Studi Deskriptif Mengenai Hardiness Pada Staff Marketing Associate Property "X" Bandung.

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai hardiness pada staff marketing associate property “X” Bandung. Penelitian ini menggunakan teknik sampling random dengan sampel berjumlah 60 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.

Alat ukur yang digunakan merupakan kuesioner hardiness yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Resilience at work dari Maddi & Khoshaba (2005) yang menjelaskan tiga komponen utama yaitu commitment, control, dan challenge. Commitment merupakan seberapa besar perhatian, pemikiran dan usaha yang diberikan karyawan terhadap situasi stressful dalam pekerjaannya. Control merupakan seberapa besar usaha yang dilakukan karyawan untuk mempengaruhi hasil, atas situasi stressful yang terjadi dalam pekerjaannya, ke arah yang lebih positif, sedangkan challenge adalah seberapa terbuka karyawan untuk memandang situasi stressful dalam pekerjaannya sebagai sarana untuk menemukan solusi baru. Berdasarkan uji validitas terdapat 45 item yang digunakan dengan nilai validitas berkisar antara 0.49 – 0.95 , sedangkan reliabilitas yang diperoleh adalah 0.95. Data yang diperoleh diolah menggunakan metode statistik deskriptif dengan tabulasi silang dan distribusi frekuensi.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, maka didapatkan hasil 60% staff marketing associate property “X” Bandung menunjukkan hardiness rendah, sedangkan 40% staff marketing lainnya menunjukkan hardiness tinggi. Pada staff marketing associate property “X” Bandung, bila aspek tersebut diurutkan dari yang derajatnya paling tinggi yaitu commitment dan challenge sebesar 56,7 %, sedangkan control sebesar 50 %. Ketika staff marketing associate property “X” Bandung mengalami kesulitan dalam pekerjaannya sebagian besar memandang kesulitan tersebut sebagai tantangan yang harus dihadapi dan mampu mengerahkan segala perhatian, pemikiran dan usahanya untuk mempengaruhi hasil dari situasi sulit tersebut ke arah yang lebih positif. Hampir seluruh staff marketing yang memiliki derajat hardiness yang tinggi, memiliki transformational coping skill dan social support skill yang tinggi pula. Hal ini menunjukkan bahwa staff marketing mampu melihat kesulitan dalam pekerjaannya sebagai tantangan dan sudah mampu untuk berinteraksi dengan orang lain agar dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

Kesimpulan yang diperoleh adalah derajat hardiness yang dimiliki oleh staff marketing bervariasi. Selain itu, aspek – aspek hardiness (commitment, control, dan challenge) memiliki derajat yang bervariasi sehingga merefleksikan


(2)

DAFTAR ISI

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian ... iii

Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Bagan ... xii

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9


(3)

1.6 Asumsi ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resilience dalam Pekerjaan ... 21

2.1.1 Pengertian Resilience ... 21

2.1.2 Aspek – aspek Resilience ... 21

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Resilience ... 24

2.2 Marketing Associate Real Estate Agent (Property) ... 30

2.2.1 Job Description Marketing Associates Property ... 30

2.2.2 Job Activities Marketing Associates Property ... 33

2.2.3 Skill Marketing Associates Property ... 34

2.2.4 Ability Marketing Associates Property ... 36

2.2.5 Knowledge Marketing Associates Property ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 37

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 37

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

3.3.1 Variabel penelitian ... 38

3.3.2 Definisi Operasional ... 38


(4)

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 40

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 42

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.5 Populasi Sasaran ... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 46

4.2.1 Usia Responden ... 46

4.2.2 Jenis Kelamin Responden ... 47

4.2.3 Pendidikan Terakhir ... 47

4.2.4 Lama Bekerja... 48

4.2.5 Jumlah Property yang Telah Dijual ... 48

4.2 Hasil Penelitian ... 49

4.2.1 Derajat Resilience ... 49

4.2.2 Aspek Resilience ... 50

4.2.2.1 Aspek Commitment ... 50

4.2.2.2 Aspek Control ... 52

4.2.2.3 Aspek Challenge ... 53

4.3 Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61


(5)

5.2 Saran ... 62

5.2.1 Kegunaan Teoritis ... 62

5.2.2 Kegunaan Praktis ... 62

Daftar Pustaka ... 63

Daftar Rujukan ... 64 LAMPIRAN


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir ... 20 Bagan 3.1 Rancangan Penelitian ... 38


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Alat Ukur ... 40

Tabel 3.2 Skoring Item ... 49

Tabel 4.1.1 Usia Responden ... 45

Tabel 4.1.2 Jenis Kelamin Responden ... 46

Tabel 4.1.3 Pendidikan Terakhir Responden ... 46

Tabel 4.1.4 Lama Bekerja ... 47

Tabel 4.1.5 Jumlah Property yang Telah Dijual ... 48

Tabel 4.2.1 Tabel Persentase Derajat Resilience Responden ... 48

Tabel 4.2.2.1 Tabulasi silang Aspek Commitment dengan Derajat Resilience Responden ... 50

Tabel 4.2.2.2 Tabulasi silang Aspek Control dengan Derajat Resilience Responden ... 51

Tabel 4.2.2.3 Tabulasi silang Aspek Challenge dengan Derajat Resilience Responden ... 52


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Alat Ukur Lampiran 2 Alat Ukur Resilience

Lampiran 2.1 Data Pribadi dan Penunjang Lampiran 2.2 Kuesioner Resilience Lampiran 3 Hasil Penelitian Lampiran 4 Tabulasi Silang

Lampiran 4.1 Tabulasi Silang Resilience dengan Transformational Coping Skill Lampiran 4.2 Tabulasi Silang Resilience dengan Social Support Coping Skill Lampiran 4.3 Tabulasi Silang Commitment dengan Transformational Coping Skill Lampiran 4.4 Tabulasi Silang Control dengan Transformational Coping Skill Lampiran 4.5 Tabulasi Silang Challenge dengan Transformational Coping Skill Lampiran 4.6 Tabulasi Silang Commitment dengan Social Support Coping Skill Lampiran 4.7 Tabulasi Silang Control dengan Social Support Coping Skill Lampiran 4.8 Tabulasi Silang Challenge dengan Social Support Coping Skill Lampiran 4.9 Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Resilience at Work Lampiran 4.9.1 Tabulasi Silang Usia dengan Resilience at Work

Lampiran 4.9.2 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Resilience at Work Lampiran 4.9.3 Tabulasi Silang Pendidikan Terakhir dengan Resilience at Work Lampiran 4.9.4 Tabulasi Silang Lama Bekerja dengan Resilience at Work

Lampiran 4.9.5 Tabulasi Silang Jumlah Property yang telah dijual dengan Resilience at Work


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bisnis properti adalah salah satu jenis usaha yang benar-benar menjanjikan keuntungan sekarang ini. Bisnis properti memiliki nilai jual yang hampir selalu stabil, bahkan cenderung mengalami kenaikan. DPD Real Estate Indonesia (REI) Jabar optimistis prospek bisnis property di 2013 masih tetap tinggi. Apalagi berdasarkan hitungan pemerintah, pada 2013 ada 800 ribu unit perumahan atau rumah yang akan dibangun. Untuk itu, bisnis di dunia property tidak akan surut dan pasti akan tetap naik. Buktinya dengan semakin tingginya permintaan dan kebutuhan akan rumah itu sendiri. (dikutip dari

http://m.inilah.com/read/detail/1941495/2013-bisnis-properti-masih-menjanjikan/ ,

diakses tanggal 11 Juni 2013)

Teguh Satria, Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Real Estate Indonesia (REI) menyatakan, bisnis properti tahun 2013 memang diprediksikan bakal bergairah. Apalagi bunga kredit perbankan makin rendah, sehingga memacu penyaluran kredit perumahan. Maka beruntung bagi yang sedang menjalankan bisnis properti karena di Tahun ini akan membawa berkah bagi bisnis properti ini diantaranya bisnis bahan bangunan, investasi tanah, serta perumahan.dll. (dikutip dari


(10)

2

“Universitas Kristen Maranatha”

Salah satu agen properti yang sedang berkembang adalah X Indonesia. X mulai beroperasi tanggal 8 Mei 1992. Saat ini, X telah memiliki lebih dari 130 kantor di seluruh Indonesia, dengan member broker lebih dari 2850 Marketing Associates yang tersebar di kota-kota besar Indonesia. X memiliki motto First in Service (pertama dalam pelayanan), First in Result (pertama mencapai hasil maksimal), First in Costumer Satisfaction (pertama dalam memberikan kepuasan pelanggan). Filosofi bisnis X adalah Listing Control, Selling Control, dan Market Control. (dikutip dari website agen X Indonesia, diakses tanggal 15 Maret 2012)

Hasil wawancara peneliti dengan Metta Lily, Manager Associates di kantor cabang X Bandung, didapatkan hasil bahwa pekerjaan sebagai Marketing Associates aktif di X bukanlah pekerjaan yang mudah. Seorang Marketing Associates X memiliki target waktu dari tanggal 1 Januari – 30 Juni. Dalam waktu tersebut, Marketing Associates memiliki target komisi bersih seratus juta rupiah sampai lima ratus juta rupiah. Penggolongan dari target-target komisi inilah yang akan menentukan prestige, fasilitas yang diberikan kantor, reward dan punishment yang diberikan kantor.

Marketing Associates tidak diberikan insentif resmi (gaji) dari kantor setiap bulannya. Jadi, Marketing Associates diberikan insentif dengan menggunakan sistem komisi. Ketika menjual rumah seharga ± satu milyar Rupiah, komisi dari harga jual 3%. Ketika menjual rumah seharga ± satu – tiga milyar Rupiah, komisi dari harga jual 2,5%. Ketika menjual rumah seharga lebih dari tiga milyar Rupiah, komisi dari harga jual 2%. Komisi dari harga jual terlebih dahulu masuk dalam pendapatan kantor, lalu dari kantor dibagi pada Marketing


(11)

3

Associates yang menjual sesuai tarif komisinya, yaitu 50:50; 60:40; 70:30; 80:20. Tarif ini progresif sesuai banyaknya penjualan rumah.

Jam kerja Marketing Associates sekitar delapan jam, yaitu dari jam 8.30 sampai jam 17.00 di kantor. Namun, apabila Marketing Associates harus keluar kantor karena urusan dengan klien, hal itu diperbolehkan. Jam bertemu dengan klien kadang tidak dapat ditentukan dalam jam kerja. Oleh karena itu, apabila ada klien yang meminta bertemu di luar jam kerja atau di luar hari kerja maka Marketing Associates harus menyediakan waktu lebih.

Pekerjaan seorang Marketing Associates yang utama adalah menjual properti. Marketing Associates perlu mencari listing properti dengan terjun langsung ke lapangan untuk melihat tanah atau rumah yang akan dijual. Marketing Associates meyakinkan orang yang mau menjual rumahnya agar mau menggunakan jasa X sebagai agen propertinya. Hal ini sulit karena marketing associates perlu merubah belief / kepercayaan masyarakat setempat bahwa jika menggunakan jasa seorang marketing property, orang perlu memberikan komisi kepada marketing itu padahal komisi telah dimasukkan ke dalam harga jual.

Marketing Associates mempromosikan listing properti yang telah didapatkannya. Apabila ada orang yang tertarik melihat listing properti yang dipromosikan, Marketing Associates mengantarkan orang tersebut untuk melihat listing propertinya. Marketing Associates melakukan negosiasi awal dengan klien; menjadi perantara penjual dan pembeli dalam menentukan harga. Setelah mencapai kesepakatan, Marketing Associates menyiapkan proses transaksi (menghitung biaya-biaya yang diperlukan, pengecekan ukuran lapangan dan surat


(12)

4

“Universitas Kristen Maranatha”

sertifikat, pengecekan sertifikat ke Badan Pertanahan Nasional / BPN, pengecekan pajak bumi dan bangunan ke kantor pajak, membantu mengajukan Kredit Pemilikan Rumah / KPR, dan menentukan jadwal ke notaris).

Seorang Marketing Associates memerlukan kemampuan mengkomunikasikan informasi dan ide dalam kata-kata sehingga orang lain mudah untuk mengerti; kemampuan membaca dan memahami informasi dan gagasan yang disampaikan secara tertulis; kemampuan melihat secara detail dari jarak dekat (beberapa meter dari pengamat); kemampuan mendengarkan dan memahami informasi dan ide yang dipresentasikan melalui kata-kata yang diucapkan; kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan umum, termasuk menemukan hubungan antara peristiwa yang tampaknya tidak berhubungan; kemampuan mengidentifikasi dan memahami pembicaraan orang lain; kemampuan berbicara dengan jelas sehingga orang lain dapat mengerti; kemampuan menerapkan peraturan umum untuk masalah khusus untuk menghasilkan jawaban yang masuk akal; kemampuan mengetahui ada sesuatu yang salah atau mungkin salah. (dikutip dari

http://www.careerplanner.com/marketing)

Hasil survey awal peneliti terhadap 15 orang Marketing Associates X di Bandung diperoleh data sebagai berikut: 10 orang (66,7%) merasakan sulit tidur ketika tidak mendapatkan transaksi penjualan rumah selama satu bulan lebih. Sebanyak 7 orang (46,7%) merasakan rasa sakit di dada atau perut ketika akan bertemu klien baru atau sedang melakukan proses transaksi. Sebanyak 5 orang (33,3%) merasakan detak jantung yang lebih cepat ketika sedang memikirkan


(13)

5

calon pembeli yang baru. Sebanyak 1 orang (6,7%) belum merasakan adanya perubahan fisiologis maupun psikologis serta belum menemui kesulitan yang berarti.

Berdasarkan 14 orang Marketing Associates X (93,3%) yang merasakan stres dalam pekerjaannya, didapatkan data mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama bekerja. Sebanyak 12 orang (85,7%) merasa kesulitan menemukan kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Sebanyak 11 orang (78,6%) merasa berat karena harus mengeluarkan biaya promosi dan transportasi dari uang pribadi. Sebanyak delapan orang (57,1%) merasa kesulitan ketika mengajukan KPR ke bank, karena pengajuan KPR sekarang memiliki syarat yang sangat ketat. Sebanyak tujuh orang (50%) merasa kesulitan ketika harus meyakinkan klien dan membangun kepercayaan untuk menggunakan jasa X dalam proses penjualan rumahnya. Sebanyak lima orang (35,7%) merasa kesulitan menemukan waktu bertemu klien karena mengganggu waktu dengan keluarga. Sebanyak lima orang (35,7%) juga merasa walaupun menemui banyak kesulitan, mereka tetap berusaha berjuang lebih keras lagi dalam menjual properti.

Menurut Metta Lily, Manager Associates kantor cabang X Bandung, bagi orang yang baru terjun dalam bidang properti, tugas dan pekerjaan seorang marketing associates tidak mudah. Tugas dan pekerjaan marketing associates harus didukung kemampuan, sikap, daya juang dan kepercayaan diri penuh dari dalam diri masing-masing individu. Oleh karena itu, di Bandung khususnya, banyak Marketing Associates yang tidak dapat bertahan bekerja lama. Banyak


(14)

6

“Universitas Kristen Maranatha”

Marketing Associates yang belum satu tahun bekerja sudah keluar dari X. Hal ini membuat X harus mencari lagi para Marketing Associates yang baru.

Pergantian Marketing Associates yang kerap kali terjadi dalam kantor X memunculkan pertanyaan mengapa ada Marketing Associates yang bertahan dan ada Marketing Associates yang memutuskan untuk tidak lagi aktif dalam penjualan properti di X. Menurut Salvatore R. Maddi dan Deborah M. Khoshaba (2005), kemampuan seseorang untuk mengubah keadaan yang menekan menjadi keadaan yang penuh peluang disebut dengan resilience. Resilience terdiri dari attitudes dan skill yang membantu seseorang untuk bertahan dan mengembangkan diri dibawah pengaruh stress. Kata kunci untuk dapat menggambarkan resilience ini adalah hardiness atau ketahanan. Hardiness merupakan attitudes yang diperlukan untuk menjadi resilience, dikenal dengan adanya 3C, yaitu commitment, control challenge.

Marketing Associates yang memiliki hardiness rendah (lemah), akan menganggap kesulitan menjadi sesuatu yang menyusahkan dirinya. Mereka mudah menyerah dalam menghadapi situasi yang sulit ketika menjual rumah dan mencari listing serta menarik diri dari orang-orang yang ada disekitarnya. Mereka tidak percaya diri dan tidak yakin bahwa mereka dapat menjual properti sesuai target dan waktu yang telah ditentukan.

Pada kenyataannya menurut Maddi dan Khoshaba (2005) semua perusahaan membutuhkan karyawan-karyawan yang mempunyai hardiness tinggi yaitu karyawan yang dapat bertahan dan tetap semangat bekerja pada saat tekanan-tekanan datang. Karyawan akan lebih bersemangat dan antusias ketika


(15)

7

bekerja, juga lebih inovatif sehingga akan mengoptimalkan produktivitas perusahaan. Sedangkan, jika perusahaan memiliki karyawan yang hardiness rendah maka hal tersebut akan menghambat produktivitas perusahaan karena karyawannya mudah menyerah dan merasa tidak percaya diri saat sedang mengerjakan tugasnya. Demikian pula dengan Marketing Associates yang memiliki hardiness tinggi akan dapat menjual rumah sesuai target dan waktu yang diberikan. Sedangkan, Marketing Associates yang memiliki hardiness rendah akan memiliki nilai penjualan rumah yang lebih sedikit walaupun target dan waktu yang diberikan sama.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hardiness pada Marketing Associates di X Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran derajat hardiness Marketing Associates X di kantor cabang Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran derajat hardiness Marketing Associates X di kantor cabang Bandung.


(16)

8

“Universitas Kristen Maranatha”

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran derajat hardiness Marketing Associates X di kantor cabang Bandung beserta aspek-aspeknya.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1) Menambah wawasan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi dalam usahanya memahami derajat hardiness marketing associates dalam bidang property.

2) Sebagai bahan pertimbangan dari peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang serupa.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi bagi Manager Associate X Indonesia mengenai derajat hardiness pada marketing associates X cabang Bandung, sehingga kantor pusat dapat membantu meningkatkan hardiness marketing associates yang rendah.

2) Memberikan informasi bagi para Manager Associate X cabang Bandung mengenai derajat hardiness para marketing associates-nya, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan ketika menerima marketing associates yang baru, serta dapat mempertahankan marketing associates yang derajat hardiness-nya tinggi.


(17)

9

1.5 Kerangka Pemikiran

Seorang marketing associate memiliki beberapa pekerjaan utama yang dapat dikelompokkan kedalam tiga bagian besar. Pertama, mencari tanah atau property yang akan dijual. Kedua, melakukan promosi untuk mencari klien pembeli. Ketiga, menyelesaikan transaksi dan administrasi sebelum tahap closing statement (tahap dimana klien pembeli dan klien penjual serta marketing associate telah mencapai kesepakatan dan duduk bersama menandatangani surat perjanjian) hingga mencapai target penjualan property yang diberikan oleh perusahaan.

Ketika mengerjakan tugas-tugas utamanya, marketing associates akan menemui hambatan atau kesulitan. Saat mencari tanah atau property yang akan dijual, marketing associates mengalami kesulitan untuk mempersuasi klien penjual untuk mempercayakan penjualan property-nya pada X. Hal ini karena pandangan masyarakat tentang biro jasa property yang negatif, bahwa ketika property dipercayakan pada biro jasa, harga property akan lebih mahal sehingga jarang orang yang mau membelinya.

Saat melakukan promosi untuk mencari klien pembeli, marketing associates harus mengeluarkan dana pribadi yang tidak sedikit untuk membuat spanduk, memasang iklan di koran, serta memasang iklan di website-website tertentu. Selain itu, dalam mempromosikan property-nya, marketing associates membutuhkan kreatifitas dan motivasi lebih agar dapat terjual dengan lebih cepat. Ketika sudah ada klien pembeli yang menghubungi marketing associates untuk melihat property, marketing associates harus menyediakan waktu serta biaya untuk mencapai tempat property dipasarkan. Selain itu, marketing associates juga


(18)

10

“Universitas Kristen Maranatha”

harus mewawancarai calon klien pembeli untuk mengetahui kebutuhan serta tujuannya mencari property. Marketing associate harus meyakinkan klien pembeli bahwa property yang ditawarkannya adalah yang sesuai dengan klien.

Saat menyelesaikan administrasi dan transaksi untuk mencapai tahap closing statement, marketing associates harus berhubungan dengan instansi-instansi terkait (BPN, Bank, Kantor Pajak). BPN (Badan Pertanahan Nasional) adalah badan yang memastikan bahwa sebuah tanah atau property itu tidak ada sengketa serta memastikan bahwa kondisi property di lapangan dengan yang ada di sertifikat sesuai. Marketing associates perlu mencari bank dengan bunga KPR yang rendah untuk klien-klien yang memerlukan cicilan. Kantor pajak memastikan pajak property telah dibayar sampai tahun berjalan oleh klien penjual. Semua ini dilakukan marketing associates untuk dapat memenuhi target dari perusahaan dalam penjualan property.

Kondisi-kondisi tersebut merupakan stressor, tidak jarang marketing associate mengalami tekanan akibat tuntutan tugasnya. Perusahaan mengharapkan marketing associate memiliki kemampuan untuk bertahan dan bangkit dari tekanan dan stress yang dirasakannya agar tetap dapat menjual property secara optimal. Stress merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dihadapkan pada suatu perubahan yang mengganggu dalam rutinitasnya atau terjadi perbedaan (kesenjangan) antara apa yang diinginkan dengan apa yang didapatnya sehingga dapat mengancam kesehatan fisik dan psikologisnya (Maddi dan Khoshaba, 2005).

Stressor tersebut dimaknakan berbeda-beda oleh tiap marketing associate. Ada marketing associate yang walaupun merasa stres ketika harus negosiasi harga


(19)

11

dengan klien, tetapi marketing associate tersebut merasa negosiasi harga merupakan tugas penting yang tidak boleh ada kesalahan sehingga ia akan terus berusaha melibatkan diri dalam proses negosiasi dan penjualan rumah tersebut sampai selesai. Namun, ada pula marketing associate yang walaupun merasa stres ketika harus negosiasi harga dengan klien, marketing associate tersebut mudah menyerah dan kurang melibatkan diri dalam proses negosiasi harga tersebut. Pekerjaan sebagai seorang marketing associate yang tidak menentu membuat marketing associate perlu memiliki suatu kekuatan untuk menghadapi apapun yang akan merintanginya untuk mencapai tujuan.

Resilience merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah keadaan yang menekan menjadi keadaan yang penuh peluang. (Maddi dan Khoshaba, 2005 : 3). Resilience terdiri dari attitudes dan skill yang membantu seseorang untuk bertahan dan mengembangkan diri dibawah pengaruh stress. Kata kunci untuk dapat menggambarkan resilience ini adalah hardiness atau ketahanan. Hardiness merupakan attitudes yang diperlukan untuk menjadi resilience, dikenal dengan adanya 3C, yaitu commitment, control challenge. Ketiganya memberikan keberanian atau keteguhan dan mendorong untuk berhadapan dengan hambatan yang mengganggu adanya perubahan.

Commitment merupakan seberapa besar perhatian, pemikiran, dan usaha yang diberikan marketing associate terhadap situasi yang stressful dalam pekerjaannya. Marketing associate akan melibatkan dirinya secara penuh dalam penjualan property dan kehidupannya. Sikap komitmen membentuk pemahaman marketing associate bahwa penjualan property merupakan hal penting yang harus


(20)

12

“Universitas Kristen Maranatha”

diselesaikan. Marketing associate yang memiliki commitment, akan terlibat dengan setiap kegiatan dan juga dengan orang-orang di sekitarnya sekalipun keadaan sedang sulit, dan mereka mengesampingkan perilaku sosial menyendiri yang tidak efektif. Contohnya ketika sudah beberapa kali menemui calon klien pembeli property, marketing associates masih belum dapat mencapai tahap closing statement, maka marketing associate yang memiliki commitment tinggi akan memikirkan bagian mana yang salah dalam pekerjaan dia sehingga belum juga ada property yang dijual darinya. Marketing associate akan memperhatikan dengan benar setiap langkah ketika bertemu klien berikutnya. Marketing associates akan bertukar pikiran dengan senior-seniornya mengenai cara mempersuasi klien.

Control merupakan seberapa besar usaha yang dilakukan marketing associate untuk mempengaruhi hasil (atas situasi stressful yang terjadi dalam pekerjaannya) ke arah yang lebih positif, dengan tetap melakukan tindakan persuasif terhadap calon pembeli / penjual property dan terus mencari calon pembeli / penjual property lain, tetap berusaha melakukan negosiasi harga yang terbaik bagi semua pihak, terus berusaha mencari bank yang memiliki syarat yang lebih sesuai dengan klien. Marketing associate tetap berusaha untuk memberikan pengaruh yang positif pada setiap perubahan yang terjadi daripada membiarkan diri hanyut dalam kepasifan dan ketidakberdayaan. Jika marketing associate percaya bahwa ia dapat mengendalikan perubahan yang penuh tekanan, maka ia akan lebih siap untuk memaksa diri untuk menangani masalah yang ada. Tentunya seberapa besar perubahan dan ke arah mana pengaruh untuk berubah tergantung


(21)

13

situasinya. Misalnya sebelum menemui calon pembeli property, marketing associate telah memiliki informasi yang lengkap tentang property tersebut, sehingga ketika ada calon pembeli bertanya, marketing associate dapat memberikan informasi dengan baik dan dapat dengan mudah mempersuasi calon pembeli. Selain itu, satu jam sebelum pertemuan dengan klien, marketing associates menelepon klien untuk memastikan waktu dan tempat pertemuan.

Aspek yang terakhir yaitu challenge adalah seberapa terbuka marketing associate untuk memandang situasi stressful dalam pekerjaannya sebagai sarana untuk menemukan solusi yang baru. Dengan sikap challenge maka marketing associate akan lebih memilih untuk menghadapi situasi yang stressful daripada menghindari, mencoba untuk menghadapi situasi tersebut, mencoba untuk memahaminya, belajar darinya, dan mengatasinya. Marketing associate yang memiliki sikap challenge akan lebih termotivasi untuk mencari listing dan menjual property meskipun situasinya sulit dan belajar dari pengalaman untuk menjadi marketing associate yang lebih baik, melihat kesempatan dalam setiap kesulitan yang ada. Contohnya ketika marketing associate menghadapi calon pembeli property yang sulit untuk dipersuasi, marketing associate akan menganggap kegagalannya mempersuasi calon pembeli ini sebagai tantangan untuk mempersuasi calon pembeli selanjutnya.

Kemampuan resilience pada marketing associate di X cabang Bandung tidak terlepas dari courage dan motivasi dari ketiga aspek hardiness tersebut yang membawa individu (marketing associates) kepada suatu keterampilan yang


(22)

14

“Universitas Kristen Maranatha”

dinamakan skill of transformational coping dan social support (Maddi dan Khoshaba, 2005).

Menurut Maddi dan Khoshaba (2005) dalam transformational coping terdapat tiga langkah. Langkah pertama dimulai pada tahap mental, langkah yang harus dilakukan adalah broadening perspective, yaitu memperluas perspektif atau cara pandang atas situasi stressful yang terjadi. Langkah yang kedua adalah deepening understanding, yaitu tahap memahami secara mendalam mengenai situasi stressful yang terjadi. Tahap terakhir adalah taking decisive action, yaitu tahap menentukan tindakan dengan menyusun strategi yang tepat untuk mengatasi situasi stressful yang dihadapi. Jika individu memiliki kemampuan transformational coping, maka ia akan dapat mengurangi situasi stressful dan mendapatkan umpan balik dengan mengevaluasi setiap pemecahan masalah yang telah dilakukan dan hal tersebut akan memengaruhi resilience yang dimilikinya.

Contohnya, ketika marketing associate memiliki tanah yang bersengketa hingga sampai ke pengadilan, marketing associate akan berpikir bahwa kecerobohannya dalam memeriksa sertifikat tidak akan terulang lagi pada kesempatan berikutnya (broadening perspective). Marketing associate akan berusaha mempelajari masalah sengketa tanah tersebut dari awal atau bahkan dari pemilik tanah yang sebelum-sebelumnya. Marketing associate juga akan bertanya pada Badan Pertanahan Nasional mengenai kejelasan sengketa tanah tersebut (deepening understanding). Marketing associate akan datang memenuhi panggilan dari pengadilan mengenai tanah bersengketa tersebut dan berusaha menjelaskan masalah sengketa tanah tersebut pada pihak pengadilan dengan


(23)

15

meminta bantuan pengacara untuk menyelesaikan masalahnya (taking decisive action).

Social support coping skill merupakan upaya individu untuk berinteraksi dengan orang lain agar mendapat dukungan sosial. Marketing associate yang yang resilience akan menggunakan bentuk komunikasi yang interaktif, saling memberikan masukan, dan membantu memberikan masukan win-win solution untuk memecahkan segala permasalahan yang timbul dalam proses jual beli property.

Langkah utama yang diperlukan dalam social support adalah encouragement dan assistance. Encouragement terdiri dari tiga aspek yaitu empati, simpati dan memberikan keyakinan. Empati merupakan kemampuan marketing associate untuk menempatkan diri pada posisi orang lain, secara perasaan maupun pikiran mengenai situasi yang sedang dihadapinya. Misalnya ketika ada marketing associate lain yang mendapatkan tanah sengketa, marketing associates akan turut memberikan pemikiran dan perhatiannya kepada temannya itu. Simpati merupakan kemampuan marketing associate untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Misalnya, marketing associate akan ikut merasakan kesedihan dan kesulitan temannya yang sedang mengurus tanah sengketa. Sedangkan aspek yang terakhir adalah menunjukkan bahwa marketing associate memahami dan menghargai orang lain dengan memberikan keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Misalnya, marketing associate menyemangati bahwa temannya mampu menyelesaikan tanah sengketa tersebut.


(24)

16

“Universitas Kristen Maranatha”

Langkah selanjutnya adalah assistance yang terdiri dari tiga tahap yaitu membantu marketing associate lain bangkit dari keterpurukan akan masalah yang dihadapi, dengan cara sementara waktu membantunya dalam menyelesaikan masalah yang ada. Tahap kedua yaitu memberikan marketing associate lain waktu untuk menenangkan dirinya dan menghadapi permasalahan yang ada. Dengan membantu menyelesaikan masalah marketing associate lain, itu berarti telah memberikan waktu kepada orang tersebut untuk menenangkan diri dan menerima permasalahan yang ada. Tahap terakhir adalah memberikan usulan atau saran kepada marketing associate lain, jika hal itu merupakan cara yang efektif untuk dapat membantu mereka menerima situasi stressful. Misalnya, ketika ada marketing associates yang kesulitan mengajukan persyaratan KPR ke bank yang sessuai dengan persyaratan kliennya, marketing associates akan membantu temannya mencari bank dengan persyaratan yang berbeda, menemani temannya mengajukan KPR ke bank-bank lainnya sampai temannya mendapatkan dana KPR hingga proses closing statement dapat selesai.

Dengan berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, marketing associate akan saling memberi dan menerima bantuan serta dorongan semangat yang menunjukkan bahwa marketing associate memilliki social support coping skill yang baik. Hal ini akan meningkatkan resilience yang dimiliki marketing associate. Dengan adanya dukungan sosial yang mendalam, maka kesulitan dan hambatan yang muncul akan lebih mudah untuk diselesaikan. Misalnya ketika ada rekan kerjanya yang mengalami kesulitan ketika sedang menawarkan property pada orang lain, maka marketing associate akan


(25)

17

memberikan dorongan semangat dan bantuan contohnya dengan cara bertukar pikiran untuk mendapatkan ide bagaimana mempersuasi orang tersebut.

Marketing associate yang memiliki hardiness tinggi dalam hal ini berarti mempunyai commitment, control dan challenge yang tinggi, akan mengubah kesulitan menjadi kesempatan mereka untuk mengembangkan dirinya dan membuat dirinya merasa antusias dan mampu menyelesaikan pekerjaannya, contohnya pada marketing associate X cabang Bandung, ketika melakukan negosiasi harga yang sulit, marketing associate akan terus berusaha berdiskusi dengan calon pembeli ataupun penjual rumah untuk menemukan solusi masalahnya.

Marketing associate akan lebih mampu untuk menanggulangi kesulitan dengan mencari solusi-solusinya dan saling mendukung dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Marketing associate yang memiliki hardiness yang tinggi juga akan menikmati perubahan dan kesulitan yang terjadi, contohnya ketika KPR yang diajukan marketing associate untuk kliennya ditolak oleh suatu bank tertentu, marketing associate akan menganggap persyaratan bank tersebut sulit. Marketing associate dapat menerima bahwa ternyata proses penutupan transaksi harus diundur karena masalah KPR, tetapi marketing associate juga akan mencoba mengajukan KPR ke bank-bank lainnya. Marketing associate merasa dirinya lebih terlibat dengan pekerjaannya meskipun pekerjaan tersebut semakin sulit dan lebih kompleks. Marketing associate cenderung untuk memandang stress dan ketidakpastian sebagai bagian dari kehidupan yang normal, dibandingkan sebagai sesuatu yang tidak adil.


(26)

18

“Universitas Kristen Maranatha”

Marketing associate yang memiliki rendah, akan menganggap kesulitan menjadi sesuatu yang membebani dirinya. Baik dalam menjual rumah dan membuat individu merasa pesimis, mudah menyerah dalam menghadapi situasi yang sulit dan menarik diri dari orang-orang yang ada disekitarnya, contohnya marketing associate telah melakukan semua tugasnya dengan baik, tetapi pada saat proses closing, klien tiba-tiba membatalkan perjanjian kontrak karena masalah keuangan dalam keluarganya. Marketing associate akan merasa sangat terpukul dan merasa dirinya sangat tidak beruntung.


(27)

19

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir Marketing associate X

Bandung Resilience

Situasi kerja yang menekan: 1. Menemukan tanah atau rumah yang ingin dijual menggunakan jasa X 2. Pengeluaran biaya promosi dan transportasi dari uang pribadi 3. Kesulitan bekerja sama dengan instansi-instansi terkait (BPN, Bank, Kantor Pajak) guna mencapai tahap closing statement hingga mencapai target yang diberikan perusahaan. Hardiness 1. Commitment 2. Control 3. Challenge Tinggi Rendah Transformational Coping Skill Social support Coping Skill Boardening Perspective Deepening Understanding Taking Desicive Action Encouragement 1. Empati 2. Simpati 3. Memberi keyakinan Assitance 1.Membantu bangkit dari keterpurukan 2.Memberi waktu menenangkan diri 3.Memberi usulan atau saran Faktor yang mempengaruhi:

Lama bekerja & jumlah property yang telah dijual


(28)

20

“Universitas Kristen Maranatha”

1.6 Asumsi

1) Kendala yang dihadapi marketing associate dalam melakukan tugasnya mencari listing, mempromosikan dan menjual property untuk mencapai target merupakan sumber stres.

2) Marketing associate yang bertahan dan mampu mengubah kesulitan menjadi peluang merupakan marketing associate yang memiliki hardiness dan skill of transformational and social support.

3) Dalam hardiness, marketing associate mengembangkan 3C yaitu commitment, control, dan challenge dalam menghadapi kesulitan.

4) Semakin lama marketing associates bekerja, semakin hardiness sikapnya dalam menghadapi kesulitan dalam pekerjaan.

5) Semakin banyak jumlah property yang dijual, semakin hardiness sikap staff marketing dalam menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya.


(29)

61

Bab V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan kepada 60 staff marketing associate property X Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Terdapat sebanyak 60 % staff marketing associate property yang memiliki derajat hardiness yang rendah dan 40% staff marketing associate property lainnya memiliki derajat hardiness yang rendah.

2) Staff marketing associate property dengan hardiness tinggi seluruhnya didukung oleh commitment, control, dan challenge yang tinggi pula. Terdapat 51,7 % staff marketing associate property yang memiliki commitment tinggi, 50 % staff marketing associate property yang memiliki control tinggi, dan 51,7% staff marketing associate property yang memiliki challenge tinggi. 3) Staff marketing associate property yang memiliki hardiness rendah memiliki

satu atau lebih aspek yang rendah. Sebagian besar staff marketing associate property memiliki hardiness rendah disebabkan karena memiliki control yang rendah. Terdapat 48,3 % staff marketing associate property yang memiliki commitment rendah, 50 % staff marketing associate property yang memiliki control rendah, dan 48,3 % staff marketing associate property yang memiliki


(30)

62

“Universitas Kristen Maranatha" challenge rendah.

4) Hasil dari 3 aspek hardiness (commitment, control, dan challenge) yang tinggi didukung oleh transformational coping skill dan social support coping skill yang tinggi. Terdapat 56,7% staff marketing associate property yang memiliki transformational coping skill yang tinggi dan terdapat 56,7% staff marketing associate property yang memiliki social support skill yang tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoretis

Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai derajat hardiness pada profesi yang lain.

5.2.2 Saran Praktis

Bagi manager operasional tiap kantor cabang “X” Bandung:

1. Dapat mengadakan acara sharing tentang bagaimana menghadapi setiap kesulitan yang muncul dalam pekerjaannya sebagai marketing associate agar marketing associate yang derajat hardiness-nya rendah dapat banyak belajar dari pengalaman-pengalaman marketing associate yang derajat hardiness-nya tinggi.

2. Dapat mengadakan training berupa pelatihan untuk meningkatkan daya tahan dan daya juang dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.


(31)

63

DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Boston : Copyright Allyn & Bacon.

Guildford, J.P. 1979. Psychometric Methods. New York : Publishing Company United.

Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology: A Step-by-step Guide for Beginners. London : SAGE Publications Ltd.

Luthans, Fred. 2002. Organizational Behavior Edisi 9. Boston: McGraw Hill International.

Maddi, Salvatore R. and Khoshaba, Deborah M. 2005. Resilience At Work: How to Succeed No Matter What Life Throws At You. United States of America : AMACOM.


(32)

64

“Universitas Kristen Maranatha”

DAFTAR RUJUKAN

Chritiani, Aniza. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Resilience pada Wartawan Harian Umum “X” di Bandung. Skripsi. Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://kurupukseuhah.blogspot.com/2013/01/peluang-bisnis-menguntungkan-tahun-2013.html/, diakses tanggal 10 Juni 2013

http://m.inilah.com/read/detail/1941495/2013-bisnis-properti-masih-menjanjikan/ , diakses tanggal 11 Juni 2013

http://www.eraindonesia.com/aboutus.asp , diakses tanggal 20 April 2012

http://www.realestatindonesia.org/articledetail.aspx?aid=412 , diakses tanggal 25 April 2012

http://www.realestatindonesia.org/articledetail.aspx?aid=456 , diakses tanggal 25 April 2012

http://www.realestatindonesia.org/articledetail.aspx?aid=534 , diakses tanggal 25 April 2012

http://www.sagecreeksudbury.org/ , diakses tanggal 23 Mei 2012

Rachmawaty, Dessy. 2009. Suatu Deskriptif Mengenai Derajat Resilience At Work Yang Dimiliki Oleh Karyawan Part Sales Main Dealer Motor PT. “X” Jawa Barat. Skripsi. Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Trifena, Fenny. 2010. Studi Deskriptif Mengenai Resilience At Work Pada Karyawan Bagian Sales PT “X” di Kota Bandung. Metode Penelitian Lanjutan. Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(1)

19

“Universitas Kristen Maranatha” Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir

Marketing associate X

Bandung Resilience

Situasi kerja yang menekan: 1. Menemukan tanah atau rumah yang ingin dijual menggunakan jasa X 2. Pengeluaran biaya promosi dan transportasi dari uang pribadi 3. Kesulitan bekerja sama dengan instansi-instansi terkait (BPN, Bank, Kantor Pajak) guna mencapai tahap closing statement hingga mencapai target yang diberikan perusahaan. Hardiness 1. Commitment 2. Control 3. Challenge Tinggi Rendah Transformational Coping Skill Social support Coping Skill Boardening Perspective Deepening Understanding Taking Desicive Action Encouragement 1. Empati 2. Simpati 3. Memberi keyakinan Assitance 1.Membantu bangkit dari keterpurukan 2.Memberi waktu menenangkan diri 3.Memberi usulan atau saran Faktor yang mempengaruhi:

Lama bekerja & jumlah property yang telah dijual


(2)

20

“Universitas Kristen Maranatha” 1.6 Asumsi

1) Kendala yang dihadapi marketing associate dalam melakukan tugasnya mencari listing, mempromosikan dan menjual property untuk mencapai target merupakan sumber stres.

2) Marketing associate yang bertahan dan mampu mengubah kesulitan menjadi peluang merupakan marketing associate yang memiliki hardiness dan skill of transformational and social support.

3) Dalam hardiness, marketing associate mengembangkan 3C yaitu commitment, control, dan challenge dalam menghadapi kesulitan.

4) Semakin lama marketing associates bekerja, semakin hardiness sikapnya dalam menghadapi kesulitan dalam pekerjaan.

5) Semakin banyak jumlah property yang dijual, semakin hardiness sikap staff marketing dalam menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya.


(3)

61

“Universitas Kristen Maranatha" Bab V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan kepada 60 staff marketing associate property X Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Terdapat sebanyak 60 % staff marketing associate property yang memiliki derajat hardiness yang rendah dan 40% staff marketing associate property lainnya memiliki derajat hardiness yang rendah.

2) Staff marketing associate property dengan hardiness tinggi seluruhnya didukung oleh commitment, control, dan challenge yang tinggi pula. Terdapat 51,7 % staff marketing associate property yang memiliki commitment tinggi, 50 % staff marketing associate property yang memiliki control tinggi, dan 51,7% staff marketing associate property yang memiliki challenge tinggi. 3) Staff marketing associate property yang memiliki hardiness rendah memiliki

satu atau lebih aspek yang rendah. Sebagian besar staff marketing associate property memiliki hardiness rendah disebabkan karena memiliki control yang rendah. Terdapat 48,3 % staff marketing associate property yang memiliki commitment rendah, 50 % staff marketing associate property yang memiliki control rendah, dan 48,3 % staff marketing associate property yang memiliki


(4)

62

“Universitas Kristen Maranatha" challenge rendah.

4) Hasil dari 3 aspek hardiness (commitment, control, dan challenge) yang tinggi didukung oleh transformational coping skill dan social support coping skill yang tinggi. Terdapat 56,7% staff marketing associate property yang memiliki transformational coping skill yang tinggi dan terdapat 56,7% staff marketing associate property yang memiliki social support skill yang tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoretis

Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai derajat hardiness pada profesi yang lain.

5.2.2 Saran Praktis

Bagi manager operasional tiap kantor cabang “X” Bandung:

1. Dapat mengadakan acara sharing tentang bagaimana menghadapi setiap kesulitan yang muncul dalam pekerjaannya sebagai marketing associate agar marketing associate yang derajat hardiness-nya rendah dapat banyak belajar dari pengalaman-pengalaman marketing associate yang derajat hardiness-nya tinggi.

2. Dapat mengadakan training berupa pelatihan untuk meningkatkan daya tahan dan daya juang dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.


(5)

63

“Universitas Kristen Maranatha” DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Boston : Copyright Allyn & Bacon.

Guildford, J.P. 1979. Psychometric Methods. New York : Publishing Company United.

Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology: A Step-by-step Guide for Beginners. London : SAGE Publications Ltd.

Luthans, Fred. 2002. Organizational Behavior Edisi 9. Boston: McGraw Hill International.

Maddi, Salvatore R. and Khoshaba, Deborah M. 2005. Resilience At Work: How to Succeed No Matter What Life Throws At You. United States of America : AMACOM.


(6)

64

“Universitas Kristen Maranatha” DAFTAR RUJUKAN

Chritiani, Aniza. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Resilience pada Wartawan

Harian Umum “X” di Bandung. Skripsi. Bandung. Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

http://kurupukseuhah.blogspot.com/2013/01/peluang-bisnis-menguntungkan-tahun-2013.html/, diakses tanggal 10 Juni 2013

http://m.inilah.com/read/detail/1941495/2013-bisnis-properti-masih-menjanjikan/ , diakses tanggal 11 Juni 2013

http://www.eraindonesia.com/aboutus.asp , diakses tanggal 20 April 2012

http://www.realestatindonesia.org/articledetail.aspx?aid=412 , diakses tanggal 25 April 2012

http://www.realestatindonesia.org/articledetail.aspx?aid=456 , diakses tanggal 25 April 2012

http://www.realestatindonesia.org/articledetail.aspx?aid=534 , diakses tanggal 25 April 2012

http://www.sagecreeksudbury.org/ , diakses tanggal 23 Mei 2012

Rachmawaty, Dessy. 2009. Suatu Deskriptif Mengenai Derajat Resilience At Work Yang Dimiliki Oleh Karyawan Part Sales Main Dealer Motor PT.

“X” Jawa Barat. Skripsi. Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha.

Trifena, Fenny. 2010. Studi Deskriptif Mengenai Resilience At Work Pada

Karyawan Bagian Sales PT “X” di Kota Bandung. Metode Penelitian