PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG : studi pada pendidikan tinggi berbasis vokasi.

(1)

MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI

KOTA BANDUNG

(Studi Pada Pendidikan Tinggi Berbasis Vokasi)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

SARAH YUNIZAR, S.PD 1201061

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI

KOTA BANDUNG

(Studi Pada Pendidikan Tinggi Berbasis Vokasi)

LEMBAR HAK CIPTA Oleh :

Sarah Yunizar

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana Program

Studi Administrasi Pendidikan

© Sarah Yunizar 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainya tanpa izin penulis.


(3)

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN

TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP

MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI

KOTA BANDUNG

(Studi Pada Pendidikan Tinggi Berbasis Vokasi)

disetujui dan disahkan Oleh:

Pembimbing

Dr. Aan Komariah, M.Pd NIP: 19700524199402 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Aan Komariah, M.Pd NIP: 19700524199402 2 001


(4)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG

SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG (Studi Pada Pendidikan Tinggi Berbasis Vokasi)

Sarah Yunizar, S.Pd (1201061)

Mutu pendidikan tinggi khususnya di Kota Bandung pada umumnya masih rendah terbukti dari prodi yang terkareditasi A jumlahnya masih kurang dari separuh prodi yang ada. Kapasitas manajemen dan pemasaran pendidikan tinggi disebutkan sebagai salah satu factor yang berpengaruh. Untuk itu penelitian ini memaparkan keterkaitan antara kapasitas manajemen terhadap pemasaran pendiidkan yang dilakukan prodi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan studi dokumentasi serta angket sebagai alat pengumpul data utama dengan sampel penelitian ketua prodi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik parametik. Berdasarkan hasil perhitungan kecendrungan umum ketiga variabel dalam penelitian ini termasuk kategori tinggi. Begitupun dengan hasil uji korelasi ketiga variabel dalam penelitian ini yang menunjukkan tingkat hubungan yang positif dan signifikan. Sementara itu, nilai regresi kapasitas manajemen dan pemasaran pendidikan terhadap mutu pendidikan yang menunjukkan perubahan dengan arah positif. Hal ini sesuai dengan harga koefisien variabel kapasitas manajemen terhadap variabel mutu pendidikan cukup kuat, pemasaran pendidikan terhadap mutu pendiidkan cukup kuat, Kapasitas manajemen terhadap pemasaran pendidikan terhitung cukup rendah dan keduanya terhadap mutu pendidikan terhitung cukup rendah. Berdasarkan temuan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kapasitas manajemen dan pemasaran pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap mutu pendidikan. Adapun rekomendasi yang ingin disampaikan penulis yaitu sekolah tinggi yang yang berstatus negeri yang sumber kuanganya dari pemerintah sebaiknya melakukan kerja sama yang baik dengan stakeholder dan peningkatan professional sumber daya harus diperhatikan oleh pimpinan sekolah tinggi.

Kata kunci: Kapasitas Manajemen, Pemasaran Pendidikan dan Mutu


(5)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE INFLUENCE OF HIGHER EDUCATION MANAGEMENT CAPACITY AND EDUCATION MARKETING TOWARD EDUCATION QUALITY IN

DEPARTMENTS OF COLLEGE IN BANDUNG (A Study at Vocational-based Higher Education)

Sarah Yunizar, S.Pd (1201061)

The education quality in Bandung is generally low, as there are less than half numbers of departments with A-accreditation. The management capacity and higher education marketing are considered as one of the influencing factors. Therefore, this study elaborates the relation between management capacity towards education marketing performed by the departments. This study uses descriptive method with quantitative approach, and supported by documentation study. Specifically, the questionnaire was used as the main research instrument, with head of departments as the samples. The data analysis was done by using parametric statistic. Based on the calculation of general tendency, the three variables used in this study are considered high. Besides that, the result of correlation tests of these three variables shows a positive and significant relationship. Furthermore, the regression value of management capacity and education marketing toward education quality shows changes that lead to positive direction. It is in line with the following results: the coefficient value of management capacity towards education quality is quite strong, the coefficient value of education marketing toward education quality is quite strong, the coefficient value of the management capacity towards education marketing is quite low, and the coefficient value of both of them toward education quality is quite low. Based on those research findings, it can be concluded that management capacity and education marketing have significant influence toward education quality. It is recommended that college, which is funded by government, should cooperate with other stakeholders and the professional development of professional resources should be handled by the head of the college.


(6)

Sarah Yunizar, 2015

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Metode Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Struktur Organisasi Tesis ...

1 1 5 6 7 8 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...

A. KAJIAN PUSTAKA ... 1. Kapasitas Manajemen Pendidikan Tinggi ...

a. Makna Kapasitas Manajemen ... b. Dimensi Kapasitas Organisasi ... c. Esensi Pengembangan Kapasitas Manajemen ... d. Evaluasi Pengembangan Kapasitas Manajemen ... e. Manajemen Pendidikan Tinggi ……… ... f. Gejala Promosi Pada Pendidikan Tinggi ... 2. Pemasaran Jasa Pendidikan ...

a. Konsep Pemasaran Jasa dalam Pendidikan ... 1) Pengertian Pemasaran Jasa ...

11 11 11 12 15 19 22 25 27 27 27


(7)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP

3. Mutu Pendidikan ... a. Konsep Mutu Pendidikan ... 1) Pengertian Mutu ... 2) Pengertian Mutu Pendidikan ... 3) Dimensi Mutu Pendidikan ... B. KERANGKA PIKIR PENELITIAN ... C. HIPOTESIS PENELITIAN ...

34 34 34 36 39 46 47

BAB III. METODE PENELITIAN ...

A. Desain Penelitian, Partisipan, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 1. Desain Penelitian ... a. Penelitian Deskriptif ... b. Pendekatan Kuantitatif ...

c. Definisi Operasional ………

2. Partisipan dan Populasi Penelitian ... a. Lokasi Penelitian ... b. Partisipasi dan Populasi Penelitian ... 3. Sampel Penelitian ... B. Instrumen Penelitian, Prosedur Penelitian dan Analisis Data ...

1. Instrumen Penelitian ... 2. Prosedur Penelitian ... 3. Analisis Data ... a. Tahap Uji Coba Angket ... b. Uji Validitas Instrumen ... c. Uji Realibilitas Instrumen ... 4. Seleksi dan Klarifikasi Data ... 5. Uji Normalitas Distribusi Data ... 6. Uji Linieritas ... 7. Menghitung Gambaran Umum Responden ...

48 48 48 48 49 49 51 51 51 52 53 53 57 58 58 59 65 67 69 70 70


(8)

Sarah Yunizar, 2015

b. Analisis Signifikansi ... c. Analisis Koefisien Determinasi ... d. Analisis Regresi Sederhana ...

73 74 74

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Variabel Pebelitian………... 2. Analisis Data……….. ... 3. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ……….. 4. Interpertasi Hasil Analisis ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ...

76

76 76 88 92 108 109

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...

119

119 121

DAFTAR PUSTAKA ... 122 LAMPIRAN ...


(9)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Prodi Terakreditiasi B ... Tabel 2.1 The Seven Ps of Marketing ...

2 33

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 52

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Kapasitas Manajemen Sekolah ... 54

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pemasaran Pendidikan ... 55

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Mutu Pendidikan ... 56

Tabel 3.5 Skala Likert ... 57

Tabel 3.6 Jumlah Item Kuesioner untuk Ujicoba ... 59

Tabel 3.7 Hasil Keputusan Validitas Kapasitas Manajemen Sekolah ... 61

Tabel 3.8 Hasil Keputusan Validitas Pemasaran Pendidikan ... 62

Tabel 3.9 Hasil Keputusan Validitas Mutu Pendidikan ... 63

Tabel 3.10 Hasil Reliabilias Instrumen Variabel Y, X1 dan X2 …………... 66

Tabel 3.11 Rekapitulasi Jumlah Angket Yang Dapat Diolah ……… 68

Tabel 3.12 Skor Mentah Variabel X1 ……… 68

Tabel 3.13 Skor Mentah Variabel X2 ……… 68

Tabel 3.14 Skor Mentah Variabel Y ..……… 68

Tabel 3.15 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ……… 73

Tabel 3.16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ……… 74

Tabel 4.1 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Kapasitas Manajemen Perguruan Tinggi…….………... 76

Tabel 4.2 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Pemasaran Pendidikan 82 Tabel 4.3 Kecenderungan Skor Rata-Rata Variabel Mutu Pendidikan …... 86

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ………. 90


(10)

Sarah Yunizar, 2015

Tabel 4.8 Uji Korelasi Variabel X1 terhadap Y ………... 93

Tabel 4.9 Uji Korelasi Variabel X2 terhadap Y ………... 95

Tabel 4.10 Uji Korelasi Variabel X1 terhadap X2 ……… 97

Tabel 4.11 Uji Korelasi X1 dan X2 terhadap Y ………. 98

Tabel 4.12 Uji Analisis Regresi Variabel X1 terhadap Y ……….. 100

Tabel 4.13Uji Analisis Regresi Variabel X2 terhadap Y ……….. 101

Tabel 4.14 Uji Analisis Regresi Variabel X1 terhadap X2 ……… 103

Tabel 4.15 Uji Analisis Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ………… 104

Tabel 4.16 Uji F Variabel X1 dan X2 terhadap Y ………. 106


(11)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Kriteria Skor Kapasitas Manajemen Pendidikan Tinggi (X1)... 81 Diagram 3.2 Kriteria Skor Pemasaran Pendidikan (X2) ……… 85 Diagram 3.3 Kriteria Skor Mutu Pendidikan (Y) ……….. 88


(12)

Sarah Yunizar, 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Efective Education ... 3

Gambar 1.2 Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif ... 7

Gambar 2.1 Dimensi Kapasitas Organisasi... 12

Gambar 2.2 Proses Pengembangan Kapasitas Pendekatan Klasik ... 13

Gambar 2.3 Proses Pengembangan Kapasitas Pendekatan Komprehensif.. 14

Gambar 2.4 Elemen Kapasitas Versi Garlick ... 16

Gambar 2.5 Kerangka Pikir Pengembangan Kapasitas Sekolah... 18

Gambar 2.6 Proses Penggunaan Hasil Evaluasi Pengembangan Kapasitas.. 21

Gambar 2.7 The University and Its Public... 2 4 Gambar 2.8 Dimensi Kualitas Jasa………... 39

Gambar 2.9 Pendidikan Sebagai Sistem Sosial……… 42

Gambar 2.10 Kerangka Pikir Penelitian ... 46

Gambar 3.1 Alur Penelitian………. 57

Gambar 3.2 Desain Penelitian X1, X2, dan Y ... 58


(13)

Sarah Yunizar, 2015

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan menurut Undang-Undang adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Di Indonesia sendiri pendidikan sudah diatur sedemikian kongkrit, khusus untuk Pendidikan Tinggi, diatur dalam Undang-Undang no 12 Tahun 2012. Mengatkan bahwa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doctor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.

Fenomena yang terjadi pada saat ini Pendidikan Tinggi di Indonesia belum sepenuhnya dalam taraf bermutu. Dalam Laporan Akuntabilitas Kapasitas Instansi Pemerintah atau LAKIP Kemendikbud tahun 2013, disebutkan bahwa yang masih menjadi kendala pada bidang Pendidikan Tinggi adalah masih adanya lembaga Pendidikan Tinggi yang terakreditasi B, disebutkan bahwa pencapaian pada tahun 2013 untuk presentasi prodi yang terakreditasi B mencapai 49,3% dari target 57,03% (86%).

Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh (1) faktor internal perguruan tinggi terkait penyadiaan sarana dan prasarana serta sistem pembelajaran di PT, (2) lemahnya sistem penjaminan mutu di PT, (3) kurangnya pemahaman pentingnya peningkatan mutu. Jika dibandingkan dengan target pencapaian pada tahun 2012 mencapai 52,67% dari target 51% (103,07%) terjadi penurunan.


(14)

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Prodi Terakreditasi Minimal B Indikator Jumlah Prodi

2012 % 2013 % Prodi Akreditasi A,B 6.027 52,67% 6.373 49,3 Prodi Akreditasi A,B,C 11.529 - 12.927 -

Untuk Jawa Barat sendiri terutama di Kota Bandung prodi-prodi dari Pendidikan Tinggi dan politeknik berbasis kejuruan yang sudah terakreditasi jauh dari harapan atau target Kemendikbud, jika dilihat dari data yang didapatkan dari kopertis IV wilayah Jawa Barat dan Banten, dari 184 prodi yang terkareditasi, yang mendapatkan nilai A hanya 2 prodi saja, yaitu sekitar 1,08% , untuk prodi yang terakreditasi B ada 66 prodi yakni sekitar 35,8% dan sisanya yakni 116 prodi yang terakreditasi C yaitu sekitar 116 prodi. Hal ini bisa menggambarkan bahwa target untuk terwujudnya pendidikan yang bermutu belum bisa tercapai dengan baik khusuhnya untuk Pendidikan Tinggi setaraf Pendidikan Tinggi dan Politeknik. Mengapa bisa dikatakan demikian karena masih banyak lembaga yang jauh dari standar yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT).

Kulsum dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Pengaruh Strategi

Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Perguruan

Tinggi Swasta Di Medan” disebutkan bahwa secara simultan diperoleh bahwa

produk, harga, tempat, orang, proses dan pelayanan secara besama – sama berpengaruh highly significant terhadap keputusan mahasiswa memilih universitas.

Dari fakta diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, menurut calon pengguna jasa pendidikan tinggi , pendidikan tinggi yang bermutu adalah pendidikan tinggi yang mempunyai unsur-unsur bauran pemasaran pendidikan yang menonjol.

Di akhir tahun 2003 Indonesia sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi Masyarakat Eknomi Asean yang akan diselenggarakan pada tahun 2015. Dampak terciptanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah pasar bebas dibidang permodalan, barang dan jasa serta tenaga kerja, hal ini


(15)

juga bedampak pada meningkatnya standar kemampuan personal yang dibutuhkan oleh seorang pekerja, untuk itu sekolah vokasional menjadi suatu alternativ bagi masyarakat yang ingin mempunyai kemampuan lebih dibidang tertentu. Tentunya agar bisa bersaing dengan tenaga kerja lain,

Hal ini mendorong pemerintah khususnya mentri pendidikan pada saat itu untuk memperbanyak penyedia pendidikan vokasi. Pada tahun 2013 pemerintah membuat program pendidikan menegah universal sebagai rintisan wajib belajar 12 tahun. Untuk memastikan upaya pendidikan menengah universal bisa sukses. Maka dalam penelitian ini penulis mengambil sampel pendidikan tinggi vokasi karena pendidikan tinggi vokasi adalah penyedia jasa pendidikan yang memberikan nilai lebih bagi para pengguna jasa pendidikanya. Selain itu fakta dilapangan yang peneliti temui ialah pendidikan tinggi yang melakukan proses pemasaran jasa nya biasanya dilakukan oleh pendidikan tinggi yang berbasis vokasi.

Yang menjadi pertanyaan apakah hal diatas menjadi salah satu factor yang mendukung tercapainya mutu pendidikan tinggi? Banyak hal yang mempengaruhi mutu pendidikan tinggi. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Hoy dan Miskel :

Gambar 1.1

Efective Education oleh Hoy dan Miskel

efective eduaction

leadership Planned and

purposeful curriculum

Clear goals and high expectations

Time on task

Recognition of academic success Orderly climate Sense of community Parental support and involvement School site management Staff development Staff ability Collegial and collaborative planning Direct support


(16)

Dari dasar itulah penelitian ini dilakukan karena masih adanya kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan tujuan ingin mengetahui seberapa besar peningkatan mutu yang dapat dibantu oleh faktor eksternal dan faktor internal.

Akar permasalahan mengapa penyelenggaraan Pendidikan Tinggi saat ini tidak dapat memenuhi harapan pemerintah dan masyarakat terletak pada lemahnya kapasitas Pendidikan Tinggi, khususnya kemampuan untuk belajar dalam merespon situasi dan kondisi yang dihadapi oleh Pendidikan Tinggi. Serta kapasitas personal dosen yang sebenarnya bisa menjadi penggerak dalam meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi,.

Pendidikan adalah produk jasa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan yang bersifat nonprofit sehingga hasil dari proses pendidikan kasat mata. Dan ketika melihat lembaga pendidikan itu sendiri dari kaca mata sebuah

corporate, maka lembaga pendidikan adalah suatu organisasi produksi yang

menghasilkan jasa pendidikan yang dibeli oleh para konsumen. Apabila produsen tidak mampu memasarkan hasil produksinya dalam hal ini jasa pendidikan, dikarenakan mutunya tidak dapat memuaskan konsumen, maka produksi jasa yang ditawarkan tidak laku. Artinya, lembaga pendidikan yang memproses jasa pendidikan tidak mampu memuaskan users education sesuai dengan kebutuhan pasar, bahkan lembaga pendidikan tersebut tidak akan berlaku untuk terus bertahan.

Berbeda dengan produk fisik, suatu jasa pelayanan pedidikan tidak bisa disimpan, ia diproduksi dan dikonsumsi secara bersama. Dampaknya terjadi pada sistem pemasaran, terutaman pada sisi permintaan. Jika permintaan stabil akan memudahkan penyedia jasa pendidikan untuk melakukan persiapan, baik dari sarana dan prasarana maupun peralatan teknologi pendidikan lainnya. Tetapi, jika permintaan fluktuatif, lebih sulit bagi penyedia jasa pendidikan untuk melakukan straregi pemasaran. Jasa pendidikan tidak bisa dilihat dan dirasakan oleh konsumen sebelum konsumen membeli atau mendapatkan penyedia jasa pendidikan secara langsung. Konsumen juga tidak dapat memprediksi apa hasil yang akan


(17)

diperoleh dengan mengonsumsi jasa pendidikan tersebut, kecuali setelah membelinya. Tujuan utama proses ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus-menerus, dan terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dimaksudkan tidak sekaligus, tetapi dituju berdasarkan peningkatan mutu pada setiap komponen pendidikan.

Penggunaan istilah pemasaran saat ini sudah sangat berkembang di semua sektor kegiatan kita. Jadi, dalam hal ini pemasaran pendidikan dapat diartikan sebagai bagaimana memuaskan konsumen atau pelanggan pendidikan dengan memakai dasar pemikiran yang logis, jika konsumen tidak puas berarti pemasaran tersebut gagal.

Selain itu pemasaran pendidikan menjadi salah satu faktor pembantu dalam mencapai Pendidikan Tinggi yang bermutu jika dilihat dari kepentingan, pemasaran pendidikan termasuk kedalam faktor yang penting yang bisa membantu Pendidikan Tinggi dalam meningkatkan jumlah murid serta sumber daya lainnya, yang pastinya akan berdampak pada penambahan serta perbaikan sarana dan prasarana lain di Pendidikan Tinggi.

Jenjang pendidikan yang akan menjadi fokus pada penelitian ini adalah Pendidikan Tinggi, dimana Pendidikan Tinggi merupakan bagian dari sistem Pendidikan Tinggi. Mengapa Pendidikan Tinggi, karena Pendidikan Tinggi sudah melakukan proses jasa pemasaran pendidikan yang ditandai dengan adanya iklan atau pemberitahuan terhadap masyarakat akan keeksistensian Pendidikan Tinggi tersebut.Berbagai media sudah digunakan oleh Pendidikan Tinggi maupun Lembaga Pendidikan Tinggi untuk memberitahukan pada masyarakat atau konsumen akan fokus pembelajaran dan keunggulannya.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Identifikasi masalah merupakan pemaparan dari seluruh masalah yang ditemukan dalam latar belakang. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi bahwa mutu Pendidikan Tinggi masih perlu ditingkatkan sesuai dengan variabel yang mempengaruhi mutu Pendidikan Tinggi. Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas dapat dirumuskan


(18)

Pemasaran Pendidikan dapat Meningkatkan Mutu Pendidikan Tinggi.” Pertanyaan penelitian yang akan menjadi bahan awal untuk menggali data dan informasi di Pendidikan Tinggi adalah:

1. Bagaimanakah gambaran mengenai kapasitas manajemen Pendidikan Tinggi di Pendidikan Tinggi Kota Bandung?

2. Bagaimanakah gambaran mengenai pemasaran pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung?

3. Bagaimana gambaran mengenai mutu pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung?

4. Seberapa besar pengaruh kapasitas menejemen Pendidikan Tinggi terhadap mutu pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung? 5. Seberapa besar pengaruh pemasaran pendidikan terhadap mutu

pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung?

6. Seberapa besar pengaruh kapasitas manajemen terhadap pemasaran pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung?

7. Seberapa besar pengaruh kapasitas manajemen dan pemasaran pendidikan terhadap mutu pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap masalah kapasitas manajemen yang tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Secara khusus penelitian ini ingin mengungkap, menganalisis dan mengembangkan pemikiran teoritik dari praktik pemasaran pendidikan dan kapasitas terbaik di Pendidikan Tinggi (Grounded theory) dalam hal:

1. Terdeskripsikanya kapasitas manajemen pada Pendidikan Tinggi di Kota Bandung.

2. Terdeskripsikanya pemasaran pendidikan pada Pendidikan Tinggi di Kota Bandung.

3. Terdeskripsikanya mutu Pendidikan Tinggi pada Pendidikan Tinggi di Kota Bandung.


(19)

4. Teranalisisnya pengaruh kapasitas manajemen terhadap mutu pendidikan pada pendidikan tinggi di Kota Bandung.

5. Teranalisisnya pengaruh pemasaran pendidikan terhadap mutu pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung.

6. Teranalisisnya pengaruh kapasitas manajemen terhadap pemasaran pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung.

7. Teranalisisnya pengaruh kapasitas manajemen dan pemasaran pendidikan terhadap pengambangan mutu pendidikan di Pendidikan Tinggi Kota Bandung.

D. Metode Penelitian

Setiap penelitian memerlukan metode agar proses penelitian dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung, maka metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode deksriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Proses penelitian kuantitif Sugiyono (2012:53) setiap penelitian harus berangkat dari masalah atau dari potensi. Dalam penelitian kuantitaif masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas dan ditunjukan dengan data yang valid.

Gambar 1.2

Langkah Langkah Penelitian Kuantitaif

Analis is

Simpul an dan sampel

Pengumpu lan

Penguji an popula

si

Pengemba ngan Rumus

an Landas

an Rumus


(20)

Untuk mempertajam pemecahan masalah dan studi dokumentasi untuk mencari data-data melalui arsip-arsip yang terdapat di Pendidikan Tinggi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi tidak langsung, yaitu menggunakan angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu responden diberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkapkan dari variabel-variabel yang disertai alternatif jawaban.

Langkah-langkah penelitian dilakukan bertahap diawali dengan studi pendahuluan terhadap kondisi yang ditemukan dilapangan melalui bertukar pendapat dengan beberapa dosen mengenai kondisi yang berkaitan dengan keadaan di Pendidikan Tinggi, bagaimana manajemen Pendidikan Tinggi berjalan setiap harinya, masalah yang dihadapi dan bagaimana Pendidikan Tinggi menyelesaikan masalah tersebut, selain itu menanyakan bagaimana lingkungan eksternal mempengaruhi keadaan Pendidikan Tinggi, selain

stakeholder pasar dan kostumer juga mempunyai kontribusi dalam

meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi. Lalu yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah Pendidikan Tinggi Kota Bandung. Pemaparan lebih jelas terdapat di metode penelitian pada BAB III.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkannya. Kegunaan penelitian ini berupa kegunaan secara teoritis dan secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritik

Bagi pengembangan keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi kajian dan pengembangan keilmuan, khususnya dibidang administrasi pendidikan, maupun bidang ilmu yang berhubungan.

Bagi peneliti, dapat memberikan nilai tambah dalam menganalisis berbagai permasalahan, dalam pengelolaan manajemen Pendidikan Tinggi, khusunya mengenai kapasitas kepala Pendidikan Tinggi, dan kapasitas personal dosen dalam peningkatan mutu Pendidikan Tinggi dan akan


(21)

menambah wawasan berfikir dalam upaya memahami serta memecahkan persoalan pendidikan yang senantiasa menjadi tuntutan yang terus berkembang tiada berhenti dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis.

Pimpinan Pendidikan Tinggi, hasil penelitian ini menjadi bahan masukan bagi Pimpinan Pendidikan Tinggi sebagai pemimpin dan manajer, dalam hal mengelola Pendidikan Tinggi bagaimana memunculkan motivasi dosen sehingga terjadi peningkatan terhadap mutu Pendidikan Tinggi dan bagaimana Pendidikan Tinggi yang dipimpim mempunyai nilai jual yang tinggi.

Bagi dosen, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dosen dan memahami pentingnya kapasitas dosen, sehingga tercipta profesionalisme dosen yang diharapkan dan didambakan semua pihak yang akhirnya mengakibatkan meningkatnya kapasitas dosen dan berdampak langsung terhadap mutu Pendidikan Tinggi yang baik.

Bagi praktisi pendidikan, sebagai bahan masukan kepada para praktisi pendidikan agar pendidikan berkembang dengan cepat serta dengan mendaya gunakan kompetensi–kompetensi yang ada, yang sebenarnya komptensi itu dimiliki oleh semua sumber daya Pendidikan Tinggi.

F. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis pada penelitian ini memaparkan 5 BAB, yaitu sebagai berikut:

BAB I, berisi pendahuluan yang menjelaskan tentang dasar alasan masalah

yang diteliti, dimulai dari latar belakang masalah yang menjelaskan alasan mengapa masalah ini diteliti, identifikasi dan perumusan masalah yang memaparkan variabel-variabel yang akan diteliti dan akan merumuskan yang akan diteliti. Selanjutnya tujuan penelitian memaparkan tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti. Metode penelitian, yang menjelaskan metode apa


(22)

yang dipakai dalam penelitian ini. Serta manfaat peneliti untuk mengetahui, manfaat apa yang diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB II, menjelaskan mengenai kajian pustaka yang memaparkan

konsep/teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang akan diteliti, dan hipotesis penelitian.

BAB III, memaparkan mengenai metode penelitian yang menjabarkan

tentang metode yang digunakan, termasuk beberapa komponen yaitu: populasi dan sampel, desain penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional, proses penelitian dan pengumpulan data serta instrumen penelitian.

BAB IV, hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan dan analisis

data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, hipotesis, dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V, memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil


(23)

Sarah Yunizar, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian, Partisipan, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian adalah suatu upaya sistematis dalam menentukan, menganalisa dan menafsirkan bukti-bukti empirik untuk memahami gejala-gejala atau untuk menentukan jawaban sutua permasalahan yang terkait dengan gejala itu (moleong). Sebelum meneliti, seorang peneliti haruslah memahami konsep dari metodologi penelitian yang ia gunakan untuk meneliti. Ini ditujukan agar terhindar dari suatu kesalahan dalam penelitian yang nantinya akan mempengaruhi kualitas hasil penelitian.

1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yakni studi deskriptif dan koreasional dengan pendekatan kuantitatif.

Kerlinger (dalam Sugiyono, 2007:7) menyatakan bahwa ”penelitian survey

adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar/kecil, tetapi data

yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi”.

a. Penelitian Deskriptif

Metode penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Penelitian deskriptif juga merupakan metode penelitian yang dilakukan melalui proses analisis dari peristiwa-peristiwa atau masalah-masalah yang terjadi pada saat penelitian dilakukan.

Proses penelitian deskriptif berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu. Kemudian metode penelitian deskriptif menurut Mohamad Ali (2000:12), adalah sebagai berikut:

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data serta membuat kesimpulan dan laporan dengan


(24)

tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.

b. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang menggunakan pengolahan data melalui hasil perhitungan statistika. Hal ini sejalan dengan pengertian pendekatan kuantitatif menurut Watson (Danim 2002) adalah sebagai berikut:

Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah

(scien tific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivisme) yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai

logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 11), ciri-ciri penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :

1) Penelitian kuantitatif menghendaki adanya perekayasaan sesuatu yang akan diteliti, dengan terencana memberikan sesuatu perlakuan tertentu, untuk mengetahui akibat-akibatnya.

2) Penelitian kuantitatif merupakan eksperimental atau percobaan yang dilakukan secara terencana, sistematis dan terkontrol dengan ketat, baik dalam bentuk desain fungsional maupun desain faktorial.

3) Penelitian kuantitatif lebih tertuju pada penelitian tentang hasil dari pada proses.

4) Penelitian kuantitatif cenderung merupakan prosedur pengumpulan data melalui observasi untuk pembuktian hipotesis yang didedukasi dari dalil atau teori.

5) Penelitian kuantitatif terutama bertujuan menghasilkan penemuan-penemuan, baik dalam bentuk teori baru atau perbaikan teori lama.

c. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sehingga terdapat kesamaan landasan berpikir antara peneliti dengan pembaca berkaitan dengan judul penelitian. Definisi operasional variabel bertujuan untuk


(25)

menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Masri. S dalam

Riduwan (2010:96) memberikan pengertian “Definisi operasional adalah

unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel”.

Definisi operasional adalah informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas

(independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable),

variabel bebas adalah kapasitas manajemen Pendidikan Tinggi (X1), dan

pemasaran pendidikan (X2), sedangkan variabel terikat adalah mutu

pendidikan (Y). Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu, (a) mendefinisikan operasional variabel penelitian; (b) menyusun indikator variabel penelitian; (c) menyusun kisi kisi instrumen; (d) melakukan uji coba instrumen, dan juga melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa definisi operasional itu harus dapat diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain. Agar penelitian menjadi lebih terarah maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1) Kapasitas Manajemen Pendidikan Tinggi

Kapasitas manajemen Pendidikan Tinggi dalam penelitian ini adalah segala sumber daya yang terdapat di sekolah tinggi, dan bagaimana sekolah tinggi itu mengelola sumberdaya nya, mendaya gunakan segala sumber dan menjalankan roda kegiatan Sekolah Tinggi sehari-hari agar tujuan sekolah tercapai.

2) Pemasaran Pendidikan

Pemasaran pendidikan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah bagaimana sekolah tinggi mempublikasikan institusi nya terhadap masyarakat atau khalayak, baik itu konsumen langsung maupun konsumen tidak langsung dari Sekolah Tinggi. Dan bagaimana hal itu bisa berdampak pada peningkatan mutu dari


(26)

sekolah tinggi , alat ukur untuk mengukur hal ini menggunakan variabel yang di kemukakan oleh Buchari Alma.

3) Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mutu sekolah tinggi yang dilihat atau diukur dari berbagai aspek yakni bisa dilihat dari produk sekolah itu sendiri sebagai titik pusat dari pencapaian tujuan penyelenggaraan sekolah, yang terdiri dari 1) Output siswa (prestasi akademik, kreativitas, percaya diri, aspirasi, harapan, kehadiran, wisuda, tingkat drop out), 2) Output dosen (kepuasan kerja, disiplin kehadiran, perekrutan dan tingkat retensi), dan 3) Output staf tata usaha (TU) ( kepuasan kerja, balanced anggaran, dan komitmen terhadap sekolah), yang ada di Sekolah Tinggi di kota Bandung.

2. Partispan dan Populasi Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat pelaksanaan penelitian tersebut dilakukan. Lokasi peneilitian teridiri dari tiga lokasi, yakni Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) yang terletak di Jalan Dr. Setiabudi no 186 Bandung, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Immanuel yang terletak di Jalan . K.H. Wahid Hasyim No.161, Bandung dan Politeknik Kesehatan Bandung Jalan Padjadjaran No.56 Bandung.

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel kapasitas manajemen pendidikan tinggi, variabel pemasaran pendidikan dan variabel mutu pendidikan. Untuk menggali informasi mengenai bagaimana variabel tersebut, maka ditanyakan kepada seseorang setaraf kepala prodi, sekertaris, ataupun kepala bidang.

b. Partisipan dan Populasi Penelitian

Populasi adalah objek penelitian yang berupa manusia, gejala, benda, pola sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004:90) mengemukakan bahwa;

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang


(27)

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan Riduwan (2010:3) mengatakan bahwa, “populasi adalah keseluruhan dari

karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian”.

Berdasarkan penjelasan diatas maka populasi dalam penelitian ini adalah kepala jurusan atau kepala program studi ataupun kepala yang membidangi salah satu kajian dalam sekolah tinggi, mengapa diambil sekolah tinggi atau setaraf dengan sekolah tinggi, karena sekolah tinggi yang biasanya melakukan promosi atau memasarkan produk nya dalam hal ini mahasiswa yang diberikan ketreampilan khusus dalam bidang jasa. Melalui media media yang tersedia yakni media elektronik maupun cetak. Mereka biasanya melakukan promosi ke sekolah sekolah menengah negeri maupun swasta. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas tentang keadaan populasi penelitian, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Sekolah Tinggi Jumlah

Kaprodi / Kajur

1 Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung 16

2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel 7

3 Politeknik Kesehatan Bandung 7

Jumlah 30

Dalam penelitian ini peneliti memakai semua sumber hal seperti ini dinamakan sampling jenuh, seperti yang dikatakan Sugiyono (2012:126).

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel, hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generelasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sempel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sampel jenuh juga sering diartikan sampel yang sudah maksimum , ditambah berapapun tidak akan merubah keterwakilan

3. Sampel Penelitian

Sample adalah bagian kecil dari suatu populasi, dalam penelitian ini jumlah populasi diketahui secara pasti sehingga untuk menetukan ukuran


(28)

sampel peneliti berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh malhotra (2004:103) menyatakan bahwa besarnya jumlah sample yang diambil dapat ditentukan dengan meninggalkan banyaknya item variabel-variabel yang diamati dengan 4 atau 5 kali banyaknya item-item variabel-variabel yang diamati atau diobeservasi. Sampling yang akan digunakan adalah

Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan

kemudahan, merupakan teknik dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja.

Lalu yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah para ketua jurusan ataupun ketua program studi di masing masing tempat penelitian, dengan jumlah populasi 30 maka sampel yang digunakan pun 30. Hal ini diperbolehkan jika merujuk pada pendapat sugiyono.karena sampel sudah dianggap representatif dalam mewakili hal yang akan diteliti.

4. Instrumen Penelitian, Prosedur Penelitian dan Analisis Data 1. Instrumen Penelitian (Validitas dan Reliabilitas)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data tidak langsung dengan mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian melalui perantara instrumen atau angket. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala (1 sampai 4).

Angket yaitu seperangkat daftar pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:200). Sejalan dengan pendapat Winarno

Surakhmad (1998:53), yang mengemukakan bahwa: “Pada umunya ada dua bentuk angket: a. angket berstruktur, b. angket yang tidak berstruktur”.

Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengukur variabel X1, X2 dan variabel Y, maka dalam penelitian ini digunakan angket berstruktur (tertutup). Angket berstruktur atau tertutup berisikan kemungkinan kemungkinan atau jawaban yang telah tersedia.

Jenis angket yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu responden diberi sejumlah pertanyaan yang


(29)

menggambarkan hal hal yang ingin diungkapkan dari variabel-variabel yang ada disertai alternatif jawaban. Adapun beberapa alasan yang menyebabkan peneliti menggunakan angket:

a. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif. b. Responden akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.

c. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data.

d. Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan memudahkan untuk mengolahnya.

Dalam tahap ini peneliti menggunakan isntrumen angket sebagai alat untuk mengukur dan mencari data, angket dibuat sendiri berdasarkan kisi-kisi yang diambil dari para ahli dibidang variabel masing-masing

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kapasitas Manajemen Pendidikan Tinggi

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Kapasitas manajemen pendidikan

tinggi

Sumber Daya Manusia 1. Motivasi 1

2. Pengetahuan 2

3. Budaya 3

4. Keterampilan Profesional 4

Sumber Daya Fisik 1. Ruang Kelas 5

2. Laboratorium 6

3. Media Belajar 7

Sumber Daya Keuangan 1. Sumber dari sekolah 8

2. Sumber dari pemerintah 9

3. Sumber dari swasta 10

Struktur Pendukung 1. Legalitas penyelenggaraan

sekolah

11

2. Stakeholder 12

Lingkungan Lembaga Pendidikan

1. Visi yang jelas 13

2. Politik 14

3. Kependudukan 15

Kurikulum 1. Kurikulum yang digunakan 16

2. Materi yang sesuai 17

3. Buku 18

4. Teknologi yang digunakan dalam pembelajaran

19

Penjaminan Mutu 1. Standar 20

2. Monitoring 21

3. Evaluasi 22

4. Pengabdian 23


(30)

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pemasaran Pendidikan

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Pemasaran Pendidikan (Kotler, et.al.

2002: 9)

Product 1. Manfaat dasar yang diharapkan konsumen sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen

1, 2

2. Pengetahuan dan keterampilan yang memiliki ciri khas

3,4 3. Adanya atribut yang mendukung

penyelenggaraan pendidikan

5, 6, 7 4. Adanya perubahan yang didapatkan setelah

menggunakan produk

8,9

Price 1. Sasaran yang berorientasi pada keuntungan 10, 11

2. Sasaran yang berorientasi pada penjualan 12, 13

3. Sasaran yang berorientasi status quo 14, 15

Place 1. Kemudahan dalam mencapai lokasi 16

2. Lembaga pendidikan dapat terlihat dengan jelas keberadaan fisiknya

17 3. Tingkat kemacetan yang mempengaruhi

penyediaan jasa

18, 19

4. Memperhitungkan lokasi pesaing 20, 21

Promotion 1. Membangun kepedulian dan ketertarikan terhadap produk dan jasa

22, 23 2. Adanya perbedaan antara jasa yang ditawarkan

dengan jasa yang lain

24 3. Mengkomunikasikan kelebihan dari jasa yang

tersedia


(31)

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Mutu Pendidikan

Proses Pengembangan Instrumen

Menyusun pernyataan pernyataan atau pertanyaan pertanyaan yang dianggap menggambarkan masalah yang sedang diteliti disertai alternatif jawaban yang akan dipilih responden berdasarkan variabel-variabel serta indikator-indikator yang telah ditentukan dalam kisi-kisi instrumen dan nomor item dalam kisi-kisi instrumen penelitian.

Menetapkan kriteria penskoran untuk alternatif jawaban dengan menggunakan Skala Likert dalam bentuk daftar check list (√). Altematif jawaban responden yang diberikan melalui angket tersebut, masing – masing memiliki bobot nilai sebagai berikut.

Variabel Dimensi Indikator No Item

Mutu Pendidkan TInggi (Y) K. Hoy dan Miskel (2008)

Output Mahasiswa a. Prestasi akademik 1, 2

b. Kreativitas 3,4

c. Percaya diri 5

d. Aspirasi 6

e. Harapan 7

f. Kehadiran 8,9

g. Kelulusan 10,11

h. Tingkat drop-out 12,13

Output Dosen a. Kepuasan kerja 14,15

b. Ketidakhadiran 16,17

c. Perekrutan dan tingkat retensi 18,19 Output Staf Tata Usaha

(TU)

a. Kepuasan kerja 20,21

b. Balanced anggaran 22,23


(32)

Tabel 3.5 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

(SL) Selalu 4

(S) Sering 3

(KK) Kadang kadang 2

(TP) Tidak pernah 1

(Sugiyono, 2004)

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan gambaran mengenai pendugaan pengujian hipotesis serta untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan antara variabel kapasitas manajemen pendidikan tinggi dan pemasaran pendidikan terhadap mutu pendidikan. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu kapasitas manajemen Pendidikan Tinggi (X1) dan pemasaran pendidikan

(X2), sedangkan variabel terikat adalah mutu pendidikan (Y).

Langkah-langkah penelitian dilakukan bertahap diawali dengan studi pendahuluan terhadap kondisi yang ditemukan dilapangan mengenai mutu pendidikan, lalu diperhatikan akan pencapaian yang telah dilakukan oleh sekolah tinggi dengan melihat lakip kemendikbud, Sehingga peneliti dapat menginventarisis berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu sekolah tinggi tersebut. Adapun tahap-tahap yang ditunjukkan pada gambar alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian


(33)

Hubungan antar variabel tersebut dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini. Dalam penelitian ini, secara umum dicari determinasi kapasitas manajemen Pendidikan Tinggi (X1) dan pemasaran pendidikan

(X2), dengan mutu pendidikan (Y), baik secara terpisah maupun

simultan. untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dapat digambarkan dalam konstalasi variabel sebagai berikut:

Gambar 3.2

Desain Penelitian X1 X2 dan Y

Keterangan :

X1 : Kapasitas manajemen pendidikan tinggi

X2 : Pemasaran Pendidikan

Y : Mutu Pendidikan

rX1Y : Korelasi antara variabel X1 dengan Y

rX2Y : Korelasi antara varibel X2 dengan Y

rX1X2 : Korelasi antara variable X1 dengan X2

R X1 X2 Y : Korelasi antara variabel X1 dengan X2 terhadap Y

3. Analisis data

a) Tahap Uji Coba Angket

Uji coba angket pengumpul data ini dilakukan sebelum angket yang sesungguhnya disebar kepada responden. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang tingkat akurasinya meyakinkan, dibutuhkan alat pengumpul data (angket) yang baik. Baik tidaknya kualitas suatu alat pengumpul data ditentukan oleh dua kriteria utama, yaitu validitas

dan reliabilitas. Sugiyono (2009: 348) berpendapat bahwa: “Valid

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan instrumen yang reliabel berarti instrumen

Y

X1

X2

rX1Y

rX2Y

R X1 X2

Y


(34)

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama.” Untuk uji coba ini penulis melaksanakan uji coba terhadap 10 responden pada sekolah tinggi. Sesuai dengan variabel yang diteliti, angket yang diujicobakan terdiri dari kuesioner untuk mengukur variabel X1 adalah kapasitas

manajemen Pendidikan Tinggi, variabel X2 adalah Pemasaran

Pendidikan dan variabel Y adalah Mutu Pendidikan. Penyebaran jumlah item kuesioner pada masing-masing variabel tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Jumlah Item Kuesioner untuk Ujicoba

No Variabel Jumlah ltem

Kuesioner

1 Kapasitas manajemen pendidikan tinggi

25 2 Pemasaran Pendidikan 46 3 Mutu Pendidikan 33

Total 104

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah item kuesioner yang akan diujicobakan sebanyak 104 item. Setelah data untuk uji coba terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan tujuan untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Angket dianggap valid apabila ada kesamaan data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Angket reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu berbeda.

b. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah instrumen betul-betul mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan demikian validitas instrumen akan menunjukan apakah instrumen yang dimaksud berguna atau tidak. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2002:158) bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang


(35)

valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaiknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur atau menguji apakah suatu instrumen sudah benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan uji validitas ini suatu instrumen dapat diketahui apakah sudah valid atau tidak, Adapun rumus yang dipergunakan dalam pengujian validitas instrumen adalah rumus yang ditetapkan oleh person yang dikenal dengan korelaso Produck

Moment. Berikut merupakan langkah langkah uji validitas dalam

penelitian ini:

1) Menghitung koefisien korelasi Produck Moment (r hitung), dengan rumus sebagai berikut :

  

 

2 2

2

 

2

n XY X Y

r

n X X n Y Y

 

 

 

Keterangan :

n = Jumlah Responden

∑ XY = Jumlah Perkalian X dan Y

∑ X = Jumlah skor tiap butir

∑ Y = Jumlah skor total

= Jumlah skor skor X yang dikuadratkan = Jumlah skor skor Y yang dikuadratkan Selanjutnya dihitung dengan Uji t dengan rumus :

Dimana : t = Nilai

r = Koefisien korelasi hasil n = Jumlah responden

2) Jika > berarti valid, sebaliknya jika < berarti tidak valid.


(36)

Dari perhitungan hasil uji coba angket yang telah dilakukan, maka validitas setiap variabel Y, X1, dan X2 dapat dilihat pada tabel halaman berikutnya:

Tabel 3.7

Hasil Keputusan Validitas Kapasitas manajemen pendidikan tinggi

No Item Koefisien r hitung Harga t hitung Harga t tabel Keputusan

1 0.648 2.404 1,860 Valid

2 0.814 3.969 1,860 Valid

3 0.850 4.573 1,860 Valid

4 0.850 4.573 1,860 Valid

5 0.559 1.908 1,860 Valid

6 0.780 3.529 1,860 Valid

7 0.378 1.154 1,860 Tidak Valid

8 0.711 2.859 1,860 Valid

9 0.759 3.294 1,860 Valid

10 0.774 3.454 1,860 Valid

11 0.674 2.578 1,860 Valid

12 0.809 3.896 1,860 Valid

13 0.773 3.449 1,860 Valid

14 0.644 2.380 1,860 Valid

15 0.628 2.285 1,860 Valid

16 0.759 3.294 1,860 Valid

17 0.870 4.985 1,860 Valid

18 0.709 2.847 1,860 Valid

19 0.814 3.969 1,860 Valid

20 0.846 4.488 1,860 Valid

21 0.796 3.726 1,860 Valid

22 0.761 3.034 1,860 Valid

23 0.622 2.248 1,860 Valid

24 0.780 3.529 1,860 Valid

25 0.876 5.140 1,860 Valid

Dari hasil uji coba instrumen penelitian terhadap 10 responden untuk variabel kapasitas manajemen Pendidikan Tinggi diperoleh


(37)

kesimpulan bahwa 25 item alat ukur dinyatakan valid sebanyak 24 item, sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 1 item, dan item yang tidak valid dibuang, dengan demikian kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel X1 berjumlah 24 item.

Tabel 3.8

Hasil Keputusan Validitas Pemasaran Pendidikan

No Item Koefisien r hitung Harga t hitung Harga t tabel Keputusan

1 0.505 1.655 1,860 Tidak Valid

2 0.628 2.285 1,860 Valid

3 0.131 0.372 1,860 Tidak Valid

4 0.674 2.584 1,860 Valid

5 0.062 0.176 1,860 Tidak Valid

6 0.628 2.285 1,860 Valid

7 0.349 1.054 1,860 Tidak Valid

8 0.773 3.449 1,860 Valid

9 0.544 1.834 1,860 Tidak Valid

10 0.850 4.573 1,860 Valid

11 0.711 2.859 1,860 Valid

12 0.270 0.793 1,860 Tidak Valid

13 0.628 2.285 1,860 Valid

14 0.544 1.834 1,860 Tidak Valid

15 0.547 1.849 1,860 Tidak Valid

16 0.780 3.529 1,860 Valid

17 0.876 5.140 1,860 Valid

18 0.343 1.031 1,860 Tidak Valid

19 0.814 3.969 1,860 Valid

20 0.283 0.835 1,860 Tidak Valid

21 0.494 1.608 1,860 Tidak Valid

22 0.096 0.273 1,860 Tidak Valid

23 0.283 0.835 1,860 Tidak Valid

24 0.644 2.380 1,860 Valid

25 0.846 4.488 1,860 Valid

26 0.131 0.372 1,860 Tidak Valid

27 0.780 3.525 1,860 Valid

28 0.343 1.031 1,860 Tidak Valid

29 0.780 3.529 1,860 Valid

30 0.343 1.031 1,860 Tidak Valid

31 0.780 3.529 1,860 Valid


(38)

No Item Koefisien r hitung Harga t hitung Harga t tabel Keputusan

33 0.544 1.834 1,860 Tidak Valid

34 0.283 0.835 1,860 Tidak Valid

35 0.638 2.341 1,860 Valid

36 0.759 3.294 1,860 Valid

37 0.780 3.529 1,860 Valid

38 0.378 1.154 1,860 Tidak Valid

39 0.131 0.372 1,860 Tidak Valid

40 0.711 2.859 1,860 Valid

41 0.349 1.054 1,860 Tidak Valid

42 0.559 1.908 1,860 Valid

43 0.773 3.449 1,860 Valid

44 0.796 3.726 1,860 Valid

45 0.774 3.454 1,860 Valid

46 0.709 2.847 1,860 Valid

Dari hasil uji coba instrumen penelitian terhadap 10 responden untuk variabel Pemasaran Pendidikan diperoleh kesimpulan bahwa 46 item alat ukur dinyatakan valid sebanyak 25 item, sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 21 item, dan item yang tidak valid dibuang, dengan demikian kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel X2 berjumlah 25 item.

Tabel 3.9

Hasil Keputusan Validitas Mutu Pendidikan

No

Item Koefisien r hitung Harga t hitung Harga t tabel Keputusan

1 0.742 3.130 1,860 Valid

2 0.723 2.960 1,860 Valid

3 0.864 4.860 1,860 Valid

4 0.864 4.860 1,860 Valid

5 0.499 1.628 1,860 Tidak Valid

6 0.696 2.740 1,860 Valid

7 0.810 3.907 1,860 Valid

8 0.522 1.731 1,860 Tidak Valid

9 0.684 2.649 1,860 Valid

10 0.801 3.780 1,860 Valid

11 0.657 2.462 1,860 Valid

12 0.742 3.130 1,860 Valid


(39)

No

Item Koefisien r hitung Harga t hitung Harga t tabel Keputusan

14 0.456 1.450 1,860 Tidak Valid

15 0.785 3.587 1,860 Valid

16 0.715 2.891 1,860 Valid

17 0.218 0.632 1,860 Tidak Valid

18 0.633 2.313 1,860 Valid

19 0.756 3.263 1,860 Valid

20 0.440 1.387 1,860 Tidak Valid

21 0.609 2.169 1,860 Valid

22 0.742 3.130 1,860 Valid

23 0.684 2.649 1,860 Valid

24 0.218 0.632 1,860 Tidak Valid

25 0.785 3.587 1,860 Valid

26 0.456 1.450 1,860 Tidak Valid

27 0.795 3.707 1,860 Valid

28 0.499 1.628 1,860 Tidak Valid

29 0.696 2.740 1,860 Valid

30 0.785 3.587 1,860 Valid

31 0.681 2.634 1,860 Valid

32 0.774 3.456 1,860 Valid

33 0.618 2.221 1,860 Valid

Dari hasil uji coba instrumen penelitian terhadap 10 responden untuk variabel mutu pendidikan diperoleh kesimpulan bahwa 33 item alat ukur dinyatakan valid sebanyak 25 item, sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 8 item, dan item yang tidak valid dibuang, dengan demikian kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel Y berjumlah 25 item.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dari 104 item kuesioner yang diujicobakan, 30 item kuesioner tidak valid dan 74 item kuesioner valid. Dengan demikian jumlah item kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data sebanyak 74 item pertanyaan. Item angket yang tidak valid terletak pada dimensi yang berbeda, sehingga walaupun item kuesioner ini dibuang, kuesioner yang lain masih dianggap representatif untuk mengukur dimensi yang dimaksud.


(40)

c. Uji Reliabilitas Instrumen

Untuk dapat memenuhi instrumen penelitian yang sifatnya selalu dapat dipercaya, maka digunakan uji reliabilitas, yaitu untuk mengetahui ketepatan nilai angket. Artinya instrumen penelitian reliabel bila diujikan pada kelompok yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.

Mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:170), yang menyatakan bahwa : “Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah cukup baik”. Maksud dapat “dipercaya” disini adalah bahwa data yang dihasilkan harus memiliki

tingkat kepercayaan yang tinggi.

Dalam penelitian ini, langkah langkah pengujian reliabilitas angket mengikuti pendapat Akdon dan hadi (2008:151) sebagai berikut:

1) Menghitung total skor setiap responden.

2) Menghitung korelasi Product Moment dengan rumus:

Keterangan :

= Koefisien korelasi = Jumlah skor item

= Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

3) Menghitung reliabilitas seluruh item dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut:

4) Mencari r tabel apabila α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk = n -2).


(41)

5) Membuat keputusan dengan membandingkan dengan . Dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika > berarti variabel reliabel, dan

< berarti variabel instrumen tidak reliabel.

Dengan cara perhitungan diatas, hasil uji reliabilitas instrumen untuk variabel Y, X1, dan X2 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.10

Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Y, X1 dan X2

Variabel rb r11 rtabel Kesimpulan

Y 0.926 0.955 0.632 Reliabel X1 0.927 0.965 0.632 Reliabel X2 0.932 0.953 0.632 Reliabel

Dari hasil uji coba instrumen penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semua item alat ukur dinyatakan reliabel.

a) Penyebaran dan Pengumpulan Angket

Setelah angket diujicobakan dan hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa instrumen telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan penyebaran dan pengumpulan angket.

b) Tehnik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu langkah yang sangat penting dan mutlak diklaksanakan untuk membuat data penelitian menjadi berarti. Setelah data diolah maka akan dapat ditarik kesimpulan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mohammad Ali

(1985:151) bahwa: “Pengolahan data merupakan satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, terutama diinginkan generalisasi dan kesimpulan tentang berbagai

masalah yang diteliti”. Pengolahan data ini perlu dilakukan


(42)

pendapat sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari pelelitian yang dilakukan.

4. Seleksi dan Klarifikasi Data

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan penyeleksian data yang diperoleh dari responden melalui angket. Dengan begitu dapat diketahui data yang terkumpul layak atau tidak layak untuk diolah. Sedangkan klarifikasi data dimaksudkan untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya karena data telah dikelompokkan sesuai dengan variabel variabel yang bersangkutan. Dalam hal ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Pemeriksaan jumlah angket, disini jumlah angket yang terkumpul dipastikan mendekati jumlah angket yang disebar.

b. Memeriksa keutuhan jumlah lembaran angket, dipastikan tidak terdapat kekurangan jumlah lembar dalam tiap angket.

c. Memeriksa angket yang bisa diolah.

d. Mengelompokkan angket-angket tersebut berdasarkan variabel yang bersangkutan, kemudian memberikan skor pada tiap alternative jawaban.

1) Seleksi Data

Berdasarkan angket yang telah disebar di Sekolah Tinggi Kota Bandung, peneliti melakukan seleksi dengan menganalisis angket yang telah terkumpul dengan maksud apakah data yang diperoleh melalui angket memungkinkan untuk diolah atau tidak. Alternatif jawaban yang tersedia pada kolom yaitu: SL (Selalu), SR (Sering), KD (Kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah).

Dari seleksi data yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa dari 92 angket yang disebar kepada responden, yang terkumpul dan dapat diolah sebanyak 92 angket Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(43)

Tabel 3.11

Rekapitulasi Jumlah Angket Yang Dapat Diolah

Jumlah Sampel Jumlah Angket

Tersebar Terkumpul Dapat Diolah

30 30 30 30

2) Klasifikasi Data

Setelah melakukan penyeleksian data, kemudian data tersebut diklasifikasikan berdasarkan variabel penelitian yang ada. Selanjutnya dilakukan pemberian bobot atau skor pada setiap alternatif jawaban berdasarkan skor yang telah ditetapkan. Dalam klasifikasi data disajikan skor mentah dari masing-masing variabel dalam masing-masing-masing-masing unit penelitian. Berikut skor mentah untuk X1 kapasitas manajemen Pendidikan Tinggi, X2 yaitu pemasaran pendidikan, dan Y yaitu mutu pendidikan:

Tabel 3.12 Skor Mentah variabel X1

Kapasitas Manajemen Pendidikan Tinggi 53 70 79 90 66 75 68 77 59 58 64 66 61 67 67 59 75 59 70 81 89 43 73 75 69 69 83 72 57 89

Tabel 3.13

Skor Mentah Variabel X2 Pemasaran Pendidikan

81 67 71 93 87 85 81 73 57 69 91 92 68 71 75 63 78 84 81 92 92 94 89 81 94 89 97 95 61 94

Tabel 3.14 Skor Mentah Variabel Y

Mutu Pendidikan

69 81 89 98 77 87 95 94 68 78 86 84 69 77 74 64 72 68 77 90 96 96 88 89


(44)

5. Uji Normalitas Distribusi Data

Dalam mengetahui dan menentukan teknik statistik yang akan digunakan untuk pengolahan data diperlukan uji normalitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui normal atau tidak normalnya penyebaran data yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil uji normalitas akan berpengaruh pada teknik statistik yang harus digunakan untuk pengolahan data berikutnya. Ketika distribusi data normal, maka teknik perhitungan statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Namun, ketika distribusi data tidak normal, maka teknik perhitungan statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik.

Untuk menghitung uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode SPSS, dan hasilnya sebagai berikut.

Normalitas K-S test Uji Normalitas Data

Kapasitas Manajemen

Sekolah

Pemasaran Pendidikan

Mutu Pendidikan

N 30 30 30

Normal Parametersa,,b Mean 49.47 49.93 51.63 Std. Deviation 9.975 10.110 9.750 Most Extreme

Differences

Absolute .079 .126 .109 Positive .079 .084 .085 Negative -.064 -.126 -.109 Kolmogorov-Smirnov Z .431 .689 .597 Asymp. Sig. (2-tailed) .992 .730 .868

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(45)

Dilihat dari hasil uji normalitas diatas, dikatakan bahwa data penelitian berdistribusi Normal, maka penelitian dapat dilanjutkan dengan menggunakan teknik perhitungan parametrik

6. Uji Linieritas

Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas. Maksudnya apakah garis regresi antar variabel independent dan variabel

dependent membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier maka

analisis regresi tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2011). Pada uji linieritas ini menggunakan SPSS 18.0.

Adapun untuk menguji linieritas hubungan antar variabel dengan menggunakan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis, yaitu:

Ho : hubungan antar variabel berpola tidak linier Ha : hubungan antar variabel berpola linier b. Interpretasi Hasil

Interpretasi hasil analisis dilakukan dengan 1) Susun hipotesis:

Ho : Model regresi linier Hi : Model regresi tidak linier

2) Menetapkan taraf signifikansi (misalnya a = 0.05)

3) Membandingkan signifikansi yang ditetapkan dengan signifikansi yang diperoleh dari analisis (Sig).

Bila a < Sig., maka Ho diterima, berarti regresi linier. Bila a > Sig., makka HI diterima, berarti regresi tidak linier.

7. Menghitung Gambaran Umum Responden

Teknik perhitungan ini digunakan untuk mencari gambaran umum responden sekaligus untuk menentukan kedudukan setiap item atau indikator, maka digunakan uji statistik yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu dengan menggunakan rumus Weighted Means Scored (WMS) sebagai berikut:


(46)

Keterangan :

X = Jumlah rata – rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban yang dikali bobot nilai untuk setiap alternatif/ kategori)

N = Jumlah responden

Adapun langkah – langkah dalam pengolahan WMS adalah : a. Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban yang dipilih. b. Menghitung jumlah responden setiap item dan kategori jawaban. c. Menunjukkan jawaban responden untuk setiap item dan langsung

dikaitkan dengan bobot alternatif jawaban itu sendiri.

d. Menghitung nilai rata – rata untuk setiap item pada masing – masing kolom.

e. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata – rata setiap kemungkinan jawaban.

f. Menentukan kriteria untuk setiap item dengan menggunakan tabel konsultasi hasil perhitungan WMS dalam tabel konsultasi (Miftah Anugrah, 2007), seperti dibawah ini:

Tabel 3.15

Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang Nilai Kriteria

3,01-4,00 Sangat Tinggi 2,01-3,00 Tinggi 1,01-2,00 Cukup 0,01-1,00 Rendah

8. Menguji Hipotesis Penelitian

Tujuan dari pengujian hipotesis yaitu untuk mengetahui apakah kesimpulan berakhir pada penerimaan atau penolakan. Teknik yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah:

Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi sederhana.

Hipotesis 3 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi ganda.


(47)

Adapun cara – cara yang digunakan dalam uji hipotesis ini antara lain :

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui derajat hubungan antara peran komite sekolah sebagai badan pendukung (variabel X) dengan manajemen mutu pendidikan (variabel Y). Teknik perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment (PPM). Teknik ini digunakan karena distribusi data dari kedua variabel yang diteliti bersifat normal. Berikut ini rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2013: 138):

� = n ∑XY − ∑X ∑Y

√{n ∑X2 − ∑X 2}. {n ∑Y² − ∑Y ²}

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi yang dicari

n = Banyaknya subjek pemilik nilai X = Nilai variabel 1

Y = Nilai variabel 2

Dalam pengolahannya, peneliti menggunakan bantuan SPSS

17.0 for Windows. Perhitungan rxy merupakan hasil koefisien korelasi

dari variabel X dan variabel Y. Berikutnya, rxyhitung dibandingkan

dengan rxytabel dengan taraf kesalahan sebesar 5%. Apabila rxyhitung > rxytabel maka Ha diterima, tetapi apabila rxyhitung < rxytabel maka Ho

diterima. Dalam menentukan hubungan kuat atau tidaknya variabel yang diteliti, maka digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi (Riduwan, 2013: 138) adalah sebagai berikut:


(48)

Tabel 3.16

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

b. Analisis Signifikansi

Analisis Signifikansi dilakukan untuk mengetahui dari hasil koefisien variabel X (peran komite sekolah sebagai badan pendukung) dan variabel Y (manajemen mutu pendidikan). Tidak hanya itu, uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan tersebut signifikan atau berlaku untuk semua populasi. Dalam menguji signifikasi korelasi digunakan rumus (Riduwan, 2013: 140):

ℎ� ��=r√n −

− r²

Keterangan:

thitung = Nilai thitung

R = Koefisien korelasi hasil rhitung

N = Jumlah responden

Kemudian dibandingkan antara thitung dengan ttabel. Apabila thitung > ttabel, maka Ha diterima. Artinya nilai korelasi Pearson Product Moment (PPM) ini siginifikan. Namun, apabila thitung < ttabel , maka Ho

diterima. Artinya, nilai korelasi Pearson Product Moment (PPM) ini tidak signifikan. Tingkat kesalahan dalam uji signifikansi ini adalah 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Dalam menghitung uji signifikansi, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for


(49)

c. Analisis Koefisien Determinasi

Perhitungan koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi atau sumbangan variabel X (peran komite sekolah sebagai badan pendukung) terhadap variabel Y (manajemen mutu pendidikan). Dalam mencari nilai koefisien determinasi, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Namun, pada dasarnya uji koefisien korelasi menggunakan rumus (Riduwan, 2013: 140):

�� = �2 %

Keterangan:

KD = Nilai koefisien determinasi R = Nilai koefisien korelasi

d. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi digunakan apabila terdapat hubungan sebab akibat antara peran komite sekolah sebagai badan pendukung (variabel x) terhadap manajemen mutu pendidikan (variabel Y). Menurut Riduwan (2013: 147) regresi adalah:

Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperikaran secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu atau sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil.

Dalam menghitung regresi sederhana, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Namun, pada dasarnya dalam menghitung regesi sederhana, berikut ini rumus yang digunakan (Riduwan, 2013: 148):

Ŷ = a +bX Keterangan:

Ŷ = (baca Y topi) subjek variabel terikat yang diproyeksikan X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk


(50)

A = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

B = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

Untuk mengetahui nilai a dan b, maka digunakan rumus sebagai berikut:

a =∑Y − b . ∑Xn

b = n . ∑XY − ∑X . ∑Y n . ∑X2− ∑X ²


(51)

Sarah Yunizar, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil pengolahan dan

analisis data dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Kapasitas Manajemen Pendidikan Tinggi Dan Pemasaran Pendidikan Terhadap Mutu Pendidikan Pada Prodi Sekolah Tinggi Kota Bandung ”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yang tentunya merujuk pada rumusan masalah yang telah diajukan pada penelitian ini, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kapasitas Manajemen Pendidikan Tinggi yang di Sekolah Tinggi di wilayah Kota Bandung secara keseluruhan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa perangkat perangkat Sekolah Tinggi terutama pada tatanan petinggi atau setara kepala jurusan sudah melakukan indikator-indikator yang ada dalam kapasitas manajemen organisasi seperti memotivasi seluruh sumberdaya manusia, terutama staff dan mahasiswa, memberikan pengetahuan , mengenalkan budaya, dan memberikan keterampilan professional kepada dosen ataupun staff yang memiliki semangat juang tinggi. Menyediakan dan memaintance sumber daya fisik yang dimiliki oleh Sekolah Tinggi, memastikan sumberdaya keuangan bagi berjalanya aktivitas Sekolah Tinggi. Memaintance secara periodik akan hubungan tinggidengan stakeholder, memberitahukan visi dan misi secara berulang agar semua sumber daya manusia sekola tinggi dapat mengingat visi dan mengetahui tujuan Sekolah Tinggi. Memberikan kurikulum yang dibutuhkan mahasiswa dan menjamin mutu yang dimiliki oleh Sekolah Tinggi.

Pemasaran pendidikan yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi di Kota Bandung sudah termsuk kategori sangat tinggi, hal ini menunjukan bahwa Sekolah Tinggi sudah malakukan indicator-indikator yang berada pada pemasaran pendidikan yaitu memberikan pengetahuan dan keterampilan


(1)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kota Bandung berdasarkan hasil penelitian pengaruhnya berada pada kategori Rendah terhadap mutu pendidikan

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian kapasitas manajemen pendidikan dan pemasaran pendidikan terhadap mutu pendidikan, maka dapat penulis kemukakan beberapa rekomendasi antara lain:

1. Pada variabel kapasitas menejemen pendidikan tinggi ada temuan penelitian menunjukan pada sumber daya keuangan yang hal ini dimiliki oleh Sekolah Tinggi, indikator ini lebih rendah di bandingkan indikator lainya, hal ini disebabkan karena anggaran yang diberikan kepada Sekolah Tinggi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Sekolah Tinggi negeri, yang sumber keuanganya nya didapat dari anggaran Negara, yang sudah pasti terbatas, temuan yang di dapat dilapangan yaitu sistem keuangan yang terdapat diSekolah Tinggi ini menggunakan sistem perencanaan-anggaran,yang artinya Sekolah Tinggi melakukan perencanaan untuk anggaran Sekolah Tinggi selama satu tahun kedepan, lalu diberikan kepada pemerintah.

Pemerintah memberikan budget sesuai dengan anggaran yang diajukan. Hal ini menjadi kendala ketika pada tahun anggaran ada hal hal yang diluar perencanaan seperti inovasi produk atau perubahan kurikulum yang mengharuskan tersedianya bahan ajar yang tidak termasuk kedalam anggaran yang diajukan.

Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti adalah, Sekolah Tinggi bisa melakukan hubungan kerja sama dengan stakeholder terkait, terutama para pengguna jasa Sekolah Tinggi seperti perusahaan. Dengan adanya kerja sama yang ditawarkan oleh Sekolah Tinggi dengan perusahaan maka hal hal yang diluar anggaran yang memang perlu diadakan bisa teratasi.

2. Pada variabel pemasaran pendidikan hasil menunjukkan adanya indikator yang mendapatkan skor terendah dibandingkan dengan indikator lainnya seperti Place indikator tersebut dikategorikan masih rendah dibandingkan dengan indikator yang lainnya


(2)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Place adalah letak lokasi Sekolah Tinggi mempunyai peranan yang sangat penting karena lingkungan dimana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai manfaat jasa yang diprediksikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan. Menurut kotler et al ( 2002 halaman 9) Dalam hal ini penyedia jasa perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut.

a) Akses yaitu kemudahan mencapai lokasi

b) Vasibilitas yaitu lembaga tersebut dapat terlihat dengan jelas keberadaan fisiknya.

c) Lalu lintas dalam arti tingginya tingkat kemacetan akan mempengaruhi minat costumer terhadap penyedia jasa tersebut d) Tempat parkir yang luas

e) Ekepansi yaitu keterseediaan lahan untuk kemungkinan perluasan usaha

f) Persaingan yaitu dengan memperhitungkan lokasi pesaing kita g) Peraturan pemerintah yaitu ketentuan pemerintah tentang

peruntukan lahan sesuai dengan standar pelayana minimum yang harus dianut oleh setiap lembaga pendidikan.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang kapasitas manajemen pendidikan tinggi dan pemasaran pendidikan terhadap mutu pendidikan alangkah lebih baik jika peneliti berkenan lebih memperhatikan faktor faktor luar yang dapat mempengaruhi langsung terhadap mutu.

Kapasitas manajemen pendidikan tinggi merupakan ilmu yang masih berkembang, banyak hal dan faktor yang masih bisa digali dan diperhatikan secara terperinci. Pemasaran pendidikan pun hal yang masih berkembang, seiring berkembangnya zaman pemasaran pendidikan akan sangat dibutuhkan oleh bidang pendidikan terutama pendidikan tinggi yang didirikan oleh pihak swasta.

4. Dalam penenilitian ini mempunyai kelemahan yakni alat ukur yang digunakan hanya bisa mengambarkan belum bisa mengukur secara lebih detail akan keterhubungan kapasitas manajemen dan pemasaran


(3)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan terhadap mutu, maka diharapkan kepada peneliti selanjutanya agar menggunakan alat ukur yang bisa mengukur keterhubungan kedua variabel tersebut.

5. Dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya diharapakan dapat belajar dari kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, agar penelitian yang dilakukan dapat lebih diperdalam lagi.


(4)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchori. (2003). Pemasaran Strategik Jasa Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Amri, Sofan. (2013). Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Crosby, Philip B.1983. Quality is Free:The Art of Making Quality Certain. New York: Mc Graw Hill.

Dalin, Per. (2005). School Development; Theories and Strategies. (second Editiona). London: Continuum.

Deming, Edwards W. 1982. Quality, Productivity, and CompetitivePosition. Cambridge:Massachussets Institute Of Technology.

Engkoswara, dan Komariah, Aan. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Everard, K.B., Morris, Geoffrey., & Wilson, Ian. (2004). Effective School Management. (Fourth Edition). London: Paul Chapman Publishing.

Fattah, Nanang. (2004). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Fattah, Nanang. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya.

Goetsch, Davis L. & Davis, Stanley J.1994. Introduction to Total Quality: Quality Management for Production, Processing, and Services. New York: Prentice Hall, Inc.

Hadis, Abdul dan Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Horton, et al. (2003). Evaluating Capacity Development; Experiences from Research and Development Organizations around the world. Netherlands-Canada: ISNAR, IDCR, ACP-EU, CTA.


(5)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2008). Educational Administration; Theory, Research, and Practice. New York: McGraw-Hill Companies.

Ishikawa, Kaoru. 1992. Pengendalian Mutu Terpadu. Diterjemahkan oleh Budi Santoso. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Juran, J.M.1992. Juran on Quality by Design: The New Steps for Plann in Quality into Goods and Services. New York: The Free Press.

Komariah, A dan Triatna, C. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Makawibang, Jerry H. (2011). Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

McGinty, Sue. (2003). The literature and theories behind community capacity building. In: Sharing Success: an Indigenous perspective. Common Ground Publishing , Altona, VIC, Australia, pp. 65-93. ISBN 978-1-86335-532-2

Mulyasa. (2012). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyono. (2009). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

S, Jerome Arcaro. (2007). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sallis, Edward. (2008). Total Quality Management in Education. Jogjakarta: IRCiSoD.

Stoll, Louise. (2010). Connecting Learning Communities: Capacity Building for Systemic Change. Dalam Buku Second International Handbook of Educational Change. Springer International Handbook of Education 23.


(6)

Sarah Yunizar, 2015

PENGARUH KAPASITAS MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN PADA PRODI SEKOLAH TINGGI DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suhardan, Dadang. (2010). Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujanto, Bedjo. (2009). Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Sagung Seto.

Tampubolon, Daulat P. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (2001). Total Quality Management (TQM). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Umiarso, dan Imam Gojali. (2010). Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.