) Sifatnya konkrit, lebih realistik dibandingkan dengan media verbal.

  b) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda maupun tua.

  c) Harganya murah dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaiannya

  Kelemahan media gambar ialah media gambar hanya menekankan persepsi indera mata dan ukurannya pun sangat terbatas untuk kelompok besar.

  d.

  

Model Pembelajaran Menggunakan Metode KOGA ( Kontektual dan

Gambar)

  Metode KOGA adalah model pembelajaran inovatif yang dapat membantu guru untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hal tersebut dikarenakan metode KOGA merupakan penggabungan dari dua model pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru pada saat mengajar yaitu pendekatan kontekstual penunjang proses pembelajaran.

  Menurut Johnson (2011:67) pendekatan kontekstual atau CTL (Contextual

  

Teaching and Learning) adalah proses pendidikan yang bertujuan menolong para

  siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks kepribadian, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berfikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.

  Sedangkan media gambar itu sendiri merupakan alat atau bahan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dan dapat membantu meningkatkan gairah belajar siswa karena berinteraksi langsung dengan lingkungan. Dengan demikian, secara tidak langsung penggabungan dua model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik karena metode pembelajaran yang digunakan cenderung tidak membosankan dan dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dikelas.

  Metode pembelajaran KOGA (Kontekstual dan Gambar) memiliki langkah-langkah sebagai berikut : 1) Guru memberi informasi kepada peserta didik berkaitan dengan materi yang sedang di pelajari. orang anggota dan 1 kelompok terdiri dari 5 orang anggota karena jumlah keseluruhan siswa ada 41 orang siswa.

  3) Guru membagikan gambar-gambar yang berbeda kepada tiap kelompok untuk di analisis.

  4) Tiap kelompok ditugaskan untuk mengamati dan mendeskripsikan gambar yang berkaitan dengan materi yang di pelajari dan mendiskusikannya bersama kelompok diskusinya. 5) Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi atau mempresentasikannya kepada kelompok lain.

  6) Setiap kelompok saling tanya jawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lainnya.

  7) Guru memberikan umpan balik positif dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat atas keberhasilan peserta dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan.

3. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial a.

  Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies.

  Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies.

  Berikut ini adalah pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia dalam Massofa (2010), yaitu : suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari. 2) Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA.

  Penyederhanaan mengandung arti:

  a) Menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan.

  b) Mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.

  3) Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. IPS juga merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial. 4) Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah. dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing.

  Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.

  Dengan bertolak dari uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

  b.

  Materi Pelajaran Kompentesi Dasar “Mendeskripsikan Kondisi Geografis dan Penduduk”.

  Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk adalah kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus kelas VII semester 2 dengan indikator mendeskripsikan kondisi geografis (letak, luas, batas, potensi geografis) dan mengkorelasikan kondisi geografis :dengan kondisi penduduk (kualitas dan kuantitas) secara umum. penduduk” terdapat sub bab atau materi pembelajaran yang terdiri dari : 1) Kondisi geografis, merupakan materi pembelajaran yang memberi penjelasan bahwa kondisi geografis adalah kondisi fisik geografis dari suatu wilayah.

  Dalam geografi fisik terdapat beberapa cabang ilmu yaitu Geologi, Geomorfologi dan Geografi Tanah, Hidrologi, Biogeografi, Geografi Sumber Daya Alam, Meteorologi dan Klimatologi.

  2) Adaptasi terhadap kondisi geografis merupakan materi pembelajaran yang memberi penjelasan kepada siswa tentang pengertian dari adaptasi dan macam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap kondisi geografis. 3) Topologi wilayah merupakan materi pembelajaran yang mencakup pengertian dari topologi wilayah sebagai bentuk permukaan bumi yang berkaitan erat dengan letak, luas, batas, dan potensi dari wilayah tersebut. 4) Kondisi Penduduk (kualitas dan kuantitas penduduk) merupakan materi pembelajaran yang memberi informasi kepada siswa tentang kondisi penduduk baik dalam hal kualitas maupun kuantitas penduduk. Materi tentang kualitas penduduk meliputi ekonomi dan kebudayaan penduduk dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan, kuantitas penduduk membahas tentang pertumbuhan dan kepadatan penduduk.

B. Penelitian Relevan

  Ary Fikri Artian (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Geografi Kelas VII G Dengan Menggunakan siswa dengan rata-rata evaluasi sebesar 64,57 pada siklus I dan 77,85 pada siklus

  II. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I sebesar 34,28% dan pada siklus II sebesar 77,14%.

  Siti Fatimah (2010) melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Bahasan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Media Gambar dan Metode Pemberian Tugas bagi Kelas V SD Kemasan”. Di peroleh nilai prestasi belajar siswa rata-rata 70,00 dan ketuntasan belajar klasikal 57,5% pada siklus I. Kemudian pada siklus II diperoleh nilai prestasi siswa belajar dengan rata-rata 79,00 dan ketuntasan belajar klasikal 85%.

  Erkuarti Asih (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA (Biologi) Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Purbalingga”. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa 65 dengan ketuntasan belajar klasikal 52,4% . Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 84 dengan ketuntasan belajar klasikal 100%. Sedangkan untuk minat siswa pada siklus I mendapat skor 15 dengan kategori tidak minat, pada siklus II mendapat skor 46 dengan kategori minat.

C. Kerangka Berfikir

  Berdasarkan kajian teori, nampak bahwa banyak faktor yang mempengaruhi prestasi siswa. Bukti bahwa proses pembelajaran berlangsung secara efektif adalah prestasi yang meningkat. Prestasi yang baik adalah dengan yang monoton dan kurang tepat mengakibatkan kurangnya peran aktif siswa, sehingga berakibat pada rendahnya prestasi belajar. Salah cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS adalah menggunakan metode KOGA (Kontekstual dan Gambar).

  Metode KOGA merupakan model pembelajaran inovatif yang menggabungkan dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan penggunaan media gambar sebagai media penunjang proses belajar. Dalam pembelajaran dengan metode KOGA siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mencari dan menganalisis materi pembelajaran yang sedang berlangsung, baik secara individu maupun berkelompok karena dalam pendekatan kontekstual terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yaitu konstruktivisme

  (Construktivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat

  belajar (Learning Community), refleksi (Reflection), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Meningkatnya keaktifan siswa dalam proses belajar, prestasi belajar IPS menggunakan metode KOGA (Kontekstual dan Gambar) cenderung meningkat menjadi lebih baik.

  Prestasi belajar

  Kondisi

  siswa rendah

  Awal

  Siklus I Dalam pembelajaran guru

  Dalam

  Tindakan

  menggunakan pembelajaran metode KOGA siswa (Kontekstual dan melaksanakan

  

)

  Gambar metode KOGA (Kontekstual dan Gambar) Siklus II Dalam pembelajaran

  Tidak siswa melaksanakan

  Ya metode KOGA (Kontekstual dan

  Prestasi belajar IPS siswa meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

   Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode KOGA (kontekstual dan gambar) pada siswa kelas VII E MTs Negeri Bantarkawung dapat meningkatkan prestasi belajar.