T1 852010029 BAB III
16 BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Suku Dayak Ngaju merupakan kelompok suku Dayak terbesar dalam jumlah dan luas wilayah sebarannya di Kalimantan Tengah, maka seluas itu pula sebaran budayanya. Demikian halnya dengan Karungut yang menyebar hampir ke seluruh wilayah di Kalimantan Tengah, bahkan menembus wilayah di luar lingkungan penutur aslinya.
Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab I, penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa observasi lapangan. Teknik observasi lapangan atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemutusan pada suatu obyek dengan menggunakan seluruh indra. Observasi atau pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.1 Observasi lapangan dilakukan pada dua tempat yang berbeda di Provinsi Kalimantan Tengah sebagai wilayah penyebaran Karungut, yaitu Palangkaraya sebagai ibukota Kalimantan Tengah dan Desa Tumbang Manggu yang terletak di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan pada 15 Juli 2015 hingga 3 Agustus 2015. Total waktu yang dipergunakan peneliti untuk melakukan observasi lapangan baik di Palangkaraya maupun Tumbang Manggu adalah dua puluh hari.
B. Gambaran Lokasi dan Kegiatan Penelitian
Berikut ini akan dipaparkan lokasi penelitian yang berada di Kalimantan Tengah. Observasi lapangan berupa pengumpulan data dan dokumen dilakukan di beberapa
1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset, 2001), 117.
(2)
17
instansi di Palangkaraya yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Wawancara terencana juga dilakukan di lokasi berkembangnya Karungut khususnya di tempat tinggal seniman senior Karungut , yaitu Syaer Sua yang berlokasi di Tumbang Manggu.
1. Palangkaraya
Gambar 3.1 Peta Kalimantan Tengah Gambar 3.2 Peta Palangkaraya
(sumber: www.google.com) (sumber: www.google.com) Palangkaraya adalah salah satu dari 14 (empat belas) daerah otonom
Kalimantan Tengah dan juga merupakan kota terbesar luasnya di Indonesia yaitu 2.400.000 hektar. Sebagian areal kota masih ditutupi hutan. Menurut data terakhir jumlah penduduk di Palangkaraya mencapai 244.500 jiwa. Secara administrasi Palangkaraya berbatasan dengan:
a) Sebelah Utara : Kabupaten Gunung Mas b) Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Mas c) Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisau d) Sebelah Barat : Kabupaten Katingan
(3)
18
Observasi lapangan di Palangkaraya dilakukan di beberapa tempat, yaitu Museum Balanga, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah, dan Balai Induk Kaharingan Palangkaraya yang akan dijelasakan sebagai berikut:
a. Museum Balanga
Gambar 3.3 Museum Balanga Palangkaraya (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
Museum Balanga terletak di Jalan Tjilik Riwut Km. 2,5, Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya. Lokasi gedung museum merupakan bekas Gedung Monumen Dewan Nasional (GMDN) yang dibangun pada tahun 1963. Balanga sendiri berasal dari nama koleksi unggulan yang menjadi simbol peradaban masyarakat Dayak. Di museum Balanga peneliti berkesempatan mewawancarai petugas museum Balanga tentang Karungut. Berikut potongan hasil wawancara dengan petugas museum Balanga:
“Karungut merupakan kebudayan seni suara turun-temurun yang ada di suku Dayak Ngaju. Biasanya diiringi dengan menggunakan
(4)
19
kacapi. Tapi dalam pementasannya sering ditampilkan dengan menggunakan alat musik (tambahan) lain. Untuk sekarang seringnya
digunakan untuk menyambut tamu yang datang dalam suatu acara.”
Selanjutnya petugas Museum mengajak berkeliling untuk melihat koleksi museum sekaligus menunjukan koleksi alat-alat musik tradisional yang biasa digunakan untuk pentas kesenian dan ritual adat di Kalimantan Tengah. Petugas museum juga mempersilahkan peneliti untuk melakukan pendokumentasian guna melengkapi data-data yang dibutuhkan.
Gambar 3.4 Beberapa Alat Musik Tradisional dan Tempat Menginang (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
(5)
20
b. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah
Gambar 3.5 Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
Untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan, peneliti juga melakukan pengumpulan data tertulis di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak di jalan Ade Irma Suryani Nasution No. 11, Pahandut, Palangkaraya. Gedung ini didirikan pada 22 Desember 1958 dan dalam perkembangannya Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah beberapa kali berganti nama. Awalnya diberi nama perpustakaan Negara PP dan K, kemudian berubah nama menjadi Perpustakaan Wilayah Depdikbud Provinsi Kalimantan Tengah yang berada di bawah naungan Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sempat berkembang menjadi lembaga wilayah non departemen namun sejalan dengan dinamika otonomi daerah berubah menjadi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah.
(6)
21
Terkait dengan pengumpulan data tentang Karungut, menurut petugas Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumnetasi Provinsi Kalimantan Tengah pendokumentasian tertulis berupa buku maupun jurnal tentang Karungut masih minim ditemukan. Jenjang waktu penerbitan buku-buku tentang Karungut pun jauh berbeda. Beberapa buku penunjang yang dapat ditemukan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah yaitu Laporan Penelitian Puisi Musikal Dayak Ngaju oleh Berthy D.S. Toreh, Supriatun dan J. Djoko S. Passandaran, Maneser Panatau Tatu Hiang: Menyelami Kekayaan Leluhur oleh Tjilik Riwut, dan Kumpulan Lagu-Lagu Karungut Tjilik Riwut yang penulisnya tidak diketahui.
c. Balai Induk Kaharingan Palangkaraya
Balai Induk Kaharingan atau Balai Basarah terletak di Jl. Tambun Bungai, Palangka Raya. Balai ini dibangun khusus untuk pelayanan tetap umat Kaharingan yang ada di Palangka Raya.
Gambar 3.6 Balai Kaharingan Palangka Raya (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
(7)
22
Di Balai Kaharingan peneliti melakukan wawancara tentang Karungut dengan Yulinda Syaer Sua, anak dari pengarungut senior Syaer Sua sekaligus penari dan perancang busana tradisional Kalimantan Tengah. Menurut Yulinda, menciptakan dan melantunkan Karungut memang membutuhkan keahlian dan latihan. Pengarungut biasanya memang sudah memiliki bakat untuk melantunkan Karungut (mengarungut). Berikut potongan hasil wawancara dengan Yulinda Syaer Sua:
“Kami sudah mengenal Karungut sejak kami kecil. Ayah kami adalah
seorang pencipta sekaligus pengarungut yang mengajarkan untuk cinta adat dan budaya. Menciptakan dan mementaskan Karungut memang membutuhkan keahlian khusus, proses dan tentunya latihan. Profesi sebagai pengarungut adalah talenta, anugerah. Di rumah betang Ayah juga mendedikasikan satu tempat yang dia namakan Balai Karungut.
Karungut adalah budaya yang harusnya dijaga keberadaannya.”
2. Tumbang Manggu
Tumbang Manggu adalah salah satu desa di Kecamatan Sanaman Mantikei, Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Selain penduduk asli suku Dayak, desa Tumbang Manggu banyak didiami oleh pendatang dari Pulau Jawa yang mayoritas menjadi karyawan di pabrik logging kayu yang ada di sana. Perjalanan ke desa Tumbang Manggu dari Palangka Raya memakan waktu sekitar empat jam, ditempuh dengan menggunakan jasa travel kemudian menyeberangi Sungai Katingan dengan menggunakan perahu yang terbuat dari kayu ulin yang merupakan hasil rakitan penduduk setempat.
(8)
23
Gambar 3.7 Rumah Betang ‘Balai Basara Bintang Samaya Tumbang Manggu’ (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
Observasi tentang Karungut dilakukan di rumah betang ‘Balai Basara Bintang Samaya’ Tumbang Manggu milik budayawan dan pengarungut senior, yaitu Syaer
Sua. Rumah betang ‘Balai Basara Bintang Samaya’ terdiri dari satu betang induk dan dua betang yang letaknya berdampingan.
Sambutan yang positif terlihat dari seluruh penghuni betang ‘Balai Basara
Bintang Samaya’. Setelah mengikuti acara ramah-tamah, peneliti melakukan
wawancara dengan bapak Syaer Sua untuk mendapatkan informasi tentang Karungut. Bapak Syaer Sua juga mementaskan Karungut secara langsung sebagai bagian
pembuka dari ritual penyembuhan yang dilaksanakan di rumah betang ‘Balai Basara
Bintang Samaya’ dan mempersilahkan peneliti melakukan pendokumentasian audio visual untuk keperluan pengumpulan data penelitian.
(9)
24
Gambar 3.8 Pemanggilan Arwah Leluhur Diiringi Lantunan Karungut dalam Ritual Penyembuhan
(Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
Syaer Sua juga mengajak berkeliling area rumah betang dan menunjukkan fungsi dari setiap tempat yang ada di rumah betang, termasuk balai Karungut.
Gambar 3.9 Balai Karungut (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
(1)
19
kacapi. Tapi dalam pementasannya sering ditampilkan dengan menggunakan alat musik (tambahan) lain. Untuk sekarang seringnya digunakan untuk menyambut tamu yang datang dalam suatu acara.” Selanjutnya petugas Museum mengajak berkeliling untuk melihat koleksi museum sekaligus menunjukan koleksi alat-alat musik tradisional yang biasa digunakan untuk pentas kesenian dan ritual adat di Kalimantan Tengah. Petugas museum juga mempersilahkan peneliti untuk melakukan pendokumentasian guna melengkapi data-data yang dibutuhkan.
Gambar 3.4 Beberapa Alat Musik Tradisional dan Tempat Menginang (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
(2)
20
b. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah
Gambar 3.5 Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
Untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan, peneliti juga melakukan pengumpulan data tertulis di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak di jalan Ade Irma Suryani Nasution No. 11, Pahandut, Palangkaraya. Gedung ini didirikan pada 22 Desember 1958 dan dalam perkembangannya Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah beberapa kali berganti nama. Awalnya diberi nama perpustakaan Negara PP dan K, kemudian berubah nama menjadi Perpustakaan Wilayah Depdikbud Provinsi Kalimantan Tengah yang berada di bawah naungan Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sempat berkembang menjadi lembaga wilayah non departemen namun sejalan dengan dinamika otonomi daerah berubah menjadi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah.
(3)
21
Terkait dengan pengumpulan data tentang Karungut, menurut petugas Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumnetasi Provinsi Kalimantan Tengah pendokumentasian tertulis berupa buku maupun jurnal tentang Karungut masih minim ditemukan. Jenjang waktu penerbitan buku-buku tentang Karungut pun jauh berbeda. Beberapa buku penunjang yang dapat ditemukan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Tengah yaitu Laporan Penelitian Puisi Musikal Dayak Ngaju oleh Berthy D.S. Toreh, Supriatun dan J. Djoko S. Passandaran, Maneser Panatau Tatu Hiang: Menyelami Kekayaan Leluhur oleh Tjilik Riwut, dan Kumpulan Lagu-Lagu Karungut Tjilik Riwut yang penulisnya tidak diketahui.
c. Balai Induk Kaharingan Palangkaraya
Balai Induk Kaharingan atau Balai Basarah terletak di Jl. Tambun Bungai, Palangka Raya. Balai ini dibangun khusus untuk pelayanan tetap umat Kaharingan yang ada di Palangka Raya.
Gambar 3.6 Balai Kaharingan Palangka Raya (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
(4)
22
Di Balai Kaharingan peneliti melakukan wawancara tentang Karungut dengan Yulinda Syaer Sua, anak dari pengarungut senior Syaer Sua sekaligus penari dan perancang busana tradisional Kalimantan Tengah. Menurut Yulinda, menciptakan dan melantunkan Karungut memang membutuhkan keahlian dan latihan. Pengarungut biasanya memang sudah memiliki bakat untuk melantunkan Karungut (mengarungut). Berikut potongan hasil wawancara dengan Yulinda Syaer Sua:
“Kami sudah mengenal Karungut sejak kami kecil. Ayah kami adalah seorang pencipta sekaligus pengarungut yang mengajarkan untuk cinta adat dan budaya. Menciptakan dan mementaskan Karungut memang membutuhkan keahlian khusus, proses dan tentunya latihan. Profesi sebagai pengarungut adalah talenta, anugerah. Di rumah betang Ayah juga mendedikasikan satu tempat yang dia namakan Balai Karungut. Karungut adalah budaya yang harusnya dijaga keberadaannya.”
2. Tumbang Manggu
Tumbang Manggu adalah salah satu desa di Kecamatan Sanaman Mantikei, Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Selain penduduk asli suku Dayak, desa Tumbang Manggu banyak didiami oleh pendatang dari Pulau Jawa yang mayoritas menjadi karyawan di pabrik logging kayu yang ada di sana. Perjalanan ke desa Tumbang Manggu dari Palangka Raya memakan waktu sekitar empat jam, ditempuh dengan menggunakan jasa travel kemudian menyeberangi Sungai Katingan dengan menggunakan perahu yang terbuat dari kayu ulin yang merupakan hasil rakitan penduduk setempat.
(5)
23
Gambar 3.7 Rumah Betang ‘Balai Basara Bintang Samaya Tumbang Manggu’ (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
Observasi tentang Karungut dilakukan di rumah betang ‘Balai Basara Bintang Samaya’ Tumbang Manggu milik budayawan dan pengarungut senior, yaitu Syaer Sua. Rumah betang ‘Balai Basara Bintang Samaya’ terdiri dari satu betang induk dan dua betang yang letaknya berdampingan.
Sambutan yang positif terlihat dari seluruh penghuni betang ‘Balai Basara
Bintang Samaya’. Setelah mengikuti acara ramah-tamah, peneliti melakukan
wawancara dengan bapak Syaer Sua untuk mendapatkan informasi tentang Karungut. Bapak Syaer Sua juga mementaskan Karungut secara langsung sebagai bagian pembuka dari ritual penyembuhan yang dilaksanakan di rumah betang ‘Balai Basara Bintang Samaya’ dan mempersilahkan peneliti melakukan pendokumentasian audio visual untuk keperluan pengumpulan data penelitian.
(6)
24
Gambar 3.8 Pemanggilan Arwah Leluhur Diiringi Lantunan Karungut dalam Ritual Penyembuhan
(Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)
Syaer Sua juga mengajak berkeliling area rumah betang dan menunjukkan fungsi dari setiap tempat yang ada di rumah betang, termasuk balai Karungut.
Gambar 3.9 Balai Karungut (Sumber: Dokumentasi Saras, 2015)