Analisis Biaya-Volume-Laba sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba (Studi Kasus pada "CV. Sammyo Makmur Abadi" Cimahi).

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The company's goal generally is to obtain profits and the size of the profit that could be achieved would be a measurement of management success in running the company. Planning can be done in various ways, including the program budget. The program budget mostly contains of the estimated income to be earned and the costs that would happen to earn that finally show the profit to be achieved. Profit is affected by three factors: the volume of product to be sold, selling price, and costs incurred to produce the products. All three of these factors have a very close relationship in which the cost determining the selling price to achieve the expected rate of profit, the selling price affect sales volume, sales volume will directly affect the volume of production, and production volume affect the costs. Cost-volume-profit analysis can provide information about the level of sales and selling price. The purpose of this paper is to determine the price level and the level of sales that the company is at breakeven (Break Even Point), how much safety margin of sales (Margin Of Safety), how much the level of operating leverage (Degree Of Operating Leverage), and how much profit with a different mix of sales (Sales Mix). This analysis can be used to plan the expected profits by the company and avoid losses in the future.

Keywords: Break Even Point, Margin Of Safety, Degree Of Operating Leverage, Sales Mix.


(2)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba dan besar kecilnya laba yang dapat dicapai akan menjadi ukuran kesuksesan manajemen dalam menjalankan perusahaannya. Perencanaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan program anggaran. Program anggaran sebagian besar berisi taksiran penghasilan yang akan diperoleh dan biaya-biaya yang akan terjadi untuk memperoleh penghasilan tersebut yang akhirnya menunjukkan laba yang akan dicapai. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang akan dijual, harga jual produk, dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Ketiga faktor ini mempunyai hubungan yang sangat erat dimana biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan, harga jual mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan akan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Analisis biaya-volume-laba mampu memberikan informasi mengenai tingkat penjualan dan harga jual. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui berapa tingkat harga dan tingkat penjualan agar perusahaan berada pada titik impas (Break Even Point), berapa besarnya batas aman penjualan (Margin Of Safety), berapa besarnya pengungkit operasi (Degree Of Operating Leverage), dan berapa besarnya laba dengan bauran penjualan (Sales Mix) yang berbeda. Analisis ini juga dapat digunakan untuk merencanakan laba yang diharapkan oleh perusahaan dan menghindari kerugian dimasa yang akan datang.

Kata kunci: Break Even Point, Margin Of Safety, Degree Of Operating Leverage, Sales Mix.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 3

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4Kegunaan Penelitian ... 5

1.5Kerangka Pemikiran ... 5

1.5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Biaya ... 9

2.1.1 Objek Biaya ... 10

2.1.2 Klasifikasi Biaya ... 11

2.1.3 Penggolongan Biaya... 12

2.1.4 Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel ... 15

2.2 Analisis Biaya-Volume-Laba (BVL) ... 18

2.2.1 Peran Analisis Biaya-Volume-Laba ... 18

2.2.2 Analisis BVL Untuk Penentuan Titik Impas ... 19

2.2.2.1Pengertian Titik Impas... 19

2.2.2.2Manfaat Analisis Break Even ... 20

2.2.2.3Asumsi dalam Analisis Break Even... 21

2.2.2.4Metode Menghitung Tingkat Break Even ... 21

2.2.2.5Metode Menghitung Tingkat Break Even dengan Sales Sales Mix... 24

2.2.3 Analisis BVL Untuk Perencanaan Laba ... 26

2.2.3.1Metode Menghitung Perencanaan Laba ... 26

2.2.4 Margin of Safety (Batas Aman) ... 27

2.2.5 Operating Leverage (Pengungkit Operasi) ... 28


(5)

x Universitas Kristen Maranatha BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 30

3.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 30

3.1.2 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 30

3.1.3 Struktur Organisasi ... 31

3.2 Populasi dan Penentuan Sampel ... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4 Metode Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Biaya-Biaya yang Terjadi ... 37

4.2 Penggolongan Biaya ... 38

4.3 Volume Operasional Penjualan ... 46

4.3.1 Persentase Volume Operasional Penjualan ... 46

4.4 Perhitungan Laba ... 48

4.5 Analisis Break Even Point ... 49

4.6 Perencanaan Laba ... 55

4.7 Margin of Safety ... 56

4.8 Operating Leverage ... 60


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 73 5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 8 Gambar 2.1 Grafik Biaya-Volume-Laba ... 23


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Contoh Data Operasi Perusahaan ... 24

Tabel 2.2 Komposisi Penjualan Produk Untuk Break Even Point... 25

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 32

Tabel 4.1 Biaya-Biaya yang Terjadi ... 37

Tabel 4.2 Penggolongan Biaya Tahun 2008 ... 38

Tabel 4.3 Data dan Hasil Analisis Regresi Tahun 2008 ... 39

Tabel 4.4 Penggolongan Biaya Tahun 2009 ... 42

Tabel 4.5 Data dan Hasil Analisis Regresi Tahun 2009 ... 43

Tabel 4.6 Volume Operasional Penjualan ... 46

Tabel 4.7 Persentase Volume Operasional Penjualan Tahun 2008 ... 47

Tabel 4.8 Persentase Volume Operasional Penjualan Tahun 2009 ... 47

Tabel 4.9 Komposisi Penjualan Untuk Break Even Point Tahun 2008 ... 49

Tabel 4.10 Rasio Marjin Kontribusi Tertimbang Tahun 2008 ... 51

Tabel 4.11 Komposisi Penjualan Untuk Break Even Point Tahun 2009 ... 52

Tabel 4.12 Rasio Marjin Kontribusi Tertimbang Tahun 2009 ... 54

Tabel 4.13 Batas Aman Penjualan Tahun 2008 ... 56

Tabel 4.14 Batas Aman Penjualan Tahun 2009 ... 58

Tabel 4.15 Pengungkit Operasi Tahun 2008 ... 60

Tabel 4.16 Pengungkit Operasi Tahun 2009 ... 62

Tabel 4.17 Analisis Sales Mix Tahun 2008 ... 65

Tabel 4.18 Analisis Sales Mix Tahun 2008 ... 66

Tabel 4.19 Analisis Sales Mix Tahun 2009 ... 69


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perdagangan global yang telah diisukan membuat perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin meningkat. Perdagangan global mulai terasa yang ditandai dengan dibuatnya pakta-pakta perdagangan regional yang bebas bea masuk seperti CAFTA (China Asean Free Trade Area). Keadaan ini membuat persaingan antar perusahaan yang menghasilkan produk sejenis makin meningkat karena batasan dan hambatan perdagangan antar negara semakin kabur.

Oleh karena itu, perusahaan memerlukan manajemen yang dapat membuat perencanaan dan mengelola sumber daya dengan baik untuk menjaga kesinambungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut. Manajemen dituntut untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien, dan menghasilkan suatu keputusan yang menunjang pencapaian tujuan perusahaan.

Salah satu faktor yang harus diperhatikan manajemen adalah tujuan utama yang hendak dicapai oleh perusahaan. Berhasil tidaknya suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajer dalam mengelola perusahaan yang dipimpinnya tersebut untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Tujuan utama dari perusahaan umumnya adalah memperoleh laba sesuai dengan yang diharapkan atau direncanakan. Besar kecilnya laba perusahaan selama periode tertentu akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan. Manajer juga dituntut untuk dapat melihat kesempatan atau peluang yang ada dimasa yang akan datang. Tugas


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha manajemen adalah merencanakan masa depan perusahaan agar dapat bertahan dan berkembang dimasa yang akan datang.

Laba merupakan selisih antara pendapatan yang diterima (dari hasil penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya, dan volume penjualan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan memegang peranan yang sangat penting dalam mengambil keputusan dan perumusan kebijakan perusahaan diwaktu yang akan datang.

Manajemen memerlukan suatu pedoman dalam menjalankan kegiatan-kegiatan perusahaan. Pedoman dapat berupa perencanaan yang berisikan langkah-langkah yang akan dan harus ditempuh perusahaan dalam mencapai tujuannya. Perencanaan dapat pula menjadi alat ukur dan evaluasi atas hasil sesungguhnya. Apabila hasilnya tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan, maka manajemen harus mengevaluasi ketidaksesuaian tersebut dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Perencanaan juga merupakan alat pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan perusahaan. Dengan demikian, perencanaan memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang kegiatan-kegiatan perusahaan.

Manajemen perlu membuat perencanaan laba karena laba merupakan tujuan utama dari perusahaan. Perencanaan laba dipengaruhi oleh perencanaan penjualan dan perencanaan biaya. Perencanaan laba berisikan langkah-langkah yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai besarnya target laba yang diinginkan. Agar perencanaan laba dapat dilakukan secara memadai, maka diperlukan alat bantu berupa analisis break even. Analisis break even merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain laba sama dengan nol). Untuk analisis break even, perlu diadakan perhitungan terhadap komponen-komponen biaya tetap, biaya variabel, dan harga dari produk tersebut.


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha Jadi sangat penting bagi seorang manajer untuk mengetahui break even perusahaan yang dipimpinnya. Dengan mengetahui break even (titik impas), manajer perusahaan juga dapat menargetkan atau merencanakan jumlah penjualan produknya agar memperoleh keuntungan tertentu. Selain itu break even juga dapat digunakan untuk melihat seberapa besar berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi. Analisis break even merupakan alat yang efektif dalam menyajikan informasi bagi manajemen untuk keperluan perencanaan laba.

Mengingat pentingnya break even sebagai salah satu alat bantu dalam perencanaan laba, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh lagi dengan mengadakan penelitian dengan judul : “Analisis Biaya-Volume-Laba Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba” (Studi Kasus Pada “CV. Sammyo Makmur Abadi” Cimahi).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, peneliti bermaksud mengidentifikasi pengaruh perilaku biaya terhadap kinerja manajemen. Peneliti membatasi permasalahan pada bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, harga, dan volume untuk perencanaan laba perusahaan dalam operasinya dengan rangkaian analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah “CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi telah mengikuti konsep cost behavior dalam melakukan penggolongan biaya?

2. Apakah “CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi telah menggunakan analisis biaya volume laba dalam hal perencanaan laba untuk ke depannya?

3. Berapa besar volume penjualan “CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi yang harus dicapai agar perusahaan mencapai tingkat break even?


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha 4. Seberapa besar margin of safety bagi “CV. Sammyo Makmur Abadi”

Industri makanan ringan Cimahi agar tidak mengalami kerugian?

5. Berapakah besarnya tingkat operating laverage yang akan dicapai oleh

“CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi?

6. Berapakah laba, break even, margin of safety, dan operating laverage untuk sales mix yang akan dicapai oleh “CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari adanya penelitian ini adalah untuk memperoleh bahan tugas akhir. Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah “CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi telah melakukan penggolongan biaya secara tepat sesuai dengan konsep cost behavior?

2. Untuk mengetahui break even point pada kegiatan operasional “CV.

Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi.

3. Untuk mengetahui jumlah volume penjualan “CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi pada tingkat laba yang direncanakan.

4. Untuk mengetahui berapa tingkat margin of safety “CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi pada tahun yang dijadikan objek penelitian.

5. Untuk mengetahui berapa tingkat operating laverage “CV. Sammyo

Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi.

6. Untuk mengetahui berapa tingkat laba, break even, margin of safety, dan operating laverage untuk sales mix“CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan Cimahi.


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

 Menjadi praktik penelitian yang berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti.

 Dapat digunakan sebagai wadah yang tepat dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah sehubungan dengan cost volume profit.

2. Bagi Perusahaan

 Diharapkan dari hasil penelitian ini sedikit banyak bisa memberikan kontribusi pemikiran yang selanjutnya dapat membantu manajemen dalam perencanaan laba dimasa yang akan datang

3. Masyarakat umum

 Dapat dijadikan sebagai pengetahuan tambahan terutama dalam bidang pengendalian laba.

 Dapat dijadikan sebagai salah satu contoh tugas akhir apabila ada pihak-pihak lain yang membutuhkan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perencanaan merupakan fungsi utama dan pertama yang dilakukan oleh manajemen karena hasil dari perencanaan dijadikan pedoman bertindak manajemen untuk langkah berikutnya. Oleh karena itu, perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Perencanaan penting karena mempengaruhi secara langsung terhadap kelancaran maupun keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam usaha mempertahankan hidup serta memajukan perusahaan, manajemen dituntut bertindak kritis terhadap semua keputusan yang diambilnya. Setiap keputusan yang diambil manajemen akan berpengaruh


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha terhadap keberhasilan perusahaan. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan adalah laba.

Laba yang dihasilkan perusahaan sering kali dijadikan sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan manajemen dalam mengelola suatu perusahaan. Laba akan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi total biayanya.

Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi laba, yaitu: harga jual produk, total biaya, dan volume penjualan. Ketiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang saling berkaitan, sehingga dalam perencanaan laba, hubungan antara harga jual produk, biaya, dan volume penjualan memegang peranan yang sangat penting. Ketiga faktor tersebut akan saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan fungsinya satu dengan yang lainnya.

Suatu perencanaan laba yang baik perlu adanya analisis yang membahas tentang faktor-faktor yang dapat memenuhi laba perusahaan. Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam merencanakan laba adalah analisis break even.

Kita dapat menggunakan analisis break even untuk mengetahui pada volume penjualan berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian juga tidak memperoleh laba (titik impas). Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya laba yang akan diperoleh, pada volume penjualan tertentu. Informasi yang disajikan analisis break even ini akan memudahkan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian laba.

Kita dapat memakai sales mix untuk menghitung laba, break even, margin of safety, dan operating laverage. Dalam analisis sales mix produk yang memiliki margin kontribusi tinggi akan dijual dengan proporsi penjualan yang besar agar menghasilkan laba yang besar. Hasilnya dapat kita bandingkan antara penjualan aktual dengan penjualan sales mix. Jika penjualan sales mix lebih baik, maka perusahaan dapat memilih untuk menjual produk sesuai proporsi sales mix. Informasi yang disajikan analisis sales mix ini akan memudahkan manajemen dalam memilih proporsi


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha penjualan produk yang menghasilkan laba lebih baik dengan total penjualan yang sama.

1.5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada “CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri makanan ringan yang berlokasi di Jl. Sapta Jaya no.8 (Kerkoff - Leuwigajah) Cimahi. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2011 sampai dengan selesai.


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.5.2 Skema Kerangka Pemikiran

Biaya Manufaktur Biaya Komersial

Biaya Total

Harga Jual Volume Operasional Penjualan Biaya Tetap Biaya Variabel

Penjualan

Analisis Biaya-Volume-Laba

Analisis sales mix Penjualan Aktual


(17)

73 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini akan dibagi dalam dua bagian utama yaitu kesimpulan dari hasil analisis yang telah dijabarkan pada bab IV dan bagian kedua yaitu saran yang berkenaan dengan break even point, perencanaan laba dan margin aman penjualan dari ”CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri Makanan Ringan Cimahi.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan mengenai kememadaian analisis biaya volume laba sebagai alat bantu manajemen dalam hal perencanaan laba, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis Break Even pada ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan telah memadai, hal ini dapat dilihat dari ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan yang telah mengelompokkan biaya yang ada kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Pengelompokkan biaya ini merupakan syarat utama untuk dapat diterapkannya perhitungan break even.

2. Dengan diterapkannya analisis break even untuk perencanaan laba telah berfungsi dalam meningkatkan laba perusahaan. Hal ini terlihat dari realisasi penjualan dan laba yang dihasilkan telah tercapai sesuai dengan yang telah ditargetkan. Pada tahun 2008, penjualan minimal untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan sebesar Rp 4.512.585.963,00 dan pendapatan yang terjadi sebesar Rp 4.551.000.000,00. Sedangkan pada tahun 2009, penjualan minimal untuk memperoleh keuntungan yang


(18)

74

Universitas Kristen Maranatha diinginkan sebesar Rp 5.039.038.348,00 dan pendapatan yang terjadi sebesar Rp 5.210.400.000,00. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan pendapatan yang cukup besar karena terjadi lonjakan permintaan produk yang cukup besar. Hal ini mengindikasikan keberhasilan strategi penjualan yang dijalankan dengan tidak menaikkan harga jual seperti pesaing usaha lainnya.

3. Pada tahun 2008, break even point dengan sales mix berdasarkan rupiah adalah sebesar Rp 2.349.768.740,00. Sedangkan pada tahun 2009, break even point dengan sales mix berdasarkan rupiah adalah sebesar Rp 2.662.856.972,00. Kenaikkan break even point pada tahun 2009 mengindikasikan risiko yang meningkat karena titik impas lebih sulit dicapai. Break even point pada tahun 2009 mengalami kenaikkan yang disebabkan oleh kenaikkan biaya tetap dan variabel akibat kenaikkan harga bahan baku, biaya listrik waktu beban puncak, kenaikkan biaya tenaga kerja, dan harga jual yang tetap. Apabila manajemen menaikkan atau menurunkan harga jual, biaya tetap, dan biaya variabel, maka perubahan akan berpengaruh terhadap break even point.

4. ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan memiliki margin of safety sebesar Rp 2.201.231.260,00 atau 48,37% dari penjualan pada tahun 2008, dan Rp 2.547.543.028,00 atau 48,89% dari penjualan pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat penjualan pada tahun 2009 mengalami kenaikkan dan risiko perusahaan menderita kerugian karena penurunan penjualan menjadi semakin kecil. Perusahaan dapat menentukan seberapa banyak penjualan boleh diturunkan agar perusahaan tidak menderita kerugian bila terjadi gangguan dalam operasi perusahaan.

5. Operating laverage yang dimiliki oleh ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan pada tahun 2008 dan 2009 adalah 2,067479270670 dan 2,045264767948. Penurunan Operating laverage


(19)

75

Universitas Kristen Maranatha terjadi pada tahun 2009 sebesar 0,022214503 karena terjadi kenaikan biaya variabel dan tetap. Hal ini mengindikasikan sensitivitas laba terhadap penjualan menurun. Bila perusahaan ingin menaikkan Operating laverage, maka struktur biaya harus dirubah agar biaya tetap lebih besar dari biaya variabel dengan cara investasi alat produksi yang otomatis.

6. Laba untuk penjualan sales mix tahun 2008 dan 2009 adalah sebesar Rp 980.059.963,00/21,53% dari penjualan dan Rp 1.085.534.625,00/20,83% dari penjualan. Titik impas untuk penjualan sales mix tahun 2008 dan 2009 terjadi pada tingkat penjualan sebesar Rp 2.272.867.567,00 dan Rp 2.572.977.797,00. Batas aman untuk penjualan sales mix tahun 2008 dan 2009 agar terjadinya penurunan penjualan sebelum perusahaan mengalami kerugian adalah sebesar Rp 2.278.132.433,00/50,06% dari penjualan dan Rp 2.637.422.203,00/50,62% dari penjualan. Tingkat pengungkit operasi untuk penjualan sales mix pada tahun 2008 dan 2009 adalah 1,997688955 dan 1,975565381. Hal ini mengindikasikan bahwa penjualan dengan sales mix akan menghasilkan laba yang lebih besar daripada laba aktual dengan tingkat penjualan yang sama dan meminimalkan risiko dengan tingkat titik impas yang lebih kecil daripada titik impas aktual, batas aman yang lebih besar daripada batas aman aktual, dan tingkat pengungkit operasi yang lebih kecil daripada tingkat pengungkit operasi aktual.

5.2 Saran

 ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan dalam perencanaan laba sebaiknya menggunakan perhitungan biaya tetap dan biaya variabel untuk mengetahui berapa tingkat break even point, margin of safety, pendapatan aktual, dan laba aktual, sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.


(20)

76

Universitas Kristen Maranatha  Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, pihak manajemen

sebaiknya menggunakan Total Cost untuk memisahkan biaya tetap dan biaya variabel yang secara teoritis paling nyata, karena memperhitungkan seluruh faktor dan meniadakan unsur subjektif.

 Untuk memaksimalkan laba, perusahaan harus meningkatkan pengungkit operasi untuk meningkatkan perolehan laba dengan cara menekan biaya variabel dan menaikkan biaya tetap dengan berinvestasi membeli mesin otomatis yang lebih efisien dan produktif. Pengurangan biaya variabel ini tidak boleh mengurangi kualitas produk dan pelayanan kepada pelanggan agar konsumen tetap setia pada produk yang ditawarkan yang membuat stabilitas penjualan terjamin bahkan meningkat.

 Strategi perusahaan untuk menahan/tidak menaikkan harga jual agar volume operasi penjualan meningkat berhasil terlaksana pada tahun 2009. Akan tetapi, strategi ini harus dipikirkan lagi untuk dilaksanakan kembali pada tahun berikutnya dengan melihat perkembangan harga bahan baku, tarif dasar listrik, dan biaya tenaga kerja.

 Perusahaan harus meningkatkan penjualan produk yang memiliki margin kontribusi tinggi agar laba yang diperoleh lebih besar, seperti: potato balado, patato asin, stik pandan, stik bantal keju, makaroni lilo, dan chiki. Hal ini sesuai dengan maksud sales mix yang meningkatkan penjualan produk dengan margin kontribusi tinggi agar laba yang diperoleh lebih besar dengan total penjualan yang sama.


(21)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward J.; Kung H. Chen; Gary Cokins dan Thomas W. Lin. Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Penerjemah Tim Penerjemah Penerbit Salemba. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. 2008.

Carter, William K. dan Milton F. Usry. Cost Accounting. Penerjemah Krista. Edisi Ketiga belas. Jakarta: Salemba Empat. 2006.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. Management Accounting. Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat. 2005.

Horngren, Charles T.; Gorge Foster dan Srikant M. Datar. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Penerjemah Sinaga. Edisi Kesebelas. Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia. 2003.


(1)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.5.2 Skema Kerangka Pemikiran

Biaya Manufaktur Biaya Komersial

Biaya Total

Harga Jual Volume Operasional Penjualan Biaya Tetap Biaya Variabel

Penjualan

Analisis Biaya-Volume-Laba

Analisis sales mix Penjualan Aktual


(2)

73 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini akan dibagi dalam dua bagian utama yaitu kesimpulan dari hasil analisis yang telah dijabarkan pada bab IV dan bagian kedua yaitu saran yang berkenaan dengan break even point, perencanaan laba dan margin aman penjualan dari ”CV. Sammyo Makmur Abadi” Industri Makanan Ringan Cimahi.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan mengenai kememadaian analisis biaya volume laba sebagai alat bantu manajemen dalam hal perencanaan laba, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis Break Even pada ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan telah memadai, hal ini dapat dilihat dari ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan yang telah mengelompokkan biaya yang ada kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Pengelompokkan biaya ini merupakan syarat utama untuk dapat diterapkannya perhitungan break even.

2. Dengan diterapkannya analisis break even untuk perencanaan laba telah berfungsi dalam meningkatkan laba perusahaan. Hal ini terlihat dari realisasi penjualan dan laba yang dihasilkan telah tercapai sesuai dengan yang telah ditargetkan. Pada tahun 2008, penjualan minimal untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan sebesar Rp 4.512.585.963,00 dan pendapatan yang terjadi sebesar Rp 4.551.000.000,00. Sedangkan pada tahun 2009, penjualan minimal untuk memperoleh keuntungan yang


(3)

74

Universitas Kristen Maranatha diinginkan sebesar Rp 5.039.038.348,00 dan pendapatan yang terjadi sebesar Rp 5.210.400.000,00. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan pendapatan yang cukup besar karena terjadi lonjakan permintaan produk yang cukup besar. Hal ini mengindikasikan keberhasilan strategi penjualan yang dijalankan dengan tidak menaikkan harga jual seperti pesaing usaha lainnya.

3. Pada tahun 2008, break even point dengan sales mix berdasarkan rupiah adalah sebesar Rp 2.349.768.740,00. Sedangkan pada tahun 2009, break even point dengan sales mix berdasarkan rupiah adalah sebesar Rp 2.662.856.972,00. Kenaikkan break even point pada tahun 2009 mengindikasikan risiko yang meningkat karena titik impas lebih sulit dicapai. Break even point pada tahun 2009 mengalami kenaikkan yang disebabkan oleh kenaikkan biaya tetap dan variabel akibat kenaikkan harga bahan baku, biaya listrik waktu beban puncak, kenaikkan biaya tenaga kerja, dan harga jual yang tetap. Apabila manajemen menaikkan atau menurunkan harga jual, biaya tetap, dan biaya variabel, maka perubahan akan berpengaruh terhadap break even point.

4. ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan memiliki margin of safety sebesar Rp 2.201.231.260,00 atau 48,37% dari penjualan pada tahun 2008, dan Rp 2.547.543.028,00 atau 48,89% dari penjualan pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat penjualan pada tahun 2009 mengalami kenaikkan dan risiko perusahaan menderita kerugian karena penurunan penjualan menjadi semakin kecil. Perusahaan dapat menentukan seberapa banyak penjualan boleh diturunkan agar perusahaan tidak menderita kerugian bila terjadi gangguan dalam operasi perusahaan.

5. Operating laverage yang dimiliki oleh ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan pada tahun 2008 dan 2009 adalah 2,067479270670 dan 2,045264767948. Penurunan Operating laverage


(4)

Universitas Kristen Maranatha terjadi pada tahun 2009 sebesar 0,022214503 karena terjadi kenaikan biaya variabel dan tetap. Hal ini mengindikasikan sensitivitas laba terhadap penjualan menurun. Bila perusahaan ingin menaikkan Operating laverage, maka struktur biaya harus dirubah agar biaya tetap lebih besar dari biaya variabel dengan cara investasi alat produksi yang otomatis.

6. Laba untuk penjualan sales mix tahun 2008 dan 2009 adalah sebesar Rp 980.059.963,00/21,53% dari penjualan dan Rp 1.085.534.625,00/20,83% dari penjualan. Titik impas untuk penjualan sales mix tahun 2008 dan 2009 terjadi pada tingkat penjualan sebesar Rp 2.272.867.567,00 dan Rp 2.572.977.797,00. Batas aman untuk penjualan sales mix tahun 2008 dan 2009 agar terjadinya penurunan penjualan sebelum perusahaan mengalami kerugian adalah sebesar Rp 2.278.132.433,00/50,06% dari penjualan dan Rp 2.637.422.203,00/50,62% dari penjualan. Tingkat pengungkit operasi untuk penjualan sales mix pada tahun 2008 dan 2009 adalah 1,997688955 dan 1,975565381. Hal ini mengindikasikan bahwa penjualan dengan sales mix akan menghasilkan laba yang lebih besar daripada laba aktual dengan tingkat penjualan yang sama dan meminimalkan risiko dengan tingkat titik impas yang lebih kecil daripada titik impas aktual, batas aman yang lebih besar daripada batas aman aktual, dan tingkat pengungkit operasi yang lebih kecil daripada tingkat pengungkit operasi aktual.

5.2 Saran

 ”CV. Sammyo Makmur Abadi” industri makanan ringan dalam perencanaan laba sebaiknya menggunakan perhitungan biaya tetap dan biaya variabel untuk mengetahui berapa tingkat break even point, margin of safety, pendapatan aktual, dan laba aktual, sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.


(5)

76

Universitas Kristen Maranatha  Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, pihak manajemen

sebaiknya menggunakan Total Cost untuk memisahkan biaya tetap dan biaya variabel yang secara teoritis paling nyata, karena memperhitungkan seluruh faktor dan meniadakan unsur subjektif.

 Untuk memaksimalkan laba, perusahaan harus meningkatkan pengungkit operasi untuk meningkatkan perolehan laba dengan cara menekan biaya variabel dan menaikkan biaya tetap dengan berinvestasi membeli mesin otomatis yang lebih efisien dan produktif. Pengurangan biaya variabel ini tidak boleh mengurangi kualitas produk dan pelayanan kepada pelanggan agar konsumen tetap setia pada produk yang ditawarkan yang membuat stabilitas penjualan terjamin bahkan meningkat.

 Strategi perusahaan untuk menahan/tidak menaikkan harga jual agar volume operasi penjualan meningkat berhasil terlaksana pada tahun 2009. Akan tetapi, strategi ini harus dipikirkan lagi untuk dilaksanakan kembali pada tahun berikutnya dengan melihat perkembangan harga bahan baku, tarif dasar listrik, dan biaya tenaga kerja.

 Perusahaan harus meningkatkan penjualan produk yang memiliki margin kontribusi tinggi agar laba yang diperoleh lebih besar, seperti: potato balado, patato asin, stik pandan, stik bantal keju, makaroni lilo, dan chiki. Hal ini sesuai dengan maksud sales mix yang meningkatkan penjualan produk dengan margin kontribusi tinggi agar laba yang diperoleh lebih besar dengan total penjualan yang sama.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward J.; Kung H. Chen; Gary Cokins dan Thomas W. Lin. Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Penerjemah Tim Penerjemah Penerbit Salemba. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. 2008.

Carter, William K. dan Milton F. Usry. Cost Accounting. Penerjemah Krista. Edisi Ketiga belas. Jakarta: Salemba Empat. 2006.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. Management Accounting. Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat. 2005.

Horngren, Charles T.; Gorge Foster dan Srikant M. Datar. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Penerjemah Sinaga. Edisi Kesebelas. Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia. 2003.